BAB II PERAN GURU PAI DAN PEMBINAAN MORAl A. Konsep GURU PAI 1. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam Pendidikan adalah proses untuk memberikan manusia berbagai macam situasi yang bertujuan memperdayakan diri.1 Dalam dunia pendidikan seorang guru atau pendidik merupakan orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan pendidikan keagamaan. Pendidikan akademik ini biasanya sebuah pendidik yang mengajarkan ilmu-ilmu yang tidak di dapatkan di dalam lingkungan keluarga, pendidikan ini bias didapatkan oleh anak-anak di sekolah dengan bantuan dan bimbingan dari bidangnya masin-masing. Pendidikan keagamaan ini sebuah pendidikan yang mengajarkan ilmu-ilmu agam biasanya sebelum anak belajar dengan guru ahlinya orang tua sudah membekali dasar-dasar ilmu agama terlebih dahulu dengan kemampuan yang dimiliki orang tua.2 Secara umum guru itu harus memenuhi
dua kategori yaitu
memiliki Capability dan Loyality, yakni guru itu harus memiliki kemampuan dalam bidang ilmu yang diajarkan memiliki kemampuan teoritik tentang mengajar yang baik dari mulai perencanaan, implementasi sampai evaluasi dan memilki loyalitas keguruan yakni loyal terhadap tugas1
Nurani Soyomukti, Teori-Teori Pendidikan (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), hlm.27. Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif , ( Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000), hlm. 34. 2
21
22
tugas keguruan yang tidak semata didalam kelas tapi sebelum dan sesudah kelas. 3 Pada
tingkat
permulaan,
pendidik
lebih
menentukan
dan
mencampuri pendidikan peserta didik. Namun lambat laun pendidik lebih bersifat mengasuh yang mendorong, membimbing, memberi teladan, menuntun serta menyediakan dan mengatur kondisi untuk pembelajaran peserta didik sehingga dapat menghasilkan peserta didik yang mampu memperbaharui diri terus menerus dan aktif menghadapi lingkungan hidupnya. Dengan kata lain, peserta didik mampu meningkatkan kualitas hidup pribadi dan masyarakat sepanjang hayat. Hal itu terlihat pada semboyan dan perlambangan yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara. Ing ngarsa sung tulodho artinya kalau pendidik berada dimuka, dia memberi teladan kepada peserta didiknya, Ing madya mangun karso artinya kalau pendidik berada ditengah, dia membangun dengan semangat berswakarya dan berkreasi pada peserta didiknya, dan Tut wuri handayani kalau pedidik berada dibelakang, dia mengikuti dan mengarahkan peserta didikny agar berani berjalan di depan dan sanggup bertanggung jawab serta mencari jalan sendiri.4 Dalam kamus bahasa indonesia, pendidikan adalah orang yang mendidik. Dalam pengertian yang lazim digunakan, pendidik adalah orang dewasa yang bertanggung jawab memberikan pertolongan pada peserta didiknya dalam perkembangan jasmani dan rohaninya, agar mencapai 3
Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demikrasi, ( Jakarta: Kencana, 2004), hlm.113. Zahara Idris dan Lisma Jamal, Pengantar Pendidikan I, (Jakarta: Gramedia Widia Sarana Indonesia,, 1995), hlm. 1 4
23
tingkat kedewasaan, mampu berdiri sendiri dan memenuhi tingkat kedewasaannya, mampu mandiri dalam memenuhi tugasnya sebagai makhluk sicial dan sebagai mkhluk individu yang mandiri. Guru adalah pendidik
profesional
dengan
tugas
utama
mendidik,
mengajar,
membimbing, dan mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. 5 Guru merupakan suatu profesi, yang berarti suatu jabatan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru dan tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang luar bidang pendidikan.
6
Dalam pengertian yang
sederhana, guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik.7 Pendidik berarti juga orang dewasa yang bertanggung jawab memberi pertolongan pada peserta didiknya dalam perkembangan jasmani dan rohaninya, agar mencapai tingkat kedewasaan, mampu mandiri dalam memenuhi tugasnya sebagai hamba dan khalifah Allah SWT. Dan mampu melakukan tugas sebagai makhluk individu yang mandiri.8 Menurut
Al-Aziz
bahwa
pendidikan
adalah
orang
yang
bertanggung jawab dalam menginternalisasikan nilai-nilai religious dan berupaya menciptakan individu yang memiliki pola pikir ilmiah dan pribadi yang sempurna. Sedangkan menurut Moh. Fadhil al-Djamali menyebutkan, 5
Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, ( Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 159 Hamzah B. Uno. Profesi Kependidikan. ( Jakarta : Bumi Aksara, 2007). hlm.15 7 Syaiful Bahri Djamarah. Op. Cit. hlm. 31 8 Suryosubrata B., Beberapa Aspek Dasar Kependidikan, (Jakarta : Bina Aksara. 1983). 6
Hlm.26
24
bahwa pendidik adalah orang yang mengarahkan manusia kepada kehidupan yang baik sehingga terangkat derajat kemanusiaannya sesuai dengan kemampuan dasar yang dimiliki oleh manusia. Pendidik dalam pendidikan islam adalah setiap orang dewasa yang karena kewajiban agamanya bertanggung jawab atas pendidikan dirinya dan orang lain. Sedangkan yang mengarahkan tanggung jawab dan amanat pendidikan adalah agama, dan wewenang pendidik dilegimitasi oleh agama, sementara yang menerima tanggung jawab dan amanat adalah setiap orang dewasa.9 Guru sekolah dasar, sebagai guru kelas selalu dituntut menguasai pengetahuan yang luas mengenai bebrapa mata pelajaran dan sejumlah besar keterampilan profesional pembelajaran.10 Guru agama adalah guru yang mengajarkan mata pelajaran agama.11 Menurut Ramayulis dalam bukunya yang berjudul “ Metodologi Pendidikan Agama Islam “. Pendidikan adalah orang yang melakukan bimbingan atau yang melakukan kegiatan pendidikan. Didalam kependidikan Islam, pendidik biasa disebut sebagai berikut: a. Ustadz, yaitu seorang guru yang dituntut untuk komitmen terhadap profesinya.
