BAB II PENDEKATAN TEORETIS
2.1 Tinjauan Pustaka Berikut akan diuraikan beberapa konsep dan pengertian yang berkaitan dengan kajian kepuasan pada media radio. Beberapa di antaranya adalah radio sebagai media massa, model uses and gratification, kepuasan yang diinginkan (gratification sought) dan kepuasan yang diperoleh (gratification obtained), motif penggunaan media dan konsep audience (khalayak pendengar).
2.1.1 Radio Sebagai Media Massa Radio adalah salah satu bentuk dari media massa elektronik selain televisi. Maka dari itu radio juga memiliki ciri-ciri media massa. Ciri khas radio adalah tidak menuntut pendengarnya untuk memiliki kemampuan membaca dan melihat, namun hanya diperlukan kemampuan mendengar. Beberapa ciri khas atau kelebihan radio antara lain (Effendy 2002): a. Radio siaran bersifat langsung. Untuk mencapai sasaran pendengarnya, dapat dilakukan tanpa mengalami proses yang rumit. Radio tidak memerlukan waktu yang lama untuk penyebarannya. Selain itu, penyampaian pesan lewat radio lebih efektif, efisien dan langsung dapat disampaikan. b. Radio siaran tidak mengenal jarak dan rintangan. Bagi radio tidak ada masalah dengan jarak dan waktu. Sebuah pesan yang disampaikan oleh seorang penyiar, pada saat itu juga dapat diterima oleh khalayak. Bagi radio juga tidak ada masalah dengan jarak ruang. Radio mampu mencapai seberapa jauh sasaran yang dituju. c. Radio siaran memiliki daya tarik. Radio memiliki daya tarik pada kata-kata lisan (spoken words), musik (music), serta efek suara (sound effect) yang menjadikan suatu acara yang disajikan radio
6
menjadi hidup. Bila media lain membutuhkan waktu khusus untuk bisa dinikmati, mendengarkan radio dapat dinikmati sambil melakukan hal-hal lainnya. Radio merupakan media yang sangat fleksibel di mana pendengar radio tidak harus berada di depan pesawat radionya. Sementara itu Alwi Dahlan seorang pakar komunikasi Indonesia yang dikutip Kasali (2007) menyebutkan bahwa kebudayaan radio telah mengakar pada masyarakat luas. Masyarakat bawah pun telah terbiasa ditemani radio pada setiap kesempatan, seperti waktu bertani dan menangkap ikan. Potensi masyarakat pendengar radio dewasa ini lebih besar lagi karena sekarang siaran atau stasiun radio berpangkal pada lokasi setempat. Dengan demikian, radio dapat mengacu pada keadaan sosial budaya dan perkembangan masyarakat yang bersangkutan.
2.1.2 Model Uses and Gratifications Herbert Blumler dan Elihu Katz adalah orang pertama yang mengenalkan teori ini. Teori uses and gratifications ini dikenalkan pada tahun 1974 dalam bukunya The Uses of Mass Communication: Current Perspectives on Gratification Research. Teori uses and gratifications milik Blumler dan Katz ini mengatakan bahwa pengguna media memainkan peran aktif untuk memilih dan menggunakan media tersebut. Dengan kata lain, pengguna media itu adalah pihak yang aktif dalam proses komunikasi. Pengguna media berusaha untuk mencari sumber media yang paling baik di dalam usaha memenuhi kebutuhannya. Artinya, teori uses and gratifications mengasumsikan bahwa pengguna mempunyai pilihan alternatif untuk memuaskan kebutuhannya. Model uses and gratifications berangkat dari pandangan bahwa komunikasi (khususnya media massa) tidak mempunyai kekuatan mempengaruhi khalayak. Inti teori uses and gratifications adalah khalayak pada dasarnya menggunakan media massa berdasarkan motif-motif tertentu. Media dianggap berusaha memenuhi motif khalayak. Jika motif ini terpenuhi maka kebutuhan khalayak akan terpenuhi. Pada
7
akhirnya, media yang mampu memenuhi kebutuhan khalayak disebut media yang efektif (Kriyantono 2008). Model ini tidak tertarik pada apa yang dilakukan media pada diri orang (what media do to people), tetapi ia tertarik pada apa yang dilakukan orang terhadap media (what people do to media). Anggota khalayak dianggap secara aktif menggunakan media untuk memenuhi kebutuhannya. Pendekatan ini mengasumsikan bahwa komunikasi massa berguna (utility); bahwa konsumsi media diarahkan oleh motif (intentionality); bahwa perilaku media mencerminkan kepentingan dan preferensi (selectivity); dan bahwa khalayak sebenarnya keras kepala (stubborn) karena penggunaan media adalah salah satu cara untuk memperoleh pemenuhan kebutuhan, maka efek media sekarang didefinisikan sebagai situasi ketika pemuasan kebutuhan tercapai (Rakhmat 2002). Adapun asumsi-asumsi dasar dalam pendekatan uses and gratifications menurut Katz, Blumler dan Gurevitch (Morissan 2010) adalah: 1. Khalayak dianggap aktif: artinya sebagian penting dari penggunaan media massa diasumsikan mempunyai tujuan. 2. Dalam proses komunikasi massa banyak inisiatif untuk mengaitkan pemuasan kebutuhan dengan pemilihan media terletak pada anggota khalayak. 3. Media massa harus bersaing dengan sumber-sumber lain untuk memuaskan kebutuhannya. Kebutuhan yang dipenuhi media hanyalah bagian dari rentangan kebutuhan manusia yang lebih luas. Bagaimana kebutuhan ini terpenuhi melalui konsumsi media amat bergantung pada perilaku khalayak yang bersangkutan. 4. Banyak tujuan pemilihan media massa disimpulkan dari data yang diberikan anggota khalayak; artinya orang dianggap cukup mengerti untuk melaporkan kepentingan dan motif pada situasi-situasi tertentu. 5. Penilaian tentang arti kultural dari media massa harus ditangguhkan sebelum diteliti lebih dahulu orientasi khalayak.
