BAB II PENGELOLAAN PELAYANAN KEPERAWATAN
A. Konsep Dasar 1. Konsep Dasar Manajemen Manajemen berasal dari kata manus yang artinya tangan, maka diartikan secara singkat sebagai proses menyelesaikan pekerjaan melalui tangan orang lain. Manajemen mendefinisikan manajemen keperawatan sebagai proses pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui upaya staff keperawatan untuk memberikan Asuhan Keperawatan, pengobatan dan rasa aman kepada pasien, keluarga, kelompok dan masyarakat (Gillies, 1994).
Manajemen keperawatan mempunyai lingkup manajemen operasional yang merencanakan, mengatur, dan menggerakkan para karyawannya untuk memberikan pelayanan keperawatan yang sebaik-baiknya kepada pasien melalui manajemen
Asuhan
Keperawatan.
Agar
dapat
memberikan
pelayanan
keperawatan dengan sebaik-baiknya, maka diperlukan suatu Standard Asuhan Keperawatan (SAK) yang akan digunakan sebagai target maupun alat kontrol pelayanan tersebut.
Muninjaya (1999), menyatakan bahwa manajemen mengandung tiga prinsip pokok yang menjadi ciri utama penerapannya yaitu efisiensi dalam pemanfaatan sumber daya, efektif dalam memilih alternatif kegiatan untuk
Universitas Sumatera Utara
mencapai tujuan organisasi, dan rasional dalam pengambilan keputusan manajerial.
Seluruh aktivitas manajemen, kognitif, afektif dan psikomotor berada dalam satu atau lebih dari fungsi-fungsi utama yang bergerak mengarah pada satu tujuan. Sehingga selanjutnya, bagian akhir dalam proses manajemen keperawatan adalah perawatan yang efektif dan ekonomis bagi semua kelompok. 2. Fungsi Manajemen Pada fungsi manajemen keperawatan terdapat beberapa elemen utama yaitu
Planning
(perencanaan),
Organizing
(pengorganisasian),
Staffing
(kepegawaian), Directing (pengarahan), Controlling (pengendalian/evaluasi). a. Planning (Perencanaan) Fungsi planning (perencanaan) adalah fungsi terpenting dalam manajemen, oleh karena fungsi ini akan menentukan fungsi-fungsi manajemen lainnya. Menurut Muninjaya, (1999) fungsi perencanaan merupakan landasan dasar dari fungsi manajemen secara keseluruhan. Tanpa ada fungsi perencanaan tidak mungkin fungsi manajemen lainnya akan dapat dilaksanakan dengan baik. Perencanaan akan memberikan pola pandang secara menyeluruh terhadap semua pekerjaan yang akan dijalankan, siapa yang akan melakukan, dan kapan akan dilakukan. Perencanaan merupakan tuntutan terhadap proses pencapaian tujuan secara efektif dan efesien. Swanburg (2000) mengatakan bahwa planning adalah memutuskan seberapa luas akan dilakukan, bagaimana melakukan dan siapa yang melakukannya.
Universitas Sumatera Utara
Dibidang kesehatan perencanaan dapat didefenisikan sebagai proses untuk menumbuhkan, merumuskan masalah-masalah kesehatan di masyarakat, menentukan kebutuhan dan sumber daya yang tersedia, menetapkan tujuan program yang paling pokok, dan menyusun langkah-langkah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan tersebut. a) Tujuan Perencanaan -
Untuk menimbulkan keberhasilan dalam mencapai sasaran dan tujuan.
-
Agar penggunaan personel dan fasilitas yang tersedia lebih efektif.
-
Membantu dalam koping dengan situasi kritis.
-
Meningkatkan efektivitas dalam hal biaya.
-
Membantu
menurunkan
elemen
perubahan,
karena
perencanaan
berdasarkan masa lalu dan akan datang. -
Dapat digunakan untuk menemukan kebutuhan untuk berubah.
-
Penting untuk melakukan kontrol yang lebih efektif.
b) Tahap dalam perencanaan : -
Penting untuk melakukan kontrol yang lebih efektif.
-
Analisis situasi, bertujuan untuk mengumpulkan data atau fakta.
-
Mengidentifikasi masalah dan penetapan prioritas masalah.
-
Merumuskan tujuan program dan besarnya target yang ingin dicapai.
-
Mengkaji
kemungkinan
adanya
hambatan
dan
kendala
dalam
pelaksanaan program. -
Menyusun Rencana Kerja Operasional (RKO).
c) Jenis Perencanaan
Universitas Sumatera Utara
-
Perencanaan Strategi Perencanaan strategis merupakan suatu proses berkesinambungan, proses yang sistematis dalam pembuatan dan pengambilan keputusan masa kini dengan kemungkinan pengetahuan yang paling besar dari efek-efek perencanaan pada masa depan, mengorganisasikan upaya-upaya yang perlu untuk melaksanakan keputusan ini terhadap hasil yang diharapkan melalui mekanisme umpan balik yang dapat dipercaya. Perencanaan strategis dalam keperawatan bertujuan untuk memperbaiki alokasi sumber-sumber yang langka, termasuk uang dan waktu, dan untuk mengatur pekerjaan divisi keperawatan.
-
Perencanaan Operasional Perencanaan operasional menguraikan aktivitas dan prosedur yang akan digunakan, serta menyusun jadwal waktu pencapaian tujuan, menentukan siapa orang-orang yang bertanggung jawab untuk setiap aktivitas dan prosedur. Menggambarkan cara menyiapkan orang-orang untuk bekerja dan juga standard untuk mengevaluasi perawatan pasien. Di dalam perencanaan operasional terdiri dari dua bagian yaitu rencana tetap dan rencana sekali pakai. Rencana tetap adalah rencana yang sudah ada dan menjadi pedoman di dalam kegiatan setiap hari, yang terdiri dari kebijaksanaan, standard prosedur operasional dan peraturan. Sedangkan rencana sekali pakai terdiri dari program dan proyek.
d) Manfaat Perencanaan
Universitas Sumatera Utara
-
Membantu proses manajemen dalam menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan lingkungan.
-
Memberikan cara pemberian perintah yang tepat untuk pelaksanaan.
-
Memudahkan kordinasi.
-
Memungkinkan manajer memahami keseluruhan gambaran operasional secara jelas.
-
Membantu penempatan tanggungjawab lebih tepat.
-
Membuat tujuan lebih khusus, lebih rinci dan lebih mudah dipahami.
-
Meminimumkan pekerjaan yang tidak pasti.
-
Menghemat waktu dan dana.
e) Keuntungan Perencanaan -
Mengurangi atau menghilangkan jenis pekerjaan yang tidak produktif.
-
Dapat dipakai sebagai alat pengukur hasil kegiatan yang dicapai.
-
Memberikan suatu landasan pokok fungsi manajemen lainnya terutama fungsi keperawatan.
-
Memodifikasi gaya manajemen.
-
Fleksibilitas dalam pengambilan keputusan.
f) Kelemahan Perencanaan -
Perencanaan mempunyai keterbatasan dalam hal ketepatan informasi dan fakta-fakta tentang masa yang akan datang.
-
Perencanaan memerlukan biaya yang cukup banyak.
-
Perencanaan mempunyai hambatan psikologis.
-
Perencanaan menghambat timbulnya inisiatif.
Universitas Sumatera Utara
-
Perencanaan menyebabkan terhambatnya tindakan yang perlu diambil.
b. Organizing (Pengorganisasian) Pengorganisasian
adalah
suatu
langkah
untuk
menetapkan,
menggolongkan dan mengatur berbagai macam kegiatan, penetapan tugas-tugas dan wewenang seseorang, pendelegasian wewenang dalam rangka mencapai tujuan. Fungsi pengorganisasian merupakan alat untuk memadukan semua kegiatan yang beraspek personil, finansial, material dan tata cara dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Muninjaya, 1999). Berdasarkan penjelasan tersebut, organisasi dapat dipandang sebagai rangkaian aktivitas menyusun suatu kerangka yang menjadi wadah bagi segenap kegiatan usaha kerjasama dengan jalan membagi dan mengelompokkan pekerjaan-pekerjaan yang harus dilaksanakan serta menyusun jalinan hubungan kerja di antara para pekerjanya. a) Manfaat Pengorganisasian Melalui fungsi pengorganisasian akan dapat diketahui : -
Pembagian tugas untuk perorangan dan kelompok.
-
Hubungan organisatoris antara orang-orang di dalam organisasi tersebut melalui kegiatan yang dilakukannya.
-
Pendelegasian wewenang.
-
Pemanfaatan staff dan fasilitas fisik.
b) Langkah-langkah Pengorganisasian -
Tujuan organisasi harus dipahami oleh staf. Tugas ini sudah tertuang dalam fungsi perencanaan.
Universitas Sumatera Utara
-
Membagi habis pekerjaan dalam bentuk kegiatan pokok untuk mencapai tujuan.
-
Menggolongkan kegiatan pokok kedalam satuan-satuan kegiatan yang praktis.
-
Menetapkan berbagai kewajiban yang harus dilaksanakan oleh staf dan menyediakan fasilitas yang diperlukan.
c.
-
Penugasan personil yang tepat dalam melaksanakan tugas.
-
Mendelegasikan wewenang. Staffing (Kepegawaian) Staffing merupakan metodologi pengaturan staff, proses yang teratur,
sistematis berdasarkan rasional yang diterapkan untuk menentukan jumlah personil suatu organisasi yang dibutuhkan dalam situasi tertentu (Swanburg, 2000). Proses pengaturan staff bersifat kompleks. Komponen pengaturan staff adalah sistem kontrol termasuk studi pengaturan staff, penguasaan rencana pengaturan staff, rencana penjadwalan, dan Sistem Informasi Manajemen Keperawatan (SIMK). SIMK meliputi lima elemen yaitu kualitas perawatan pasien, karakteristik dan kebutuhan perawatan pasien, perkiraan suplai tenaga perawat yang diperlukan, logistik dari pola program pengaturan staf dan kontrolnya, evaluasi kualitas perawatan yang diberikan. Dasar perencanaan untuk pengaturan staff pada suatu unit keperawatan mencakup personil keperawatan yang bermutu harus tersedia dalam jumlah yang mencukupi dan adekuat, memberikan pelayanan pada semua pasien selama 24 jam sehari, 7 hari dalam seminggu, 52 minggu dalam setahun. Setiap rencana
Universitas Sumatera Utara
pengaturan staff harus disesuaikan dengan kebutuhan rumah sakit dan tidak dapat hanya dicapai dengan rasio atau rumusan tenaga/pasien yang sederhana. Jumlah dan jenis staff keperawatan yang diperlukan dipengaruhi oleh derajat dimana departemen lain memberikan pelayanan pendukung, juga dipengaruhi oleh jumlah dan komposisi staff medis dan pelayanan medis yang diberikan. Kebutuhan khusus individu, dokter, waktu dan lamanya ronde, jumlah test, obat-obatan dan pengobatan, jumlah dan jenis pembedahan akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas personel perawat yang diperlukan dan mempengaruhi penempatan mereka. Pengaturan staff kemudian juga dipengaruhi oleh organisasi divisi keperawatan. Rencana harus ditinjau ulang dan diperbaharui untuk mengatur departemen beroperasi secara efisien dan ekonomis dengan pernyataan misi, filosofi dan objektif tertulis, struktur organisasi, fungsi dan tanggung jawab, kebijakan dan prosedur tertulis, pengembangan program staff efektif, dan evaluasi periodik terencana. Komponen yang termasuk dalam fungsi staffing adalah prinsip rekrutmen, seleksi, orientasi pegawai baru, penjadwalan tugas, dan klasifikasi pasien. Pengrekrutan merupakan proses pengumpulan sejumlah pelamar yang berkualifikasi untuk pekerjaan di perusahaan melalui serangkaian aktivitas. Tujuan orientasi pegawai baru adalah untuk membantu perawat dalam menyesuaikan diri pada situasi baru. Produktivitas meningkat karena lebih sedikit orang yang dibutuhkan jika mereka terorientasi pada situasi kerja. Penjadwalan siklus merupakan salah satu cara terbaik yang dipakai untuk memenuhi syarat
Universitas Sumatera Utara
distribusi waktu kerja dan istirahat untuk pegawai. Pada cara ini dibuat pola waktu dasar untuk minggu-minggu tertentu dan diulang pada siklus berikutnya. Jadwal modifikasi kerja mingguan menggunakan shift 10-12 jam dan metode lain yang biasa. d. Directing (Pengarahan) Pengarahan adalah hubungan antara aspek-aspek individual yang ditimbulkan oleh adanya pengaturan terhadap bawahan-bawahan untuk dapat dipahami dan pembagian pekerjaan yang efektif untuk tujuan perusahaan yang nyata. Kepemimpinan
merupakan
faktor
penting
dalam
keberhasilan
manajemen. Menurut Stogdill dalam Swanburg (2000), kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktivitas kelompok terorganisasi dalam upaya menyusun dan mencapai tujuan. Gardner dalam Swanburg (2000), menyatakan bahwa kepemimpinan sebagai suatu proses persuasi dan memberi contoh sehingga individu (pimpinan kelompok) membujuk kelompoknya untuk mengambil tindakan yang sesuai dengan usulan pimpinan atau usulan bersama. Seorang manajer yang ingin kepemimpinannya lebih efektif harus mampu
untuk memotivasi diri sendiri untuk bekerja dan banyak membaca,
memiliki kepekaan yang tinggi terhadap permasalahan organisasi, dan menggerakkan (memotivasi) staffnya agar mereka mampu melaksanakan tugastugas pokok organisasi. Menurut Lewin dalam Swanburg (2000), terdapat beberapa macam gaya kepemimpinan yaitu :
Universitas Sumatera Utara
- Autokratik Pemimpin membuat keputusan sendiri. Mereka lebih cenderung memikirkan
penyelesaian
tugas
dari
pada
memperhatikan
karyawan.
