BAB II PENGELOLAAN PELAYANAN KEPERAWATAN A.
Konsep Dasar
1.
Definisi Komunitas (community) adalah sekelompok masyarakat yang mempunyai
persamaan nilai (values), perhatian (interest) yang merupakan kelompok khusus dengan batas-batas geografi yang jelas, dengan norma dan nilai yang telah melembaga (Sumijatun dkk, 2006). Misalnya didalam kesehatan di kenal kelompok ibu hamil, kelompok ibu menyusui, kelompok anak balita, kelompok lansia, kelompok masyarakat dalam suatu wilayah desa binaan dan lain sebagainya. Sedangkan dalam kelompok masyarakat ada masyarakat petani, masyarakat pedagang, masyarakat pekerja, masyarakat terasing dan sebagainya (Mubarak, 2006). Keperawatan komunitas sebagai suatu bidang keperawatan yang merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat (public health) dengan dukungan peran serta masyarakat secara aktif serta mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara berkesinambungan tanpa mengabaikan perawatan kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh dan terpadu yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok serta masyarakat sebagai kesatuan utuh melalui proses keperawatan (nursing process) untuk meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal, sehingga mampu mandiri dalam upaya kesehatan (Mubarak, 2006).
Universitas Sumatera Utara
Proses keperawatan komunitas merupakan metode asuhan keperawatan yang bersifat alamiah, sistematis, dinamis, kontiniu, dan berkesinambungan dalam rangka memecahkan masalah kesehatan klien, keluarga, kelompok serta masyarakat
melalui
langkah-langkah
seperti
pengkajian,
perencanaan,
implementasi, dan evaluasi keperawatan (Wahyudi, 2010). 2.
Tujuan dan Fungsi Keperawatan Komunitas
a.
Tujuan keperawatan komunitas Tujuan proses keperawatan dalam komunitas adalah untuk pencegahan
dan peningkatan kesehatan masyarakat melalui upaya-upaya sebagai berikut. 1) Pelayanan keperawatan secara langsung (direct care) terhadap individu, keluarga, dan keluarga dan kelompok dalam konteks komunitas. 2) Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat (health general community) dengan mempertimbangkan permasalahan atau isu kesehatan masyarakat yang dapat memengaruhi keluarga, individu, dan kelompok. Selanjutnya, secara spesifik diharapkan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat mempunyai kemampuan untuk: 1) Mengidentifikasi masalah kesehatan yang dialami; 2) Menetapkan masalah kesehatan dan memprioritaskan masalah tersebut; 3) Merumuskan serta memecahkan masalah kesehatan; 4) Menanggulangi masalah kesehatan yang mereka hadapi; 5) Mengevaluasi sejauh mana pemecahan masalah yang mereka hadapi, yang akhirnya dapat meningkatkan kemampuan dalam memelihara kesehatan secara mandiri (self care).
Universitas Sumatera Utara
b.
Fungsi keperawatan komunitas 1) Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan ilmiah bagi kesehatan masyarakat dan keperawatan dalam memecahkan masalah klien melalui asuhan keperawatan. 2) Agar masyarakat mendapatkan pelayanan yang optimal sesuai dengan kebutuhannya dibidang kesehatan. 3) Memberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan pemecahan masalah, komunikasi yang efektif dan efisien serta melibatkan peran serta masyarakat. 4) Agar masyarakat bebas mengemukakan pendapat berkaitan dengan permasalahan atau kebutuhannya sehingga mendapatkan penanganan dan pelayanan yang cepat dan pada akhirnya dapat mempercepat proses penyembuhan (Mubarak, 2006).
3.
Strategi Intervensi Keperawatan Komunitas Strategi intervensi keperawatan komunitas adalah sebagai berikut: a.
Proses kelompok (group process) Seseorang dapat mengenal dan mencegah penyakit, tentunya setelah
belajar dari pengalaman sebelumnya, selain faktor pendidikan/pengetahuan individu, media masa, Televisi, penyuluhan yang dilakukan petugas kesehatan dan sebagainya. Begitu juga dengan masalah
kesehatan di lingkungan sekitar
masyarakat, tentunya gambaran penyakit yang paling sering mereka temukan sebelumnya sangat mempengaruhi upaya penangan atau pencegahan penyakit yang mereka lakukan. Jika masyarakat sadar bahwa penangan yang bersifat
Universitas Sumatera Utara
individual tidak akan mampu mencegah, apalagi memberantas penyakit tertentu, maka mereka telah melakukan pemecahan-pemecahan masalah kesehatan melalui proses kelompok. b.
Pendidikan Kesehatan (Health Promotion) Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang dinamis,
dimana perubahan tersebut bukan hanya sekedar proses transfer materi/teori dari seseorang ke orang lain dan bukan pula seperangkat prosedur. Akan tetapi, perubahan tersebut terjadi adanya kesadaran dari dalam diri individu, kelompok atau masyarakat sendiri. Sedangkan tujuan dari pendidikan kesehatan menurut Undang-Undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 maupun WHO yaitu ”meningkatkan kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan; baik fisik, mental dan sosialnya; sehingga produktif secara ekonomi maupun secara sosial. c.
Kerjasama (Partnership) Berbagai persoalan kesehatan yang terjadi dalam lingkungan masyarakat
jika tidak ditangani dengan baik akan menjadi ancaman bagi lingkungan masyarakat luas. Oleh karena itu, kerja sama sangat dibutuhkan dalam upaya mencapai tujuan asuhan keperawatan komunitas melalui upaya ini berbagai persoalan di dalam lingkungan masyarakat akan dapat diatasi dengan lebih cepat.
Universitas Sumatera Utara
4.
Pusat Kesehatan Komunitas Penyelenggaraan pelayanan kesehatan komunitas dapat dilakukan di: a.
Sekolah atau Kampus Pelayanan keperawatan yang diselenggarakan meliputi pendidikan
pencegahan penyakit, peningkatan derajat kesehatan dan pendidikan seks. Selain itu perawata yang bekerja di sekolah dapat memberikan perawatan untuk peserta didik pada kasus penyakit akut yang bukan kasus kedaruratan misalnya penyakit influensa, batu dll. Perawat juga dapat memberikan rujukan pada peserta didik dan keluarganya bila dibutuhkan perawatan kesehatan yang lebih spesifik. b.
Lingkungan kesehatan kerja Beberapa perusahaan besar memberikan pelayanan kesehatan bagi
pekerjanya yang berlokasi di gedung perusahaan tersebut. Asuhan keperawatan di tempat ini meliputi lima bidang. Perawata menjalankan program yang bertujuan untuk: 1) Meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja dengan mengurangi jumlah kejadian kecelakaan kerja 2) Menurunkan resiko penyakit akibat kerja 3) Mengurangi transmisi penyakit menular anatar pekerja 4) Memberikan program peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, dan pendidikan kesehatan 5) Mengintervensi
kasus-kasus
lanjutan
non
kedaruratan
dan
memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan (Mubarak, 2006).
Universitas Sumatera Utara
c.
Lembaga perawatan kesehatan di rumah Klien sering kali membutuhkan asuhan keperawatan khusus yang dapat
diberikan secara efisien di rumah. Perawat di bidang komunitas juga dapat memberikan perawatan kesehatan di rumah misalnya: perawata melakukan kunjungan rumah, hospice care, home care dll. Perawat yang bekerja di rumah harus memiliki kemampuan mendidik, fleksibel, berkemampuan, kreatif dan percaya diri, sekaligus memiliki kemampuan klinik yang kompeten. d.
Lingkungan kesehatan kerja lain Terdapat sejumlah tempat lain dimana perawat juga dapat bekerja dan
memiliki peran serta tanggungjawab yang bervariasi. Seorang perawat dapat mendirikan praktek sendiri, bekerja sama dengan perawata lain, bekerja di bidang pendididkan , penelitian, di wilayah binaan, puskesmas dan lain sebagainya. Selain itu, dimanapun lingkungan tempat kerjanya, perawat ditantang untuk memberikan perawatan yang berkualitas (Mubarak, 2006). 5.
Bentuk – Bentuk Pendekatan dan Partisipasi Masyarakat a.
Posyandu Pos pelayanan terpadu atau yang lebih dikenal dengan posyandu Secara
sederhana dapat diartika sebagai pusat kegiatan dimana masyarakat dapat sekaligus memperoleh pelayanan KB dan Kesehatan. Selain itu posyandu juga dapat diartikan sebagai wahana kegiatan keterpaduan KB dan kesehatan ditingkat kelurahan atau desa, yang melakukan kegiatan-kegiatan seperti: (1) kesehatan ibu dan anak, (2) KB, (3) imunisasi, (4) peningkatan gizi, (5) penanggulangan diare, (6) sanitasi dasar, (7) penyediaan obat esensial (Zulkifli, 2003).
Universitas Sumatera Utara
Pelayanan yang diberikan di posyandu bersifat terpadu, hal ini bertujuan untuk memberikan kemudahan dan keuntungan bagi masyarakat karena di posyandu tersebut masyarakat dapat memperolah pelayanan lengkap pada waktu dan tempat yang sama. Posyandu dipandang sangat bermanfaat bagi masyarakat namun keberadaannya di masyarakat kurang berjalan dengan baik, oleh karena itu pemerintah mengadakan revitalisasi posyandu. Revitalisasi posyandu merupakan upaya pemberdayaan posyandu untuk mengurangi dampak dari krisis ekonomi terhadap penurunan status gizi dan kesehatan ibu dan anak. Kegiatan ini juga bertujuan untuk meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam menunjang upaya mempertahankan dan meningkatkan status gizi serta kesehatan ibu dan anak melalui peningkatan kemampuan kader, manajemen dan fungsi posyandu (Zulkifli, 2003). Tujuan pokok penyelenggaraan Posyandu adalah untuk : (1) mempercepat penurunan angka kematian ibu dan anak, (2) meningkatkan pelayanan kesehatan ibu untuk menurunkan IMR, (3) mempercepat penerimaan NKKBS, (4) meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan kesehatan dan kegiatan lain yang menunjang peningkatan kemampuan hidup sehat, (5) pendekatan dan pemerataan pelayanan kesehatan pada penduduk berdasarkan letak geografi, (6) meningkatkan dan pembinaan peran serta masyarakat dalam rangka alih teknologi untuk swakelola usaha kesehatan masyarakat. Menurut (Nasru effendi, 2000) untuk menjalankan kegiatan Posyandu dilakukan dengan system 5 meja, yaitu: 1) Meja I
Universitas Sumatera Utara
a)
Pendaftaran
b) Pencacatan bayi, balita, ibu hamil, ibu menyusui, dan PUS (Pasangan Usia Subur) 2) Meja II Penimbangan Balita dan ibu hamil 3) Meja III Pengisian KMS 4) Meja IV a)
Diketahui BB anak yang naik/tidak naik, ibu hamil dengan resiko tinggi, PUS yang belum mengikuti KB
b) Penyuluhan kesehatan c)
Pelayanan PMT, oralit, Vit. A, Tablet zat besi, Pil ulangan, Kondom
5) Meja V a)
Pemberian iminisasi
b)
Pemeriksaan Kehamilan
c)
Pemeriksaan kesehatan dan pengobatan
d) Pelayanan kontrasepsi IUD, suntikan. Peserta Posyandu mendapat pelayanan meliputi : 1) Kesehatan ibu dan anak : a)
Pemberian pil tambah darah (ibu hamil)
b) Pemberian vitamin A dosis tinggi ( bulan vitamin A pada bulan Februari dan Agustus)
Universitas Sumatera Utara
c)
PMT
d) Imunisasi. e)
Penimbangan balita rutin perbulan sebagai pemantau kesehatan balita
melalui
pertambahan
berat
badan
setiap
bulan.