8
Untuk lebih jelasnya teori uses and gratifications divisualisasikan melalui gambar di bawah ini (Rakhmat 2002).
Anteseden Variabel individual Variabel lingkungan
Motif
Penggunaan media
Kognitif Diversi Personal identity
Hubungan Macam isi Hubungan dengan isi
Efek Kepuasan Pengetahuan Dependensi
Gambar 1 Model Uses and Gratifications
Penjelasan struktur model tersebut adalah sebagai berikut. 1. Variabel anteseden terbagi atas dua dimensi yaitu: a. Individual. Dimensi ini menyajikan informasi perihal data demografis seperti usia, jenis kelamin dan faktor-faktor psikologis komunikan. b. Lingkungan. Dimensi ini terdiri atas data mengenai organisasi, sistem sosial dan struktur sosial. 2. Variabel motif terbagi atas tiga dimensi yaitu: a. Kognitif. Dimensi ini menyajikan informasi perihal data kebutuhan akan informasi dan surveillance atau eksplorasi realitas. b. Diversi. Dimensi ini menyajikan informasi perihal data kebutuhan akan pelepasan dari tekanan dan kebutuhan akan hiburan. c. Personal identity. Dimensi ini menyajikan perihal data tentang bagaimana penggunaan isi media untuk memperkuat atau menonjolkan sesuatu yang penting dalam kehidupan atau situasi khalayak sendiri. 3. Variabel penggunaan media terbagi atas tiga dimensi yakni: a. Hubungan. Dimensi ini menyajikan perihal hubungan antara individu konsumen media dengan isi media yang dikonsumsi atau dengan media secara keseluruhan b. Jenis isi media. Dimensi ini menyajikan jenis media yang dipergunakan.
9
c. Jumlah waktu. Dimensi ini menyajikan jumlah waktu yang digunakan dalam menggunakan media. 4. Variabel efek terbagi menjadi tiga dimensi yaitu: a. Kepuasan. Dimensi ini menyajikan informasi perihal evaluasi kemampuan media untuk memberikan kepuasan. b. Pengetahuan. Dimensi ini menyajikan perihal persoalan tertentu. c. Dependensi media. Dimensi ini menyajikan informasi perihal ketergantungan
responden
pada
media
dan
isi
media
untuk
kebutuhannya.
2.1.3 Gratification Sought dan Gratification Obtained Salah satu macam riset uses and gratifications yang saat ini berkembang adalah yang dibuat Philip Palmgreen dari Kentucky University. Kebanyakan riset uses and gratifications memfokuskan pada motif sebagai variabel independen yang mempengaruhi penggunaan media. Palmgreen kendati juga menggunakan dasar yang sama yaitu orang menggunakan media didorong oleh motif-motif tertentu, namun konsep yang diteliti oleh Palmgreen ini tidak berhenti di situ, dengan menanyakan apakah motif-motif khalayak itu telah dapat dipenuhi oleh media. Dengan kata lain, apakah khalayak puas setelah menggunakan media. Konsep mengukur kepuasan ini disebut gratification sought dan gratification obtained. Penggunaan konsep-konsep baru ini memunculkan teori yang merupakan varian dari teori uses and gratifications, yaitu teori expectancy values (nilai pengharapan) (Kriyantono 2008). Gratification sought adalah kepuasan yang dicari atau diinginkan individu ketika mengkonsumsi suatu jenis media tertentu (radio, tv atau koran). Gratification sought adalah motif yang mendorong seseorang mengkonsumsi media. Sedangkan gratification obtained adalah kepuasan yang nyata yang diperoleh seseorang setelah mengkonsumsi suatu jenis media tertentu (Palmgreen dikutip Kriyantono 2008). Operasionalisasinya adalah dengan membandingkan kedua konsep gratification sought dan gratification obtained, sehingga dapat diketahui kesenjangan kepuasan
10
(gratifications discrepancy) dengan melihat perbedaan perolehan kepuasan yang terjadi antara skor gratification sought dan gratification obtained dalam mengonsumsi media tertentu (Kriyantono 2008).
Beliefs Gratifications Sought
Media Consumption
Evaluations
Perceived Gratifications Obtained
Gambar 2 Model Expectancy-Values
Dalam hal menyangkut gratification sought dianggap tidak ada perbedaan antara bentuk dan jenis media massa yang satu dengan yang lainnya. Gratification sought lebih banyak dipengaruhi oleh harapan-harapan audience yang diabstraksikan dari pengalamannya dengan berbagai bentuk dan jenis media massa. Sedangkan gratification obtained adalah preferensi materi favorit yang disajikan media massa tertentu dianggap tidak memiliki perbedaan bagi individu yang satu dengan yang lainnya. Levy dan Windahl dikutip Kardiman (1993) dalam studinya menyatakan bahwa gratification sought merupakan harapan pemuasan kebutuhan pendengar dari terpaan media yang diubah menjadi keterlibatan aktif pada saat terpaan media dengan tujuan untuk mencapai tingkat kepuasan tertentu. Selanjutnya ditemukan juga ada hubungan signifikan antara aktivitas dengan motif penggunaan media. Terutama yang menonjol adalah motif news watching berkorelasi dengan tingkat aktivitas khalayak. Ada hubungan positif antara pre-activity dengan tindakan post-activity.
