BAB II METODE BERMAIN DALAM MENGEMBANGKAN KREATIVITAS ANAK
A. Metode Bermain 1. Pengertian metode bermain Secara literal metode berasal dari bahasa Greek yang terdiri dari dua kosa kata, yaitu meta yang berarti melalui dan hados yang berarti jalan. Jadi, metode berarti jalan yang di lalui.1 Menurut Nasution dalam Jamal Makmur Asmani metode berarti jalan yang harus dilalui atau cara untuk melakukan sesuatu atau prosedur.2 Sedangkan
Bermain
adalah
suatu
kegiatan
dengan
atau
tanpa
mempergunakan alat yang menghasilkan pengertian, atau memberikan informasi, memberi kesenangan maupun mengembangkan imajinasi anak.3 Menurut Elizabet Hurlock sebagaimana di kutip oleh Irawati Istadi mengatakan bahwa sebuah kegiatan bisa berupa kegiatan “ bermain “, “bekerja” atau “beban” tergantung dari bagaimana anak menyikapinya.4 Namun pekerjaan akan menjadi “ bermain” jika, anak melakukannya dengan sukarela dan ia menemukan kesenangan disaat mengerjakannya. Sebaliknya, pekerjaan akan menjadi “beban” bagi anak ketika ia melakukannya karena terpaksa dan tak memperoleh kesenangan darinya.
1
Nizar, Samsul, Haji, Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis (Jakarta: Ciputat Pers), hlm. 65. 2 Jamal Ma’mur Asmani, 7 Tips Aplikasi PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan) ( Jogjakarta: DIVA Press (anggota IKAPI), 2011), hlm. 19. 3 Anggani Sudono, Sumber Belajar dan Alat Bermain ( Jakarta: Grasindo, 2001 ), hlm. 1 4 Irawati Istadi, Istimewakan Setiap Anak (Jakarta: Pustaka Inti, 2005), hlm. 212-213
18
Dengan memahami arti bermain bagi anak, maka dapat di tarik kesimpulan bahwa bermain adalah kebutuhan bagi anak. Dengan merancang pelajaran tertentu untuk di lakukan sambil bermain, maka anak belajar sesuai dengan tuntutan taraf perkembangannya.5 Menurut Singer mengemukakan bahwa bermain dapat di gunakan anakanak untuk menjelajahi dunianya, mengembangkan kompetensi dalam usaha mengatasi dunianya dan mengembangkan kreativitas anak. Dengan bermain anak memiliki kemampuan untuk memahami konsep secara ilmiah, tanpa paksaan.6 Berdasarkan beberapa pengertian yang ada, dapat disimpulkan bahwa metode bermain merupakan cara penyampaian pelajaran dengan kegiatan yang menyenangkan dan tidak menimbulkan kepaksaan dari dalam diri anak didik, akan tetapi semua kegiatan yang di lakukan itu dapat memberi informasi dan mengembangkan imajinasi anak didik. 2. Manfaat Bermain Bagi Anak Bermain bagi anak sangat penting karena melalui bermain anak dapat menyalurkan
segala
keinginan
dan
kepuasan,
kreativitas
dan
imajinasinya.Melaluibermain anak dapat melakukan kegiatan-kegiatan fisik, belajar bergaul dengan teman sebaya, membina hidup positif,mengembangkan peran sesuai kelamin, menambah perbendaharaan kata, dan menyalurkan perasaan tertekan. jelaslah bahwa selain bermanfaat untuk perkembangan fisik, kognitif, sosial emosional dan moral, bermain juga mempunyai manfaat yang besar bagi perkembangan anak secara keseluruhan. Berikut ini akan di uraikan satu persatu manfaat bermain bagi anak, yaitu:
5
