BAB II PEMBAHASAN A. Biografi Paus Shenouda III Paus Shenouda III ) (قداسة البابا الشنوده الثالثadalah Paus Ke-117 dari Gereja Kristen Ortodhok Koptik yang berpusat di Gereja Santo Markus, Alexandria, Mesir tahun 1971-2012. Paus Shenouda III dilahirkan dengan nama Nazer Gayed di Desa Salam, Provinsi Asiut di daerah Mesir Atas dari keluarga Kristen yang religius pada 3 Agustus
1923.
Ibunya
meninggal
setelah
Nazer
Gayed
dilahirkan,
dan
meninggalkannya bersama 4 saudara perempuan dan 2 saudara laki-laki. Diantara saudara-saudaranya adalah Raphael dan Sawki yang kemudian bergelar Frater Botros Gayed (1918-1996). Paus Shenouda III adalah seorang pengkhutbah, guru, penulis, penyair, biarawan, bishop yang menginspirasi, dan pemimpin yang besar sekaligus sosok yang mampu membimbing jutaan pengikut melalui khotbahnya. Hal ini dijelaskan Maged Attia dalam bukunya “The 30th Anniversary Of The Enthronement of His Holiness Pope Shenouda III to The Apostolic Throne Of St. Marc 1973 – 2001”: His Holiness is, after all, a dynamic preacher, extraordinary teacher, skilful writer, talented poet, ascetic monk, meek hermit, inspiring bishop and, naturally, agreat Patriarch. His Holiness is the shining star, guiding milions by his enlightening sermons and great deeds (Attia, 2001:1) Beliau adalah seorang pengkhutbah yang dinamis, guru yang luar biasa, penulis berbakat, penyair yang bertalenta, biarawan, pertapa yang lembut, bishop yang menginspirasi, dan alami, Bapa yang agung. 22
23
Dia adalah bintang yang bersinar, membimbing jutaan umat dengan khotbah yang memberi pencerahan dan perbuatan yang besar. Untuk mencapai posisi tertinggi dalam gereja atau Paus, bukanlah hal yang mudah. Banyak proses yang harus dilewati, selain itu harus mau berkorban dalam melayani Tuhan melalui pelayanan terhadap umat. Salah satu faktor pendukung seorang Nazer Gayed muda dapat mencapai posisi tertinggi adalah pendidikan. Tak hanya mendapat pendidikan formal di bangku sekolah umum, Nazer Gayed muda juga aktif dalam menambah pengetahuan agama. Selain itu, kehidupan keluarga yang religius juga menjadi latar belakang yang kuat bagi Nazer Gayed muda dalam memperdalam ilmu agama. 1.
Pendidikan Paus Shenouda III Nazer Gayed muda mengawali pendidikannya di Sekolah Koptik di Damanhur,
kemudian melanjutkannya di American School di Banha. Nazer Gayed menyelesaikan pendidikan setingkat sekolah menengah atas di Sekolah Koptik Eman di Kairo, di daerah Shubra. Sejak berumur 16 tahun, Nazer Gayed muda telah aktif di Sekolah Minggu di Gereja Santo Antoni di Subhra untuk memperdalam pengetahuan tentang agama Kristen. Pada tahun 1943, Nazer Gayed melanjutkan studinya di Fakultas Seni di Cairo University. Selama liburan musim panas, Nazer Gayed mengisinya dengan mengikuti pendidikan di Biara Souryan untuk belajar agama (Attia, 2001:1). Sejak lulus dari Cairo University tahun 1947 dalam bidang Bahasa Inggris dan Sejarah, Nazer Gayed mengikuti wajib militer dan dilanjutkan menjadi guru Bahasa
24
Inggris dan Sejarah. Selain itu, di tahun akhir pendidikan Nazer Gayed di Cairo University, beliau juga menempuh pendidikan agama di Sekolah Tinggi Theologi pimpinan Uskup Habib Girgis. Awalnya, sekolah Teologi ini hanya menerima peserta didik yang telah lulus setingkat sarjana, tetapi kemampuan Nazer Gayed dalam hal agama sangat baik, sehingga Nazer Gayed dapat diterima di sekolah teologi tersebut langsung oleh Uskup Habib Girgis. Setelah lulus dari Sekolah Tinggi Theologi tersebut, Nazer Gayed menjadi pengajar di Sekolah Biarawan di Hellwan sejak tahun 1953 dan melepas profesi awalnya yaitu sebagai guru Bahasa Inggris dan Sejarah di tahun 1950 (Attia, 2001:2). Latar belakang keluarga dan pendidikan yang religius inilah yang membuat Nazer
Gayed
muda
tertarik
belajar
dan
memperdalam
agama
hingga
mengantarkannya sebagai aktivis gereja dan Sekolah Minggu sampai akhirnya menjadi seorang biarawan dan mendapat jabatan-jabatan religius. 2.
Kehidupan Sosial, Politik dan Keagamaan Dilahirkan dari keluarga yang religius dan pendidikan agama yang kuat,
membuat Nazer Gayed muda adalah sosok yang memiliki sosial yang tinggi dengan dibuktikan beliau memiliki banyak teman sekaligus seseorang yang dianggap dewasa. Throughout his four years at the University he made many friends who looked up to him because of his mature personality and often they would go to him seeking advice about their problems. (Attia, 2001:1) Sepanjang empat tahun menempuh pendidikan di Universitas, dia memiliki banyak teman yang hormat kepadanya, karena beliau adalah
25
pribadi yang dewasa dan sering ditemui banyak teman untuk mencari nasehat dan solusi dari masalah mereka. Nazer Gayed muda sangat aktif sebagai pengajar di Sekolah Minggu. Kepribadiannya yang hangat juga menarik perhatian banyak kaum muda untuk ikut dalam Sekolah Minggu. Selain aktif sebagi pengajar di Sekolah Minggu sebagai bukti pelayanan terhadap gereja, Nazer Gayed muda telah memperlihatkan jiwa kepemimpinannya ketika dia bersama dua temannya, Labib Ragheb dan Shawki Younan membuat sebuah pertemuan antar pemuda di Gereja St. Antonius di Shubra. Pertemuan itu membuat keakraban antar pemuda dan pelayan gereja. Pertemuan tersebut kemudian menjadi kegiatan rutin pemuda dan jemaat gereja yang bertetangga. Nazer Gayed juga seorang pengkhutbah yang membuat orang tertarik untuk mendengarkannya. My father recalls that whenever Nazeer Gayed was scheduled to speak at the youth meeting at St. Anthony’s Church, all the youth in the neighbouring areas would flock to hear him. (Attia, 2001:2) Ayahku mengingatkan bahwa, ketika Nazer Gayed dijadwalkan untuk berbicara di pertemuan pemuda di Gereja St. Anthonius, semua pemuda di daerah yang bertetangga akan berkumpul untuk mendengarkanya. Setelah diangkat menjadi Paus Shenouda III, kepeduliannya dalam bidang sosial semakin dibuktikan dengan kebijakannya terhadap kaum muda dan kaum wanita. Hal ini dibuktikan dengan dibuatnya departemen kepemudaan pada 1980 yang ditandai dengan diangkatnya Bishop Moussa sebagai Bishop atau kepala di departemen kepemudaan. Sedangkan kebijakan terhadap perempuan ditandai dengan diangkatnya 25 pelayan gereja pada Juni 1981 untuk melayani jemaat gereja di Kairo dan
26
Alexandria. Hal ini membuat banyak wanita berpendidikan untuk lebih peduli dan mengabdikan hidupnya untuk pelayanan dan keuskupan di gereja. Kehidupan politik Paus Shenouda III tidak bisa dipisahkan dari kehidupan beragamanya. Sebagai tokoh utama dalam Gereja Kristen Orthodok Koptik sekaligus tokoh karismatik di Mesir, Paus Shenouda III sangat menjunjung toleransi dan kesatuan sebagai rakyat Mesir. Seperti yang beliau sampaikan di konferensi minoritas yang disponsori oleh PBB di Siprus, beliau menegaskan bahwa “Kami adalah Mesir, bukan sekte di Mesir”, Paus Shenouda III juga menambahkan: “We do not accept to be distinguished from other Egyptians. We do not accept the word ‘Minority’ in such a meaning of claiming for the political rights or for foreign help. We are Egyptians, part of Egypt – of the same nation.” (Attia, 2001:48) Kami tidak terima jika kami dibedakan dan dianggap bukan seorang Mesir. Kami tidak menerima kata “Minoritas” untuk menjadi semacam tuntutan politik atau mencari bantuan luar negeri. Kami adalah Mesir, bagian dari Mesir – bangsa yang sama. Sejak tahun 1986, Paus Shenouda III membuktikan rasa toleransinya dengan selalu mengundang para Ulama Muslim untuk makan malam di akhir bulan Ramadhan. Acara ini dihadiri oleh para Ulama, Perdana Menteri, tokoh nasional dan para menteri. Hal ini adalah bukti cinta dan kerjasama yang sesungguhnya. Kecintaan terhadap tanah air juga beliau tunjukkan dengan mengunjungi para tentara di gurun Sinai pada Oktober 1973 ketika terjadi perang di sana. Paus Shenouda juga selalu hadir dalam peringatan hari Nasional Mesir (23 Juli), Hari Kemenangan Oktober (6 Oktober) dan hari Buruh (1 Maret) di Parlemen Nasional.
27
Paus Shenouda III juga menegaskan bahwa beliau tidak akan membuat Partai Koptik dalam perpolitikan Mesir. “I never sought the establishment of a Coptic political party. This is not our purpose or message. No one will vote for such a party. I encourage Copts to be involved in the current political parties. It is in our best interests to be in mainstream parties.” (Attia, 2001:49) Saya tidak pernah berpikir untuk mendirikan partai politik Koptik. Ini bukan tujuan atau pesan kami. Tidak ada yang akan mendukung partai semacam ini. Saya mendorong para pemeluk Koptik untuk ikut dalam partai politik yang ada. Ini adalah kepentingan terbaik kita menjadi bagian partai yang mainstream. Pada tahun 1995 ketika berkunjung ke Lebanon bertemu dengan Ulama Muslim di sana. Syaikh Lebanon bahkan mengatakan kepada Paus Shenouda III “Kau adalah Paus untuk semua, untuk Kristen dan untuk Muslim”. Hal ini membuktikan bahwa Paus Shenouda III merupakan tokoh toleransi yang dikenal tak hanya di Mesir atau di Timur Tengah, melainkan dunia. Seperti dibuktikan pada 20 November 2000, Paus Shenouda III mendapat anugerah “Madanjeet Singh Prize for Tolerance and NonViolence” dari UNESCO atas perannya dalam toleransi di Mesir (Attia, 2001:49).
Madanjeet Singh Prize for Tolerance and Non-Violence adalah penghargaan dari UNESCO yang diberikan kepada aktifis, artis, budayawan atau pegiat sosial yang peduli terhadap toleransi dan anti kekerasan. Penghargaan ini berdiri pada tahun 1995 sebagai peringatan 125 tahun kelahiran Mahatma Gandhi (unesco.org diakses 17 Februari 2016). Pada masa pemerintahan Anwar Sadad, Paus Shenouda III pernah mengalami pengasingan di biara Anba Bishoy karena mengkritik kebijakkan pemerintah yang
28
mengubah konstitusi tentang penerapan hukum Syariah dari salah satu sumber hukum menjadi sumber hukum utama, hal ini berakibat pada kebijakan terhadap minoritas, seperti pembangunan gereja dan lain-lain. Kebijakan Anwar Sadad yang bersikap otoriter ini berujung pada bentrokan antara pengikut Muslim dan Kristiani, yang mengakibatkan ditangkapnya 1.536 orang, termasuk 120 pengikut Koptik, 8 Bishop dan 24 Pendeta. Kemudian pada masa pemerintahan Hosni Mubarak, Paus Shenouda dibebaskan dari pengasingannya, sejak saat itu hubungan antara dua pemimpin ini menjadi sangat bersahabat. Paus Shenouda III terus mendukung Hosni Mubarak hingga pada Revolusi Mesir tahun 2011. (Hulsman, dalam arabwestreport.info diakses 23 Maret 2016) 3.
Jabatan Spiritual Nazer Gayed muda telah aktif dalam sekolah minggu sejak berusia 16 tahun.
Sejak menempuh pendidikan di Cairo University, Nazer Gayed muda menghabiskan liburan musim panasnya di Biara Souryan untuk belajar agama. Nazer Gayed resmi bergabung ke Biara Souryan di Wadi El-Natroun pada 18 Juli 1954. Nazer Gayed diangkat langsung oleh kepala biara, Bishop Theophilus dan diberi nama (baptis) dengan nama St. Antonius dan resmi menjadi seorang Frather (biarawan) dengan gelar Fr. Antonius El-Souryani. Fr. Antonius El-Souryani juga diramalkan akan menjadi seorang Paus oleh Bishop Benyamin Monafia. On the day of Father Antonious El-Souryani’s ordination, His Grace Bishop Benyamin of Monafia (1908-1963), sitting with some members of his diocese said: “Our Patriarch was ordained today”. (Attia, 2001:3)
29
Suatu hari ketika Frater Antonius El-Souryani ditahbiskan, Yang Mulia Bishop Benyamin Monafia (1908-1963), sedang duduk bersama beberapa anggota keuskupan berkata: “Paus kita telah ditahbiskan hari ini”.
