BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH
Kendaraan sebagai alat transportasi yang digunakan dalam keseharian suatu saat mungkin mengalami kerusakan, misalnya pada cat, kerusakan itu bisa berupa dempul mengangkat. Pada mobil Mobil Mitsubishi Galant II tahun 1981 bagian samping kanan telah terjadi kerusakan pada cat, yaitu pada dempul terangkat, warna cat mobil pudar/kusam, sehingga perlu dilakukan pengecatan ulang. Sebelum mengerjakaan pengecatan ulang mobil tersebut maka diperlukan pendekatan pemecahan masalah untuk membantu dalam proses pengerjaannya. Pendekatan pemecahan masalah tersebut berupa teori-teori tentang pengecatan ulang sebagai dasar dalam mengerjakan proyek akhir ini maupun hal lain yang mendukung pemecahan masalah dalam proyek akhir ini. Dalam pendekatan pemecahan masalah ini akan dijelaskan tentang pengecatan serta teknik mengerjakannya.
A. Pengertian Pengecatan Kendaraan “Pengecatan (painting) adalah suatu proses aplikasi cat dalam bentuk cair pada sebuah obyek, untuk membuat lapisan tipis yang kemudian, untuk membentuk lapisan yang keras atau lapisan cat.” (Herminanto Sofyan, tth: 38). Jadi pengecatan mempunyai fungsi masing-masing tergantung dari tujuan dari pembuatan bahan cat yang digunakan, sebagai contoh cat primer dibuat oleh pabrik difungsikan khusus sebagai pelindung metal atau pelat, sedangkan cat warna dikhususkan untuk menambah nilai estetika. Tujuan lain dari pengecatan adalah warna cat untuk identitas suatu kendaraan, misal mobil polisi dan mobil 7
8
ambulan mempunyai warna cat yaang khusus berbeda dengan mobil-mobil lainnya. Cat berupa cairan yang kental, cat terdiri dari beberapa komponen yaitu resin, pigment, solvent, dan bahan tambah lainnya. Cat biasanya dilarutkan dengan thinner, agar mudah penggunaannya, dalam hal cat tipe dua komponen cat ditambahkan dengan hardener. 1.
Komponen Cat Cat tipe 2 komponen biasanya dicampur dengan hardener sebagai pelekat antar molekul di dalam resin, thinner sebagai pengencer, maka dalam sub-bab ini akan dibahas tentang komponen cat, hardener dan thinner. Cat memiliki beberapa komponen yaitu: a.
Resin Resin adalah unsur utama cat yang berbentuk cairan kental yang dapat membentuk lapisan yang padat dan transparan yang membentuk film atau lapisan setelah diaplikasi pada suatu obyek dan mengering. Kandungan resin mempunyai pengaruh langsung pada kemampuan cat seperti misalnya: kekerasan, ketahanan solvent serta ketahanan cuaca. Demikian pula berpengaruh atas kualitas akhir misalnya tekstur, kilap (gloss), daya rekat suatu cat, serta kemudahan penggunaan diantaranya waktu pengeringan. Resin yang digunakan pada cat, secara garis besar terbagi menjadi tipe-tipe sebagai berikut (Anonim, tth: 3):
9
1) Klasifikasi menurut material: a)
Resin Netral, diekstrak terutama dari tumbuh-tumbuhan, digunakan untuk membuat vernish dan lacquer.
b)
Resin Sintetik, resin buatan manusia, karena tersedia dalam jumlah banyak, maka cat modern sebagian besar dibuat dari resin sintetik
2) Klasifikasi menurut tipe lapisan (film): a) Thermoplastik Resin, pengerasan thermoplastic resin adalah melalui penguapan solvent, tanpa melibatkan reaksi kimia. Apabila dipanaskan, maka akan menjadi lunak dan akhirnya mencair. Thermoplastic resin sangat fleksibel dan sangat mudah larut dalam solvent. b) Thermosetting Resin, thermosetting resin bila dipanaskan akan mengeras melalui reaksi kimia. Apabila telah mengeras tidak akan melunak lagi oleh pemanasan kembali. b.
Pigment Pigment adalah zat pewarna yang tidak bercampur dengan air, oli, atau solvent. Pigment tidak dapat melekat pada obyek lain, akan tetapi pigment dapat melekat pada obyek lain apabila telah tercampur dengan resin dan komponen lain dalam bentuk cat. Pigment dibagi menjadi beberapa tipe yaitu (Anonim, tth: 4): 1) Pigment warna, untuk menambah warna pada cat dan meningkatkan daya sembunyi (hiding power) cat.
10
2) Pigment terang, menambah wana-warni metalik pada coat. 3) Pigment extender, menambah kekuatan dan body pada coat, meningkatkan viskositas dan mencegah sedimentasi. 4) Pigment pencegah karat, digunakan pada cat dasar untuk mencegah karat. 5) Pigment flatting, digunakan untuk mengurangi kilap pada coat. Pigment ini dicampur dengan cat apabila dikehendaki kurang kilap. c.
Zat pengencer (Solvent/Thinner) “Solvent adalah suatu cairan yang dapat melarutkan resin dan memungkinkan pencampuran pigment dan resin dalam proses pembuatan cat.” (Herminanto Sofyan, tth: 41). Solvent dan thinner adalah sama-sama zat pengencer atau pelarut, bedanya dengan thinner adalah solvent digunakan ketika dalam pembuatan cat sedangkan thinner digunakan untuk menentukan tingkat kekentalan cat sebelum cat tersebut diaplikasikan. Menurut Herminanto Sofyan (tth: 41) komponen pembentuk solvent meliputi: 1) Diluent, merupakan larutan yang membantu melarutkan resin lacquer. 2) Laten solvent, juga digunakan untuk mencampur pelarut yang baik, hasilnya sama dengan pelarut yang berkualitas baik.
11
3) Solvent murni, adalah larutan yang mampu melarutkan sesuatu yang mengakibatkan cairan tersebut masuk ke dalam larutan. Solvent murni melarutkan bahan residu dan binder.
Gambar 1. Thinner d.
Additives “Terdiri dari bermacam-macam bahan kimia yang masing-masing mempunyai sifat dan fungsi yang berbeda-beda, ditambahkan sesuai dengan keperluannya untuk melengkapi sifat-sifat ketahanan cat”. (Kir Haryana, 1997: 40). Beberapa fungsi aditives yang ditambahkan pada cat adalah menambah daya lentur, membantu penyebaran pigment, mencegah terjadinya buih pada saat penyemprotan, mencegah timbulnya kantong udara, dll.
e.
Hardener
Pada cat tipe dua komponen maka ada hardener yang harus ditambahkan. “Hardener ditambahkan pada komponen utama cat dua komponen, hardener bereaksi dengan molekul dari komponen utama untuk membentuk molekul yang lebih besar”. (Anonim, tth: 6).
12
2.