Conny Setiawan, Belajar dan Pembelajaran Pra Sekolah dan Sekolah Dasar (Jakarta: PT. Indeks, 2008), hlm. 21 6 Kusantanti, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat (Jakarta: Rineka Cipta kerja sama dengan Departemen pendidikan dan kebudayaan : 2004), hlm. 89
a. Sarana untuk Membawa Anak ke Alam Bermasyarakat Dalam
suasana
permainan
mereka
saling
mengenal,
saling
menghargai satu dengan yang lainnya dan dengan perlahan-lahan tumbuhlah rasa kebersamaan yang menjadi landasan bagi pembentukan perasaan sosial. b. Bermain Bermanfaat Mencerdaskan Otak Bermain merupakan sebuah media yang sangat penting bagi proses berpikir anak. Bermain membantu perkembangan kognitif anak. Bermain memberi kontribusi pada perkembangan intelektual atau kecerdasan berpikir dengan membukakan jalan menuju berbagai pengalaman yang tentu saja memperkaya cara berpikir mereka. c. Bermain Bermanfaat Untuk Melatih Empati Empati adalah pengenalan perasaan, pikiran, dan sikap orang lain. Empati merupakan suatu faktor yang berperan dalam perkembangan sosial anak karena dengan empati anak dapat merasakan penderitaan orang lain dan akan mengembangkan tenggang rasa. Melalui bermian empati dapat dikembangkan. d. Bermain Bermanfaat Mengasah Panca Indera Panca indera merupakan alat-alat vital yang perlu di asah sejak anak masih bayi. Tujuan nya tentu saja agar anak lebih tanggap dan lebih peka terhadap apa yang terjadi di sekitarnya. Melalui bermain dapat menunjang perkembangan panca indera. e. Bermain Itu Melakukan Penemuan Ini artinya bermain dapat menghasilkan ciptaan baru. Anak manapun, usia berapa pun, saat bermain sedang menciptakan sesuatu yang baru, sesuatu
yang belum pernah diciptakan sebelumnya. Anak akan bertanya sesuatu yang ia butuhkan atau pahami saat bermain.7 3. Tujuan dan Fungsi Bermain Bermain menurut Masitoh mempunyai tujuan untuk meningkatkan pengembangan seluruh aspek perkembangan anak usia dini, baik perkembangan motorik, kognitif, bahasa, kreativitas, emosi atau sosial.8 Selanjutnya menurut Hartley, Frank dan Goldenson ada 8 fungsi bermain bagi anak, yaitu:9Menirukan apa yang di lakukan orang dewasa, Cantohnya, meniru ibu masak di dapur,dokter mengobati orang sakit, dan sebagainya. a. Untuk melakukan berbagai peran yang ada di dalam kehidupan nyata. Seperti guru mengajar di kelas, sopir mengendarai bus, petani menggarap sawah, dan sebagainya. b. Untuk mencerminkan hubungan dalam keluarga dan pengalaman hidup yang nyata. Contohnya, ibu memandikan adik, ayah membaca koran, kakak mengerjakan tugas sekolah, dan sebagainya. c. Untuk menyalurkan perasaan yang kuat. Seperti memukul-mukul kaleng, menepuk-nepuk air, dan sebagainya. d. Untuk melepaskan dorongan-dorongan yang tidak dapat di terima. Seperti berperan sebagai pencuri, menjadi anak nakal, pelanggart lalu lintas, dan lainlain. e. Untuk kilas balik peran-peran yang biasa di lakukan. Seperti menggosok gigi, sarapan pagi, naik angkutan kota, dan sebagainya.
7
B. E. F Montolalu, dkk., Materi Pokok Bermain dan Permainan Anak (Jakarta: Universitas Terbuka, 2009), hlm.120-121 8 Masitoh, dkk., Materi Pokok Pembelajaran TK (Jakarta: Universitas Terbuka, 2009), hlm. 9-15 9 Moeslichaton R, Metode Pengajaran di Taman Kanak-Kanak (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), hlm. 33.