Keberhasilan program terlihat melalui grafik pada kartu KMS setiap bulan. 2) Keluarga berencana, pembagian Pil KB dan Kondom. 3) Pemberian Oralit dan pengobatan. 4) Penyuluhan kesehatan lingkungan dan penyuluhan pribadi sesuai permasalahan dilaksanakan oleh kader PKK melalui meja IV dengan materi dasar dari KMS baita dan ibu hamil. Keberhasilan Posyandu tergambar melalui cakupan SKDN Namun bila kita lihat di lapangan tepatnya di wilayah desa binaan komunitas Lingkungan V Kelurahan Titi Kuning Kecamatan Medan Johor sistem 5 meja tidak dilakukan dalam pelaksanaan posyandu melainkan hanya menggunakan 1 meja saja cukup untuk semua kegiatan Posyandu. Mulai dari pendaftaran sampai pelayanan kesehatan dilakukan pada 1 meja saja. Fenomena seperti ini harus kita maklumi, bahwa sistem 5 meja bukan standar yang baku untuk kegiatan Posyandu. Untuk kegiatan Posyandu menggunakan 5 meja atau 1 meja sama saja yang terpenting kegiatan Posyandu berjalan lancar. Menurut (Nasrul effendi, 2000), untuk meja I sampai meja IV dilaksanakan oleh kader kesehatan dan untuk meja V dilaksanakan oleh petugas kesehatan seperti dokter, bidan, perawat, juru imunisasi. Tetapi dilapangan yang
Universitas Sumatera Utara
kita temukan dari meja 1 sampai meja 5 dilakukan oleh semua perawat puskesmas, hanya di beberapa posyandu yang kader kesehatannya berperan aktif. Pendidikan dan pelatihan kader selama ini hanya sebatas wacana saja di masyarakat. Kader seharusnya lebih aktif berpatisipasi dalam kegiatan Posyandu. Keadaan seperti ini masih perlu perhatian khusus untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. 6.
Model Konseptual Dalam Keperawatan Komunitas Model adalah sebuah gambaran deskriptif dari sebuah praktik yang
bermutu yang mewakili sesuatu yang nyata atau gambaran yang mendekati kenyataan dari konsep. Model praktik keperawatan didasarkan pada isi dari sebuah teori dan konsep praktik (Riehl & Roy, 1980 dalam Sumijatun, 2006). Salah satu model keperawatan kesehatan komunitas yaitu Model Health Care System (Betty Neuman, 1972). Model konsep ini merupakan model konsep yang menggambarkan aktivitas keperawatan, yang ditujukan kepada penekanan penurunan stress dengan cara memperkuat garis pertahanan diri, baik yang bersifat fleksibel, normal, maupun resisten dengan sasaran pelayanan adalah komunitas (Mubarak & Chayatin, 2009). Menurut Sumijatun (2006) teori Neuman berpijak pada metaparadigma keperawatan yang terdiri dari yang terdiri dari klien, lingkungan, kesehatan dan keperawatan.Asumsi Betty Neuman tentang empat konsep utama yang terkait dengan keperawatan komunitas adalah: a.
Manusia,
merupakan suatu sistem terbuka
yang selalu
mencari
keseimbangan dari harmoni dan merupakan suatu kesatuan dari variabel
Universitas Sumatera Utara
yang utuh, yaitu: fisiologi, psikologi, sosiokultural, perkembangan dan spiritual b.
Lingkungan, meliputi semua faktor internal dan eksternal atau pengaruhpengaruh dari sekitar atau sistem klien
c.
Sehat, merupakan kondisi terbebas dari gangguan pemenuhan kebutuhan. Sehat merupakan keseimbangan yang dinamis sebagai dampak dari keberhasilan menghindari atau mengatasi stresor.
Optimum health
Incipient ilnes
Over ilnes
Very serious ilnes
Skema 1. Sehat Bersifat Dinamis
Rekreasi
Lingkungan
Ekonomi
Pendidikan Client Keamanan dan
Komunikasi
Pelayanan Kesehatan dan Sosial
Politik dan Pemerintahan
Universitas Sumatera Utara
Komunitas Garis pertahanan fleksibel (buffer zone)
Garis Pertahanan normal (kesehatan)
Client
Garis resistensi (kekuatan)
Inti (Individu)
Skema 2: Health Care System Model
Rekreasi
=
Stresor
Lingkungan
Model ini menganalisi interaksi anatara empat variabel yang menunjang keperawatan komunitas, yaitu aspek fisik atau fisiologis, aspek psikologis, aspek sosial dan kultural, serta aspek spiritual. Sehat menurut Neuman adalah suatu keseimbangan bio, psiko, cultural dan spiritual pada tiga garis pertahanan klien, yaitu garis pertahanan fleksibel, normal dan resisten. Sehat dapat diklasifikasikan dalam delapan tahapan, yaitu: a.
Normally well, yaitu sehat secara psikologis, medis dan social
Universitas Sumatera Utara
b.
Pessimistic, yaitu bersikap atau berpandangan tidak mengandung harapan baik (misalnya khawatir sakit, ragu akan kesehatannya, dan lain-lain)
c.
Socially ill, yaitu secara psikologis dan medis baik, tetapi kurang mampu secara social, baik ekonomi maupun interaksi social dengan masyarakat
d.
Hypochondriacal, yaitu penyakit bersedih hati dan kesedihan tanpa alasan
e.
Medically ill, yaitu sakit secara medis yang dapat diperiksa dan diukur
f.
Martyr, yaitu orang yang rela menderita atau meninggal dari pada menyerah karena mempertahankan agama/kepercayaan. Dalam kesehatan, seseorang yang tidak memperdulikan kesehatannya, dia tetap berjuang untuk kesehatan/keselamatan orang lain
g.
Optimistic, yaitu meskipun secara medis dan social sakit, tetapi mempunyai harapan baik. Keadaan ini sering kali sangat membantu dalam penyembuhan sakit medisnya
h.
Seriously ill, yaitu benar-benar sakit, baik secara psikologis, medis dan sosial
Universitas Sumatera Utara
7.
Hubungan Konsep Keperawatan Komunitas Dengan Pelayanan Kesehatan Utama Keperawatan komunitas adalah suatu dalam keperawatan yang merupakan
perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan peran serta aktif masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan masyarakat dengan menekankan kepada peningkatan peran serta masyarakat dalam melakukan upaya promotif dan perventif dengan tidak melupakan tindakan kuratif dan rehabilitatif sehingga diharapkan masyarakat mampu mengenal, mengambil keputusan dalam memelihara kesehatannya (Mubarak, 2009). Selain menjadi subjek, masyarakat juga menjadi objek yaitu sebagai klien yang menjadi sasaran dari keperawatan kesehatan komunitas terdiri dari individu dan masyarakat. Berdasarkan pada model pendekatan totalitas individu dari Neuman (1972 dalam Anderson, 2006) untuk melihat masalah pasien, model komunitas
sebagai
klien
dikembangkan
untuk
menggambarkan
batasan
keperawatan kesehatan masyarakat sebagai sintesis kesehatan masyarakat dan keperawatan. Model tersebut telah diganti namanya menjadi model komunitas sebagai mitra, untuk menekankan filosofi pelayanan kesehatan primer yang menjadi landasannya.
Universitas Sumatera Utara
Secara lebih rinci dijabarkan sebagai berikut : a.
Tingkat individu Individu adalah bagian dari anggota keluarga. Apabila individu tersebut
mempunyai masalah kesehatan maka perawat akan memberikan asuhan keperawatan pada individu tersebut. Pelayanan pada tingkat individu dapat dilaksanakan pada rumah atau puskesmas, meliputi penderita yang memerlukan pelayanan tindak lanjut yang tidak mungkin dilakukan asuhan keperawatan di rumah dan perlu kepuskesmas, penderita resiko tinggi seperti penderita penyakit demam darah dan diare. Kemudian individu yang memerlukan pengawasan dan perawatan berkelanjutan seperti ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan balita. b.
Tingkat keluarga Keperawatan kesehatan komunitas melalui pendekatan keperawatan
keluarga memberikan asuhan keperawatan kepada keluarga yang mempunyai masalah kesehatan terutama keluarga dengan resiko tinggi diantaranya keluarga dengan sosial ekonomi rendah dan keluarga yang anggota keluarganya menderita penyakit menular dan kronis. Hal ini dikarenakan keluarga merupakan unit utama masyarakat dan lembaga yang menyakut kehidupan masyarakat. Dalam pelaksanaannya, keluarga tetap juaga berperan sebagai pengambil keputusan dalam memelihara kesehatan anggotanya. c.
Tingkat komunitas Keperawatan kesehatan komunitas di tingkat masyarakat dilakukan dalam
lingkup kecil sampai dengan lingkup yang luas didalam suatu wilayah kerja puskesmas. Pelayanan ditingkat masyarakat dibatasi oleh wilayah atau masyarakat
Universitas Sumatera Utara
yang mempunyai ciri-ciri tertentu misalnya kebudayaan, pekerjaan, pendidikan dan sebagainya. Asuhan keperawatan komunitas diberikan dengan memandang komunitas sebagai klien dengan strategi intervensi keperawatan komunitas yang mencakup tiga aspek yaitu primer, sekunder dan tertier melalui proses individu dan kelompok dengan kerja sama lintas sektoral dan lintas program. Pelayanan yang diberikan oleh keperawatan komunitas mencakup kesehatan komunitas yang luas dan berfokus pada pencegahan yang terdiri dari tiga tingkat yaitu: a.