9
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia,2008), cet. 7, hlm. 85-86 E.C. Wargg. Keterampilan Mengajar di Sekolah Dasar, ( Jakarta: PT. Grasindo, 1997),
10
hlm. 1 11
W.J.S Purwodarminto. Kamus Umum Bahasa Indonesia. ( Jakarta: Balai Pustaka, 1999), hlm. 309
25
b. Mu‟allim, berasal dari kata dasar ilim yang berarti menangkap hakekat sesuatu. Maksudnya guru dituntut untuk mampu menjelaskan hakekat dalam pengetahuan yang diajarkan. c. Murraby, berasal dari kata “rabb”. Tuhan sebagai Rabb al- „alamin dan Rabb al-Nas yaitu menciptakan, mengatur, dan memelihara alam seisinya termasuk manusia. d. Mursyid, yaitu seorang guru yang berusaha menularkan peghayatan akhlak atau kepribadian kepada peserta didiknya? e. Mudarris,
berasal
dari
kata
darasa-yadrusu-darsan
wadurusan
wadirasatun yang berarti terhapus, hilang bekasnya, menghapus, melatih dan mempelajari. Artinya guru adalah orang yang mencerdaskan peserta didiknya, menhilangkan ketidaktahuan atau memberantas kebodohan serta melatih keterampilan peserta didik sesuai dengan bakat minatnya. f. Muaddib, berasal dari kata adab yang berati moral, etika dan adab. Artinya guru adalah orang yang beradab sekaligus memiliki peran dan fungsi untuk membangun peradaban yang berkualitas dimasa depan.12
2. Tugas-Tugas Guru Pendidikan Agama Islam Secara umum, mengajar berarti sebagai proses penyampaian informasi dan pengetahuan dari guru kepada siswa.13 Dalam perspektif psikologi pendidikan, mengajar pada prinsipnya berarti proses perbuatan seseorang (guru) yang membuat orang lain (siswa) belajar, dalam arti 12
Ramayulis, Op.Cit., hlm. 49-50 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana,2007),hlm. 96 13
26
mengubah seluruhnya dimensi perilakunya.
14
Dalam pengertian lain guru
adalah figur seorang pemimpin. Guru adalah sosok arsitektur yang dapat membentuk jiwa dan watak anak didik. 15 Guru mempunyai kekuasaan untuk membentuk dan membangun kepribadian anak didik menjadi seorang yang berguna bagi agama, nusa, dan bangsa. Guru bertugas membangun dirinya dan membangun bangsa dan Negara. 16 Di dalam UU RI No 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, disebutkan bahwa tugas utama guru adalah medidikan, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik padan pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah.
17
kemudian dalam UU RI No 20 tahun
2003 tentang Sisdiknas juga disebutkan bahwa tugas pendidikan sebagai tenaga profesional adalah merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi. 18 sehingga terkait dengan hal tersebut, seorang guru dituntut untuk mampu mngembangkan tugas
14
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, ( Bandung: Remaja Rosdakarya, !999), hlm. 256 15 Syaiful Bahri Djamaroh, Guru dan Peserta didik dalam Interaksi Edukatif, ( Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm. 31 16 Syaiful Bahri Djamaroh, Ibid., hlm. 36 17 Undang-Undang Republika Indonesia No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, ( Jakarta: Sinar Grafika, 2006), hlm. 6 18 Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, (Jakarta: sinar Grafika, 2003), hlm. 20
27
profesinya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui tugas utama dan tugas profesionalnya. Tugas guru sebagai proses belajar mengajar antara lain: 19 a. Tugas guru sebagai profesi meliputi : mendidik, mengajar, dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilainilai hidup. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan
dan
teknologi,
sedangkan
melatihkan
berarti
mengembangkan keterampilan pada siswa. b. Tugas guru dalam bidang kemanusian di sekolah harus dapat menjadikan dirinya sebagai ortu kedua. Ia harus mampu menarik simpati sehingga ia menjadi idola para siswanya. Pelajaran apapun yang diberikan hendaknya dapat menjadi motivasi bagi siswanya dalam belajar. c. Masyarakat menempatkan guru pada tempat yang lebih terhormat di lingkungannya karena dari seorang guru di harapkan masyarakat dapat memperoleh ilmu pengetahuan. Ini berarti bahwa guru berkewajiban mencerdaskan bangsa menuju pembentukan manusia Indonesia seutuhnya yang berdasar Pancasila. Tugas guru secara khusus dalam proses pembelajaran tatap muka adalah sebagai berikut:
19
hlm. 6-7
M. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, ( Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999),
28
a. Tugas pengajar sebagai pengelola pembelajaran 1) Tugas Manajerial Menyangkut fungsi administrasi ( memimpin kelas), baik internal maupun eksternal, meliputi: berhubungan dengan peserta didik, Alat perlengkapan kelas, Tindakan-tindakan profesional. 2) Tugas Edukasional Menyangkut fungsi mendidik, bersifat: Motivasional, kedisiplinan, Sanksi sosial. 3) Tugas Intruksional Menyangkut
fungsi mengajar, bersifat: penyampaian
materi, pemberian tugas-tugas pada peserta didik, mengawasi dan memeriksa tugas . a. Tugas Pengajar sebagai Pelaksana Secara
umum
tugas
guru
sebagai
pengelola
pembelajaran adalah menyediakan dan menggunakan fasilitas kelas yang konduktif bagi bermacam-macam kegiatan belajar mengajar agar mencapai hasil yang baik. Sedangkan secara khusus tugas guru sebagai pengelola proses pembelajaran sebagai berikut: 1) Menilai kemajuan program pembelajaran 2) Mampu menyediakan kondisi yang memungkinkan peserta didik belajar sambil bekerja.
