BAB II PENDIDIKAN WUDHU
A. Wudhu 1. Pengertian Wudhu Wudhu berasal dari bahasa arab .ً ضا َءة َ َو، ُوض ُْو ًءا، ُ يَ ْوضُؤ، َوض َُؤyang artinya bersih.1 Wudhu menurut bahasa berarti bersih dan indah.2 Secara harfiah kata al-wudhu ( )اَ ْل ُوضُؤberarti kebersihan, kebaikan, dan kerapian.3 Sedangkan menurut istilah wudhu adalah suatu cara membersihkan diri dengan tujuan menghilangkan hadas dan najis yang ada di badan.4 Para fukaha (ahli fiqih) pengertian wudhu sebagai pekerjaan menggunakan air yang dibasuhkan pada anggota-anggota badan tertentu yang diawali dengan niat.5 Menurut Syaikh Kamil Muhammad ‘uwaidah dalam Fiqih Wanita Edisi Lengkap, dijelaskan bahwa wudhu adalah membasuh bagian tertentu yang boleh ditetapkan dari anggota badan dengan air sebagai persiapan bagi orang muslim untuk menghadap Allah Swt (mendirikan shalat).6
Adapun menurut syariah wudhu adalah beribadah kepada Allah Swt. dengan membasuh empat anggota badan dengan cara khusus. Oleh karena
1
Ahmad Warson Munawir, Kamus Al-Munawwir Arab- Indonesia Terlengkap, (Surabaya: Pustaka Progressif, 2002). hlm. 1564. 2 Moh. Rifa’i, Risalah Tuntunan Shalat Lengkap, (Semarang: PT. Toha Putra, 2010), hlm. 16. 3 Jamal Muhammad Elzaki, Buku Induk Mukjizat Ibadah, (Jakarta: zaman, 2011), hlm. 73. 4 Syahruddin El Fikri, Sejarah Ibadah, (Jakarta: Republika, 2014). hlm. 2. 5 Azyumardi Azra, Ensiklopedi Islam Jilid V, (Jakarta: PT.Ichtiar Baru Van Hoeva, 2001), hlm. 199. 6 Syaikh Kamil Muhammad ‘uwaidah, Fiqih Wanita Edisi Lengkap, (Jakarta: Penerbit Pustaka Al-kautsar, 1998), Cet I, hlm. 41.
18
19
itu, orang yang membasuh anggota tubuhnya utuk diajarkan kepada orang lain tidak dianggap wudhu karena, syariah, harus ada niat untuk ibadah kepada Allah Swt.7 Filosi wudu ini, jika kita cermati ketika kita sudah berwudhu, maka aktifitas makanan dan minuman tidaklah membatalkannya. Demikian pula jika badan kita terkena najis untuk mengatasi kedua hal tersebut, cukup membersihkannya saja, tidak perlu mengulangi berwudhu. Jika Anda makan minum ketika masih mempunyai wudhu, maka untuk melakukan shalat, Anda cukup berkumur saja. Demikian pula jika anda terkena najis atau kotoran pada anggota badan, Anda cukup mencuci dan membersihkannya saja.8 2. Dasar dan Hukum Wudhu a) Dasar Wudhu Bahwa wudhu merupakan syarat yang dapat menegakkan sahnya shalat. Artinya, seorang tidak dinilai sah shalatnya, jika tidak memenuhi syarat tersebut.9 Sebagaimana yang disebutkan di dalam Al-Qur’an surat Al-maidah ayat 6. Perintah Allah berkenaan dengan wudhu diartikan sebagai pekerjaan menggunakan air yang dibasuhkan pada anggotaanggota badan tertentu yang diawali dengan niat. Allah SWT berfirman :
7
Adil Sa’di, Fiqhun-Nisa Thaharah-Shalat, (Bandung: PT Mizan Publika, 2006), hlm.