Pencegahan primer Pelayanan pencegahan primer ditunjukkan kepada penghentian penyakit
sebelum terjadi karena itu pencegahan primer mencakup peningkatan derajat kesehatan secara umum dan perlindungan spesifik. Promosi kesehatan secara umum mencakup pendidikan kesehatan baik pada individu maupun kelompok. Pencegahan primer juga mencakup tindakan spesifik yang melindungi individu melawan agen-agen spesifik misalnya tindakan perlindungan yang paling umum yaitu memberikan imunisasi pada bayi, anak balita dan ibu hamil, penyuluhan gizi bayi dan balita. b.
Pencegahan sekunder Pelayanan pencegahan sekunder dibuat untuk menditeksi penyakit lebih
awal dengan mengobati secara tepat. Kegiatan-kegiatan yang mengurangi faktor resiko dikalifikasikansebagai pencegahan sekunder misalnya memotivasi keluarga
Universitas Sumatera Utara
untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui posyandu dan puskesmas. c.
Pencegahan tertier Yang mencakup pembatasan kecacatan kelemahan pada seseorang dengan
stadium dini dan rehabilitasi pada orang yang mengalami kecacatan agar dapat secara optimal berfungsi sesuai dengan kemampuannya, misalnya mengajarkan latihan fisik pada penderita patah tulang. Selanjutnya agar dapat memberikan arahan pelaksanaan kegiatan, berikut ini diuraikan falsafah keperawatan komunitas dan pengorganisasian masyarakat (Mubarak, 2009) : a.
Falsafah Keperawatan Kesehatan Komunitas Keperawatan
kesehatan
komunitas
merupakan
pelayanan
yang
memberikan perhatian terhadap pengaruh lingkungan (bio-psiko-sosio-kulturalspiritual) terhadap kesehatan masyarakat dan memberikan prioritas pada strategi pada pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan. Falsafah yang melandasi yang mengacu pada paradigma keperawatan secar umum dengan empat komponen dasar yaitu; manusia, kesehatan, lingkungan dan keperawatan. b.
Pengorganisasian masyarakat Tiga model pengorganisasian masyarakat menurut Rothman (1998)
meliputi peran serta masyarakat (localiti developmen), perencanaan sosial melalui birokrasi pemerintah (social developmant) dan aksi sosial berdasarkan kejadian saat itu (social action) (Mubarak, 2009).
Universitas Sumatera Utara
Pelaksanaan pengorganisasian masyarakat dilakukan melalui tahapantahapan berikut: 1) Tahap persiapan Dilakukan dengan memilih area atau daerah yang menjadi prioritas, menentukan
cara
untuk
berhubungan
dengan
masyarakat
,
mempelajari dan bekerjasama dengan masyarakat. 2) Tahap pengorganisasian Dengan persiapan pembentukan kelompok dan penyesuaian dengan pola yang ada dimasyarakat dengan pembentukan kelompok kerja kesehatan. 3) Tahap pendidikan dan pelatihan Melalui kegiatan-kegiatan pertemuan teratur dengan kelompok masyarakat melalui pengkajian, membuat pelayanan keperawatan langsung pada individu, keluarga dan masyarakat. 4) Tahap formasi kepemimpinan Memberikan dukungan latihan dan mengembangkan keterampialan yang mengikuti perencanaan, pengorganisasian, pergerakan dan pengawasan kegiatan pendidikan kesehatan. 5) Tahap koordinasi Kerjasama dengan sektor terkait dalam upaya memandirikan masyarakat
Universitas Sumatera Utara
6) Tahap akhir Supervisi bertahap dan diakhiri dengan evaluasi dan pemberian umpan balik dan masing-masing evaluasi untuk perbaikan untuk kegiatan kelompok kesehatan kerja selanjutnya.
8.
Proses Pelaksanaan Keperawatan Komunitas Keperawatan komunitas merupakan suatu bidang khusus keperawatan
yang merupakan gabungan dari ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu sosial yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang diberikan kepada individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat baik yang sehat maupun yang sakit (mempunyai masalah kesehatan/keperawatan), secara komprehensif melalui upaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif dan resosialitatif dengan melibatkan peran serta aktif masyarakat secara terorganisir bersama tim kesehatan lainnya untuk dapat mengenal masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi serta memecahkan masalah-masalah yang mereka miliki dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan sesuai dengan hidup sehat sehingga dapat meningkatkan fungsi kehidupan dan derajat kesehatan seoptimal mungkin dan dapat diharapkan dapat mandiri dalam memelihara kesehatannya (Chayatin, 2009). Menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra kerja dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan kesehatan. Pelayanan keperawatan profesional yang merupakan perpaduan antara konsep kesehatan masyarakat dan
Universitas Sumatera Utara
konsep keperawatan yang ditujukan pada seluruh masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi (Efendi, 2009). Keperawatan komunitas merupakan Pelaksanaan keperawatan komunitas dilakukan melalui beberapa fase yang tercakup dalam proses keperawatan komunitas dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah yang dinamis. Fase-fase pada proses keperawatan komunitas secara langsung melibatkan komunitas sebagai klien yang dimulai dengan pembuatan kontrak/partner ship dan meliputi pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi (Efendi, 2009). Asuhan keperawatan yang diberikan kepada komunitas atau kelompok adalah (Mubarak, 2005): a.
Pengkajian Pengkajian merupakan upaya pengumpulan data secara lengkap dan
sistematis terhadap mesyarakat untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat baik individu, keluarga atau kelompok yang menyangkut permasalah pada fisiologis, psikologis, sosial ekonomi, maupun spiritual dapan ditentukan. 1) Pengumpulan Data Hal yang perlu dikaji pada komunitas atau kelompok antara lain : a) Inti (Core) meliputi : Data demografi kelompok atau komunitas yang terdiri atas usia yang beresiko, pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan, agama, nilai-nilai, keyakinan, serta riwayat timbulnya kelompok atau komunitas.
Universitas Sumatera Utara
b) Mengkaji 8 subsistem yang mempengaruhi komunitas, antara lain: (1) Perumahan, bagaimana penerangannya, sirkulasi, bagaimana kepadatannya karena dapat menjadi stresor bagi penduduk (2) Pendidikan komunitas, apakah ada sarana pendidikan yang dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat (3) Keamanan dan keselamatan,
bagaimana keselamatan dan
keamanan tempat tinggal, apakah masyarakat merasa nyaman atau tidak, apakag sering mengalami stres akibat keamanan dan keselamatan yang tidak terjamin (4) Kualiti dan kebijakan pemerintah terkait kesehatan, apakah cukup menunjang, sehingga memudahkan masyarakat mendapatkan pelayanan di berbagai bidang termasuk kesehatan (5) Pelayanan kesehatan yang tesedia, untuk diteksi dini atau memantau gangguan yang terjadi (6) Pelayanan kesehatan yang tersedia, untuk melakukan deteksi dini dan merawat atau memantau gangguan yang terjadi (7) Sistem komunikasi, serta komunikasi apa saja yang dapat dimanfaatkan masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan yang terkait dengan gangguan penyakit (8) Sistem ekonomi, tingkat sosial ekonomi masyarakat secara keseluruhan, apakah pendapatan yang terima sesuai dengan Upah Minimum Registrasi (UMR) atau sebaliknya
Universitas Sumatera Utara
(9) Rekreasi, apakah tersedia sarana rekreasi, kapan saja dibuka, apakah biayanya dapat dijangkau masyarakat 2) Jenis Data Jenis data secara umum dapat diperoleh dari data subjektif dan data objektif (Mubarak, 2005): a) Data Subjektif Yaitu data yang diperoleh dari keluhan atau masalah yang dirasakan oleh individu, keluarga, kelompok, dan komunitas, yang diungkapkan secara langsung melalui lisan. b) Data Objektif Data yang diperoleh melalui suatu pemeriksaan, pengamatan dan pengukuran 3) Sumber Data a) Data primer Data yang dikumpulkan oleh pengkaji dari individu,keluarga, kelompok,
masyarakat
berdasarkan
hasil
pemeriksaan
atau
pengkajian. b) Data sekunder Data yang diperoleh dari sumber lain yang dapat dipercaya, misalnya: kelurahan, catatan riwayat kesehatan pasien atau medical record.
4) Cara Pengumpulan Data a) Wawancara yaitu: kegiatan timbale balik berupa Tanya jawab
Universitas Sumatera Utara
b) Pengamatan yaitu: melakukan observasi dengan panca indra c) Pemeriksaan fisik: melakukan pemeriksaan pada tubuh individu 5) Pengelolaan Data a) Klasifikasi data atau kategorisasi data b) Perhitungan presentase cakupan dengan menggunakan telly c) Tabulasi data d) Interpretasi data 6) Analisa Data Kemampuan untuk mengkaitkan data dan menghubungkan data dengan kemampuan kognitif yang dimiliki sehingga dapat diketahui tentang kesenjangan atau masalah yang dihadapi oleh masyarakat apakah itu masalah kesehatan atau masalah keperawatan. 7) Penentuan Masalah atau Perumusan Masalah Kesehatan Berdasarkan analisa data dapat diketahui masalah kesehatan dan masalah keperawatan yang dihadapi oleh masyarakat sehingga dapat dirumuskan masalah kesehatan. 8) Prioritas Masalah Prioritas masalah dapat ditentukan berdasarkan hierarki kebutuhan Abraham H Maslow: a) Keadaan yang mengancam kehidupan b) Keadaan yang mengancam kesehatan c) Persepsi tentang kesehatan dan keperawatan
Universitas Sumatera Utara
b. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan ialah respon individu pada masalah kesehatan baik yang actual maupun potensial. Diagnose keperawatan komunitas akan memeberikan gambaran tentang masalah dan status kesehatan masyarakat baik yang nyata dan yang mungkin terjadi. Diagnosa ditegakkan berdasarkan tingkat rekreasi komunitas terhadap stresor yang ada. Selanjutnya dirumuskan dalam tiga komponen, yaitu problem/masalah (P), etiology atau penyebab (E), dan symptom atau manifestasi/data penunjang (S) (Mubarak, 2005). 1) Problem : merupakan kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan normal yang seharusnya terjadi. 2) Etiologi : penyebab masalah kesehatan atau keperawatan yang dapat memeberikan arah terhadap intervensi keperawatan. 3) Symptom : tanda atau gejala yang tampak menunjang masalah yang terjadi. c.