Kepemimpinan ini cenderung menimbulkan permusuhan dan sifat agresif atau sama sekali apatis dan menghilangkan inisiatif. - Demokratis Pemimpin melibatkan bawahannya dalam proses pengambilan keputusan. Mereka berorientasi pada bawahan dan menitikberatkan pada hubungan antara manusia dan kerja kelompok. Kepemimpinan demokratis meningkatkan produktivitas dan kepuasan kerja. - Laissez faire Pemimpin memberikan kebebasan dan segala serba boleh, dan pantang memberikan bimbingan kepada staff. Pemimpin tersebut membantu kebebasan kepada setiap orang dan menginginkan setiap orang senang. Hal ini dapat mengakibatkan produktivitas rendah dan karyawan frustasi. Manajer perawat harus belajar mempraktekkan kepemimpinan perilaku yang merangsang motivasi pada para pemiliknya, mempraktekkan keperawatan professional dan tenaga perawat lainnya. Perilaku ini termasuk promosi autonomi, membuat keputusan dan manajemen partisipasi oleh perawat professional. e. Controlling (Pengawasan)
Fungsi pengawasan atau pengendalian (controlling) merupakan fungsi yang terakhir dari proses manajemen, yang memiliki kaitan yang erat dengan fungsi yang lainnya.Pengawasan merupakan pemeriksaan terhadap sesuatu apakah
Universitas Sumatera Utara
terjadi sesuai dengan rencana yang ditetapkan/disepakati, instruksi yang telah dikeluarkan, serta prinsip-prinsip yang telah ditentukan, yang bertujuan untuk menunjukkan kekurangan dan kesalahan agar dapat diperbaiki (Swanburg, 2000)
Pengawasan juga diartikan sebagai suatu usaha sistematik untuk menetapkan standard pelaksanaan dengan tujuan perencanaan, merancang sistem informasi timbal balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standard yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpanganpenyimpangan, serta mengambil tindakan yang digunakan dengan cara paling efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan perusahaan (Gillies, 1998). Pengontrolan atau pengevaluasian adalah melihat bahwa segala sesuatu dilaksanakan sesuai dengan rencana yang disepakati, instruksi yang telah diberikan, serta prinsip-prinsip yang telah diberlakukan (Gillies, 1998). Tugas seorang manajemen dalam usahanya menjalankan dan mengembangkan fungsi pengawasan manajerial perlu memperhatikan beberapa prinsip berikut : -
Pengawasan yang dilakukan harus dimengerti oleh staff dan hasilnya mudah diukur, misalnya menepati jam kerja.
-
Fungsi pengawasan merupakan kegiatan yang amat penting dalam upaya mencapai tujuan organisasi.
-
Standard untuk kerja yang akan diawasi perlu dijelaskan kepada semua staf, sehingga staf dapat lebih meningkatkan rasa tanggung jawab dan komitmen terhadap kegiatan program.
Universitas Sumatera Utara
-
Kontrol sebagai pengukuran dan koreksi kinerja untuk meyakinkan bahwa sasaran dan kelengkapan rencana untuk mencapai tujuan telah tersedia, serta alat untuk memperbaiki kinerja.
-
Terdapat sepuluh karakteristik suatu sistem control yang baik.
-
Harus menunjukkan sifat dari aktivitas.
-
Harus melaporkan kesalahan-kesalahan dengan segera.
-
Harus memandang ke depan.
-
Harus menunjukkan penerimaan pada titik kritis.
-
Harus objektif.
-
Harus fleksibel.
-
Harus menunjukkan pola organisasi.
-
Harus ekonomis.
-
Harus mudah dimengerti.
-
Harus menunjukkan tindakan perbaikkan. Untuk fungsi-fungsi control dapat dibedakan pada setiap tingkat manajer.
Sebagai contoh, manajer perawat kepala dari satu unit bertanggung jawab mengenai kegiatan operasional jangka pendek termasuk jadwal harian dan mingguan, dan penugasan, serta pengunaan sumber-sumber secara efektif. Kegiatan-kegiatan control ditujukan untuk perubahan yang cepat. Dua metode pengukuran yang digunakan untuk mengkaji pencapaian tujuan-tujuan keperawatan adalah: -
Analisa tugas : kepala perawat melihat gerakan, tindakan dan prosedur yang tersusun dalam pedoman tertulis, jadwal, aturan, catatan, anggaran. Hanya
Universitas Sumatera Utara
mengukur dukungan fisik saja, dan secara relatif beberapa alat digunakan untuk analisa tugas dalam keperawatan. -
Kontrol kualitas : Kepala perawat dihadapkan pada pengukuran kualitas dan akibat-akibat dari pelayanan keperawatan. Apabila fungsi pengawasan dan pengendalian dapat dilaksanakan dengan
tepat, maka akan diperoleh manfaat : -
Dapat diketahui apakah suatu kegiatan atau program telah dilaksanakan sesuai dengan standard atau rencana kerja.
-
Dapat diketahui adanya penyimpangan pada pengetahuan dan pengertian staf dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
-
Dapat diketahui apakah waktu dan sumber daya lainnya telah mencukupi kebutuhan dan telah digunakan secara benar.
-
Dapat diketahui staf yang perlu diberikan penghargaan atau bentuk promosi dan latihan lanjutan.
2. Standard Asuhan Keperawatan Standard merupakan suatu tingkat keungulan yang ditentukan sebelumnya yang bertindak sebagai petunjuk untuk praktik. Standard memiliki karakteristik pembeda, ditetapkan sebelumnya, dibuat oleh para ahli, dikomunikasikan dan diterima oleh orang-orang yang terpengaruh olehnya. Praktik keperawatan adalah tindakan mandiri perawat profesional melalui kerjasama berbentuk kolaborasi dengan klien dan tenaga kesehatan lain dalam memberikan asuhan keperawatan atau sesuai dengan lingkungan wewenang dan tanggungjawabnya. Sumber-sumber standar keperawatan berupa standar yang
Universitas Sumatera Utara
dibuat oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), Departemen Kesehatan RI, rumah sakit, Undang-undang , Keppres, Peraturan Pemerintah. Tujuan standar keperawatan adalah meningkatkan kualitas asuhan keperawatan, mengurangi biaya asuhan keperawatan, melindungi perawat dari kelalaian dalam melaksanakan tugas dan melindungi pasien dari tindakan yang tidak terapeutik. Jenis-jenis standar profesi keperawatan meliputi: standard pelayanan keperawatan, standard praktik keperawatan, standard pendidikan keperawatan, dan standard pendidikan keperawatan berkelanjutan. Selain standard tersebut, perawat yang bekerja di rumah sakitharus melaksanakan standard asuhan keperawatan di rumah sakit. Standard asuhan keperawatan di rumah sakit, yang meliputi:
Standard 1: Falsafah keperawatan
Standard 2: Tujuan Asuhan Keperawatan
Standard 3: Pengkajian Keperawatan
Standard 4 : Diagnosa Keperawatan
Standard 5 : Perencanaan Keperawatan
Standard 6: Intervensi Keperawatan
Standard 7 :Evaluasi Keperawatan
Standard 8: Catatan Asuhan Keperawatan
Universitas Sumatera Utara
Standard kinerja dapat digunakan untuk kinerja individual, dan kriteria dapat dikembangkan untuk evaluasi keseluruhan perawatan pasien. Standard membentuk kriteria kinerja, tujuan perencanaan, rencana strategis, pengukuran hasil secara fisik dan kuantitatif, unit pelayanan, jam personel, kecepatan, biaya, modal, pajak, program, dan standard-standard yang tidak jelas. Mereka juga menetapkan sebagai suatu pengukuran yang tidak diketahui tentang perbandingan dari nilai-nilai kualitatif dan kuantitatif, kriteria atau norma, dan sebagai suatu aturan standard atau tes dimana suatu pengevaluasian atau keputusan dapat dijadikan dasar. Manajer perawat mengembangkan kerja sama dengan perawatperawat klinik, kriteria keperawatan klinik dihadapkan pada pengukuran hasil pasien dan proses keperawatan. Standar-standard ini digambarkan sebagai hasil pasien dan sebagai proses asuhan keperawatan.
Dalam menilai kualitas pelayanan keperawatan kepada klien digunakan standar praktik keperawatan yang merupakan pedoman bagi perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Standar praktik keperawatan telah dijabarkan oleh PPNI (2004) yang mengacu dalam tahapan proses keperawatan, yang meliputi : (1) Pengkajian, (2) Diagnosa keperawatan, (3) Perencanaan, (4) Implementasi, (5) Evaluasi.
Standard I : Pengkajian keperawatan
Pengumpulan data tentang status kesehatan pasien secara sistematis, menyeluruh, akurat, singkat dan berkesinambungan dan data dapat diperoleh, dikomunikasikan, dan dicatat.
Universitas Sumatera Utara
Kriteria pengkajian meliputi :
-
Pengumpulan data dilakukan dengan cara anamnese, observasi, pemeriksaan fisik, serta dari pemeriksaan penunjang.
-
Sumber data adalah pasien, keluarga atau orang yang terkait, tim kesehatan, rekam medis dan catatan lain.
-
Data yang dikumpulkan difokuskan untuk mengidentifikasi.
-
Status kesehatan pasien masa lalu.
-
Status kesehatan pasien saat ini.
-
Status biologis-psikologis-sosial-spritual.
-
Respon terhadap terapi.
-
Harapan terhadap tingkat kesehatan yang optimal.
Standard II : Diagnosa keperawatan
Adapun kriteria proses :
-
Proses diagnosa terdiri dari analisis, interpretasi data, identifikasi masalah, perumusan diagnosa keperawatan.
-
Diagnosa keperawatan terdiri dari masalah (P), penyebab (E), dan tanda/gejala (S), atau terdiri dari masalah dan penyebab (P, E).
-
Bekerjasama dengan pasien dan petugas kesehatan lainnya untuk memvalidasi diagnosa keperawatan.
-
Melakukan pengkajian ulang dan merevisi diagnosa berdasarkan data terbaru.
Standard III : Perencanaan keperawatan
Universitas Sumatera Utara
Perawat membuat rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah dan meningkatkan kesehatan pasien.
Kriteria proses, meliputi :
-
Perencanaan terdiri dari penetapan prioritas masalah, tujuan dan rencana tindakan keperawatan.
-
Bekerjasama dengan pasien dalam menyusun rencana tindakan keperawatan.
-
Perencanaan bersifat individual sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pasien.
-
Mendokumentasikan rencana keperawatan.
Standard IV : Implementasi
Perawat mengimplementasikan tindakan yang telah diidentifikasi dalam proses Asuhan Keperawatan.
Kriteria proses, meliputi :
-
Bekerjasama dengan pasien dalam pelaksanaan tindakan keperawatan.
-
Kolaborasi dengan tim kesehatan lain.
-
Melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi kesehatan pasien.
-
Memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga mengenai konsep, keterampilan asuhan diri, serta membantu pasien memodifikasi lingkungan yang digunakan.
-
Mengkaji ulang dan merevisi pelaksanaan tindakan keperawatan berdasarkan respon pasien.