Daya Sebar Daya sebar dihitung berdasarkan isi kepadatan cat dan ketebalan cat yang diinginkan dalam satuan mikron. “Isi kepadatan cat ditentukan oleh banyaknya kandungan pigment dan resin dalam cat tersebut.” (Herminarto Sofyan,tth: 71). Misalnya, cat dengan isi kepadatan 75% berarti dalam 1 liter (1000cc) cat tersebut mengandung 750 cc pigment dan resin. Jika ketebalan yang diinginkan cat setelah cat mengering adalah 40 micron, maka daya sebar cat secara teoritis dapat dihitung sebagai berikut: cc kepadatan cat 750 = = 18,7 m /ltr Ketebalan kering dalam micron 40
Berarti daya sebar cat tersebut secara teoritis adalah 18,75 m2 dalam satu liter, jadi jika satu liter cat tersebut disemprotkan dalam suatu bidang akan menjangkau 18,75 m2. Sering kali dijumpai cc kepadatan cat tersebut tidak dicantumkan dalam data sheet oleh pihak pembuat cat tetapi langsung daya sebar. Dalam sebuah contoh soal Herminarto Sofyan (tth: 74) menjelaskan bahwa jika diketahui daya sebar cat 20 m2/lt, luasan kendaraan 31,2 m2 dan overlapping menggunakan ½, maka kebutuhan cat tersebut adalah: 31,2 = 3,12 liter cat 1 20x 2
Dengan perhitungan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa rumus untuk menghitung kebutuhan cat adalah:
13
Luas bidang dalam m m Daya sebar dalam x
= Kebutuhan cat dalam liter
Dengan data-data tersebut maka dalam penggunaan cat akan lebih efisiens karena sebelum melakukan pengecatan daya sebar cat dapat dihitung untuk mengetahui luas jangkauan cat tersebut dan dengan daya sebar cat akan dapat menghitung kebutuhan cat yang akan digunakan. Walaupun dalam prakteknya daya sebar tidak seperti perhitungan yang telah dilakukan, karena hal tersebut banyak faktor yang mempengaruhi seperti media aplikasi yang digunakan (apakah dengan semprot, rol atau kwas), jika dengan semprot maka penyetelan spray gun juga berpengaruh, dan orang yang melakukan pengacatan (biasanya orang yang belum berpengalaman dalam pengecatan akan lebih boros cat) dan lain-lain. Jadi dengan faktor-faktor tersebut kemungkinan penggunaan cat bisa lebih boros. Tabel 1. Daya sebar cat No
Cat
Daya Sebar
1.
Epoxy primer
4,8 m2/lt
2.
Epoxy surfacer
13 m2/lt
3.
Cat warna (Top Coat)
10 m2/lt
4.
Clear/Gloss
± 6,6 m².
Sumber Protective Primer 161 (Anonim, 2011: http://www.alexseal.com/docs/tsds/en/Protec tive_Primer_161_en.pdf) Produk Data Aderal (Anonim, 2009b: http://www.mathysdirect.co.uk/pdfs/Mathys %20Aderal%20Solvent%20Based%20Prime r%20Surfacer.pdf) 2K Topcoat (Anonim, 2008b: http://www.lesonal.co.uk/_layouts/ancrdown load.aspx?DocUrl=/lesonal/uk/Products/TD S/2K%20Topcoat%2002.01.2008.pdf) Auto clear classic (Anonim, 2008a: http://www.sikkenscr.com.au/sikkenscr/au/P roducts/Pages/AutoclearClassic.aspx)
14
B. Peralatan Pengecatan Pengecatan memerlukan peralatan pendukung untuk membantu dalam menyelesaikannya. Peralatan yang dimaksud adalah: 1. Blok Tangan Blok tangan atau hand block adalah alat bantu untuk mengamplas di mana amplas ditempelkan dan digunakan untuk pengamplasan manual agar permukaan pengamplasan rata. Terdapat dalam berbagai ukuran, bentuk, material, dan dapat dipilih sesuai dengan area dan bentuknya.
Gambar 2. Blok tangan (Anonim, tth: 13) 2.
Sikat Kawat Baja “Sikat berfungsi untuk membersihkan permukaan benda kerja dari karat atau setelah pekerjaan mengikir, mengelas, menyekrap dan sebagainya.” (Gunadi, 2008: 102). Sikat kawat pada proyek akhir ini digunakan untuk membersihkan pelat dari karat.
3.
Jidar Berfungsi untuk meratakan dempul yang telah dioleskan pada permukaan yang lebar, membantu dalam pembuatan membuat nut dan juga
15
digunakan untuk memeriksa kerataan permukaan. Jidar terbuat dari fiber, plastik atau plat besi. 4.
Kompresor Kompresor berfungsi untuk menghasilkan udara bertekanan yang digunakan untuk penyemprotan cat. Sebelum kompresor digunakan, kompresor harus dikuras terlebih dahulu untuk menghilangkan air yang terdapat pada tangki kompresor. Tekanan kerja udara untuk pengecatan adalah 5 – 6 kg/cm2. Kompresor yang digunakan minimal dengan daya 1 HP karena ketentuan tekanan kerja udara dalam pengecatan 5 – 6 kg/cm2 sehingga membutuhkan tekanan dalam tabung yang lebih tinggi dari 6 kg/cm2, hal ini bertujuan agar pada waktu penyemprotan cat berlangsung tekanan udara tetap stabil karena jika setelan spray gun sudah tepat dan dengan tekanan kerja udara 5 – 6 kg/cm2 ketika penyemprotan cat sedang berlangsung mendadak tekanan udara berkurang dari 5 kg/cm2 maka hasil atomisasi kurang baik mengakibatkan cat yang disemprotkan berlebih dan akan mengalir ke bawah (meleleh). Jadi ketika tekanan udara berkurang mendekati 6 kg/cm2 kompresor secara otomatis bekerja kembali untuk mengisi udara bertekanan dalam tabung sehingga tekanan kerja dapat stabil 5 – 6 kg/cm2.
5.
Selang Udara Selang udara berfungsi untuk menyalurkan udara bertekanan selama kompresor digunakan. Selang udara yang biasa digunakan adalah selang udara fleksibel dan selang udara biasa.
16
6.
Water sadimenter Water sedimenter adalah alat yang berfungsi untuk mengendapkan uap air karena udara di dalam ruang cat tidak boleh terkandung air. Water sedimenter ini merupakan alat pendukung yang harus ada pada ruang cat atau oven.
Gambar 3. Water sedimenter 7.
Air drier Alat yang berfungsi untuk mengeringkan udara, bertujuan agar air yang terkandung dalam udara berkurang. Biasanya air drier dihidupkan sebelum ruang cat digunakan supaya udara di dalam ruang cat kering. Air drier ini juga merupakan alat pendukung yang harus ada pada ruang cat atau oven.
Gambar 4. Air drier (Anonim, 2010)
17
8.
Regulator Regulator adalah alat yang berfungsi untuk mengatur tekanan kerja udara pada kompresor. Regulator biasanya dilengkapi dengan penunjuk tekanan kerja.
9.
Ruang pengecatan Ruang pengecatan adalah ruang di mana proses pengecatan itu dilakukan, ruang pengecatan ini biasanya dilengkapi dengan water sedimenter, air drier, dan kompresor beserta perlengkapannya (termasuk regulator dan selang udara).
10. Spray Gun Spray
gun
adalah
alat
untuk
menyemprotkan
cat
yang
mempergunakan udara bertekanan untuk mengatomisasi cat untuk disemprotkan pada suatu permukaan. Sacara garis besar terdapat tiga jenis spray gun yaitu tipe umpan berat (gravity-feed), tipe umpan hisap (suctionfeed), dan tipe tekanan (compression). Spray gun yang paling sering digunakan dalam dunia perbengkelan cat adalah spray gun tipe umpan berat (gravity-feed) dan tipe umpan hisap (suction-feed) karena lebih sesuai dengan obyek kerja yang tidak terlalu luas seperti mobil, mini bus dll, sedangkan untuk spray gun tipe tekanan (compression) biasanya digunakan pada pabrik otomotif pembuat mobil yang mengggunakannya secara terus menerus.
18
Gambar 5. Spray Gun a.
Cara memegang spray gun Agar pengecatan bisa berjalan dengan baik tanpa mengalami kelelahan dalam memegang spray gun, maka harus diketahui cara memegang spray gun yang benar.
Gambar 6. Cara memegang spray gun (Anonim, tth: 7) Memegang spray gun harus dengan sikap rileks, spray gun ditahan dengan ibu jari, telunjuk dan kelingking, sedangkan trigger ditarik dengan jari tengah dan jari manis, seperti pada gambar 6. b.