Perencanaan/ Intervensi Perencanaan keperawatan merupakan penyusunan rencana tindakan
keperawatan yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai dengan diagnosis keprawatan yang sudah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan pasien. Perencanaan intervensi yang dapat dilakukan berkaitan dengan diagnosa keperawatan komunitas yang muncul diatas adalah (Mubarak, 2005): 1) Lakukan pendidikan kesehatan tentang penyakit 2) Lakukan demonstrasi ketrampilan cara menangani penyakit 3) Lakukan deteksi dini tanda-tanda gangguan penyakit
Universitas Sumatera Utara
4) Lakukan kerja sama dengan ahli gizi dalam mennetukan diet yang tepat 5) Lakukan olahraga secara rutin 6) Lakukan kerja sama dengan pemerintah atau aparat setempat untuk memperbaiki lingkungan komunitas 7) Lakukan rujukan ke rumah sakit bila diperlukan d. Pelaksanaan/Implementasi Pelaksanaan merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan keperawatan yang telah disusun. Dalam pelaksanaannya tindakan asuhen keperawatan harus bekerjasama dengan angoota tim kesehatan lain dalam hal melibatkan pihak puskesmas, bidan desa, dan anggota masyarakat (Mubarak, 2005). Perawat bertanggung jawab dalam melaksanakan tindakan yang telah direncanakan yang bersifat (Efendi, 2009), yaitu: 1) Bantuan untuk mengatasi masalah gangguan penyakit 2) Mempertahankan kondisi yang seimbang dalam hal ini perilaku hidup sehat dan melaksanakan upaya peningkatan kesehatan 3) Mendidik komunitas tentang perilaku sehat untuk mencegah gangguan penyakit 4) Advocat komunitas yang sekaligus memfasilitasi terpenuhinya kebutuhan komunitas
Universitas Sumatera Utara
e.
Penilaian/Evaluasi Evaluasi memuat
keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan
keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan antara proses dengan dengan pedoman atau rencana proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membandingkan tingkat kemandirian masyarakat dalam perilaku kehidupan sehari-hari dan tingkat kemajuan masyarakat komunitas dengan tujuan yang sudah ditentukan atau dirumuskan sebelumnya (Mubarak, 2005). Adapun tindakan dalam melakukan evaluasi adalah: 1) Menilai respon verbal dan nonverbal komunitas setelah dilakukan intervensi 2) Menilai kemajuan oleh komunitas setelah dilakukan intervensi keperawata 3) Mencatat adanya kasus baru yang dirujuk ke rumah sakit B.
Analisis Lingkungan Binaan
1.
Pengkajian Pada tahap pengkajian dilakukan penyusunan angket (kuesioner) yang
akan diisi oleh masyarakat. Penyusunan angket dilakukan melalui supervisi dan koordinasi dengan pembimbing Keperawatan Komunitas. Melalui angket tersebut diharapkan akan diperoleh informasi tentang masalah masalah kesehatan yang ada di masyarakat. Setelah angket direvisi kemudian dilakukan penyebaran 100 buah angket secara langsung kepada masyarakat yang menjadi sampel untuk mewakili
Universitas Sumatera Utara
keseluruhan masyarakat Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor. Penyebaran angket berlangsung mulai tanggal 13 Juni – 15 Juni 2012. Pengisian angket dilakukan dengan metode wawancara. Setelah angket terkumpul dilakukan tabulasi data melalui proses komputerisasi kemudian data disajikan dalam bentuk diagram untuk selanjutnya dianalisa. a.
Data Umum Keluarga
Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan pada 100 keluarga di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor diperoleh data sebagai berikut : Diagram 1 Proporsi Penduduk Berdasarkan Usia di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor Bulan Juni 2012
Analisa: Dari diagram di atas terlihat bahwa penduduk dengan usia dewasa (21-54 tahun) merupakan persentase terbesar yaitu 53% dan presentase terkecil yaitu bayi (0-< 1 tahun) sebanyak 3%. Hal ini menunjukkan bahwa daerah lingkungan IV memiliki salah satu modal dasar berupa SDM pada usia produktif yang diharapkan dapat bermanfaat untuk menanggulangi masalah kesehatan
Universitas Sumatera Utara
Diagram 2 Proporsi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor Bulan Juni 2012
Analisa: Diagram di atas menunjukkan bahwa penduduk mayoritas berjenis kelamin laki-laki sebesar 51% sedangkan perempuan sebesar 49%. Berdasarkan data di atas dapat dipertimbangkan pendekatan dalam memberikan asuhan keperawatan komunitas sehingga dalam intervensi keperawatan komunitas dapat dipertimbangkan partisipasi kepala keluarga.
Universitas Sumatera Utara
Diagram 3 Proporsi Penduduk Berdasarkan Pendidikan di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor Bulan Juni 2012
Analisa: Dari diagram di atas dapat dilihat bahwa mayoritas pendidikan masyarakat adalah SLTA/sederajat sebanyak 41% diikuti jenjang SD sederajat 36% dan SLTP 16%, dan perguruan tinggi (D1-S2) sebanyak 7%. Berdasarkan data diatas perlu diperhitungkan
faktor
tingkat
pendidikan
dalam
memberikan
tindakan
keperawatan berupa penyuluhan kesehatan.
Universitas Sumatera Utara
Diagram 4 Proporsi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor Bulan Juni 2012
Analisa : Sebanyak 46% penduduk lingkungan IV bekerja sebagai wiraswasta dan sebanyak pekerjaan yang paling sedikit 5% adalah PNS. Dalam hal ini perlu diperhatikan kemungkinan ketersediaan waktu yang dimiliki keluarga dalam mengikuti kegaiatan yang akan dilakukan sehingga perlu dibuat kesesuaian antara waktu kerja keluarga dengan waktu untuk kegiatan keperawatan komunitas.
Universitas Sumatera Utara
Diagram 5 Proporsi Penduduk Berdasarkan Agama di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor Bulan Juni 2012
Analisa : Dari diagram di atas dapat dilihat bahwa mayoritas penduduk beragama Islam sebanyak 96% dan agama Kristen 1%, Budha 1%, Hindu 2% . Data ini dapat menjadi masukan dalam rencana kegiatan di masyarakat untuk melibatkan tokoh agama terkait.
Universitas Sumatera Utara
Diagram 6 Proporsi Penduduk Berdasarkan Penghasilan Keluarga di Lingkungan IV Kelurahan Medan Johor Kecamatan Medan Johor Bulan Juni 2012
Analisa : Berdasarkan diagram di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 49% keluarga yang mempunyai penghasilan perbulannya > Rp.1000.000. Sebanyak 37% keluarga berpenghasilan Rp. 500.000- 1000.000 dan yang berpenghasilan setiap bulannya < Rp.500.000 sebanyak 14%. Dengan melihat data di atas dapat dipertimbangkan intervensi keperawatan yang berhubungan dengan penghasilan keluarga.
Universitas Sumatera Utara
Diagram 7 Proporsi Penduduk Berdasarkan Suku di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor Bulan Juni 2012
Analisa : Diagram di atas menunjukkan keberagaman suku di Lingkungan IV. Suku terbanyak adalah suku Jawa (80%) diikuti dengan Batak (10%) dan suku minoritas adalah suku Minang (6%) dan Melayu (4%). Dengan demikian, dalam perencanaan tindakan keperawatan komunitas harus mempertimbangkan aspek sosial budaya/kultural yang ada di lingkungan tersebut terutama budaya Jawa dan Batak. b. Pengetahuan Ibu Balita Untuk mengetahui sejauh mana pengeyahuan ibu balita terhadap tumbuh kembang dan masalah-masalah kesehatan balita di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor, masyarakat dikaji seputar tumbuh kembang balita, kebersihan diri, penyakit kecacingan, cara mencuci tangan, gizi balita dan perawatan gigi.Berikut adalah hasil pengkajian terhadap aspek kesehatan lingkungan di wilayah Lingkungan IV. a.
Tumbuh Kembang Balita
Universitas Sumatera Utara
Diagram 8 Proporsi Pengetahuan Ibu terhadap Apa yang Dimaksud dengan Bertumbuh dan Berkembang di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor Bulan Juni 2012
Analisa : Diagram di atas menunjukkan Ibu yang menjawab yang dimaksud dengan bertumbuh dan berkembang adalah semua benar atau dengan kata lain betrtambah besar, bertambah tinggi dan matang secara psikologis sebanyak 60%. Sebanyak 40% lagi menjawab hanya bertambah tinggi dan bertambah besar.
Universitas Sumatera Utara
Diagram 9 Proporsi Pengetahuan Ibu terhadap Hal-Hal yang Dapat Diukur untuk Mengetahui Pertumbuhan di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor Bulan Juni 2012
Analisa: Diagram di atas menunjukkan Ibu yang menjawab pertumbuhan dapat diukur dengan berat badan saja sebanyak 40% sedangkan ibu yang menjawab petumbuhan dapat diukur dengan berat badan, tinggi badan, lingkar kepala dan lingkar lengan atas ada sebanyak 60%.
Universitas Sumatera Utara
Diagram 10 Proporsi Ibu yang Pernah Mendapat Penyuluhan atau Informasi tentang Tumbuh Kembang Balita di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor Bulan Juni 2012
Analisa: Dari diagram di atas dapat dilihat bahwa ibu yang pernah mendapat penyuluhan atau informasi mengenai tumbuh kembang balita ada sebanyak 60%. Sementara 40% lagi belum pernah mendapat informasi mengenai tumbuh kembang balita.
Universitas Sumatera Utara
Diagram 11 Proporsi Ibu yang Menjawab Faktor Lingkungan Berpengaruh pada Waktu Masih dalam Kandungan dan Proses Tumbuh Kembang Anak setelah Lahir di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor Bulan Juni 2012
Analisa: Dari diagram di atas dapat dilihat bahwa ibu menjawab lingkungan berpengaruh terhadap proses tumbuh kembang anak pada saat di dalam kandungan maupun setelah lahir ada sebanyak 60%. Sementara 40% lagi mengatakan lingkungan tidak berpengaruh.
Universitas Sumatera Utara
Diagram 12 Proporsi Ibu yang Menjawab Berpakaian Sendiri Hampir Benar dan Mencocokkan Sepatu Kanan dan Kiri Berada pada Tahap Perkembangan Anak Usia Berapa di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor Bulan Juni 2012
Analisa: Dari diagram di atas dapat dilihat bahwa ibu menjawab berpakaian sendiri hampir benar dan mencocokkan sepatu kanan dan kiri berada pada tahap perkembangan anak usia 3 tahun ada sebanyak 60%. Sebanyak 20% menjawab erada pada usia 4 tahun dan 20% lagi menjawab berada pada usia 5 tahun.