Universitas Sumatera Utara
Standard V : Evaluasi keperawatan
Perawat mengevaluasi kemajuan klien terhadap tindakan keperawatan dalam pencapaian tujuan dan merevisi data dasar dan perencanaan.
Adapun kriteria prosesnya adalah:
-
Menyusun perencanaan evaluasi hasil dari intervensi secara komprehensif, tepat waktu dan terus-menerus.
-
Menggunakan data dasar dan respon pasien dalam mengukur ke arah pencapaian tujuan.
-
Memvalidasi dan menganalisa data baru dengan teman sejawat.
-
Bekerja sama dengan pasien dan keluarga untuk memodifikasi perencanaan keperawatan.
-
Mendokumentasikan hasil evaluasi dan memodifikasi perencanaan.
Melalui aplikasi standard asuhan keperawatan tersebut, maka pelayanan keperawatan diharapkan akan menjadi lebih terarah.
3. Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Dokumentasi merupakan penulisan dan pencatatan suatu kejadian/aktivitas tertentu secara sah/legal (Carpenito, 1999). Dokumentasi keperawatan adalah suatu catatan yang dapat dibuktikan atau dijadikan bukti dari segala macam tuntutan, yang berisi data lengkap, nyata dan tercatat bukan hanya tentang tingkat kesakitan dari pasien, tetapi juga jenis/tipe, kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan dalam memenuhi kebutuhan pasien (Hidayat, 2002).
Universitas Sumatera Utara
a. Tujuan Dokumentesi Keperawatan Tujuan dokumentasi keperawatan sebagai berikut: -
Alat komunikasi anggota tim.
-
Biling keuangan.
-
Bahan pendidikan.
-
Sumber data dalam menyusun NCP.
-
Audit keperawatan.
-
Dokumen yang legal.
-
Informasi statistik.
-
Bahan penelitian.
b. Makna Dokumentasi Keperawatan Dokumentasi keperawatan mempunyai makna yang penting bila dilihat dari berbagai aspek yaitu : -
Hukum : Semua catatan informasi tentang pasien merupakan dokumentasi resmi dan bernilai hukum. Bila terjadi suatu masalah yang berhubungan dengan profesi keperawatan dimana perawat sebagai pemberi jasa dan pasien sebagai pengguna jasa, maka dokumentasi diperlukan sewaktu-waktu. Dokumentasi tersebut dapat digunakan sebagai barang bukti di pengadilan. Oleh karena itu data-data harus diidentifikasi secara lengkap, jelas, objektif, dan ditandatangani oleh tenaga kesehatan (perawat), tanggal dan perlu dihindari adanya interpretasi yang salah (Nursalam, 2001).
-
Jaminan mutu (Kualitas pelayanan) :
Universitas Sumatera Utara
Pencatatan data pasien yang lengkap dan akurat akan memberi kemudahan bagi perawat dalam membantu menyelesaikan masalah pasien. Dan untuk mengetahui sejauh mana kesehatan pasien dapat teratasi dan seberapa jauh masalah baru dapat diidentifikasi dan dimonitor melalui catatan yang akurat. Hal ini membantu meningkatkan mutu pelayanan keperawatan (Nursalam, 2001). -
Komunikasi : Dokumentasi keadaan pasien merupakan alat perekam terhadap masalah yang berkaitan dengan pasien. Perawat atau tenaga kesehatan lain akan dapat melihat catatan yang ada dan sebagai alat komunikasi yang dijadikan pedoman dalam memberikan Asuhan Keperawatan (Nursalam, 2001).
-
Keuangan : Dokumentasi dapat bernilai keuangan. Semua tindakan keperawatan yang belum, sedang, dan telah diberikan dicatat dengan lengkap yang dapat dipergunakan sebagai acuan atau pertimbangan dalam biaya keperawatan bagi pasien (Nursalam,2001).
-
Pendidikan : Dokumentasi mempunyai nilai pendidikan karena isinya menyangkut kronologis dari kegiatan Asuhan Keperawatan yang dapat dipergunakan sebagai bahan atau referensi pembelajaran bagi siswa atau profesi keperawatan (Nursalam,2001).
-
Penelitian :
Universitas Sumatera Utara
Dokumentasi keperawatan mempunyai nilai penelitian. Data yang terdapat didalamnya mengandung informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan atau objek riset dan pengembangan profesi keperawatan(Nursalam, 2001). -
Akreditasi : Melalui dokumentasi keperawatan akan dapat dilihat sejauh mana peran dan fungsi perawat dalam memberikan Asuhan Keperawatan kepada Pasien. Dengan demikian akan dapat diambil kesimpulan tingkat keberhasilan pemberian Asuhan Keperawatan yang diberikan, pembinaan dan pengembangan lebih lanjut. Hal ini selain bermanfaat bagi peningkatan mutu sendiri, juga bagi individu perawat dalam mencapai tingkat kepangkatan yang lebih tinggi (Nursalam, 2001).
Hal yang pokok dalam prinsip-prinsip dokumentasi adalah (Hidayat, 2002):
a.
Dokumentasi harus dilakukan segera setelah pengkajian pertama dilakukan, demikian juga pada setiap langkah kegiatan keperawatan.
b.
Bila memungkinkan, catat setiap respon pasien / keluarganya tentang informasi/data yang penting tentang keadaannya.
c.
Pastikan kebenaran setiap data data yang akan dicatat.
d.
Data pasien harus objektif dan bukan merupakan penafsiran perawat, dalam hal ini perawat mencatat apa yang dilihat dari respon pasien pada saat merawat pasien mulai dari pengkajian sampai evaluasi.
Universitas Sumatera Utara
e.
Dokumentasikan dengan baik apabila terjadi hal-hal sebagai berikut: adanya perubahan kondisi atau munculnya masalah baru, respon pasien terhadap bimbingan perawat.
f.
Harus dihindari dokumentais yang baku sebab sifat individu /Pasien adalah unik dan setiap pasien mempunyai masalah yang berbeda.
g.
Hindari penggunaan istilah penulisan yang tidak jelas dari setiap catatan yang dicatat, harus disepakati atas kebijaksanaan institut setempat.
h.
Data harus ditulis secara syah dengan menggunakan tinta dan jangan menggunakan pinsil agar tidak mudah dihapus.
i.
Untuk merubah atau menutupi kesalahan apabila terjadi salah tulis, coret dan diganti dengan yang benar kemudian ditanda tangani.
j.
Untuk setiap kegiatan dokumentasi, cantumkan waktu tanda tangan dan nama jelas penulis.
k.
Wajib membaca setiap tulisan dari anggota lain kesehatan yang lain sebelum menulis data terakhir.
l.
Dokumentasi harus dibuat dengan tepat, jelas dan lengkap.
c. Proses dokumentasi keperawatan Proses dokumentasi keperawatan mencakup: a) Pengkajian -
Mengumpulkan Data.
-
Validasi data.
-
Organisasi data.
-
Mencatat data.
Universitas Sumatera Utara
b) Diagnosa Keperawatan -
Analisa data.
-
Identifikasdi masalah.
-
Formulasi diagnosa.
c) Perencanaan / Intervensi -
Prioritas Masalah.
-
Menentukan tujuan.
-
Memilih strategi keperawatan.
-
Mengembangkan rencana keperawatan.
d) Pelaksanaan/implementasi -
Melaksanakan intervensi keperawatan.
-
Mendokumentasikan asuhan keperawatan: mencatat waktu dan tanggal pelaksanaan, mencatat diagnosa keperawatan nomor berapa yang dilakukan intervensi tersebut, mencatat semua jenis intervensi keperawatan termasuk hasilnya, berikan tanda tangan dan nama jelas perawat satu tim kesehatan yang telah melakukan intervensi.
-
Memberikan laporan secara verbal.
-
Mempertahankan rencana asuhan.
e) Evaluasi -
Mengidentifikasikan kriteria hasil.
-
Mengevaluasi pencapaian tujuan.
-
Memodifikasi rencana keperawatan.
d. Manfaat kegunaan dokumentasi implementasi
Universitas Sumatera Utara
Manfaat kegunaan dokumentasi implementasiantara lain: a) Mengkomunikesikan secara nyata tindakan-tindakan yang telah dilakukan untuk klien. Hal ini penting untuk : -
Menghindarkan kesalahan-kesalahan seperti duplikasi tindakan, yang seharusnya tidak perlu terjadi. Contoh : Pemberian obat sudah diberikan, tetapi tidak dicatat sehingga diberikan obat kembali.
-
Quality Assurance (menjamin mutu ) yang akan menunjukkan apa yang secara
nyata
telah
dilakukan
terhadap
klien
dan
bagaimana
hubungannya dengan standar yang telah dibuat. -
Melihat hubungan respon-respon klien dengan tindakan keperawatan yang sudah diberikan (evaluasi klinis).
b) Menjadi dasar penentuan tugas Sistem klasifikasi klien didasarkan pada dokumentasi tindakan keperawatan yang sudah ada, untuk selanjutnya digunakan dalam menentukan jurnal perawat yang harus bartugas dalam setiap shift jaga. c) Memperkuat pelayanan keperawatan Jalan keluar dari tindakan malpraktek tergantung pada dokumen-dokumen yang ada. -
Dokumen tentang kondisi klien.
-
Segala sesuatu yang telah dilakukan untuk k1ien.
-
Kejadian-kejadian atau kondisi klien sebelum dilakukan tindakan.
d) Menjadi dasar perencanaan anggaran pembelanjaan
Universitas Sumatera Utara
Dokumen tentang penggunaan alat-alat dan bahan-bahan akan membantu perhitungan anggaran biaya suatu rumah sakit. 4. Model Asuhan Keperawatan Keberhasilan suatu asuhan keperawatan kepada klien sangat ditentukan oleh pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan profesional. Ada 5 metode pemberian asuhan keperawatan profesional yang sudah ada dan akan terus dikembangkan di masa depan dalam menghadapi tren pelayanan keperawatan. Untuk memberikan asuhan keperawatan yang lazim dipakai meliputi metode fungsional, metode tim, metode kasus, modifikasi metode tim-primer.
a. Metode fungsional Metode fungsional merupakan manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian tugas yang jelas, dan pengawasan yang baik. Metode ini sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga. Perawat senoir menyibukkan diri dengan tugas manajerial, sedangkan perawat pasien diserahkan kepada perawat junior dan/atau belum berpengalaman. Kelemahan dari metode ini adalah pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak dapat menerapkan proses keperawatan. Setiap perawat hanya melakukan 1-2 jenis intervensi (misalnya merawat luka). Metode ini tidak memberikan kepuasan kepada pasien maupun perawat dan persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan keterampilan saja.
Universitas Sumatera Utara
Kepala Ruangan
Perawat :
Perawat :
Perawat :
Perawat :
Pengobatan
Merawat luka
Pengobatan
Merawat luka
Pasien/klien
Skema 1. Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Fungsional
b. Metode Tim Metode ini menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang berbeda-beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2-3 tim/grup yang terdiri atas tenaga profesional, teknikal, dan pembantu dalam satu kelompok kecil yang saling membantu. Metode ini memungkinkan pemberian pelayanan keperawatan yang menyeluruh, mendukung pelaksanaan proses keperawatan, dan memungkinkan komunikasi antartim, sehingga konflik mudah diatasi dan memberi kepuasan kepada anggota tim. Namun, komunikasi antaranggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi
Universitas Sumatera Utara
tim, yang biasanya membutuhkan waktu, yang sulit untuk dilaksanakan pada waktu-waktu sibuk. Hal pokok dalam metode tim adalah ketua tim sebagai perawat profesonal harus mampu menggunakan berbagai teknik kepemimpinan, pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana keperawatan terjamin, anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim, model tim akan berhasil bila didukung oleh kepala ruang. Tujuan metode keperawatan tim adalah untuk memberikan perawatan yang berpusat pada klien. Perawatan ini memberikan pengawasan efektif dari memperkenalkan semua personel adalah media untuk memenuhi upaya kooperatif antara pemimpin dan anggota tim. Melalui pengawasan ketua tim nantinya dapat mengidentifikasi tujuan asuhan keperawatan, mengindentifikasi kebutuhan anggota tim, memfokuskan pada pemenuhan tujuan dan kebutuhan, membimbing anggota tim untuk membantu menyusun dan memenuhi standard asuhan keperawatan. Walaupun metode tim keperawatan telah berjalan secara efektif, mungkin pasien masih menerima fragmentasi pemberian asuhan keperawatan jika ketua tim tidak dapat menjalin hubungan yang lebih baik dengan pasien, keterbatasan tenaga dan keahlian dapat menyebabkan kebutuhan pasien tidak terpenuhi.