26. 8
Agus Mustofa, Sidratul Muntaha, (Surabaya: PADMA Press, 2008), hlm. 204-205. Syeikh Syamsuddin Abu Abdillah, Terjemah Fathul Qoarib, (Surabaya: Mutiara Ilmu, 1995), hlm. 13. 9
20
“Hai
orang-orang
yang
beriman,
apabila
kamu
hendak
mengerjakan shalat, Maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki...”(QS. Al-Maa’idah :6)10 Sedangkan dalam hadist yang diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. Rasulullah SAW. bersabda: ص ََلة ُ َم ْن ُ َر: قَا َل.ي هللاُ َع ْنهُ يَقُ ْو ُل َ ص َّل هللا ُ َعلَ ْي ِه َو ِ َع ْن ا َ ِبي ه َُري َْرة َ َر َ سلَّ َم ََلت ُ ْقبَ ُل َ ِس ْو ُل هللا َ ض َ َاَحْ د )ضأ َ (رواه البخاري َّ ث َحتَّى يَت ََو Artinya: “Allah tidak akan menerima shalat seseorang diantara kalian apabila kalian berhadast, sehingga ia berwudhu” (HR.Bukhori)11 Selain dalil Al-Qur’an dan Hadist, Ijma’ ulama. Para ulama telah sepakat menetapkan kewajiban wudhu dari sejak masa Rasulullah SAW sampai sekarang ini hingga akhir nanti.12
b) Hukum Wudhu Wudhu hukumnya wajib bagi seseorang yang sudah akil baligh ketika akan menjalankan shalat, atau ketika akan melakukan sesuatu
10
Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemah, (Surabaya: Mahkota,1989), hlm. 200. Al-Imam Zainuddin Ahmad bin Abdul Latif Az-Zaibidi, Ringkasan Shahih Al Bukhari, (Bandung: Mizan, 2000), Cet. IV, hlm. 56. 12 Ibid, hlm. 41. 11
21
yang keabsahannya disyaratkan harus berwudhu, seperti shalat, dan thawaf di ka’bah.13 3. Fardhu-Fardhu Wudhu Fardhu wudhu itu ada 6 perkara, yaitu: a) Niat, harus dilakukan di awal (permulaan) membasuh muka. b) Membasuh seluruh bagian muka (wajah) secara merata. c) Membasuh kedua tangan sampai siku-siku (khusus bagi yang tak bersiku cara membasuhnya cukup diperkirakan). d) Mengusap bagian kepala. e) Membasuh kedua kaki sampai mata kaki. f) Tertib (urut) dalam urutan wudhu sesuai dengan urutan rukun (fardhu) yang telah ditetapkan.14 4. Tata Cara Wudhu Adapun tata cara wudhu yang sempurna sebagai berikut: a) Berniat untuk menghilangkan hadas atau bersuci. Niat yang dimaksud disini adalah keinginan hati untuk berwudhu demi mengharap ridha Allah serta melaksanakan perintah-Nya dan perintah Rasul-Nya. b) Membaca basmalah di awal wudhu. Sebelum mulai membasuh anggota wudhu, orang yang akan berwudhu diwajibkan membaca basmallah, atau lebih sempurnanya bismillahirahmanirrahim. 13 14
Syaikh Hasan Ayyub, Fikih Ibadah, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2003),Cet I, hlm. 57. Syeikh Syamsuddin Abu Abdillah, Op.Cit, hlm. 11-13.
22
c) Membasuh kedua telapak tangan terlebih dahulu. Basuh kedua telapak tangan anda sebanyak tiga kali. Hukum membersihkan jari-jari tangan adalah sunnah. Begitu juga hukum membasuh tangan tiga kali, khususnya ketika bangun tidur, hukumnya sunnah. d) Berkumur dan membersihkan hidung dengan air. Hukum berkumur dan membersihkan hidung sebersih mungkin adalah sunnah, kecuali bagi orang yang berpuasa agar tidak merusak puasanya karena air yang masuk kedalam rongga perut. Berkumur dan membersihkan hidung dilakukan sebanyak tiga kali dengan tiga ciduk air. Memasukan air ke dalam hidung menggunakan tangan kanan, sedangkan tangan kiri digunakan untuk menahan air yang dikeluarkan dari hidung. e) Membasuh muka tiga kali. Membasuhnya mulai dari bagian tempat tumbuhnya rambut hingga bagian bawah janggut dari telinga kiri hingga kanan. Saat membasuh muka, disunnahkan pula membersihkan jenggot yang tebal dengan mengalirkan air ke akar jenggot.15 f) Membasuh kedua tangan hingga siku-siku tiga kali. Basulah sepasang lengan Anda bersama dengan siku sebanyak tiga kali seraya digosok. Yakinkan bahwa air sudah merata. Mulailah dengan yang sebelah kanan. Tengah-tengahilah jari-jari tangan Anda untuk
15
33-35. .