Cara menggerakkan spray gun Supaya hasil akhir penyemprotan baik, perlu diketahui juga tentang cara menggerakkan
spray gun yang benar. Hal penting
tentang cara menggerakkan spray gun adalah:
19
1) Jarak spray gun Bila jarak spray gun terlalu dekat dengan permukaan yang dicat, akan berakibat cat yang teraplikasikan terlalu banyak sehingga akan membentuk lapisan yang lebih tebal dan bisa meleleh. Sebaliknya jika jarak spray gun terlalu dekat dengan permukaan yang dicat maka hasilnya akan menjadi kasar dan tipis. Jarak ideal menggunakan spray gun ditentukan oleh tipe cat, spray gun, dan metode pengecatan yang digunakan. Untuk warna solid biasanya jarak yang ideal adalah 100 mm sampai 200 mm.
Gambar 7. Jarak spray gun (Herminarto Sofyan, tth: 66) 2) Sudut spray gun Dalam melakukan penyemprotan cat posisi badan harus diposisikan sejajar dengan benda kerja baik itu melengkung ataupun sejajar. Spray gun harus dipegang agak lurus secara konsisten, baik pada arah vertikal maupun horizontal terhadap permukaan panel agar hasilnya rata. 3) Kecepatan langkah Kecepatan langkah spray gun sangat berpengaruh terhadap hasil pengecetan, apabila langkah spray gun terlalu cepat maka terjadi lapisan yang tipis, sebaliknya apabila terlalu rendah maka
20
akan terjadi lapisan yang tebal dan bisa meleleh, sebaiknya kecepatan langkah spray gun sama agar diperoleh lapisan yang rata. 4) Pola tumpang tindih/overlapping Overlapping adalah suatu teknik pengecatan pada permukaan benda kerja, sehingga penyemprotan yang pertama dan berikutnya akan menyambung, sehingga akan memperoleh ketebalan lapisan yang merata dan tidak menimbulkan cacat pengecatan. Lebar pola tumpang tindih antara ½ sampai 2/3 pola semprotan.
Gambar 8. Pola ½ overlap (Anonim, tth: 10) c.
Penyetelan spray gun Sebelum spray gun digunakan maka, spray gun harus disetel atau diatur terlebih dahulu untuk memperoleh hasil semprotan yang baik. Berikut ini adalah gambar konstruksi spray gun:
Gambar 9. Konstruksi spray gun (Anonim, tth: 3)
21
Ada tiga sekrup yang harus diatur atau disetel, yaitu: 1) Sekrup penyetel fluida Untuk mengatur jumlah cat yang keluar maka sekrup penyetel fluida harus diatur, untuk menambah jumlah pengeluaran cat maka sekrup penyetel fluida harus dikendorkan, dan untuk mengurangi harus dikencangkan.
Gambar 10. Sekrup Penyetel Fluida(Anonim, tth: 3) 2) Sekrup penyetel fan spreader Untuk mengatur pola semprotan maka sekrup penyetel fan spreader harus disetel, bila sekrup dikencangkan maka pola semprotan akan menjadi lebih bulat. Dan jika sekrup dikendorkan maka pola semprotan akan menjadi oval.
Gambar 11. Sekrup penyetel fan spreader (Anonim, tth: 4)
22
3) Sekrup Penyetel Udara Untuk menyetel tekanan udara pada spray gun, maka harus memutar baut penyetel udara pada spray gun. Bila baut dikendorkan
maka
tekanan
udaranya
bertambah,
jika
dikencangkan maka tekanan udaranya berkurang.
Gambar 12. Sekrup penyetel udara (Anonim, tth: 4) d.
Cara membersihkan spray gun Setelah menggunakan spray gun, baik itu untuk pengaplikasian surfacer maupun cat warna harus segera dibersihkan, hal ini dilakukan agar saluran cat tidak tersumbat, caranya membersihkannya adalah sebagai berikut: 1) Sisa cat yang masih tertinggal di dalam paint cup dikeluarkan dengan cara menarik trigger. 2) Menguras paint cup dengan menuangkan thinner ke dalam paint cup kemudian semprotkan thinner beberapa kali. 3) Menyiapkan kain lap di depan air cap, dan tarik trigger untuk membilas spray gun menggunakan udara kompresor. 4) Membersihkan paint cup dengan sikat bulu.
23
5) Mengulangi step 2, 3, dan 4 beberapa kali sampai thinner jernih. Kemudian bersihkan spray gun dengan menggunakan sikat bulu. 6) Melepaskan air cap dan bersihkan fluid tip menggunakan sikat bulu. Jika air cap dan fluid tip terlalu kotor, maka bagian ini dapat direndam ke dalam thinner untuk beberapa saat baru dicuci dengan sikat bulu. e.
Standar penyemprotan spray gun Menurut penjelasan dari Herminarto Sofyan (tth: 34) tentang standar sirkulasi pengecatan (paint circulaiton) dan operasi spray gun adalah: 1) Paint circulation a) Tekanan udara (tekanan kerja)
: 5.0 - 6.0 kg/cm2
b) Tekanan cat
: 1.5 - 2.0 kg/cm2
c) Fluid delivery
: 400 – 500 cc/menit
2) Operasi spray gun a) Jarak
: 25 - 30 cm
b) Penyebaran cat
: 25 - 30 cm
c) Arah
: tegak lurus/ 900
d) Kecepatan ayun spray gun
: 1 m/detik
e) Overlapping
: 1/3 – ½
f)
: minimal 2 menit
Flash off time
(disesuaikan dengan thinner)
24
11. Air Duster Gun Digunakan untuk membersihkan permukaan benda kerja dari debu cat dan kotoran-kotoran yang menempel dipermukaan dengan cara meniupkan udara bertekanan kepermukaan benda kerja.
Gambar 13. Air Duster Gun (Anonim, tth: 15) 12. Spatula Spatula
digunakan
untuk
mencampur
dempul
dan
untuk
mengaplikasikannya kepermukaan benda kerja. Spatula biasannya terbuat dari pelat, plastik, kayu atau karet. Setelah spatula dipergunakan spatula langsung dibersihkan karena jika tidak sisa dempul yang tertinggal akan mengeras dan sulit untuk dibersihkan.
Gambar 14. Spatula
25
13. Tempat pencampur Digunakan untuk mencampur cat dengan thinner atau hardener. Terbuat dari plastik atau kaleng, untuk mengecat mobil dibutuhkan tempat pencampur yang dapat menampung minimal 3 liter cat. Setelah digunakan sebaiknya tempat pencampur langsung dibersihkan. 14. Strainer Strainer atau kain saring digunakan untuk menyaring cat sebelum cat tersebut dicampur kedalam tempat pencampur. Saringan yang digunakan terbuat dari kain tipis atau bisa juga kain majun yang berpori tidak rapat.
Gambar 15. Kain saring 15. Batang Pengaduk (agitating rod) “Agitating rod digunakan untuk mencampur putty atau surfacer, untuk membentuk suatu kekentalan yang merata dan juga untuk membantu mengeluarkannya dari dalam kaleng.” (Herminanto Sofyan, tth: 27). Batang pengaduk terbuat dari kayu atau metal dan beberapa diantaranya memiliki skala untuk mengukur perbandingan thinner atau hardener.
26
Gambar 16. Batang pengaduk 16. Mixing Plate Dipergunakan untuk mencampur dempul, terbuat dari kayu, metal atau plastik. Pelat untuk mencampur dempul sebaiknya lebih lebar dari spatula yang digunakan agar lebih mudah dalam mencampurnya. 17. Kertas Masking Kertas yang digunakan untuk menutup bagian-bagian mobil sebelum dilakukan penyemprotan seperti kaca pintu, kaca depan dan belakang dan bagian-bagian lain yang tidak dikerjakan. 18. Tack Cloth “Tack cloth adalah material anyaman yang dicelup ke dalam adhesive varnish.” (Anonim, tth: 22). Tack cloth digunakan untuk menghilangkan debu, kotoran dan partikel amplasan. 19. Paint Hanger Paint Hanger adalah alat yang digunakan untuk menggantuk komponen atau part supaya mudah untuk menyemprotnya. Biasanya digunakan untuk mengecat kap mesin, pintu, bumper, dan komponen yang dapat dilepas lainnya.