f. Mencerminkan pertumbuhan. Misalnya, semakin bertambah tinggi tubuhnya, semakin gemuk badannya, semakin dapat berlari cepat. g. Untuk memecahkan masalah dan mencoba berbagai penyelesaian masalah. Seperti menghias ruangan , menyiapkan jamuan makan, pesta ulang tahun.10 4. Bentuk- Bentuk Kegiatan Bermain Pemilihan permainan hendaknya di sesuaikan dengan karakteristik anak menurut Hurlock, masa kanak-kanak di mulai setelah bayi yang penuh ketergantungan, yaitu kira-kira usia 2 tahun sampai saat anak matang secara seksual, kira-kira 13 tahun untuk wanita dan 14 tahun untuk laki-laki. Masa kanak-kanak di bagi lagi menjadi dua periode yang berbeda, yaitu awal dan akhir masa kanak-kanak. Periode awal berlangsung dari umur 2-6 tahun dan periode akhir pada masa usia 6 sampai tiba saatnya anak matang secara seksual. Garis pemisah ini penting, khususnya di gunakan untuk anak-anak yang sebelum mencapai wajib belajar di perlukan sangat berbeda dari anak yang sudah masuk sekolah. 11 Metode bermain dapat di buat dengan berbagai kegiatan. kegiatan yang dilakukan dapat melalui berbagai bentuk permainan. Ada beberapa penggolongan kegiatan bermain, yaitu sebagai berikut: a. Bermain Sosial Gorden dan Browne (1985) menggolongkan kegiatan bermain sesuai dengan di mensi perkembangan sosial anak, yaitu:
1) Bermain Soliter
10
Masitoh dkk., Op. Cit.,hlm. 95. Hurlock, E,B., 1980. Psikologi Perkembangan (suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan), Edisi Kelima. (Penerbit Erlangga: Jakarta). Hal: 27 11
Bermain soliter yaitu anak bermain sendiri tanpa menghiraukan apa yang dilakukan anak lain di sekitarnya.12 Misalnya anak menyusun balok menjadi menara dan ia tidak menghiraukan anak yang lain yang berada diruangan yang sama atau dapat di bantu oleh guru. 2) Bermain secara paralel Bermain secara paralel yaitu anak bermain sendiri-sendiri secara berdampingan, jadi tidak ada interaksi anak satu dengan yang lain. Anak senang dengan kehadiran anak yang lain tetapi belum terjadi keterlibatan antara mereka. 3) Bermain Asosiatif Bermain asosiatif terjadi bila anak bermain dalam kelompoknya. Misalnya, bermain bola bersama, dan bermain pasir bersama. 4) Bermain secara kooperatif Terjadi bila anak secara aktif menggalang hubungan dengan anak-anak lain untuk membicarakan, merencanak, dan melaksanakan kegiatan bermain. Soemiarti patmonodewo menambah kegiatan bermain sebagai penonton dalam kegiatan bermain sosial, yaitu kegiatan bermain anak yang sedang bermain sendirian sekaligus melakukan pengamatan apa yang terjadi dalam ruangan dimana ia berada. Anak yang berlaku sebagai penonton, mungkin hanya duduk secara pasif, sementara anakanak disekitarnya aktif bermain, tetapi anak tersebut
tetap waspada
terhadap apa yang terjadi di sekitarnya.13 b. Bermain dengan benda 12 13
Soemiarti Patmonodewo, Pendidikan Anak Pra Sekolah (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm. 103. Soemiarti Patmonodewo, Op. Cit., hlm. 104-105
Bermain dengan benda ini meliputi: 1) Bermain Praktis Bermain praktis adalah bentuk bermain dimana pelakunya melakukan berbagai kemungkinan mengeksplorasi objek yang di pergunakan. Misalnya, anak bermain dengan kartu kartu, ada beberapa kemungkinan anak untuk memainkannya. 2) Bermain simbolik Bermain simbolik yaitu anak menggunakan daya imajinasinya, memainkan kartu dengan menggunakan dalam fungsi yang lain, ini berati anak menggunakan kartu secara simbolik, hal ini di katakan bahwa anak bermain secara simbolik. 3) Bermain dengan peraturan Bermain dengan peraturan yaitu sutau permainan dapat di main kan dengan peraturan yang di buat sendiri oleh anak.misalnya, anak menggunakan balok-balok dan menyusunnya membuat manara, anak menggunaknan alat permainan secara simbolik serta memainkannya sesuai dengan peraturan yang di buatnya sesuai dengan kematangan anak.14 4) Bermain Sosiodramatik Adalah cara mengajar yang memberi kesempatan pada anak untuk melakukan kegiatan memainkan peranan tertentu, seperti yang terdapat dalam kehidupan masyarakat / kehidupan sosial.15 5) Model Pembelajaran
14 15
Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hlm. 157. Nurbiana Dhieni, Metode Pengembangan Bahasa (Jakarta: Universitas Terbuka, 2009), hlm. 7.