Abdullah ath-Thayyar, Ensiklopedia Shalat, (Jakarta: Maghfirah Pustaka,2006), hlm.
23
meyakinkan bahwa air sudah sampai secara merata, karenaitulah yang disunnahkan. g) Mengusap sebagian atau seluruh permukaan kepala sekali usap. Usaplah seluruh kepala Anda dengan menggunakan sepasang telapak tangan Anda mulai bagian depan kepala sampai bagian belakang, kemudian ulangi dari depan lagi. Usaplah kepala dengan menggunakan sebelah telapak tangan seraya Anda putarkan pada rambut supaya rata. Usaplah bagian depan kepala dengan sebelah telapak tangan, kemudian sempurnakan pada sorban atau peci, bagi wanita pada tutp kepalanya. Jika merasa kesulitan membuka sebagian kepala karena ada uzur atau sakit, Anda cukup mengusap tutup kepala saja, dengan syarat tutup kepala tersebut harus tetap anda pakai sampai selesai shalat. h) Mengusap sepasang telinga sebanyak tiga kali. Setelah mengusap kepala, usaplah sepasang telinga Anda dengan menggunakan air yang baru, atau menggunakan air yang dipakai untuk mengusap kepala kalau memang masih ada. Mengenai tata cara mengusap sepasang telinga ialah, masukkan jari telunjuk Anda untuk diputarkan kebagian dalam telinga, sementara dalam waktu bersamaan jempol Anda berputar disekitar telinga bagian luar. 16 i) Membasuh kedua kaki hingga mata kaki sebanyak tiga kali. Saat membasuh kakin, disunnahkan untuk membersihkan jemari kaki dengan jari kelingking. Dimulai dengan jari kelingking kaki kanan
16
Syaikh Hasan Ayyub, Op. Cit, hlm. 60.
24
hingga ibu jari, kemudian ibu jari kaki kiri hingga kelingking. Ini tak berlaku jika jemari kaki cacat, seperti jika jemari kaki saling berhimpitan sehinggah sunnah itu gugur.17 5. Sunnah-Sunnah Wudhu Selain fardhu-fardhu wudhu yang wajib dikerjakan, seperti tersebut sebelum ini, ada pula perbuatan yang dianjurkan (disunnahkan) agar wudhu menjadi lebih sempurna : a)
Membaca basmala ketika mulai wudhu.
b) Membersihkan gigi dengan sikat gigi. c)
Membasuh kedua telapak tangan sampai kepergelangan, sebanyak 3 kali.
d) Berkumur-kumur 3 kali e)
Membersihkan bagian dalam hidung dengan menghirup sedikit air kedalam lubang hidung, lalu mengeluarkan kembali (tiga kali). Semua ysng tersebut di atas, nomor 1 sampai dengan nomor 5, dilakukan sebelum mulai membasuh muka.
f)
Menyilangi anak-anak jari dari kedua tangan ketika membasuh tangan. Demikian pula menyilangi anak-anak jari dari kedua kaki ketika membasuh kaki.
g) Mengusap bagian dalam dan luar kedua telinga dengan air, bersamaan atau setelah mengusap kepala.
17
.
Abdullah ath-Thayyar, Op.Cit, hlm. 36.