Pada 30 September 1962, Fr. Antonius El-Souryani diangkat oleh Paus Kyrillos VI sebagai Bishop dengan gelar Bishop Shenouda sekaligus diberi kepercayaan menjadi Bishop Pendidikan Theologi Kristen dan Sekolah Minggu. Puncak karir keagamaan Bishop Shenouda adalah pada hari Jum’at, 29 Oktober 1971, Bishop Shenouda masuk dalam daftar calon Paus ke-117 bersama Bishop Samuel, Bishop Pelayanan Sosial dan Frather Timotheous El-Makary. Pada hari Minggu, 31 Oktober 1971, setelah melewati berbagai pemilihan yang ketat, salah seorang pemuda bernama Ayman Muneer Kamel, mengambil kertas dengan mata tertutup, dan setelah dibuka, nama yang muncul adalah Bishop Shenouda, maka Bishop Shenouda adalah calon Paus Kristen Ortodok Koptik Ke-117. Metropolitan Antonious opened the box and Ayman Mouneer, who had been blindfolded, stretched out his hand, chose one of the pieces of paper from the box and gave it to His Eminence who then unfolded it and lifted it up. He joyfully declared God’s chosen shepherd for His church as His Grace Bishop Shenouda, the Bishop for Education. (Attia, 2001:8) Uskup Metropolitan Antonius membuka kotak dan Ayman Mouneer, yang matanya sudah ditutup, mengulurkan tangannya, mengambil secarik kertas dari kotak dan memberikanya kepada Yang Mulia, kemudian membuka matanya dan mengangkatnya. Dia bergembira mendeklarasikan gembala pilihan Tuhan untuk Gereja-Nya, Yang Mulia Bishop Shenouda, Bishop Pendidikan. Bishop Shenouda diangkat menjadi Paus ke-117 pada 14 November 1971, dan resmi menjadi pemimpin tertinggi Gereja Kristen Ortodok Koptik dengan gelar Paus Shenouda III. Selain menjadi pemimpin tertinggi Gereja Kristen Ortodok Koptik,
30
Paus Shenouda III masih aktif menjadi editor untuk majalah El-Keraza dan menjadi pengajar pada Seminari di Kairo, Alexandria dan Institusi Pendidikan Tinggi Koptik di seluruh dunia. Paus Shenouda III juga mendirikan Seminari di berbagai negara selain Mesir, seperti di Amerika, Australia dan negara-negara persemakmuran Inggris. Selama hidup, Paus Shenouda III telah mengarang 101 buku dan telah diterjemahkan ke berbagai bahasa seperti bahasa Inggris, Prancis, Jerman, Itali dan bahasa-bahasa lainya. Paus Shenouda III juga Paus Kristen Ortodok Koptik pertama yang melakukan kunjungan ke Vatikan, Roma setelah 1500 tahun hal itu tidak dilakukan. Dalam kunjungannya ke Vatikan, Paus Shenouda III bertemu dengan Paus Paulus VI untuk membicarakan isu kekristenan, juga membuat persetujuan dalam membangun persatuan diantara umat (Mikhail, dalam copticchurch.net diakses 21 September 2015).
B. Pemikiran Humanisme Paus Shenouda III Menurut Paus Shenouda III dalam bukunya “Ten Concept” atau Sepuluh Konsep yang menjelaskan tentang sepuluh konsep dalam diri manusia untuk mencapai kedamaian hidup. 1. Konsep Kekuatan Konsep pertama menurut Paus Shenouda III adalah konsep kekuatan. Kekuatan adalah salah satu kebutuhan manusia. Setiap manusia ingin menjadi kuat dan sebagai anak-anak Tuhan, manusia juga diharapkan untuk menjadi kuat. Kekuatan adalah sifat Tuhan, Tuhan adalah pencipta segala sesuatu, yang
31
mematikan dan yang mempunyai keajaiban, dan itu merupakan bukti kekuatan Tuhan. Tuhan Maha Kuasa dan sumber segala kekuatan. Karena Tuhan adalah yang paling kuat, dan manusia diciptakan dari penggambaran dan penyerupaan-Nya, maka setiap manusia juga diharapkan untuk menjadi kuat. It is true that we wish to be powerful, but let God be the source of our power. He gives us power. Let us not depend on our own power but on His power. Let us stand before Him weak and take power from Him. (Shenouda, 1994:13) Kita berharap untuk menjadi kuat, tapi biarkanlah Tuhan yang menjadi sumber kekuatan. Dia memberi kita kekuatan. Kita tidak boleh bergantung kepada kekuatan kita sendiri melalaikan kepada kekuatan-Nya. Kita harus berdiri sebelum dilemahkan oleh-Nya dan meminta kekuatan dari-Nya. Sumber kekuatan bagi manusia adalah dari Tuhan, hal ini didasarkan dari ayat Al-Kitab (Bible), Kitab Yohanes dan Kitab Mazmur:
(1 :51 بدوين ال تقدرون أن تفعلوا شيئًا (يو Bidūnī lā taqdirūna ̍an taf ‘alū syai ̍an “sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa” (Yoh 15:5)
(551 :14 وقد صار يل خالصا (مز. قويت وترّني هو الرب Quwwatī wa tarannumī huwa ar-Rabbu wa qad shāra lī khalāshan “Tuhan itu kekuatanku dan mazmurku (nyanyian); Ia telah menjadi keselamatanku” (Mazm, 188:14) Setiap manusia diberi kecerdasan, pengetahuan, pikiran, kepandaian, keyakinan dan daya ingat. Selain itu, manusia juga diberi kemampuan untuk menarik dan meyakinkan orang lain.
32
A powerful personality does not obey any wrong counsel. A person with a powerful personality influences others and is not influenced by them except by the counsel of the spiritual. A powerful personality does not mean that a person be stubborn and opinionated. But rather, he is powerful in good deeds and simple in dealing with others. (Shenouda, 1994: 25-26) Pribadi yang kuat adalah pribadi yang menolak nasehat yang salah. Pribadi yang kuat adalah pribadi yang mampu mempengaruhi orang lain dan tidak mempengaruhi kecuali pada hal yang spritual. Pribadi yang kuat bukanlah pribadi yang keras kepala dan berpendirian keras. Akan tetapi, ia yang memiliki tingkah laku yang baik dan mampu bergaul dengan yang lain. Setiap manusia diharapkan untuk memiliki kemampuan dalam memimpin dan mempengaruhi orang lain. Akan tetapi, tidak setiap orang memiliki kemampuan tersebut. Hal ini dikarenakan pemikiran yang sempit dan tidak mau menerima saran dari orang lain dalam menghadapi masalah. Salah satu cara mendapatkan kekuatan dari Tuhan adalah dengan Doa dan Iman. Selain itu doa dan pelayanan kepada Tuhan adalah cara untuk menemukan solusi dari setiap masalah. Hal ini menurut Paus Shenouda III didasarkan pada kitab Kisah Para Rasul pasal 4 ayat 31:
وامتأل اجلميع من الروح القدس، تزعزع املكان الذي كانوا جمتمعني فيه،وملا وصلوا (15 :4 (أع Walammā washalū, taza‘za‘al-Makānul-ladzī kānū mujtami‘īna fīhi, wamtala ̍al-Jamī ‘u minar-Rūhil-Qudusi “Dan ketika mereka sedang berdoa, goyanglah tempat mereka berkumpul itu dan mereka semua penuh dengan Roh Kudus” (Kis 31:4)
33
Dalam konsep kekuatan ini Paus Shenouda III menyatakan bahwa kekuatan adalah modal awal bagi setiap manusia untuk melakukan segala sesuatu. Tetapi, manusia harus selalu ingat kepada Tuhan, sang Maha Kuat dan sang pemberi kekuatan, karena segala sesuatu dapat terjadi atas kehendak Tuhan. Manusia harus menjadi kuat, maka cara untuk diberi kekuatan dari Tuhan dan menjadi kuat adalah dengan berdoa dan mendekat kepada Tuhan, dan menggunakan setiap kekuatan dari Tuhan itu untuk berbuat kebaikan. 2. Konsep Kebenaran dan Keadilan Konsep kedua menurut Paus Shenouda III adalah tentang “Kebenaran dan Keadilan”. Pemahaman dari sebuah “kebenaran” adalah menyatakan segala sesuatu apa adanya. Segala sesuatu harus diungkapkan secara terang benderang sesuai kenyataan. Sebuah kenyataan harus diungkapkan dengan jelas dan tidak setengah-setengah. Pemahaman tentang kebenaran yang lain adalah melawan kepalsuan yaitu dengan menentang segala bentuk kemunafikan. Maka, sebuah pujian bisa dinilai sebagai perlawanan terhadap kebenaran. Pujian adalah menyatakan sesuatu yang membuat orang lain senang, tetapi hanya bermaksut untuk mendapat pembelaan atau balasan. Selain itu, kadang sebuah pujian, tidak sesuai antara maksud di dalam hati dan yang terucap melalui lisan. Hal yang tidak sesuai antara hati dan lisan inilah yang disebut kemunanfikan, dan merupakan hal yang harus dihindari.
34
Kebenaran sejalan dengan yang disebut “keadilan” yaitu prinsip pembelaan terhadap kebenaran. Menurut Paus Shenouda III, manusia harus membela sebuah kebenaran dari pada membela manusia yang dianggap benar. My advice to such a person is: Defend the truth instead of defending persons. (Shenouda, 1994:125) Pesanku untuk orang-orang adalah: pertahankan kebenaran, dari pada mempertahankan orang. Menurut Paus Shenouda III, manusia harus mampu menilai sesuatu secara objektif, yaitu penilaian berdasarkan hal yang dilakukan si pelaku, bukan subjektif, yaitu menilai sesuatu berdasarkan pelakunya. Kebenaran yang hakiki adalah kebenaran dari Tuhan, yaitu kebenaran yang besifat mutlak dan tidak dapat diragukan. Hal ini sesuai dengan firman dalam Al-Kitab Yohanes pasal 14 ayat 6:
.(6 :54 أان هو الطريق واحلق واحلياة (يو Anā huwath-Tharīqu wal-Chaqqu wal-Chayātu Akulah jalan dan kebenaran dan hidup (Yoh 14:6) Ayat di atas menerangkan bahwa kebenaran dan hidup adalah dua hal yang berasal dari Tuhan. Manusia yang jauh dari kebenaran, ia juga jauh dari Tuhan dan ia dekat dengan mara bahaya. Sehingga, manusia yang hidup dalam kebenaran adalah ia yang selalu memegang teguh prinsip kebenaran dalam hidupnya, yaitu prinsip yang sesuai dengan nilai dan ajaran Tuhan. Maka, untuk mencapai hidup yang damai, manusia harus berpegang teguh terhadap sebuah kebenaran.
35
Konsep kedua untuk mencapai hidup yang damai menurut Paus Shenouda III ini adalah dua hal yang harus selalu dipegang oleh setiap manusia. Kebenaran dan keadilan adalah dua hal yang saling berhubungan, setiap manusia yang melakukan kebenaran adalah manusia yang adil. Begitu juga sebaliknya, manusia yang adil adalah manusia yang melakukan kebenaran, salah satunya pembelaan terhadap sesuatu yang benar dan memberi hukuman terhadap sebuah kesalahan tanpa memandang siapapun pelakunya. Kebenaran dan keadilan yang sejati adalah dari Tuhan, maka untuk melakukannya manusia harus menggunakan dasar iman dan agama sebagai tolak ukur. Sehingga manusia diajarkan untuk selalu patuh dan melaksanakan perintah Tuhan dan menjauhi larangan Tuhan. 3. Konsep Ilmu Pengetahuan Paus Shenouda III menjelaskan kembali tentang konsep untuk mendapat hidup yang damai, yaitu konsep ilmu pengetahuan. Menurut Shenouda, Tuhan memberikan manusia pikiran untuk dapat menerima ilmu pengetahuan. Tetapi, di sisi lain, Tuhan juga ingin melihat seberapa berguna ilmu yang dimiliki manusia itu untuk dirinya sendiri dan untuk orang lain, baik itu individu atau kelompok. Ilmu pengetahuan bisa didapatkan manusia melalui berbagai cara, seperti melihat dengan mata, menyentuh dengan tangan, mencium dengan hidung atau mendengar melalui telinga. Selain itu, ilmu pengetahuan bisa didapatkan melalui proses belajar. Ilmu pengetahuan bisa didapatkan manusia melalui banyak hal seperti buku, koran, film ataupun media yang lain. Selain itu, ilmu
36
pengetahuan juga bisa didapatkan melalui teman dan lingkungannya. Maka, salah satu fungsi Tuhan menciptakan indera untuk manusia adalah untuk mendapatkan ilmu pengetahuan, maka pemberian Tuhan tersebut harus digunakan secara benar. Manusia harus berhati-hati dalam mencari ilmu pengetahuan yang ia dapat. Manusia harus mampu memilih ilmu pengetahuan yang bermanfaat dan berguna bagi dirinya dan orang lain dengan tolak ukur iman dan agama. Karena ada juga ilmu yang datang dari setan, yaitu ilmu yang harus dihindari. Setan dapat mempengaruhi manusia melalui pikiran atau melalui mimpi, dan hal itu dapat menjerumuskan manusia kepada keburukkan seperti tujuan utama setan yang ingin menyesatkan manusia. Dari sekian banyak ilmu pengetahuan yang ada, ilmu pengetahuan yang paling penting dimiliki manusia adalah pengetahuan terhadap dirinya sendiri, seperti yang dikatakan Paus Shenouda III: You can gain great benefits from knowing yourself. When you know that you are dust and ash, you will be humbled. When you are aware of your sins, you will be regretful, repentful and contrite. When you know your nature and the wars within you, you will be able to overcome them. And when you know your talents, you will use them to glorify God. (Shenouda, 1994:131-132) Kau akan mendapat keuntungan yang besar jika dapat mengetahui dirimu sendiri. Ketika kau tahu bahwa kau hanyalah butiran debu dan abu, kau akan menjadi bijak. Ketika kau sadar akan dosadosamu, kau akan menyesal, bertaubat dan bersedih. Ketika kau tahu bahwa betapa alaminya dirimu dan peperangan ada dalam dirimu, kau akan mampu untuk mengatasinya. Dan ketika kau tahu tentang kemampuanmu, kau akan gunakan itu untuk mengagungkan Tuhan.