27
20. Ruang cat Ruang cat adalah ruang khusus pengecatan yang mempunyai sirkulasi udara yang baik dan didesain agar bebas dari debu atau kotoran-kotoran lain yang dapat menempel saat penyemprotan cat berlangsung sehingga cat yang dihasilkan tidak ada cacat karena debu atau kotoran yang menempel. 21. Ruang Pemanas (oven) Ruang oven adalalah ruang tertutup yang berfungsi sebagai ruang pengering paksa dengan suhu yang dapat disesuaikan dengan jenis cat yang digunakan untuk mempercepat proses pengeringan cat. “Sumber panas oven berasal dari pembakaran bahan bakar yang disalurkan lewat saluransaluran tertentu sehingga panas di dalam ruang merata atau panas dari beberapa lampu pijar yang dipasang di dalam ruangan.” (Gunadi, 2008: 448). Ruang oven biasanya dilengkapi dengan water sedimenter, air drier dan pemanas. Udara yang akan masuk ke ruang oven pertama melelui water sedimenter, di sini kandungan air dalam udara akan diendapkan kemudian melalui air drier, pada air drier ini udara akan dikeringkan baru setelah melalui tahap tersebut udara masuk ke ruang oven. C. Bahan-bahan Pengecatan Bahan pengecatan merupakan salah satu faktor yang menentukan hasil pengecatan yang baik. 1.
Cat primer Digunakan pada lapisan bawah yaitu pada pelat body bertujuan untuk mencegah karat dan meratakan daya lekat antar lapisan pelat body dengan
28
lapisan berikut. Cat primer ini tidak memerlukan pengamplasan dan lapisan primer ini tipis. 2.
Dempul “Putty adalah lapisan dasar (under coat) seperti part, digunakan untuk mengisi bagian yang penyok dan membuat permukaan halus.” (Anonim, tth: 3). Pengolesan dempul menggunakann spatula dan dilakukan pengmplasan untuk menghaluskannya. Dempul yang digunakan berbedabeda tergantung besar penyok yang harus diisi dan bahan yang digunakan, berikut ini adalah tipe-tipe dempul: a.
Polyester putty Terbuat dari polyester resin tidak jenuh, merupakan putty tipe dua-komponen
yang
menggunakan
organic
peroxide
sebagai
hardener, pada umumnya putty ini mengandung extender pigment dan dapat digunakan untuk membentuk lapisan yang tebal dan mudah mengamplasnya, tetapi menghasilkan tekstur kasar. b.
Epoxy putty Terdiri dari epoxy resin, merupakan putty tipe dua-komponen yang menggunakan anime sebagai hardener. Oleh karena sangat baiknya ketahanan karat dan adhesi terhadap berbagai material dasar, maka epoxy putty sering digunakan untuk memperbaiki resin part. Dalam hal pengeringan, pembentukan, pengamplasan material ini lebih buruk dari polyester putty.
29
c.
Lacquer putty Ini adalah putty satu komponen, yang utama terbuat dari nitrocellulose dan alkyd atau acrylic resin. Digunakan untuk mengisi goresan, lubang kecil atau penyok kecil yang masih tertinggal setelah penggunaan surfacer.
Gambar 17. Lacquer putty 3.
Amplas “Amplas berfungsi untuk menghaluskan permukaan dengan cara digosokkan, halus dan kasarnya kertas amplas ditunjukkan oleh angka yang tercantum di balik kertas amplas tersebut.” (Herminarto Sofyan, tth: 21). Semakin besar angka yang tercantum pada kertas amplas tersebut maka semakin halus amplasnya, misalnya grit #2000 berarti dalam 1cm2 terdapat 2000 biji material abrasif. Amplas digunakan dalam pekerjaan perbaikan body, persiapan permukaan dan pengamplasan cepat pada cat warna atau top coat.
30
Gambar 18. Amplas 4.
Surfacer Surfacer adalah cat lapisan kedua yang disemprotkan di atas primer, putty atau lapisan dasar (under coat) lainnya, karena memiliki sifat mengisi penyok kecil atau goresan kertas, mencegah penyerapan top-coat, dan meratakan adhesi di antara under-coat dan top-coat. Apabila digunakan dengan kombinasi dengan primer yang dijelaskan di atas, harus mengikuti petunjuk yang diberikan oleh pabrik pembuatnya masingmasing. a.
Lacquer surfacer Surfacer satu komponen ini digunakan secara luas karena kemudahannya digunakan yaitu cepat mengering, akan tetapi dalam hal pelapisannya, memiliki rate yang lebih rendah dari surfacer yang lain. Bahan yang terkandung dalam surfacer ini adalah nitrocellulose dan alkyd atau acrylic resin.
b.
Urethane surfacer Surfacer tipe ini memberi kemampuan pelapisan yang sangat baik, tetapi pada proses pegeringan sangat lambat, memerlukan pengeringan paksa dengan temperatur 60°c (140°F). Biasanya
31
dipahami bahwa semakin cepat surfacer mengering semakin lemah kemampuan pelapisannya. Terbuat dari poliyster, acylic dan alkyad resin, merupakan surfacer dua komponen yang menggunakan polyisocyanate sebagai hardener. c.
Thermosetting surfacer Ini adalah surfacer tipe dua komponen, terutama terbuat dari melamine dan akylik resin, yang digunakan sebagai primer sebelum penggunaan pengecatan bake-finish. Memerlukan pengeringan sampai 90º C sampai 120° C untuk memberikan kemampuan pelapisan yang sama sebagaimana pada mobil baru.
5.
Cat Warna Peranan dari cat warna atau top coat adalah cat akhir yang memberi warna, kilap, halus bersamaan dengan meningkatkan kualitas serta menjamin keawetan kualitas tersebut. Berdasarkan jenis cat dan proses pengecatan, cat dapat digolongkan menjadi beberapa macam yaitu: a.
Cat bakar (Heat polymeriszation) Tipe ini adalah cat tipe satu komponen, mengeras apabila dipanaskan pada temperatur tinggi kira-kira 140°C (248° F). Tipe ini banyak digunakan di pabrik perakitan otomotif, tetapi jarang digunakan dalam pekerjaan repainting, karena memerlukan backing equipment temperatur tinggi dan melepas atau melindungi komponen plastik dan lain-lain.
32
Tipe-tipe cat bakar ini antara lain: 1) Thermosetting amino alkyd Tipe ini mengandung alkyd dan melamine resin dan sebagai komponen utama, digunakan untuk warna solid. Cat ini memberikan kemampuan coating yang sangat baik, termasuk kilap, keras, membangun dan ketahanan solvent, 2) Thermosetting acrylic Tipe ini mengandung acrylic dan melamine resin sebagai sebagai komponen utama cat tipe ini terutama digunakan warna metalik yang memerlukan tembus pandang tingkat tinggi. Cat ini memberikan kemampuan coating yang superior sebagaimana cat thermosetting animo alkyd. b.
Cat kering udara 1) Cat nitro-celulloce Cat ini disebut juga cat laquer atau cat solvent evaporation, cat ini mengandung bahan yang disebut nitro celullose (NC). Disebut cat solvent evaporation karena cat ini akan mengering bersamaan dengan pengencer (solvent atau thinner). Cat nitro celullose mengering pada suhu udara luar ±250-300 C. “Sifat cat NC ini adalah sangat cepat kering dan bila diulaskan dengan baik NC akan sangat megkilap, bagus dan mempunyai daya tahan yang baik.” (Kir Haryana, 1997: 44)
33
2) Cat sintetik Cat ini juga disebut dengan cat sintetik enamel karena memakai zat perekat dari sintetik. “Kepadatan cat ini sangat tinggi, cukup 2 lapis akan memberi kilap yang tinggi dan daya tutup serta daya tahan yang baik.” (Kir Haryana, 1997: 44) c.
