1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masa balita merupakan masa yang memerlukan perhatian khusus, karena pada masa ini terdapat masa pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Masa ini juga termasuk masa yang rawan terhadap penyakit, sehingga peran keluarga, terutama ibu sangat dominan. Untuk memonitor pertumbuhan balita secara cermat, maka dapat digunakan Kartu Menuju Sehat (KMS). KMS berisi pesan tentang penyuluhan tentang diare, makanan bayi, pemberian kapsul vitamin A dan imunisasi. Semua balita wajib memiliki KMS, dan membawa KMS tersebut setiap melakukan kunjungan ke posyandu. KMS berfungsi sebagai alat bantu pemantauan gerak pertumbuhan. (Ronald, 2011) Mengingat jumlah balita di Indonesia sangat besar yaitu sekitar 10% dari seluruh populasi, maka sebagai calon generasi penerus bangsa kualitas tumbuh kembang balita di Indonesia perlu mendapat perhatian serius yaitu mendapat gizi yang baik. Stimulasi yang memadai serta terjangkau oleh pelayanan kesehatan berkualitas termasuk deteksi dan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang, selain hal-hal tersebut berbagai faktor lingkungan yang dapat mengganggu tumbuh kembang anak juga perlu dieliminasi. (Dewanti, 2011)
1
2
Sekitar 40% dari total anak Indonesia, kira-kira 10 juta anak dinyatakan kekurangan baik dalam fisik maupun mental, proses tumbuh kembang anak menjadi terhambat karena proses tumbuh kembang juga ditentukan oleh pemenuhan gizi yang optimal. Dari total daerah yang ada di Indonesia terdapat 75% daerah yang mempunyai masalah gizi kurang dengan indikator berat badan dan tinggi badan kurang dari 70%-80% pada anak balita. Indikator ini mencapai 20% (Latief, 2006). Status gizi buruk pada anak balita di Sumatera Utara pada tahun 2012 yang tergolong sangat tinggi yaitu sebesar 12,35% dan gizi buruk 18,59%. kekurangan Gizi pada anak akan menghambat pertumbuhan dan kurangnya zat tenaga dan kurang protein (zat pembangun) sehingga perlu diperhatikan menu yang seimbang khususnya pada anak-anak. Prevalensi balita gizi kurang di Provinsi Aceh berdasarkan hasil pemantauan status gizi tahun 2009 adalah sebesar 10,17% dan balita gizi buruk sebesar 4,67% terjadi penurunan bila dibanding tahun 2007 yaitu sebesar 15,25% dan 3,9% untuk kategori yang sama. Berdasarkan pemantauan status gizi kabupaten Aceh Barat tahun 2009, didapatkan balita yang termasuk dalam status gizi buruk sebanyak 5,33%, gizi kurang sebanyak 15,16%, gizi baik 77,46%, dan gizi lebih 1,61%. Status gizi ini menggunakan indeks BB/TB diperoleh balita : sangat kurus sebanyak 4,67%, kurus 10,17%, normal 80,82% dan gemuk 4,35%, dengan jumlah balita yang ditimbang sebanyak 1557 balita dari usia 0-59 bulan. (Yuwono, 2012)
3
Asupan gizi merupakan indikator utama dalam tumbuh kembang anak, ditinjau dari sudut tumbuh kembang anak masa bayi merupakan kurun waktu pertumbuhan paling pesat khususnya pertumbuhan dan perkembangan otak, oleh karena itu pemberian nutrisi yang adekuat yang diberikan ibu memegang peranan penting bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Kebutuhan gizi sangat terkait dengan tumbuh kembang anak, karena gizi dibutuhkan sejak didalam kandungan. “Kebutuhan gizi sudah dimulai dari janin dan sudah ada pembuktian bahwa gizi yang baik akan menjadi modal besar bagi pertumbuhan dan perkembangan anak tersebut sampai masa dewasanya kelak” (Latief, 2006). Proses tumbuh kembang dapat berlangsung normal atau tidak, artinya perubahan fisik dan mental yang dapat membentuk anak menjadi individu yang sempurna atau sebaliknya. Sempurna tidaknya tumbuh kembang anak sangat ditentukan oleh peranan orang tua dalam hal ini perhatian dan kasih sayang merupakan kondisi yang mendukung dan diperlukan anak. Orang tua memiliki peran penting dalam optimalisasi perkembangan seorang anak. Orang tua harus selalu memberikan rangsangan/stimulasi kepada anak dalam semua aspek perkembangan baik motorik kasar maupun halus, bahasa dan personal sosial. Stimulasi ini harus diberikan secara rutin dan berkesinambungan dengan kasih sayang, metode bermain dan lain-lain. Sehingga perkembangan anak akan berjalan optimal. Kurangnya stimulasi dari orang tua dapat mengakibatkan keterlambatan perkembangan anak, karena itu para orang tua atau pengasuh harus diberi penjelasan cara-cara melakukan stimulasi kepada anak-anak (Denis, 2002).
4
Hasil penelitian Kadi (2008) di Desa Cikoneng Kabupaten Ciamis menunjukkan sebagian besar responden (52,9%) memiliki pengetahuan cukup tentang tumbuh kembang balita. Sebagian besar responden pula, yakni (62,1%) bersikap tidak mendukung tentang tumbuh kembang balita. Pengetahuan yang cukup masih memerlukan peningkatan untuk menjadi baik, agar informasi tersebut dapat lebih dimengerti dan dipahami, sehingga dapat diaplikasikan. Sedangkan sikap yang tidak mendukung, diperlukan intervensi dan metode yang tepat untuk pendekatan dalam pendidikan
kesehatan
kepada
orang
tua
atau
masyarakat
dalam
upaya
mengoptimalkan tumbuh kembang balita. Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan di Desa Tenggulun terdapat sebanyak 40 orang ibu yang memiliki balita, dengan survey awal yang telah dilakukan pada ibu yang memiliki balita terdapat 2 orang balita mengalami keterbelakangan mental. Dari hasil wawancara diantaranya 22 orang (55%) ibu yang kurang mengetahui tumbuh kembang balita dan kurang menyikapi dengan baik tumbuh kembang balitanya. Sedangkan 18 orang (45%) telah mengetahui tumbuh kembang balitanya dengan baik. Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis mengambil judul “Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Terhadap Tumbuh Kembang Balita Di Desa Tenggulun Kabupaten Aceh Tamiang.”
