BAB II PENGELOLAAN PELAYANAN KEPERAWATAN A. Konsep Dasar 1.
Konsep kepemimpinan dan Manajemen keperawatan Kepemimpinan
adalah
proses
mempengaruhi
orang
lain
untuk
bekerjasama secara produktif dan dalam kondisi yang menyenangkan (Tappen, 1995). Sejalan menurut Robbins (1993) kepemimpinan berfokus pada manusia. Kemampuan seseorang untuk mempengaruhi sebuah kelompok menuju kepda pencapaian tujuan kelompok. Manajemen adalah koordinasi dan integrasi sumber-sumber melalui perencanaan, pengorganisasian, koordinasi, pengarahan, dan pengawasan dalam mencapai tujuan (Huber, 1996). Kegiatan manajemen berfokus pada struktur. 2.
Teory Kepemimpinan a. Teori kepribadian/bakat Menurut teori ini pemimpin dilahirkan, tidak dibentuk. Artinya seseorang
dilahirkan memang sudah mempunyai kepribadian menjadi pemimpin. b. Teori Perilaku (Behavioral theory) Terdapat tiga gaya kepemimpinan menurut White & lippit dalam Tappen, et al. (1998) :
Universitas Sumatera Utara
1)
Otokrasi : pemimpin memutuskan, orientasi lebih pada tugas, berdasarkan perintah, kurang inisiatif.
2)
Demokrasi: melibatkan bawahan, orientasi lebih pada tugas, mengutamakan kerja tim, produktivitasnya tinggi.
3)
Laisse-faire:
gaya
kepemimpinan
santai,
acuh
tak
acuh,
pengarahannya kurang, kebebasan individu, sering menimbulkan frustasi. c. Situasional Theory Situasi yang menjadi penentu dalam kepemimpinan. Berfokus pada perilaku pemimpin yang diperlihatkan dan bagaimana gaya kepemimpinan diterapkan sesuai dengan situasi. 3. Fungsi Manajemen Manajemen keperawatan memiliki beberapa elemen utama berdasarkan fungsinya yaitu planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian), actuating (pergerakan), dan controling (pengendalian/ evaluasi). 1)
Planning (Perencanaan) Perencanaan adalah suatu proses berkelanjutan yang diawali
dengan merumuskan tujuan dan rencana tindakan yang akan dilaksanakan, menentukan personal, merancang proses dan kriteria hasil, memberikan umpan balik pada perencanaan yang sebelunya, dan memodifikasi rencana yang diperlukan (Swansburg, 1999)
Universitas Sumatera Utara
Tujuan Perencanaan: a) Upaya koordinasi: bagaimana memberikan arahan. Semua personel paham akan kondisi organisasi dan mengerti kontribusinya dalam mencapai tujuan (mandiri/ tim) melalui pengorganisasian. b) Mengurangi dampak perubahan, misalnya: konflik peran. c) Meminimalkan hasil yang sia-sia, efektif dan efisien dan menghindari pengulangan kegagalan. d) Menetapkan standar pengontrolan/ pengendalian: membandingkan kinerja dan tujuan, deviasi dan tindakan korektif yang diperlukan. e) Menetapkan standar pengontrolan/ pengendalian: membandingkan kinerja dan tujuan, deviasi dan tindakan korektif yang diperlukan. Langkah-langkah dalam Perencanaan a) Pengumpulan data b) Analisa lingkungan (SWOT: strength, weakness, opportunities, treaths) c) Pengorganisasian data: pilih data yang mendukungdan data yang menghambat d) Pembuatan rencana: tentukan objektif, uraian kegiatan, prosedur, target waktu, penanggung jawab, sasaran, biaya, peralatan, metode yang digunakan.
Universitas Sumatera Utara
2)
Organizing (Pengorganisasian) Pengorganisasian adalah langkah untuk menetapkan, menggolong-
golongkan dan mengatur berbagai macam kegiatan, menetapkan tugastugas pokok dan wewenang, dan pendelegasian wewenang oleh pemimpin kepada staf dalam rangka mencapai tujuan organisasi (Munijaya, 2004). Pengorganisasian adalah keseluruhan pengelompokan orang-orang, alatalat, tugas-tugas, kewenangan dan tanggung jawab sedemikian rupa sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai suatu kegiatan kesatuan yang telah ditetapkan (Siagian, 1983 dalam Andrian). Manfaat Didalam proses manajemen pengorganisasian bermanfaat untuk: 1) Penjabaran terinci semua kegiatan yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan 2) Pembagian beban kerja sesuai dengan kemampuan perorangan atau kelompok 3) Mengatur mekanisme kerja dan komunikasi antar masing-masing anggota kelompok `
Tiga aspek penting dalam pengorganisasian meliputi: 1)
Pola struktur yang berarti proses hubungan interaksi yang dikembangkan secara efektif
2)
Penataan tiap kegiatan yang merupakan kerangka kerja dalam organisasi
3)
Struktur kerja organisasi termasuk kelompok kegiatan yang sama, pola hubungan antar kegiatan yang berbeda, penempatan tenaga
Universitas Sumatera Utara
yang tepat dan pembinaan cara komunikasi yang efektif antar perawat Prinsip- prinsip Pengorganisasian 1) Pembagian kerja
4) Manajemen waktu
2) Pendelegasian tugas
5) Kesatuan komando
3) Koordinasi
Universitas Sumatera Utara
3) Actuating (Pergerakan) Actuating (pergerakan) adalah melakukan kegiatan untuk mempengaruhi orang lain agar mau dan suka bekerja dalam rangka menyelesaikan tugas, demi tercapainya tujuan bersama. Dalam hal ini diusahakan agar orang lain yang diperintah tidak hanya semata-mata menerima lisan dari atasan, tetapi bergerak hatinya untuk menyelesaikan tugasnya dengan keadaan sendirinya. Ada tiga tipe pergerakan yang dapat dijadikan acuan, yaitu: 1. Kepemimpinan Kepemimpinan dapat ditinjau dari empat sisi: a. Pola dasar kepemimpinan b. Komponen peristiwa kepemimpinan c. Tipe kepemimpinan d. Figure kepemimpinan 2. Motivasi Kerja Motivasi kerja adalah dorongan yang menyebabkan seseorang mampu melaksanakan suatu pekerjaan yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya. Motivasi kerja terbagi tiga jenis yaitu motivasi, factor motivator, dan factor demotivator. 3. KISS dan Komunikasi KISS adalah akronim yang berarti koordinasi, integrasi, sinkronisasi, dan simplikasi, sedangkan komunikasi merupakan penambahan.
Universitas Sumatera Utara
4) Controlling (Pengendalian/ evaluasi) Controlling adalah proses pemeriksaan apakah segala sesuatu yang terjadi sesuai dengan rencana yang telah disepakati, instruksi yang dikeluarkan, serta prinsip-prinsip yang ditetapkan, yang bertujuan untuk menunjukkan kekurangan dan kesalahan agar dapat diperbaiki dan tidak terjadi lagi (Fayol, 1949 dikutip Swanburg, 2002). Tugas seorang
manajerial dalam
usaha
menjalankan dan
mengembangkan fungsi pengawasan manajerial perlu memperhatikan beberapa prinsip berikut: a)
Pengawasan yang dilakukan harus dimengerti oleh staf dan hasilnya mudah diukur.
b)
Fungsi pengawasan merupakan kegiatan yang amat penting dalam upaya mencapai tujuan organisasi.
c)
Standard untuk kerja yang akan diawasi perlu dijelaskan kepada semua staf, sehingga staf dapat lebih meningkatkan rasa tanggung jawab dan komitmen terhadap kegiatan program.
d)
Kontrol sebagai pengukuran dan koreksi kinerja untuk meyakinkan bahwa sasaran dan kelengkapan rencana untuk mencapai tujuan telah tersedia, serta alat untuk memperbaiki kinerja.