Model pembelajaran adalah suatu desain atau rancangan yang menggambarkan proses perincian dan penciptaan situasi lingkungan yang memungkinkan anak berinteraksi dalam pembelajaran. Ada beberapa model pembelajaran diantaranya:16 a. Model Pembelajaran Area Model pembelajaran berdasarkan area lebih memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memilih atau melakukan kegiatan sendiri sesuai dengan minatnya.
b. Model Pembelajaran Sudut-sudut Kegiatan Model pembelajaran berdasarkan sudut-sudut kegiatan menggunakan langkah-langkah pembelajaran hampir sama dengan model pembelajarn area, hanya sudut-sudut kegiatan merupakan pusat kegiatan berdasarkan minat anak. c. Model Pembelajarn Sentra Model pembelajaran berdasarkan sentra mempunyai ciri utama, yaitu pemberian pijakan(scoffolding) untuk membangun konsep, aturan, ide, dan pengetahuan anak serta konsep densitas dan intensitas bermain. Model pembelajaran ini adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada anak yang dalam proses pembelajaran berpusat pada sentra bermain dan pada saat anak dalam lingkaran. Sentra bermain adalah zona bermain anak yang dilengkapi dengan seperangkat alat bermain yang berfungsi sebagai pijakan lingkungan yang
16
Diana Mutiah, Psikologi Bermain Anak Usia Dini (Jakarta : Kencana, 2010), hlm. 120.
di perlukan untuk mengembangkan seluruh potensi dasar anak didik dalam berbagai aspek perkembangan secara seimbang. Sentra bermain terdiri dari:17 1) Sentra Bahan Alam dan Sains Bahan-bahan yang di perlukan di sentra ini adalah daun, ranting, kayu, pasir, air, batu, biji-bijian, dan lain-lain. Alat yang di gunakan diantaranya sekop, saringan, corong, ember, dan lain-lain. Sentra ini memfasilitasi anak untuk mengembangkan dan memperluas pengalaman bermain sensorimotor dengan memberikan banyak kesempatan pada anak untuk mengeksplorasi bahan-bahan alami dalam mengembangkan kematangan motorik halus yang di perlukan dalam proses kesiapan menulis, keterampilan berolah tangan, dan menstimulasi sistem kerja otak anak. 2) Sentra Balok Sentra balok berisi berbagai macam balok dalam berbagai bentuk, ukuran, warna, dan tekstur. Di sini anak belajar banyak hal dengan cara menyusun atau menggunakan balok, mengembangkan kemampuan logika matematika atau berhitung permulaan, kemampuan berpikir, dan memecahkan masalah. 3) Sentra Seni Bahan-bahan yang di perlukan di sentra ini adalah kertas, cat air, krayon, spidol, gunting, kapur, tanah liat pasir, potongan-potongan bahan atau gambar.