29
3) Mampu
mengembangkan
peserta
didik
dalam
menggunakan alat-alat belajar. 4) Mengkoordinasi,
mengarahkan
dan
memaksimal
kegiatan kelas. 5) Mengkomunikasikan semua informasi ke peserta didik. 6) Membuat
keputusan instruksional
dalam situasi
tertentu. 7) Bertindak sebagai manusia sumber 8) Membimbing pengalaman peserta didik sehari-hari 9) Mengarahkan peserta didik agar mandiri 10) Mampu memimpin kegiatan belajar yang efektif dan efisien untuk mencapai hasil yang optimal Ramayulis mengungkapkan keutamaan seorang pendidik di sebabkan oleh tugas mulia
yang diembannya. Tugas yang diemban
seorang Guru hampir sama dengan tugas rosul. Dari pandangan itu dapat dipahami, bahwa tugas pendidik sebagai warasul al-anbiya’, yang pada hakekatnya mengemban misi rahmatul lil alamin, yaitu suatu misi yang mengajak manusia untuk tunduk dan patuh pada hukum- hukum Allah guna memperoleh keselamatan dunia dan akhirat. Kemudian misi ini di kembangkan kepada pembentuka kepribadian tang berjiwa tauhid, kreatif, beramal sholeh dan bermoral tinggi. Untuk melaksanakan tugas warasul al-anbiya’ pendidik, hendaklah bertolak pada amar ma’ruf nahi munkar menjadikan prinsip tauhid sebagai pusat kegiatan penyebaran misi imam,
30
Islam dan Ikhsan, kekuatan yang dikembangkan pendidik adalah individualitas, social dan moral ( nilai-nilai agama dan moral). 20 Menurut
Al-Ghazali,
tugas
pendidik
yang
utama
adalah
menyempurnakan, membersihkan, menyucikan hati manusia untuk berta‟aruf kepada Allah. Sejalan dengan ini Abdur al Raman al Nahlawi menyebutkan tugas pendidikan pertama, fungsi penyucian yakni berfungsi sebagai pembersih, pemelihara dan pengembangan fitrah manusia. Kedua, fungsi pengajaran menginternalisasikan menginformasikan pengetahuan dan nilai-nilai agama kepada manusia. 21 Khoirul Rosyidi menyebutkan tentang tugas pendidik dalam islam yaitu: a. Mengetahui karakter murid b. Guru harus selalu berusaha meningkatkan keahliannya baik dalam bidang yang diajarkan maupun dalam cara mengajarnya. c. Guru harus mengamalkan ilmunya, jangan berbuat berlawanan dengan ilmu yanga diajarkannya. 22 Beberapa pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa tugas Guru Agama adalah mempersiapkan peserta didik menjadi manusia yang berguna bagi agama, nusa dan bangsa melalui proses pembelajaran keagamaan untuk mencapai tujuan yang mengajak manusia (peserta didik)
20 21 22
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2008), . hlm. 88 Ramayulis , Ibid. hlm. 88 Khoirul Rosyidi, Pendidikan Profetik, ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), hlm. 180
31
agar patuh terhadap hukum-hukum Allah agar selamat di dunia dan akherat. 3. Peranan Guru Pendidikan Agama Islam Dalam proses pembejaran, guru mempunyai peran yang sangat penting. Kemajuan teknologi yang bagaimanapun peran Guru tetap diperlukan. Berangkat dari konsep operasional, Pendidikan adalah usaha sadar yang terencana
untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 23 Konsep Operasional, Pendidikan islam adalah proses transformasi atau internalisasi nilai-nilai islam dan ilmu pengetahuan dalam rangka mengembangkan fitrah dan kemampuan dasar yang dimiliki peserta didik guna mencapai keseimbangan dan kesetaraan dalam berbagai aspek kehidupan, maka pendidik mempunyai peran yang sangat penting dalam pendidikan islam. 24 Peran Guru dalam pembelajaran : a. Guru sebagai perancang pembelajaran
23
Undang- undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, ( Jakarta: Sinar Grafika, 2007), hlm. 1 24 Ramayulis,Ilmu Pendidikan Islam, Op. Cit. hlm. 95
32
Guru dituntut untuk berperan aktif dalam merencanakan proses belajar mengajar ( PMB ) tersebut dengan memperhatikan berbagai komponen sistem pelajaran. 25 b. Guru sebagai pengelola pembelajaran Guru
berperan
dalam
menciptakan
iklim
belajar
yang
memungkinkan siswa dapat belajar secara nyaman. Adapun dalam melaksanakan pengelolaan pembelajaran ada dua macam kegiatan yang harus dilakukan
yaitu:
mengelola sumber belajar dan
melaksanakan peran sebagai sumber belajar itu sendiri. 26 c. Guru sebagai pengarah pembelajaran Hendaknya guru senantiasa berusaha menimbulkan, memelihara dan meningkatkan motivasi peserta didik untuk belajar. Dalam hubungan ini, guru mempunyai fungsi sebagai motivator dalam keseluruhan kegiatan belajar mengajar. Guru juga berfungsi sebagai pembimbing proses belajar mengajar. d. Guru sebagai Evaluator Dalam fungsinya sebagai penilai hasil belajar pesrta didik, guru hendaknya secara terus menerus mengikuti hasil belajar yang telah dicapai peserta didik dari waktu ke waktu.