37
Mengetahui diri adalah kewajiban seorang manusia, agar ia menjadi seseorang yang bijak dalam menjalani hidup. Manusia akan menjadi bijak ketika ia mampu mengetahui bahwa dirinya hanyalah makhluk hina seperti butiran debu dan penuh dosa. Sedangkan karena kebijaksanaan dari Tuhanlah, maka manusia diberi kemampuan yang hendaknya digunakan untuk memuji dan mengagungkan Tuhan. Selain mengetahui dirinya sendiri, manusia juga harus mengetahui tentang Tuhan yang menciptakannya dan berkuasa atas dirinya. Ilmu pengetahuan berpengaruh terhadap cara berfikir dan cara pandang seseorang terhadap sesuatu, maka semakin banyak ilmu pengetahuan yang dimiliki seorang manusia, maka ia akan memiliki cara pandang yang luas. Salah satu ayat dalam Mazmur pasal 25 ayat 4 yang menjadi dasar oleh Paus Shenouda III adalah:
)4 :51 سبلك علّمين (مز.عرفين ّ طرقك اي ّ رب Thuruqaka yā rabbu ̍arrifnī, subulaka ̍allimnī Beritahukanlah jalan-jalan-Mu kepadaku, ya Tuhan, tunjukilah itu kepadaku. (Maz 25:4) Ayat dalam Mazmur itulah yang menjadi dasar Paus Shenouda III dalam menjelaskan tentang jalan Tuhan sebagai ilmu, dan setiap manusia hendaknya mengikuti jalan Tuhan tersebut. Menurut Paus Shenouda III, manusia diberi pikiran dan kemampuan dari Tuhan serta berkewajiban untuk mencari ilmu pengetahuan tersebut. Ilmu pengetahuan bisa didapatkan manusia dari berbagai hal, namun manusia harus berhati-hati karena ada ilmu pengetahuan yang salah dan tidak sesuai dengan kehendak Tuhan, yaitu ilmu yang berasal dari setan
38
yang harus dihindari. Paus Shenouda III menyatakan ilmu pengetahuan yang wajib dimiliki manusia adalah pengetahuan tentang dirinya sendiri, karena dengan mengetahui diri sendiri manusia akan lebih bijak dan lebih dekat dengan Tuhan. 4. Konsep Dosa Konsep keempat menurut Paus Shenouda III adalah tentang dosa. Menurutnya, dosa adalah hal yang melanggar Tuhan dan hal yang memberi bukti bahwa manusia mengingkari keberadaan Tuhan. Paus Shenouda III mengatakan bahwa seorang pendosa perlu mendapat perhatian khusus. A sinner is like one losing consciousness not knowing what he is doing. He needs someone to awaken him, to make him come to his senses and show him what he is doing (Shenouda, 1994:60). Pendosa adalah orang yang seperti kehilangan kesadaran tanpa tahu yang ia lakukan. Dia membutuhkan seseorang untuk membangunkannya, untuk membuatnya sadar dan memperlihatkan yang ia lakukan Seorang pendosa dianggap orang yang kehilangan kesadaran, maka sebenarnya dia (pendosa) itu tidak tahu bahwa sebenarnya dia melakukan dosa, maka dari itu dia harus dibimbing agar bisa lepas dari dosa, sehingga dia sadar dan segera bertaubat dari dosa yang dia lakukan. Dosa adalah bentuk pemberontakan dalam melawan Tuhan. It is a revolt and disobedience against God. Imagine then that dust and ashes rebel and revolt against God the Creator of heaven and earth! It is a kind of arrogance that dust revolts against God. (Shenouda, 1994:61)
39
Ini adalah bentuk pemberontakan dan ketidakpatuhan dari perlawanan terhadap Tuhan. Bayangkan kemudian, jika debu dan asap, memberontak dan melawan Tuhan, Sang pencipta langit dan bumi! Ini adalah salah satu bentuk kesombongan bahwa sebutir debu melawan kehendak Tuhan. Selain bentuk perlawanan terhadap Tuhan, dosa adalah salah satu bentuk kesombongan. Seorang pendosa dengan sombong menganggap Tuhan itu tidak ada, maka ia bebas melakukan kehendaknya sesuka hati tanpa mau tahu bahwa ia sebenarnya hanyalah sebutir debu di mata Tuhan. Hal ini seperti yang diungkapkan Paus Shenouda III sesuai dengan Kitab Amsal, Pasal 16 ayat 18:
)51 :56 وهبذا الكربايء يسقط اإلنسان (أم Wa bihadzāl-Kibriyā ̍u yasquthul-̍ Insānu Kecongkakan mendahului kehancuran, dan tinggi hati mendahului kejatuhan. (Ams 16:18) Manusia yang sombong akan jatuh karena kesombongannya, sedangkan manusia yang rendah hati dan menganggap kehidupan duniawi seperti debu maka ia akan tetap dalam keselamatan. Maka setiap manusia harus menjaga diri dari kesombongan, karena hal itu adalah dosa dan dapat menghancurkan manusia. Paus Shenouda III mendasarkan konsep dosa tersebut sesuai dengan kitab Yohanes 1 pasal 2 ayat 15:
)51 :5 يو5( فليست فيه حمبة اآلب,إن أحب أحد العلم In achabba achadun al-‘Ālama falaisat fīhi machabbatul-Ābi Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada dalam orang itu(1 Yoh 2:15)
40
Dosa menunjukkan bahwa seorang manusia itu kekurangan cinta Tuhan. Manusia lebih banyak yang cinta terhadap dunia dibandingkan dengan pemilik dunia, yaitu Tuhan. Manusia yang lebih mencintai kehidupan dunia daripada cinta kepada Tuhan, maka cinta dan kasih dari Tuhan juga tidak akan sampai kepada orang tersebut. Seorang pendosa yang tidak patuh terhadap perintah Tuhan dan melawan Tuhan maka dia akan kekurangan cinta Tuhan dan akan terjerumus kedalam bahaya dan kesesatan. Seperti yang diungkapkan Paus Shenouda III, dosa adalah perbuatan yang harus dijauhi, tetapi tidak pada pelakunya, seorang pendosa harus dibimbing agar segera bertaubat dan meninggalkan perbuatan dosanya. Paus Shenouda III menyatakan kembali bahwa salah satu penyebab seseorang melakukan dosa adalah karena dia kekurangan cinta dari Tuhan, salah satu penyebab manusia tidak mendapatkan cinta dan kasih Tuhan adalah karena ia lebih mencintai kehidupan dunia daripada Tuhan. Selain itu, dosa juga salah satu bentuk dari ketidakpercayaan terhadap Tuhan. 5. Konsep Kesesatan Konsep kelima menurut pemikiran Paus Shenouda III adalah konsep tentang kesesatan. Paus Shenouda III menjelaskan konsep ini sesuai dengan Injil Matius, pasal 18 ayat 6 dan 7:
و من أعثر أحد هؤالء الصغار املؤمنني يب فخري له أن يعلّق يف عنقه حجر الرحى
ولكن,) ويل للعامل من العثرات! فال ب ّد أن أتيت العثرات6( ويغرق يف جلّة البحر )51:6,7 ) (مت7( !ويل لذلك األنسان الّذي به أتيت العثرة
41
Wa man a’tsara achada hā ̍ulā ̍ish-Shighāril-Mu ̍minīna bī fakhairun lahu an yu’allaqa fī ‘unuqihi chajaral-Rachā wa yughraqa fī lujjatil-Bachri.(6) Wailun lil’ālam minal-‘Atsārati! Falā budda an ta ̍tiyal-‘Atsarātu, wa lākin wailun lidzālikal̍Insanil-Ladzi bihi ta ̍tīl-‘Atsratu! (7) Tetapi barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil ini yang percaya kepada-Ku, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia ditenggelamkan ke dalam laut(6). Celakalah dunia dengan segala penyesatannya: memang penyesatan harus ada, tetapi celakalah orang yang mengadakannya(7). (Mat 18:6,7) Kesesatan mungkin saja sesuatu yang disengaja, ketika hal itu membuat orang lain celaka, dan kesesatan yang disengaja akan mendapat hukuman yang berat. Kesesatan yang pertama kali terjadi adalah yang dilakukan Iblis terhadap Adam dan Hawa yang membuat mereka berdua diturunkan ke dunia. He caused our first parents to fall; for they were simple, knowing no evil and he intended on making them fall through deceit and temptation. (Shenouda, 1994:90) Dia (iblis) telah membuat orang tua pertama kita jatuh; untuk mereka ini adalah sangat sederhana, tahu bahwa tak ada kejahatan dan dia bermaksud membuat mereka berdua jatuh melalui tipuan dan godaan. Melalui penyesatan tersebut, maka di dunia terjadi kejahatan yang disebabkan oleh setan. Penyesatan dapat dilakukan melalui banyak cara, seperti membuat seseorang akrab dan terbiasa dalam melakukan dosa, memudahkan orang untuk melakukan dosa, membiarkan orang untuk mencoba dosa dan memperkenalkan orang terhadap konsep-konsep yang salah. Maka, setiap orang wajib belajar dan mengetahui apa yang dimaksud dosa yang mampu menyebabkan penyesatan.
42
Thus knowledge which defiles his thoughts is introduced into his mind. This knowledge may arouse lusts within and make him fall into sin. (Shenouda, 1994:90) Hingga pengetahuan yang mengotori pikirannya memasuki pikirannya. Pengetahuan tersebut mungkin saja menimbulkan nafsu dan membuatnya jatuh kedalam dosa Manusia harus berhati-hati terhadap pengetahuan yang ia dapatkan. Pengetahuan bisa datang dari mana saja, salah satunya adalah dari teman. Maka seseorang harus berhati-hati jika ada teman yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu yang salah dan berdosa, maka sebenarnya ia telah mendapatkan teman yang salah. Karena teman yang salah akan memberikan hal-hal yang buruk, menyebar fitnah, merusak moral dan bisa jadi membuat orang tersebut kehilangan imannya. Teman yang mengajak berbuat dosa dan memberi kemudahan dalam berbuat dosa harus dihindari, karena teman seperti ini mampu membuat seseorang tersandung dalam sebuah kesesatan. Banyak hal yang mampu membuat orang sesat, bahkan dalam hal yang berhubungan dengan agama sekalipun. There are offenses in the field of religion as in the case of heretics and those who spread suspicions concerning religion or spread atheism or deny the resurrection and miracles of Christ. (Shenouda, 1994:94) Ada banyak macam kesesatan dalam bidang agama, seperti kasus orang yang melakukan bid’ah dan orang yang berbeda dalam agama atau orang yang atheis atau menolak kebangkitan kembali dan mukjizat Yesus Kristus. Penyesatan juga bisa muncul dalam bidang agama, contoh yang terjadi terhadap orang-orang yang membuat perkara baru dalam agama atau bid’ah, orang-orang melakukan perbedaan dalam hal agama, selain itu kesesatan terjadi
43
terhadap orang-orang yang tidak percaya terhadap kebangkitan Yesus Kristus dan mukjizatnya. Itulah mengapa manusia harus sangat berhati-hati terhadap semua hal yang ia terima. Termasuk informasi yang diterima dari media masa yang dapat berpengaruh langsung terhadap rusaknya pikiran, perasaan dan tingkah laku. Likewise, all sources of thought, whether books, magazines, newspapers, pamphlets, leaflets etc... These might be a stumbling block if they have a bad effect on people's thoughts, feelings and behaviour and lead them onto a path which is harmful to them and to the community. (Shenouda, 1994:96,97) Demikian juga semua sumber dari pemikiran, baik itu buku, majalah, koran, pamflet, selebaran dan lain-lain. Hal itu dapat menjadi batu sandungan jika mereka memilki pengaruh buruk terhadap banyak orang, pikiran, perasaan, tingkah laku dan membimbing mereka kepada jalan yang berbahaya bagi mereka dan lingkungannya. Pikiran dan tingkah laku manusia dapat saja berbuah menjadi buruk karena pengaruh lingkungan dan media masa, sehingga menjadi kewajiban setiap manusia untuk membentengi diri, keluarga, teman dan lingkungnya, dari halhal yang mampu membawa kesesatan. Karena seseorang bisa saja melakukan kesesatan bahkan ketika dia dalam gereja dan berdoa, dia berbicara, maka dia melakukan dua kesalahan, mengabaikan gereja dan Tuhan, juga telah menyesatkan orang lain yang mencontoh perilakunya. First : Not respecting the church, not respecting the prayers, and lack of God's fear in their heart. Second : He becomes an offense to others, who will either imitate him, or commit the sin of condemning him. (Shenouda, 1994:99) Pertama: Dia tidak hormat kepada gereja, tidak menghormati ibadah, dan tidak punya rasa takut terhadap Tuhan dalam dirinya.