Cat dua komponen Cat ini mempunyai kemampuan coating yang sangat baik, termasuk ketahan kilap, cuaca, solvent, serta tekstur yang halus, tetapi cat ini mengeringnya lambat jika dikeringkan dengan suhu udara normal karena seharusnya cat ini dikeringkan paksa dengan menggunakan oven. Cat ini dapat kering dengan suhu pengeringan paksa 600 C dalam waktu 30 menit, dan bisa dipoles ± 2 jam setelah cat kering. Waktu ± 2 jam yang diberikan dimaksudkan agar cat tersebut dingin.
6.
Clear/gloss “Clear/gloss digunakan sebagai cat pernis akhir pada pengecatan sistem dua lapis untuk memberikan daya kilap dan daya tahan gores terhadap cat warna dasar metalik”. (Herminarto Sofyan, tth: 47).
34
Gambar 19. clear/gloss D. Peralatan Pengaman 1.
Kacamata “Kacamata (goggles) berfungsi untuk melindungi mata dari cat dan thinner, serta dari putty atau partikel metal yang timbul pada saat pengamplasan.” (Herminanto Sofyan, Tth: 9). Jika tidak memakai kacamata maka kotoran yang berterbangan kemungkinan mengenai mata secara langsung mengakibatkan ketidaknyamanan dalam penglihatan.
Gambar 20. Kacamata 2.
Respirator Terdapat dua tipe respirator yaitu respirator partikel dan respirator masker gas. a.
Masker partikel Masker partikel berguna untuk menyaring partikel-partikel kecil yang mungkin dapat
masuk ke
hidung,
seperti debu
saat
35
pengamplasan. Ada dua tipe masker yaitu: tipe disposable dan tipe filter yang bisa diganti. b.
Masker gas “Masker gas adalah alat pelindung yang dirancang untuk mencegah gas organik (udara yang bercampur uap bahan pelarut organik), terhisap melalui mulut atau hidung.” (Herminanto Sofyan, tth: 10). Ada dua tipe masker gas yaitu tipe air line dan tipe saringan. Tipe air line memasok udara segar ke masker melewati selang, sedangkan tipe saringan dilengkapi dengan saringan canister untuk menyerap gas organik. Penggunaan masker gas ini sangat penting untuk pekerjaan penyemprotan pengecatan karena dengan memakai masker gas pada saat penyemprotan cat, cat tidak akan masuk ke saluran pernafasan.
Gambar 21. Masker gas tipe filter 3.
Sarung tangan Sarung tangan digunakan untuk melindungi tangan pada saat menggunakan sander atau pada saat mengangkat body part.
36
4.
Sarung tangan tahan solvent Sarung tangan ini digunakan untuk mencegah penyerapan solvent ke dalam kulit, digunakan pada pekerjaan aplikasi surfacer, cat warna, dan clear/gloss.
Gambar 22. Sarung tangan tahan solvent (Anonim, tth: 19) 5.
Pakaian kerja dan topi paint technician Berguna untuk melindungi
badan dari semprotan cat dan debu,
beberapa pakaian pelindung terbuat dari material anti-static.
Gambar 23. Pakaian kerja dan topi paint technician (Anonim, tth: 19) 6.
Sepatu pengaman
Sepatu ini dilengkapi dengan pelat metal yang terletak pada ujung telapak kaki dan sol tebal untuk melindungi kaki. Pelat berfungsi untuk
37
melindungi ujung telapak kaki dari kemungkinan tertimpa benda berat yang dapat melukai.
Gambar 24. Sepatu pengaman E. Persiapan Permukaan “Permukaan yang baik persiapannya akan menghasilkan kualitas pengecatan yang maksimal, karena kagagalan pengecatan dipengaruhi oleh persiapan permukaan yang buruk.” (Herminarto Sofyan, tth: 52). Kualitas hasil pengecatan salah satu faktornya tergantung dari persiapan permukaan yang baik. Persiapan permukaan yang baik bisa ditinjau dari kerataan, kehalusan, dan dengan tidak adanya lemak, karat dan kotoran lain yang menempel. “Alasan utama dari persiapan permukaan adalah mencegah karat dan bintikbintik, meratakan daya lekat (adhesi) antar lapisan, memulihkan bentuk aslinya,dengan mengisi bagian yang penyok dan goresan, dan mencegah penyerapan material cat yang digunakan pada top-coating.” (Anonim, tth: 1). Berikut dijabarkan teori-teori tentang material persiapan permukaan.
38
1.
Aplikasi cat Primer Cat primer adalah cat yang digunakan khusus untuk mencegah karat pada pelat. Aplikasi cat primer biasanya disemprotkan bisa juga dengan kuas. Jika daya sebar cat primer adalah 4,8 m2/lt (Tabel 1), maka secara teoritis kebutuhan cat primer dalam setiap luasan 1 m2 dan dilakukan hanya satu kali pelapisan dan menggunakan overlapping ½ adalah sebagai berikut: Luas bidang yang akan di
Daya sebar 2.
per liter x 1 2
=
4,8
Aplikasi dempul
1
1
2
= 0,417 lt
“Dempul adalah cat dasar yang mengandung sangat banyak pigment, jadi mengandung lebih banyak zat padat.” (Kir Haryana, 1997: 43). Dempul digunakan untuk mengisi bagian yang penyok untuk membentuk permukaan benda kerja sesuai bentuk permukaan body aslinya. Dempul dapat dihaluskan dan disempurnakan dibentuknya dengan menggunakan amplas. Terdapat beberapa tipe dempul, tergantung kedalaman penyok yang harus diisi dan material yang akan digunakan. Dempul terdapat tiga jenis yaitu (1) polyester putty (dempul plastik), pada umumnya mengandung extender pigment dan dapat membentuk lapisan (coat) yang tebal dan mudah mengamplasnya, tetapi menghasilkan tekstur kasar, (2) epoxy putty, digunakan untuk memperbaiki resin part, tetapi dalam hal kemampuan pengeringan, pembentukan, pengamplasan lebih buruk dari polyster, (3) lacquer putty digunakan untuk mengisi goresan, lubang kecil (paint hole) atau penyok kecil setelah surfacer. (Herminarto Sofyan, Tth: 53-54).
39
Proses pendempulan pada suatu permukaan menggunakan polyester putty memelalui beberapa tahapan, yaitu: a.
Mencampur dempul Sebelum dempul dicampur, spatula dibersihkan terlebih dahulu dari
kotoran
yang
menempel.
Dempul
dicampur
dengan
menambahkan 2% hardener untuk tipe dempul dua komponen, untuk tipe dempul satu komponen dapat langsung diaplikasikan. Jika dalam mencampur dempul hardener yang ditambahkan tepat (2%) maka dempul akan cepat mengering. b.
Mengaplikasikan dempul Setelah dempul dicampur dengan hardener dan dempul siap digunakan, oleskan dempul untuk mengisi bagian-bagian yang tidak rata.
c.
Mengeringkan dempul Menurut Herminarto Sofyan (tth: 54) cara mengeringkan dempul adalah dibiarkan kering di udara selama 30 menit atau dikeringkan dengan lampu infra merah pada suhu ± 50 ° C selama 10 menit.
d.
Mengamplas dempul Dempul yang sudah kering diamplas dengan menggunakan amplas kering dengan grit #80, dan dilanjutkan dengan amplas basah grit #180 dan #240.
40
3.