25 26
Hamzah B. Uno, Op. Cit, hlm. 22 Wina Sanjaya, Op. Cit, hlm. 22
33
e. Guru sebagai konselor Sesuai dengan peran guru sebagai konselor adalah ia diharapkan akan dapat merespon segala masalah tingkah laku yang terjadi dalam proses pembelajaran. f. Guru sebagai pelaksana kurikulum Keberhasilan dari suatu kurikulum yang ingin dicapai sangat bergantung pada factor kemampuan yang dimiliki oleh seorang guru. Peranan guru dalam pembinaan dan pengembangan kurikulum secara aktif dapat dilihat dari hal-hal sebagai berikut : 1) Dalam perencanaan kurikulum 2) Dalam pelaksanaan dilapangan 3) Dalam proses penilaian 4) Pengadministrasian 5) Perubahan kurikulum 27 Menurut Roestinah NK, tugas dan Peran Guru dalam Pendidikan Islam dapat disimpulkan menjadi tiga bagian: 1. Sebagai pengajar ( instruksional), yang bertugas merencanakan program pengajaran dan melaksanakan program yang telah disusun serta mengakhiri dengan pelaksanaan penilaian setelah program dilakukan.
27
Hamzah B. Uno, Op. Cit, hlm. 26
34
2. Sebagai pendidik (educator), yang mengarahkan peserta didik pada tingkat kedewasaan dan kepribadian kamil seiring dengan tujuan Allah SWT menciptakannya. 3. Sebagai
pemimpin
(manaerial),
yang
memimpin,
mengendalikan kepada diri sendiri, peserta didik dan masyarakat yang terkait, terhadap berbagai masalah yang menyangkut upaya pengarahan, pengawasan, pengorganisasian, pengontrolan, dan partisipasi atas program pendidikan yang dilakukan.28
4. Syarat Menjadi Guru Pendidikan Agama Islam Seiring dengan tekad pemerintahan Indonesia untuk meningkatkan mutu pendidikan, muncul ketentuan tentang syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk menjadi seorang tenaga pendidikan profesional. Profesi Guru dan Dosen merupakan bidang pekerjaan khusus dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut: a. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme b. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia. c. Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas. d. Memiliki kompetensi yang diperluakan sesuai dengan bidang tugas. e. Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan. 28
86
Roestiyah NK, Masalah-masalah Ilmu Keguruan, ( Jakarta: Bina Aksara, 1982), hlm.
35
f. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja. g. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan kepofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat. h. Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. i. Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan keprofesinalan guru. Syarat-syarat menjadi guru agama sebagai pendidik sekolah sangat diutamakan, karena guru atau pendidik harus menyadari bahwa pendidikan saling mendukung dan saling berkaitan dengan semua pranata yang ada di masyarakat, seperti agama, politik, budaya, pertahanan dan keamanan dalam rangka menyiapkan peserta didik agar dapat hidup dalam lingkungannya.
Apalagi
pendidikan
agama
dimaksudkan
untuk
meningkatkan potensi spritual dan membentuk peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia. 29 Tidak sembarangan orang dapat melaksanakan tugas professional sebagai guru. Untuk menjadi guru yang baik haruslah memenuhi syaratsyarat yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Syarat-syarat umum untuk menjadi seorang guru adalah sebagai berikut : a. 29
Guru harus berijazah
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Menengah Pertama / MTS, hlm. 37
36
b.
Guru harus sehat jasmani dan rohani
c.
Guru harus bertaqwa kepdad Tuhan Yang Maha Esa berkelakuan baik.
d.
Guru haruslah orang yang bertanggung jawab.
e.
Guru Indonesia harus berjiwa Nasional . Syarat-syarat lain yang erat hubungannya dengan tugas guru
disekolah, sebagai berikut: a. Harus adil dan dapat dipercaya. b. Sabar, rela berkorban dan menyanyangi peserta didiknya. c. Memiliki kewibawaan dan tanggung jawab akademis. d. Bersikap baik pada rekan guru, staf disekolah masyarakat. e. Harus memiliki wawasan pengetahuan yang kuat dan menguasai benar mata pelajaran yang dibinanya. f. Harus selalu intropeksi diri dan sikap menerima kritik dari siapapun. g. Harus berupaya meningkatkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. 30 Al Kanani mengemukakan persyaratan seorang pendidik atas tiga macam yaitu: 31 a.
Syarat-syarat guru berhubungan dengan dirinya yaitu: 1) Hendaknya guru senantiasa insaf akan pengawasan Allah terhadapnya dalam segala perkataan dan perbuatan bahwa ia memegang amanat ilmiah yang diberikan Allah kepadanya.