44
Kedua: Dia telah menyesatkan orang lain, yang salah satunya akan mencontohnya, atau melakukan dosa dengan menghukumnya. Selain itu, bentuk kesesatan yang lain adalah menjadi munafik, yaitu orangorang yang melakukan kebaikan, sebenarnya ia hanya berbohong, seperti orang yang mengaku puasa, tetapi sebenarnya ia tidak melakuknnya. Maka setiap orang tidak boleh hidup dalam kepura-puraan untuk mendapat pujian dari manusia lain, karena hal itu termasuk bentuk kesesatan. One should not feign righteousness to avoid being a cause of offense! The right thing is to behave well and be actually righteous in order not to offend people. (Shenouda, 1994:104) Seseorang seharusnya tidak berpura-pura menjadi baik untuk menjauhi penyebab kesesatan! Hal yang benar adalah dengan berkelakuan baik dan menjadi baik yang sebenarnya untuk tidak menyesatkan orang lain. Kesesatan merupakan hal yang harus dihindari manusia, karena hal ini berpengaruh buruk bagi diri sendiri dan lingkungan, maka dari itu manusia harus berhati-hati terhadap perilakunya. Kesesatan banyak terjadi disemua bidang, bahkan dalam bidang agama yaitu perbuatan bid’ah atau perbuatan yang menyimpang dan mencurigakan, selain itu kesesatan dalam hal agama terjadi pada orang-orang yang tidak percaya kebangkitan kembali dan mukjizat Yesus Kristus. Media masa melalui buku, majalah, koran atau selebaran, juga bisa menjadi salah satu penyebab terjadinya kesesatan, jika berisi hal-hal buruk. Kesesatan juga bisa terjadi melalui teman, jika seorang teman tersebut mengajarkan keburukan atau membiarkan terjadinya keburukan. Manusia juga harus berhati-hati terhadap sikap munafik, yaitu sikap ingin dipuji dan dianggap orang lain dia tidak melakukan kesesatan. Maka manusia harus mampu
45
menjaga diri, keluarga, teman dan lingkungannya dari kesesatan ini dengan terus belajar dan tahu tentang dosa yang harus dihindari dan tentang hal baik yang harus dilakukan. 6. Konsep Ambisi Manusia Konsep keenam menurut Paus Shenouda III adalah tentang ambisi, yaitu hasrat terhadap cita-cita yang tinggi dan terus menerus. Ambisi adalah keadaan seseorang yang tak pernah merasa puas dan tak pernah berhenti mencapai tingkat tertentu dalam melakukan sesuatu. Namun, ambisi adalah sesuatu yang alami dalam diri manusia, karena manusia adalah ciptaan Tuhan dari sebuah penggambaran dan penyerupaan terhadap diri-Nya. Salah satu sifat Tuhan adalah “tak terbatas”, sedangkan manusia merupakan gambaran dari Tuhan, maka Tuhanpun menciptakan manusia memiliki sifat ingin menjadi “tak terbatas” pula. Since man cannot be unlimited by himself; for being unlimited is the attribute of God alone, his desires and ambitions became inclined to an unlimited level. Whenever a person attains a certain position, he longs for a higher and better one. (Shenouda, 1994:4748) Manusia tidak bisa menjadi tak terbatas dengan dirinya sendiri, karena menjadi tak terbatas adalah sifat Tuhan, hasrat dan ambisi manusia cenderung untuk mencapai tingkat tak terbatas. Suatu ketika manusia bisa mendapatkan posisi tertentu, selama ia mau berusaha untuk lebih tinggi dan lebih baik. Seperti yang dikatakan Paus Shenouda III diatas, bahwa manusia tidak akan bisa menjadi sesuatu yang “tak terbatas” atau bebas berkehendak, karena hal itu merupakan sifat Tuhan yang Maha Kuasa, tetapi takdir manusia oleh Tuhan
46
diberi sifat yang ambisius dan berhasrat tinggi untuk mendapatkan sesuatu. Tetapi hal itu bisa menjadi nyata jika seorang manusia mau berusaha dengan baik. Paus Shenouda III mengungkapkan hal ini berdasarkan ayat Alkitab, Roma pasal 12 ayat 3:
لكل ّ ُ كما قسم هللا, بل يرتئي إىل التّع ّقل,أن ال يرتئي فوق ما ينبغي أن يرتئي )55:1 واحد مقدارا من اإلميان (روم An la yarta ̍ iya fauqa mā yanbaghi an yarta ̍ iya, bal yarta ̍ iya ilāt-Ta’aqquli, kamā qasamal-Lahu likulli wāchidin miqdāran̄ minal-Īmān Janganlah kamu memikirkan hal-hal yang lebih tinggi dari pada yang patut kamu pikirkan, tetapi hendaklah kamu berpikir begitu rupa, sehingga kamu menguasai diri menurut ukuran iman, yang dikaruniakan Allah kepada kamu masing-masing.(Rom 12:3) Ambisi tiap manusia berbeda-beda dan ada dua macam ambisi manusia, pertama, ambisi baik yang mengarahkan kepada kehidupan spiritual dan akan membuat manusia merasa gembira dan lebih rendah hati karena ambisi yang didasarkan untuk kebaikan dan Tuhan. Selain itu, ada ambisi buruk yaitu ambisi yang berakibat kepada dosa, seperti ambisi yang bersifat duniawi, nafsu untuk mendapat pujian dari orang lain yang berakibat kepada kesombongan, iri hati dan ketidakpuasan. Seperti yang diungkapkan Paus Shenouda III tentang perbedaan dua ambisi ini: Sinful ambition: whenever it attains some level, it is puffed up and becomes arrogant. Whereas spiritual ambition rejoices in the Lord in humbleness. (Shenouda, 1994:53) Ambisi yang penuh dosa: ketika memperoleh beberapa tahapan, hal ini membuatnya menjadi angkuh dan sombong. Sedangkan, ambisi spiritual membuatnya gembira dalam Tuhan dan kerendahhatian.
47
Hal yang diungkapkan Paus Shenouda III ini didasarkan pada ayat Alkitab, Lukas pasal 12 ayat 10:
ألنّنا إّنا عملنا ما كان, إنّنا عبيد بطّالون:كل ما أمرمت به فقولوا ّ مىت فعلتم )57:51 جيب علينا (لو Matā fa’altum kulla mā umirtum bihi faqūlū: innamā ‘abīdun baththālūna, liannanā innamā ‘amilnā mā kāna yajibu ‘alainā Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata: Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan (Luk 17:10) Menurut Paus Shenouda III, ambisi yang harus dimiliki manusia adalah ambisi yang bersifat spiritual, karena ambisi tersebut adalah ambisi yang meletakkan cinta kepada Tuhan. A person who has spiritual ambition, wants to attain the utmost of spirituality due to his love to God, never thinks of rivaling or competing with others or even surpassing them in spirituality.(Shenouda, 1994:55) Manusia yang memiliki ambisi spiritual, mengingingkan mendapat kepuasan rohani sepenuhnya karena cintanya akan Tuhan, tidak pernah memikirkan untuk bersaing atau berkompetisi dengan yang lain atau bahkan berusaha melebihi yang lain dalam hal yang bersifat rohani. Ambisi yang bersifat spiritual ini hanya memasrahkan semua cinta kepada Tuhan untuk mendapat cinta Tuhan, jadi manusia tersebut tidak berambisi untuk bersaing dengan manusia lain dalam hal duniawi, ataupun bersaing dalam kerohanian. Salah satu bentuk manusia yang memiliki ambisi spiritual adalah dengan doa. Ambisi spiritual adalah ambisi yang terus berkembang, dan doa adalah salah satunya selain cara manusia dalam melayani Tuhan.
48
In prayer, a spiritually ambitious person likes to develop and grow whether with regard to the time he spends with God or to the fervency, depth, contemplation, love and faith in his prayers. (Shenouda, 1994:57) Dalam doa, manusia yang memiliki ambisi spiritual seperti berkembang dan tumbuh yang menganggap waktu yang ia habiskan bersama Tuhan atau dengan kekuatan, kedalaman, perenungan, cinta dan iman dalam doanya. Seperti yang telah dijelaskan di atas, Paus Shenouda III mengungkapkan bahwa ambisi adalah hal yang alami bagi manusia, karena sifat ini adalah pemberian dari Tuhan. Sifat manusia yang ambisius ini kadang mengantarkan manusia untuk memiliki nafsu yang melampaui batas, yaitu ambisi untuk menjadi tak terbatas. Tetapi, menjadi tak terbatas tidaklah mungkin bagi manusia, karena sifat tak terbatas adalah milik Tuhan. Selain itu, diungkapkan pula bahwa ada dua jenis ambisi manusia, pertama, ambisi spiritual yang berdasar Tuhan dan mampu mengarahkan manusia untuk menjadi gembira di dalam Tuhan dan kerendah-hatian, dan satu bentuk dari ambisi spiritual ini adalah dengan doa untuk mengharap cinta Tuhan. Kedua, ambisi buruk yang berakibat pada dosa, yaitu ambisi manusia yang bersifat keduniawian dan hasrat untuk selalu dipuja, hal-hal buruk ini akan menjatuhkan manusia kepada kesombongan dan ketidakpuasan. Maka, seperti yang diungkapkan Paus Shenouda III, manusia harus melakukan segala sesuatu berdasar Tuhan, dan setiap sesuatu yang dilakukan hanya untuk Tuhan agar mendapat rasa gembira dan kerendahan hati, juga cinta dari Tuhan. 7. Konsep Istirahat & Kelelahan
49
Konsep ketujuh menurut pemikiran Paus Shenouda III adalah konsep tentang istirahat dan kelelahan. Konsep yang dijelaskan Paus Shenouda III ini berdasarkan pada kisah tentang penciptaan dunia, seperti yang disebutkan dalam kitab Kejadian pasal 2 ayat 3:
ألنّه فيه اسرتاح من مجيع عمله الّذي عمل,وابرك هللا اليوم السابع وق ّدسه )5:1 هللا خالقا (تك wa bāraka-Lahul-Yaumas-Sābi’a wa qaddasahu, li ̍annahu fīhistarācha min jamī’i ‘amalihil-ladzi ‘amila-Lahu khāliqan Lalu Allah memberkati hari ketujuh itu dan menguduskannya, karena pada hari itulah Ia berhenti dari segala pekerjaan penciptaan yang telah dibuat-Nya itu. (Kej 2:3) Ayat tersebut menjelaskan bahwa Tuhan, beristirahat pada hari ketujuh setelah Ia menciptakan dunia. Ayat dalam kitab Perjanjian Lama itulah yang digunakan oleh Paus Shenouda III sebagai dasar dalam menjelaskan konsep ini bahwa manusia juga membutuhkan istirahat setelah ia bekerja. The rest meant here is the rest after finishing or completing work. When a person completes what he is doing he feels comfort and rest. (Shenouda, 1994:37) Istirahat disini berarti beristrirahat setelah selesai menyelesaikan pekerjaan. Ketika seseorang menyelesaikan yang ia lakukan dia merasa nyaman dan tenang. Pernyataan Paus Shenouda III diatas menerangkan bahwa setelah seseorang menyelesaikan pekerjaannya, maka dia bisa bersitirahat dengan nyaman dan tenang. Jadi bisa disimpulkan bahwa manfaat dari sebuah istirahat adalah untuK mendapat sebuah ketenangan. Selain itu, ada sebuah istirahat yang
50
bersifat abadi, yaitu istirahat bukan karena lelah, sakit atau menderita, istirahat itu disebut kematian. A person after death rests from the troubles of this world, from the disturbance and the burden of the body, and from the evil existing around him. (Shenouda 1994, 1994:38) Manusia setelah mati, dia telah meletakkan masalah di dunia, dari gangguan dan dari beban di badan, dan dari kejahatan disekelilingnya. Maka, dalam Iman Kristen seseorang yang meninggal dunia disebut “istirahat”dan didoakan supaya beristirahat dalam damai. Sedangkan ketika manusia masih hidup di dunia, banyak hal yang membutuhkan istirahat, seperti jasmani, pikiran, jiwa, hati dan perasaan. Selain istirahat untuk jasmani, ada juga istirahat yang bersifat psikologis dan spiritual. Istirahat jasmani, psikologis dan spiritual saling berhubungan, dengan mengistirahatkan jasmani secara cukup, maka psikologis dan spiritual juga akan menjadi lebih baik. Semua macam istirahat yang dibutuhkan manusia diawali dari istirahat jasmani, Pernyataan ini didasarkan Paus Shenouda III dalam kitab Markus pasal 2 ayat 27:
)5:57رب السبت أيضا(مر ّ السبت إّنا جعل ألجل اإلنسان هو As-Sabtu innama ju’ila li ajlil-Insani huwa Rabbus-Sabti aidhan Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat. (Mark 2:27) Tubuh manusia membutuhkan istirahat setelah melakukan pekerjaan, tetapi bukan berarti manusia memerlukan banyak istirahat. Hendaknya, Istirahat itu
51
secukupnya saja, agar mental dan psikologi berjalan dengan seimbang dan tubuh merasa nyaman setelah dipulihkan dari sebuah kelelahan pekerjaan. To make the body comfortable, as some scientists say, do not let it work for a long time without rest. Give your body some rest, even for a few minutes, amidst long hours of work. This is the purpose of the break given during work, to help your body recover and give you rest. (Shenouda, 1994:39) Untuk membuat tubuh merasa nyaman, seperti yang dikatakan beberapa ilmuwan, jangan terlalu banyak bekerja tanpa istirahat. Berikan tubuhmu sedikit istirahat, walaupun hanya beberapa menit, ditengah-tengah waktu bekerja yang panjang. Hal ini dimaksudkan untuk memberi jeda ketika bekerja, untuk membantu memperbaiki tubuh kembali dan beristirahat. Selain membutuhkan sedikit istirahat, kadang manusia membutuhkan istirahat yang bersifat wajib, salah satunya karena sakit yang bisa jadi muncul karena pekerjaan yang tidak seimbang dengan istirahat. Kadang, istirahat dihubungkan dengan rasa lelah, padahal manusia membutuhkan istirahat tanpa perlu menunggu lelah. Selain lelah karena bekerja, ada juga lelah yang dikarenakan dari dalam diri manusia itu sendiri. Some persons have no external reason for fatigue but fatigue comes from within them, from the concerns of the heart, anxiety, suspicions, fear and pessimism. Everything that happens to them causes them trouble; they are the cause of their own fatigue not others. (Shenouda, 1994:43) Beberapa orang tidak punya alasan merasa lelah karena faktor dari luar, tetapi dari dalam diri mereka sendiri, dari hati yang gelisah, khawatir, curiga, takut dan pesimis. Semua yang terjadi terhadap diri mereka sendiri adalah karena mereka sendiri; mereka sendiri adalah penyebab lelah itu, bukan yang lain. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa menurut Paus Shenouda III, istirahat adalah sesuatu yang dibutuhkan manusia, karena itu merupakan kodrat