Masking “Masking adalah suatu metode perlindungan yang menggunakan adhesive tape atau kertas untuk menutup suatu permukaan yang tidak akan dikerjakan.” (Anonim, tth: 1). Masking merupakan proses menutup bagian kendaraan untuk mencegah solvent terkena pada permukaan, mencegah terkelupasanya cat setelah mengering, untuk mencegah pencemaran debu, untuk mencegah adhesive didalam solvent merusak cat dan mencegah tertinggalnya adhesive, oleh karena itu proses masking harus baik. Masking dapat diaplikasikan menurut area lapisan yang akan dicat, area yang memisahkan bidang dicat dengan bidang yang tidak dilakukan pengecatan disebut border (batas). Dalam melakukan masking perlu sekali diperhatikan batasan-batasan yang akan dimasking. Batas masking tersebut dapat didasarkan dari besarnya area perbaikan dan kondisi cat yang lama. Hal ini untuk menghindari terjadinya border yang nampak jelas. Border yang baik tidak akan terlihat sama sekali oleh penglihatan kita. Sebaliknya border yang salah akan nampak jelas batas antara cat yang baru dan cat yang lama. Bahan-bahan yang digunakan untuk prosedur masking adalah: a. Kertas masking Kertas masking yang digunakan untuk menutup bagian yang tidak akan dicat. Kertas masking tersedia dalam berbagai ukuran dan ketebalan.
41
Gambar 25. Kertas masking (Gunadi, 2008: 472) b.
Vynel sheet Merupakan material vinyl yang sangat tipis yang tersedia dalam ukuran yang lebar lebih besar dari masking paper. Sangat berguna untuk mencegah overspray cat disekitar permukaan kerja.
c.
Spesial masking cover “Special
masking
cover
berfungsi
menutup
keseluruhan
kendaraan dan hanya memperlihatkan (membuka) bagian yang akan dicat saja.” (Gunadi, 2008: 472). d.
Masking tape “Masking tape adalah bahan perekat yang digunakan untuk menempelkan/memegang masking paper pada body kendaraan.” (Gunadi, 2008: 473).
Gambar 26. Masking tape
42
e.
Gap tape “Gap Tape adalah tipe masking material yang dirancang untuk mencegah penetrasi cat ke dalam celah pada engine hood atau pintu.” (Anonim, tth: 6).
f.
Masking material untuk weatherstrip “Untuk menjamin separasi (perpisahan) dalam masking suatu jendela sangatlah sulit, karena weatherstrip atau moulding tetap menempel pada body kendaraan, cat akan melekat pada weatherstrip.” (Gunadi, 2008: 475).
4.
Aplikasi Epoxy Surfacer “Surfacer adalah lapisan cat (coat) kedua yang disemprotkan di atas primer, dempul (putty) atau lapisan dasar (under coat) lainnya.” (Herminarto Sofyan, tth: 84). Epoxy surfacer memiliki sifat dapat mengisi penyok kecil, mencegah penyerapan top coat, meratakan adhesi antara under coat dan top coat, semakin cepat surfacer mengering maka semakin rendah kemampuan pelapisannya. Tahapan pengaplikasian epoxy surfacer adalah: 1) Mencampur
epoxy
surfacer,
hardener,
dan
thinner
dengan
perbandingan sesuai ketentuan dari pabrik (biasanya perbandingan campuran tercantum pada kaleng), setelah didiamkan dalam beberapa saat sebaiknya epoxy surfacer ditambah thinner lagi secukupnya
43
karena epoxy surfacer akan mengendap supaya kekentalannya sama seperti pada campuran awal. 2)
Mengaplikasikan surfacer pertama pada setiap pinggir bidang dan pada area dempul terlebih dahulu. Selanjutnya menyemprotkan surfacer ke seluruh permukaan. Penyemprotan surfacer dilakukan sebanyak 2-3 lapis.
3) Setelah penyemprotan surfacer selesai dibiarkan hingga kering selama 1-2 jam. 4) “Setelah lapisan surfacer kering dapat diamplas dengan amplas kering no. 400 atau amplas basah no. 600 agar diperoleh permukaan yang baik untuk menjamin hasil pengecatan yang memuaskan pada cat warna.” (Herminarto Sofyan, tth: 55). Jika daya sebar epoxy surfacer adalah 13 m2/lt (Tabel 1), maka secara teoritis kebutuhan epoxy surfacer dalam setiap luasan 1 m2 dan dilakukan hanya satu kali pelapisan dan menggunakan overlapping ½ adalah sebagai berikut: Luas bidang yang akan di
Daya sebar
= 0,154
per liter x 1 2
=
13
1
1
2
Jadi secara teoritis jika cat primer atau epoxy surfacer tersebut disemprotkan dalam 1 lapisan, 2 lapisan, atau 3 lapisan maka dapat diketahui jumlah kebutuhan catnya seperti yang disajikan dalam tabel 2.
44
Tabel 2. Kebutuhan cat primer dan epoxy surfacer dalam setiap lapis No
Cat
Kebutuhan cat dalam liter/m2 1 lapisan 2 lapisan 3 lapisan
1
Cat primer
0,417 lt
0,834 lt
1,251 lt
2
Cat epoxy surfacer
0,154 lt
0,308 lt
0,462 lt
F. Pengecatan Pengecatan yang dibahas dalam sub-bab ini adalah teori-teori tentang cara pengecatan dan metode pengeringan serta hal lain yang berkaitan dengan proses pengecatan, karena untuk mendapatkan hasil yang baik maka diperlukan pengetahuan tentang bagaimana pengecatan itu dilakukan. 1. Cat Warna (Top Coat) “Cat akhir merupakan cat yang memberikan perlindungan permukaan sekaligus
untuk
menciptakan
keindahan
dalam
penampilan
corak/performance kendaraan.” (Herminarto Sofyan, Tth: 55). Oleh karena itu dalam aplikasi cat warna harus dilakukan dengan hati-hati sehinga akan mendapat hasil yang maksimal. a.
Persiapan untuk cat warna Sebelum cat diaplikasikan maka beberapa hal harus dipersiapkan misalnya membersihkan kendaraan, membersihkan spray gun, dan mencampur cat. 1) Membersihkan kendaraan Kendaraan yang akan dicat dibersihkan terlebih dahulu dengan cara dicuci. Kendaraan dicuci dengan air sabun untuk
45
menghilangkan lemak kemudian dikeringkan. Sebelum kendaraan disemprot dengan cat warna kendaraan dilap dahulu dengan menggunakan tack clocth (kain penarik debu). 2) Membersihkan spray gun Sebelum digunakan spray gun dibersihkan terlebih dahulu dengan cara mengurasnya menggunakan thinner. Thinner dimasukkan
kedalam
tangki
penampungan
cat
kemudian
disemprotkan hingga thinner dalam tangki penampungan habis, cara ini diulangi 1-2 kali untuk memastikan spray gun benarbenar bersih. 3) Mencampur cat. Untuk mencampur cat, diperlukan petunjuk pabrik yang membuat cat agar dapat mengukur campuran cat dengan thinner, sehingga diperoleh campuran cat yang sesuai. Viskositas cat pada keadaan aslinya terlalu tinggi untuk aplikasi spray gun. b.
Prosedur pengecatan pada warna solid dan metalik 1) Pada warna solid Pada warna solid penyemprotan dilakukan 3-5 lapis top coat solid yang sudah diencerkan dengan selang waktu antara lapisan 2-5 menit dan biarkan kering di udara selama 30 menit atau menggunakan sinar infra merah pada suhu ± 400 C selama 15 menit (Herminarto Sofyan, tth: 55). Pemolesan dapat dilakukan setelah 6 jam atau cat benar-benar kering tetapi tidak sampai
46
mengeras karena cat yang sudah kering dan mengeras akan sulit untuk dipoles. Pemolesan bisa menggunakan mesin poles atau dengan cara manual menggunakan tangan. 2) Pada warna metalik Menurut Herminarto Sofyan (tth: 55-56) dalam tulisannya dijelaskan bahwa prosedur pengecatan untuk warna metalik adalah dengan menyemprotkan 3 lapis top coat metalik yang sudah diencerkan dengan selang waktu antara lapisan 3-5 menit dan dibiarkan kering diudara selama 15 menit atau dengan pengeringan menggunakan sinar infra merah pada suhu ± 55 ° C selama 15
menit.