30 31
Hamzah B. Uno, Op. Cit, hlm. 29 Ramayulis, Op. Cit, hlm. 89-94
37
2) Hendaklah guru memelihara kemulyaan ilmu. 3) Hendaklah guru bersifat zuhud. 4) Hendaklah guru tidak berorientasi duniawin dengan menjadikan ilmunya untuk mencapai kedudukan, harta, prestise dan kebanggaan atas orang lain. 5) Hendaklah guru menjauhi mata pencaharian yang hina dalam pandangan
syara’
dan
menjauhi
sesuatu
yang
dapat
mendatangkan fitnah. 6) Hendaklah guru memelihara syiar-syiar Islam. 7) Hendaknya rajin melakukan hal- hal yang di sunahkan oleh agama baik dengan lisan maupun perbuatan. 8) Guru hendaknya memelihara akhlak yang mulia dalam pergaulannya dengan orang banyak dan menghindarkan diri dari Akhlak yang buruk. 9) Guru hendaknya mengisi waktu-waktu luasnya dengam hal- hal yang bermanfaat. 10) Guru hendaknya selalu belajar dan tidak merasa malu untuk menerima ilmu yang lebih rendah dari padanya. 11) Guru hendaknya rajin meneliti, menyusun dan mengarang dengan memperhatikan keterampilan dan keahlian yang di butuhkan untuk itu. b.
Syarat- syarat yang berhubungan dengan pelajaran ( syarat-syarat pedagogis - didaktis ) yaitu:
38
1) Sebelum keluar dari rumah untuk mengajar, hendaknya guru bersuci dari hadas dan kotoran serta menggunakan pakaian yang baik dengan maksud mengagungkan ilmu dan syari’at. 2) Ketika keluar rumah, hendaklah guru selalu berdo’a agar tidak sesat dan menyesatkan. 3) Hendaknya
guru
mengambil
tempat
pada
posisi
yang
membuatnya dapat terlihat oleh semua murid. 4) Sebelum mulai mengajar, guru hendaknya membaca sebagia ayat al- Qu’an agar memperoleh berkah dalam mengajar, kemudian membaca basmalah. 5) Guru hendaknya mengajarkan bidang studi sesuai dengan hierarki nilai kemulyaan dan kepentingannya. 6) Hendaknya guru selalu mengatur volume suaranya. 7) Hendaknya
guru
menjaga
ketertiban
majelis
dengan
mengarahkan pembahasan pada objek tertentu. 8) Guru hendaknya menegur murid-murid tidak menjaga kesopanan di dalam kelas. 9) Guru hendaknya bersikap bijak dalam melakukan pembahasan, menyampaikan pelajaran dan menjawab pertanyaan. 10) Terhadap murid baru, guru hendaknya bersikap wajar dan menciptakan suasana yang membuatnya telah menjadi bagian dari kesatuan teman-temannya.
39
11) Guru hendaknya menutup setiap akhir kegiatan belajar mengajar dengan kalimat wallahu a‟lam. 12) Guru hendaknya tidak mengasuh bidang studi yang tidak di kuasainya. c. Syarat-syarat guru di tengah-tengah para muridnya antara lain: 1) Guru hendaknya mengajar dengan niat mengharapkan ridha Allah. 2) Guru hendaknya tidak menolak untuk mengajar murid dengan tidak mempunyai niat tulus dalam belajar. 3) Guru hendaknya mencintai muridnya seperti ia mencintai dirinya sendiri. 4) Guru hendaknya memotivasi murid untuk menuntut ilmu. 5) Guru hendaknya menyampaikan pelajaran dengan bahasa yang mudah. 6) Guru hendaknya melakukan evaluasi terhadap kegiatan belajar mengajar yang di laluinya. 7) Guru hendaknya bersikap adil terhadap semua muridnya. 8) Guru hendaknya berusaha membantu membantu memenuhi kemaslahatan murid baik dengan kedudukan hartanya. 9) Guru hendaknya terus memantau perkembangan murid, baik intelektual maupun akhlaknya. Dan dalam UU tentang guru dan dosen disebutkan tentang persyaratan guru dalam pasal 8, yaitu guru wajib memiliki
40
kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikasi pendidikan, sehat jasmani
dan
rohani,
serta
memiliki
kemampuan
untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional. 32 Menurut Soejono menyatakan bahwa syarat guru dalam pendidikan Islam sebagai berikut: a. Tentang umur, harus sudah dewasa b. Tentang kesehatan, harus sehat jasmani dan rohani c. Tentang kemampuan mengajar, ia harus ahli d. Harus berkesusilaan dan berdedikasi tinggi Munir Mursi, tatkala membicarakan syarat guru kuttab (semacam sekolah dasar di Indonesia), menyatakan syarat terpenting bagi guru dalam Islam ialah sebagai berikut: a. Umur harus sudah dewasa b. Kesehatan, harus sehat jasmani dan rohani c. Keahlian, harus menguasai bidang yang diajarkannya dan menguasai ilmu mendidik (termasuk ilmu mengajar) d. Harus berkepribadian muslim 33 Prof. Dr. Zakiah Darajat mengemukakan bahwa menjadi guru harus memenuhi beberapa persyaratan, diantaranya: a. Taqwa kepada Allah SWT b. Berilmu
32
Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, ( jakarta: Sinar Grafika, 2006), hlm. 7 33 Ahamd Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, ( Bandung: Remaja Rosdakarya, 1992), hlm 26
41
c. Sehat Jasmani d. Berkelakuan baik34