Universitas Sumatera Utara
b. Personal Hygiene/Kebersihan Diri
Diagram 13 Proporsi Ibu yang Pernah Mendapat Penyuluhan atau Informasi tentang Personal Hygiene/Kebersihan Diri di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor Bulan Juni 2012
Analisa: Dari diagram di atas dapat dilihat bahwa ibu yang pernah mendapat penyuluhan atau informasi mengenai personal hygiene/kebersihan diri ada sebanyak 60%. Sementara 40% lagi belum pernah mendapat informasi mengenai personal hygiene/kebersihan diri.
Universitas Sumatera Utara
Diagram 14 Proporsi Pengetahuan Ibu tentang Tujuan dari Personal Hygiene di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor Bulan Juni 2012
Analisa: Dari diagram di atas dapat dilihat bahwa ibu mengatakan tujuan dari personal hygiene atau kebersihan diri adalah meningkatkan derajat kesehatan seseorang, mencegah penyakit, menciptakan keindahan dan meningkatkan rasa percaya diri ada sebanyak 60%, sementara 40% menjawab mengatakan tujuan dari personal hygiene atau kebersihan diri hanya untuk mencegah penyakit.
Universitas Sumatera Utara
Diagram 15 Proporsi Ibu yang Menjawab Perawatan mata termasuk dalam Personal Hygiene/Kebersihan Diri di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor Bulan Juni 2012
Analisa: Dari diagram di atas dapat dilihat bahwa ibu menjawab perawatan mata termasuk dalam personal hygiene/kebersihan diri ada sebanyak 100%.
Universitas Sumatera Utara
Diagram 16 Proporsi Pengetahuan Ibu tentang Dampak yang Sering Timbul dari Masalah Personal Hygiene di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor Bulan Juni 2012
Analisa: Dari diagram di atas dapat dilihat bahwa ibu yang mengatakan dampak yang sering timbul dari masalah personal hygiene adalah gangguan integritas kulit, gangguan membrane mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku ada sebanyak 60%. Sementara 40% lagi mengatakan dampak yang sering timbul dari masalah personal hygiene hanya gangguan integritas kulit saja.
Universitas Sumatera Utara
Diagram 17 Proporsi Ibu yang Banyaknya Mencuci Rambut dalam Seminggu di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor Bulan Juni 2012
Analisa: Dari diagram di atas dapat dilihat bahwa ibu yang menjawab mencuci rambut sebaiknya dilakukan lebih dari tiga kali dalam seminggu ada sebanyak 60%. Ibu yang menjawab 2x seminggu 20% sementara yang menjawab 3x seminggu 20%.s c. Penyakit Kecacingan Diagram 18 Proporsi Ibu yang Pernah Mendapat Penyuluhan atau Informasi tentang Penyakit Kecacingan di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor Bulan Juni 2012
Universitas Sumatera Utara
Analisa: Dari diagram di atas dapat dilihat bahwa ibu yang pernah mendapat penyuluhan atau informasi mengenai penyakit kecacingan ada sebanyak 60%. Sementara 40% lagi belum pernah mendapat informasi mengenai penyakit kecacingan. Diagram 19 Proporsi Pengetahuan Ibu terhadap Penyebab Kecacingan di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor Bulan Juni 2012
Analisa : Diagram di atas menunjukkan Ibu yang menjawab penyakit kecacingan dapat disebabkan oleh buang aisr besar di lantai, tidak mencuci tangan sebelum makan dan tidak memakai alas kaki keluar dari rumah ada sebanyak 60%. Sementara 40% mengatakan penyebab penyakit kecacingan hanya karena tidak mencuci tangan sebelum makan.
Universitas Sumatera Utara
Diagram 20 Proporsi Ibu yang Pernah Memberikan Obat Cacing kepada Anak di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor Bulan Juni 2012
Analisa: Dari diagram di atas dapat dilihat bahwa ibu yang pernah memberikan obat cacing kepada anak ada sebanyak 60%. Sementara 40% lagi belum pernah memberikan obat cacing kepada anak.
Universitas Sumatera Utara
Diagram 21 Proporsi Pengetahuan Ibu terhadap Waktu Pemberian Obat Cacing di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor Bulan Juni 2012
Analisa : Diagram di atas menunjukkan Ibu yang menjawab pemberian obat cacing dilakukan setiap enam bulan sekali sebanyak 80%. Sementara 20% lagi mengatakan obat cacing diberikan setiap tiga bulan sekali.
Universitas Sumatera Utara
Diagram 22 Proporsi Pengetahuan Ibu terhadap Gejala Kecacingan di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor Bulan Juni 2012
Analisa : Diagram di atas menunjukkan Ibu yang menjawab gejala kecacingan adalah kembung, mual, muntah-muntah, kehilangan nafsu makan, diare dan susah tidur ada sebanyak 60%. Ibu yang menjawab hanya kembung, mual dan muntahmuntah ada 20% sementara yang menjawab kehilangan nafsu makan dan diare ada 20%.
Universitas Sumatera Utara
Diagram 23 Proporsi Ibu yang Pernah Memberikan Obat Cacing kepada Anak di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor Bulan Juni 2012
Analisa: Dari diagram di atas dapat dilihat bahwa ibu yang pernah memberikan obat cacing kepada anak ada sebanyak 60%. Sementara 40% lagi belum pernah memberikan obat cacing kepada anak. d.
Cara Mencuci Tangan Diagram 24 Proporsi Ibu yang Pernah Mendapat Penyuluhan atau Informasi tentang Cara Mencuci Tangan di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor Bulan Juni 2012
Analisa:
Universitas Sumatera Utara
Dari diagram di atas dapat dilihat bahwa ibu yang pernah mendapat penyuluhan atau informasi mengenai cara mencuci tangan ada sebanyak 80%. Sementara 20% lagi belum pernah mendapat informasi mengenai cara mencuci tangan. Diagram 25 Proporsi Ibu dengan Anak yang Selalu Mencuci tangan dengan Sabun di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor Bulan Juni 2012
Analisa: Dari diagram di atas dapat dilihat bahwa ibu dengan anak yang selalu mencuci tangan dengan sabun ada sebanyak 100%.
Diagram 26 Proporsi Pengetahuan Ibu tentang Waktu Mencuci Tangan di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor Bulan Juni 2012
Universitas Sumatera Utara
Analisa: Dari diagram di atas dapat dilihat bahwa ibu yang mengatakan mencuci tangan sebaiknya dilakukan pada saat sebelum dan sesudah makan, setelah buang air, setelah bermain, sebelum dan sesudah melakukan kegiatan ada sebanyak 100%. Diagram 27 Proporsi Pengetahuan Ibu tentang Ada Berapa Langkah Cara mencuci Tangan di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor Bulan Juni 2012
Analisa : Diagram di atas menunjukkan Ibu yang menjawab ada 5 langkah cara mencuci tangan yang baik dan benar ada sebanyak 60%. Sementara 40% lagi mengatakan hanya 4 langkah cara mencuci tangan yang baik dan benar.
Universitas Sumatera Utara
Diagram 28 Proporsi Ibu yang Mengatakan Mencuci Tangan pada Air Mengalir di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor Bulan Juni 2012
Analisa: Dari diagram di atas dapat dilihat bahwa ibu yang mengatakan mencuci tangan sebaiknya pada air mengalir ada sebanyak 100%.
e.
Gizi Balita
Universitas Sumatera Utara
Diagram 29 Proporsi Ibu yang Pernah Mendapat Penyuluhan atau Informasi tentang Gizi/Nutrisi Balita di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor Bulan Juni 2012
Analisa: Dari diagram di atas dapat dilihat bahwa ibu yang pernah mendapat penyuluhan atau informasi mengenai cara gizi/nutrisi balita sebanyak 60%. Sementara 40% lagi belum pernah mendapat informasi mengenai gizi/nutrisi balita. Diagram 30 Proporsi Pengetahuan Ibu tentang Penyebab Penyakit Marasmus dan Kwashiorkor di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor Bulan Juni 2012
Universitas Sumatera Utara
Analisa : Diagram di atas menunjukkan Ibu yang menjawab penyebab penyakit marasmus dan kwashiorkor adalah kekurangan protein ada sebanyak 60%. Sementara 40% lagi mengatakan penyebab penyakit marasmus dan kwashiorkor adalah kelebihan protein, kelebihan vitamin, kekurangan protein dan kekurangan vitamin. Diagram 31 Proporsi Pengetahuan Ibu tentang Sumber Protein di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor Bulan Juni 2012
Analisa : Diagram di atas menunjukkan Ibu yang menjawab sumber protein dari telur, ikan dan kedelai ada sebanyak 60%. Sementara 40% lagi mengatakan sumber protein dari telur dan ikan saja.
Universitas Sumatera Utara
Diagram 32 Proporsi Pengetahuan Ibu tentang Konsistensi Makanan pada Anak Diare di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor Bulan Juni 2012
Analisa : Diagram di atas menunjukkan Ibu yang menjawab konsistensi makanan yang baik diberikan pada anak diare adalah lunak dan hangat sebanyak 100%.
Universitas Sumatera Utara
Diagram 33 Proporsi Pengetahuan Ibu tentang Sumber Vitamin C di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor Bulan Juni 2012
Analisa : Diagram di atas menunjukkan Ibu yang menjawab sumber vitamin C dari Jeruk dan Cabai ada sebanyak 40%. Sementara 60% lagi mengatakan sumber vitamin C hanya dari jeruk. f.
Perawatan Gigi Diagram 34
Proporsi Ibu yang Pernah Mendapat Penyuluhan atau Informasi tentang Perawatan Gigi di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor Bulan Juni 2012
Analisa:
Universitas Sumatera Utara
Dari diagram di atas dapat dilihat bahwa ibu yang pernah mendapat penyuluhan atau informasi mengenai perawatan gigi sebanyak 60%. Sementara 40% lagi belum pernah mendapat informasi mengenai perawatan gigi.
Diagram 35 Proporsi Ibu dengan Anak Balita yang Selalu Menyikat Gigi Tiap Hari di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor Bulan Juni 2012
Analisa: Dari diagram di atas dapat dilihat bahwa ibu ibu dengan anak balita yang selalu menyikat gigi tiap hari sebanyak 100%.