52
dari Tuhan. Sesuai Kitab Kejadian yang menjadi dasar konsep ini, Paus Shenouda III mengungkapkan bahwa setelah bekerja selama enam hari dalam penciptaan dunia, Tuhan beristirahat dan menguduskan hari tersebut, yaitu Sabat atau Sabtu. Sehingga, istirahat sebagai kodrat manusia bukanlah sesuatu yang bersifat buruk, bukan suatu kemalasan ataupun dosa, melainkan salah satu cara untuk menjaga diri. Istirahat tak perlu menunggu merasa lelah, justru dengan istirahat manusia tidak mudah merasa lelah. Selain faktor luar yang membuat manusia merasa lelah, ada faktor dari dalam yang berpangkal dari dalam hati, seperti rasa sedih, takut, khawatir dan penyakit hati lainnya yang membuat manusia itu lelah disebabkan oleh dirinya sendiri. 8. Konsep Kebebasan Paus Shenouda III menyatakan bahwa Tuhan menyukai manusia untuk menjadi pribadi yang bebas, konsep tentang kebebasan ini didasarkan dalam kitab Ulangan pasal 30 ayat 15, 19 dan 20:
)51( الشر ّ واملوت و, قد جعلت اليوم ق ّدامك احلياة واخلري.انظر . الربكة واللعنة. قد جعلت ق ّدامك احلياة واملوت.أشهد عليكم اليوم السماء واألرض )51( فاخرت احلياة لكي حتيا أنت و نسلك )51( ألنّه هو حياتك,إذ حتب الرب إهلك وتسمع لصوته وتلتصق به )11:51,51,51 (تث
Unzhur. Qad ja’altul-Yauma quddāmakal-Chayāta wal-Khaira, wal-Mauta wasy-Syarra. (15) Usyhidu ‘alaikumul-Yaumas-Samā ̍a wal-Ardha. Qad ja’altu quddāmakal-Chayāta wal-Mauta. Al-Barakata wal-La’nata. Fākhtaril-Chayata likay tachyā anta wa nasluka. (19)
53
Idz tuchibbur-Rabbu ilhaka watasma’u lishautihi wa taltashiqu bihi, liannahu huwa chayātuka (20) Ingatlah, aku menghadapkan kepadamu pada hari ini kehidupan dan keberuntungan, kematian dan kecelakaan, (15) Aku memanggil langit dan bumi menjadi saksi terhadap kamu pada hari ini: kepadamu kuperhadapkan kehidupan dan kematian, berkat dan kuruk. Pilihlah kehidupan, supaya engkau hidup, baik engkau maupun keturunanmu,(19) dengan mengasihi Tuhan, Allahmu, mendengarkan suara-Nya dan berspaut kepada-Nya, sebab hal itu berarti hidupmu(20) Kebebasan, adalah sesuatu yang mengharuskan manusia untuk bertanggung jawab terhadapnya. Manusia yang tidak mendapatkan kebebasan, berarti dia tidak memiliki tanggung jawab atas hal tersebut. On the other hand, freedom necessitates the accountability of man for whatever he does whether good or evil so that he might be rewarded for his good works and punished for his wrong or evil works. (Shenouda, 1994:32) Disisi lain, kebebasan mengharuskan seseorang untuk bertanggung jawab terhadap sesuatu yang ia lakukan, apakah itu hal baik ataupun hal buruk, jadi dia pantas mendapat penghargaan terhadap pekerjaannya dan hukuman terhadap kesalahannya. Manusia yang bertanggung jawab atas kebebasan yang ia lakukan, maka pantas mendapat penghargaan, sedangkan jika ia melakukan kesalahan dari kebebasan yang ia dapatkan, maka ia pantas mendapat hukuman. Karena, kebebasan adalah sesuatu yang membutuhkan pertanggungjawaban, maka tidak ada kebebasan yang bersifat mutlak. Selain itu, setiap manusia memiliki kebebasan dalam melakukan segala hal yang ia inginkan dengan syarat, ia tidak mengganggu kebebasan orang lain, jadi setiap kebebasan yang dilakukan harus tetap menghormati kebebasan orang lain. Kebebasan yang dimiliki seseorang
54
hendaknya tidak membuat orang lain merasa khawatir dan takut, begitu pula tidak membahayakan diri sendiri. Your own self does not belong to us. It belongs to God who created it and redeemed it. It belongs also to the community that cared for you and brought you up and thus you have obligations towards it. (Shenouda, 1994:33) Dirimu bukanlah milikmu sendiri. Dirimu adalah milik Tuhan yang menciptakannya dan menyelamatkan. Dirimu juga milik dari kumpulan yang memperdulikanmu dan membawamu dan dengan demikian kamu wajib menghormatinya. Kebebasan yang dimiliki manusia bukanlah sesuatu yang benar-benar bebas dan mutlak, karena diri manusia itu sendiri bukanlah miliknya pribadi, melainkan milik penciptanya, yaitu Tuhan. Selain itu, manusia harus menghormati orang-orang disekitarnya yang telah perdulikan. Kebebasan yang tidak mutlak dan memiliki batas tersebut, adalah untuk kebaikan diri sendiri, orang lain, dan juga agar menjaga manusia dekat dengan Tuhan. Kebebasan yang nyata adalah kebebasan dari kesalahan dan dosa, yaitu kebebasan dari kebiasaan buruk, perasaan jelek di hati, dan pikiran-pikiran yang menyimpang. Maka, manusia yang mampu bebas dari dosa di dalam dirinya, dapat menggunakan kebebasan tersebut dengan tepat. Beberapa orang mampu memperoleh kebebasan yang nyata, yaitu orang-orang yang mampu mengendalikan dirinya. Salah satu cara manusia untuk mengendalikan diri untuk mendapat sebuah kebebasan adalah dengan “puasa” dan cara-cara lain dalam menjaga diri.
55
spiritual exercises to control his body through fasting and vigil and to control it regarding lusts so that he may not plunge into diversion and sensual delight and lose his spirituality. (Shenouda, 1994:36) latihan rohani untuk mengendalikan tubuh antarlain melalui puasa, menjaga diri, dan mengendalikan yang berkenaan dengan nafsu, sehingga ia tidak akan terjun di dalam hiburan dan nafsu kesenangan dan kehilangan kerohaniannya. Paus Shenouda III juga memberi pesan agar menggunakan kebebasan yang dimiliki untuk berbuat kebaikan, yang berguna untuk dirinya sendiri dan untuk orang lain. Tapi, satu hal yang perlu digaris bawahi, bahwa segala sesuatu harus diawali dari diri sendiri, kemudian kepada orang lain. Dalam konteks ini adalah kebebasan yang mampu memberikan manfaat dan berupa kebaikan. My advice to you is, use your freedom for your own benefit and for the benefit of others. Free yourself within first before you practice your external freedom.(Shenouda, 1994:35) Pesanku untuk kalian adalah, gunakan kebebasanmu untuk kebaikan bagi dirimu sendiri dan kebaikan bagi yang lain. Bebaskan dirimu di dalam dahulu sebelum kalian menggunakan kebebasan itu keluar (kepada yang lain). Paus Shenouda III menyatakan bahwa Tuhan menyukai manusia untuk menjadi bebas berdasarkan Kitab Ulangan, pasal 30 ayat 15, 19, 20. Kemudian dijelaskan kembali bahwa kebebasan adalah sesuatu yang harus dipertanggungjawabkan, sedangkan manusia yang tidak mendapat kebebasan berarti ia tidak memiliki tanggung jawab. Karena kebebasan adalah sesuatu yang harus dipertanggungjawabkan, maka tidak ada kebebasan yang bersifat mutlak. Sehingga,
sebuah
kebebasan
harus
mampu
menghormati
dan
tidak
mengganggu kebebasan orang lain, karena sesungguhnya diri manusia itu
56
bukanlah miliknya sendiri, melainkan milik Tuhan. Kebebasan yang nyata adalah keadaan seorang orang manusia yang mampu lepas dari kesalahan dan dosa yang mampu melukai diri sendiri dan orang lain disekitarnya. Jadi, pesan Paus Shenouda III, walaupun manusia memiliki kebebasan untuk melakukan apapun yang ia mau, tetapi ia harus menggunakan kebebasan yang ia punya untuk melakukan kebaikan bagi dirinya sendiri dan orang lain. 9. Konsep Cinta & Persahabatan Konsep kesembilan menurut Paus Shenouda III adalah konsep cinta. Dalam membicarakan tentang konsep ini, beliau mendasarkannya pada kitab Ulangan pasal 6 ayat 5:
)6:1 كل ّقوتك (تث ّ فتحب ّ ّ كل نفسك ومن ّ كل قلبك ومن ّ الرب إهلاك و من Fatuchibbur-Rabba il̄ahaka wa min kulli qalbika wa min kulli nafsika wa min kulli quwwatika Kasihilah Tuhanmu, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu. (Ul 6:5) Dasar dari ayat dalam Kitab Perjanjian Lama inilah yang dipakai Paus Shenouda III dalam menentukan makna cinta. Setiap manusia diwajibkan mencintai Tuhan dengan hati, dengan jiwa dan dengan kekuatan lebih dari apapun,
jadi cinta terhadap manusia atau sesuatu yang lain, tidak boleh
melebihi cinta terhadap Tuhan. Karena, hati manusia adalah ciptaan Tuhan, jadi cinta terhadap Tuhan itulah yang dipakai untuk mencintai orang lain. Our love for everyone and for everything should be through or within the scope of our love for God. (Shenouda, 1994:71)
57
Cinta kita terhadap orang lain atau sesuatu yang lain haruslah lewat dalam luasnya cinta kita terhadap Tuhan. Jika ada cinta melebihi cinta terhadap Tuhan, maka itu adalah cinta yang salah dan dia tidak layak bagi Tuhan, hal ini didasarkan Paus Shenouda III dalam Injil Matius pasal 10 ayat 37:
مين ّ أحب أبنا أو أبنة أكثر ّ أحب أاب أو أما أكثر ّ من,مين فال يستح ّقين ّ من )51:17 فال يستح ّقين (مت Man achabba Aban a̍ u Umman aktsar minnī falā yastahiqqunī, wa man achabbab-nan ̍au ̍ibnatan aktsar minnī falā yastahiqqunī Barangsiapa mengasihi bapa dan ibunya lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku; dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau anak perempuan lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku. (Mat 10:37) Dari ayat dalam Injil Matius yang menjadi dasar tersebut, Paus Shenouda III menjelaskan bahwa cinta terhadap apapun yang melebihi cinta terhadap Tuhan, maka dia termasuk manusia yang tidak pantas mendapat cinta Tuhan. Tetapi, cinta antara anak dan orang tua adalah salah satu bentuk cinta yang alami, yaitu cinta yang memang dicontohkan Tuhan, karena cinta Tuhan juga cinta yang alami seperti cinta ayah dan anak. Selain cinta yang alami, ada juga cinta yang diperoleh melalui proses tertentu, seperti cinta terhadap teman, sanak keluarga, rekan kerja, atau cinta diantara dua orang bertunangan atau suami istri. Kekuatan cinta itu berkembang secara berangsur-angsur. It may begin as an acquaintance, then develop into friendship. Acquaintance is a relation between two or more persons who may work together or have similar interests, and this may develop into a friendship. (Shenouda, 1994:73)
58
Ini mungkin berawal dari sebuah perkenalan, kemudian berkembang menjadi sebuah persahabatan. Perkenalan adalah sebuah hubungan antara dua orang atau lebih yang bekerja bersama atau memiliki kesamaan kepentingan, dan ini mungkin akan berkembang menjadi sebuah persahabatan. Cinta yang tercipta secara tidak alami inilah yang membuat orang mendapatkan sebuah hubungan baru yang bisa jadi dimulai dari sebuah perkenalan, seperti persahabatan atau sebuah pernikahan. Ada juga yang disebut dengan rasa kagum. Kekaguman berbeda dari rasa cinta, karena rasa kagum muncul terhadap orang lain yang karena dia melakukan sesuatu, seperti kekaguman terhadap atlit atau terhadap penulis. Rasa kagum tidak disertai dengan adanya sebuah hubungan ataupun cinta. Sedangkan cinta adalah pertemuan diantara dua hati yang memiliki rasa dan emosi yang sama. Love should be reasonable, wise and spiritual; for there are different kinds of love that may cause harm. True love should be chaste; for there is a difference between love and lust. (Shenouda, 1994:73,74) Cinta seharusnya adalah sesuatu yang beralasan, bijak dan spiritual; berbeda dengan cinta yang membuat kerusakan. Cinta sejati seharusnya suci; ada perbedaan antar cinta dan nafsu. Cinta sejati adalah sesuatu yang suci dan mampu menjaga kemurnian, sedangkan nafsu hanya mempunyai niat untuk melampiaskannya saja tanpa adanya cinta. Maka, cinta sejati mendasarkan perasaan tersebut kepada Tuhan. Cinta sejati juga cinta yang membuat seorang manusia itu mampu menjaga dan tidak kehilangan spiritualitasnya.