25
h) Mendahulukan anggota badan bagian kanan sebelum yang kiri, baik ketika membasuh tangan maupun kaki. i)
Mengulangi basuhan tiap anggota wudhu (muka, tangan, kepala, dan kaki) masing-masing sebanyak tiga kali.
j)
Menggosok-gosok anggota wudhu ketika membasuhnya, agar lebih bersih.
k) Menambahkan sedikit dari batas yang diwaibkan, dalam membasuh atau mengusap anggota wudhu. l)
Menggunakan air secukupnya saja, dan jangan berboros walaupun seandainya menggunakan air laut’
m) Selasai wudhu, menghadap kiblat dan berdoa. n) Selesai wudhu mengerjakan shalat dua raka’at: sunnah al-wudhu.18 6. Hal-Hal Yang Membatalkan Wudhu Hal-hal yang merusak atau membtalkan wudhu ada 5 perkara, yaitu a) Semua yang keluar dari dua jalan, salah satunya yakni jalan depan (qubul) dan belakang (dubur), misalnya buang air kecil maupun besar, atau keluar angin (kentut) dan sebagainya.19 b) Tidur lelap dalam keadaan tidak tetap tempat duduknya (di tanah atau lantai). c) Hilangnya akal selain tidur yang dimaksud adalah hilangya akal dengan penyebab apa pun seperti, gila, pingsan, mabuk atau karena pengaruh
18
Muhammad Bagir Al-habsi, Fiqih Praktis Menurut Al-Qur’an As-Sunnah dan Pendapat Para Ulama, (Bandung: Mizan, 1999), hlm.73-74. 19 Moh. Rifa’i, Risalah Tuntunan Shalat Lengkap, (Semarang: PT. Toha Putra, 2010), hlm. 18.
26
obat karena dalam kondisi seperti ini dirinya tidak menyadari apakah batal wudhunya atau tidak.20 d) Tersentuh kulit antara laki-laki dan perempuan yang bukan muhrimnya dengan tidak memakai tutup atau penghalang. e) Tersentuh kemaluan (qubul atau dubur) dengan tapak tangan atau jarijarinya yang tidak memakai tutup atau penghalang walaupun kemaluannya sendiri.21 7. Syarat-Syarat Wudhu Syarat-syarat dalam Wudhu ialah: a) Islam. b) Tamyiz, yakni dapat membedakan baik buruknya sesuatu pekerjaan. c) Tidak berhadast besar. d) Dengan air suci lagi mensucikan. e) Tidak ada suatu yang menghalangi air, sampai ke anggota wudhu, misalnya getah, cat dan sebagainya. f) Mengetahui mana yang wajib (fardhu) dan mana yang sunnah.22 8. Nilai-Nilai Pendidikan Wudhu Selain sebagai perintah Allah, Wudhu ternyata memiliki nilai-nilai pendidikan yang dapat diterapkan bagi remaja. Nilai-nilai tersebut menjadi pokok bagi terlaksananya pendidikan remaja. Diantara nilai-nilai pendidikan yang terdapat dalam wudhu yaitu: 20
Abdullah Abbas, Fiqih Thaharah Tata Cara dan Hikmah Bersuci dalam Islam, (Tangerang: Lentera Hati, 2013), Cet. I, hlm. 97. 21 Ibid, hlm. 18. 22 Moh. Rifa’i, Risalah Tuntunan Shalat Lengkap, (Semarang: PT. Toha Putra, 2010), hlm. 17.