17
Ibid.,hlm. 134-135
Sentra ini memfasilitasi anak untuk memperluas pengalaman dalam mewujudkan ide, gagasan dan pengalaman yang di miliki anak ke dalam karya nyata (hasil karya). 4) Sentra bermain peran Sentra bermain peran merupakan wujud dari kehidupan nyata yang di mainkan anak, membantu anak memahami dunia mereka dengan memainkan berbagai macam peran. 5) Sentra Persiapan Bahan yang ada pada sentra ini adalah buku-buku, kartu kata, kartu angka. Kegiatan yang di laksanakan adalah persiapan membaca permulaan, menulis permulaan, serta berhitung permulaan.Sentra ini mendorong kemampuanintelektual anak, gerakan otot halus, koordinasi mata tangan, belajar keterampilan sosial (berbagi, bernegosiasi, dan memecahkan masalah). 6) Sentra Agama Kegiatan yang dilaksanakan adalah menanamkan nilai-nilai kehidupan beragama, keimanan dan ketakwaan kepada tuhan yang Maha Esa. Agama merupakan suatu konsep yang abstrak yang perlu di terjemahkan menjadi aktivitas yang konkret bagi anak.
7) Sentra Musik Sentra ini memfasilitasi anak untuk memperluas pengalamannya dalam menggunakan gagasan mereka melalui olah tubuh. B. Kreativitas Anak Usia Dini
1. Pengertian Kreativitas Pengertian kreativitas sangat banyak dan mencakup beberapa makna yang banyak jumlahnya serta tidak dicapai suatu kata sepakat. Pengertian ini tercermin dalam hasil dari berbagai proses yang tampak sebagai pengantar menuju kreativitas atau sebagai hasil dari kreativitas itu sendiri. Istilah kreativitas mula-mula diambil dari bahasa Inggris yaitu dari kata dasar de create (transitive verb) yang berarti to course (something new dan to exist, produce something new)-menyebabkan (sesuatu yang baru) dan mengadakan : menghasilkan (sesuatu yang baru). Menurut Solso (dalam bukunya Hurlock) kreativitas adalah aktivitas kognitif yang menghasilkan cara pandang baru terhadap suatu masalah atau situasi. Kreativitas sebagai kemampuan seseorang untuk menghasilkan komposisi, produk, atau gagasan apa saja yang ada pada dasarnya baru, dan sebelumnya tidak dikenal pembuatnya. Kreativitas ini dapat berupa kegiatan imajinatif atau sintesis pemikiran yang hasilnya bukan hanya perangkuman, mungkin mencakup pola-pola baru dan gabungan informasi yang di peroleh dari pengalaman sebelumya serta pencangkokan hubungan lama ke situasi baru dan mungkin mencakup pembentukan korelasi baru. Bentuk-bentuk kreativitas mungkin berupa produk seni, kesusasteraan, produk ilmiah, atau mungkin juga bersifat prosedural atau metodologis.18 Komite penasehat nasional bidang pendidikan kreatif dan pendidikan budaya menggambarkan kreativitas sebagai bentuk kreativitas imajinatif yang mampu menghasilkan sesuatu yang bersifat original (murni / asli) dan memiliki nilai.19 Seorang yang kreatif itu seharusnya banyak mencintai penelaahan, banyak menyibukkan diri dan berbagai sesuatu dan banyak membaca. Bisa jadi bakat itu dimulai dari buaian 18
Hurlock, E. B., Psikologi perkembangan (Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan), edisi kelima. ( Jakarta: Penerbit Erlangga, 1980). Hlm. 27. 19 Anna Craft, Membangun Kreativitas Anak, Cet. Ke 1 ( Depok: Insani Press, 2003), hlm. 1.