Tedapat 10 karakteristik suatu sistem control yang baik: a) Harus menunjukkan sifat dari aktifitas b) Harus melaporkan kesalahan-kesalahan dengan segera c) Harus memandang kedepan d) Harus menunjukkan penerimaan pada titik krisis
Universitas Sumatera Utara
e) Harus objektif f) Harus fleksibel g) Harus menunjukkan pola organisasi h) Harus ekonomis i) Harus sudah ekonomis j) Harus mudah dimengerti k) Harus menunjukkan tindakan perbaikan Ada 2 metode pengukuran yang digunakan untuk mengkaji pencapaian tujuan keperawatan, yaitu: 1. Analisa data Kepala perawat melihat gerakan, tindakan dan prosedur yang tersusun dalam pedoman tertulis, jadwal, aturan, catatan, anggaran. Hanya ukuran fisik saja dan secara relatif beberapa alat digunakan untuk analisa tugas dalam keperawatan. 2. Kontrol Kualitas Kepala perawat dihadapkan pada pengukuran kualitas dan akibat-akibat dari pelayanan keperawatan. Manfaat pengawasan Apabila fungsi pengawasan dan pengendalian dapat dilaksanakan dengan tepat maka akan diperoleh manfaat: a) Dapat diketahui apakah suatu kegiatan atau program telah dilaksanakan sesuai dengan standar atau rencana kerja b) Dapat diketahui adanya penyimpangan pada pengetahuan dan pengertian staf dalam melaksanakan tugas-tugasnya
Universitas Sumatera Utara
c) Dapat diketahui apakah waktu dan sumber daya lainnya telah mencukupi kebutuhan dan telah digunakan secara benar d) Dapat diketahui staf yang perlu diberikan penghargaan atau bentuk promosi dan latihan kerja 4. Standar Asuhan keperawatan Standar praktek keperawatan telah dijabarkan oleh PPNI (dikutip Nursalam, 2002), yang mengacu kepada tahapan proses keperawatan yang meliputi
pengkajian,
diagnosa
keperawatan,
perencanaan
keperawatan,
implementasi keperawatan dan evaluasi. Standar 1: Pengkajian Keperawatan Pengumpulan data tentang status kesehatan pasien secara sistematis menyeluruh, akurat, singkat dan berkesinambungan dan data dapat diperoleh, dikomunikasikan, dan dicatat. Kriteria pengkajian meliputi: 1) Pengumpulan
data
dilakukan
dengan
cara
anamnese,
observasi
pemeriksaan fisik, serta dari pemeriksaan penunjang 2) Sumber data adalah pasien, keluarga atau orang yang terkait, tim kesehatan, rekam medis dan catatan lain. Data yang dikumpulkan di fokuskan untuk mengidentifikasi: a) Status kesehatan pasien masa lalu b) Status kesehatan pasien saat ini c) Status biologis-psikologis-sosial-spiritual d) Respon terhadap terapi e) Harapan terhadap tingkat kesehatan yang optimal
Universitas Sumatera Utara
f) Risiko tinggi masalah Standar 2: Diagnosa Keperawatan Perawat menganalisa data pengkajian untuk merumuskan diagnosa keperawatan. Adapun kriteria proses: 1) Proses diagnosa terdiri dari analisis interpretasi data identifikasi masalah, perumusan diagnosa keperawatan. 2) Diagnosa keperawatan terdiri dari masalah (P), penyebab (E), dan tabda/ gejala (S), atau terdiri dari masalah dan penyebab (P, E). 3) Bekerja sama dengan pasien dan petugas kesehatan lainnya untuk memvalidasi diagnosa keperawatan. 4) Melakukan pengkajian ulang dan merevisi diagnosa berdasarkan data terbaru. Standar 3: Perencanaan Keperawatan Perawat membuat rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah dan meningkatkan kesehatan pasien. Kriteria proses, meliputi: 1) Perencanaan terdiri dari penetapan proritas masalah, tujuan dan rencana tindakan keperawatan 2) Bekerja sama dengan pasien dalam menyusun rencana tindakan keperawatan 3) Perencanaan bersifat individual sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pasien 4) Mendokumentasikan rencana keperawatan
Universitas Sumatera Utara
Standar 4: Impementasi Perawat megimplementasikan tindakan yang telah diidentifikasi dalam proses asuhan keperawatan. Kriteria proses meliput i: 1) Bekerja sama dengan pasien dalam pelaksanaan tindakan keperawatan 2) Kolaborasi dengan tim kesehatan lain 3) Melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi kesehatan pasien 4) Memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga mengenai konsep, keterampilan asuhan diri, serta membantu pasien memodifikasi lingkungan yang digunakan 5) Mengkaji ulang dan merevisi pelaksanaan tindakan keperawatan berdasarkan respon pasien Standar 5: Evaluasi Perawat mengevaluasi kemajuan pasien terhadap tindakan keperawatan dalam pencapaian tujuan dan merevisi data dasar dan perencanaan. Adapun kriteria prosesnya: 1) Menyusun perencanaan evaluasi hasil dari intervensi secara komprehensif, tepat waktu dan terus-menerus 2) Menggunakan data dasar dan respon pasien dalam mengukur kearah pencapaian tujuan 3) Memvalidasi dan menganalisa data baru dengan teman sejawat 4) Bekerja sama dengan pasien dan keluarga untuk memodifikasi perencanaan keperawatan 5) Mendokumentasikan hasil evaluasi dan memodifikasi perencanaan
Universitas Sumatera Utara
Melalui aplikasi standar asuhan keperawatan tersebut, maka pelayanan keperawatan diharapkan akan menjadi lebih terarah. 5. Pendokumentasian Asuhan keperawatan a.
Pengertian Dokumentasi Dokumentasi adalah tulisan, data penting dari semua intervensi yang tepat
bagi klien dari pengkajian, diagnose, perencanaan, implementasi dan evaluasi keperawatan (Taylor, 1993). Dokumentasi keperawatan merupakan bukti otentik tentang respon klien dan perubhan yang terjadi dari tindakan yang dilakukan oleh perawat baik secara mandiri maupun kolaborasi yang merupakan bagian permanen dari rekam medik klien. b. Tujuan Dokumentasi Asuhan Keperawatan 1) Mengidentifikasi status kesehatan klien dalam rangka mencatat kebutuhan klien,
merencanakan,
melaksanakan
tindakan
keperawatan
dan
mengevaluasi tindakan 2) Dokumentasi untuk penelitian, keuangan, hukum dan etik c.
Standart Dokumentasi Standar dokumentasi merupakan standar yang dapat digunakan untuk
memberikan pengarahan dan panduan dalam melakukan dokumentasi proses keperawatan. Dalam standar dokumentasi terdapat beberapa karakteristik, diantaranya: 1) Perawat. Karakteristik ini memberikan panduan dalam pertanggungjawaban
professional. Selain itu dapat meningkatkan kepuasan perawat dengan adanya protocol dalam praktek keperawatan. Karakteristik ini juga
Universitas Sumatera Utara
memberikan criteria hasil yang dapat mengevaluasi asuhan keperawatan, serta memberikan kerangka kerja bagi pendekatan sistematis untuk pengambilan keputusan dan praktek keperawatan. 2) Klien . Karakteristik ini dapat memberitahu klien ide-ide mengenai:
tanggung jawab kualitas asuhan keperawatan, meningkatkan kepuasan klien dan merefleksikan hak klien. Juga mmeberikan batasan pada klien tentang suatu model pelayanan keperawatan, penetapan kebutuhan pelayanan keperawatan dan keuntungan bagi klien. d. Format Dokumentasi Asuhan Keperawatan 1) Pengkajian. Pencatatan data pengkajian mengikuti prinsip tahapan pengkajian. Format sistematis, akurat dan valid sangat penting untuk membandingkan perubahan kesehatan klien 2) Perencanaan. Sesuai dengan standar perencanaan; identifikasi masalah, merumuskan diagnose, menetapkan tujuan dan hasil yang diharapkan 3) Implementasi. Adalah tindakan yang dilakukan terhadap klien, baik tindakan keperawatan secara mandiri maupun tindakan kolaborasi 4) Evaluasi.