27
a) Pendidikan Ibadah Wudhu harus dilakukan secara sempurna, karena wudhu menjadi kunci atas sah tidaknya ibadah seseorang. Dengan kata lain, orang yang akan melaksanakan suatu ibadah itu harus dalam keadaan suci, baik suci dari hadast kecil maupun besar. Untuk mensucikan diri dari hadast kecil, seseorang cukup dengan melaksanakan wudhu.23 Berwudhu merupakan suatu ibadah yang berangkaian dengan shalat. Melaksanakan dan mendirikan shalat lima kali sehari semalam adalah wajib’ain bagi setiap orang yang beragama Islam. Untuk sahnya shalat disyaratkan bersuci terlebih dahulu, sehingga berwudhu untuk shalat wajib menjadi wajib hukumnya. Berwudhu menghasilkan kebersihan anggota badan yang di basuh, kemudian yang pokok dan terpenting ialah menunaikan kewajiban sebagai syarat sahnya shalat yang kita laksanakan, sehingga berwudhu merupakan suatu amal ibadah yang kita tunaikan untuk Allah sematamata.24 Ibadah shalat wajib yang setiap hari dikerjakan dan ibadah lainnya
merupakan
ritualitas
ibadah
muslim
dalam
rangka
menghambakan diri kepda Allah. b) Pendidikan keimanan Wudhu merupakan amaliah harian, maka ketentraman dan kedamaian jiwa seseorang muslim pun senantiasa bertambah setiap hari.
23
Kutbuddin Aibak, Fiqih Tradisi Menyibak Keragamaan dalam Keberagamaan, (Yogyakarta: Teras, 2012), Cet. I, hlm. 38. 24 Zahri ahmad, Peribadatan dalam Agama Islam, (Bandung: PT. Al-Ma’arif, 1980), Cet I, hlm. 45.
28
Iman akan semakin meningkat dan jiwa akan terdidik untuk selalu tersebar akan kehadiran Allah. Setiap kali orang hamba melakukan kekhilafan, jiwanya akan terdorong untuk menyudahi kekhilafannya dan bertaubat. Ini terjadi karena jiwa merasa terikat dalam perjanjian dengan sang khalik untuk tidak menghadap-Nya dengan sesuatu yang menyebabkan-Nya murka. Banyak hadist yang menunjukan bahwa kesucian yang didapat dari wudhu tidak hanya sebatas kesucian lahiriah anggota badan, tetapi juga kesucian batiniah.25 Bahwa pakaian dan badan kita, hendaknya lebih di bersihkan kalau menghadap kepada-Nya. Disuruhnya kita mensucikan badan kita, mencuci mulut, mencuci kaki dan tangan, mencuci hidung dan mata kita, itu hanya sekedar perbuatan lahir saja. Tetapi maksud yang sebenarnya bukanlah hanya sekedar suci yang lahir itu, melainkan supaya anggota batin kita disucikan seluruhnya. Pada lahirnya tangan yang kita basuh, muka yang kita sucikan, tetapi dalam batinnya hatilah yang kita basuh itu, bukan air yang kelihatan ini, tetapi dibasuh dengan air taubat, yaitu kembali kepada Allah dengan menyesali perbuatan-perbuatan yang telah lalu, serta berjanji kepada diri sendiri bahwa tidak akan mengerjakan perbuatan yang telah dilakukan sebelumnya. Itulah sebenarnya yang dimaksud bersuci itu, kalau bukanlah mensucikan hati yang dimaksudkan dengan membasuh anggota yang tujuh ini, maka apalah gunanya oleh Tuhan, sekedar suci badan dan 25
38-39.
Abdullah ath-Thayyar, Ensiklopedia Shalat, (Jakarta: Maghfirah Pustaka,2006), hlm.
29
pakaian saja, kalau hati berkarat dipenuhi kotoran dan kurafat, yang membawa syirik dan kafir terhadap-Nya.26 c) Pendidikan Kesehatan Jasmani Ibadah wudhu nampaknya sepele dan mudah dilakukan. Karena itu, banyak umat Islam yang memandangya biasa-biasa saja. Padahal, bilawudhu dikerjakan tidak sempurna, shalatnya pun tidak akan diterima. Kendati sederhana, manfaatnya sangat besar. Itulah yang dibuktikan oleh para ahli kesehatan dunia. Salah satunya adalah Prof Leopold Wirner von Ehrenfels, seorang psikiater sekaligus neurolog berkebangsaan Australia. Ia menemukan sesuatu yang menajubkan dalam wudhu karena mampu merangsang pusat syaraf dalam tubuh manusia. Karena keselarasan air wudhu dan titik-titik syaraf, kondisi tubuh senantiasa akan sehat. Dari sinilah ia akhirnya memeluk agama Islam dan mengganti namanya menjadi Baron Omar Rolf Ehrenfels. Ulama fikih juga menjelaskan hikma wudhu sebagai bagian dari upaya untuk memelihara kebersihan fisik dan rohani. Daerah yang dibasuh dalam air wudhu seperti tangan, daerah muka termasuk mulut, dan kaki memang paling banyak bersentuhan dengan benda-benda asing, termasuk kotoran. Karena itu, wajar kalau daerah itu yang harus dibasuh. Berbagai penelitian ilmiah telah membuktikan bahwa munculnya penyakit kulit disebabkan oleh rendahnya kebersihan kulit. Karena itu, orang yang memiliki aktivitas padat (terutama di luar ruangan)
26
Idris Ahmad, Fiqih Syafi’i, (Jakarta: Penerbit Karya Indah, 1984), Cet .IV, hlm. 16.