5
1.2. Rumusan Masalah Latar belakang masalah di atas, dapat dikemukakan perumusan masalahnya adalah “Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap ibu dengan tumbuh kembang balita di Desa Tenggulun Kabupaten Aceh Tamiang 2013.
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap ibu dengan tumbuh kembang balita di Desa Tenggulun Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013. 1.3.2. Tujuan Khusus 1.
Adakah hubungan pengetahuan ibu dengan tumbuh kembang balita di Desa Tenggulun Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013.
2.
Adakah hubungan sikap ibu dengan tumbuh kembang balita di Desa Tenggulun Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013.
1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Ibu Sebagai masukan dan sumber informasi bagi ibu tentang tumbuh kembang balita. 1.4.2. Bagi Peneliti Dapat menambah pengetahuan dan wawasan dalam penulisan karya ilmiah serta menambah pengalaman dalam bidang hubungan pengetahuan dan sikap ibu terhadap tumbuh kembang balita.
6
1.4.3. Bagi Institusi Pendidikan Sebagai dokumen institusi dan dapat bermanfaat sebagai bahan bacaan mahasiswa Akademi Kebidanan Audi Husada Medan. 1.4.4. Bagi Tempat Penelitian Sebagai bahan masukan bagi pihak institusi terkait dengan judul yang diteliti, dan dapat bermanfaat untuk pihak institusi sendiri.
7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pertumbuhan dan Perkembangan Balita 2.1.1. Definisi Pertumbuhan dan Perkembangan Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh). Dalam arti sederhana, tumbuh berarti bertambahnya ukuran-ukuran tubuh: seperti bertambah berat badanya, tambah tinggi dan tambah lingkar kepalanya. Sedangkan, kembang berarti anak tambah pintar dan tambah nakal. Pertumbuhan adalah suatu peningkatan ukuran fisik, keseluruhan atau sebagian yang dapat diukur (contoh : dalam grafik pertumbuhan tinggi, berat badan dan diameter pada lingkaran kulit). Sedangkan perkembangan adalah suatu rangkaian peningkatan keterampilan dan kapasitas untuk berfungsi (contoh: perkembangan kognisi dan sosioemosional. Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Perkembangan adalah bertambah sempurnanya fungsi dari alat tubuh. Perkembangan dapat diartikan sebagai proses yang kekal dan tetap yang menuju
7
8
kearah suatu organisasi pada tingkat integrasi yang lebih, berdasarkan pertumbuhan, pemasukan dan belajar (Maryunani, 2010). 2.1.2. Definisi Balita Balita merupakan bayi yang berada pada rentang usia 0-5 tahun. Pada usia ini otak anak mengalami pertumbuhan yang sangat pesat yang dikenal dengan istilah masa keemasan (the golden ege), dan pada masa ini harus mendapatkan stimulasi secara menyeluruh baik kesehatan, gizi, pengasuhan dan pendidikan. Istilah ini sudah sering didengar dan dipahami oleh semua orang tua, karena mereka menginginkan anaknya tumbuh menjadi anak yang cerdas, tapi sedikit yang memanfaatkan peluang ini, karena mereka merasa pertumbuhan anak adalah proses alami yang akan terjadi dengan sendirinya tanpa dengan interpretesi orang tua atau siapapun. (Faradila, 2013) 2.1.3. Prinsip – prinsip Tumbuh Kembang Balita Prinsip - Prinsip tumbuh kembang yaitu: a. Tumbuh kembang terus menerus dan komplek b. Tumbuh kembang merupakan proses yang teratur dan dapat diprediksi c. Tumbuh kembang berbeda dan terintegrasi. d. Setiap aspek tumbuh kembang berbeda adalah setiap tahapnya dan dapat dimodifikasi. e. Tahapan tumbang spesifik untuk setiap orang.
9
Prinsip tumbuh kembang menurut Potter & Perry ( 2005 ) a. Perkembangan merupakan hal yang terartur dan mengikuti rangkaian tertentu b. Perkembangan adalah sesuatu yang terarah dan berlangsung terus menerus, dalam pola sebagai berikut :
Cephalocaudal : pertumbuhan berlangsung terus dari kepala ke arah bawah bagian tubuh.
Proximodistal : perkembangan berlangsung terus dari daerah pusat (proksimal) tubuh kearah luar tubuh (distal).
Differentiation : ketika perkembangan berlangsung terus dari yang mudah kearah yang lebih kompleks.
Perkembangan merupakan hal yang kompleks, dapat diprediksi, terjadi dengan pola yang konsisten dan kronologis.
Prinsip Perkembangan dari Kozier dan Erb a.
Manusia tumbuh secara terus menerus.
b.
Manusia mengikuti bentuk yang sama dalam pertumbuhan dan perkembangan.
c.
Manusia berkembang menyebabkan dia mendapatkan proses pembelajaran dan kematangan.
d.
Masing-masing
tahapan
perkembangan
memiki
karakteristik
tertentu
selama bayi (infancy) dan balita merupakan saat pembentukan perilaku, gaya hidup, dan bentuk pertumbuhan.
10
2.1.4. Deteksi Tumbuh Kembang Balita Mengukur pertumbuhan balita sangat penting dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui normalitas pertumbuhan dan mendeteksi penyimpangan pertumbuhan secara dini. Langkah ini dilakukan secara bersama oleh keluarga, masyarakat, dan tenaga kesehatan. Adapun alat dan pelaksana untuk mengukur pertumbuhan yaitu sebagai berikut: Tabel 2.1. Pelaksanaan Deteksi Tumbuh Kembang Balita Tingkat Pelayanan Keluarga, masyarakat Puskesmas
Pelaksana Orang tua Kader kesehatan Dokter Bidan Perawat
Alat yang Digunakan KMS Timbangan
Secara umum pertumbuhan pada anak dapat diperkirakan dalam masa tumbuh kembang sebagai berikut : (Behrman, 2007) a. BB (Berat Badan) 1.
BB Lahir : ± 3,25kg
2.
BB umur 3-12 bulan : umur (bulan) + 9 2 BB 1-6 tahun : Umur(tahun)x2+8
3.
b. TB (Tinggi Badan) 1.
TB Lahir : ± 50 cm
2.
TB umur 1 tahun : 75 cm
3.
TB umur 2-12 tahun : umur (tahun) x 6 + 77
11
2.1.5. Ciri – ciri Tumbuh Kembang Balita Tumbuh kembang merupakan suatu proses utama yang hakiki dan khas pada anak, dan merupakan sesuatu yang terpenting pada anak tersebut. Tumbuh kembang anak ini terutama mempunyai ciri-ciri antara lain: a. Bahwa manusia itu bertumbuh dan berkembang sejak dalam rahim sebagai janin, akan berlanjut sebagai proses tumbuh kembang anak, dan kemudian proses tumbuh kembang dewasa. b. Dalam periode tertentu, terdapat adanya periode percepatan atau periode perlambatan, antara lain: 1.