sebagai hasil dari kekhususan itu sendiri. Akan tetapi, jika tidak memberdayakan kemampuan berkreasi, maka bakat itu jadi mati. Kreativitas
merupakan
suatu
bidang
kajian
yang
kompleks,
yang
menimbulkan berbagai perbedaan pandangan. Perbedaan definisi kreativitas yang dikemukakan oleh banyak ahli merupakan definisi yang saling melengkapi. Sudut pandang para ahli terhadap kreativitas menjadi dasar perbedaan dari definisi kreativitas. Definisi kreativitas tergantung pada segi penekanannya. Jadi yang dimaksud kreativitas adalah proses atau aktifitas yang dihasilkan seseorang dan menghasilkan penemuan sesuatu yang baru. Kreativitas anak yang dimaksudkan adalah segala proses yang didahului oleh anak dalam rangka melakukan, mempelajari dan menemukan sesuatu yang baru yang berguna bagi kehidupan dirinya dan orang lain. 2. Ciri – ciri kreativitas Setiap anak mempunyai kreativitas yang berbeda–beda, kreativitas alamiah anak pra sekolah perlu dipupuk sejak dini. Untuk mengetahui seberapa jauh kreativitas anak kita, maka kita sebagai guru pendidik (guru/orang tua) wajib mengetahui ciri – ciri kreativitas anak agar kita dapat mengarahkan anak sesuai dengan kreativitas yang disenangi anak tersebut. Dalam bukunya Joan Freeman dan Utami Munadar menjelaskan bahwa diantara ciri perilaku yang mencerminkan kreativitas alamiah anak usia pra sekolah menjadi nyata, seperti : a. Senang menjajaki lingkungannya b. Mengamati dan memegang segala sesuatu, seakan – akan haus akan pengalaman c. Rasa ingin tahu mereka besar
d. Anak usia pra sekolah bersifat spontan dan cenderung menyatakan pikirannya dan perasaannya sebagaimana adanya e. Anak usia pra sekolah selalu ingin mendapatkan pengalaman – pengalaman baru f. Mereka senang melakukan eksperimen g. Biasanya anak usia pra sekolah mempunyai daya imajinasi tinggi 20. Ciri lain dari kreativitas anak dapat dilihat dari keaslian (originalitas)21. Originalitas yaitu mampu menciptakan sesuatu yang baru yang belum pernah ada sebelumnya yang ide tersebut datangnya dari pemikiran sendiri. Di sisi lain anak–anak yang kreatif mempunyai kepribadian yang berbeda dengan anak– anak yang kurang kreatif. Munadar menyatakan bahwa dalam suatu penelitian yang telah dilakukan di Indonesia terhadap sejumlah ahli psikologi dalam rangka mengetahui ciri–ciri manakah menurut pendapat mereka, mereka paling mencerminkan kepribadian kreatif, diperoleh urutan ciri–ciri sebagai berikut : 1. Mempunyai daya imajinasi yang kuat 2. Mempunyai inisiatif 3. Mempunyai minat yang luas 4. Bebas dalam berfikir (tidak kaku atau terlambat) 5. Bersifat ingin tahu 6. Selalu ingin mendapatkan pengalaman – pengalama baru 7. Percaya pada diri sendiri 8. Penuh semangat (energetic) 9. Berani mengambil resiko (tidak takut membuat kesalahan).22
20
Joan Freeman dan Utami Munandar, Cerdas dan Cemerlang : Kiat Menemukan dan Mengembangkan Bakat Anak 0-5 Tahun, Cet. Ke-2 (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1996 ), hlm. 248-249. 21 Amal Abdussalam Al Khalili, Op.Cit., hlm. 29. 22 Alex Sobur, Psikologi Umum Dalam Lintasan Sejarah, Cet. Ke- II ( Bandung: Pustaka Setia, 2003 ), hlm. 161.