Dapat
dilakukan
pada
setiap
tahapan
proses
keperawatan; pengkajian, perencanaan, dan implementasi 5) Catatan perkembangan. Format bervariasi dan dapat disesuiakan dengan system yang ada. Prinsipnya adalah untuk menilai perkembangan status kesehatan klien, apakah sesuia dengan tujuan dan hasil yang diharapkan
Universitas Sumatera Utara
6) Informasi kesehatan klien. Berbentuk dalam tabel dan grafik selam 24 jam antara lain kurva tanda-tanda vital, daftar pemberian obat, intake-output cairan 7) Ringkasan perpindahan klien. Ringkasan tentang legalitas perpindahan klien antar instotusi rumah sakit, ringkasan format pelaporan meliputi lembaran data dasar demografi, orientasi ruangan dan laporan klinis 8) Perencanaan pulang. Format mencakup personal data klien, dan data kesehatan secara umum dan khusus, surat diizinkan pulang dari dokter yang merawat berikut ringkasan laporan klinis sesuai kondisi klien, penyuluhan kesehatan 9) Perawatan dirumah. Format pendokumentasian yang akan melanjutkan perawatan dirumah klien bertujuan untuk memberikan ringkasan/ informasi perkembangan kesehatan klien selama di RS, agar dokter/ perawat/ tim professional lainnya yang terlibat melanjutkan pengobatan/ perawatan klien dirumah. 6. Model Asuhan Keperawatan Untuk memberikan asuhan keperawatan yang lazim dipakai meliputi metode kasus, metode fungsional, tim keperawatan, keperawatan primer dan system manajemen kasus (Kozier Erb, 1990 dikutip Priharjo R, 1995). a. Metode Kasus Disebut juga sebagai perawatan total yang merupakan metode paling awal. Pada metode ini seorang perawat bertanggung jawab untuk memberikan perawatan pada sejumlah pasien dalam waktu 8-12 jam setiap shift. Pasien akan
Universitas Sumatera Utara
dirawat
oleh perawat yang berbeda pada setiap pergantian shift, metode ini
banyak dipakai pada keadaan kurang tenaga perawat. Jalan keluarnya adalah dengan merekrut tenaga perawat yang baru. b. Metode Fungsional Dalam model ini dibutuhkan pembagian tugas, prosedur, kebijakan dan alur komunikasi yang jelas. Metode ini cukup ekonomis dan efisien serta mengarahkan pemusatan pengendalian. Kelemahan dari metode ini adalah munculnya fragmentasi keperawatan dimana pasien menerima perawatan dari berbagai kategori tenaga keperawatan. c. Metode Tim Metode ini lebih menekankan segi manusiawi pasien dan para perawat anggota dimotivasi untuk belajar. Hal pokok yang harus ada adalah konfrensi tim yang dipimpin ketua tim, rencana asuhan keperawatan dan keterampilan kepemimpinan. Tim bertanggung jawab dalam memberikan asuhan keperawatan kepada sejumlah pasien selama 8-12 jam. Tujuan dari keperawatan tim adalah untuk memberikan perawatan yang berpusat pada klien. Walaupaun metode tim keperawatan telah berjalan secara efektif, mungkin pasien masih menerima fragmentasi asuhan keperawatan jika ketua tim tidak dapat menjalin hubungan yang lebih baik dengan pasien, keterbatasan tenaga dan keahlian dapat menyebabkan kebutuhan pasien tidak terpenuhi. d. Keperawatan Primer Metode ini merupakan system dimana perawat bertanggung jawab selama 24 jam sehari, 7 hari/ minggu. Ini merupakan metode yang memberikan perawatan secara komprehensif, individual dan konsisten.
Universitas Sumatera Utara
Metode primer membutuhkan pengetahuan keperawatan dan keterampilan manajemen. Keperawatan primer melibatkan semua aspek peran professional termasuk
pendidikan
kesehatan,
advokasi,
pembuatan
keputusan
dan
kesinambungan perawatan. Perawat primer merupakan manajer garis terdepan bagi perawatan pasien dengan akuntabilitas dan tanggung jawab yang menyertainya. e. Sistem Manajemen Kasus Ini meupakan system pelayanan keperawatan yang lebih baru dimana para manajer kasus (case manager) bertanggung jawab terhadap muatan kasus pasien selam dirawat. Para manajer dapat terkait dengan muatan kasus dalam beberapa cara seperti: a) Dengan dokter dan pasien tertentu b) Dengan pasien secara geografis berada dalam satu unit atau unit-unit c) Dengan mengadakan diagnose Metode
ini
mempertahankan
filsafat
keperawatan
primer
dan
membutuhkan seorang sarjana keperawatan atau perawat dengan pendidikan tingkat master untum mengimplementasikan praktek keperawatan debgab budget yang tinggi. f. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Sistem MAKP adalah suatu kerangka kerja yang mendefinisikan empat unsur, yakni standar, proses keperawatan, pendidikan keperawatan, dan system MAKP. Definisi tersebut berdasarkan prinsip-prinsip nilai yang diyakini, dan akan menentukan kualitas produksi/ jasa layanan keperawatan. Jika perawat tidak memiliki nilai-nilai tersebut sebagai sesuatu pengambilan keputusan yang
Universitas Sumatera Utara
independen, maka tujuan pelayanan kesehatan/ keperawatan dalam memenuhi kepuasan klien tidak akan dapat terwujud. Keberhasilan suatu asuhan keperawatan kepada klien sangat ditentukan oleh pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan professional. Dengan semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat akan pelayanan keperawatan dan tuntutan perkembangan
iptek,
maka
metode sistem pemberian asuhan
keperawatan harus efektif dan efisien. Pada model metode praktek keperawatan professional harus mampu memberikan asuhan keperawatan professional dan untuk itu diperlukan penataan pada beberapa komponen yaitu : MAN 1) Perawat Struktur organisasi, pendiddikan, struktur organisasi, beban kerja, pendidikan, pembagian tugas, jumlah tenaga, serifikasi, dan komunikasi 2) Pasien Tingkat ketergantungan, alur pasien dan gambaran kasus METODE 1) Penerapan MAKP 2) Dokumentasi keperawatan 3) Timbang terima 4) Ronde keperawatan 5) Sentralisasi obat 6) Discharge planning
Universitas Sumatera Utara
7) Supervise 8) Dokumentasi keperawatan MATERIAL 1) Sarana dan prasarana petugas kesehatan 2) Sarana dan prasarana untuk pasien 3) Sarana dan prasarana peralatan kesehatan 4) Ruang penunjang 5) Buku SOP dan SAK 6) Intervensi alat tenun 7) Jumlah tempat tidur
Dasar Pertimbangan Pemilhan Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) a. Sesuai dengan Visi dan Misi Institusi Dasar utama penentuan model pemberian asuhan keperawatan harus didasarkan pada visi dan misi rumah sakit. b. Dapat diterapkannya Proses Keperawatan dalam Asuhan Keperawatan Proses keperawatan merupakan unsur penting terhadap kesinambungan asuhan keperawatan kepada pasien. Keberhasilan dalam asuhan keperawatan sangat ditentukan oleh pendekatan proses keperawatan. c. Efisien dan Efektif Penggunaan Biaya Setiap suatu perubahan, harus selalu mempertimbangkan biaya dan efektivitas dalam kelancaran pelaksanaannya. Bagaimana pun baiknya suatu model, tanpa ditunjang oleh biaya memadai, maka tidak akan didapat hasil yang sempurna.