Pertumbuhan cepat terdapat pada masa janin.
2.
Pertumbuhan yang cepat sekali terjadi pada tahun pertama, yang kemudian secara berangsur-angsur berkurang sampai usia 3-4 tahun.
3.
Pertumbuhan berjalan lamban dan teratur sampai masa akil balik.
4.
Kemudian pertumbuhan cepat sekali pada masa akil balik (12-16 tahun).
5.
Selanjutnya pertumbuhan kecepatanyasecara berangsur-angsur berkurang sampai suaktu waktu (sekitar usia 18 tahun) berhenti.
c. Terdapat adanya laju tumbuh kembang yang berlainan di antara organ-organ. d. Tumbuh kembang merupakan suatu proses yang di pengaruhi oleh dua faktor penentu, yaitu faktor genetik yang merupakan faktor bawaan, yang menunjukan potensi anak dan faktor lingkungan, yang merupakan faktor yang menentukan apakah faktor genetik (potensial) anak akan tercapai.
12
e. Pola perkembangan anak mengikuti arah perkembangan yang disebut sefalokaudal (dari arah kepala kemudian ke kaki) dan proksimal-distal (menggerakkan anggota gerak yang paling dekat dengan pusat, kemudian baru yang jauh). f. Pola perkembangan anak sama pada setiap anak, tetapi kecepatannya berbedabeda. 2.1.6. Tahap-tahap Perkembangan Balita 1. Usia 1 tahun -
Mampu membuat kalimat pendek
-
Mulai bisa diajak toilet training
2. Usia 13-14 bulan -
Mampu mengucapkan kata dan bahasa tubuh saat mengutarakan sesuatu
-
Meniru apa yang membuatnya tertarik
-
Bisa berdiri dan berjalan beberapa langkah tanpa dibantu
3. Usia 15 bulan -
Belajar memakai sendok
-
Senang memainkan makanan dengan jarinya
-
Suka corat coret
-
Meniru tingkah orang lain
-
Mulai senang berkumpul dengan anak-anak sebaya
4. Usia 16-18 bulan -
Mampu merspon perintah
-
Belajar menyusun balok-balok
13
-
Belajar membuka bajunya sendiri
-
Senang memanjat
-
Larinya mulai kencang
5. Usia 19-20 bulan -
Mulai melempar bola meski masih lemah
-
Sudah mampu mengetahui arah datangnya suara
6. Usia 21 bulan -
Mengenal kata-kata lebih banyak
-
Mulai senang merambati tangga
7. Usia 22 bulan -
Kosa katanya sudah hampir 20 kata
-
Waktu tidurnya antara 10-12 jam, termasuk tidur siang
8. Usia 23 bulan -
Mulai mampu menyusun balok lebih banyak
-
Belajar mengenakan bajunya sendiri
-
Mengenali bagian-bagian tubuh
9. Usia 2 tahun -
Mulai mengenal kompetisi dan bersaing dengan teman sebaya
-
Sudah bisa melompat dengan koordinasi kaki yang baik
-
Membahasakan dirinya dengan “saya” atau “aku”
-
Sudah mampu membuat kalimat dengan lebih panjang
-
Mulai senang menggambar, meski belum berbentuk
14
10. Usia 3 tahun - Mampu merespon dan menjelaskan maksudnya dengan artikulasi yang jelas - Mulai memahapi penggunaan toilet -
Sudah mampu membuat bentuk, mengenali warna dan membedakan bentuk benda
- Koordinasi kaki dan tangan sudah sejalan, misalnya sudah bisa diajak main sepeda atau bola - Imajinasinya sudah terbentuk, senang bermain dalam kelompok serta dapat membedakan antara laki-laki dan perempuan 11. Usia 4 tahun - Sudah bisa menggunakan baju sendiri - Meniru penampilan orang lain - Bila menggambar, mengenal alfabet dan melakukan kegiatan fisik dengan baik - Mampu membedakan waktu - Sudah bisa diajarkan berbagai konsep - Sudah mengerti saat dimintai bantuan 12. Usia 5 tahun - Sudah pandai menghitung dari 1 sampai 10 - Kemampuan koqnitifnya sudah baik, misalnya sudah bisa diajak memutuskan sesuatu - Mulai mengenal huruf atau abjad
15
2.1.7. Kecukupan Gizi pada Balita Tumbuh kembang bayi dan balita, selain dipengaruhi oleh faktor keturunan juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Gizi/nutrisi merupakan salah satu faktor lingkungan dan merupakan penunjang agar proses tumbuh kembang tersebut dapat berjalan dengan memuaskan. Hal ini berarti, pemberian makanan yang berkualitas dan kuantitasnya baik menunjang tumbuh kembang, sehingga bayi dapat tumbuh normal dan sehat serta terbebas dari penyakit.(Muslihatun, 2010) Pemberian makan untuk balita yaitu sebagai berikut 1. Umur 1-2 Tahun
Beri ASI setiap kali bayi menginginkan
Beri makanan keluarga secara bertahap sesuai kemampuan anak.
Beri 3x sehari, sebanyak 1/3 porsi makan orang dewasa, terdiri dari nasi, lauk pauk, sayur dan buah
Beri makanan selingan 2 kali sehaari diantara waktu makan, seperti : bubur kacang hijau, pisang, biskuit, nagasari, dsb.
Beri buah-buahan atau sari buah
2. Umur 2-3 Tahun
Beri makanan yang biasa dimakan oleh keluarga 3x sehari, sebanyak 1/3 sampai ½ porsi makan orang dewasa, terdiri dari makan pokok, lauk pauk, sayur dan buah.
16
Beri makanan selingan 2 kali sehari diantara waktu makan seperti bubur kacang hijau, biskuit, nagasari.
Jangan berikan makanan yang manis dekat dengan waktu makan, karena dapat menguranginafsu makan.
3. Umur 3-5 Tahun
Beri makanan yang biasa dimakan oleh keluarga 3x sehari, sebanyak 1/3 sampai ½ porsi makan orang dewasa, terdiri dari makan pokok, lauk pauk, sayur dan buah.
Beri makanan selingan 2 kali sehari diantara waktu makan seperti bubur kacang hijau, biskuit, nagasari.