2.1.4 Motif Penggunaan Media Pada penelitian ini, peneliti menggunakan operasionalisasi McQuail, Blumler dan Brown yang menggunakan kategori-kategori berikut (Severin dan Tankard 2005):
11
1. Informasi (surveillance) yaitu informasi mengenai hal-hal yang mungkin mempengaruhi seseorang atau akan membantu seseorang melakukan sesuatu meliputi: a. Mencari berita tentang peristiwa dan kondisi yang berkaitan dengan lingkungan terdekat, masyarakat dan dunia. b. Mencari bimbingan menyangkut berbagai masalah praktis, pendapat dan hal-hal lain yang berkaitan dengan penentuan pilihan. c. Memuaskan rasa ingin tahu dan minat umum. d. Mencari tambahan pengetahuan. e. Belajar, pendidikan diri sendiri. 2. Identitas pribadi (personal identity) yaitu penguatan nilai atau penambah keyakinan; pemahaman diri; eksplorasi realitas; dan sebagainya meliputi: a. Menemukan penunjang nilai-nilai pribadi. b. Menemukan dan meniru perilaku yang berkaitan dengan tindakan atau mode tertentu. c. Mengidentifikasikan diri dengan nilai-nilai dalam media untuk memuaskan egonya dengan menambah peranan yang memuaskan konsep dirinya. d. Meningkatkan pemahaman tentang diri sendiri. 3. Hubungan personal (personal relationship) yaitu manfaat sosial informasi dalam percakapan; pengganti media untuk kepentingan perkawanan, meliputi: a. Memperoleh pengetahuan tentang keadaan orang lain dan meningkatkan empati sosial. b. Mengidentifikasikan diri dengan orang lain dan meningkatkan rasa memiliki. c. Menemukan bahan pembicaraan dan interaksi sosial. d. Memungkinkan seseorang untuk dapat menghubungi sanak keluarga, teman dan masyarakat.
12
4. Pengalihan (diversion) yaitu pelarian dari rutinitas dan masalah; pelepasan emosi, meliputi: a. Melepaskan diri atau terpisah dari permasalahan yang secara psikologi individu membutuhkan penyelesaian. b. Bersantai. c. Mengisi waktu luang. d. Penyaluran emosi. Selanjutnya, motif-motif ini akan mengarahkan perilaku individu dalam mengkonsumsi media dan akan mempengaruhi terpaan selektif individu terhadap jenis isi media. Antara individu yang satu dengan yang lain akan mengkonsumsi media dengan cara yang berbeda dengan tujuan yang berbeda-beda pula.
2.1.5 Audience (Khalayak Pendengar) Dalam komunikasi massa pihak penerima pesan dinamakan audience. Cangara (2003) menjelaskan bahwa khalayak sasaran biasa disebut dengan istilah penerima, sasaran, pembaca, pendengar, pemirsa, audience, decoder, atau komunikan. Khalayak adalah salah satu aktor dalam proses komunikasi. Khalayak pada bidang komunikasi dapat berupa individu, kelompok dan masyarakat. Pada radio siaran, khalayak sasaran adalah individu yang berada dalam jangkauan gelombang radio komunitas dan mendengarkan siaran radio komunitas (Hakim 2010). Lebih lanjut Morrisan (2008) mengatakan bahwa tujuan utama para pendengar adalah untuk menyaksikan atau mendengarkan isi program yang dapat memuaskan kebutuhan mereka pada waktu tertentu. Pendengar adalah orang-orang yang menginginkan diri mereka terekspos oleh informasi atau hiburan yang ditawarkan media penyiaran. Dalam hal ini pendengar melakukan suatu proses yang disebut selection exposure, artinya pendengar secara aktif memilih mau atau tidak mengekspos dirinya terhadap informasi tersebut. Konsep mengenai audience menurut McQuail (1987) dikutip Sisca (2009) adalah sebagai berikut:
13
a. Audience sebagai kumpulan. Fokusnya pada jumlah total orang yang dapat dijangkau oleh satuan isi media tertentu dan jumlah orang dalam karakteristik demografi tertentu yang penting bagi pengirim. b. Audience sebagai massa. Pandangan tentang audience ini menekankan ukurannya yang besar, heterogenitas, penyebaran dan anonimitas lemahnya organisasi sosial dan komposisinya yang berubah dengan cepat dan tidak konsisten. Massa tidak memiliki keberadaan (eksistensi) yang berlanjut kecuali dalam pikiran mereka yang ini memperoleh perhatian dari dan memanipulasi orang-orang sebanyak mungkin. c. Audience sebagai publik atau kelompok sosial. Unsur penting dalam versi audience ini adalah praeksistensi dari kelompok sosial yang aktif, interaktif, dan sebagian besar otonom yang dilayani oleh media tertentu, tetapi keberadaannya tidak bergantung pada media.
Masduki (2004) mengklasifikasikan empat jenis pendengar radio menurut skala partisipasi yaitu: 1. Pendengar spontan Merupakan
pendengar
yang
bersifat
kebetulan,
tidak
berencana
mendengarkan siaran radio atau acara tertentu dan perhatiannya mudah beralih ke aktivitas lain. 2. Pendengar pasif Merupakan pendengar yang suka mendengarkan radio siaran untuk mengisi waktu luang, menghibur diri dan menjadikan radio sebagai teman biasa. 3. Pendengar selektif Merupakan pendengar yang mendengar siaran radio pada jam atau acara tertentu dan menyediakan waktu khusus untuk mendengarkannya.