Universitas Sumatera Utara
Kepala Ruangan
Ketua Tim
Ketua Tim
Ketua Tim
Staf Perawat
Staf Perawat
Staf Perawat
Pasien / klien
Pasien / klien
Pasien / klien
Skema 2. Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Team nursing
c. Metode primer Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai pasien masuk sampai keluar rumah sakit. Mendorong praktik kemandirian perawat, ada kejelasan antara pembuat rencana asuhan dan pelaksana. Metode primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus-menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, malakukan, dan koordinasi asuhan keperawatan selama pasien dirawat. Konsep dasar metode primer adalah ada tanggung jawab dan tanggung gugat, ada otonomi, dan ketertiban pasien dan keluarga.
Universitas Sumatera Utara
Metode primer membutuhkan pengetahuan keperawatan dan keterampilan manajemen, bersifat kontinuitas dan komprehensif, perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil, dan memungkinkan pengembangan diri sehingga pasien merasa dimanusiakan karena terpenuhinya kebutuhan secara individu. Perawat primer mempunyai tugas mengkaji dan membuat prioritas setiap kebutuhan klien, mengidentifikasi diagnosa keperawatan, mengembangkan rencana keperawatan, dan mengevaluasi keefektifan keperawatan. Sementara perawat yang lain memberikan tindakan keperawatan, perawat primer mengkoordinasikan keperawatan dan menginformasikan tentang kesehatan klien kepada perawat atau tenaga kesehatan lainnya. Selain itu, asuhan yang diberikan bermutu tinggi, dan tercapai pelayanan yang efektif terhadap pengobatan, dukungan, proteksi, informasi, dan advokasi. Dokter
Kepala Ruangan
Sarana RS
Perawat Primer Pasien / Klien
Perawat pelaksana evening
Perawat pelaksana night
Perawat pelaksana jika diperlukan days Skema 3. Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Primary Nursing
Universitas Sumatera Utara
d. Metode kasus Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift, dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasanya diterapkan satu pasien satu perawat, dan hal ini umumnya dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk keperawatan khusus seperti: isolaso, intensivecare. Kelebihannya adalah perawat lebih memahami kasus per kasus, sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah. Kekurangannya adalah belum dapat diidentifikasi perawat penanggung jawab, perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang sama.
Kepala Ruangan
Staf Perawat
Staf Perawat
Staf Perawat
Pasien / klien
Pasien / klien
Pasien / klien
Skema 4. Sistem Asuhan Keperawatan Case Method Nursing
Universitas Sumatera Utara
e. Modifikasi : MAKP Tim-Primer
Pada model MAKP tim digunakan secara kombinasi dari kedua sistem. Menurut Ratna S. Sudarsono (2000) penetapan sistem model MAKP ini didasarkan pada beberapa alasan :
a
Keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena perawat primer harus mempunyai latar belakang pendidikan S1 Keperawatan atau setara.
b
Keperawatan tim tidak digunakan secara murni, karena tanggung jawab asuhan keperawatan pasien terfragmentasi pada berbagai tim.
c
Melalui kombinasi kedua model tersebut diharapkan komunitas asuhan keperawatan dan akuntabilitas asuhan keperawatan terdapat pada primer. Disamping itu, karena saat ini perawat yang ada di RS sebagian besar adalah lulusan SPK, maka akan mendapat bimbingan dari perawat primer/ketua tim tentang asuhan keperawatan.
Contoh: untuk ruang model MAKP ini diperlukan 26 perawat. Dengan menggunakan model modifikasi keperawatan primer ini diperlukan 4 (empat) orang perawat primer (PP) dengan kualifikasi Ners, di samping seorang kepala ruang rawat juga Ners. Perawat associate (PA) 21 orang, kualifikasi pendidikan perawat asosiasi terdiri atas lulusan D3 Keperawatan (3 orang) dan SPK (18 orang). Pengelompokan Tim pada setiap shift jaga terlihat pada gambar di bawah.
Universitas Sumatera Utara
Kepala Ruang
PP1
PP1
PP3
PA
PA
PA
PA
PA
PA
PA
PA
PA
PA
PA
PA
7-8 Pasien
7-8 Pasien
7-8 Pasien
7-8 Pasien
PP4
Skema 5. Sistem Asuhan Keperawatan Metode Primary Tim (Modifikasi)
6. JCIA (Joint Comite International Acreditation)
Universitas Sumatera Utara
Adalah suatu tingkat kualitas pelayanan kesehatan dan keselamatan pasien yang diharapkan.
Strata-strata dalam sistem
Input Sumber daya
Proses Penerimaan pasien rawat inap Pemeriksaan pasien
Output Meningkatnya status kesehatan Pelayanan yang efisien
Perlengkapan Edukasi terhadap pasien
Kepuasan pasien
Persediaan Pengobatan Tabel 1. Strata – strata dalam sistem JCIA
a. Misi JCIA Meningkatkan keselamatan dan kualitas perawatan pasien di seluruh dunia. b. Tujuan JCIA 1. Kualitas pelayanan 2. Kepercayaan masyarakat 3. Patient safety ervirontment safety 4. Staff safety 5. Revenue 6. Margin 7. Kesejahteraan karyawan 8. Daya saing
Universitas Sumatera Utara
c. Manfaat JCIA 1. Meningkatkan kepercayaan public. 2. Menyediakan lingkungan kerja yang aman dan efisien -> kepuasan karyawan. 3. Bernegosiasi dengan sumber sumber pembayaran. 4. Memperhatikan pasien dan keluarganya, menghormati hak-haknya, melibatkan mereka dalam proses pelayanan. 5. Menciptakan budaya yang terbuka. 6. Membangun kepemimpinan yang kolaboratif. d. Persyaratan umum 1. Izin operasi. 2. Ingin meningkatkan kualitas pelayanan. 3. Mengikuti standar JCIA. e. Standar JCIA 1. Patient focus function a. International patient savety goals. b. Access to care and continuity of care. c. Care of patient. d. Assesment of patient. e. Anasthesia and surgical care. f. Patient and family right. g. Patient and family education. h. Madication managemet and use.
Universitas Sumatera Utara
2. Organitation function a. Staff Qualification and education. b. Goverments, leadership and direction. c. Fasility management and savety. d. Management of comunication and information. e. Quality improvement and patient savety. f. Prevention and control of infection.
7. Tugas dan Tanggung Jawab Kepala Ruang Rawat, Kepala Group, CI dan Perawat Pelaksana a. Kepala Ruangan 1. Mengobservasi dan memberi masukan kepada PP terkait dengan bimbingan yang diberikan PP kepada PA. Apakah sudah baik. 2. Memberikan masukan pada diskusi kasus yang dilakukan PP dan PA. 3. Mempresentasikan isu-isu baru terkait dengan asuhan keperawatan. 4. Mengidentifikasi fakta dan temuan yang memerlukan pembuktian. 5. Mengidentifikasi masalah penelitian, merancang usulan dan melakukan penelitian. 6. Menerapkan hasil-hasil penelitian dan memberikan asuhan keperawatan.
Universitas Sumatera Utara
7. Bekerjasama dengan kepala ruangan dalam hal melakukan evaluasi tentang mutu asuhan keperawatan, mengarahkan dan mengevaluasi tentang implementasi MPKP. 8. Mengevaluasi pendidikan kesehatan yang dilakukan PP dan memberikan masukan untuk perbaikan. 9. Merancang
pertemuan
ilmiah
untuk
membahas
hasil
evaluasi/penelitian tentang asuhan keperawatan. b. Kepala Group Kedudukan Perawat ketua grup/TIM adalah seorang perawat professional dalam melaksanakan tugas, bertanggung jawab kepada kepala ruangan. Tugas Pokok : Melaksanaan asuhan keperawatan kepada pasien sesuai dengan standar profesi serta menggunakan dan memelihara logistic keperawatan secara efisien dan efektif. Uraian Tugas : 1. Bersama anggota group melaksanakan Askep sesuai standar. 2. Bersama anggota group mengadakan serah terima dengan group.tim (group petugas ganti) mengawasi: kondisi klien/anggota keluarga,
logistic
pelayanan
keperawatan,
pemeriksaan
administrasi
penunjang,
rekam
kolaborasi
medic, program
pengobatan.
Universitas Sumatera Utara
3. Melanjutkan tugas-tugas yang belum dapat diselesaikan oleh group sebelumnnya. 4. Merundingkan pembagian tugas dengan anggota groupnya. 5. Menyiapkan perlengkapan untuk pelayanan dan visite dokter. 6. Mendampingi dokter visite, mencatat dan melaksanakan program pengobatan dokter. 7. Membantu pelaksanaan rujukan. 8. Melakukan
orientasi
terhadap
klien/anggota
keluarga
baru
mengenai : tata tertib ruangan RS, perawat yang bertugas. 9. Menyiapkan orientasi pulang dan memberi penyuluhan kesehatan. 10.Memelihara kebersihan ruang rawat dengan : mengatur tugas cleaning service, mengatur tugas peserta didik, mengatur tata tertib ruangan yang ditunjukkan kepada semua petugas, peserta didik dan pengunjung ruangan. 11.Membantu karu membimbing peserta didik keperawatan. 12.Membantu karu untuk menilai mutu pelayanan askep serta tenaga keperawatan. 13.Menulis laporan tim mengenai klien/anggota keluarga dan lingkungan. c. CI Uraian tugas : 1. Melihat dan membaca laporan pendahuluan peserta didik. 2. Melakukan pre conference.
Universitas Sumatera Utara
3. Memberi waktu kepada peserta didik untuk membaca rekam medis pasien. 4. Membimbing peserta didik untuk meningkatkan komunikasi terapeutik. 5. Membimbing peserta didik dalam menerapkan rencana tindakan keperawatan. 6. Melakukan bedside teaching. 7. Melakukan ronde keperawatan. 8. Mengambil alih yang dilakukan peserta didik dalam situasi tertentu. 9. Melakukan post konfrens yang membahas tentang kegiatan peserta didik dalam melakukan asuhan keperawatan selama dinas. 10.Membimbing peserta didik dalam rangka mengakhiri praktek di suatu ruangan. 11.Mengontrol kehadiran peserta didik dan melaporkan kepada diklat apabila peserta didik tidak hadir memberi bimbingan peserta didik sesuai dengan tingkat pendidikannya dalam hal : melaksanakan asuhan keperawatan dengan penerapan proses keperawatan membimbing pembuatan laporan kasus. 12.Mengkoordinasi bimbingan kepada penanggung jawab tugas sore dan malam.
Universitas Sumatera Utara
d. Perawat Pelaksana Uraian tugas : 1. Melakukan asuhan keperawatan sesuai standar. 2. Mengadakan serah terima dengan group/tim lain (group petugas ganti)
mengenai
kondisi
klien/anggota
keluarga,
logistic
keperawatan, administrasi rekam medic, pelayanan pemeriksaan penunjang, kolaborasi program pengobatan. 3. Melanjutkan tugas-tugas yang belum dapat diselesaikan oleh group sebelumnya. 4. Merundingkan pembagian tugas dalam groupnya. 5. Menyiapkan perlengkapan untuk pelayanan dan visite dokter. 6. Mendampingi dokter visite, mencatat dan melaksanakan program pengobatan dokter. 7. Membantu pelaksanaaan rujukan. 8. Melakukan orientasi terhadap klien/anggota keluarga/keluarga baru mengenai : tata tertib ruangan/RS, perawat yang bertugas. 9. Menyiapkan klien/anggota keluarga pulang dan memberikan penyuluhan kesehatan. 10.Memelihara kebersihan ruang rawat dengan : mengatur tugas cleaning service dan peserta didik. 11.Mengatur tata tertib ruangan yang ditujukan kepada semua petugas, peserta didik dan pengunjung ruangan.
Universitas Sumatera Utara
12.Membantu
kepala
ruangan
membimbing
peserta
didik
keperawatan. 13.Membantu kepala ruangan untuk menilai mutu pelayanan asuhan keperawatan serta tenaga keperawatan. 14.Menulis laporan tim/group mengenai kondisi klien/anggota keluarga dan lingkungannya. 15.Memberikan
penyuluhan
kesehatan
kepada
klien/anggota
keluarga/keluarga.