Universitas Sumatera Utara
Diagram 36 Proporsi Pengetahuan Ibu tentang Penyakit yang Dapat Ditimbulkan Akibat Gigi yang Tidak Terawat di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor Bulan Juni 2012
Analisa : Diagram di atas menunjukkan Ibu yang menjawab penyakit yang dapat ditimbulkan akibat gigi yang tidak terawat adalah penyakit gula dan kanker sebanyak 20%. Sementara 80% lagi mengatakan penyakit jantung, pembuluh darah, stroke, paru, gula dan kanker tidak ada kaitannya dengan perawatan gigi.
Universitas Sumatera Utara
Diagram 37 Proporsi Ibu tentang Waktu mengganti Sikat Gigi di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor Bulan Juni 2012
Analisa : Diagram di atas menunjukkan Ibu yang menjawab mengganti sikat gigi sebaiknya dilakukan maksimal 3-4 bulan ada sebanyak 100%.
Diagram 38 Proporsi Pengetahuan Ibu tentang Waktu Menyikat Gigi di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor Bulan Juni 2012
Universitas Sumatera Utara
Analisa : Diagram di atas menunjukkan Ibu yang mengatakan sikat gigi sebaiknya dilakukan sesudah makan dan sebelum tidur ada 100% 2.
Analisa Situasi Kelurahan Titi Kuning Kecamatan Medan Johor terbagi dalam lima belas
lingkungan. Pada praktek lapangan Keperawatan Komunitas Program Pendidikan Profesi Ners ini, kelompok II ditempatkan di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor yang memiliki 450 KK (Kepala Keluarga) dengan jumlah penduduk 2010 jiwa. Tahap persiapan diawali dengan pertemuan pertama dengan staf/petugas Kelurahan/Kepala Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor. Melalui pertemuan ini diperoleh profil demografi Kelurahan Gedung Johor. Berdasarkan karakteristik sosial masyarakat yang ada, terdapat perkumpulan masyarakat seperti: perwiridan dan STM (Serikat Tolong Menolong) berjalan dengan baik. Dalam rangka mengenal dan membina hubungan saling percaya antara mahasiswa F.Kep USU dengan warga di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor, kelompok melakukan pendekatan terhadap tokoh masyarakat dan tokoh agama daerah setempat. Dari hasil pengkajian yang dilakukan pada lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor, Kecamatan Medan Johor maka dilakukan analisa SWOT terhadap pengkajian adalah : a.
Strength
Universitas Sumatera Utara
1) Adanya kerjasama yang baik sesama anggota kelompok dalam melakukan pengkajian 2) Masyarakat yang dikelola memiliki karakteristik kesehatan yang berbeda 3) Tersedia sarana dan prasarana untuk melakukan pengumpulan data yang sesuai dengan kuesioner yang disediakan 4) Tersedia format kuesioner yang digunakan untuk pengumpulan data 5) Mempunyai standar asuhan keperawatan komunitas 6) Komunikasi dengan masyarakat terjalin dengan baik 7) Semua kuesioner terisi dengan baik dan sesuai dengan yang diharapkan 8) Tersedia sarana yang dibutuhkan untuk analisa data 9) Sistem analisa data menggunakan SPSS (sistem komputerisasi) 10) Sistem pendokumentasian dari setiap kegiatan yang sudah baik 11) Daerah binaan berada pada satu wilayah yang dapat terjangkau b.
Weakness 1) Pendekatan mahasiswa terhadap masyarakat pada saat pengumpulan data belum terjalin dengan baik 2) Adanya penolakan beberapa anggota masyarakat pada saat dilakukan pembagian kuesioner 3) Pemilihan keluarga sampel dilakukan secara random sehingga adakalanya terdapat masyarakat yang mengalami masalah tidak terkaji
Universitas Sumatera Utara
4) Pada saat sosialisasi minat masyarakat masih kurang untuk melihat masalah kesehatan yang dihadapi setelah dilakukan pengkajian 5) Sebagian anggota tim kurang dalam mengkaji kondisi kesehatan keluarga yang ada. c.
Opportunity 1) Ada kerjasama yang baik antara mahasiswa dengan kepala lingkungan, tokoh masyarakat, tokoh agama dan remaja lingkungan IV pada saat pengumpulan data. 2) Sebagian masyarakat menerima mahasiswa saat melakukan pengisian data kuesioner 3) Data yang diperlukan diperoleh melalui interview, observasi, dan survey.
d.
Threatened 1) Pemahaman masyarakat berbeda dengan yang diharapkan oleh mahasiswa 2) Masyarakat kurang memahami manfaat dari pengumpulan data yang diperlukan untuk evaluasi kegiatan 3) Kurangnya penerimaan masyarakat terhadap mahasiswa Hal ini sesuai dengan yang dituliskan pada subbab sebelumnya dimana
langkah awal dari proses keperawatan yaitu pengkajian keperawatan komunitas yang terdiri dari pengumpulan data aktual yang relevan, memunculkan data yang hilang dan interpretasi data. Pada pengumpulan data dapat dilakukan dengan interview, pengisian kuesioner, dan survey. Untuk data yang tidak tersedia secara
Universitas Sumatera Utara
aktual maka dilakukan interaksi dengan anggota komunitas dan kelompok komunitas meliputi pengetahuan dan kepercayaan komunitas, nilai, persepsi, norma, proses pemecahan masalah, dan struktur kepemimpinan dan orang yang berpengaruh. Setelah data terkumpul maka dilakukan analisa data yang dilakukan dengan sesama kelompok dengan mengkombinasikan antara pengumpulan dan pemunculan data, lalu data diinterpretasikan. Berdasarkan analisa dari hasil pengumpulan data, kemudian kelompok melakukan pengklasifikasian data yang akan digunakan untuk menentukan tingkat pengetahuan ibu terhadap tumbuh kembang dan masalah-masalah kesehatan balita yang terjadi di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor.
Universitas Sumatera Utara
Analisa data masalah kesehatan disajikan dalam tabel berikut: No. Data 1. Tumbuh Kembang Balita o sebanyak 40% ibu dengan balita tidak mengetahui bahwa faktor psikologis juga dinilai dalam tumbuh kembang o sebanyak 40% ibu dengan balita mengetahui indikator pertumbuhan balita hanya dari berat badan saja o sebanyak 40% ibu belum pernah mendapat penyuluhan atau informasi tentang tumbuh kembang balita o sebanyak 40% ibu mengatakan lingkungan tidak berpengaruh terhadap tumbuh kembang balita 2.
3.
4.
Personal Hygiene o sebanyak 40% ibu belum pernah mendapat penyuluhan atau informasi tentang personal hygiene o sebanyak 40% ibu hanya mengetahui satu tujuan dari personal hygiene o sebanyak 40% ibu hanya mengetahui satu masalah yang dapat timbul akibat defisit kebersihan diri/personal hygiene o sebanyak 40% ibu mengatakan mencuci rambut dilakukan < 3x seminggu Penyakit Kecacingan o sebanyak 40% ibu belum pernah mendapat penyuluhan atau informasi tentang penyakit kecacingan o sebanyak 40% ibu mengetahui hanya satu penyebab kecacingan o sebanyak 40% ibu tidak/belum pernah memberikan obat cacing kepada anaknya o sebanyak 20% ibu mengatakan memberikan obat cacing per tiga bulan sekali o sebanyak 40% ibu hanya mengetahui dua gejala kecacingan Cara mencuci Tangan o sebanyak 20% ibu belum pernah mendapat penyuluhan atau informasi tentang cara mencuci tangan
Masalah Resiko gangguan tumbuh kembang balita
Resiko tinggi gangguan integritas kulit pada balita
Resiko tinggi diare pada balita
Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada balita
Universitas Sumatera Utara
o sebanyak 40% ibu mengatakan langkah mencuci tangan yang baik dan benar < 4x 5.
6.
3.
Gizi Balita o sebanyak 40% ibu belum pernah mendapat penyuluhan atau informasi tentang gizi balita o sebanyak 40% ibu tidak mengetahui penyebab penyakit marasmus dan kwashiorkor o sebanyak 40% ibu tidak mengetahui bahwa kedelai merupakan salah satu sumber protein o sebanyak 60% ibu tidak mengetahui bahwa cabai merupakan salah satu sumber vitamin C Perawatan Gigi o sebanyak 40% ibu belum pernah mendapat penyuluhan atau informasi tentang perawatan gigi o sebanyak 80% ibu tidak mengetahui bahwa penyakit jantung, pembuluh darah, paru, stroke, gula dan kanker dapat disebabkan oleh gigi yang kurang terawat
Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada balita
Resiko terjadinya karies gigi pada anak balita
Rumusan Masalah Untuk dapat menyelesaikan permasalahan dalam pengetahuan ibu
terhadap tumbuh kembang dan masalah-masalah kesehatan balita di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor, penulis menyusun rencana tindakan keperawatan berhubungan dengan masalah yang ditemukan. Berikut ini rencana keperawatan yang disusun oleh kelompok sebagai berikut: a.
Resiko gangguan tumbuh kembang balita berhubungan dengan kurangnya pengetahuan ibu balita terhadap proses tumbuh kembang balita ditandai
Universitas Sumatera Utara
dengan ibu belum pernah mendapat informasi tentang tumbuh kembang balita. b.
Resiko tinggi gangguan integritas kulit pada balita berhubungan dengan kurangnya pengetahuan akan kebersihan diri/personal hygiene balita ditandai dengan ibu belum pernah mendapat penyuluhan atau informasi tentang personal hygiene
c.
Resiko tinggi diare pada balita berhubungan dengan kurangnya pengetahuan ibu terhadap penyakit kecacingan ditandai dengan ibu belum pernah mendapat informasi tentang kecacingan.
d.
Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada balita berhubungan dengan kurangnya pengetahuan ibu dan anak terhadap cara mencuci tangan yang baik dan benar ditandai dengan kurangnya informasi yang didapat ibu, belum pernah mendapat penyuluhan atau informasi tentang cara mencuci tangan
e.
Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada balita berhubungan dengan kurangnya pengetahuan ibu terhadap gizi balita ditandai dengan ibu belum pernah mendapat penyuluhan atau informasi tentang gizi balita
f.
Resiko terjadinya karies gigi pada anak balita berhubungan dengan kurangnya pengetahuan ibu balita terhadap kesehatan gigi ditandai dengan ibu belum pernah mendapat penyuluhan atau informasi tentang perawatan gigi
Universitas Sumatera Utara
4.
Rencana Penyelesaian Masalah a.