B. Pembinaan Moral 1. Konsep Dasar Moral a. Pengertian Moral Kata Moral berasal dari bahasa latin, yaitu mores yang berarti kebiasaan. Sinonimnya adalah kata etika ( bahasa latin) yang berarti juga kebiasaan sedangkan dalam bahasa Arab disebut akhlak bentuk jamak dari khuluk yang berarti budi pekerti. Istilah lain yang identik dengan moral adalah budi pekerti yang merupakan kata majemuk dalam bahasa indonesia, kata budi berasal dari bahasa sansekerta yang berarti yang sadar atau yang menyadarkan atau alat kesadaran. Budi berarti yang disadarkan. Budi adalah berhubungan dengan kesadaran manusia, yang di dorong oleh pemikiran, rasio, yang disebut karakter. Sedangkan pekerti berasal dari bahasa indonesia yang berarti kelakuan. Pekerti adalah yang terlihat pada manusia, karena di dorong oleh perasaan hati, yang disebut Behaviour. Dengan demikian, budi pekerti merupakan perpaduan dari hasil rasio yang bermanisfestasi pada karsa dan tingkah laku manusia. 35
34 35
Syaiful Bahri Djamarah, Op. Cit., hlm. 32-33 Rahmat Djatmika, Sistem etika Islam (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1992), hlm. 26
42
Dalam perkembangan selanjutnya istilah moral sering pula didahului oleh kata kesadaran, sehingga menjadi istilah kesadaran moral. Ahmad Charris Zubair sebagai mana yang dikutip dalam bukunya berjudul Kuliah Etika mengatakan bahwa kesadaran moral merupakan faktor penting untuk memungkinkan tindakan manusia selalu bermoral, berperilaku susila, dan perbuatannya selalu sesuai dengan norma yang berlaku. Kesadaran moral ini didasarkan atas nilai-nilai yang benar-benar esensial, fundamental. Orang yang memiliki kesadaran moral akan senantiasa jujur. Sekalipun tidak ada orang lain yang melihatnya, tindakan orang yang bermoral tidak akan menyimpang, dan selalu berpegang pada nilai-nilai tersebut. Hal ini terjadi karena tindakan orang yang bermoral itu berdasarkan atas kesadaran, bukan berdasar pada sesuatu kekuatan apapun dan juga bukan karena paksaan, tetapi berdasarkan kesadaran moral yang timbul dari dalam diri yang bersangkutan. 36 Pembinaan moral hendaknya menjadi bagian yang integral dari bangunan sistem pendidikan nasional yang secara eksplisit tertuang dalam kurikulum nasional. Kecerdasan emosi yang disinari oleh nilai-nilai moral keagamaan memegang peranan
36
hlm. 94
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf , cet. Ke. 10 ( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011),
43
penting untuk mencapai kesuksesan disegala bidang, tidak saja dalam kehidupan dunia, tetapi juga untuk keselamatan akhirat.37 Menurut Muhaimin, moral dalam Islam (akhlak), termasuk moral keagamaan, yakni berdasarkan aqiqah (rukun iman) iman yang bersumber dari al-Qur’an dan as- Sunnah. Pertimbangan moral (baik buruk) yang melibatkan unsur kognitif selalu berada dalam petunjuk dan pengarahan Allah sebagaimana terkandung dan tertuang dalam Al- Qur’an dan As-Sunnah. Berbeda halnya dengan moral tanpa agama atau moral sekuler, yang tidak mengenal Tuhan dan akhirat sama sekali, menolak bimbingan Tuhan atau tidak mau menerima ajaran agama. Definisi diatas tentang moral memberikan penjelasan bahwa moralitas mengandung hal-hal sebagai berikut: a) Penjelasan nilai baik, buru, benar dan salah b) Proses mu’amalah (pergaulan, komunikasi) antara sesama manusia. c) Ada tujuan yang hendak dicapai dalam perbuatan moralitas. d) Ada cara (Ushlub) untuk mencapai tujuan moralitas. 38
37
Moh. Slamet Untung, Wacana Islam Kontemporer, Cet. Ke-1 (Pekalongan: STAIN Pekalongan Press, 2010), hlm. 19-20. 38 Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), hlm. 209
44
2. Sumber Moral Sumber-sumber moral meliputi: a. Agama Secara
umum
agama
tidak
hanya
mengajarkantentang
kewajiban-kewajiban yang harus dilakukan manusia terhadap Tuhan (ibadah), akan tetapi juga kewajiban-kewajiban untuk berbuat baik terhadap sesama manusia dan lingkungannya. b. Hati nurani Hati nurani menyimpan potensi moral dan setiap manusia dengan bantuan akal budinya mampu membedakan antara hal-hal yang baik dan buruk. c. Adat istiadat dan budaya Adat istiadat adalah suatu tatcara yang beralku dalam lingkungan masyarat tertentu, yang berlangsung secara turun temurun.adat istiadat merupakan budaya dari masyarakat, adat istiadat dan budaya dapat menjadi sumber ajaran moral, terutamaa dalam pengertiaan moral kesopanan.39 Berbicara tentang moral, berarti berbicara tentang tiga landasan utama terbentuknya moral, yaitu sebagai berikut: a. Sumber
moral
atau
pembuat
sumber.
Dalam
kehidupan
bermasyarakat, sumber moral dapat berasal dari adat kebiasaan. 39
Muchson & Samsuri, Dasar-dasar Pendidikan Moral ( yogyakarta: ombak, 2013), hlm.
18-20.