14
4. Pendengar aktif Merupakan pendengar yang secara regular tak terbatas mendengarkan siaran radio dan aktif berinteraksi melalui telepon. Radio menjadi sahabat utama, tidak hanya pada waktu luang.
2.2 Penelitian Terdahulu yang Relevan Berikut ini akan dipaparkan beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan kajian siaran pedesaan dan kepuasan pada media, baik media elektronik dan nonelektronik. Penelitian-penelitian tersebut disarikan dari skripsi, tesis, maupun laporan penelitian yang lain. Penelitian yang pertama adalah penelitian mengenai Hubungan Karakteristik, Persepsi, dan Terpaan Media Komunitas dengan Kepuasan Pendengar Radio Komunitas: Kasus Radio Komunitas Suara Kencana di Kelurahan Kencana, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat yang dilakukan oleh Andi Fuad Hakim pada tahun 2010. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis mengenai: (1) radio komunitas Suara Kencana, (2) hubungan antara karakteristik dan persepsi dengan terpaan media radio komunitas Suara Kencana, dan (3) hubungan antara karakteristik, persepsi, dan terpaan media komunitas dengan kepuasan terhadap penyelenggaraannya. Penelitian tersebut menggunakan metode survey. Unit analisisnya adalah individu di RW 06 Kelurahan Kencana, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor. Responden terdiri atas 30 orang yang ditentukan dengan teknik pengambilan sampel secara insidental. Hasil penelitian Hakim (2010) tersebut menunjukkan radio komunitas Suara Kencana termasuk dalam tipologi community based (radio berbasis komunitas) yaitu radio yang didirikan oleh komunitas yang menempati wilayah geografis tertentu. Radio komunitas Suara Kencana membatasi siarannya hanya dalam lingkup Kelurahan Kencana. Pendengar radio komunitas Suara Kencana didominasi oleh pendengar golongan umur 16-26 tahun dan termasuk pada golongan pendengar selektif dan pendengar aktif.
15
Hasil penelitian lainnya menyebutkan jenis kelamin dan usia pendengar tidak berhubungan nyata dengan terpaan media dan kepuasan terhadap penyelenggaraan radio komunitas. Faktor yang berhubungan sangat nyata dengan terpaan media komunitas antara lain kepemilikan media, persepsi responden terhadap program siaran radio komunitas Suara Kencana, dan kepuasan terhadap penyelenggaraan radio komunitas Suara Kencana. Pada kajian kepuasan beberapa teori yang digunakan di antaranya tentang definisi kepuasan yakni merupakan suatu perasaan senang dan kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan persepsi terhadap pelaksanaan dengan harapannya (Kotler 2005 dikutip Hakim 2010). Jika kinerja di bawah harapan, maka pelanggan tidak puas. Jika kinerja melebihi harapan, pelanggan amat puas dan senang. Dalam konteks siaran radio, kepuasan dan ketidakpuasan dapat diartikan sebagai bentuk penilaian pendengar terhadap isi siaran radio terkait harapan-harapan dari khalayak dalam mendengarkan siaran radio dengan pelaksanaan siaran radio. Ketika motif pendengar dapat terpenuhi maka akan tercipta kepuasan terhadap isi siaran radio. Namun ketika motif mendengarkan ini tidak terpenuhi maka ketidakpuasan yang akan tercipta. Penelitian Hakim (2010) tersebut melihat tingkat kepuasan pendengar dengan melakukan pengukuran terhadap tingkat pemenuhan kebutuhan pada khalayak terhadap informasi, pendidikan, dan hiburan. Kemudian dilakukan pengujian hubungan pada tingkat kepuasan terhadap karakteristik pendengar, terpaan media komunitas dan persepsi pendengar. Penelitian kedua yang relevan dengan kajian kepuasan adalah penelitian yang dilakukan oleh Asmar (2009) berjudul Motivasi, Pola, dan Kepuasan Menonton Televisi Lokal Serta Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk mengidentifikasi motivasi, pola, dan kepuasan menonton televisi lokal. Penelitian tersebut menggunakan metode survei dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner berupa pernyataan-pernyataan tentang motivasi dan kepuasan
16
responden yang diukur menggunakan skala. Skor-skor tersebut dijumlahkan untuk mendapatkan total skor untuk masing-masing motivasi dan kepuasan. Hasil penelitian Asmar (2009) dapat dilihat bahwa mayoritas responden memiliki motivasi yang tinggi baik itu pada motivasi informasi, motivasi identitas pribadi, motivasi integrasi dan interaksi sosial, dan motivasi hiburan. Motivasi paling tinggi yang dimiliki responden adalah motivasi hiburan. Responden yang memiliki motivasi tinggi di setiap jenis motivasi merasa terpuaskan dengan acara yang mereka tonton di televisi lokal. Artinya semakin tinggi motivasi, semakin tinggi pula kepuasan yang dirasakan oleh responden dalam menonton televisi lokal. Hal ini dipengaruhi dari program acara yang ditayangkan oleh pihak Riau Televisi. Program acara yang bertemakan budaya lokal, informasi daerah, nilai-nilai lokal banyak menarik minat responden untuk menonton televisi lokal di tengah beragamnya acara yang ditawarkan televisi nasional. Program acara yang bernuansa daerah menjadi daya tarik dan nilai tambah tersendiri dari responden. Penelitian berikutnya yang relevan dengan kajian kepuasan di media adalah penelitian Nababan (2010) mengenai Acara Talkshow Dokter Pintar di Radio Suara Medan FM Terhadap Kepuasan Khalayak. Penelitian tersebut menggunakan metode korelasional, yaitu metode yang berusaha untuk meneliti sejauhmana variasi pada suatu variabel berhubungan dengan variasi pada variabel-variabel lain. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 100 orang dengan menggunakan total sampling maka seluruh populasi digunakan sebagai responden. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa acara talkshow Dokter Pintar mempengaruhi kepuasan khalayak pendengar radio Suara Medan. Variabel kepuasan khalayak tersebut di antaranya terdapat komponen mendapatkan pengetahuan tentang kesehatan, mendapatkan informasi tentang permasalahan kesehatan dan dapat memahami permasalahan kesehatan. Penelitian berikutnya yang pernah dilakukan Sisca (2009) mengenai Motif dan Kepuasan Pendengar Radio Bahtera Yudha dalam Mendengarkan Program Siaran “Pelangi”. Penelitian tersebut menggunakan teknik analisis deskriptif dengan metode survei. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa motif yang mendasari pendengar
17
mendengarkan program siaran Pelangi adalah motif diversi (motif akan pelepasan dari ketegangan dan kebutuhan akan hiburan). Kepuasan yang diterima responden adalah kepuasan informasi. Sedangkan pada kesenjangan kepuasan yang terjadi antara gratification sought dan gratification obtained disimpulkan bahwa program siaran Pelangi radio Bahtera Yudha memuaskan responden. Penelitian yang lain adalah mengenai Kepuasan Pembaca Terhadap Rubrik DBL Pada Harian Jawa Pos yang dilakukan oleh Kanti Wahyuning Tias pada tahun 2010. Tujuan penelitian tersebut adalah untuk mengetahui kesenjangan antara kepuasan yang diinginkan (gratification sought) dengan kepuasan yang diperoleh (gratification obtained) dari motif informasi, identitas pribadi, integrasi dan interaksi sosial dan hiburan pada pembaca di wilayah Surabaya ketika membaca rubrik DBL pada harian Jawa Pos. Penelitian tersebut menggunakan pendekatan uses and gratification di mana khalayak pada dasarnya menggunakan media massa berdasarkan motif-motif tertentu. Ada empat motif menggunakan media massa yang digunakan McQuail yaitu motif informasi, motif identitas pribadi, motif integrasi dan interaksi sosial dan motif hiburan. Metode penelitian yang digunakan adalah survei dengan analisis penelitian deskriptif. Metode yang digunakan ini bertujuan menggambarkan kepuasan terhadap penggunaan media Harian Jawa Pos. Kepuasan tersebut kemudian diukur dengan melihat kesenjangan antara kepuasan yang diharapkan (gratification sought) dengan kepuasan yang diperoleh (gratification obtained) setelah membaca Harian Jawa Pos. Hasil penelitian Tias (2010) tersebut diperoleh kesimpulan bahwa pada dua motif yaitu pada motif informasi dan motif hiburan, rubrik DBL pada harian Jawa Pos sudah dapat memuaskan pembacanya dengan berita yang disajikan. Sedangkan untuk dua motif yang lainnya, yaitu motif identitas pribadi dan motif integrasi dan interaksi sosial, rubrik DBL pada harian Jawa Pos belum dapat memuaskan pembacanya. Ini semua dapat dilihat dari perbedaan mean sebelum membaca (gratification sought) dengan sesudah membaca (gratification obtained) rubrik DBL pada harian Jawa Pos. Penelitian berikutnya yang mengkaji mengenai kepuasan adalah Susila (2009) dengan judul Kepuasan Pendengar Terhadap Program Siaran M Radio 98,8 FM
18
Surabaya. Penelitian tersebut dilakukan di M Radio 98,8 FM Surabaya karena melihat perkembangan radio tersebut yang sangat baik. M Radio 98,8 FM Surabaya merupakan stasiun radio baru di Surabaya yang didirikan pada tahun 2007 dan satusatunya yang mempunyai format musik Indonesia pop, tanpa penyiar dan berhasil masuk dalam Top 10 Radio di Surabaya dalam waktu satu tahun. Untuk itu penelitian Susila (2009) tersebut bertujuan untuk mengetahui apakah dengan rating yang tinggi tersebut M Radio 98,8 FM Surabaya telah memuaskan pendengarnya di kota Surabaya. Penelitian tersebut menggunakan metode survei. Pengukuran kepuasan dilakuan dengan membandingkan nilai mean antara gratification sought dan gratification obtained. Hasil penelitian menunjukkan bahwa motif pendengar pada hubungan personal terpuaskan. Sementara motif pendengar pada pengawasan, identitas pribadi, dan pengalihan tidak terpuaskan pada program siaran M Radio 98,8 FM Surabaya. Penelitian berikutnya dilakukan oleh Hutapea (2010) dengan judul Perbandingan Gratification Sought dan Gratification Obtained Pendengar Terhadap Program Stasiun Radio (Studi Komparatif tentang Motif dan Kepuasan Pendengar terhadap Program Stasiun Radio Kiss FM dan Prambors Medan di Kalangan Mahasiswa FISIP USU). Penelitian tersebut bertujuan membandingkan kepuasan yang dicari (gratification sought) dan kepuasan yang diperoleh (gratification obtained) pendengar radio Kiss FM dan Prambors FM Medan dengan menggunakan perspektif uses and gratification. Model ini menekankan bahwa khalayak adalah pihak yang aktif terhadap penggunaan media. Khalayak bebas mengkonsumsi media yang disukainya. Hasil penelitian Hutapea (2010) tersebut menyatakan gratification sought Kiss FM sejumlah 3,09 dan gratification obtained yang diperoleh 3,01. Jika GS>GO maka terjadi kesenjangan kepuasan, yang berarti pendengar tidak mendapatkan kepuasan dari stasiun radio Kiss FM. Pada gratification sought Prambors FM sejumlah 2,96 dan gratification obtained yang diperoleh 3,01. Jika GS