30
disarankan untuk sesering mungkin membasuh atau mencuci anggota badannya yang terbuka, seperti kepala, muka, telinga, hidung, tangan dan kaki.27 d) Pendidkan Kesehetan Rohani Ulama tasawuf menjelaskan hikmah wudhu dengan menjelaskan bahwa daerah-daerah yang dibasuh air wudhu memang daerah yang paling sering berdosa. Kita tidak tahu apa yang pernah diraba, dipegang, dan dilakukan tangan kita. Banyak pancaindera tersimpul dibagian muka. Berapa orang yang jadi korban setiap hari dari mulut kita, berapa kali berbohong, memaki, dan membicarakan aib orang lain. Apa saja yang dimakan dan diminum. Apa saja yang baru diintip mata ini, apa yang didengar oleh kuping ini, dan apa saja yang baru dicium hidung ini. Kemana saja kaki ini gentayangan setiap hari. Jadi, anggota badan yang dibasuh ketika berwudhu ialah daerah yang paling sering untuk melakukan dosa. Rasul SAW menyatakan, wajah orang yang berwudhu itu akan senantiasa bercahaya. Rasulullah akan mengenalinya nanti pada hari kiamat karena bekas wudhu. “Umatku nanti kelak pada hari kiamat bercahaya muka dan kakinya karena bekas wudhu.” Muhammad Kamil Abd Al-Shomad, yang mengutip sumber dari AlI’jaz Al-Ilmiy fi Al-Islam wa Al-Sunnah Al-Nabawiyah, menjelaskan bahwa manfaat semua hal yang diperintahkan dalam wudhu sangatlah
27
Syahruddin El Fikri, Sejarah Ibadah, (Jakarta: Republika, 2014), hlm. 6.
31
besar bagi tubuh manusia. Mulai dari membasuh tangan dan menyelanyela jari, berkumur-kumur, memasukkan air ke dalam lubang hidung, membasuh muka, membasuh kedua tangan sampai siku, mengusap kepala, membasuh telinga, hingga membasuh kaki hingga mata kaki. Buya Hamka (Haji Abdul Malik Karim Amrullah) dalam bukunya Lentera Hidup menuliskan keutamaan wudhu. “Sekurang-kurangnya lima kali dalam sehari-semalam setiap Muslim diperintahkan untuk berwudhu dan mengerjakan shalat. Meskipun wudhu belum lepas (batal), disunahkan pula memperbaharuinya. Oleh ahli tasawuf, diterangkan pula hikmah wudhu itu. Mencuci muka artinya mencuci mata, hidung, mulut, dan lidah kalau-kalau tadinya pernah berbuat dosa ketika melihat, berkata, dan makan. Mencuci tangan dengan air seakan-akan membasuh tangan yang telanjur berbuat salah. Membasuh kaki dan lain-lain demikian pula. Mereka memperbuat hikmat-hikmat itu meskipun dalam hadis dan dalil tidak ditemukan. Tujuannya adalah supaya manusia jangan membersihkan lahirnya saja, sementara batinnya masih tetap kotor. Hati yang masih tamak, loba, dan rakus, kendati sudah berwudhu, maka wudhunya lima kali sehari semalam itu berarti tidak berbekas dan tidak diterima oleh Allah SWT, dan shalatnya pun tidak akan mampu menjauhkan dirinya dari perbuatan fakhsya’ (keji) dan mungkar (dibenci).” Buya Hamka menambahkan, “wudhu itu dapat menyehatkan badan. “Kita hidup bukanlah untuk mencari pujian dan bukan pula supaya kita
32