Jangan berikan makanan yang manis dekat dengan waktu makan, karena dapat mengurangi nafsu makan (Departemen Kesehatan RI, 2008).
2.1.8. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Tumbuh Kembang Balita Secara umum, faktor penentu (determinan) yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak adalah faktor genetik dan faktor lingkungan. (Maryunani, 2010) 1). Faktor Genetik (Faktor Heredo-konstitusional) Faktor genetika merupakan faktor yang dapat di turunkan sebagai dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang anak. Faktor ini di tandai dengan intensitas dan kecepatan dalam pembelahan sel telur, tingkat sensitivitas jaringan terhadap rangsangan, umur pubertas dan berhentinya pertumbuhan tulang. Yang termasuk faktor genetik antara lain:
17
1. Faktor bawaan yang normal atau patologis, seperti kelainan kromosom (Sindrom Down), kelainan kranio-fasial (celah bibir). 2. Jenis kelamin a. Anak dengan jenis kelamin laki-laki pertumbuhannya cenderung lebih cepat dari pada anak perempuan . b. Namun dari segi kedewasaan, perempuan menjadi lebih dewasa lebih dini, yaitu mulai remaja (adolesensi) pada umur 10 tahun, sedangkan laki-laki mulai umur 12 tahun. 3. Keluarga: banyak di jumpai dalam satu keluarga ada yang pendek dan ada yang tinggi. 4. Umur, kecepatan tumbuh yang paling besar di temukan pada masa fetus, masa bayi dan masa adolesensi (remaja). 2). Faktor Lingkungan Faktor lingkungan merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan tercapai atau tidaknya potensi yang telah di miliki oleh anak. Lingkungan yang baik akan memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan anak dapat berjalan dengan sebaik-baiknya menurut norma-norma tertentu. Sementara itu, lingkungan yang kurang baik akan menghambat tumbuh kembang anak.
18
Faktor lingkungan dapat di bagi menjadi faktor lingkungan pranatal (sebelum lahir) dan post-natal (setelah lahir). 1. Lingkungan Pranatal (sebelum lahir) Lingkungan pranatal adalah lingkungan yang mempengaruhi anak pada waktu masih dalam kandungan. Lingkungan intrauterin mempunyai pengaruh yang sangat besar di mana selaput amnion melindungi fetus/janin (bakal janin)dari lingkungan luar. 2. Lingkungan Post – Natal (sesudah lahir) Faktor
lingkungan
post-natal
merupakan
faktor
lingkungan
yang
mempengaruhi tumbuh kembang anak setelah lahir,antara lain: a. Pengaruh Budaya Lingkungan b. Status Sosial dan Ekonomi Keluarga c. Nutrisi. A. Pengetahuan Ibu terhadap Tumbuh Kembang Balita Pengetahuan ibu sangat penting sekali pada anak yang sedang menjalani masa tumbuh kembang, karna bila ibu mengerti dan paham tentang tumbuh kembang maka hasil pertumbuhan anak akan optimal dan seorang anak pun akan aktif dalam mengikuti proses belajar. ( Salamah,2009).
19
Menurut Notoatmojo (2011), Pengetahuan mempunyai enam tingkatan yaitu : a. Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. b. Memahami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. c. Aplikasi (Aplication) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hokum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. d. Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari
20
penggunaan
kata
kerja,
seperti
dapat
menggambarkan
(membuat
bagan),
membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya. e. Sintesis (Synthesis) Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. f. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang ada (Notoatmodjo, 2011). B. Sikap Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek-objek. Dari batasan-batasan di atas dapat disimpulkan bahwa manifestasi sikap itu tidak dapat dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari prilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu prilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi
21
terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.(Notoatmodjo, 2007). Sikap juga merupakan evaluasi atau reaksi perasaan mendukung atau memihak (favorabel) maupun perasaan tidak memihak (unfavorable) pada objek tertentu. Komponen Pokok Sikap (Notoatmodjo, 2003) dalam bagian lain Allport menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok yaitu : 1.
Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.
2.
Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.
3.
Kecenderungan untuk bertindak /tend to behave. Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total
attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting. Berbagai Tingkatan Sikap yakni: 1.
Menerima (Receiving) Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus
yang diberikan (objek). Misalnya, sikap ibu terhadap tumbuh kembang balita dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian orang terhadap pentingnya meemperhatikan tumbuh kembang balita. 2.
Merespon (Responding) Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas
yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk
22
menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut. 3.
Menghargai (Valuing) Mengajak orang untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah
suatu indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya, seorang yang mengajak ibu yang lain (tetangganya, saudaranya, dan sebagainya) untuk pergi ke posyandu untuk mengetahui tumbuh kembang balitanya masing-masing ibu adalah bukti bahwa si ibu mempunyai sikap positif terhadap pemantauan tumbuh kembang balita. 4.
Bertanggung jawab (Responsible) Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala
resiko merupakan sikap yang paling tinggi. Misalnya, seorang ibu menjadi akseptor KB, meskipun mendapat tantangan dari mertua atau dari orang tuanya sendiri. Sikap sebagai keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi), dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya. Sikap yang ditujukan seseorang merupakan bentuk respon batin dari stimulus yang berupa materi atau obyek di luar subyek yang menimbulkan pengetahuan. Pengetahuan dan faktor lain seperti berfikir, keyakinan dan emosi memang peranan penting dalam penentuan sikap yang utuh.
23
2.2. Kerangka Konsep Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah: Variabel Independen (Bebas)
1. Pengetahuan ibu
Variabel Dependen (Terikat)
Tumbuh Kembang Balita
2. Sikap ibu
Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian
24
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1.
Jenis Penelitian Penelitian ini adalah jenis penelitian analitik dengan menggunakan rancangan
cross sectional yang merupakan rancangan penelitian dengan melakukan pengukuran atau pengamatan pada saat bersamaan (sekali waktu) antara faktor resiko/paparan dengan penyakit.
3.2.
Lokasi dan Tempat Penelitian
3.2.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Tenggulun Kabupaten Aceh Tamiang. Adapun alasan penulis memilih Desa Tenggulun ini karena penulis melihat masih ada balita yang tumbuh kembangnya tidak sesuai dengan usianya. 3.2.2. Waktu Penelitian Waktu penelitian dilakukan pada periode Januari - Maret 2014.
3.3.
Populasi dan Sampel Penelitian
3.3.1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Ibu yang memiliki anak balita di Desa Tenggulun Kabupaten Aceh Tamiang Periode Januari - Maret 2014 sebanyak 40 orang.