19
Penelitan lainnya adalah Kepuasan Pemirsa Surabaya dalam Menonton Tayangan “Termehek-mehek” di Trans TV. Penelitian yang dilakukan oleh Yunita (2009) tersebut melakukan kajian kesenjangan kepuasan dengan cara melihat gratification sought dan gratification obtained. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa ada kesenjangan kepuasan meskipun kesenjangan itu hanya sedikit sehingga dapat disebut tidak signifikan yaitu lebih besar jumlah rata-rata kepuasan yang diperoleh (gratification obtained) dengan kepuasan yang dicari (gratification sought). Lebih lanjut hasil penelitian Yunita (2009) tersebut jika dilihat dari deskripsi perbandingan antara kepuasan yang dicari dan kepuasan yang diperoleh didapatkan bahwa kategori hiburan lebih mendominasi atau lebih banyak. Penelitian berikutnya mengkaji mengenai Perilaku Anggota Kelompencapir terhadap Siaran Pedesaan Bidang Pertanian oleh Radio Republik Indonesia (RRI) Regional Malang (Kasus di Desa Torongrejo, Kecamatan Junrejo, Kota Batu). Penelitian
yang
dilakukan
oleh
Nurdiansya
(2007)
tersebut
bertujuan
mendeskripsikan proses komunikasi pada siaran pedesaan bidang pertanian melalui media radio sampai dengan pemirsa (masyarakat pedesaan), menganalisis perilaku anggota kelompencapir terhadap siaran pedesaan bidang pertanian melalui media radio. Metode penelitian Nurdiansya (2007) tersebut dalam pengumpulan data yakni melalui wawancara dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dan penggunaan skala Likert. Hasil penelitian diketahui bahwa RRI Regional Malang mempunyai potensi kredibilitas yang tinggi dalam membentuk komitmen untuk menyelenggarakan siaran pedesaan melalui media radio dengan optimal. Hal tersebut merupakan modal awal yang dapat dijadikan potensi peran RRI Regional Malang sebagai lembaga legal dalam menyelenggarakan siaran pedesaan melalui media radio terhadap perilaku masyarakat pedesaan. Lebih lanjut Nurdiansya (2007) menjelaskan berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan bahwa sebagai suatu media yang menyebarkan informasi dan komunikasi, radio dalam hal ini RRI Malang memegang
20
peranan yang penting dalam kaitannya dengan penyebaran informasi-informasi baru ke petani. Proses produksi yang terjadi dalam rangka program siaran pedesaan ini sudah berjalan dengan baik tetapi perlu diberikan perbaikan-perbaikan yang mengarah pada sempurnanya program acara. Sehingga para pendengar bisa mendapatkan informasi dalam bidang pertanian dengan lebih baik. Informasi yang mereka dapat bisa dipergunakan untuk meningkatkan produksi pertanian yang berujung pada bertambahnya tingkat kesejahteraan mereka. Oleh karena itu paket acara siaran pedesaan ini harus berlangsung secara berkesinambungan demi tercapainya tujuan bersama. Analisis perilaku anggota kelompencapir terhadap siaran pedesaan bidang pertanian oleh RRI Regional Malang menunjukkan bahwa perilaku anggota kelompencapir terhadap siaran pedesaan dilihat melalui tiga indikator yakni pengetahuan, sikap dan keterampilan memiliki hasil yang rata-rata sudah baik. Penelitian berikutnya yang relevan dengan kajian siaran pedesaan adalah Respon Peternak Domba Terhadap Siaran Pedesaan RRI Programa I Cabang Pratama Bogor, Jawa Barat (Kasus Kelompok Tani “Mina Lestari” di Desa Cinagara, Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Penelitian Haribowo (2004) tersebut bertujuan melihat karakteristik individu peternak di Desa Cinagara, mengetahui daya tarik siaran pedesaan dan mengetahui respon peternak terhadap siaran pedesaan. Hasil penelitian Haribowo (2004) menyatakan daya tarik siaran pedesaan terhadap peternak domba di desa Cinagara dari segi penggunaan bahasa, cara penyajiannya dan penempatan waktu dianggap sudah sesuai sedangkan untuk kesesuaian materi ada sebagian yang sesuai, tapi ada juga yang ragu-ragu tergantung kebutuhan informasi tersebut. Hasil penelitian lainnya adalah mengenai respon peternak terhadap siaran pedesaan yang terbagi atas tiga bagian yaitu perhatian, pengertian dan penerimaan. Penelitian tersebut juga menemukan bahwa perhatian cenderung berkategori rendah dengan intensitas mendengarkan siaran pedesaan 1-4 kali per bulan. Kemampuan peternak dalam memahami dan mengerti materi siaran pedesaan yang diartikan pengertian sangat baik hasilnya. Tahap terakhir dari tingkatan peternak untuk dapat merespon siaran pedesaan secara keseluruhan dengan baik adalah penerimaan, ditunjukkan dengan kategori sedang.