Universitas Sumatera Utara
d. Terpenuhinya Kepuasan Klien, Keluarga, dan Masyarakat Tujuan akhir asuhan keperawatan adalah kepuasan pelanggan atau pasien terhadap asuhan yang diberikan oleh perawat. Oleh karena itu, model yang baik adalah model asuhan keperawatan yang dapat menunjang kepuasan klien. e. Kepuasan Kinerja Perawat Kelancaran pelaksanaan suatu model sangat ditentukan oleh motivasi dan kinerja perawat. Model yang dipilih harus dapat meningkatkan kepuasan perawat, bukan justru menanbah beban kerja dan frustasi dalam pelaksanaannya. f. Terlaksananya Komunikasi yang Adekuat antara Perawat dan Tim Kesehatan Lainnya Komunikasi secara professional sesuai dengan lingkup tanggung jawab merupakan dasar pertimbangan penentuan model. Model Asuhan Keperawatan diharapkan akan dapat meningkatkan hubungan interpersonal yang baik antara perawat dan tenaga kesehatatan lainnya. g. Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) a. Pengertian MPKP Suatu sistem (struktur, proses dan nilai-nilai professional yang memungkinkan perawat professional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan, yang dapat menopang pemberian asuhan tersebut (Hoffart and Woods, 1996). b. Lima Komponen dalam MPKP 1) Nilai-nilai professional yamg merupakan inti dari MPKP 2) Hubungan antar professional 3) Metode pemberian asuhan keperawatan
Universitas Sumatera Utara
4) Pendekatan manajemen terutama dalam perubahan pengambilan
keputusan 5) Sistem kompensasi dan penghargaan
c. Nilai-nilai Profesional MPKP 1) Nilai-nilai tentang penghargaan atas otonomi pasien 2) Penghargaan atas harkat dan martabat klien sebagai manusia 3) Melakukan yang baik bagi klien 4) Tidak merugikan klien 5) Komitmen pada pendidikan belajar secara berkelanjutan
Nilai-nilai harus terus ditingkatkan, diperlukan pemahaman dan komitmen perawat yang tinggi terhadap tugas dan tanggung jawabnya. Sikap perawat untuk terus belajar
sehingga
selalu dapat memberikan asuhan kepewatan sesuai
perkembangan IPTEK. d. Jenis MPKP Menurut
Ratna
Sudarsono
(2000),
berdasarkan
pengalaman
mengembangkan MPKP dan masukan dari berbagai pihak perlu dipikirkan untuk mengembangkan suatu MPKP yang disebut MPKP Pemula (PKPP). Ada beberapa jenis MPKP, yaitu: 1. MPKP Tingkat Pemula Merupakan tahap awal untuk menuju MPKP: a) Model ini mampu memberikan asuhan keperawatan professional tingkat pemula
Universitas Sumatera Utara
b) Pada model ini terdapat tiga komponen utama yaitu ketenagan keperawatan, metode pemberia asuhan keperwatan dan dokumen asuhan keperawatan. 2. MPKP Tingkat 1 a) Perawat mampu memberikan asuhan keperawatan
professional
tingkat 1 b) Diperlukan penataan 3 komponen utama yaitu: ketenagaan keperawatan,
metode
pemberian
asuhan
keperawatan
dan
dokumentasi asuhan keperawatan c) Metode pemberian asuhan keperawatan adalah kombinasi metode keperawatan primer dan metode tim disebut tim primer. 3. MPKP Tingkat II a) Perawat mampu memberikan asuhan keperawatan professional tingkat II b) Pada
ketenagaan
terdapat
perawat
kemampuan
spesialis
keperawatan yang spesifik untuk cabang ilmu tertentu c) Perawat spesialis berfungsi memberikan konsultasi tentang asuhan keperawatan kepada perawat primer pada area spesialinya d) Melakukan dan memanfaatkan hasil-hasil riset dalam memberikan auhan keperawatan e) Jumlah perawat spesialis direncanakan 1:10 4. MPKP Tingkat III a) Perawat mampu memberikan asuhan keperawatan professional tingkat III
Universitas Sumatera Utara
b) Pada ketenagaan terdapat tenaga perawat dengan kemampuan doktor dalam keperawatan klinik c) Berfungsi untuk melakukan riset dan membimbing para perawat melakukan riset serta memanfaatkan hasil riset dalam memberikan asuhan keperawatan. B. Analisis Ruang Rawat Dalam bagian ini akan dibahas aspek manajemen keperawatan di lahan praktik khususnya manajemen pelayanan keperawatan ruangan di Ruang III/ Melati I RSUD DR. Pirngadi Medan yaitu pengkajian fungsi manajemen yang meliputi elemen man, method, money, dan material. Pengkajian dilakukan pada tanggal 11 Mei - 15 Juni 2012 melalui wawancara yang dilakukan dengan kepala ruangan, observasi dilakukan mahasiswa pada shift pagi, meliputi observasi situasi dan kondisi ruangan, pelayanan asuhan keperawatan, penyebaran kuesioner kepada beberapa pasien pada tanggal 14 Juni 2012 tentang kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan dan penyebaran kuesioner kepada seluruh perawat tentang kepemimpinan dan kepuasan perawat dalam melakukan pelayanan kesehatan pada tanggal 15 Juni 2012. 1. Pengkajian a. Man Di Ruang III/ Melati I terdapat 20 orang perawat yang terdiri dari terdiri dari 1 orang kepala ruangan dengan pendidikan S1 Keperawatan, 1 orang wakil kepala ruangan dengan pendidikan S1 Keperawatan, 3 orang ketua tim dengan pendidikan D3 Keperawatan sebanyak 2 orang dan S1 sebanyak 1 orang (yang merangkap sebagai wakil kepala ruangan), 1 orang sebagai kepala ruangan,
Universitas Sumatera Utara
perawat pelaksana yang terdiri dari 4 orang berpendidikan D3 Kebidanan, 8 orang berpendidikan D3 Keperawatan, dan 3 orang tenaga non keperawatan dengan rincian yaitu 1 orang bagian keuangan, 1 orang bagian PRT, dan 1 orang bagian gizi. Proses perekrutan tenaga perawat dilakukan melalui seleksi ujian penerimaan PNS oleh Pemko Medan. Pegawai yang diterima, diorientasikan selama 2 bulan yang kinerjanya dinilai oleh kepala ruangan disampaikan kepada Kepala kelompok kerja (Kapokja) Instalasi diteruskan ke Kepala Bidang (Kabid) Keperawatan, setelah ditempatkan di ruangan, pegawai baru diorientasikan selama 3 bulan di bagian tersebut. Perekrutan tenaga honor dilakukan langsung oleh Direktur Rumah Sakit yang kemudian ditempatkan di ruangan tertentu dan diorientasikan terlebih dahulu selama 3 bulan. Rumah sakit memberi kesempatan izin belajar pada tenaga perawat untuk meningkatkan pendidikannya, dengan persyaratan yaitu mengambil pendidikan
yang
berhubungan
dengan
pelayanan
rumah
sakit
dan
meningkatkan pelayanan rumah sakit namun tidak meninggalkan pelayanan di rumah sakit. Kesempatan ini berupa kelonggaran jadwal dinas yang disesuaikan kepala ruangan dengan jadwal kuliah tenaga perawat yang meningkatkan jenjang pendidikannya. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di Ruang III/ Melati I terdapat mahasiswa praktik belajar dari berbagai institusi baik yang ada di daerah Medan maupun di luar Medan. Kepala ruangan juga selalu melakukan pertemuan dengan staf perawat setiap pagi sekitar 15 menit sebelum operan dari pasien ke pasien, membacakan rawatan pada pagi hari dan tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien. Perawat akan mendampingi pasien pada saat visite dokter.