24
25
3.3.2. Sampel Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan total sampling yaitu seluruh ibu yang memiliki balita di Desa Tenggulun Kabupaten Aceh Tamiang yang berjumlah 40 balita.
3.4.
Metode Pengumpulan Data
3.4.1. Jenis Data a.
Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh dari lapangan oleh peneliti dengan
menggunakan kuesioner kepada ibu yang telah disiapkan terlebih dahulu melalui penelitian. b. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang di peroleh dari Desa Tenggulun Kabupaten Aceh Tamiang.
3.5.
Definisi Operasional
3.5.1. Variabel Independen 1.
Pengetahuan Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh ibu yang memiliki
balita tentang tumbuh kembang balitanya. Kategori Pengetahuan
: 0. Buruk :1. Baik
26
Untuk mengukur pengetahuan maka disusun 10 pertanyaan. Jika responden menjawab “benar” maka diberi skor 1, jika responden menjawab “salah” maka diberi skor 0. Maka nilai tertinggi adalah 10 dan nilai terendah adalah 0. 0.
Buruk, jika jawaban responden memiliki total skor < 50% dari 10 = 0-5
1.
Baik, jika jawaban responden memiliki total skor >50% dari 7 =6-10 (Nursalam, 2003)
2.
Sikap Sikap adalah suatu reaksi ibu dalam menerima suatu informasi tentang
tumbuh kembang yang diperoleh dari hasil wawancara dengan responden. Kategori Sikap
: 0. Negatif : 1. Positif
Untuk mengukur Sikap ibu terhadap tumbuh kembang balita disusun sebanyak 10 pernyataan. Jika responden menjawab “setuju” maka diberi skor 1, jika responden menjawab “tidak setuju”maka diberi skor 0. Maka nilai tertinggi adalah 10 dan nilai terendah adalah 0. 0.
Positif, jika jawaban responden memiliki total skor < 50% dari 10 = 6-10
1.
Negatif, jika jawaban responden memiliki total skor > 50% dari 10 =0-5
3.5.2. Variabel Dependent 1. Pertumbuhan Pertumbuhan adalah suatu peningkatan ukuran fisik, keseluruhan atau sebagian yang dapat diukur.
27
Kategori Pertumbuhan 0. Buruk 1. baik - Baik, Jika pertumbuhan balita sesuai dengan usianya. - Buruk, Jika pertumbuhan balita tidak sesuai dengan usianya. 2. Perkembangan Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dan proses pematangan. (Soetjiningsih, 2002). Kategori Perkembangan 0. Buruk 1. Baik -
Baik, Jika perkembangan balita sesuai dengan perkembangan dan usianya
-
Buruk, jika tidak sesuai dengan perkembangan dan usianya.
3.5.3. Metode Pengukuran Tabel 3.1. Variabel, Alat Ukur, Hasil Ukur, dan Skala Variabel Pengetahuan ibu tentang tumbuh kembang balita Sikap ibu terhadap tumbuh kembang balita Veriabel Terikat Pertumbuhan Belita Perkembangan Balita
Alat Ukur Kuesioner Kuisioner
Hasil Ukur 0:Buruk 1:Baik 0. Negatif 1. Positif 0. Buruk 1. Baik 0. Buruk 1. Baik
Skala Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal
28
3.6.
Pengolahan dan Analisa Data
3.6.1. Pengolahan Data Data yang dikumpulkan diolah dengan cara manual dengan langkah sebagai berikut (Notoatmodjo, 2007). a.
Editing (Memeriksa Data) Data yang dikumpulkan, dicek, bila ada kesalahan/kekurangan maka diperbaiki dan didata ulang.
b.
Coding (Pengkodean) Data yang dikumpulkan diubah kebentuk angka disusun sedemikian rupa agar proses analisa data lebih mudah dan cepat.
c.
Tabulating (Menyusun Data) Data yang lengkap dihitung sesuai dengan variabel yang dibutuhkan, kemudian dimuat kedalam tabel distribusi frukuensi dan analisa.
d.
Cleaning (Pengecekan) Cleaning merupakan kegiatan pengecekan kembali dan kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidak lengkapan, dan sebagainya, kemudian pembetulan atau koreksi.
3.6.2. Analisa Data 1. Univariat Analisis data secara univariat dilakukan untuk mendapatkan distribusi frekuensi respondent. Analisis ini digunakan untuk memperoleh gambaran pada masing-masing variabel independent.
29
2. Bivariat Analisis bivariat dilakukan untuk menguji ada tidaknya hubungan pengetahuan, pekerjaan, di Desa Tenggulun Kabupaten Aceh Tamiang, lalu dilakukan uji chi-square kemudian hasilnya dinarasikan.
30
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Berdasarkan hasil pengumpulan data dan pengolahan data yang dilakukan oleh peneliti terhadap Hubungan
Pengetahuan Dan Sikap Ibu Terhadap Tumbuh
Kembang Balita Di Desa Tenggulun Kabupaten Aceh Tamiang. Di Desa Tenggulun terdapat puskesmas dan jarak puskesmas dari desa tenggulun sekitar 100 km dengan jarak tempuh 30 menit. Adapun batas-batas wilayah desa tenggulun yaitu sebagai berikut: a.
Sebelah Timur Tenggulun berbatas dengan Suka Mulia I
b.
Sebelah Selatan Tenggulun berbatas dengan Adil Makmur
c.
Sebelah Barat Tenggulun berbatas dengan Suka Maju
d.
Sebelah Utara Tenggulun berbatas dengan Sumberjo
4.2. Analisis Univariat Gambaran umum responden dalam penelitian ini meliputi : pengetahuan, sikap, dan tumbuh kembang balita. 4.2.1. Pengetahuan Ibu tentang Tumbuh Kembang Balita Untuk melihat Pengetahuan Ibu Tentang Tumbuh Kembang Balita di Desa Tenggulun Kabupaten Aceh Tamiang dapat di lihat pada Tebel 4.1 :
30
31
Tabel 4.1
No 1 2
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu dengan Tumbuh Kembang Balita di Desa Tenggulun Kabupeten Aceh Tamiang Tingkat Pengetahuan
Baik Buruk Jumlah
f 23 17 40
% 57,5 42,5 100,0
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa lebih banyak ibu yang mengetahui tumbuh kembang balita sebanyak 23 orang (57,5%), dan lebih sedikit ibu yang tidak mengetahui tumbuh kembang balita sebanyak 17 orang (42,5%). 4.2.2. Sikap Ibu dengan Tumbuh Kembang Balita Untuk melihat
Sikap Ibu Dengan Pertumbuhan Balita di Desa Tenggulun
Kabupaten Aceh Tamiang, dapay di lihat pada Tabel 4.2 : Tabel 4.2.