paling atas di dalam segala hal. Meskipun itu tidak kita cari, kalau kita senantiasa manjaga kebersihan, kita akan dihormati orang juga.”28 e) Pendidikan Psikologis Suci secara batin berarti membersihkan jiwa dari dosa dan semua perbuatan maksiat yaitu, dengan cara bertaubat secara bersungguhsungguh dari segala macam dosa dan perbuatan maksiat. Juga membersihkan hati dari perbuatan syirik, keragu-raguan, dengki, iri hati, tipu daya, kesombongan, ujub, riya’ dan sum’ah. Yaitu dengan cara menanamkan keikhlasan, keyakinan, kecintaan kepada kebaikan, kelembutan, kejujuran, tawadhu’ (rendah hati) serta menghendaki keridhaan Allah Swt dalam segala bentuk atau yang demikian dan mengerjakan amal-amal shalih seperti shalat. Taubat berarti kembali kepada Allah Swt dan bertekad untuk tidak mengulangi perbuatan maksiat pada hari-hari mendatang. Allah Swt senantiasa menerima taubat hambanya apabila ia mau benar-benar kembali kepada-Nya.29 f) Pendidikan Akhlaq Bahwa wudhu merupakan faktor pendukung dari shalat. Oleh karena itu setiap muslim yang ingin melakukan hal-hal yang fardhu atau sunnah maka dianjurkan untuk berwudhu. Begitu juga ketika orang Islam hendak menyentuh Al-Qur’an alangkah baiknya berwudhu terlebih dahulu untuk
28
Ibid, hlm. 7. Syaikh Kamil Muhammad ‘uwaidah, Fiqih Wanita Edisi Lengkap, (Jakarta: Penerbit Pustaka Al-kautsar, 1998), Cet I, hlm. 4. 29
33
menghormati firman Allah Swt. Sehingga ketika seorang hamba untuk melaksanakan ibadah kepada-Nya maka dalam keadaan suci.30 Akhlak meliputi dua unsur yaitu sikap dan sifat. Sikap mencakup penampilan lahiriah, sedangkan sifat meliputi isi batin atau isi hati. Seseorang akan bersikap terpuji apabila batin atau hatinya bersih dan mulia. Demikian dapat dikatakan bahwa akhlak merupakan manifestasi iman, Islam, dan ihsan yang merupakan refleksi sifat dan jiwa secara spontan yang terpola pada diri seseorang. Sifat dan jiwa yang melekat dalam diri sesorang menjadi pribadi yang utuh dan menyatu dalam diri orang tersebut sehingga akhirnya tercermin melalui tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari bahkan menjadi adat kebiasaan.31 g) Pendidikan Menahan Amarah Wudhu dapat meredakan amarah, kesedihan, dan kegelisahan. Sebagaimana telah disebutkan di atas, Nabi SAW. menganjurkan kepada umatnya agar berwudhu ketika marah. Di sini akan menjelaskan hakikat kemarahan dan pengaruh wudhu terhadap ketenangan jiwa dan pikiran. Amarah merupakan percikan api. Ketika marah, manusia menampilkan sosok setan yang terkutuk. Ketika seseorang marah, darah di dalam dadanya bergejolak menghendaki pelampiasan. Ketika ia marah, muncul percikan
api
dalam
dadanya
yang
kemudian
membakar
dan
menggolakkan darah, lalu mengalir melalui pembuluh darah, naik ke bagian atas tubuh seperti naiknya air kebibir panci yang dibakar api. 30
Adil Sa’di, Fiqhun-Nisa Thaharah-Shalat, (Bandung: PT Mizan Publika, 2006), hlm.