B. Analisis Ruang Rawat Ruang rawat inap Rindu A 5 merupakan ruang rawat inap yang etrdapat di RSUP H. Adam Malik Medan untuk pasien dengan masalah penyakit THT, mata, kulit dan kelamin serta gigi dan mulut yang dibagi menjadi kelas 1, 2 dan 3bagi pasien umum, jamkesmas dan askes. Analisa situasional mencakup seluruh kegiatan manajemen di ruangan Rindu A 5 yaitu keadaan ruangan, lingkungan dan orang-orang yang melaksanakan pekerjaan di ruangan Rindu A 5. Hal ini dilakukan utnuk memperoleh gambaran tentang kekuatan dan kelemahan dalam manajemen agar dapat diberi intervensi demi meningkatkan pengelolaan pelayanan keperawatan. 1. Pengkajian Pengkajian sistem manajemen di Ruangan Rindu A 5 dilakukan dengan analisa situasi ruangan pada tanggal 11-13Juni 2012 melalui metode:
Universitas Sumatera Utara
a. Wawancara yang dilakukan dengan kepala ruangan, beberapa perawat pelaksana, dan CI ruangan. b. Observasi dilakukan oleh kelompok manajemen pada shift pagi, yaitu observasi situasi dan kondisi ruangan, pelayanan asuhan keperawatan, penyediaan sarana dan prasarana, sistem kerja, dan komunikasi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan. c. Penyebaran kuesioner, kuesioner disebarkan pada tanggal 13 Januari 2012.
Setelah data terkumpul, kemudian dilakukan tabulasi dan analisa data. Gambaran hasil analisa situasi ruangan di ruangan Rindu A 5 dideskripsikan sebagai berikut:
a) Man .Perawat di ruangan Rindu A 5 terdiri dari 1 orang kepala ruangan dengan pendidikan sarjana keperawatan dan Ns, 1 orang CI dengan pendidikan sarjana keperawatan dan Ns, 1 orang TU dengan pendidikan SPK, 2 orang ketua tim dengan pendidikan D3 keperawatan, 13 orang perawat pelaksana dengan latar belakang pendidikan D3keperawatan. Jumlah keseluruhan perawat di ruangan RA4 sebanyak 18 orang yang terdiridari 16 orang PNS dan 2 orang Honor. Proses perekrutan perawat pegawai negeri di ruang Rindu A 5 dilakukan melalui ujian penerimaan pegawai dari depkes pusat, sedangkan untuk pegawai honorer perekrutan dilakukan langsung oleh RSUP H. Adam Malik Medan. Pegawai baru yang telah diterima di orientasikan selama 3 bulan dan dilakukan penilaian oleh bidang keperawatan. Selain itu beberapa perawat di ruang Rindu A
Universitas Sumatera Utara
5 mendapatkan pelatihan di bidang keperawatan yang dilaksankan oleh RSUP H. Adam Malik Medan yang langsung disampaikan oleh Kapokja melalui kepala ruangan seperti pelatihan infeksi nosokomial, PPGD, EKG, manajemen bangsal, manajemen nyeri, dll. Berdasarkan penyebaran kuesioner kepada 16 orang perawat ruang Rindu A 5 tentang kepuasan kerja perawat diperoleh hasil bahwa 93,75%perawat merasa puas dengan pekerjaan mereka dan 6,25% perawat mengatakan tidak puas dengan pekerjaan mereka. Sedangkan dari hasil penyebaran kuesioner pada 10 orang pasien dengan kriteria pasien yang hari rawatan minimal 3 hari, disimpulkan bahwa 80 % pasien merasa puas, 20% merasa tidak puas dengan pelayanan keperawatan yang diberikan yaitu terkait dengan komunikasi yang terjalin antara perawat dengan pasien ataupun keluarga pasien. Berdasarkan hasil dokumentasi dari bagian pencatatan terhadap kasus yang ada di ruang rindu A 5, ditemukan bahwa kasus yang paling banyak dialami pasien yang mengalami gangguan pada telinga, hidung dan tenggorokan adalah nasopharyng carcinoma (NPC) yaitu sebanyak 37 % disusul dengan kanker laryng 18,5 %, kanker lidah 8,3 % dan OMSK 0,5%. Pendistribusian tenaga perawatan yang ada di ruangan Rindu A 5 sesuai jadwal dinas Rindu A 5 bulan Juni 2012 adalah sebagai berikut: Pagi : 11 orang Sore : 2 orang Malam : 2 orang Libur + cuti : 3 orang
Universitas Sumatera Utara
Pembagian jam kerja untuk: Dinas pagi : jam 08-00 – 14.00 WIB Dinas sore : jam 14.00 – 20.00 WIB Dinas malam : jam 20.00 WIB – 08.00 WIB Jumlah rata-rata pasien setiap harinya tahun 2011 adalah 31 orang, dengan BOR 62 % dan seluruhnya dengan tingkat ketergantungan total, partial dan minimal care.
Perhitungan Kebutuhan Tenaga Perawat
Dari hasil pengkajian pada tanggal 11-13 Juni 2012 diperoleh data ratarata jumlah pasien perharinya di ruang Rindu A 5 sebanyak 31 orang. Dimana jumlah tempat tidur di ruang Rindu A 5 46 bed. Berdasarkan data tersebutdiperolehnilai BOR: Ruangan Rindu A 5:Rata-rata pasien
x 100%
Tempat tidur pasien : 31 x 100% 46 : 67, 3% Tingkat Pagi Ketergantungan Pasien 6.x 0,17= 1,02 Minimal Care
Total Care
22 x 0,27= 5,94 3 x 0,36= 1,08
Jumlah
8,04
Partial Care
Sore
Malam
6 x 0,14= 0,84 22 x 0,15= 3,3 3 x 0,30= 0,90 5,04
6 x 0,07= 0,42 22 x 0,07= 1,54 3 x 0,20= 0,60 2,56
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2. JumlahTenaga Perawat yang dibutuhkan di Ruang Rawat Inap Rindu A 5 Berdasarkan kategori Asuhan Keperawatan Menurut Douglas (1984)
Berdasarkan perhitungan tersebut, maka pembagian perawat: Pagi
: 8 orang
Siang : 5 orang Malam: 3 orang Total : 16 orang Faktor libur dan cuti= 25% x 16= 4 orang. Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan ketergantungan pasien adalah 16+4+ 1karu+2 katim= 23 orang. Dari data diatas diperoleh jumlah kebutuhan perawat sebanyak 23 orang di ruangan Rindu A 5. Jadi dapat disimpulkan bahwa menurut tingkat ketergantungan pasien jumlah tenaga perawat di RA4 neurologi kekurangan tenaga perawat sebanyak 5 orang.
Universitas Sumatera Utara
Kepala Ruangan Julinar Z. Pasaribu, S.Kep, Ners (196907061997032004)
CI Ruangan
Tata Usaha
Delima Warita P., S.Kep, Ners (197012081997032001)
Normawati (196806241991032003)
Ketua Tim 1
Ketua Tim 2
Erni Syam
Asiah
(196709071995032001)
(196404041996032000)
Anggota:
Anggota:
1. 2. 3. 4. 5. 6.
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Rosmaida Fadli Risma Rosparida Lindawati Sri Juani Tarigan
Ani Sihotang Hetty O Sibarani John Herianto Hotminaplina Fadillah Ulfah Lusiana Imertikana
Skema 6 . Struktur Organisasi Ruangan Rindu A 5
Universitas Sumatera Utara
Adapun uraian tugas dari masing-masing perawat di ruangan adalah sebagai berikut: a. Kepala Ruangan
Kedudukan :
Kepala ruangan adalah seorang perawat professional secara teknis fungsional bertanggung jawab kepala bidang keperawatan melalui perawat pengawas keperawatan, secara operasional bertanggung jawab kepada kepala instalasi.
Tugas Pokok :
Membantu pelaksanaan bimbingan asahan keperawatan, penerapan etika keperawatan serta mengelola kegiatan asuhan keperawatan di ruangan.
Uraian Tugas :
1. Mengatur pelaksanaan kegiatan asuhan keperawatan yang diselenggarakan sesuai dengan kebutuhan klien/ anggota keluarga. 2. Mengatur penempatan tenaga keperawatan di ruangan. 3. Mengatur penggunaan dan pemeliharaan logistik keperawatan selalu siap pakai. 4. Memberi pengarahan dan motivasi kepada ketua group/tim dan pelaksanaan agar melaksanakan asuhan keperawatan sesuai standart, etis dan professional. 5. Melaksanakan program orientasi kepada: -
Tenaga baru
Universitas Sumatera Utara
-
Siswa/ mahasiswa
-
Klien/ anggota keluarga baru
6. Mendampingi dokter/ supervisor selama kunjungan visit. 7. Mengelompokkan klien/ anggota keluarga menurut penempatan ruangan menurut tingkat jenis kelamin untuk mempermudah asuhan keperawatan. 8. Menciptakan, memelihara suasana kerja yang baik antar petugas, klien/ anggota keluarga/ keluarga sehingga member ketenangan. 9. Mengadakan pertemuan berkala tenaga keperawatan minimal 2 kali perhari untuk membicarakan pelaksanaan kegiatan di ruangan. 10. Memeriksa dan meneliti: -
Pengisian daftar permintaan makanan.
-
Pengisian sensus harian.
-
Pengisian buku registrasi.
-
Pengisian rekam medic.
11. Mengawasi dan menilai pelaksaan asuhan keperawatan 5 tahapan: -
Pengkajian keperawatan.
-
Diagnosa keperawatan.
-
Perencanaan keperawatan.
-
Pelaksanaan keperawatan.
-
Evaluasi keperawatan.
12. Pertemuan secara rutin dengan pelaksanaan keperawatan. 13. Membuat laporan pelaksanaan kegiatan di ruangan.
Universitas Sumatera Utara
b. Kepala Group Kedudukan Perawat ketua group/tim adalah seorang perawat professional dalam melaksanakan tugas, bertanggung jawab kepada kepala ruangan. Tugas Pokok Melaksanakan asuhan keperawatan kepada klien/ anggota keluarga sesuai standart profesi serta menggunakan dan memelihara logistic keperawatan secara efektif dan efisien. Uraian tugas : 1. Bersama anggota group/ tim melaksanakan asuhan keperawatan sesuai standart. 2. Bersama anggota group/ tim mengadakan serah terima tugas dengan group/ tim (group petugas ganti) mengawasi : -
Kondisi klien/ anggota keluarga.
-
Logistic keperawatan.
-
Administrasi rekam medic.
-
Pelayanan pemeriksaan penunjang.
-
Kolaborasi program pengobatan.
3. Melanjutkan tugas-tugas yangbelum diselesaikan oleh group sebelumnya. 4. Merundingkan pembagian tugas dengan anggota groupnya. 5. Menyiapkan perlengkapan untuk pelayanan dan visit dokter. 6. Mendampingi dokter visit, mencatat dan melaksanakan program pengobatan dokter.
Universitas Sumatera Utara
7. Membantu pelaksanaan rujukan. 8. Melakukan orientasi terhadap klien/ anggota keluarga baru mengenai : -
Tata tertib ruangan rumah sakit.
-
Perawat yang bertugas.
9. Menyiapkan orientasi pulang dan memberi penyuluhan kesehatan. 10. Memelihara kebersihan ruang rawat dengan : -
Mengatur tugas cleaning sevice.
-
Mengatur tugas peserta didik.
-
Mengatur tata tertib ruangan yang ditujukan kepada semua petugas, peserta didik dan pengunjung ruangan.
11. Membantu kepala ruangan membimbing peserta didik keperawatan. 12. Membantu kepala ruangan membimbing peserta didik keperawatan. 13. Menulis laporan tim mengenai klien/anggota keluarga dan lingkungannya. c. CI (Clinical Instructure)
Uraian Tugas
1. Melihat dan membaca laporan pendahuluan peserta didik. 2. Melakukan pre conference dan membahas laporan pendahuluan. 3. Memberi waktu kepada peserta didik untuk membaca rekam medis pasien. 4. Membimbing peserta didik untuk meningkatkan komunikasi teraupetik. 5. Membimbing peserta didik dalam menerapkan rencana tindakan. 6. Melakukan bed side teaching. 7. Melakukan ronde keperawatan.