No 1 2
Distribusi Frekuensi Sikap Ibu dengan Tumbuh Kembang Balita di Desa Tenggulun Kabupaten Aceh Tamiang Kategori Sikap
Positif Negatif Jumlah
f 19 21 40
% 47,5 52,5 100,0
Berdasarkan tabel di atas terlihat banwa mayoritas responden bersikap negaif, yaitu sebanyak 19 responden (47,5%), dan minoritas responden bersikap positif yaitu sebanyak 21 responden (52,5%).
32
4.2.3. Pertumbuhan Balita Untuk melihat Pertumbuhan Balita di Desa Tenggulun Kabupaten Aceh Tamiang, dapat di lihat pada tabel. Tabel 4.3.
No 1 2
Distribusi Frekuensi Pertumbuhan Balita di Desa Tenggulun Kabupaten Aceh Tamiang
Pertumbuhan Baik Buruk Jumlah
f 19 21 40
% 47,5 52,5 100,0
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa pertumbuhan balita yang buruk sebanyak 19 balita (55,0%), dan yang baik sebanyak 21 balita (52,5%). 4.2.4. Perkembangan Balita Untuk melihat Perkembangan Balita di Desa Tenggulun Kabupaten Aceh Tamiang, dapat di lihat pada tabel. Tabel 4.4.
No 1 2
Distribusi Frekuensi Perkembangan Balita di Desa Tenggulun Kabupaten Aceh Tamiang Perkembangan
Baik Buruk Jumlah
f 20 20 40
% 50,0 50,0 100,0
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa perkembangan balita yang buruk sebanyak 20 balita (50,0%), dan yang baik sebanyak 20 balita (50,0%).
4.3. Analisis Bivariat Analisis bivariat digunakan untuk mengidentifikasi hubungn variabel pengetahuan, dan sikap ibu terhadap tumbuh kembang balita.
33
4.3.1. Hubungan Pengetahuan Ibu terhadap Pertumbuhan balita Untuk melihat hubungan Pengetahuan Ibu Terhadap pertumbuhan Balita dapat di lihat pada Tabel 4.4 Tabel 4.5. Hubungan Pengetahuan Ibu terhadap Pertumbuhan Balita di Desa Tenggulun
No 1. 2.
Pengetahuan Baik Buruk Jumlah
Baik n % 14 60,9 5 29,4 19
47,5
Pertumbuhan Balita Buruk n % n % 9 39,1 23 100 12 70,6 17 100 21
52,5
40
P 0,049
100
Dari tabel di atas terlihat bahwa dari 23 orang ibu yang berpengetahuan baik ada 14 orang (60,9%)yang pertumbuhan balitanya baik dan 9 orang (39,1%) pertumbuhan balitanya buruk, sedangkan 17 orang ibu yang berpengetahuan buruk, ada 5 orang (29,4 %) yang pertumbuhan balitanya baik dan 12 orang (70,6%) pertumbuhan balitanya buruk. Berdasarkan uji statistik dengan uji Chi-Square menunjukan bahwa probabilitas (0,03) < ɑ = (0,05) Ho di tolak artinya ada hubungn antara pengetahuan dengan Pertumbuhan Balita. 4.3.2. Hubungan Pengetahuan Ibu terhadap Perkembangan Balita Untuk melihat Pengetahuan Ibu Terhadap Perkembangan Balita dapat dilihat pada tabel 4.5
34
Tabel 4.5.
No 1. 2.
Hubungan Pengetahuan Ibu terhadap Perkembangan Balita di Desa Tenggulun
Pengetahuan Baik Buruk Jumlah
Perkembangan Balita Baik Buruk n % n % n % 15 65,2 8 34,8 23 100 5 29,4 12 70,6 17 100 19
50,0
20
50,0
40
P 0,049
100
Dari tabel di atas terlihat bahwa dari 23 orang ibu yang berpengetahuan baik ada 15 orang (65,2%) yang perkembangan balitanya baik dan 8 orang (34,8%) perkembangan balitanya buruk, sedangkan 17 orang ibu yang berpengetahuan buruk ada 5 orang (29,4 %) yang pertumbuhan balitanya baik dan 12 orang (70,6%) perkembangan balitanya buruk. Berdasarkan uji statistik dengan uji Chi-Square menunjukan bahwa probabilitas (0,05) < ɑ = (0,05) Ho di tolak artinya ada hubungn antara pengetahuan dengan Pertumbuhan Balita. 4.3.3. Hubungan Sikap Ibu terhadap Pertumbuhan Balita Untuk melihat hubungan sikap ibu terhadap pertumbuhan balita dapat di lihat dari tabel 4.6 : Tabel 4.6. Analisis Hubungan Sikap Ibu terhadap Pertumbuhan Balita di Desa Tenggulun
No 1. 2.
Sikap Positif Negatif Jumlah
Pertumbuhan Balita Baik Buruk n % n % n % 13 76,5 4 23,5 17 100 6 26,1 17 73,9 23 100 19
47,5
21
55,0
40
100
P 0,049
35
Dari tabel di atas terlihat bahwa dari 17 orang yang bersikap positif ada 13 orang (76,5%) yang pertumbuhan balitanya baik dan 4 orang (23,5%) pertumbuhan balitanya buruk, sedangkan 23 orang yang bersikap negatif ada 6 orang (26,1%) yang pertumbuhan balitanya baik dan 17 orang (73,9%) pertumbuhan balitanya buruk. Berdasarkan uji statistik dengan Uji Chi-Square menunjukan bahwa probalitas (0,005) < ɑ = (0,02) Ho di tolak artinya ada hubungan antara sikap ibu dengan tumbuh kembang balita. 4.3.4. Hubungan Sikap Ibu Terhap Perkembangan Balita Untuk melihat hubungan sikap ibu terhadap perkembangan balita dapat di lihat dari tabel 4.7 : Tabel 4.7. Analisis Hubungan Sikap Ibu terhadap Perkembangan Balita di Desa Tenggulun
No 1. 2.