31
Sidik Tono, Ibadah dan Akhlak dalam Islam, (Yogyakarta: UII Press, 1998), hlm. 83.
49.
34
Karena itulah wajah seseorang memrah ketika marah, begitu pula mata dan kulitnya. Semua itu menunjukkan merahnya darah yang bergolak di dalamnya, sebagaimana kaca yang menunjukkan warna sesuatu yang ada di baliknya. Sebuah penelitian medis yang dibulikasikan dalam majalah Archivesb of Internal Medicine mengungkapkan bahwa orang yang cenderung cepat marah dan sering merasa gelisah lebih rentan terserang penyakit jantung dibanding orang yang lebih tenang dan bisa menguasai dirinya. Orang yang sering marah tetap rentan terserang penyakit jantung meskipun tidak punya riwayat penyakit jantung sebelumnya dan tidak ada leluhurnya yang berpenyakit jantung. Abdu Tawwab Abdullah Husain mengatakan, “syariat mewajibkan kita untuk berwudhu sebelum mendirikan shalat. Dalam wudhu itu, kita memijat beberapa titik di kepala dan titik-titik penting lainnya pada wajah, pergelangan tangan, kepala, dan kaki. Secara hakikat, wudhu dapat menghasilkan kesegaran setiap saat karena titik-titik penting dalam tubuh tersentuh air dan mendapat pijatan ringan.” Jika aktivitas itu dilakukan berulang-ulang setiap hari, tentu efeknya akan semakin bagus. Wudhu juga dapat mengusir setan yang sering menyalakan api amarah, yang memengaruhi salah satu tubuh, yaitu tricephalus, yang merupakan titik pusat kekuatan yang bertugas mendistribusikan darah keseluruh tubuh. Pada saat yang bersamaan, wudhu mengalirkan kekuatan malakut
35
yang memiliki pancaran cahaya dan keagungan. Kekuatan yang suci itu meliputi manusia dengan perasaan tenang dan tumakninah.32 B. Remaja a. Pengertian Remaja Istilah Remaja dikenal dengan “adolesence” yang berasal dari bahasa latin (adolescere = adulus = menjadi dewasa atau dalam perkembangan menjadi dewasa).33 Jadi remaja adalah tahapan dalam kehidupan seseorang yang berada di antara tahap kanak-kanak dengan tahap dewasa. Periode ini adalah ketika seorang anak muda harus beranjak dan ketergantungan menuju kemandirian, otonomi dan kematangan seseorang yang ada pada tahap ini akan bergerak dan sebagai bagian suatu kelompok keluarga menuju menjadi bagian dari suatu kelompok teman sebaya dan hingga akhirnya mampu berdiri sendiri sebagai seorang dewasa.34 Sedangkan Menurut Zakiah Daradjat dalam Ilmu Jiwa Agama Masa remaja yaitu masa peralihan yang ditempuh oleh seseorang dari kanakkanak menuju dewasa. Atau dapat dikatakan bahwa masa remaja adalah masa perpanjangan masa kanak-kanak, yaitu anatara usia 13 tahun sampai 21 tahun35.
32
Jamal Muhammad Elzaki, Buku Induk Mukjizat Ibadah, (Jakarta: zaman, 2011), hlm.
105-109. 33
F. J. Monk, Ontwikkelings Psychologie: Dekker & Van de Vegt, Psikologi Perkembangan, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2006), hlm. 262. 34 David, Deldard, Konseling Remaja (Pendekatan Proaktif Untuk Anak Muda), Cet. Ke-1, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), hlm. 5. 35 Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, ( Jakarta: PT Bulan Bintang, 2003), hlm 82-84
36
b. Batasan-Batasan Usia Remaja Batasan usia yang umum digunakan para ahli antara 12 hingga 21 tahun. Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga bagian yaitu: 1) Masa remaja awal atau pubertas (12-15 tahun). 2) Masa remaja pertengahan (15-18 tahun). 3) Masa remaja akhir (18-21 tahun).36
36
Syamsul, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 184.