Universitas Sumatera Utara
Jumlah pasien saat pengkajian yaitu pada tanggal
11 Juni
2012
sebanyak 22 orang dengan tingkat ketergantungan perawatan minimal 16 orang , perawatan parsial 5 dan 1 orang dengan perawatan total. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui jumlah kebutuhan tenaga kerja di Ruang III/Melati I berdasarkan Douglas adalah sebagai berikut: Tabel 1. Perhitungan Kebutuhan Tenaga Kerja di Ruang III/Melati I Tingkat ketergantungan pasien Minimal Care Partial Care Total Care Jumlah
Pagi
Sore
Malam
16 x 0.17 = 2.72 5 x 0.27 = 1.35 1 x 0.36 = 0.36 4.43 (5 orang)
16 x 0.14 = 2.24 5 x 0.15 = 0.75 1 x 0.30 = 0.30 3.29 (3 orang)
16 x 0.10 = 1.6 5 x 0.07 = 0.35 1 x 0.20 = 0.20 2.15 (2 orang)
Berdasarkan perhitungan di atas, maka jumlah tenaga perawat/ bidan yang dibutuhkan untuk dinas pagi, sore dan malam adalah 4.43 + 3.29 + 2.15 = 9.87 (10 orang). Faktor libur dan cuti = 25% x 10 orang = 2.5 (3 orang). Maka jumlah perawat untuk satu ruangan akan didapat dari perhitungan dinas pagi + dinas sore + dinas malam + faktor libur/ cuti + 1 kepala ruangan = 10 orang + 3 orang + 1 orang kepala ruangan = 14 orang. Berdasarkan perhitungan di atas dapat di simpulkan menurut rumus Douglass, perawat/ bidan yang dibutuhkan dengan jumlah pasien seperti diatas (22 orang) adalah sebanyak 14 orang, dalam hal ini tenaga perawat/ bidan berlebih 6 orang. Hasil penyebaran kuesioner mengenai kepuasan pasien, kepuasan perawat dan gaya kepemimpinan, diperoleh data mengenai kepuasan pasien yakni 33,33% menyatakan puas terhadap pelayanan perawat, 66,67% menyatakan kurang puas dengan pelayanan, prosedur tindakan, dan komunikasi perawat di Ruang III / Melati I dalam hal memperkenalkan diri
Universitas Sumatera Utara
kepada pasien dan penjelasan prosedur sebelum dilakukan tindakan keperawatan. Sedangkan untuk kuesioner kepuasan perawat diperoleh data sebanyak 15% perawat puas dan 85% perawat merasa tidak puas akan gaya kepemimpinan kepala ruangan, gaji dan hubungan antar teman sejawat di Ruang III / Melati I. Dari hasil kuesioner mengenai gaya kepemimpinan kepala ruangan di ruangan, didapatkan kesimpulan bahwa Kepala ruangan menggunakan gaya kepemimpinan demokratis (91,67%). b. Method RSUD Dr. Pirngadi Medan merupakan Rumah Sakit Umum Daerah Tipe A yang melayani seluruh lapisan masyarakat dan merupakan rumah sakit rujukan terbesar kedua di Sumatera Utara juga sebagai rumah sakit pendidikan. Adapun visi dan misi RSUD Dr. Pirngadi Medan adalah: 1. Visi RSUD Dr. Pirngadi Medan “Badan Pelayanan
Kesehatan Rumah Sakit Umum
Dr. Pirngadi Kota
Medan Mantap tahun 2010 ( Mandiri, Tanggap dan Profesional)”. Mandiri: Dalam pendanaan dan pelaksanaan pelayanan kepada masyarakat Tanggap: Terhadap tuntutan Masyarakat , perubahan pola penyakit dan kemajuan (IPTEK, di bidang tertentu). Profesional: Dalam pelaksanaan pelayanan sesuai standar dan etika 2. Misi RSUD Dr. Pirngadi Medan a) Meningkatkan Upaya kesehatan paripurna kepada semua golongan masyarakat secara merata dan terjangkau sesuai dengan tugas pokok, fungsi, serta peraturan yang berlaku
Universitas Sumatera Utara
b) Meningkatkan pelayanan kesehatan yang bersifat yang bersifat spesialistik dan subspesialistik yang bermutu c) Meningkatkan upaya pelayanan kesehatan secara profesional dan etis agar timbul kepercayaan dan harapan serta aman dan kenyamanan bagi penderita d) Meningkatkan peran Rumah Sakit sebagai tempat pendidikan, penelitian, dan pengembangan IPTEK di bidang kesehatan. 3. Falsafah RSUD Dr. Pirngadi Medan ”Badan
pelayanan
kesehatan
RSUD
Dr.
Pirngadi
Medan
menyelenggarakan upaya kesehatan paripurna yang bermutu, terpadu dan berkesinambungan dengan mengindahkan kebutuhan bio-sosial, spritual dan hak penderita dengan dilandasi oleh nilai, norma, dan moral Pancasila dan Undang-Undang dasar 1945” 4. Motto RSUD Dr. Pirngadi Medan ”Aegroti Salus Lex Suprema” (Kepentingan Penderita adalah yang Utama) 5. Fungsi RSUD Dr. Pirngadi Medan a) Menyelenggarakan Pelayanan Medis b) Menyelenggarakan Pelayanan Non Medis c) Menyelenggarakan Pelayanann Asuhan Keperawatan d) Menyelenggarakan Pelayanan Rujukan e) Menyelenggarakan Penelitian dan Pengembangan f) Menyelenggarakan Administrasi Umum dan Keuangan
Universitas Sumatera Utara
6. Tujuan RSUD Dr. Pirngadi Medan a) Tujuan Umum: 1) Terwujudnya
peningkatan
penyelenggaraan
upaya
kesehatan
paripurna kepada semua golongan masyarakat, terjangkau sesuai dengan tugas pokok dan fungsi serta peraturan yang berlaku 2) Terciptanya peningkatan penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang bersifat spesialistik dan subspesialistik, bermutu, profesional dan etis. b) Tujuan Khusus: Meningkatkan peran rumah sakit sebagai tempat pendidikan, pelatihan, pengembangan IPTEK di bidang Kesehatan. 7. Norma RSUD Dr. Pirngadi Medan Sebagai Pedoman dan batasan berperilaku dan bertindak dalam bertugas dan memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, kami seluruh staf dan karyawan RSUD Dr. Pirngadi Medan akan melaksanakannya sesuai dengan norma: Iman dan taqwa, kemanusiaan dan kepedulian, ramah dan berbudi luhur, disiplin dan bertanggung jawab, bersih dan sehat, setia dan taat, terampil dan berprestasi, kebersamaan dan persaudaraan. Ruang III/Melati I memiliki visi dan misi yang mengacu pada visi misi Rumah Sakit Dr. Pirngadi tetapi belum memiliki visi misi ruangan tersendiri. Ruang III/Melati I belum memiliki Standar Asuhan Keperawatan (SAK) yang menjadi dasar pemberian asuhan keperawatan kepada pasien dan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang dapat dijadikan sebagai panduan dalam melakukan tindakan keperawatan. Pelaksanaan pendokumentasian asuhan
Universitas Sumatera Utara
keperawatan di Ruang III belum optimal berdasarkan Standar Asuhan Keperawatan (SAK). Ruang III/Melati I memiliki metode penugasan dalam bentuk metode tim terdiri dari kepala tim I, II, III dan perawat pelaksana. Kepala tim I bertanggungjawab terhadap pasien gastroenteritis, hematologi, dan neurologi; kepala tim II bertanggungjawab terhadap pasien pulmo (paru), kardiologi (jantung, dan gizi buruk; dan kepala tim III bertanggungjawab terhadap pasien infeksi, DHF, dan nefrotik syndrome. Jika kepala ruangan berhalangan hadir maka kepala ruangan mendelegasikan tugasnya kepada wakil kepala ruangan. Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan dan Wakil kepala ruangan bahwa seluruh perawat pelaksana termasuk kepala ruangan dan wakil kepala ruangan belum pernah mengikuti pelatihan / workshop tentang keperawatan anak guna mendukung pemberian pelayanan keperawatan kepada pasien anak. Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala ruangan, jam dinas pegawai di Ruang III/Melati I disusun oleh kepala ruangan. Jumlah jam kerja perawat pelaksana sekitar 56 jam per minggu (shift pagi 2 hari, shift sore 2 hari, shift malam 2 hari, libur 1 hari). Pembagian jadwal dinas dilakukan secara adil oleh Kepala ruangan. Jumlah pegawai yang dinas pagi 11 orang, 3 orang dinas sore, 3 orang dinas malam. Gaya kepemimpinan kepala Ruang III/Melati I bersifat demokratis dan telah dijalankan dengan baik. Kebijakan maupun hasil rapat yang harus disosialisasikan kepada perawat pelaksana akan disosialisasikan oleh kepala ruangan secara lisan kepada perawat pada saat operan.