Masalah I Tujuan Jangka Panjang: Setelah dilakukan tindakan penyuluhan diharapkan peserta dapat memahami dan mengerti hal-hal yang terkait dengan tumbuh kembang anak Tujuan Jangka Pendek: Setelah dilakukan penyuluhan peserta mampu: 1) Menjelaskan kembali pengertian tumbuh kembang anak 2) Menyebutkan kembali faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan 3) Mampu menyebutkan kembali fase tumbuh kembang pada usia anak peserta
Rencana Tindakan: 1) Penyuluhan tentang tumbuh kembang balita 2) Diskusi tentang tumbuh kembang balita
b.
Masalah II Tujuan Jangka Panjang: Setelah dilakukan penyuluhan mengenai personal higiene diharapkan peserta dapat memahami mengenai personal higiene (kebersihan diri). Tujuan Jangka Pendek: Setelah dilakukan penyuluhan selama 30 menit diharapkan :
Universitas Sumatera Utara
1) Peserta dapat menyebutkan dengan benar hal-hal yang harus diperhatikan pada kebersihan diri secara head to toe 2) Peserta dapat menyebutkan dengan benar alasan dan kegunaan dijaganya kebersihan diri 3) Peserta dapat melaksanakan langkah–langkah dalam personal hygiene (kebersihan diri) 4) Peserta dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-hari Rencana Tindakan: 1) Penyuluhan tentang personal hygiene 2) Diskusi tentang personal hygiene c.
Masalah III Tujuan Jangka Panjang: Setelah diberikan penyuluhan, sasaran diharapkan mampu memahami tentang penyakit cacingan dan hal-hal yang terkait lainnya. Tujuan Jangka Pendek: Setelah dilakukan kegiatan diharapkan : 1) Peserta dapat menjelaskan pengertian penyakit cacingan 2) Peserta dapat menjelaskan penyebab terjadinya penyakit cacingan 3) Peserta dapat menjelaskan akibat penyakit cacingan 4) Peserta dapat menjelaskan cara cacing masuk ke dalam tubuh manusia 5) Peserta dapat menjelaskan gejala penyakit cacingan 6) Peserta dapat menjelaskan pengobatan penyakit cacingan 7) Peserta dapat menjelaskan pencegahan penyakit cacingan
Universitas Sumatera Utara
Rencana Tindakan: 1) Penyuluhan tentang penyakit kecacingan 2) Diskusi tentang penyakit kecacingan d.
Masalah IV Tujuan Jangka Panjang: Setelah dilakukan proses penyuluhan kesehatan selama 30 menit, diharapkan
peserta
mampu
mengerti,
memahami
dan
dapat
mempraktekan tentang 7 langkah cara mencuci tangan yang benar dan sehat. Tujuan Jangka Pendek: Setelah dilakukan kegiatan diharapkan: 1) Menjelaskan pengertian mencuci tangan. 2) Menyebutkan tujuan mencuci tangan. 3) Menjelaskan kapan waktu mencuci tangan. 4) Menyebutkan alat-alat yang diperlukan dalam mencuci tangan. 5) Mendemonstrasikan cara mencuci tangan yang benar dan sehat Rencana Tindakan: 1) Penyuluhan tentang cara mencuci tangan 2) Diskusi tentang cara mencuci tangan 3) Demo tentang cara mencuci tangan pada balita
Universitas Sumatera Utara
e.
Masalah V Tujuan Jangka Panjang: Setelah diberikan penyuluhan, sasaran diharapkan mampu mengenal lebih jelas tentang pemenuhan kebutuhan gizi pada balita Tujuan Jangka Pendek: Setelah dilakukan kegiatan diharapkan: 1) Mengenal Peran Makanan Bagi Balita 2) Menjelaskan Kebutuhan Gizi Balita 3) Menyebutkan Beberapa Hal Yang Mendorong Terjadinya Gangguan Gizi 4) Menyebutkan Akibat Gizi yang Tidak Seimbang 5) Menyebutkan Menu Makanan Balita 6) Menyebutkan Menu untuk Balita yang Sedang Sakit Rencana Tindakan: 1) Penyuluhan tentang gizi/nutrisi balita 2) Diskusi tentang gizi/nutrisi balita
f.
Masalah VI Tujuan Jangka Panjang: Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan, Ibu-ibu balita mampu memahami tentang pentingnya perawatan gigi dalam kehidupan sehari-hari.
Universitas Sumatera Utara
Tujuan Jangka Pendek: Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan selama 20 menit diharapkan peserta: 1) Memahami pengertian perawatan gigi 2) Memahami pentingnya gigi bagi manusia 3) Memahami perawatan gigi dan dapat mampu melakukan penyuluhan pada pasien dan keluarganya. Rencana Tindakan: 1)
Penyuluhan tentang perawawan gigi
2)
Diskusi tentang perawatan gigi
3)
Demo tentang cara menyikat gigi pada balita
5.
Implementasi a.
Masalah I Adapun implementasi dari masalah keperawatan komunitas pertama di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor antara lain : 1) Menjelaskan Defenisi Pertumbuhan dan Perkembangan 2) Menjelaskan Faktor yang Mempengaruhi Tumbuh dan Kembang 3) Menjelaskan Ciri-Ciri Tumbuh Kembang Anak 4) Menjelaskan Prinsip-Prinsip Perkembangan 5) Menjelaskan Hal-hal yang Diukur dalam Pertumbuhan 6) Menjelaskan Fase Tumbuh Kembang Anak 7) Mendiskusikan dengan Ibu Tentang Tumbuh Kembang Balita
Universitas Sumatera Utara
b. Masalah II Adapun implementasi dari masalah keperawatan komunitas kedua di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor antara lain : 1) Menjelaskan Pengertian Personal Hygiene 2) Menjelaskan Tujuan Personal Hygiene 3) Menjelaskan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Personal Hygiene 4) Menjelaskan Dampak yang Sering Timbul pada Masalah Personal Hygiene 5) Menjelaskan Jenis-Jenis Personal Hygiene 6) Menjelaskan Tindakan Yang Diperlukan dalam Personal Hygiene 7) Mendiskusikan dengan Ibu tenteng Personal Hygiene c.
Masalah III Adapun implementasi dari masalah keperawatan komunitas ketiga di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor antara lain : 1) Menjelaskan Pengertian Penyakit Cacingan 2) Menerangkan Penyebab dan Cara Penularan Penyakit Cacingan 3) Menjelaskan Akibat Penyakit Cacingan 4) Menerangkan Perjalanan Cacing 5) Menjelaskan Gejala Penyakit Cacingan 6) Menjelaskan Pengobatan Cacingan 7) Menjelaskan Pencegahan Cacingan 8) Mendiskusikan dengan Ibu Tentang Penyakit Kecacingan
Universitas Sumatera Utara
d. Masalah IV Adapun implementasi dari masalah keperawatan komunitas ketiga di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor antara lain : 1) Menjelaskan pengertian mencuci tangan. 2) Menjelaskan tujuan mencuci tangan. 3) Menjelaskan kapan waktu mencuci tangan. 4) Menjelaskan alat-alat yang diperlukan dalam mencuci tangan. 5) Mendemonstrasikan cara mencuci tangan yang benar dan sehat 6) Mendiskusikan dengan Ibu tentang cara mencuci tangan e.
Masalah V Adapun implementasi dari masalah keperawatan komunitas ketiga di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor antara lain : 1) Menerangkan Pengenalan Gizi Balita 2) Menjelaskan Peran Makanan Bagi Balita 3) Menjelaskan Kebutuhan Gizi Balita 4) Menjelaskan Beberapa Hal Yang Mendorong Terjadinya Gangguan Gizi 5) Menjelaskan Akibat Gizi yang Tidak Seimbang 6) Menjelaskan Menu Makanan Balita 7) Menjelaskan Menu untuk Balita yang Sedang Sakit 8) Mendiskusikan dengan ibu Tentang Gizi/Nutrisi Balita
Universitas Sumatera Utara
f.
Masalah VI Adapun implementasi dari masalah keperawatan komunitas ketiga di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor antara lain : 1) Menjelaskan Pengertian Perawatan Gigi 2) Menjelaskan Pentingnya Gigi Bagi Manusia 3) Menjelaskan Cara-Cara Perawatan Gigi 4) Mendemonstrasikan Cara Menyikat Gigi bersama Balita 5) Mendiskusikan dengan Ibu Tentang Perawatan Gigi
6.
Evaluasi
a.
Masalah I 1) Evaluasi Struktur a) Kegiatan dilaksanakan di Rumah Warga di Lingkungan IV b) Penyuluhan dimulai pukul 10.00 WIB selama 60 menit dan diakhiri pada pukul 11.00 WIB c) Peserta penyuluhan yang datang berjumlah 5 orang d) Media yang digunakan berupa powerpoint dan booklet 2) Evaluasi Proses a) Penyuluhan dimulai sebelumnya.
Durasi
sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan waktu
penyuluhan
sesuai
dengan
yang
direncanakan yaitu 60 menit. b) Kesiapan peserta baik dalam mengikuti penyuluhan dimana peserta antusias dalam mengikuti penyuluhan. Mereka responsive dan cukup tenang selama proses penyuluhan.
Universitas Sumatera Utara
3) Evaluasi Hasil a) Seluruh peserta menyatakan mendapat pengetahuan yang lebih jelas tentang tumbuh kembang balita b) Peserta dapat Menjelaskan kembali pengertian tumbuh kembang anak, menyebutkan kembali faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan, mampu menyebutkan kembali fase tumbuh kembang pada usia anak peserta c) Peserta dapat menjawab pertanyaan yang diajukan 80% dengan benar. b. Masalah II 1) Evaluasi Struktur a) Kegiatan dilaksanakan di Rumah Warga di Lingkungan IV b) Penyuluhan dimulai pukul 10.00 WIB selama 60 menit dan diakhiri pada pukul 11.00 WIB c) Peserta penyuluhan yang datang berjumlah 5 orang d) Media yang digunakan berupa powerpoint dan booklet 2) Evaluasi Proses a) Penyuluhan dimulai sebelumnya.
Durasi
sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan waktu
penyuluhan
sesuai
dengan
yang
direncanakan yaitu 60 menit. b) Kesiapan peserta baik dalam mengikuti penyuluhan dimana peserta antusias dalam mengikuti penyuluhan. Mereka responsive dan cukup tenang selama proses penyuluhan.
Universitas Sumatera Utara
3) Evaluasi Hasil a) Seluruh peserta menyatakan mendapat pengetahuan yang lebih jelas tentang personal hygiene b) Peserta dapat menyebutkan dengan benar hal-hal yang harus diperhatikan pada kebersihan diri secara head to toe, alasan dan kegunaan dijaganya kebersihan diri c) Peserta dapat menjawab pertanyaan yang diajukan 80% dengan benar. c.