59
Who loves you truly does not rob for himself your love for God nor decreases its value nor shakes the love of God in your heart. (Shenouda, 1994:75) Dia yang mencintaimu dengan murni tidak akan merampas cintamu kepada Tuhan atau tidak akan mengurangi nilai atau tidak akan menggoyahkan cintamu terhadap Tuhan di hatimu. Maka cinta sejati adalah cinta yang membuat seseorang itu bertambah iman dan cintanya terhadap Tuhan, selain itu cinta sejati adalah cinta yang bersifat abadi, yaitu cinta yang mampu membawa menuju surga. Selain konsep cinta, Paus Shenouda III juga membahas tentang konsep persahabatan, cinta dan persahabatan adalah dua hal yang saling berhubungan, dalam cinta ada persahabatan dan dalam persahabatan ada cinta, seperti kisah antara Daud dan Yonatan yang dikisahkan dalam Kitab 2 Samuel pasal 1 ayat 26:
حمبتك يل أعجب من. كنت حلوا يل ج ّدا.قد تضايقت عليك اي أخي يواناثن )5:56 صم5( حميت النساء Qad tadhāyaqtu ‘alaika yā akhī Yunātsānu. Kunta chulwan lī jiddan. Mahabbatuka lī a’jabaka min mahabbatun-Nisā ̍i Merasa susah aku karena engkau, saudaraku Yonatan, engkau sangat ramah kepadaku; bagiku cintamu lebih ajaib dari pada cinta perempuan. (2 Sam 2:26) Ayat di atas menjelasakan tentang cinta diantara dua jiwa dalam sebuah persahabatan yang murni. Dijelaskan Paus Shenouda III, bahwa persahabatan adalah perasaan ramah antara satu orang dengan orang lain yang membawa kepada kebaikan. Friendship is a feeling of amiability which might be between one man and another, one woman and another, or among the members of one family or between two families with their members whether
60
men or women. It might be between two sexes within the scope of spiritual love without any physical feeling. A friend should be true in friendship. He should be righteous so as to lead his friend to goodness. (Shenouda, 1994:78) Persahabatan adalah perasaan ramah yang bisa terjadi anatara seorang laki-laki dengan yang lain, atau seorang perempuan dengan yang lain, atau diantara anggota dari sebuah keluarga atau antara dua keluarga dengan anggota mereka apakah laki-laki atau perempuan. Hal ini juga bisa terjadi antara dua orang lawan jenis didalam lingkup cinta spiritual tanpa adanya perasaan secara fisik. Seorang sahabat seharusnya mengajak kebenaran dalam persahabatan. Dia harus menjadi adil, sehingga mampu membawa temannya kepada kebaikan. Persahabatan yang sejati adalah mereka yang selalu mengajak kepada kebaikan, sedangkan teman yang mengajak kepada keburukan dan mengajak untuk melakukan keburukan itu secara terus menerus, maka itu adalah sahabat yang palsu, maka dalam memilih teman haruslah ia yang mampu mengajak kepada keadilan dan kebaikan. Selain itu, manusia harus berhati-hati dari cinta yang salah, yaitu cinta yang membawa kepada dosa. It is not love to encourage a person to continue in sin. (Shenouda, 1994:81) Bukanlah sebuah cinta jika ia mendukungmu untuk terus menerus melakukan dosa. Cinta yang sejati tidak akan mendukung seorang manusia untuk terus melakukan dosa, maka setiap manusia harus berhati-hati dalam perasaan cinta tersebut. Disisi lain, setiap orang juga menganggap jika ia mencintai seseorang, maka harus membelanya apapun yang orang yang dicintai lakukan, walaupun dalam perbuatan salah, tetapi yang dibenarkan justru sebaliknya, yaitu menjaganya agar tidak melakukan kesalahan tersebut.
61
You can lead him to repentance, thus saving him and saving yourself of being condemned with him. True love is to deliver him of his faults, or to justify his faults before others. (Shenouda, 1994:82) Kamu bisa mengajaknya untuk bertaubat, sehingga dapat menjaganya dan menjagamu dari memberikan hukuman terhadapnya. Cinta sejati adalah menyampaikan kesalahankesalahan yang ia lakukan, atau membenarkan kesalahan tersebut sebelum yang lain. Salah satu bentuk konsep cinta dan persahabatan adalah pidato Paus Shenouda III dalam pertemuan minoritas yang disponsori oleh PBB di Siprus tahun 1994 yang menyatakan bahwa kaum Koptik di Mesir bukanlah sebuah minoritas, tetapi bagian dari Mesir. Pernyataan tersebut didasarkan terhadap rasa cinta terhadap tanah air dan bangsa (Attia, 2001:48). Konsep cinta dan persahabatan menurut Paus Shenouda III, ada dua macam cinta, yaitu alami seperti yang ada antara anak dan orang tua, dan cinta yang memerlukan proses belajar seperti cinta terhadap orang lain, teman, dan hubungan antara suami istri. Cinta dan persahabatan adalah dua hal yang saling berhubungan, karena sebuah persahabatan dapat terjadi karena cinta. Persahabatan yang sejati adalah persahabatan yang mengajak kepada kebaikan, jika persahabatan itu mengajak kepada keburukan dan dosa, selain itu menjadi pendudukung perbuatan buruk tersebut, maka itu adalah suatu hubungan yang salah. Jika sampai seorang sahabat melakukan kesalahan dan dosa, maka hendaknya dia dibimbing agar segera bertaubat dan tidak melakukanya kembali. Karena cinta dan persahabatan yang salah, dapat membahayakan diri sendiri dan orang lain, hal ini membawa kepada dosa dan membuat manusia
62
jauh dari Tuhan. Manusia diperbolehkan untuk mencintai orang lain, tetapi cinta itu tidak beoleh melebihi cinta terhadap Tuhan. Manusia harus menjadikan cinta terhadapan Tuhan sebagai sesuatu yang utama, dan dengan cinta dari Tuhan tersebut manusia menaburkan cinta terhadap yang lain. 10. Konsep Lemah Lembut Konsep kesepuluh menurut Paus Shenouda III yaitu konsep lemah lembut. Konsep ini didasarkan bahwa lemah lembut adalah salah satu sifat Yesus, hal ini didasarkan pada perkataan Yesus dalam Injil Matius pasal 11 ayat 29:
)55:51 فتجدوا راحة لنفوسكم (مت, أل ّين وييع و متواضيع القلب,و تعلّموا مين Wata’allamū minnī lianni wadī’un mutawādhī’ul-Qalbi, fatajidū rāhatan linufūsikum Dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan (Mat 11:29) Dari dasar ayat dalam Perjanjian Baru di atas, kemudian Paus Shenouda III memberi pengertian tentang orang yang lembut, yaitu orang yang berkepribadian tenang, halus, dan ceria. He is calm, does not get angry, agitated, or furious, but their voice is gentle and pleasant. He does not get nervous for he is composed. (Shenouda, 1994:106) Dia itu tenang, tidak cepat emosi, gelisah, atau marah, tetapi suaranya lembut dan menyenangkan. Dia tidak mudah gugup karena dia tenang. Orang yang lembut adalah orang yang tenang di luar maupun di dalam karena kedamaian selalu bersemayam di dalam hatinya, sehingga ia tak mudah merasa khawatir ataupun gugup. Orang yang memiliki kedamaian hati akan
63
merasa tenang dalam setiap keadaan, dia tidak akan menyerang yang lain, menyakiti yang lain, tidak pernah berbuat kasar ataupun membalas walaupun ia disakiti. Orang yang lemah lembut melihat perbuatan Tuhan sebagai contoh, yaitu menahan nafsu, bersabar terhadap pendosa, dan mereka tak pernah mengeluh. He never grumbles either in his relation with God or with people, but on the contrary, he is always cheerful and smiling. (Shenouda, 1994:107) Dia tidak pernah mengeluh terhadap hubungannya dengan Tuhan atau dengan manusia lain, tetapi sebaliknya, dia selalu bahagia dan tersenyum. Orang yang tenang adalah orang yang tak pernah mengeluh dengan sesuatu yang menimpa dirinya, baik ujian dari Tuhan maupun dari orang lain, mereka akan selalu gembira dan tersenyum dalam menghadapi hidup. Selain itu, salah satu ciri manusia yang tenang adalah pemalu. He is known for his bashfulness and even as one of the fathers said, 'He does not look fully at anyone's face'. He does not examine one's features nor go deep within them to know their hearts. He does not analyze people and their feelings for his looks are simple. He is shy and always bashful. (Shenouda, 1994:107,108) Dia dikenal karena ia seorang pemalu dan seperti apa yang dikatakan Bapa, ‘Dia tidak melihat wajah orang lain secara penuh’. Dia tidak menguji sifat orang lain bukan untuk tahu seberapa dalam mereka mengetahui hatimya. Dia tidak meneliti orang-orang dan perasaan mereka karena mereka melihat dengan sederhana. Dia pemalu dan selalu merasa segan. Selain dikenal sebagai pribadi yang pemalu, orang-orang yang lemah lembut juga dikenal sebagai pribadi yang mudah dalam mengambil keputusan, karena ia adalah seorang yang tidak memilki sifat licik, iri dan dengki. Orang yang
64
lembut juga merupakan pribadi yang sederhana, karena mereka bukan orang yang suka menyembunyikan sesuatu dan mereka bukan pribadi yang rumit. Dalam mengambil keputusan, mereka selalu membuat keputusan yang jelas, serta memberikan kenyamanan bagi yang lain karena sifat sederhana, jelas dan menyenangkan tersebut. Hal-hal yang menyenangkan tersebut yang membuat orang dengan hati lembut mampu membuat banyak orang suka kepadanya. Orang yang lembut juga tidak akan kehilangan kelembutannya walaupun ia mendapat jabatan atau posisi yang tinggi, yang biasanya membuat banyak orang lupa terhadap hal yang harus ia lakukan. He does not lose his meekness when he holds a high position or enjoys some authority. He maintains his meekness whatever high position he attains. His heart is not elevated by the power of authority. (Shenouda, 1994:109) Dia tidak kehilanagan kelembutannya ketika ia memegang posisi yang tinggi atau sedang menikmati kekuasaan. Dia memelihara kelembutannya meskipun dia telah mendapatkan posisi yang ia inginkan. Hatinya tidak menjadi sombong terhadap kekuatan dari sebuah kekuasaan. Sehingga, orang yang memiliki pribadi yang lembut, akan selalu menjaga kelembutan dalam hatinya dimanapun ia berada. Dia tidak akan menjadi sombong meskipun ia berada pada posisi atau jabatan yang memberikannya kekuatan dan kekuasaan. Orang yang lembut kadang dihubungkan dengan orang yang tidak memiliki keberanian dan mereka banyak dicemooh karena hal tersebut, selain itu mereka terlalu toleran dan sabar. Banyak yang berfikir pula bahwa orang yang lembut dianggap tak peduli terhadap sesuatu yang buruk dan tidak akan memberikan hukuman terhadap hal buruk tersebut. Hal itu adalah
65
kelembutan yang salah, sebaliknya kelembutan adalah sesuatu yang dekat dengan keberanian. The right concept of meekness recognizes being connected with manliness, self-respect, courage and gallantry (Shenouda, 1994:110) Konsep yang benar untuk mengenali kelembutan berhubungan dengan kejantanan, kepedulian pribadi, keberanian dan keperkasaan. Kelembutan tidak sama dengan lemah, maka walaupun memiliki sifat lembut, maka ia harus tetap memiliki sifat kuat, berani dan peduli terhadap yang lain. Tetapi, kelembutan merupakan suatu kebaikan, walaupun tetap kuat dan berani, kelembutan tidak pernah menggunakan kekerasan. Goodness is the general nature of the meek. However, there is time in his life for courage and time for gallantry, but without violence in any case. (Shenouda, 1994:111) Kebaikan adalah sifat yang umum dari kelembutan. Walaupun, ada waktu tertentu untuk berani dan waktu untuk perkasa, tetapi tidak penah menggunakan kekerasan dalam semua kasus. Paus Shenouda III menjelasakan bahwa konsep lemah lembut diatas adalah untuk mencontoh sifat sang Juru Selamat, Yesus Kristus yang lemah lembut dan rendah hati, dan dengan memilki sifat tersebut maka ia akan mendapat ketenangan dalam hidupnya. Orang yang lemah lembut adalah orang yang tenang, tidak mudah khawatir, tidak mudah marah, biasanya terlihat pemalu, dan sangat mudah membuat keputusan yang baik bagi dirinya sendiri dan orang lain karena tidak bersifat licik dan dengki. Orang yang lemah lembut sering dicemooh karena kesabaran dan toleransi yang tinggi, dianggap tidak
66
memiliki keberanian, dan dinilai tidak akan melakukan apapun ketika melihat kejahatan. Hal tersebut adalah salah, sebaliknya, orang dengan sifat lemah lembut dalam hatinya mereka akan tetap tenang, berani dan peduli. Sesorang yang lemah lembut tidak akan kehilangan sifat tersebuat walaupun ia berada dalam posisi atau jabatan yang memiliki kekuatan dan kekuasaan, sifat lemah lembut dalam dirinya akan terus ada dimanapun ia berada. Dan sifat dasar dari lemah lembut adalah mereka memilki kebaikan, dan walaupun tetap memilki keberanian dan keperkasaan, mereka tidak akan menggunakan kekerasan dalam hal apapun. Sepuluh pemikiran humanisme tentang konsep hidup untuk mencapai hidup yang damai menurut Paus Shenouda III dalam bukunya “Ten Concepts” atau Sepuluh Konsep merupakan materi yang diajarkan dalam Sekolah Minggu. Menurut kamus bahasa Inggris Oxford (dalam Pickels, 2014:18) kata humanism dapat bermakna: (1) keyakinan manusia terhadap Kristus; (2) karakter atau kualitas menjadi seorang manusia; (3) suatu sistem atas pemikiran dan tindakan berdasarkan minat seseorang atau umat manusia secara umum; agama kemanusiaan; (4) hasrat tentang studi kebudayaan manusia, budaya tulisan, secara sistem kaum humanis, studi tentang bangsa Roma dan Yunani yang juga hadir di masa Renaisans. Jika dihubungkan dengan makna pertama dari kata humanism dalam kamus bahasa Inggris Oxford, maka sepuluh konsep menurut Paus Shenouda III ini sangat sesuai, karena sepuluh konsep ini bersifat religius dan didasarkan pada Alkitab (Bible) yang merupakan dasar seorang manusia untuk beriman kepada
67
Kristus. Begitu pula pada makna kedua bahwa humanisme adalah “karakter atau kualitas menjadi seorang manusia”, dalam hal ini sepuluh konsep hidup menurut Paus Shenouda III mengajarkan kepada manusia untuk menjadi pribadi yang berkarakter dan berkualitas sesuai dengan tolak ukur iman dan agama berdasarkan Tuhan. Terakhir pada makna ketiga menurut kamus Oxford yang mengatakan bahwa humanisme adalah “suatu sistem atas pemikiran dan tindakan berdasarkan minat seseorang atau umat manusia secara umum; agama kemanusiaan”, dalam konsep menurut Paus Shenouda III selalu menekankan kepada manusia untuk mendapatkan hidup yang damai, hidup damai dan tenang merupakan minat seseorang atau umat manusia secara umum. Secara fundamental, humanisme religius merupakan hal penting dan utama dari semua keyakinan moral yang kokoh. Dalam perspektif Filsafat Agama nilai-nilai humanitas merupakan keyakinan bahkan tuntutan moral yang secara langsung mengisyaratkan sikap etis yang implementatif dan konsisten dalam kehidupan. Inti dari kesadaran religius dalam dimensi etis merupakan kepercayaan yang menyatakan bahwa setiap manusia harus dihormati sebagai manusia seutuhnya, bukan karena dia itu bijaksana atau bodoh, baik atau jelek, dan tanpa memandang agama atau suku, komunitasnya, serta apakah laki-laki atau perempuan. Dengan kata lain, manusia tidaklah diarahkan untuk menghargai seseorang atas identitas, kepercayaan, idealisme, dan hal-hal yang menjadi kekhawatiran dan kebutuhannya. Menurut Franzs Magnis Suseno (dalam Amin, 2013: 74), tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan dari aspek nilai humanitas, karena sama-sama manusia, dan ini menjadi dasar
68
bahwa suatu penghargaan tidak tergantung pada kualitas atau kemampuan seseorang, namun hanya didasarkan atas kenyataan bahwa orang tersebut adalah manusia. Atas dasar ini humanisme sebenarnya sangat membenci kekerasan dan ketidakadilan dan tidak ada alasan untuk membenarkan tindakan kejam terhadap orang lain dan sama sekali tidak manusiawi. Dengan kata lain, berpijak pada ketentuan agama tentang nilai humanis spritualis, yang implementasinya adalah perilaku etis, manusia dituntut untuk bersikap empati dan sensitif terhadap kesulitan orang lain serta mencurahkan kasih sayang yang melampaui garis-garis primordial ataupun sekat-sekat sosial lainnya. Sebagai bagian dari prilaku etis religius, humanisme menolak ketidak-ladilan, karena perlakuan tidak adil tidak pernah bisa dibenarkan. Sikap ini juga berlaku bagi orang-orang asing di luar komunitas kita, bahkan terhadap musuh-musuh. Perilaku etis selalu mencitrakan keseimbangan (fairness) dan cinta keadilan (Amin, 2013: 74-75). Menurut Musa Asy’ari (dalam Amin, 2013:76) adapun anggapan humanistik yang mensejajarkan rasio manusia dengan rasio Tuhan jelas sangat kontras dengan makrifat dan ketaatan beragama. Hal ini dapat dilihat pada landasan konseptual yang dikembangkan dalam ajaran human-isme religius berikut ini: 1. Humanisme tidak bertentangan dengan agama 2. Pembelaan nilai dan kebebasan manusia tidak berbenturan dengan agama.