Universitas Sumatera Utara
Supervisi dilakukan oleh bidang keperawatan, kepala instalasi dan kepala ruangan. Supervisi yang dilakukan oleh bidang keperawatan tidak ditentukan waktunya secara teratur, meliputi kepuasan pasien terhadap pelayanan ruangan seperti penyebaran angket pada pasien, pemeriksaan dokumentasi asuhan keperawatan, pemantauan peralatan yang ada. Kepala ruangan 3/Melati I menerapkan sistem operan dengan pegawainya setiap pergantian shift. Operan pagi yang dilakukan kepala ruangan biasanya dengan mengumpulkan pegawai setiap paginya untuk membaca buku rawatan lalu melakukan operan dari pasien ke pasien. Operan shift sore dan malam biasanya pegawai yang akan bertugas terlebih dahulu membaca buku rawatan kemudian operan dari pasien ke pasien Berdasarkan wawancara dengan kepala ruangan dan perawat pelaksana diperoleh bahwa pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarga belum dilakukan secara terstruktur oleh perawat ruangan. Selama ini perawat hanya memberikan pendidikan kesehatan secara lisan dan langsung tanpa terlebih dahulu ada preplanning dan catatan dokumentasi pada akhir pendidikan kesehatan. Sosialisasi tentang peraturan Rumah Sakit dan hak/kewajiban pasien/keluarga belum dilaksanakan secara optimal. Hal ini dapat dilihat berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan keluarga pasien bahwa perawat tidak pernah memberitahu segala informasi peraturan Rumah Sakit secara lengkap dan ruangan tampak padat dengan kunjungan keluarga yang tidak sesuai dengan jam besuk.
Universitas Sumatera Utara
Kepala Ruangan (Ns. Nelly Bangun, S.Kep) Keuangan PRT Ahli Gizi
Wakil Kepala Ruangan (Ns. Tetty Berutu, S. Kep)
KaTim I Tiurlan Munthe
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Anggota: Dewani, S.Kep Eliza, AmK Supinda, AmK Ratna Dewi, AmKeb Indah Lestari, AmKeb Dewi Maya, AmKeb Rukiah Zendrato, AmK
KaTim III Ns. Tetty Berutu, S.Kep
KaTim II Magdalena
Anggota: 1. Sartika 2. Rumintan, AmK 3. Rukiah, AmK
: Nita : Mariani : Mannaria, AmG
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Anggota: Hermina Sri Amah, AmK B.Idalimi Purba, AmK Desy A. Purba, AmKeb Sondang Sinambela Listeria, S.Kep
Skema 1. Struktur organisasi Ruang III/Melati I
c. Money Ruang III/Melati I memiliki sistem budgeting yang diatur langsung oleh Rumah Sakit baik untuk pelayanan maupun untuk penggajian pegawai ruangan. Ruang III/Melati I hanya memiliki pendanaan dari institusi untuk renovasi ruangan, Perbaikan dan kelengkapan alat dengan cara membuat surat permintaan kepada institusi melalui kapokja sarana. Tenaga perawat memperoleh insentif atau jasa medik sesuai dengan golongan/ jabatan masing-masing.
Universitas Sumatera Utara
d. Machine/Material Pengelolaan logistik di ruangan dikelola secara sentralisasi, yaitu kepala ruangan membuat daftar obat yang ingin diajukan kepada sarana medis (di bawah wakil direktur). Pengajuan logistik sarana maupun prasarana ruangan ini dilakukan secara periodik misalnya pertahun sekali. Untuk pengajuan logistik bahan habis pakai seperti plester, alkohol, bethadine dan sebagainya dilakukan dengan membuat permohonan amprahan ke apotik rumah sakit saat barang-barang tersebut diperlukan. Pengelolaan machine dan material di Ruang III/Melati I sebagai berikut : 1) Penggunaan alat tenun, seperti laken, selimut, sarung dan bantal disediakan oleh rumah sakit. Penggantian alat-alat tenun dilakukan setiap hari pada shift pagi/ dikondisikan. Pencucian alat tenun dilakukan secara sentralisasi di ruang loundry, ruangan hanya mengantar alat tenun yang kotor. Penyimpanan alat tenun dilakukan secara baik, yaitu disimpan dalam lemari. 2) Perawatan untuk alat/ istrumen seperti pinset, gunting, klem dan lainlain tidak dicuci dan tidak disterilkan setiap akan digunakan dan selesai digunakan. 3) Perawatan untuk alat rumah tangga seperti tempat tidur dilakukan dengan perbaikan bila terjadi kerusakan, sedangkan untuk bantal, tilam dan lainnya disimpan di gudang. 4) Alat pencatatan dan pelaporan seperti buku rawatan, buku visite, buku ekspedisi, buku pemeriksaan penunjang, buku injeksi, buku operan alat
Universitas Sumatera Utara
dan operan oksigen, jadwal dinas dan status pasien telah dikelola dengan baik. 5) Ruangan belum memiliki wastafel bagi perawat untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan keperawatan guna mencegah infeksi nosokomial. 6) Suasana Ruang III juga belum ditata dengan baik sesuai dengan ruangan bernuansa anak sehingga menimbulkan suasana yang tidak nyaman bagi pasien anak 7) Ruangan juga belum memiliki fasilitas ruangan khusus untuk terapi bermain anak yang dapat mendukung proses penyembuhan anak dan menghindari stres psikologis yang dialami anak karena hospitalisasi. 8) Ruangan belum memiliki tempat untuk pemisahan pasien anak yang menderita penyakit infeksi atau non infeksi. Semua pasien digabung dalam satu ruangan.
Universitas Sumatera Utara
2.
Analisis Situasi
a. Man
a.
b.
c.
d.
e. f.
Strenght (Kekuatan) Perawat diberi izin oleh pihak RS untuk belajar dan melanjutkan pendidikan lebih tinggi Rekrutmen perawat melalui ujian penerimaan PNS dan dari kebijakan pihak rumah sakit serta seleksi dari Pemko dan tenaga honorer. Orientasi pegawai baru dilakukan satu bulan pada dinas pagi agar dapat dinilai langsung oleh kepala ruangan Kepala ruangan melakukan operan dari pasien ke pasien dengan perawat pada saat shift pagi Pegawai mendampingi pasien pada saat visite dokter Berdasarkan hasil perhitungan ketenagaan menurut Douglas diperoleh bahwa jumlah perawat/bidan di ruangan berlebih sebanyak 6 orang.