Masalah III 1) Evaluasi Struktur a)
Kegiatan dilaksanakan di Rumah Warga di Lingkungan IV
b)
Penyuluhan dimulai pukul 10.00 WIB selama 60 menit dan diakhiri pada pukul 11.00 WIB
c)
Peserta penyuluhan yang datang berjumlah 5 orang
d)
Media yang digunakan berupa powerpoint dan booklet
2) Evaluasi Proses a) Penyuluhan dimulai sebelumnya.
Durasi
sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan waktu
penyuluhan
sesuai
dengan
yang
direncanakan yaitu 60 menit. b) Kesiapan peserta baik dalam mengikuti penyuluhan dimana peserta antusias dalam mengikuti penyuluhan. Mereka responsive dan cukup tenang selama proses penyuluhan. 3) Evaluasi Hasil
Universitas Sumatera Utara
a) Seluruh peserta menyatakan mendapat pengetahuan yang lebih jelas tentang penyakit cacingan b) Peserta dapat menjelaskan pengertian penyakit cacingan, penyebab terjadinya penyakit cacingan, akibat penyakit cacingan, cara cacing masuk ke dalam tubuh manusia, gejala penyakit cacingan, pengobatan penyakit cacingan, pencegahan penyakit cacingan c) Peserta dapat menjawab pertanyaan yang diajukan 80% dengan benar. d. Masalah IV 1) Evaluasi Struktur a) Kegiatan dilaksanakan di Rumah Warga di Lingkungan IV b) Penyuluhan dimulai pukul 10.00 WIB selama 60 menit dan diakhiri pada pukul 11.00 WIB c) Peserta penyuluhan yang datang berjumlah 5 orang d) Media yang digunakan berupa powerpoint dan booklet 2) Evaluasi Proses a) Penyuluhan dimulai sebelumnya.
Durasi
sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan waktu
penyuluhan
sesuai
dengan
yang
direncanakan yaitu 60 menit. b) Kesiapan peserta baik dalam mengikuti penyuluhan dimana peserta antusias dalam mengikuti penyuluhan. Mereka responsive dan cukup tenang selama proses penyuluhan.
Universitas Sumatera Utara
3) Evaluasi Hasil a) Seluruh peserta menyatakan mendapat pengetahuan yang lebih jelas tentang cara cuci tangan b) Peserta dapat menjelaskan pengertian mencuci tangan, tujuan mencuci tangan, kapan waktu mencuci tangan, menyebutkan alat-alat yang diperlukan dalam mencuci tangan, mendemonstrasikan cara mencuci tangan yang benar dan sehat c) Peserta dapat menjawab pertanyaan yang diajukan 80% dengan benar. e.
Masalah V 1) Evaluasi Struktur a) Kegiatan dilaksanakan di Rumah Warga di Lingkungan IV b) Penyuluhan dimulai pukul 10.00 WIB selama 60 menit dan diakhiri pada pukul 11.00 WIB c) Peserta penyuluhan yang datang berjumlah 5 orang d) Media yang digunakan berupa powerpoint dan booklet 2) Evaluasi Proses a) Penyuluhan dimulai sebelumnya.
Durasi
sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan waktu
penyuluhan
sesuai
dengan
yang
direncanakan yaitu 60 menit. b) Kesiapan peserta baik dalam mengikuti penyuluhan dimana peserta antusias dalam mengikuti penyuluhan. Mereka responsive dan cukup tenang selama proses penyuluhan.
Universitas Sumatera Utara
3) Evaluasi Hasil a) Seluruh peserta menyatakan mendapat pengetahuan yang lebih jelas tentang cara cuci tangan b) Peserta dapat menjelaskan peran makanan bagi balita, kebutuhan gizi balita, menyebutkan beberapa hal yang mendorong terjadinya gangguan gizi, menyebutkan akibat gizi yang tidak seimbang, menyebutkan menu makanan balita, menyebutkan menu untuk balita yang sedang sakit c) Peserta dapat menjawab pertanyaan yang diajukan 80% dengan benar. f.
Masalah VI
1) Evaluasi Struktur a) Kegiatan dilaksanakan di Rumah Warga di Lingkungan IV b) Penyuluhan dimulai pukul 10.00 WIB selama 60 menit dan diakhiri pada pukul 11.00 WIB c) Peserta penyuluhan yang datang berjumlah 5 orang d) Media yang digunakan berupa powerpoint dan booklet 2) Evaluasi Proses a) Penyuluhan dimulai sebelumnya.
Durasi
sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan waktu
penyuluhan
sesuai
dengan
yang
direncanakan yaitu 60 menit. b) Kesiapan peserta baik dalam mengikuti penyuluhan dimana peserta antusias dalam mengikuti penyuluhan. Mereka responsive dan cukup tenang selama proses penyuluhan.
Universitas Sumatera Utara
3) Evaluasi Hasil a) Seluruh peserta menyatakan mendapat pengetahuan yang lebih jelas tentang perawatan gigi b) Peserta dapat menjelasakan pengertian perawatan gigi, pentingnya gigi bagi manusia, memahami perawatan gigi dan dapat mampu melakukan penyuluhan pada pasien dan keluarganya c) Peserta dapat menjawab pertanyaan yang diajukan 80% dengan benar. C.
Pembahasan Berdasarkan hasil kegiatan-kegiatan yang sudah dilakukan oleh penulis
dalam hal ini mahasiswa profesi keperawatan komunitas, diperoleh adanya kesenjangan, mulai dari pengkajian, analisa masalah, perumusan masalah, perencanaan penyelesaian masasalah dan intervensi. Setelah data terkumpul maka dilakukan identifikasi masalah keperawatan komunitas. Masing-masing masalah perlu untuk diidentifikasi secara jelas dan dinyatakan sebagai diagnosa keperawatan. Setelah diagnosa keperawatan komunitas ditegakkan maka kelompok melakukan analisa terhadap diagnosa keperawatan komunitas yang telah ditegakkan. Hal-hal yang menjadi pendukung pada saat perumusan masalah antara lain : diagnosa keperawatan komunitas ditegakkan sesuai dengan identifikasi kasus pada saat pengumpulan data, pembobotan (scoring) terhadap masalah keperawatan yang ditemukan terlebih dahulu dilakukan sebelum diagnosa ditegakkan, diagnosa keperawatan komunitas yang ditegakkan meliputi diagnosa keperawatan aktual dan potensial, adanya kerjasama yang baik sesama mahasiswa ketika melakukan pembobotan (scoring),
Universitas Sumatera Utara
perumusan diagnosa keperawatan sesuai dengan konsep, adanya supervisi dari dosen pembimbing secara langsung pada saat diagnosa keperawatan sudah ditegakkan, adanya waktu yang diberikan memperbaiki diagnosa yang tidak sesuai dengan konsep, tersedianya buku-buku yang bisa dijadikan panduan pada saat penegakan diagnosa keperawatan komunitas Adapun hambatan atau kelemahan pada saat merumuskan masalah antar lain, penegakan beberapa diagnosa yang tidak berhubungan, peserta belum mampu menegakkan diagnosa keperawatan komunitas secara baik dan benar, kurangnya data pendukung untuk menegakkan suatu diagnosa keperawatan komunitas. Setelah perumusan masalah dibuat perencanaan yang sesuai dengan masalah yang ditemukan. Setelah dibuat rencana tindakan maka didapatkan halhal yang mendukung proses perumusan masalah antara lain, rencana sesuai dengan prioritas masalah yang ditemukan, tujuan jangka panjang dan jangka pendek disusun sesuai dengan masalah yang ditemukan, perencanan disusun sesuai dengan waktu yang dibutuhkan, setiap perencanaan melibatkan peran serta masyarakat, rencana disusun disesuaikan dengan teknik dan prosedur yang ditetapkan, setiap rencana mempertimbangkan sumber daya dan sarana yang ada di masyarakat, setiap rencana disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai, adanya sarana dan prasarana pendukung untuk dilakukannya perencanaan tindakan, adanya kemauan masyarakat untuk melakukan rencana yang telah disusun, adanya dukungan dari kepala lingkungan, toma dan toga dalam melakukan beberapa rencana tindakan.
Universitas Sumatera Utara
Adapun hal-hal yang menjadi kelemahan atau hambatan pada saat perumusan masalah antara lain, adanya rencana yang diharapkan tetapi sarana tidak mencukupi, perencanaan membutuhkan waktu yang banyak pada saat implementasi, ada beberapa rencana yang kurang menarik minat masyarakat untuk melaksanakannya, rencana membutuhkan dana yang banyak, rencana membutuhkan sarana dan prasarana yang banyak, rencana membutuhkan waktu yang banyak Setelah rencana tindakan disusun maka dilakukan tindakan yang disesuaikan dengan rencana yang telah disusun. Pada saat implementasi penulis menemukan adanya kekuatan atau pendukung dan kelemahan atau penghambat. Hal-hal yang mendukung pada saat proses implementasi antara lain, tersedia sarana dan prasarana yang mendukung untuk dilakukan setiap tindakan keperawatan yang dilaksanakan, pendokumentasian
dilakukan untuk setiap
tindakan yang dilakukan, setiap implementasi dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang diharapkan, mahasiswa memiliki buku-buku sebagai referensi yang mendukung untuk membuat pre planning dari setiap tindakan yang dilakukan kerjasama yang baik antara mahasiswa dan masyarakat dalam setiap kegiatan, Setiap kegiatan mempunyai perencanaan yang baik, kegiatan yang dilakukan bermanfaat bagi masyarakat, kegiatan yang dilakukan lebih fokus pada upaya promotif dan preventif, kegiatan yang dilaksanakan sesuai kebutuhan masyarakat, pemahaman masyarakat akan kesehatan tinggi, masyarakat ikut terlibat dalam setiap kegiatan, masyarakat sadar akan pentingnya tindakan yang diberikan, dan
Universitas Sumatera Utara
ada kegiatan di masyarakat yang dapat digunakan sebagai wadah pelaksanaan tindakan yang dilaksanakan seperti perwiridan, posyandu bayi/balita, dan sekolah. Adapun hal-hal yang didapat pada saat implementasi antara lain, waktu pelaksanaan tidak sesuai dengan yang diharapkan, penyesuaian waktu yang banyak dengan keberadaan masyarakat setempat, pemilihan tempat dilaksanakan kegiatan, lebih fokus kepada hal-hal yang mementingkan diri sendiri dan kesibukan yang menghalangi masyarakat mengikuti setiap kegiatan.
Universitas Sumatera Utara