Setelah
kering sebelum
disemprotkan
clear/gloss permukaan top coat dibersihkan dengan menggunakan tack clocth (kain penarik debu). Kemudian disemprotkan clear/gloss yang telah dicampur dengan hardener antara 2-3 lapis dan diberi jeda antar lapisan yaitu 3-5 menit. Pemolesan dapat dilakukan setelah 6 jam atau cat benar-benar kering tetapi tidak sampai mengeras karena cat yang sudah kering dan mengeras akan sulit untuk dipoles. Seperti yang telah dijelaskan dalam pembahasan daya sebar cat, daya sebar clear/gloss adalah 6,6 m2/lt (Tabel 1), maka secara teoritis kebutuhan cat kilap (clear/gloss) dalam setiap luasan 1 m2 dan dilakukan hanya satu kali pelapisan dan menggunakan overlapping ½, adalah:
47
Luas bidang yang akan di
Daya sebar 2. Metode pengeringan
per liter x 1 2
=
6,6
1
1
2
= 0,303
Metode pengeringan yang digunakan tergantung pada jenis cat yang digunakan misalnya cat jenis laquer menggnakan metode pengeringan tanpa oven (kering udara), metode pengeringan ada dua yaitu: a.
Pengeringan oven Menggunakan ruang cat khusus yang dilengkapi dengan pemanas (oven) untuk mengeringkan cat secara paksa. Suhu di dalam oven stabil dan dapat diatur susuai dengan kebutuhan dan waktu yang dapat ditentukan. “Sumber panas oven berasal dari pembakaran bahan bakar yang disalurkan lewat saluran-saluran tertentu sehingga panas di dalam ruang merata atau panas dari beberapa lampu pijar yang dipasang di dalam ruangan.” (Gunadi, 2008: 448)
b.
Pengeringan non-oven Pengeringan tidak menggunalam oven atau pemanas untuk mengeringkan cat tetapi cat mengering karena udara normal (kering udara), pengeringan cat dalam suhu udara luar ± 25°– 30° C. Pengeringan tanpa oven biasanya dilakukan pada ruangan yang mempunyai sirkulasi udara yang baik. Seperti yang telah dijelaskan dalam pembahasan daya sebar cat, daya
sebar cat warna adalah
8-10 m2/lt (Tabel 1), maka secara teoritis
48
kebutuhan cat warna (top coat) dalam setiap luasan 1 m2 dan dilakukan hanya satu kali pelapisan dan menggunakan overlapping ½ adalah sebagai berikut: Luas bidang yang akan dicat = 8 Daya sebar cat per liter x 1 2
1
1
2
= 0,25 lt
Jadi secara teoritis jika cat warna atau clear tersebut disemprotkan dalam 1 lapisan, 2 lapisan, atau 3 lapisan maka dapat diketahui jumlah kebutuhan catnya seperti yang disajikan dalam tabel 3. Tabel 3. Kebutuhan cat dan clear dalam liter/m2 No 1 2
Cat Cat warna (top coat) Cat kilap (clear/gloss)
Kebutuhan cat dalam liter/m2 1 Lapisan 2 Lapisan 3 Lapisan 0,25 lt
0,5 lt
0,75 lt
0,303 lt
0,606 lt
0,909 lt
G. Pengkilapan dan pemolesan (Polishing) 1.
Pengertian Polishing “Istilah polishing dalam pengecatan adalah pekerjaan menghaluskan permukaan cat setelah melakukan pengecatan.” (Gunadi, 2008: 498). Pada permukaan yang telah dicat dan mengering masih terdapat debu dan terkadang ada kotoran lain yang menempel atau akibat lainnya seperti meleleh dll, selain itu permukaannya masih kasar maka diperlukan pemolesan pada permukaan tersebut. Jika permukaan terlalu kasar bisa
49
dilakukan pengamplasan dengan menggunakan amplas halus dengan metode pengamplasan basah. 2. Mekanisme Pemolesan (polishing) Menurut Herminarto Sofyan (tth: 25) apabila tekstur dari permukaan yang dicat kembali setelah pengecatan dan pengeringan berbeda dengan permukaan asli coat, maka tonjolan pada permukaan yang dicat harus dihilangkan untuk mendapatkan permukaan yang mirip dengan asli coat. Tipe permukaan yang dicat kembali, yang memerlukan polishing adalah sebagai berikut: a.
Perbedaan tekstur di antara permukaan yang dicat kembali pada permukaan aslinya.
b.
Timbul bintik pada permukaan cat karena menempelnya debu dan kotoran dan adanya cat yang meleleh.
c.
Sedikit buram karena penguapan solvent atau thinner selama proses pengeringan (drying) setelah shanding.
d.
Cat meleleh, karena cat yang mengalir ke bawah saat penyemprotan.
3. Peralatan Dan Bahan Polishing a.
Amplas Digunakan untuk meratakan permukaan, menghilangkan bintik dan lelehan. Amplas yang digunakan untuk pekerjaan polishing adalah amplas grit #2000.
50
b.
Buffing compound “Buffing compound adalah partikel abrasif yang dicampur solvent atau air,
dan
aplikasinya
tergantung
pada
ukuran
partikel
yang
dikandungnya, biasanya digunakan buffing compounds kasar dan halus.” (Herminarto Sofyan, tth: 27).
Gambar 27. Buffing compound c.
Buffer “Buffer adalah suatu attachment (alat) yang dipasang pada polisher dan digunakan bersama buffing compound untuk memoles permukaan cat.” (Herminarto Sofyan, tth: 27). Ada dua jenis buffer yaitu kasar dan halus. Buffer kasar digunakan untuk menghilangkan goresan-goresan
sedangkan
buffer
halus
digunakan
untuk
mengkilapkan. d.
Polisher “Polisher adalah sebuah alat yang dapat membantu pemolesan dengan
efisien,
polisher
digunakan
untuk
memutar
buffer.”
(Herminarto Sofyan, Tth: 27). Dari dua tipe yang tersedia, yaitu tipe elektrikal dan tipe pneumatik, tipe elektrikal polisher lebih banyak digunakan.
51
e.
Kain lap flannel “Kain lap flannel adalah sebuah kain halus yang digunakan untuk memoles dengan tangan. Menggunakan kain yang relatif lebih keras, seperti handuk tangan adalah tidak dianjurkan, karena dapat menimbulkan goresan pada permukaan cat.” (Anonim, tth: 11).
H. Mendeteksi Kerusakan Dalam Pengecatan
1.
Kualitas Hasil Pengecatan Kualitas hasil pengecatan yang baik dipengaruhi banyak faktor seperti ketrampilan, bahan yang digunakan, dan lain-lain, sedangkan untuk mentukan hasil pengecatan yang baik itu ditinjau dari beberapa faktor, seperti keratan permukaan, daya kilap, dan lain-lain. Berikut akan dibahas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi hasil pengecatan dan faktorfaktor yang menentukan kualitas hasil pengecatan. a.