Weakness (Kelemahan) a. Perawat belum melakukan penyuluhan dan memberikan pendidikan kesehatan secara optimal b. Perawat tidak pernah mendapat pelatihan/seminar tentang keeperawatan anak guna meningkatkan pengetahuan terbaru tentang perawatan anak. c. Berdasarkan kuesioner kepuasan perawat diperoleh data sebanyak 15% perawat puas dan 85% perawat merasa tidak puas akan gaya kepemimpinan Kepala ruangan, gaji dan hubungan antar teman sejawat di Ruang III / Melati I.
Opportunity (Kesempatan) Threatened (Ancaman) a. Adanya mahasiswa a. Anggapan masyarakat Fakultas Kedokteran, bahwa rumah sakit Fakultas Keperawatan, Dr.Pirngadi Medan Stikes, Akbid dan Akper merupakan rumah yang praktek di ruangan. sakit pendidikan, yang b. Rekruitmen pegawai menjadikan pasien melalui ujian pegawai sebagai lahan praktik. negeri sesuai dengan b. Adanya asumsi usulan rumah sakit dan masyarakat bahwa perekrutan tenaga honorer rumah sakit swasta dan magang melalui jauh lebih baik bila direktur rumah sakit yang dibandingkan dengan disesuaikan dengan tingkat rumah sakit kebutuhan masing-masing pemerintah ruangan
Universitas Sumatera Utara
b. Method
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Strenght (Kekuatan) Ruangan memiliki struktur organisasi yang jelas Ruangan memiliki alur pendelegasian tugas dengan metode tim. Jadwal dinas pegawai disusun langsung oleh kepala ruangan Ruangan memiliki batasan jam kerja dalam setiap shift dan ada penanggung jawab dalam setiap shift. Kepala ruangan melakukan supervisi terhadap pegawai dan pasien setiap hari Adanya kolaborasi dan koordinasi yang baik dengan tim kesehatan lain.
a. b. c. d.
e.
f.
Weakness (Kelemahan) Belum dilakukan pemberian pendidikan kesehatan kepada pasien/keluarga secara rutin dan terstruktur Belum ada jobdesc secara tertulis Ruangan belum memiliki visi misi tersendiri, masih mengacu pada visi misi Rumah Sakit Dr.Pirngadi. Ruangan belum memiliki SAK (Standar Asuhan Keperawatan) yang baku yang dapat dijadikan pedoman untuk menerapkan implementasi keperawatan anak. Ruangan belum memiliki SOP (Standar Operasional Prosedur) yang dapat dijadikan panduan dalam melakukan tindakan keperawatan. Sosialisasi tentang peraturan Rumah Sakit belum dilaksanakan secara optimal.Berdasarkan hasil wawancara dengan keluarga pasien bahwa perawat tidak pernah memberitahu segala informasi peraturan Rumah Sakit secara lengkap dan ruangan tampak padat dengan kunjungan keluarga yang tidak sesuai dengan jam besuk.
Opportunity (Kesempatan) Adanya kesempatan untuk mendapatkan pendelegasian tugas
Threatened (ancaman) Adanya tuntutan akan pelayanan keperawatan yang lebih baik dan profesional.
Universitas Sumatera Utara
c. Money
Strenght (Kekuatan) a. Ruang III/Melati I memiliki sistem budgeting yang diatur langsung oleh rumah sakit baik untuk pelayanan maupun untuk penggajian pegawai ruangan. b. Adanya jasa pelayanan di luar gaji yang dikeluarkan oleh pihak rumah sakit setiap bulan dan diberikan kepada perawat
Weakness (Kelemahan) -
Opportunity (Kesempatan) Adanya bantuan/jaminan pembayaran bagi masyarakat miskin melalui JAMKESMAS (jaminan kesehatan msyarakat), bantuan dari PEMPROVSU dan ASKES sosial.
Threatened (Ancaman) -
Universitas Sumatera Utara
d. Material/ Machine Strenght (Kekuatan) a. Kepala ruangan mengadakan supervisi terhadap keadaan logistik di ruangan Ruang III/Melati I. b. Ruangan sudah memiliki pembuangan sampah medis dan non medis. c. Ruangan memiliki sarana komunikasi tidak langsung seperti papan pengumuman yang dapat dimanfaatkan.
Weakness Opportunity (Kelemahan) (Kesempatan) a. Perawatan untuk alat/ istrumen seperti pinset, 1. Adanya kebutuhan gunting, klem dan lain-lain tidak dicuci dan dana/ anggaran dari tidak disterilkan setiap akan digunakan dan pemerintah selesai digunakan. bekerjasama dengan b. Ruangan belum memiliki wastafel bagi perusahaan dari luar perawat untuk mencuci tangan sebelum dan yang memasok dan sesudah melakukan tindakan keperawatan mensubsidi peralatan guna mencegah infeksi nosokomial. di rumah sakit. c. Suasana Ruang III juga belum ditata dengan 2. Rumah sakit RSU baik sesuai dengan ruangan bernuansa anak Dr.Pirngadi Medan sehingga menimbulkan suasana yang tidak memiliki fasilitas nyaman bagi pasien anak pemeriksaan yang d. Ruangan juga belum memiliki fasilitas lengkap dan canggih ruangan khusus untuk terapi bermain anak yang dapat mendukung proses penyembuhan anak dan menghindari stres psikologis yang dialami anak karena hospitalisasi. e. Ruangan belum memiliki tempat untuk pemisahan pasien anak yang menderita penyakit infeksi atau non infeksi. Semua pasien digabung dalam satu ruangan.
Threatened (Ancaman) Adanya persaingan mutu pelayanan antar rumah sakit terkait dengan kelengkapan logistik
Universitas Sumatera Utara
3. Perumusan Masalah Masalah adalah kesenjangan yang dapat diamati antara situasi/kondisi yang terjadi dengan situasi/kondisi yang diharapkan. Masalah juga dapat dirumuskan dalam bentuk hambatan kerja, dan kendala yang dihadapi staf dalam pelaksanaan kegiatan program (Muninjaya,2004). Berdasarkan analisa situasi (SWOT) maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: a.
Seluruh perawat ruangan belum pernah mengikuti pelatihan/ workshop
tentang
keperawatan
anak
dan
rendahnya
tingkat
pendidikan tenaga perawat di ruangan b.
Pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan belum optimal berdasarkan Standar Asuhan Keperawatan (SAK)
c.
Perawat kurang optimal dalam pemberian pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga
d.
Sosialisasi tentang peraturan Rumah Sakit, hak dan kewajiban pasien/keluarga belum dilaksanakan secara optimal.
e.
Perawatan untuk alat/ istrumen seperti pinset, gunting, klem dan lainlain tidak dicuci dan tidak disterilkan setiap akan digunakan dan selesai digunakan serta tidak memiliki wastafel untuk mencuci tangan.
f.
Ruang III belum memiliki fasilitas khusus sebagai ruang rawat inap anak seperti ruang terapi bermain anak dan belum ada pemisahan pasien anak yang menderita penyakit infeksi atau non infeksi.
Universitas Sumatera Utara
4.
Rencana Penyeselaian Masalah
No
Masalah
1.
Kurangnya upaya promosi kesehatan kepada pasien dan keluarga
2.
Tujuan
Rencana Tindakan
Waktu
Penanggug jawab Betty, Waslifour, Delima, Yoga
Meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit anak sehingga pasien/keluarga pasien mampu melakukan perawatan yang tepat selama masa sakit.
- Memberikan penyuluhan/ pendidikan kesehatan kepada pasien sesuai kebutuhan pasien secara terjadwal
20 Juni 201222 Juni 2012
Ruang III/Melati I belum memiliki Standar Asuhan Keperawatan (SAK) yang baku yang dapat dijadikan pedoman dalam menerapkan implementasi keperawatan pada pasien di ruangan
Tersedianya Standar Asuhan Keperawatan (SAK) di ruang III/ Melati I
- Menyusun dan menyediakan 28 Juni 2012 format Standar Asuhan Keperawatan (SAK) 10 penyakit terbesar di ruang III/ Melati I
Betty, Delima, Waslifour, Yoga
3.