45
Pembuatnya bisa seorang raja, sultan, kepala suku, dan tokoh agama. Bahkan, mayoritas adat dilahirkan oleh kebudayaan masyarakat yang penciptanya sendiri tidak pernah diketahui, seperti mitos-mitos yang sudah menjadi norma sosial. Dalam moralitas Islam, sumber moral adalah wahyu Al-Qur’an dan As-Sunnah, sedangkan pencipta standar moral adalah Allah SWT, yang telah menjadikan para nabi dan rosul terutama nabi terakhir Muhammad SAW yang menerima risalah-Nya berupa sumber ajaran Islam yang tertuang di dalam kitab suci AlQur’an. Nabi Muhammad SAW adalah pembuat sumber moral kedua setelah Allah SWT. b. Orang yang menjadi objek sekaligus subjek dari sumber moral dan penciptanya. Moralitas sosial yang berasal dari adat, sedangkan objek dan subjeknya adalah individu dan masyarakat yang sifatnya lokal karena adat hanya berlaku untuk wilayah tertentu. Artinya tidak bersifat universal, melainkan teritorial. Dalam moralitas Islam, subjek dan objeknya adalah orang yang telah baligh dan berakal yang disebut mukallaf. c. Tujuan moral yaitu tindakan yang diarahkan pada target tertentu, misalnya ketertiban sosial, keamanan dan kedamaian, kesejahteraan dan sebagainya.
Dalam moralitas Islam tujuan moralnya adalah
mencapai kemaslahatan duniawi dan ukhrawi.40
40
Beni Ahmad Saebani dan Abdul Hamid, Ilmu Akhlak, Cet.Ke-2 (Bandung: CV Pustaka Setia, 2012), hlm. 31-32.
46
3. Tahap Perkembangan Moral Menurut Erik Son sebagaimana dikutip oleh Dian Ibung menyatakan bahwa dasar-dasar perilaku moral pada anak terbagi dalam empat tahapan usia yaitu: a. Usia 0 sampai 2 th Pada tahap ini, seorang anaksepenuhnya bergantung pada ibu atau figur ibu. Ketika si ibu memenuhi kebutuhan si anak, fisik maupun mental, timbullah kepercayaan anak pada si ibu. b. Usia 2 sampai 4 th Pada tahap ini, anak sudah meyakini adanya hubungan erat dengan ibu atau figur pengganti ibu. c. Usia 4 sampai 6 th Pada tahap ini, anak sudah mempunyai kepercayaan diri dan sadar dengan eksistensi dirinya. d. Usia 6 sampai 8 th Pada tahap ini, anak sudah mulai belajar banyak hal di sekolah (juga merupakan usia awal sekolah).41 Dalam membahas proses perkembangan moral ini,
Lawrence
Kohlerg sebagaimana dikutip oleh Kathryn Geldard dan David Geldard mengklasifikasikannya
tahap-tahap
perkembangan
moral
yang
dirumuskan, sebagai berikut: a. Tahap pertama: moralitas pra konvensional (usia 4-10 tahun) 41
Dian Ibung, Mengembangkan Nilai Moral pada Anak (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2009),hlm.5-6.
47
Pada tahap ini, anak kecil melakukan hal baik atau berusaha tidak melakukan hal buruk dengan motif untuk menghindari hukuman ataupun menerima penghargaan atau hadiah. b. Tahap kedua: moralitas konvensional (usia 10-13 tahun) Selama tahap ini, anak kecil atau anak muda belajar untuk menyesuaikan dirinya dengan masyarakat tempat dia tinggal. Motif yang mendasarinya untuk melakukan hal baik atau tidak melakukan hal buruk tergantung pada persetujuan orang yang lebih tua. Selain itu, terdapat penekanan pada menyesuaikan dirinya dengan hukum dan tatanan yang berlaku di sekitarnya. c. Tahap ketiga: moralitas pasca konvensional (usia 13 tahun ke atas) Selama tahap ini, seorang individu mengembangkan kesadaran tentang hak asasi dan mulai mengembangkan suara hatinya. Kesadaran terhadap hak asasi bisa melibatkan pemikiran tentang perubahan dalam hukum untuk memperjuangkan kondisi yang lebih bisa diterima. Selain itu, pada tahap ini anak muda mengembangkan berbagai gagasan jelas tentang apa yang mereka percayai dan apa yang mereka siap memperjuangkannya. Mereka tidak lagi melakukan tindakan sekedar karena takut ataupun memerlukan persetujuan. Sebaliknya, prinsip moral telah terintegrasi ke dalam diri mereka dan dimiliki mereka.42
42
Katrhryn Geldard dan David Geldard, Konseling Remaja Pendekatang Proaktif untuk Anak Muda, Cet.Ke-1 (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), hlm. 24-25.
48
4. Faktor yang Mempengaruhi Moral Perkembangan moral seorang anak banyak dipengaruhi oleh lingkungannya.
Anak
memperoleh
nilai-nilai
moral
dari
lingkungannya, terutama dari orang tuanya. Beberapa sikap oang tua yang perlu diperhatikan sehubungan dengan perkembangan moral anak, diantaranya sebagai berikut: a. Konsisten dalam mendidik anak Ayah dan ibu harus memiliki sikap dan perlakuan yang sama dalam melarang atau membolehkan tingkah laku tertentu kepada anak. b. Sikap orang tua dalam keluarga Secara tidak langsung, sikap orang tua terhadap anak, sikap ayah terhadap ibu,
atau sebaliknya, dapat mempengaruhi
perkembangan moral anak, yaitu melalui proses peniruan (imitasi). Sikap orang tua yang keras (otoriter) cenderung melahirkan sikap disiplin semu pada anak, sedangkan sikap yang acuh tak acuh, atau sikap masa bodoh, cenderung mengembangkan sikap kurang bertanggung jawab dan kurang mempedulikan norma pada diri anak. c. Penghayatan dan pengalaman agama yang dianut Orang tua merupakan panutan (teladan) bagi anak, termasuk disini panutan dalam mengamalkan ajaran agama. Orang tua yang menciptakan
iklim
yang
religious
(agamis),
dengan
cara
49
membersihkan ajaran atau bimbingan tentang nilai-nilai agama kepada anak, maka anak akan mengalami perkembangan moral yang baik. d. Sikap konsisten orang tua dalam menerapkan norma Orang tua yang tidak menghendaki anaknya berbohong, atau berlaku tidak jujur maka mereka harus menjauhkan dirinya dari perilaku
berbohong
atau
tidak
jujur.