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil pengecatan 1) Ketrampilan Ketrampilan yang dmaksud di sini adalah ketrampilan orang yang mengaplikasikan cat. Jika orang yang mengaplikasikan cat kurang trampil maka hasil pengecatannya bisa meleleh atau buram, meleleh karena jarak antara spray gun dan obyek terlalu dekat atau jaraknya sudah benar yaitu 10-20 cm tapi langkah penyemprotannya kurang pas atau lebih pelan sehingga cat yang
52
menempel pada obyek terlalu berlebihan kemudian cat mengalir ke bawah (meleleh). 2) Persiapan Permukaan Hasil pengecatan dipengaruhi juga oleh persiapan permukaan karena jika persiapan permukaannya baik maka cat yang dihasilkan maksimal. Persiapan permukaan yang baik adalah tidak ada cacat seperti lubang kecil, goresan amplas atau permukaan yang kurang rata. Jika salah satu cacat tersebut masih ada dan pengecatan cat warna tetap berlangsung maka cat yang dihasilkan kurang baik. Di dalam persiapan permukaan juga dibutuhkan ketelitian yang tinggi untuk mendeteksi cacat tersebut karena jika misalnya terdapat goresan amplas yang tidak terdeteksi maka cat yang dihasilkan akan tmuncul doresan amplas juga. 3) Kualitas cat Cat yang dimaksud adalah di sini adalah cat warna (top coat). Kualitas cat mempengaruhi hasil pengecatan karena jika mengiginkan hasil yang kilap tetapi bahan yang digunakan kurang bagus maka daya kilap yang dihasilkan tidak bagus juga. Cat yang berkualitas seharusnya mempunyai daya kilap tinggi dan daya tahan kilap serta daya tahan terhadap cuaca juga bagus. Cat yang
53
mempunyai daya tahan terhadap cuaca bagus maka tidak akan cepat pudar. 4) Tempat pengecatan Pengecatan jika dilakukan di dalam ruangan maka akan lebih baik dari pada di luar ruangan karena resiko terkena debu lebih rendah. Pengecatan yang dilakukan di luar ruangan pada waktu penyemprotan berlangsung jika ada angin maka kotoran di sekitar tempat pengecatan akan menempel pada obyek dan jika cat kering timbul cacat bintik. 5) Penyetelan spray gun Sebelum melakukan penyemprotan sebaiknya spray gun diatur terlebih dahulu. Pengaturan spray gun meliputi mengatur besar kecilnya cat yang keluar, besar kecilnya angin yang keluar dan besar kecilnya kembang penyemprotan agar diperoleh hasil yang maksimal. Bila penyetelan tidak dilakukan dengan baik mengakibatkan hasil pengecatan yang kurang sempurna, sehingga menyebabkan permukaan menjadi tidak rata, meleleh, kasar, kurang mengkilap.
2.
Faktor-faktor yang menunjukkan kualitas hasil pengecatan Beberapa hal yang menunjukkan kualitas hasil pengecatan pada body kendaraan antara lain:
54
a.
Kerataan lapisan cat Kerataan permukaan cat meliputi: ketebalan lapisan cat, kehaluasan permukaan cat, dan tidak timbul cacat pengecatan. Kerataan lapisan cat dapat dilakukan dengan cara meraba dengan tangan pada permukaan cat.
b.
Daya kilap Daya kilap cat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: kualitas bahan yang digunakan yaitu thinner, top coat, clear, dan proses pengeringan serta teknik pengecatan. Daya kilap dapat dinilai dengan cara
pandangan langsung yaitu memandang secara visual
dengan beberapa sudut pandang yang berbeda-beda di mana penilai menghadap langsung kilauan yang dipantulkan oleh permukaan cat. c.
Daya tahan cat Lapisan cat / top coat harus memiliki sifat daya tahan terhadap zat cair antara lain minyak solar, bensin, oli mesin dan lain-lain. Disamping itu cat harus tahan terhadap segala cuaca terutama panas sinar matahari dalam jangka waktu lama.
d.
Tekstur cat Meraba permukaan cat secara vertikal dan horizontal untuk mengetahui tekstur permukaan cat.
55
3.
Cacat Dalam Pengecatan Cacat pengecatan dapat timbul karena banyak faktor seperti persiapan permukaan yang buruk, kebersihan, proses pengecatan yang kurang baik. Berikut ini cacat (defects) selama painting atau setelah draying. a.
Bintik (seeds) Debu atau kotoran yang menempel selama proses pengecatan sedang berlangsung atau selesai penyemprotan pengecatan. Debu dan kotoran ini berasal dari sekitar tempat pengecatan atau berasal dari cat itu sendiri, oleh karena itu sebelum cat dituangkan untuk dicampur sebaiknya cat disaring terlebih dahulu.
b.
Butiran menyerupai kawah, mata ikan ( Beads/ cratering, fish eyes ) “Beeds adalah suatu depresi yang terbentuk apabila ada oli atau air yang mendorong lapisan cat, atau suatu kekosogan yang terbentuk karena cat tidak dapat membentuk lapisan di atas oli atau air.” (Herminarto Sofyan, tth: 41).
c.
Kulit Jeruk (Orange Peel ) “Suatu lapisan tidak rata menyerupai kulit jeruk, cacat ini timbul apabila cat mengering terlampau cepat sebelum selesainya perataan.” (Herminarto Sofyan, tth: 41).
d.
Meleleh (Runs) Meleleh disebabkan oleh kelebihan cat yang mengalir ke bawah dan mengering. Kelebihan cat ini bisa terjadi ketika penyemprotan cat sedang berlangsung tekanan kerja udara mendadak menurun sehingga
56
atomisasi cairan cat dengan udara tidak baik. Atomisasi antara cairan cat dengan udara dikatakan baik jika semprotan yang dihasilkan seperti berkabut. e.
Mengkerut atau terangkat (Shrinkage) Ada dua tipe kerutan yang terjadi yaitu kerutan yang disebabkan oleh solvent menyebabkan
di dalam top coat segar yang menembus cat lama, cat
lama
berubah
secara
internal,
sehingga
menimbulkan kerutan pada top coat. Lalu kerutan yang terjadi akibat top coat melunak dan mengembang di bawah panas, dan mengkerut pada saat dingin. f.
Lubang Kecil/kerak keci (Pinholes/Scales) “Apabila permukaan cat mengering dan keras sebelum solvent di dalam coat menguap, maka solvent yang terperangkap dipaksa untuk meletup
melalui
lapisan,
dan
meninggalkan
lubang
kecil”.
(Herminarto Sofyan, tth: 42). g.
Tanda Putty/dempul (Putty Marks) “Apabila penambahan antara cat asli dan putty berbeda, maka top coat solvent mengakibatkan penyusutan di sepanjang featheredges, sehingga timbul tanda putty.” (Herminarto Sofyan, tth: 42).
h.
Goresan amplas (Sanding Scratches) “Goresan amplas dalam lapisan cat asli berkembang dan nampak pada permukaan top coat pada saat top coat solvent berpenetrasi kedalam lapisan dibawahnya.” (Herminarto Sofyan, Tth: 42).
57
i.
Memudar (Fade) Dikarenakan pengaplikasian compound pada permukaan cat yang belum benar-benar kering.
4.
Alat uji pengecatan Berikut adalah alat-alat yang digunakan untuk menguji hasil pengecatan: a.
Alat ukur ketebalan lapisan (Coating thickness meter) Digunakan untuk mengetahui ketebalan (thickness) cat di permukaan suatu material atau benda yang dicat.
Gambar 28. coating thickness meter (Anonim, 2009a) b.
Alat ukur daya rekat (adhesion tester) Merupakan alat uji yang digunakan untuk mengukur daya rekat suatu material.
Gambar 29. adhesion tester (Anonim, 2011-2016)
58
c.
Alat ukur daya kilap (gloss meter) Alat yang digunakan untuk mengukur daya kilap suatu permukaan kendaraan yang telah cat.
Gambar 30. Gloss meter (Anonim, 2009d) d.
Alat ukur kerataan permukaan (surface profile gauge) Alat
yang digunakan untuk mengetahui kerataan permukaan
kendaraan yang telah dicat.
Gambar 31. surface profile gauge (Anonim, 2009c)