Papan struktur organisasi di ruang III/ Melati I belum diperbaharui
Tersedianya struktur organisasi di ruang III/ Melati I yang ter-up date
23 Juni 2012
Betty, Delima, Waslifour, Yoga
4.
Belum tersedianya bunga di ruang III/ Melati I untuk menambah keindahan ruang anak
Tersedianya bunga di ruang III/ Melati I
- Mengganti nama-nama perawat di papan struktur organisasi di ruang III/ Melati I - Menyediakan bunga bunga di ruang III/ Melati I
5 Juli 2012
Betty,Delima, Waslifour,Yoga
Universitas Sumatera Utara
5. Implementasi Berdasarkan rencana tindakan yang disusun untuk mengatasi masalah yang ditemukan di Ruang III/Melati I maka praktikan melakukan: a.
Memberikan penyuluhan kesehatan tentang perawatan anak dengan diare pada tanggal 20 Juni 2012 oleh Yoga, pencegahan DBD dan perawatan anak yang menderita DBD pada tanggal 21 Juni 2012, nutrisi yang baik pada anak dengan anemia 22 Juni 2012 oleh Betty, latihan ROM pada tanggal 22 Juni 2012 oleh Delima.
b. Memperbaiki papan struktur organisasi ruangan pada tanggal 25 Juni 2012 c.
Membuat rancangan format asuhan keperawatan di Ruang III/Melati I pada tanggal 2 Juli 2012 berdasarkan pendekatan NIC / NOC (Nursing Interventions Classification ) / (Nursing Outcomes Classification) dengan menggunakan metode check list yang diharapkan dapat membantu mempermudah perawat dalam melakukan pendokumentasian keperawatan.
d. Menyediakan sebuah bunga untuk menambah keindahan ruangan dan membuat suasana yang nyaman dan asri pada tanggal 2 Juli 2012.
Universitas Sumatera Utara
6. Evaluasi Setiap kegiatan yang direncanakan oleh praktikan dapat berjalan dengan baik. Kegiatan penyuluhan berlangsung dengan lancar. Peserta penyuluhan tampak antusias dengan materi penyuluhan yang disampaikan dan 80% peserta penyuluhan memahami materi penyuluhan yang disampaikan. Hal ini tampak dengan peserta penyuluhan mampu menjawab pertanyaan yang disampaikan oleh praktikan pada akhir penyuluhan. Kepala ruangan mengatakan setuju dengan jadwal dan materi penyuluhan yang telah dibuat praktikan dan akan menerapkannya di ruangan agar penyuluhan kesehatan berlangsung dengan optimal di ruangan. Kepala ruangan juga setuju dengan adanya Standar Asuhan Keperawatan (SAK) berdasarkan NIC/NOC yang telah disusun oleh praktikan dan akan menggunakannya di ruangan sebagai pedoman dalam pendokumentasian asuhan keperawatan. Perawat ruangan dan pasien serta keluarga menyatakan senang dengan adanya bunga yang diletakkan di tengah ruangan sehingga ruangan tampak indah.
Universitas Sumatera Utara
C. Pembahasan Berdasarkan hasil pengkajian yang telah dilakukan oleh praktikan di Ruang III/Melati I pada tanggal 11 Juni – 16 Juni 2012 ada beberapa masalah yang dijumpai diantaranya: pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan belum optimal berdasarkan Standar Asuhan Keperawatan (SAK) , perawat kurang optimal dalam pemberian pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga, suasana ruangan yang tidak nyaman bagi pasien anak. Untuk menyelesaikan masalah tersebut, kelompok menyusun rencana tindakan yang disesuaikan dengan kemampuan kelompok. Rencana tindakan tersebut telah dilaksanakan dan dievaluasi dan kemudian dbandingkan dengan teori yang ada. 1) Pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan belum optimal berdasarkan Standar Asuhan Keperawatan (SAK) Dokumentasi keperawatan merupakan suatu informasi lengkap meliputi status kesehatan pasien, kebutuhan pasien, kegiatan asuhan keperawatan serta respon pasien terhadap asuhan yang diterimanya. Pendokumentasian
asuhan keperawatan sangat diperlukan karena
memiliki aspek legalitas dan menjadi aspek hukum untuk melindungi setiap tindakan keperawatan, bila sesuatu hal tidak diinginkan terjadi. Pendokumentasian asuhan keperawatan juga sebagai bukti otentik telah dilakukan tindakan keperawatan kepada pasien (Capernito, 1999). Dalam kasus hukum, dokumentasi keperawatan menjadi landasan berbagai kasus gugatan atau sebagai alat pembela diri perawat, dokter atau fasilitas (Iyer & Camp, 2004). Dokumentasi keperawatan juga bermanfaat dalam penentuan akreditasi. Melalui dokumentasi keperawatan dapat dilihat
Universitas Sumatera Utara
sejauh mana peran dan fungsi keperawatan dalam memberikan askep pada pasien. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan tingkat keberhasilan pemberian askep yang diberikan, guna pembinaan lebih lanjut. Untuk mengatasi masalah pendokumentasian tersebut, kelompok membantu membuat rancangan format asuhan keperawatan dan Standar Asuhan Keperawatan berdasarkan 10 penyakit terbesar di ruangan anak dengan pendekatan NIC / NOC (Nursing Interventions Classification ) / (Nursing Outcomes Classification) dengan menggunakan metode check list yang diharapkan dapat membantu mempermudah perawat dalam melakukan pendokumentasian keperawatan.
2)
Pemberian pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga kurang optimal Menurut WHO (1954) dalam Notoatmodjo (2003) bahwa tujuan pendidikan kesehatan adalah untuk meningkatkan status kesehatan dan mencegah timbulnya penyakit, memperthankan derajat kesehatan yang sudah ada, memaksimalkan fungsi dan peran pasien selama sakit serta membantu pasien dan keluarga untuk mengatasi masalah kesehatan. Menurut Mach Foed (2005), pendidikan kesehatan merupakan proses perubahan yang bertujuan untuk mengubah individu, kelompok dan masyarakat menuju hal-hal yang positif secara terencana melalui proses belajar. Perubahan tersebut mencakup antara lain pengetahuan, sikap, dan keterampilan melalui proses pendidikan kesehatan.
Universitas Sumatera Utara
Untuk membantu perawat dalam melakukan penyuluhan maka praktikan memberikan penyuluhan kesehatan secara terjadwal tentang perawatan anak dengan diare pada tanggal 20 Juni 2012 oleh M. Isa Syahputra Yoga, pencegahan DBD dan perawatan anak yang menderita DBD pada tanggal 21 Juni 2012 oleh Waslifour Glorya Daeli, nutrisi yang baik pada anak dengan anemia 22 Juni 2012 oleh Betty Manurung, latihan ROM pada tanggal 22 Juni 2012 oleh Delima Siahaan. 3) Suasana ruangan yang tidak nyaman bagi pasien anak Menurut dimodifikasi
Supartini
(2004)
bahwa
ruangan
anak
idealnya
bernuansa anak sehingga dapat meningkatkan keceriaan,
perasaaan aman, dan nyaman bagi pasien anak. Modifikasi ruang perawatan dengan cara membuat situasi ruang rawat seperti di rumah dan memiliki dekorasi bernuansa anak dengan adanya gambar dinding berupa gambar binatang, bunga, tirai dan sprei serta sarung bantal yang berwarna ceria, dan dinding ruangan yang berwarna-warni. Untuk mengatasi masalah tersebut, kelompok menyediakan sebuah bunga yang indah di tengah ruangan untuk mendukung suasana ruangan anak yang nyaman dan asri.
Universitas Sumatera Utara