Dalam psikologi, menurut Supriyadi sebagaimana di kutip oleh Agus Efendi mengatakan bahwa Salah satu aspek kreativitas juga adalah kepribadian (personality). Selanjutnya Supriyadi mengatakan bahwa ciri – ciri kreativitas ini dapat dibedakan ke dalam ciri kognitif dan ciri non kognitif, fleksibilitas, kelancaran, dan elaborasi. Keadaan ciri non kognitif termasuk motivasi,sikap dan kepribadian kreatif. Ciri-ciri non kognitif sama pentingnya dengan ciri-ciri kognitif, karena tanpa ditunjukkan oleh kepribadian yang sesuai, kreativitas seseorang tidak dapat berkembang secara wajar. 23 Dari beberapa pendapat ahli tentang ciri–ciri kreativitas, maka penulis cenderung ke pendapat yang dikemukakan oleh Utami Munandar karena menurut penulis bahwa setiap anak yang kreatif pasti mempunyai ciri–ciri yang berbeda. 3. Komponen Pokok Kreativitas Nursisto mengatakan bahwa terdapat beberapa komponen pokok dalam kreativitas yang dapat di jelaskan sebagai berikut: a. Aktifitas berpikir, kreativitas selalu melibatkan proses berpikir di dalam diri seorang. Aktifitas ini merupakan suatu proses mental yang tidak tampak oleh orang lain, dan hanya di rasakan oleh orang yang bersangkutan . aktifitas ini bersifat komplek, karena melibatkan sejumlah kemampuan kognitif seperti persepsi, atensi, ingatan, imajeri, penalaran, imajinasi, pengambilan keputusan, dan pemecahan masalah. b. Menemukan
atau
menciptakan
sesuatu
yang
mencakup
kemampuan
menghubungkan dua gagasan atau lebih yang semula tampaktidak berhubungan, kemampuan mengubah pandangan yang ada dan menggantikannya dengan cara pandang lain yang baru, dan kemampuan menciptakan sesuatu kombinasi baru berdasarkan konsep-konsep yang telah ada dalam pikiran . aktivitas menemukan 23
Agus Efendi, Revolusi Kecerdasan Abad 21 : Kritik MI Ei, SQ, AQ dan Successful Intelligence atas IQ, Cet. Ke-1 (Bandung: Alfabeta, 2005 ), hlm. 267.
sesuatu berarti melibatkan proses imajinasi yaitu kemampuan memanipulasi sejumlah objek atau situasi di dalam pikiran sebelum sesuatu yang baru di harapkan muncul. c. Sifat baru atau orisinal. Umumnya kreativitas di lihat dari adanya suatu produk baru. Produk ini biasanya akan di anggap sebagai karya kreativitas bila belum pernah di ciptakan sebelumnya, bersifat luar biasa, dan dapat di nikmati oleh masyarakat. d. Produk yang berguna atau bernilai, suatu karya yang di hasilkan dari proses kreatif harus memiliki kegunaan tertentu, seperti lebih enak, lebih mudah di pakai, mempermudah, memperlancar, mendorong, mendidik, memecahkan masalah, mengurangi hambatan, dan mendatangkan hasil lebih baik atau lebih banyak.24 4. Cara mengembangkan kreativitas anak Kelompok
bermain
merupakan
lembaga
pendidikan
formal
yang
implementasinya lebih menekan pada prinsip bermain sambil belajar atau belajar sambil bermain dan bermain adalah bekerja bagi anak. Bermain merupakan sarana yang efektif dalam upaya pengembanga kreativitas anak usia dini sarana motorik, social dan kognitif. Pengembangan kreativitas tersebut perlu diupayakan dalam kehidupan anak, baik di rumah oleh orang tua maupun lingkungan kelompok bermain. Pengembangan kreativitas anak usia dini dapat diupayakan melalui permainan yang dirancang oleh guru kelompok bermainkarena degan permainan anak dapat mengembangkan serta menyalurkan semua potensinya, sehingga mereka lebih kreatif.
24
Nursisto, Kiat Menggali Kreativitas, (Yogyakarta, Mitra Gama Media : Yogyakarta, 1999), hlm. 1999
Melalui kegiatan bermain yang dilakukan anak, guru akan mendapatkan gambaran tentang tahap perkembangan dari kemampuan umum si anak. Kreativitas anak dapat dikembangan dengan cara-cara sebagai berikut: a.