21
Penelitian berikutnya adalah Indriani (1984) mengenai Mekanisme Kerjasama dalam Pengadaan Bahan Siaran Pedesaan RRI Stasiun Regional II Bogor. Tujuan penelitian tersebut adalah untuk melihat dan menganalisis mekanisme kerjasama diantara RRI sebagai pihak penyelenggara siaran, instansi/dinas dan lembaga, PPL dan tokoh masyarakat sebagai pihak pendukung serta kelompok pendengar sebagai sasaran dalam pengadaan bahan siaran pedesaan RRI Stasiun Regional II Bogor. Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus siaran pedesaan di RRI Stasiun Regional II Bogor. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara langsung dengan responden dan penggunaan data sekunder. Data diolah secara tabulasi dan dianalisis secara kualitatif. Parameter yang diukur adalah (1) keikutsertaan instansi/dinas dan lembaga, RRI, PPL dan tokoh masyarakat dalam pengadaan bahan siaran, (2) keikutsertaan kelompok pendengar dalam pengadaan bahan siaran pedesaan dan (3) kesesuaian materi siaran pedesaan dengan kebutuhan kelompok pendengar. Hasil penelitian Indriani (1984) menunjukkan bahwa secara keseluruhan kerjasama yang terjadi selama ini antara pihak penyelenggara, pihak pendukung, dan sasaran siaran pedesaan sudah berjalan dengan baik. Akibat dari hal tersebut adalah materi siaran yang dihasilkan juga dapat memenuhi kebutuhan pasaran. Hal ini dapat dilihat dari materi siaran yang telah disiarkan oleh RRI Stasiun Regional II Bogor sesuai dengan keadaan dan kebutuhan kelompok pendengar yang ada di wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Bogor. Penelitan berikutnya mengenai Aktivitas Khalayak dan Kepuasan yang Diperolehnya Melalui Media TVRI dan RCTI atas Siaran Berita Dalam Negeri. Penelitian tersebut dilakukan oleh Agustinus Kardiman pada tahun 1993. Penelitian ini bertujuan menjelaskan secara deskriptif pola penggunaan media, hubungan aktivitas khalayak dengan gratifikasi/kepuasan yang diperolehnya, serta faktor-faktor gratifikasi/kepuasan yang diperoleh khalayak. Penelitian Kardiman (1993) tersebut menggunakan metode survei. Daftar pertanyaan dikirimkan kepada 350 khalayak sasaran penelitian, yakni pemirsa televisi
22
yang berusia di atas 17 tahun, minimal berpendidikan sekolah lanjutan atas dan bertempat tinggal di DKI Jakarta. Dengan petunjuk petugas lapangan (pembantu peneliti) responden mengisi sendiri (self administered) daftar pertanyaan kemudian dikembalikan kepada petugas. Hasil pengumpulan data di lapangan diolah menggunakan software SPSS PC+. Hasil penelitian Kardiman (1993) menunjukkan bahwa pada preferensi terhadap isi media televisi yang ditonton, sebagian besar (95%) responden menyukai acara berita, terutama berita politik. Umumnya responden tidak merencanakan lebih dulu sebelum menonton televisi. Selama menonton, umumnya responden tidak melakukan aktivitas lain, selain menonton. Hanya sebagian saja dari responden yang memanfaatkan apa yang telah ditontonnya. Pada uji signifikansi korelasi dapat dikemukakan bahwa terdapat kecenderungan bahwa tidak ada hubungan antara variabel aktivitas responden (sebelum, selama, sesudah menonton tv) dengan variabel kepusan yang diperolehnya (gratification obtained) melalui acara berita yang ditontonnya (berita politik, ekonomi, dan lingkungan). Kajian yang relevan berikutnya adalah mengenai Efektivitas Siaran Acara „Siaran Pedesaan‟ di RRI Bandung Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Informasi Pertanian Kelompok Tani Sayur Mayur Dataran Tinggi (Sadati) Desa Cibogo Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat. Penelitian Nugroho (2010) tersebut tipe penelitiannya
adalah
kuantitatif
dengan
metode
penelitian
survei.
Teknik
pengumpulan datannya melalui penyebaran angket, wawancara, studi kepustakaan dan internet searching. Populasi penelitian berjumlah 60 orang anggota kelompok tani sadati. Hasil penelitian disimpulkan bahwa terdapat pengaruh antara intensitas acara, kredibilitas komunikator, dan isi pesan siaran pedesaan di RRI Bandung terhadap pemenuhan kebutuhan informasi pertanian kelompok tani sayur mayor dataran tinggi Desa Cibogo, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat.