69
3. Berdasarkan ajaran agama, manusia juga memiliki daya kreativitas yang tiada bandingannya. 4. Kitab suci Ilahi bukan hanya menjamin kebahagiaan manusia dunia dan akhirat. 5. Menurut agama-agama Ilahi, keyakinan kepada nilai perbuatan manusia adalah amal perbuatan dan pahalanya di akhirat. 6. Akal yang dikemukakan dalam Yunani kuno tak lain adalah kalimat Allah dalam Agama Kristen. Dari sepuluh konsep menurut Paus Shenouda III dapat ditarik kesimpulan bahwa, pertama, manusia diberikan “kekuatan” oleh Tuhan untuk dapat melakukan apapun yang ia mau, tetapi karena kekuatan bersumber dari Tuhan, maka manusia harus menggunakan kekuatan itu untuk “kebaikan dan keadilan”. Kebaikan dan keadilan adalah perbuatan yang dikehendaki Tuhan, sehingga manusia perlu tahu perbuatan yang benar dan adil tersebut, sehingga manusia perlu belajar melalui “ilmu pengetahuan”. Banyak sekali macam ilmu pengetahuan di dunia ini, maka manusia harus pandai dalam memilihnya, yaitu ilmu dari Tuhan yang mampu menyelamatkannya, bukan ilmu yang mengajarkan keburukan yang berasal dari setan. Ilmu pengetahuan mampu memberikan pelajaran bagi manusia untuk membedakan antara hal baik dan hal buruk, sehingga manusia dapat terlepas dari “dosa” yang disebabkan oleh hal buruk. Dosa adalah hal yang harus dihindari karena mampu membuat manusia jatuh dalam “kesesatan”. Sehingga ilmu pengetahuan dapat berguna untuk menghindarkan manusia dari hal dosa
70
dan kesesatan. Selain itu, ilmu pengetahuan juga mampu membuat manusia memiliki “ambisi”, baik itu ambisi duniawi yang bisa jadi mengantarkan manusia kepada dosa dan kesesatan. Ada juga ambisi spiritual, yaitu ambisi atas dasar cinta kepada Tuhan dan berharap sepenuhnya kepada Tuhan, sehingga mengantarkan manusia kepada cinta kasih Tuhan. Manusia yang berambisi terlalu tinggi dalam hidupnya, ia akan merasa lelah, sehingga ia membutuhkan istirahat. Istirahat bagi manusia tidak perlu menunggu meadaan lelah. Karena “istirahat dan lelah” adalah kodrat dari Tuhan untuk manusia, sehingga istirahat setelah merasa lelah dari suatu pekerjaan bukanlah hal yang berdosa. Selain berambisi terhadap sesuatu, kadang manusia juga berharap mendapat “kebebasan”, tetapi manusia harus tahu bahwa kebebasan yang diberikan Tuhan harus bisa dipertanggungjawabkan. Kebebasan yang sebenarnya adalah jika manusia dapat terbebas dari dosa dan kesalahan. Walaupun manusia terkadang menginginkan kebebasan, tetapi ia tidak dapat melakukan segala sesuatu secara sendiri, maka ia membutuhkan sahabat atau orang lain disekitarnya. Sebuah hubungan persahabatan dapat muncul melalui pertemuan yang sering, kesamaan hobby, atau lingkungan yang kemudian memunculkan rasa cinta. Sehingga “cinta dan persahabatan” adalah dua aspek yang dibutuhkan manusia dalam hidupnya. Dengan cinta yang sejati atau persahabatan yang mengajak kepada kebaikan, maka manusia akan memiliki sifat “lemah lembut”. Manusia yang lembut adalah manusia yang tenang dan hatinya dipenuhi cinta.
71
Dari paparan diatas tentang konsep hidup manusia menurut Paus Shenouda III, maka pemikiran Paus Shenouda III ini adalah pemikiran humanisme yang bersifat religius dengan Alkitab (Bible) sebagai dasar.
C. Pengaruh Pemikiran Paus Shenouda III di Mesir Mesir adalah negara yang terletak diantara 24 ̊ - 36,55 ̊ Bujur Timur dan 22 ̊ 31 ̊ Lintang utara. Mesir berbatasan dengan Libia di sebelah barat dan Sudan di sebelah selatan, Laut Merah di sebelah Timur dan Laut Tengah di sebelah timur, selain itu Mesir berbatasan langsung dengan wilayah israel di sebelah timur laut, dari Ras Taba di Teluk Aqaba sampai Rafah. Luas seluruh Mesir termasuk padang pasir dan lautnya adalah 1.002.000 km² dan dari luas tersebut hanya 35.189 km² atau 3,6 % daerah yang ditinggali manusia. Jadi 96,4% wilayah Mesir tidak dihuni manusia, yaitu Gurun Barat (680.000 km²), Sinai (60,714 km²), Gurun Timur (223.000 km²), dan Delta (30.000 km²). Lembah Nil adalah daerah yang banyak dihuni manusia. Mereka tinggal di sekitar Sungai Nil atau salah satu anak sungainya (Sihbudi, 1992:85). 1. Kehidupan Sosial, Politik dan Keagamaan Mesir Berdasarkan letak tempat tinggal, masyarakat Mesir dapat digolongkan ke dalam dua macam. Pertama, masyarakat Mesir Atas. Mereka adalah yang tinggal di daerah sebelah selatan Kairo sampai hulu sungai Nil. Kebanyakan masyarakat Mesir Atas masih terisolasi dengan dunia luar dan masih tradisional. Kedua, masyarakat Mesir Bawah. Mereka adalah yang tinggal di Kairo sampai hilir Nil. Masyarakat Mesir Bawah sudah mengadakan hubungan dengan dunia luar. Dua kota metropolitan ada di sana, yaitu Kairo dan Alexandria. Lebih dari seratus tahun yang
72
lalu, mereka sudah bisa mengatur irigasi, kemudian membuat bendungan dan terusan untuk mengendalikan naik turunnya air Sungai Nil. Dengan demikian, masyarakat Mesir Bawah sudah belajar lebih dahulu bagaimana cara mengatur lingkungan alam yang merupakan salah satu kunci modernisasi (Sihbudi, 1992: 85) Pada tahun 1908, Boutros Gali, Perdana Menteri Mesir saat itu adalah seorang Koptik. Pada 1911, Saad Zaghul, pemimpin Partai Wafd, yaitu partai politik nasionalis di Mesir, mengajak tiga orang Koptik untuk bergabung. Mereka adalah Sinut Hanna, George Khayyat dan Wasif Gali yang merupakan anak Perdana Menteri Boutros Gali (terbunuh pada 1910) (Leveugle, tt:17). Dalam pasal 2 Undang-undang Dasar Mesir disebutkan bahwa syariat Islam merupakan sumber dasar hukum di Mesir. Kendati ada legitimasi dari Pasal 2 tersebut, syariat Islam juga menjadi sumber kontroversi. Suara-suara dari komunitas Kristen Ortodoks Koptik, yang mencapai 12 persen dari total penduduk Mesir, menggugat apa yang mereka anggap sebagai diskriminasi terhadap minoritas nonMuslim yang tersirat dalam pasal ini. Para aktivis HAM sekular dan pro-demokrasi juga mengungkapkan pandangan serupa, dengan mengatakan bahwa penerapan hukum Islam tidak selaras dengan demokrasi, yang menurut mereka hanya bisa terwujud di sebuah negara sekular (commongroundnews.org diakses 15 April 2016). Ketika Mubarak memerintah, dia sempat mengubah konstitusi dengan melarang mendirikan sebuah partai yang berlandaskan agama, termasuk Islam. Hal ini dilakukan demi mencegah hal yang pernah terjadi dimasa-masa awal modern Mesir karena pada saat itu kekuatan Islam sangat mendominasi. Selain itu, dia juga
73
tidak ingin ada pihak radikal Mesir masuk kedalam pemerintahan Mesir. Pada masa pemerintahan Mubarak, pemeluk agama Kristen diizinkan untuk menjadi anggota penuh komunitas sosial dan politik yang ada di Mesir (Esposito dalam Amalia, 2012:41) Senada dengan Mubarak, Paus Shenouda III juga menyatakan tidak akan membuat Partai Koptik, beliau menyarankan untuk pengikut Koptik bergabung dengan partai politik yang sudah ada (Attia, 2001:49). Pada tahun 1929 dan 1942, partai Wafd sukses dalam tujuh kali pemilihan umum dan penganut Koptik bergabung di dalamnya. Kemudian pada tahun 19521971, kesejahteraan dan partisipasi penganut Koptik meningkat dan memberikan kursi di parlemen. Pada 1971-1990, kesejahteraan dan strata sosial penganut koptik meningkat, tetapi partisipasi politik menurun. Hanya 5 wakil dari penganut Koptik yang diangkat di parlemen (Ibrahim, 1996: 23-24). Di sektor agama, Mesir dapat dikatakan merupakan negara Islam, karena mayoritas penduduknya bergama Islam. Di Mesir, agama (Islam) memilki peranan besar dalam kehidupan rakyatnya. Secara tak resmi, adzan dikumandangkan lima kali sehari menjadi penentu berbagai kegiatan. Kairo juga dikenal dengan menara masjid dan gereja. Menurut konstitusi Mesir, semua perundang-undangan harus sesuai dengan hukum Islam. Negara mengakui madzhab Hanafi lewat Kementrian Agama. Imam di latih di sekolah keahlian dan Universitas Al-Azhar, yang memiliki komite untuk memberikan fatwa dalam masalah agama. Dari 90 % penduduk Mesir yang memeluk Islam, Islam mayoritas adalah Sunni, dan sebagian juga menganut
74
ajaran sufi lokal. Sekitar 10% penduduk Mesir menganut agama Kristen; 78% dalam denominasi Koptik (Koptik Orthodok, Katolik Koptik, dan Protestan Koptik) (Agastya, 2013:48). Walaupun Muslim menjadi mayoritas dan penganut Kristen Koptik adalah minoritas, tapi kedudukan Syeikh Agung Al-Azhar dan Paus Gereja Koptik Mesir menempati posisi istimewa dalam sistem protokoler kenegaraan Republik Mesir, yakni setara dengan Perdana Menteri (antaranews.com diakses 6 April 2016). 2. Toleransi Antar Umat Beragama di Mesir Kata toleran berasal dari kata Latin, tolerare. Kata kerja tolerare mempunyai tiga arti pokok, yakni: (1) membawa, memegang; (2) menanggung, menyebarkan, menahan, membetahkan, membiarkan; dan (3) memelihara (dengan susah payah), mempertahankan supaya hidup, dan menghidupi. Dalam Kamus Besar bahasa Indonesia, kata toleransi memiliki arti: (1) sifat atau sikap toleran dua kelompok yang berbeda kebudayaannya; (2) batas ukur untuk penambahan atau pengurangan yang masih diperbolehkan; dan (3) penyimpangan yang masih diterima dalam ukuran kerja (Nugrohadi, 2013:67). Maka dapat disimpulkan jika toleransi adalah sikap saling menerima. Pada tahun 1994 dalam sebuah konfrensi tentang minoritas di Siprus yang disponsori oleh PBB, beliau menegaskan bahwa Koptik adalah Mesir, dan bukan sebuah sekte di Mesir. Paus Shenouda III juga menambahkan bahwa Koptik bukanlah minoritas dan tidak ada perbedaan dengan kaum lainya. Paus Shenouda
75