Universitas Sumatera Utara
8. Mengambil
alih tindakan yang dilakukan peserta didik dalam situasi
tertentu. 9. Melakukan post conference yang membahas tentang kegiatan peserta didik dalam melakukan asuhan keperawatan. 10. Mengontrol kehadiran peserta didik dan melaporkan kepada diklat apabila peserta didik tidak hadir. 11. Mengontrol kehadiran peserta didik dan melaporkan kepada diklat apabila peserta didik tidak hadir : a. Memberi bimbingan peserta didik sesuai dengan tingkat pendidikannya dalam hal : melaksanakan asuhan keperawatan dengan penerapan proses keperawatan. b. Membimbing pembuatan laporan kasus. 12. Memberi penilaian terhadap hasil kerja peserta didik sesuai dengan tepat tugasnya dan menyerahkan kepada koordinator instruktur klinis setiap akhir minggu. 13. Mengkoordinasikan tugas bimbingan kepada penanggung jawab sore dan malam. d. Perawat Pelaksana Uraian tugas : 1. Melakukan asuhan keperawatan sesuai standart. 2. Mengadakan serah terima dengan group/ tim lain (group petugas ganti) mengenai : -
Kondisi klien/ anggota keluarga.
Universitas Sumatera Utara
-
Logistik keperawatan.
-
Administrasi rekam medic.
-
Pelayanan pemeriksaan penunjang.
-
Kolaborasi program pengobatan.
3. Melanjutkan tugas-tugas yang belum dapat diselesaikan oleh group sebelumnya. 4. Merundingkan pembagian tugas dengan group. 5. Menyiapkan perlengkapan untuk pelayanan dan visit dokter. 6. Mendampingi dokter visit, mencatat dan melaksanakan program pengobatan dokter. 7. Membantu pelaksanaan rujukan. 8. Melakukan orientasi terhadap klien/anggota keluarga/ keluarga baru mengenai : -
Tata tertib ruangan/ rumah sakit.
-
Perawat yang bertugas.
9. Menyiapkan klien/ anggota keluarga pulang dan memberikan penyuluhan kesehatan. 10. Memelihara kebersihan ruang rawat dengan : -
Mengatur tugas cleaning service.
-
Mengatur tugas peserta didik.
-
Mengatur tata tertib ruangan yang ditujukan kepada semua petugas, peserta didik dan pengunjung ruangan.
11. Membantu kepala ruangan membimbing peserta didik keperawatan.
Universitas Sumatera Utara
12. Membantu kepala ruangan untuk menilai mutu pelayanan asuhan keperawatan serta tenaga keperawatan. 13. Menulis laporan tim/ group mengenai kondisi klien/ anggota keluarga dan lingkungannya. 14. Memberikan penyuluhan kesehatan kepada klien/ anggota keluarga/ keluarga. 15. Menjelaskan tata tertib rumah sakit, hak, dan kewajiban klien/ anggota keluarga. Dalam hal pendelegasian tugas, ruangan Rindu A 5 memiliki alur pendelegasian tugas sebagai berikut : Kepala Ruangan Kepala Tim
Perawat Pelaksana
Kepala Tim
Perawat Pelaksana
Skema 7. Alur Pendelegasian Tugas
Berdasarkan hasil pengkajian melalui wawancara dengan kepala ruangan, sistem pendelegasian tugas keperawatan di ruangan rawat inap Rindu A 5 dilaksanakan sesuai dengan metode penugasan tim, yaitu pendelegasian dilakukan dari kepala ruangan kepada ketua tim dan selanjutnya ketua tim mendelegasikan kepada perawat pelaksana, apabila salah satu ketua tim berhalangan dalam melaksanakan tugasnya, pelimpahan tugas diberikan kepada ketua tim dari tim lainnya, tetapi metode tim ini.
Universitas Sumatera Utara
Pembagian kerja anggota tim disesuaikan dengan jumlah anggota yang hadir, masing-masing perawat memiliki tugas dan tanggung jawab terhadap pasien dan pembagian ini dilakukan pada saat pembacaan laporan pagi atau operan pagi yang dilakukan oleh karu terhadap perawat pelaksana di setiap harinya dan pada saat operan bed to bed tentang keadaan pasien sekaligus dilakukan pemeriksaan lemari pasien dan membersihkan sisa-sisa kemasan obat ataupun spuit dan botol infuse. b) Metode Ruangan rawat inap Rindu A 5 merupakan ruang rawat yang memberikan pelayanan terhadap pasien dengan diagnosis penyakit THT, mata, kulit dan kelamin, serta gigi dan mulut yang dibagi menjadi kelas 1, 2 dan 3 bagi pasien umum, jamkesmas dan askes. Ruang R A 5 telah dimiliki struktur organisasi yang jelas, uraian tugas yang jelas untuk karu, Katim, CI dan perawat pelaksana, alur pendelegasian yang jelas dengan metode penugasan tim, serta memiliki SAK (Standart Asuhan Keperawatan) dan catatan terintegrasi untuk setiap pasien (RM 14 ), lembar pengkajian pasien (RM 50a dan RM 50b), dan lembar pendidikan kesehatan pasien (RM 23). Namun dalam pelaksanaan pendokumentasiannya belum efektif. Masih banyak perawat dalam ruangan yang belum melaksanakan pengisian lembar dokumentasi tersebut dengan benar. Selain itu ruang RA5 belum maksimal dalam pemberian pendidikan kesehatan berupa asuhan keperawatan dalam mengatasi keluhan pasien seperti manajemen nyeri, teknik komunikasi
Universitas Sumatera Utara
pada pasien yang mengalami gangguan komunikasi, serta discharge planning saat pasien akan pulang. Ruangan RA 5 melaksanakan proses kontroling (penilaian kerja) yang dilakukan oleh Karu dan KAPOKJA terhadap kinerja perawat pelaksana setiap bulannya. Karu juga melakukan supervisi terhadap staf, logistik dan mahasiswa yang sedang praktek di ruangan RA 5. Berdasarkan hasil observasi, kepala ruangan RA5 memiliki gaya kepemimpinan bersifat demokratis. Jika terdapat masalah dalam ruangan, langsung diselesaikan oleh kepala ruangan dengan metodem win winsolution. Selain itu, dalam ruangan RA5 terdapat kebijakan untuk mencapai kedisiplinan kerja yang sesuai dengan standar JCIA. c) Material Ruangan RA5 telah memiliki sistem komputerisasi SIMRS (Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit). Pengadaan logistik di ruangan Rindu A 5 cukup lengkap baik alat tenun maupun alat-alat kesehatan. Saat ini ruangan Rindu A 5 sedang menjalani masa peralihan menuju standardisasi JCIA (Join Commitee International Accreditation). Dalam pengadaan logistik baik alat tenun maupun alat kesehatan diatur secara terstruktur. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, telah tersedia pembuangan sampah yang terpisah di Rindu A 5, yaitu tempat pembuangan sampah medis, tempat pembuangan sampah domestik, dan tempat pembuangan sampah benda tajam, penggunaan papan identitas pasien sudah tidak digunakan lagi namun diganti dengan menggunakan Id Bend. Gelang nama berwarna biru digunakan pada pasien pria, gelang nama berwarna
Universitas Sumatera Utara
pinkdigunakan pada pasien wanita, gelang nama berwarna kuning digunakan pada pasien yang gelisah, dan gelang nama berwarna merah digunakan pada pasien alergi,penggunaan gelang tangan sebagai identitas pasien juga telah berjalan dengan baik. Sistem pengamprahan kebutuhan peralatan medis yang dibutuhkan di ruangan dilakukan secara terstruktur dan terperinci sesuai dengan kebutuhan ruangan. Jumlah tempat tidur di Rindu A 5 terdiri dari 46 tempat tidur yang kesemuanya dalam kondisi yang baik. Ruang RA5 juga memiliki alat sterilisasi sendiri. Ruang RA5 telah memiliki obat emegency yang cukup lengkap dan pengadaan/penyediaan obat pasien disesuaikan dengan kebutuhan pasien serta terdokumentasi dengan baik.Ruang RA5 memiliki papan struktur organisasi, nurse station, ruangan Karu serta CI, ruangan perawat yang digunakan sebagai ruangan tempat berkumpul untuk membaca rawatan tiap pergantian shift (operan) dan sebagai ruang tata usaha.Di ruang RA5 belum memiliki format pengkajian khusus THT, format discharge planning sudah ada tetapi penggunaannya belum maksimal. d) Money Ruang rawat inap Rindu A 5 memiliki sistem keuangan yang diatur langsung oleh rumah sakit baik untuk pelayanan maupun untuk penggajian pegawai ruangan. Setiap pegawai ruang rawat inap Rindu A 5 mendapatkan gaji bulanan sesuai dengan golongan, jasa pelayanan medis, jasa pelayanan umum, dan uang makan perbulan. Juga diberikan jasa pelayanan di luar gaji yang dikeluarkan setiap bulan untuk diberikan kepada perawat dan adanya pemberian kredit poin pada perawat fungsional.
Universitas Sumatera Utara
2. Analisa Situasi SWOT a) Man Strenght (Kekuatan) • •
• •
• •
Rumah sakit tipe A sekaligus sebagai rumah sakit pendidikan. Ruang RA5 memiliki tenaga perawat yang terdiri dari S1 Keperawatan 2 orang, D3 Keperawatan 15 orang, SPK 1 orang Pegawai baru diorientasikan selama 3 bulan. Kepala Ruangan berasal dari jenjang pendidikan S1 Keperawatan (Ns) dan memiliki sertifikat pelatihan manajemen. Kepala Ruangan melakukan penilaian kinerja terhadap perawat satu kali sebulan Adanya sanksi kepada staf/ pegawai yang melakukan pelanggaran dalam
Weakness (Kelemahan) •
• •
Kurangnya jumlah tenaga perawat di Ruangan RA5, dimana jumlah tenaga perawat termasuk Kepala Ruangan, Ketua Grup dan Perawat Pelaksana adalah 18 orang. Sedangkan dari hasil perhitungan jumlah kebutuhan tenaga perawat menurut Douglas adalah 23 oran Latar belakang pendidikan Katim masih D3 Keperawatan Berdasarkan angket yang disebarkan tingkat kepuasaan kerja perawat diperoleh hasil 6,75% merasa tidak puas.
Opportunity (Kesempatan) •
• • •
•
RSUP HAM Medan sudah terakreditasi penuh tingkat lengkap pada tahun 2010 dan sejak tahun 2011 sedang menjalani proses akreditasi JCIA yang menuntut pemberian pelayanan keperawatan yang profesional Adanya mahasiswa Akper, Akbid, dan S1 Keperawatan yang praktik di ruangan RA5 Rekruitmen perawat melalui ujian pegawai negeri sesuai dengan aturan Rumah Sakit dan perekrutan tenaga honorer melalui Rumah Sakit yang disesuaikan dengan tingkat kebutuhan masingmasing ruangan. Pihak Rumah Sakit
Threatened (Ancaman) •
•
•
Era globalisasi yang menuntut tenaga keperawatan yang profesional dan memiliki kompetensi pada bidang pelayanan keperawatan. Anggapan masyarakat bahwa Rumah Sakit HAM Medan merupakan Rumah Sakit pendidikan, yang menjadikan pasien sebagai lahan praktik. Rumah sakit lain yang mempunyai SDM yang lebih baik dan berkualitas
Universitas Sumatera Utara
•
•
•
memberikan asuhan keperawatan kepada pasien dengan membuat surat pernyataan perawat di ruang Rindu A 5 mendapatkan pelatihan di bidang keperawatan yang dilaksanakan oleh RSUP H. Adam Malik Medan yang langsung disampaikan oleh Kapokja melalui kepala ruangan seperti pelatihan infeksi nosokomial, PPGD, EKG, manajemen bangsal, manajemen nyeri Bila terjadi suatu masalah baik pada pasien atau perawat, Kepala Ruangan langsung mengatasi masalah tersebut. Apabila tidak dapat diatasi lagi, maka Kepala Ruangan melaporkan masalah tersebut kepada Kapokja. Tingkat kepuasan kerja perawat di RS berdasarkan angket diperoleh hasil bahwa bahwa 93,75%perawat
•
•
memberikan kesempatan pada perawat untuk melanjutkan jenjang pendidikan hingga selesai. Perawat diberikan kesempatan oleh pihak Rumah Sakit untuk mendapatkan pelatihan di bidang keperawatan maupun non keperawatan. Perawat diberi kesempatan cuti tahunan selama 7 hari.