Dengan bermain Bermain adalah awal dari perkembangan kreativitas, karena dalam kegiatan yang menyenangkan itu, anak dapat mengungkapkan gagasan-gagasan secara bebas dalam hubungan dengan lingkungannya. Oleh karena itu kegiatan tersebut dapat dijadikan dasar dalam mengembangkan kreativitas anak.
b. Melatih kemampuan otak kanan Yaitu dengan cara mengajak anak-anak bernyanyi, berpuisi, menggambar, dan berbagai macam kegiatan kreatif lainnya, agar kemampuan otak kanan dapat bekerja dengan lebih optimal. Di sekolah, biasanya anak-anak akan lebih cenderung menggunakan otak kiri, dan bila kemampuan otak kanan dan kiri bisa bekerja dengan baik dan seimbang,
maka anak-anak
tidak hanya akan berpeluang
mendapatkan prestasi di bidang akademis saja, melainkan bisa meraih prestasiprestasi di bidang yang lain, misalnya kesenian. c.
Berkreasi setiap hari Kita bisa mengajarkan anak untuk membuat sesuatu yang kreatif, misalnya dengan menggambar, melipat kertas, bermain game, bermain permainanpermaian edukatif, bernyanyi, bercerita, dan masih banyak lagi.
d. Beri anak pengalaman baru Berikanlah waktu khusus untuk anak dengan mengajaknya ke tempat-tempat yang belum pernah dikunjunginya seperti museum, kebun binatang dan taman rekreasi. Hal-hal baru ini dapat meningkatkan atau merangsang imajinasi anak sehingga krativitas anak semakin meningkat.
e. Meningkatkan perbendaharaan kata pada anak Semakin tinggi perbedaharaan kata anak, maka seorang anak akan menjadi lebih mudah dalam memahami seseuatu. Misalnya dengan kegiatan membaca, mendongeng, bercerita pengalaman, tanya jawab, bernyanyi, dsb. f.
Melatih kemampuan mendengar anak Misalnya, dengan menggunakan Tape dan Laoudspeaker. Alat-alat tersebut bisa digunakan untuk melatih kemampuan mendengar anak-anak dalam belajar bahasa Inggris. Agar indera pendengaran bisa terlatih dengan baik, lebih baik kita sering-sering mengajak anak untuk mendengarkan lagu atau cerita, lalu menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan lagu atau cerita tersebut , misalnya dengan cara tebak-tebakan.25
5. Peran Guru dalam Mengembangkan Kreativitas anak Guru memegang peranan yang sangat penting dalam proses belajar mengajar. Dipundaknya terpikul tanggung jawab utama keefektifan seluruh usaha kependidikan. Dengan berkembangnya dunia pendidikan tidak terlepas dengan adanya media sebagai alat bantu dalam penyampaian materi, namun keberadaannya tetap tidak dapat menggantikan sepenuhnya kedudukan seorang guru. Ekspresif, Penuh Penghayatan, Untuk membantu anaktetap memiliki dan mengembangkan potensi kreatifnya, di butuhkan seorang guru yang memiliki karakteristik sebagai berikut: a. Kreatif dan Menyukai Tantangan b. Menghargai Karya Anak c. Menerima Anak Apa Adanya d. Motivator 25
PG-PAUD 2B UNS 2011.”Tips Mengembangkan Kreativitas Anak Usia Dini”.http://b11pauduns.blogspot.com/2012/06/tips-mengembangkan-kreativitas-anak.html. (Minggu, 17 Juni 2012). Di Akses, 07 September 2014, Jam 14.00.
e. dan Peka pada Perasaan f. Pecinta Seni dan Keindahan g. Memiliki Kecintaan yang Tulus Terhadap Anak h. Memiliki Ketertarikan Terhadap Perkembangan Anak i.
Bersedia Mengembangkan Potensi yang Dimiliki Anak
j.
Hangat dalam Bersikap
k. Memberikan Kesempatan pada Anak untuk Menjelajahi Lingkungan l.
26
Bersedia Bermain Dengan Anak26
Kustanti, Op. Cit., hlm. 45-48