Sikap Positif Negatif Jumlah
Pertumbuhan Balita Baik Buruk n % n % n % 12 70,6 5 29,4 17 100 8 34,8 15 65,2 23 100 20
40,0
20
60,0
40
P 0,049
100
Dari tabel di atas terlihat bahwa dari 17 orang yang bersikap positif ada 12 orang (70,6%) yang perkembangan balitanya baik dan 5 orang (29,4%) perkembangan balitanya buruk, sedangkan 23 orang yang bersikap negatif ada 8 orang (34,8%) yang perkembangan balitanya baik dan 15 orang (65,2%) perkembangan balitanya buruk.
36
Berdasarkan uji statistik dengan Uji Chi-Square menunjukan bahwa probalitas (0,005) < ɑ = (0,025) Ho di tolak artinya ada hubungan antara sikap ibu dengan tumbuh kembang balita.
37
BAB V PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian tentang Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Terhadap Tumbuh Kembang Balita di Desa Tenggulun Kabupaten Aceh Tamiang maka pembahasan sebagai berikut : 5.1. Hubungan Pengetahuan Ibu terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Balita Hasil penelitian diperoleh bahwa ibu yang berpengetahuan baik terhadap pertumbuhan balita sebanyak 60,9% sedangkan ibu yang pengetahuannya buruk terhadap pertumbuhan balita sebanyak 29,4%, dan ibu yang berpengetahuan baik terhadap perkembangan balita sebanyak 65,2% sedangkan ibu yang berpengetahuan buruk terhadap perkembangan balita sebanyak 29,4%. Hasil uji statistik menunjukan ada hubungan pengetahuan ibu terhadap pertumbuhan balita. Mengacu pada hal tersebut bahwa semakin tinggi tingkat pengetahuan ibu, maka semakin baik pula pengetahuan ibu terhadap pertumbuhan dan perkembangan balitanya, karena pengetahuan merupakan sesuatu yang hadir dan terwujud dalam jiwa dan pikiran seseorang dikarenakan adanya reaksi, persentuhan, dan hubungan dengan lingkungan dan alam sekitar. ( Salamah, 2009). Pengetahuan adalah dua buah kelebihan manusia dibanding dengan mahluk lain ciptaan Allah, dengan pengetahuan (knowledge) maka manusia dapat mengetahui apa air, api, alam dan sebagainya. Dengan demikian semakin tinggi tingkat pengetahuan ibu maka semakin mudah pula ibu untuk mendapatkan informasi. Ibu yang memiliki
37
38
pengetahuan kurang tentang tumbuh kembang balita merupakan salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya motivasi ibu untuk mengetahui tumbuh kembang balitanya. Sedangkan ibu yang mempunyai bekal pengetahuan yang benar tentang pertumbuhan dan perkembangan balita dan status gizi yang baik berpeluang lebih besar untuk menjaga motivasi tumbuh kembang balitanya. Pertumbuhan dan perkembangan anak secara fisik, mental, sosial, emosional dipengaruhi oleh gizi, kesehatan dan pendidikan. Ini telah banyak dibuktikan dalam berbagai penelitian, diantaranya penelitian longitudinal oleh Bloom mengenai kecerdasan yang menunjukkan bahwa kurun waktu 4 tahun pertama usia anak, perkembangan kognitifnya mencapai sekitar 50%, kurun waktu 8 tahun mencapai 80%, dan mencapai 100% setelah anak berusia 18 tahun (Saidah, E.S.2003). Asumsi peneliti mengatakan bahwa lebih banyak ibu yang tidak mengetahui pertumbuhan dan perkembangan balita dikarenakan kurangnya informasi tentang pertumbuhan dan perkembangan balita.
5.2. Hubungan Sikap Ibu terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Balita Hasil penelitian diperoleh bahwa ibu yang bersikap positif terhadap petumbuhan balitanya yang baik sebesar 76,5 % sedangkan ibu yang bersikap negatif tehadap pertumbuhan balitanya sebesar 26,1%, dan ibu yang bersikap positif terhadap perkembangan balita yang baik sebesar 70,6% sedangkan ibu yang bersifat negatif
39
terhadap perkembangan balita sebesar 34,8. Hasil Uji statistik menunjukan ada hubungan sikap ibu dengan tumbuh kembang balita. Mengacu pada hal tersebut menunjukan bahwa ibu yang bersikap negatif pada tumbuh kembang balita maka semakin rendah pula minat ibu untuk memantau tumbuh kembang balita. Sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek – objek. Dari batasan – batasan di atas dapat di simpulkan bahwa manifestasi sikap itu tidak dapat di lihat, tetapi hanya dapat di tafsirkan terlebih dahulu dari prilaku yang tertutup. (Notoatmodjo, 2007). Sikap juga merupakan evaluasi atau reaksi perasaan mendukung atau memihak maupun perasaan tidak memihak pada objek tertentu. Ibu yang mempunyai sikap positif maka semakin tinggi pula rasa tanggung jawabnya untuk terus memantau tumbuh kembang balitanya, dan pada ibu yang berikap negatif pada tumbuh kembang balita maka semakin rendah pula rasa ingin memantau tumbuh kembang balitanya. Aspek tumbuh kembang anak balita adalah salah satu aspek yang di perhatikan secara serius oleh para pakar, karena hal tersebut merupakan aspek yang menjelaskan mengenai proses pembentukan seseorang, baik secara fisik maupun psikososial. Namun, sebagian orang tua belum dapat memahami hal ini terutama orang tua yang mempunyai tingkat pendidikan dan sosial ekonomi yang relatif rendah. Mereka menganggap bahwa selama anak tidak sakit, berarti anak tidak mengalami masalah kesehatan termasuk pertumbuhan dan perkembangannya. Sering
40
kali para
orang
tua
mempunyai
pemahaman
bahwa
pertumbuhan
dan
perkembangannya mempunyai pengertian yang sama. (Nursanam, 2005) Asumsi peneliti mengatakan bahwa lebih banyak ibu yang bersikap negatif terhadap pertumbuhan dan perkembangan balita dikarenakan kurangnya kepedulian ibu dalam memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan balita.
41
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan 1. Pertumbuhan balita yang kurang baik di Desa Tenggulun Kabupaten Aceh Tamiang sebanyak 52,5%. 2. Hubungan Pengetahuan Ibu Terhadap Tumbuh Kembang Balita di Desa Tenggulun Kabupaten Aceh Tamiang sebanyak 50,0%. 3. Hubungan Sikap Ibu Terhadap Tumbuh Kembang Balita di Desa Tenggulun Kabupaten Aceh Tamiang sebanyak 47,5%. 4. Ada Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Terhadap Tumbuh Kembang Balita di Desa Tenggulun Kabupaten Aceh Tamiang.