Universitas Sumatera Utara
•
merasa puas Berdasarkan angket yang disebarkan mengenai tingkat kepuasaan pasien diperoleh hasil sebesar 80% yang menyatakan puas.
b) Metode • •
• •
•
Strenght ( Kekuatan ) Ruangan RA5 memiliki struktur organisasi. Ruangan RA5memiliki alur pendelegasian yang tegas dengan metode penugasan tim, dimana terdapat 2 tim. Ruangan memiliki SAK dan SOP yang sudah dibakukan Ruangan RA5 sudah memiliki lembar pendokumentasian dengan metode checklist Penjadwalan dinas perawat disusun langsung oleh Kepala
• •
• •
Weakness ( Kelemahan ) Belum optimalnya pelaksanaan pendidikan kesehatan kepada keluarga/ pasien. Adanya ketetapan jam bertamu pada keluarga pasien yaitu jam 12.00-14.00 WIB dan 17.0020.00 WIB, namun berdasarkan hasil observasi di ruangan RA5 masih belum terlaksana secara optimal. Pendokumentasian asuhan keperawatan ruangan Rindu A 5 belum optimal. Ruang Rindu A 5 belum
Opportunity ( Kesempatan ) Berdasarkan SK MENKES No. Ym.01.10/111/3696/10 tanggal 27 Juli 2010 tentang pemberian status akresitasi penuh tingkat lengkap kepada RSUP HAM • Adanya SK MENKES No. 244/MENKES/SK/IX/1991 yang menyatakan bahwa RSUP H. Adam Malik sebagai Rumah Sakit pendidikan. • RSUP HAM sedang menjalani proses akreditasi •
•
Treatened ( Ancaman ) Adanya tuntutan akan pelayanan keperawatan yang lebih baik
Universitas Sumatera Utara
•
•
•
•
•
Ruangan. Ruangan memiliki batasan jam kerja dalam setiap shift dan ada penanggung jawab dalam setiap shift. Berdasarkan kuesioner yang disebarkan mengenai gaya kepemimpinan Karu diperoleh hasil sebesar 81,25% menyatakan karu memiliki gaya kepemimpinan yang demokratis Karu melakukan supervise terhadap staf, logistic dan mahasiswa yang sedang praktik di ruang RA5 Proses kontroling (penilaian kerja) yang dilakukan oleh Karu dan KAPOKJA terhadap kinerja perawat pelaksana setiap bulannya Metode peneyelesaian masalah dalam ruangan, dilakukan dengan metodewin winsolutionoleh kepala ruangan
menerapkan manajemen asuhan keperawatan latihan menelan untuk pasien yang mengalami gangguan menelan.
JCIA yang menuntut pemberian pelayanan keperawatan yang profesional
Universitas Sumatera Utara
c) Material Strength (kekuatan) •
•
•
•
Ruangan RA5 telah memiliki sistem komputerisasi SIMRS (Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit). Pengadaan logistik di ruangan Rindu A5 cukup lengkap baik alat tenun maupun alat-alat kesehatan. Ruangan RA5 telah memiliki pembuangan sampah yang terpisah di yaitu tempat pembuangan sampah medis, tempat pembuangan sampah domestik, dan tempat pembuangan sampah benda tajam Penggunaan papan identitas pasien menggunakan Id Bend(gelang tangan) dan penggunaan gelang tangan
Weakness (kelemahan) • •
Format discharge planning khusus untuk pasien NPC belum spesifik tersedia. Ruang RA5 belum memiliki SOP Asuhan Keperawatan latihan menelan untuk mengatasi keluhan pasien dengan masalah gangguan menelan.
Opportunity (kesempatan) •
Threatened (ancaman)
Adanya dana/ anggaran dari pemerintah untuk kesedian alat kesehatan dan non alat kesehatan .
•
Sarana atau fasilitas ruangan rumah sakit lain lebih memadai.
Universitas Sumatera Utara
•
•
• •
•
•
sebagai identitas pasien juga telah berjalan dengan baik. Sistem pengamprahan kebutuhan peralatan medis yang dibutuhkan di ruangan dilakukan secara terstruktur dan terperinci sesuai dengan kebutuhan ruangan. Jumlah tempat tidur di Rindu A 5 terdiri dari 46 tempat tidur yang kesemuanya dalam kondisi yang baik. Ruang RA5 juga memiliki alat sterilisasi sendiri. Ruang RA5 telah memiliki obat emegency yang cukup lengkap dan pengadaan/penyediaan obat pasien disesuaikan dengan kebutuhan pasien serta terdokumentasi dengan baik. Ruang RA5 memiliki papan struktur organisasi, nurse station, ruangan Karu serta CI, Ruang RA5 belum memiliki format pengkajian lengkap
Universitas Sumatera Utara
•
untuk THT,Gimul, Mata Format discharge planningsudah ada tetapi pelaksanaannya belum maksimal.
d) Money Strenght (Kekuatan) •
•
Ruangan RA5 memiliki sistem budgeting yang diatur langsung oleh Rumah Sakit baik untuk pelayanan maupun untuk pendanaan kesehatan bagi petugas kesehatan melalui SIRS. Pembayaran jasa pelayanan Umum, ASKES dan Jamkesmas serta beberapa asuransi perusahaan yang terikat langsung dilakukan transaksi di kasir RSUP H. Adam Malik sesuai dengan rincian tindakan pada pasien di Ruangan RA5.
Weakness (Kelemahan) •
Belum tersedianya anggaran bagi perawat untuk melanjutkan pendidikan.
Opportunity (Kesempatan) •
Threatened (Ancaman)
Adanya bantuan/ jaminan bagi masyarakat melalui Jamkesmas, Jamkesda, Jaminan Kesehatan Aceh, JPKMS, ASKES dan Asuransi Kesehatan yang bekerja sama dengan RSUP H. Adam Malik.
•
Rumah sakit lain yang mempunyai donator atau yayasan untuk memenuhi kebutuhan rumah sakit
Universitas Sumatera Utara
•
•
Sistem pembayaran gaji pegawai dan klaim pasien sudah dilakukan dengan SIRS dan melalui Bank Bukopin. Adanya jasa insentif pegawai Rumah Sakit setiap bulan yang bersumber dari Jamkesmas. Tabel 3. Analisa SWOT
Universitas Sumatera Utara
3. Rumusan Masalah Berdasarkan hasil pengkajian ruangan yang berkaitan dengan manajemen pelayanan kepada pasien, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: a. Pendokumentasian asuhan keperawatan ruangan RA5 belum optimal. b. Ruang Rindu A 5 belum memiliki SOP Asuhan Keperawatan latihan menelan untuk mengatasi keluhan pasien dengan masalah gangguan menelan. c. Ruang Rindu A 5 belum menerapkan manajemen asuhan keperawatan latihan menelan untuk pasien yang mengalami gangguan menelan. d. Format discharge planning khusus untuk pasien NPC belum spesifik tersedia.
4. Rencana Penyelesaian Masalah Setelah menentukan masalah yang terdapat di ruangan yang terkait dengan manajemen pelayanan maka praktikan membuat intervensi sebagai berikut: a. Rencana Penyelesaian Masalah Manajemen Ruangan 1) Melakukan sosialisasi kepada perawat ruangan Rindu A 5 dalam hal tata cara pendokumentasian asuhan keperawatan yang terdapat di ruang rawat Rindu A 5. 2) Membuat SOP latihan menelan (lampiran 4) 3) Menerapkan manajemen asuhan keperawatan latihan menelan pada pasien dengan masalah gangguan menelan kemudian mengkaji keefektifan latihan menelan tersebut dan mensosialisasikan protap latihan menelan pada perawat ruangan.
Universitas Sumatera Utara
4) Membuat format discharge planningbeserta standart asuhan keperawatan khusus untuk pasien NPC b. Rencana Penyelesaian Masalah Manajemen Pelayanan pada Kasus Nasopharing Carcinoma (NPC) 1) Memberikan asuhan keperawatan kepada pasien kelolaan dengan kasus NPC sesuai dengan masalah keperawatan yang ditemukan dari hasil pengkajian terhadap pasien tersebut.
5. Implementasi Implementasi terhadap kasus kelolaan dan manajemen ruangan dilakukan praktikan mulai minggu ketiga dari jadwal praktek PBLK yaitu pada tanggal 2630 Juni 2012. Implementasi yang dilaksanakan terhadap rencana penyusunan yang telah dilakukan adalah: a. ImplementasiPenyelesaian Masalah Manajemen Ruangan a) Melakukan sosialisasi kepada perawat ruangan Rindu A 5 dalam hal tata cara pendokumentasian asuhan keperawatan yang terdapat di ruang rawat Rindu A 5. Praktikan melakukan sosialisasi kepada perawat ruangan Rindu A 5 dalam hal tata cara pendokumentasian asuhan keperawatan RM 50a dsan 50b yang terdapat di ruang rawat Rindu A 5. Soaisalisasi dilakukan pada tanggal 30 Juni 2012 yang dilakukan pada pukul 13.00 WIB ketika perawat ruangan beristirahat setelah selesai melakukan tugas pelayanan kesehatan
Universitas Sumatera Utara
kepada pasien. Setiap perawat mendapat format pengkajian asuhan keperawatan ruangan RM50a dan 50b. Praktikan menjelaskan satu per satu bagian-bagian dari pengkajian yang harus dilakukan perawat ketika pasien masuk sesuai apa yang tertulis di RM 50a dan 50b. Perawat ruangan Rindu A 5 memberikan beberapa pertanyaan mengenai bagian pengkajian yang tidak mereka mengerti bagaimana cara pengisiannya, yaitu mengenai tata cara scoring resiko jatuh dan intensitas nyeri. b) Membuat SOP latihan menelan Berdasarkan hasil pengkajian di ruangan Rindu A 5 terdapat masalah kesulitan menelan yang dialami oleh pasien di ruangan tersebut. Untuk itu praktikan menyusun SOP latihan menelan (Lampiran 4) yang dapat diterapkan oleh ruangan dan diimplementasikan kepada pasien dengan masalah gangguan menelan yang berada di ruangan Rindu A 5. c) Menerapkan manajemen asuhan keperawatan latihan menelan pada pasien dengan masalah gangguan menelan kemudian mengkaji keefektifan latihan menelan tersebut dan mensosialisasikan protap latihan menelan pada perawat ruangan. Latihan menelan dilakukan pada 5 pasien di ruang Rindu A 5 yaitu Ny.R, Tn.Y, Tn. A, Ny. E, Tn. D. Latihan menelan dilakukan sejak tanggal 26 – 30 Juni 2012. Dimana sebelumnya praktikan melakukan pengkajian kepada pasien yang mengalami gangguan dalam menelan, kemudian memberikan kuesioner kemampuan menelan (lampiran 1) untuk mengukur
Universitas Sumatera Utara
kemampuan menelan pasien sebelum diberikan intervensi manajemen asuhan keperawatan latihan menelan. Setelah didapat kemampuan pasien dalam menelan sebelum diberikan intervensi, praktikan membuat kontrak dengan pasien untuk diberikan asuhan keperawatan manajemen latihan menelan dan tidak lupa praktikan juga menanyakan kebersediaan pasien untuk diberikan asuhan keperawatan latihan menelan selama beberapa hari. Setiap harinya setelah pasien diberikan implemetasi latihan menelan, praktikan memberikan lembar kuesioner untuk menilai kemampuan menelan pasien. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kemajuan kemampuan klien dalam menelan yang merupakan masalah yang dialami oleh pasien kelolaan. Sehingga pada akhirnya dapat diketahui tingkat efektifitas asuhan keperawatan latihan menelan yang praktikan terapkan kepada pasien. d) Membuat format standart asuhan keperawatan dan discharge planning khusus untuk pasien NPC Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan praktikan kepada pasien yang menderita NPC (Ny.R, Tn. Y dan Ny. E) ditemukan bahwa pasien dan keluarga tidak mengetahui informasi tentang penyakit yang dialami pasien yaitu NPC serta prosedur pengobatan setelah pulang dari rumah sakit. Untuk itu praktikan menyusun format discharge planning, khususnya pada pasien NPC yang bertujuan mengurangi hari rawatan pasien, mencegah kekambuhan, meningkatkan perkembangan kondisi
Universitas Sumatera Utara
kesehatan pasien hingga pasien akan pulang ke rumah. Proses pelaksanaan discharge planning dilakukan dengan menggunakan pemberian pendidikan kesehatan mengenai pengetahuan tentang penyakit, penyebab, tanda dan gejala, pengobatan, pencegahan serta komplikasi dari NPC, yang dilaksanakan pada 26 – 30 Juni 2012. Format discharge planning ini juga dapat bermanfaat untuk mempermudah perawat ruangan dalam mempersiapkan pasien pulang dan memberikan pendidikan kesehatan terkait dengan penyakit NPC yang merupakan masalah kesehatan terbanyak yang ditemukan di ruang Rindu A 5. b. ImplementasiPenyelesaian Masalah Manajemen Pelayanan pada Kasus Nasopharing Carcinoma (NPC) a) Memberikan asuhan keperawatan kepada pasien kelolaan dengan kasus NPC sesuai dengan masalah keperawatan yang ditemukan dari hasil pengkajian terhadap pasien tersebut. Praktikan memilih pasien dengan diagnose medis NPC sebagai kasus kelolaan selama PBLK di ruangan rindu A 5 karena NPC merupakan kasus terbanyak yang dapat ditemukan di ruangan ini. Praktikan melakukan implementasi kepada pasien kelolaan sejak tanggal 26-30 Juni 2012 sesuai dengan standart asuhan keperawatan yang praktikan tetapkan berdasarkan diagnose keperawatan yang praktikan dapatkan dari hasil pengkajian terhadap pasien.