23
2.3 Kerangka Pemikiran Radio Republik Indonesia (RRI) Bogor merupakan salah satu Lembaga Penyiaran Publik di kota Bogor. Layaknya media penyiaran publik, RRI Bogor mempunyai peranan dalam penyebarluasan informasi di tingkat lokal yaitu di wilayah jangkauan siarannya yaitu Kabupaten Bogor dan sekitarnya. Keberadaan pendengar menjadi kian penting di mana pendengar memiliki kontribusi aktif dalam merespon programprogram siaran tersebut, di antaranya adalah siaran pedesaan “Desa Kita”. Pada kerangka pemikiran di bawah ini variabel karakteristik pendengar terdiri atas jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, dan pekerjaan. Pada variabel penggunaan media radio terdiri atas frekuensi dan durasi. Pada variabel gratification sought memuat komponen yang sama pada gratification obtained yakni motif-motif surveillance (informasi), personal identity (identitas pribadi), personal relationship (hubungan pribadi) dan diversion (hiburan). Komponen pada variabel tersebut seperti telah dijelaskan pada subbab sebelumnya yakni motif informasi (surveillance) terkait dengan informasi mengenai hal-hal yang mungkin mempengaruhi seseorang atau akan membantu seseorang melakukan sesuatu, komponen motif identitas personal (personal identity) terkait dengan penguatan nilai atau penambah keyakinan dan pemahaman diri, komponen motif hubungan pribadi (personal relationship) terkait dengan manfaat sosial informasi dalam percakapan; pengganti media untuk kepentingan
perkawanan
dan
terakhir
komponen
motif
pengalihan/hiburan
(diversion) yakni terkait dengan pelarian dari rutinitas dan masalah serta pelepasan emosi. Dapat diliihat pada kerangka pemikiran berikut diduga bahwa karakteristik pendengar berhubungan dengan penggunaan media radio, karakteristik pendengar diduga berhubungan dengan kesenjangan kepuasan, dan penggunaan media radio diduga berhubungan dengan kesenjangan kepuasan. Adapun kesenjangan kepuasan (gratification discrepancy) didapatkan dari penghitungan selisih nilai mean komponen variabel gratification sought dan gratification obtained. Hasil dari gratification sought dan gratification obtained diperbandingkan dan kemudian
24
didapat hasilnya mengenai kepuasan pendengar. Teknik operasionalisasinya dijelaskan lebih lanjut pada subbab pengolahan dan analisis data. Penelitian ini mencoba menganalisis kesenjangan kepuasan pendengar pada program siaran “Desa Kita” yang disiarkan Programa I Radio Republik Indonesia (RRI) Bogor.
Kepuasan yang Dicari (Gratification Sought) Karakteristik Pendengar Jenis Kelamin Usia Tingkat Pendidikan Pekerjaan
Surveillance (Informasi) Personal Identity (Identitas Pribadi) Personal Relationship (Hubungan Personal) Diversion (Hiburan)
Kesenjangan Kepuasan (Gratification Discrepancy) Penggunaan Media Radio Frekuensi Durasi
Kepuasan yang Diperoleh (Gratification Obtained) Surveillance (Informasi) Personal Identity (Identitas Pribadi) Personal Relationship (Hubungan Personal) Diversion (Hiburan)
Keterangan: : berhubungan : menghasilkan Gambar 3 Kerangka Pemikiran
2.4 Hipotesis Penelitian Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Diduga terdapat hubungan antara karakteristik pendengar dengan penggunaan media radio. 2. Diduga terdapat hubungan antara karakteristik pendengar dengan kesenjangan kepuasan pendengar.
25
3. Diduga terdapat hubungan antara penggunaan media radio dengan kesenjangan kepuasan pendengar.
2.5 Definisi Operasional Berikut diuraikan rumusan batasan dan operasionalisasi dari masing-masing variabel yang akan digunakan untuk memudahkan dalam menguji hipotesis penelitian. Variabel-variabel yang akan dioperasionalisasikan tersebut adalah: 1. Jenis kelamin adalah pengkategorian responden berdasarkan faktor biologis yang tercatat dalam tanda pengenal. Jenis kelamin dikategorikan menjadi dua yaitu: a. Laki-laki b. Perempuan 2. Usia adalah satuan umur responden dalam tahun yang dihitung sejak lahir sampai penelitian ini dilakukan. Usia dikategorikan menjadi tiga yaitu : a. Muda (≤ 27 tahun) b. Setengah baya (28 – 42 tahun) c. Dewasa (≥ 43 tahun) 3. Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan terakhir dari responden pada saat penelitian dilakukan. Tingkat pendidikan dikategorikan menjadi tiga yaitu: a. Dasar (SD, MI, SLTP dan MTS atau sederajat) b. Menengah (SMA, MA dan SMK atau sederajat) c. Tinggi (Diploma 3, Diploma 4, Strata 1, dan Strata 2 atau sederajat) 4. Pekerjaan adalah penggolongan status kegiatan yang dilakukan responden dalam mendapatkan uang. Pekerjaan dikategorikan menjadi dua yaitu : a. Bekerja (pegawai negeri (PNS), pegawai swasta, wirausaha) b. Tidak bekerja (mahasiswa dan ibu rumah tangga)
26
5. Frekuensi adalah tingkat keseringan responden dalam mendengarkan program siaran “Desa Kita” radio RRI Bogor FM 93,75 MHz selama seminggu terakhir. a. Sering (2 kali dalam seminggu) b. Jarang (1 kali dalam seminggu) 6. Durasi adalah rata-rata total waktu yang dipakai untuk mendengarkan program siaran “Desa Kita” radio RRI Bogor FM 93,75 MHz selama seminggu terakhir. a. Tinggi (40 – 60 menit per siaran per minggu) b. Rendah (≤ 39 menit per siaran per minggu) 7. Kesenjangan kepuasan adalah hasil perhitungan atas selisih masing-masing kategori motif kepuasan yang dicari (gratification sought) dan kepuasan yang diperoleh (gratification obtained) oleh seluruh pendengar yang menjadi responden dalam penelitian ini. Hasil kesenjangan kepuasan dikategorikan menjadi tiga yaitu: a. Sangat Puas (nilai mean GS < GO) b. Puas (nilai mean GS = GO) c. Tidak Puas (nilai mean GS > GO)