6.2. Saran 1. Agar ibu yang memiliki balita untuk lebih memperhatikan tumbuh kembang pada anaknya. 2. Melihat masih kurangnya pengetahuan ibu terhadap tumbuh kembang balitanya maka perlu dilakukan penyuluhan berupa pemahaman tentang pentingnya kesehatan untuk anak. 3. Disarankan bagi para peneliti berikutnya untuk mengkaji lebih dalam hubungan pengetahuan dan sikap terhadap tumbuh kembang balita dari berbagai sebab.
41
42
4. Disarankan bagi institusi lebih melengkapi bahan bacaan untuk menambah pengetahuan khususnya yang berhubungan dengan tumbuh kembang balita. 5. Disarankan agar tempat pengambilan data untuk penelitian agar lebih akurat.
43
DAFTAR PUSTAKA
Dewanti, 2011. http://KTI-Skripsi-kebidanan.blog spot.com/2011/09/gambaran pencapaian tumbuh kembang. Htm/#.LK/kaDGW_7iu Diakses pada tanggal 8 Agustus 2010 pukul 10.45wib. Denis, 2002. Deteksi Tumbuh Kembang Anak. Jakarta, Salemba Medika Faradila, 2013. Asuhankebidanand3.blogspot.com/2013/01/pengertian-balita-Html. Diakses 25 Februari 2014 pukul 10.30wib. Latief,
2006. https://docs.google.com/file/d/oBocRXCWZvmLecGdkUkVmVG VR/edit?pil. Diakses pada tanggal 25 Mei 2014 pukul 09.20 wib
Maryunani, 2010. Ilmu kesehatan anak dalam kebidanan, jakarta Trans Info Media Muslihatun, 2010. Asuhan neonatus bayi dan balita. Yogyakarta, fitramaya Notoadmodjo, 2010. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta, Rineka cipta Ronald, 2011. Pedoman perawatan balita. Bandung, Nuansa Aulia Yuwono, 2012. http://mily.wordpress.com/2012/05/10/hubungan-pengetahuan-dan sikap-ibu-tentang-gizi-dengan-tumbuh-kembang-balitanya. Diakses pada tanggal 7 Agustus pukul 20.00wib Salamah, 2009. Riset kebidanan: Metodologi dan aplikasi, Yogyakarta, Mitra Cendikia Press
44
Lampiran 1. KUESIONER UNTUK DATA PENTING TENTANG HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PEKERJAAN IBU TERHADAP TUMBUH KEMBANG BALITA DI DESA SUMBERJO KABUPATEN ACEH TAMIANG
A. Identitas Pasien Nama
:
Umur
:
Suku
:
Alamat
:
Pekerjaan
:
B. Pertanyaan untuk Pengetahuan Petunjuk : Jawablah pertanyaan di bawah ini, serta berikan tanda silang (x) untuk salah satu jawaban anda. 1. Menurut ibu pada usia berapakah anak sudah dapat menggunakan bajunya sendiri? a. 3 Tahun b. 4 Tahun c. 5 Tahun 2. Menurut ibu apa yang di maksud dengan pertumbuhan? a. Meningkatnya ukuran Fisik b. Bertambahnya kemampuan berfikir c. bertambah pintar 3. Apa yang di maksud dengan perkembangan? a. Meningkatnya ukuran fisik b. Bartambahnya kemampuan (skil) c. Bertambahnya tinggi badan
45
4. Menurut ibu alat ukur apa yang di gunakan untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan balita a. Pita cm dan timbangan b. Kartu Menuju Sehat dan Timbangan c. Kartu Menuju Sehat 5. Menurut ibu yang bukan merupakan balita sehat yaitu? a. Tumbuh kembangnya terhambat b. Tubuh kembangnya berlangsung pesat c. Tumbuh kembangnya berlangsung sangat lambat 6. Dari siapakah ibu dapat mengetahui balita ibu tumbuh dan berkembang dengan baik? a. Bidan (tenaga kesehatan lainya) b. Dukun c. Orang lain 7. Menurut ibu apa tujuan ibu mengetahui tumbuh kembang balita? a. Agar balita dapat tumbuh dan berkembang dengan baik b. Agar balita kekurangan gizi c. Hanya sekedar tahu 8. Menurut ibu pada usia berapakah balita sudah dapat melompat dengan koordinasi kaki yang baik? a. 1 Tahun b. 2 Tahun c. 3 Tahun 9. Menurut ibu selai faktor lingkungan faktor apa yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang balita? a. Faktor keturunan b. Faktor usia c. Faktor suku
46
10. Apa yang menjadi salah satu faktor lingkungan yang menjadi penunjang agar proses tumbuh kembang dapat berjaln memuaskan? a. Gizi dan nutisi b. Makanan c. Buah-buahan C. Pernyataan sikap 1. Tumbuh kembang merupakan suatu proses utama yang hakiki dan khas pada anak, dan merupakan sesuatu yang terpenting pada anak tersebut. a. Setuju b. Tidak Setuju 2. Mengukur pertumbuhan balita sangat penting dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui normalitas pertumbuhan dan mendeteksi penyimpangan pertumbuhan secara dini. a. Setuju b. Tidak Setuju 3. Gizi/nutrisi bukan merupakan salah satu faktor lingkungan dan juga bukan merupakan penunjang untuk tumbuh kembang balitauntuk dapat berjalan dengan memuaskan. a. Setuju b. Tidak Setuju 4. Faktor genetik merupakan faktor yang dapat di turunkan sebagai dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang anak. a. Setuju b. Tidak Setuju 5. Masa pertumbuhan dan perkembangan bukan merupakan suatu proses alami yang akan terjadi dengan sendirinya tanpa dengan interpretesi orang tua atau siapapun. a. Setuju b. Tidak setuju
47
6. Pola perkembangan anak sama pada setiap anak, tetapi kecepatannya berbeda-beda. a. Setuju b. Tidak setuju 7. lingkungan yang kurang baik akan menghambat tumbuh kembang anak. a. Setuju b. Tidak setuju 8. Semua balita wajib memiliki KMS, dan membawa KMS tersebut setiap melakukan kunjungan ke posyandu. a. Setuju b. Tidak Setuju 9. Faktor genetik bukan merupakan faktor yang dapat di turunkan sebagai dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang anak. a. Setuju b. Tidak Setuju 10. Pemberian makanan yang berkualitas dan kuantitasnya baik maka pertumbuhan dan perkembangannya akan baik pula. a. Setuju b. Tidak Setuju