Universitas Sumatera Utara
6. Evaluasi a. Penyelesaian Masalah Manajemen Ruangan a) Sosialisasi kepada perawat ruangan Rindu A 5 dalam hal tata cara pendokumentasian asuhan keperawatan yang terdapat di ruang rawat Rindu A 5. Setelah dilakukan sosialisasi kepada perawat ruangan Rindu A 5 mengenai tata cara pendokumentasian asuhan keperawatan yang terdapat di ruang rawat Rindu A 5 perawat ruanganan Rindu A 5 mengatakan mengerti tata cara pengisian format pengkajian tersebut. Pada saat sosialisasi dilakukan terdapat 9 perawat yang hadir, dan 85 % dari mereka mengatakan mengerti mengenai tata cara pengisian format asuhan keperawatan yang terdapat di ruangan tersebut. Ketika praktikan memberikan pertanyaan terkait dengan penjelasan yang telah diberikan, perawat ruangan mampu untuk memberikan jawaban ataupun umpan balik yeng tepat sesuai dengan apa yang dijelaskan oleh praktikan sebelumnya yaitu mengenai format pengkajian asuhan keperatawatan yang terdapat di ruang rawat Rindu A 5. b) SOP latihan menelan Standart Operasional Prosedur mengenai manajemen asuhan keperawatan latihan menelan telah praktikan buat dan terlampir pada lampiran 4. Standart Operasional Prosedur tersebut berisi mengenai tata cara penerapan manajemen asuhan keperawatan latihan menelan yang dapat digunakan
Universitas Sumatera Utara
sebagai pedoman untuk menangani masalah pasien di ruang Rindu A 5 yang mengalami masalah gangguan menelan. c) Penerapan manajemen asuhan keperawatan latihan menelan pada pasien dengan masalah gangguan menelan kemudian mengkaji keefektifan latihan menelan tersebut dan mensosialisasikan protap latihan menelan pada perawat ruangan.
Dari hasil implementasi manajemen asuhan keperawatan latihan menelan yang diberikan kepada 5 orang pasien diperoleh hasil yaitu sebagai berikut:
Latihan menelan dilakukan pada 5 pasien di ruang Rindu A 5 yaitu Ny.R, Tn.Y, Tn. A, Ny. E, Tn. D. Latihan menelan dilakukan sejak tanggal 26 – 30 Juni 2012 yang bertujuan untuk membantu pasien dalam memaksimalkan kemampuan menelannya sehingga kebutuhan nutrisi tubuh pasien tidak mengalami gangguan yang signifikan. Dari hasil yang diperoleh terkait dengan kemampuan menelan praktikan dapat mengetahui keefektifan dari latihan ini melalui asuhan keperawatan latihan menelan yang dilakukan secara teratur dan terkontrol.
Untuk mengetahui perbedaan nilai kemampuan menelan sebelum dan sesudah pemberian manajemen asuhan keperawatan latihan menelan, praktikan menggunakan komputerisasi dengan software analisis statistik. Berdasarkan hasil analisis yang ditemukan pada 5 pasien kelolaan yang
Universitas Sumatera Utara
tersebut diatas setiap harinya (lampiran 2 dan lampiran 3) melalui instrument kemampuan menelan yang telah praktikan buat sebelumnya (lampiran 1) menunjukkan bahwa nilai kemampuan menelan pasien dengan masalah menelan sebelum pemberian manajemen asuhan keperawatan latihan menelan adalah 16,20 dengan SD=3,033, sedangkan setelah pemberian manajemen asuhan keperawatan latihan menelan adalah 15,00 dengan SD=3,391.
Hal ini menunjukan adanya penurunan nilai ketidakmampuan menelan pada pasien kelolaan yang mengalami masalah gangguan menelan setelah dilakukan pemberian manajemen asuhan keperawatan latihan menelan. Hasil tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:
Rata-Rata Intensitas Nyeri Standar Deviasi (Mean) (SD) Sebelum intervensi 16,20 3,033 Sesudah intervensi 15,00 3,391 Tabel 4.Perbedaan Kemampuan MenelanPasiendengan masalah gangguan menelan Sebelum dan Sesudah Pemberian Intervensi Manajemen Latihan
Untuk mengetahui perbedaan gangguan menelan yang dialami pasien sebelum dan sesudah pemberian intervensi manajemen asuhan keperawatan latihan menelan (pre-post), peneliti menggunakan analisis statistik paired ttest(lampiran 3). Hasil analisis diperoleh nilai p=0.033 (p≤0,05) yang menunjukan adanya perbedaan signifikan antara sebelum dan sesudah
Universitas Sumatera Utara
intervensi, dengan tingkat kepercayaan 95% didapatkan nilai t=3,207 (t>1,96) yang berarti bahwa perbedaan tersebut dapat diterima dengan nilai perbedaan rata-rata (mean) sebesar 0,374 (SD=0,837), dimana wilayah perbedaan tersebut berada pada rentang 0,161-2,239. Hal ini dapat terlihat pada tabel berikut:
Variabel
p
T
Mean
SD
Interval Kepercayaan (95%) Lower Upper
Kemampuan menelan pre dan post pemberian 0.033 3,207 0,374 0,837 0,161 2,239 intervensi Tabel 5. Hasil Uji Paired T-Test untuk Perbedaan Kemampuan Menelan Pasien Sebelum dan Sesudah Pemberian Intervensi Manajemen Asuhan Keperawatan Latihan Menelan
d) Membuat format standart asuhan keperawatan discharge planning khusus untuk pasien NPC Format discharge planning (lampiran 5) telah terganbung dalam standart asuhan keperawatan. Discharge planning berisi mengenai pendidikan kesehatan yang diberikan kepada klien dan keluarga klien terkait dengan masalah NPC yang klien alami, tindakan asuhan keperawatan yang diterapakan kepada klien, persiapan pulang dan persiapan keluarga dalam hal pemberian perawatan kepada klien ketika klien telah berada di rumah. Discharge planning untuk masalah NPC telah praktikan terapkan kepada
Universitas Sumatera Utara
pasien kelolaan dengan diagnose NPC. Praktikan memberikan pendidikan kesehatan kepada klien dan keluarga klien terkait dengan masalah kesehatan yang klien alami. Dari tindakan pendidikan kesehatan yang telah praktikan berikan kepada pasien dan keluarga pasien diperoleh hasil bahwa pasien terutama keluarga pasien dapat lebih mengerti masalah kesehatan yang dialami oleh klien. Keluarga pasien juga mengatakan akan memberikan perawatan yang tepat kepada klien ketika klien berada di rumah.
b. Penyelesaian Masalah Manajemen Pelayanan pada Kasus Nasopharing Carcinoma (NPC) a) Memberikan asuhan keperawatan kepada pasien kelolaan dengan kasus NPC sesuai dengan masalah keperawatan yang ditemukan dari hasil pengkajian terhadap pasien tersebut. Praktikan memberikan asuhan keperawatan kepada pasien dimulai dengan pengkajian. Dari data pengkajian, praktikan menemukan 4 diganosa keperawatan terkait dengan kondisi pasien saat itu yaitu gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh, hambatan mobilitas fisik, defisit perawatan diri: toileting, dan nyeri. Setelah menemukan diagnose keparawatan sesuai dengan keadaan pasien saat itu, praktikan membuat intervensi berdasarkan asuhan keperawatan NIC NOC. Kemudian praktikan menjalankan implementasi berdasarkan intervensi yang telah dibuat pada tanggal 26-30 Juni 2012. Dalam proses implementasi praktikan memberikan pendidikan
Universitas Sumatera Utara
kesehatan (lampiran 6,7 dan 8) terkait dengan masalah dan diagnose keperawatan yang klien alami. Secara terperinci, masalah pasien mulai dari pengkajian hingga evaluasi telah praktikan buat di BAB III yaitu Bab Pengelolaan Asuhan Keperawatan.
C. Pembahasan Berdasarkan hasil implementasi yang telah praktikan lakukan, masalah gangguan menelan yang dialami oleh pasien di ruang rindu A 5 tidak dapat di kesamp$ingkan begitu saja. Tingkat keberhasilan untuk proses kesembuhan pasien juga dipengaruhi oleh kemampuan pasien dalam pemenuhan nutrisi sesuai dengan kebutuhan tubuh pasien itu sendiri. Menurut Arima (2009), karsinoma nasofaring adalah tumor yang berasal dari sel-sel epitel yang menutupi permukaan nasofaring sehingga ketika sel-sel epitel tersebut terus berkembang dan menutupi permukaan nasofaring secara langsung akan menghambat jalur dalam nasofaring. Efek yang pertama kali dirasakan oleh pasien dengan karsinoma nasofaring adalah mengalami gangguan menelan. Tekanan dari sel-sel tumor pada bagian nasofaring akan menyebabkan rasa sakit ketika terjadi proses menelan. Jika pasien dengan masalah gangguan menelan tidak mendapat perhatian khusus untuk menangani masalah gangguan menelan tersebut, secara langsung dapat memberikan efek terhadap tingkat kesembuhan pasien, karena nutrisi yang dibutuhkan tubuh tidak dapat terpenuhi sehingga akan menimbulkan gangguan nutrisi pada pasien tersebut. Sebab nutrisi sangat memegang peranan yang penting
Universitas Sumatera Utara
dalam kehidupan manusia, sehingga diperlukan asuhan keperawatan yang memandang pasien secara biopsikososiospiritual dan kultural untuk dapat membantu pasien mengatasi masalah kesehatan yang pasien alami. Menurut Almatser (2001) tubuh memerlukan nutrisi yang seimbang sesuai dengan tingkat kebutuhan fungsi normal tubuh, bila nutrisi tubuh tidak terpenuhi dengan baik maka tubuh akan mengalami kekurangan zat-zat gizi esensial tertentu. Ketika pasien mengalami masalah dalam menelan secara langsung akan menyebabkan terganggunya pemenuhan nutrisi tubuh sesuai dengan toleransi kebutuhan normal tubuh. Asuhan keperawatan latihan menelan bertujuan untuk memaksimalkan kemampuan pasien dalam menelan dengan tingkat kemampuan menelan yang rendah. Tujuannya yaitu untuk menjaga agar kebutuhan nutrisi pasien dapat terpenuhi sesuai dengan standart kebutuhan tubuh pasien dan secara langsung tindakan ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dasar pasien. Berdasarkan hasil analisa kemampuan menelan pasien dengan gangguan menelan dapat disimpulkan bahwa latihan menelan yang dilakukan secara berkala dan teratur dapat membantu pasien dalam memenuhi kebutuhan dasar nutrisi tubuhnya melalui peningkatan kemampuan menelan yang terbukti dari hasil tabulasi yang telah praktikan lakukan. Standart operasional procedure mengenai asuhan keperawatan latihan menelan yang telah praktikan buat juga secara tidak langsung dapat membantu perawat ruangan untuk memberikan asuhan keperawatan kepada pasien dengan
Universitas Sumatera Utara
masalah gangguan menelan. Sehingga permasalahan kesehatan yang dialami oleh pasien di ruangan Rindu A 5 dapat teratasi sesuai dengan harapan. Syarat utama dan terpenting yang harus diterapkan kepada pasien dengan masalah gangguan menelan yaitu dukungan kepada pasien agar sembuh dan latihan menelan berkala yang dilakukan secara teratur dan terpantau agar masalah gangguan menelan yang dialami oleh pasien dengan gangguan menelan dapat teratasi secara perlahan sehingga pasien dapat benar-benar memaksimalkan kemampuan menelannya tersebut yang tergolong dalam kemampuan menelan yang rendah dibawah orangorang normal pada umumnya. Dukungan dari pihak medis dan keluarga dalam hal kesembuhan pasien merupakan ujung tombak yang paling penting untuk mencapai kondisi sehat pada pasien.
Universitas Sumatera Utara