Apabila
orang
tua
mengajarkan kepada anak, agar berperilaku jujur, bertutur kata yang sopan, bertanggung jawab atau taat beragama, tetapi orang tua sendiri menampilkan perilaku yang sebaliknya maka anak akan mengalami konflik pada dirinya, dan akan menggunakan ketidakkonsistenan orang tua sebagai alasan untuk tidak melakukan apa yang diinginkan oleh orang tuanya, bahkan mungkin dia akan berperilaku seperti orang tuanya.43 Untuk
menjelaskan
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
pembentukan moral pada khususnya dan pendidikan pada umumnya, ada tiga aliran yang sudah amat populer. Ketiga aliran itu adalah sebagai berikut: a. Aliran nativisme Faktor yang paling berpengaruh terhadap pembentukan diri seseorang adalah faktor pembawaan dari dalam yang bentuknya berupa kecenderungan, bakat, akal dan lain-lain. Jika seseorang sudah 43
Syamsu Yusuf LN, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Cet.Ke-6 (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2005) , hlm. 133-134.
50
memiliki pembawaan atau kecenderungan kepada yang baik, maka dengan sendirinya orang tersebut menjadi baik. b. Aliran empirisme Faktor yang paling berpengaruh terhadap pembentukan diri seseorang adalah faktor dari luar yaitu lingkungan sosial, termasuk pembinaan dan pendidikan yang diberikan. Jika pendidikan dan pembinaan yang diberikan itu baik, maka baiklah anak itu. Demikian juga sebaliknya. c. Aliran konvergensi Pembentukan moral dipengaruhi oleh faktor internal, yaitu pembawaan si anak, dan faktor dari luar yaitu pendidikan dan pembinaan yang dibuat secara khusus atau melalui interaksi dalam lingkungan sosial. Fitrah dan kecenderungan ke arah yang baik yang ada di dalam diri manusia dibina secara intensif melalui berbagai metode. Aliran konvergensi tampak sesuai dengan ajaran Islam, bahwa manusia
memiliki
potensi
untuk
dididik
pendengaran dan hati sanubari. Potensi tersebut
yaitu
penglihatan,
harus di syukuri
dengan cara mengisinya dengan ajaran dan pendidikan dan pelaksana utama dalam pendidikan adalah kedua orang tua. Dengan demikian faktor yang mempengaruhi pembinaan moral di anak ada dua, yaitu faktor dari dalam yang meliputi potensi fisik, intelektual dan hati (rohaniah) yang dibawa anak sejak lahir, dan faktor
51
dari luar yang dalam hal ini adalah kedua orang tua di rumah, guru di sekolah dan tokoh-tokoh serta pemimpin di masyarakat. Melalui kerja sama yang baik antara 3 lembaga tersebut, maka aspek kognitif (pengetahuan), afektif (penghayatan) dan psikomotorik (pengamalan) ajaran yang diajarkan akan terbentuk pada diri anak.44
5. Metode Pembinaan Moral Dalam teori pendidikan Islam ada beberapa metode yang bisa digunakan dalam pembinaan moral, seperti dijelaskan berikut ini: a. Metode Qudwah (Keteladanan) Metode keteladanan merupakan metode yang paling baik dan paling kuat pengaruhnya dalam pendidikan, sebab melalui model yang ada, orang akan melakukan proses identifikasi, meniru dan memperagakannya. Guru, atau siapapun yang menjadi figur idola akan banyak berpengaruh terhadap perilaku seseorang. b. Metode pembiasaan Pembiasaan dalam penanaman moral merupakan tahapan penting, mengajari moral, tanpa pembiasaan mengajarinya, hanyalah menabur benih ke tengah lautan. Betapa sia-sianya , karena dalam moral bukan sekedar pengetahuan, tetapi pemaknaan dalam kehidupan. c. Metode nasihat 44
Abudin Nata, Akhlak Taswuf dan Karakter Mulia, Cet.Ke-12 (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), hlm. 143-146.
52
Nasihat termasuk metode pendidikan yang memiliki pengaruh yang baik dan efektif bagi pembentukan perilaku anak. Dalam proses membangun pembiasaan moral, perlu dibarengi pemberian nasiahat-nasihat yang menyenangkan dan menyegarkan, sehingga
perilaku
bermoral
benar-benar
didasarkan
pada
pemahaman, penerimaan dan ketulusan yang tinggi. d. Metode pengamatan dan pengawasan Orang tua maupun guru, hendaknya berusaha mampu mengamati
dan
mengawasi
perilaku
seseorang
secara
berkesinambungan, sehingga seorang anak atau siswa senantiasa berada dalam lensa pemantauan. e. Metode hukuman dan ganjaran Hukuman
secara
fisik
atau
setiap
hukuman
yang
menyebabakan anak trauma mental harus dihindari dan dipilih harus lebih educative metode ini digunakan untuk menggugah serta mendidik perasaan seseorang.45
45
Mursidin, Moral Sumber Pendidikan: Sebuah Formula Pendidikan Budi Pekerti di Sekolah/Madrasah, Cet.Ke-1 (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), hlm. 68-71.