III juga menolak identitas minoritas digunakan untuk mencari bantuan dari luar negeri dan sebuah tuntutan politik (Attia, 2001:48) Toleransi di Mesir sudah terbukti sejak lama, yaitu ketika pasukan muslim menaklukkan kota Iskandariah yang merupakan ibu kota Mesir kala itu. Ibu kota negeri itu dipindahkan ke kota baru yang bernama Fustat yang dibangun oleh ‘Amr bin Ash pada tahun 20 H. Masjid ‘Amr masih berdiri tegak di pinggiran kota Kairo hingga kini sebagai saksi sejarah yang tidak dapat dihilangkan (Amin, 2009:101) Selain kehidupan toleransi di Mesir, terdapat seorang tokoh yang terkenal dengan rasa toleran dan sikap yang humanis pada masa perang salib, dia adalah Shalahuddin Al-Ayyubi (1187-1197 M). Karakteristik sifat yang dimiliki oleh Khalifah Shalahuddin Al-Ayyubi dari sekian perang yang dilaluinya adalah, beliau memiliki sikat kemanusiaan yang luar biasa manusiawi tanpa membedakan asal, keturunan, dan agam yang dipeluk oleh orang yang meminta bantuannya seta terhadap para musuh dan tawanan perangnya. Hal ini terlihat saat beliau memasuki Baitul Maqdis setelah perang Salib selesai, beiau tidak memberikan hukuman kepada orang-orang musyrikin, tetapi memberikan amnesti. Beliau juga memberikan amnesti dari para istri di Baitul Maqdis yang menjadi tawanan perang karena para istri menyampaikan keluh kesahnya kepada Shalahuddin Al-Ayyubi. Sifat manusiawi Shalahuddin Al-Ayyubi juga ditunjukkan pada Raja Eropa (Raja Richard) yang sedang sakit. Beliau mengutus orang yang pandai mengobatinya. Beliau juga mengirim makanan untuk istri dan anak-anak raja tersebut.(Ash-
76
Shayim dalam Apriani 2013: 6-7). Selain itu, Shalahuddin Al-Ayyubi juga memiliki karakter mulia, antara lain: tekun beribadah, adil dan penyayan, pemberani dan penyabar, penuh pengertian dan pemaaf, toleransi, cinta syair dan sastra serta zuhud dan dermawan (Ulwan dalam Apriani 2013:7) Saad Eddin Ibrahim (dalam Misrawi, 2012:212) menggambarkan betapa sejarah masuknya Islam ke Mesir menggambarkan toleransi yang dinamis antara kalangan Muslim dan Kristen. Bahkan, toleransi tersebut diabadikan hingga sekarang ini. Tidak jauh dari Masjid ‘Amr bin al-‘Ash yang merupakan simbol jejak awal Islam di Mesir, terdapat Gereja St. Georges yang merupakan detak nadi Kristen Koptik di Mesir. Umar bin Khattab berpesan kepada ‘Amr bin al-‘Ash agar tentara muslim tidak mengganggu penganut Kristen Koptik yang berada di kawasan Mesir Kuno. Hingga saat ini, tempat tersebut dijadikan lapak historis yang menarik para wisatawan asing dalam rangka melihat bangunan toleransi Muslim-Kristen di Mesir. Dikatakan Hasibullah Satrawi (dalam kompas.com diakses 6 April 2016). Selama ini Mesir dikenal dengan kerukunan antarumat beragama yang bisa menjadi model kerukunan bagi negara-negara lain. Sebuah kerukunan yang tak hanya berlangsung indah dalam kehidupan sehari-hari masyarakat di sana, juga di kalangan elite dan pemuka agama. Pada saat ucapan selamat Natal di republik ini diharamkan, contohnya, para ulama terkemuka Al-Azhar (seperti almarhum Grand Syeikh Muhammad Sayyid Thanthawi) justru turut merayakan hari raya keagamaan umat Kristen (Koptik) di sana. Sebaliknya, para pemuka Koptik juga
77
merayakan hari raya keagamaan yang dilakukan umat Islam. Panorama toleransi yang dibintangi para pemuka agama itu senantiasa dipublikasikan secara luas oleh media di Mesir, baik cetak maupun elektronik. Dalam buku berjudul Qabūlul Ākhār, Milad Hana—seorang pemikir Koptik—mengatakan, ”Islam di Mesir berwajah Suni, berdarah Syiah, berhati Koptik, dan bertulang peradaban Firaun.” Ungkapan yang lebih kurang sama juga pernah disampaikan tokoh Koptik lain, Baba Syanudah. Ia mengatakan, ”Kami (bangsa Mesir) tidak hidup di negara Mesir. Mesir-lah yang hidup dalam diri kami.” Seperti yang diberitakan kompas.com (diakses 6 April 2016) Bicara soal sejarah, Mesir tak hanya memiliki kekayaan peninggalan era firaun. Sejarah panjang peradaban yang sudah terentang ribuan tahun menyimpan jejak-jejak bangsa lain yang pernah berkuasa di Mesir. Mulai dari Yunani, Romawi, hingga peradaban Kristen dan Islam. Banyak peninggalan era itu bisa ditemukan di kawasan Old Cairo atau Kota Tua Kairo. Salah satunya adalah kompleks Benteng Babylon yang diyakini dibangun pada 525 SM. Benteng yang kemudian dibangun ulang oleh orang-orang Romawi itu diduga menjadi tempat memungut pajak bagi orang-orang yang melintas di Sungai Nil. Kini benteng itu berada di kompleks Museum Koptik. Di dalam kompleks itu juga ada Gereja Al-Muallaq atau Gereja Gantung, gereja Kristen Koptik yang dibangun pada abad ke-4. Artinya, bangunan dasar gereja itu jauh lebih tua daripada Candi Borobudur. Disebut Gereja Gantung karena gereja itu dibangun di atas struktur Benteng Babylon tersebut. Tak jauh dari kompleks tersebut terdapat Masjid Amr ibn al-As, masjid tertua di Mesir yang
78
dibangun pada sekitar tahun 642. Masjid itu dibangun oleh Amr ibn al-As (juga disebut Amru bin Ash), sahabat Nabi Muhammad SAW yang menaklukkan Mesir pada 640 (kompas.com diakses 6 April 2016). Di Mesir dikenal falsafah “Qabul al-Akhar” (menerima yang lain). Falsafat berpijak pada prinsip kesadaran dan keterbukaan agar setiap kelompok dapat menerima kehadiran kelompok lain. Menurut Milad Hanna (dalam Misrawi, 2012:210-211), Al-A’midah al-Sab’ah fi al-Syakhsyiyyah al-Mishriyyah, bahwa Mesir adalah negara dengan tujuh pilar penting, yaitu Fir’aun, Kristen Koptik, Islam, Arab, Afrika, Asia, dan China. Keanekaragaman pilar tersebut tidak akan kuat jika tidak dibangun di atas persamaan pikiran tentang pentingnya nilai-nilai kemanusiaan. Di satu sisi afiliasi setiap orang kepada suku, agama, dan kebudayaan harus senantiasa dilestarikan, tetapi hal tersebut harus membangun solidaritas kebangsaan dan kemanusiaan. Dikutip dari boemi-islam.net (6 April 2016) yang memberitakan tentang Delegasi Komisi Kebebasan Beragama Internasional AS (USCIRF) yang mengunjungi Imam besar Al-Azhar Sheikh Mohammad Sayed Tantawi. Ditanya tentang sikap toleransi masyarakat di Mesir, Sheikh Tantawi menuturkan, sepanjang sejarah kehidupan rakyat Mesir, mereka dikenal berpikiran terbuka dan bisa menerima orang lain. “Tidak ada paksaan agama di dalam Islam. Di Mesir sini, entah itu Muslim atau Kristen, kami semua bekerjasama secara harmonis dan saling menghormati agama-agama yang berbeda satu sama lain,” ujar Tantawi pada Komisi AS. Pertemuan itu juga mempertanyakan peran Al-Azhar dalam
79
menempatkan para imamnya di luar negeri. “Sebelum mengirim para ulama Azhar ke luar negeri, kami melakukan briefing dengan mereka. Membicarakan tentang bagaimana berhadapan dengan masyarakat setempat, dan pentingnya menghormati hukum-hukum mereka,” jelas Tantawi. Dari Kristen Koptik, Paus Shenouda III sejak tahun 1986 membuktikan rasa toleransinya dengan selalu mengundang para Ulama Muslim untuk makan malam di akhir bulan Ramadhan. Acara ini dihadiri oleh para Ulama, Perdana Menteri, tokoh nasional dan para menteri. Hal ini adalah bukti cinta dan kerjasama yang sesungguhnya (Attia, 2001:48). Dalam hal ini Paus Shenouda III melakukan konsep cinta dan persahabatan, ia mengundang kaum muslim untuk berbuka puasa sebagai bukti menghormati kaum lain. Selain itu, kegiatan tersebut juga mengaplikasikan konsep kebebasan, yaitu dengan menghormati kebebasan kaum lain dalam melaksanakan kebebasan beragama. Dalam acara “Cairo Book Fair Conference” pada Februari 1993, Paus shenouda III menyatakan keprihatinannya terhadap kasus terosrisme, menurutnya tindakan terorisme tidak hanya mengancam kaum Koptik, tetapi juga akan mengancam pemerintahan dan akan menghancurkan negara. Selain itu Paus Shenouda III sangat menentang kekerasan, hal ini diungkapkannya dalam sebuah wawancara di media: “People must be aware that the right concept, the good target must be achieved through good means. Violence is not acceptable. The danger of fanaticism is linked with violence. Fanaticism itself could just be thought, but because it is linked with violence it has dangerous results.”(Attia, 2001:48)
80
Orang-orang harus memperhatikan konsep yang benar, sasaran yang bagus harus melalui cara yang bagus pula. Kekerasan itu tidak dapat diterima. Bahaya dari sikap fanatisme adalah berhubungan dengan kekerasan. Sikap fanatisme terhadap diri sendiri hendaknya hanya menjadi pikiran saja, tetapi karena hal ini berhubungan dengan kekerasan, maka hal ini dapat memberikan hasil yang berbahaya. Paus Shenouda III menekankan untuk setiap manusia memiliki pemahaman yang lurus dalam hidupnya. Salah satunya sikap fanatisme yang harusnya hanya menjadi pemikiran pribadi, tetapi kadang dipaksakan terhadap orang lain dan menjadi salah satu bentuk kekerasan. Dari pernyataan tersebut, Paus Shenouda III menerangkan tentang konsep cinta dan persahabatan dan konsep lemah lembut. Manusia hendaknya mendahulukan sikap cinta terhadap sesama dan berlemah lembut terhadap sesama untuk menciptakan sebuah perdamaian. Pada Desember 1994, Paus Shenouda III mengadakan sebuah pertemuan untuk membahas tentang kegiatan sosial di Kairo, Mesir. Pertemuan itu dilakukan untuk mempekerjakan para pendeta dan pastor dalam kegiatan sosial, seperti memberi kepada yang membutuhkan, orang miskin dan kaum papa sebagai bentuk pelayanan terhadap gereja. Dari pertemuan tersebut Paus Shenouda III mengangkat Fr. Anastasy El Samuelly untuk menjadi koordinator pelayanan di Kairo dalam bidang pelayanan terhadap orang sakit, orang papa, orang buta, kaum jompo, yatim piatu, orang dipenjara, dan orang yang mendapat krisis. Kemudian pada Maret 1993, Paus Shenouda III mengangkat Fr. Shenouda Yakob sebagai pelayang kaum bisu dan buta (Attia, 2001:44). Hal tersebut merupakan bentuk dari pengaplikasian konsep kekuatan, yaitu dengan kekuatan yang diberikan Tuhan
81
digunakan untuk membantu sesama. Selain itu, konsep cinta dan persahabatan sebagai bentuk cinta kepada sesama dan kaum papa Diberitakan dari kompas.com (diakses 5 Oktober 2015), bahwa Paus Shenouda III dan Syeikh Agung dan Pemimpin tertinggi Al-Azhar, Prof Dr Ahmed Al Tayeb, mengutuk keras agresi militer asing ke Libya yang mengakibatkan jatuhnya korban warga sipil. "Agresi militer itu sama sekali tidak bisa diterima karena bukan memecahkan masalah, melainkan malah menimbulkan persoalan baru dan warga sipil yang menanggung akibatnya," kata Syeikh Tayeb kepada wartawan di Kairo, Rabu (23/3/2011). Pernyataan senada juga diutarakan Pemimpin Tertinggi Gereja Koptik Mesir, Baba Shenouda III. "Agresi militer ke Libya itu tidak beralasan sehingga harus ditentang," katanya. Kedua tokoh karismatik itu sebelumnya menyerukan Pemerintah Libya pimpinan Moammar Khadafy dan kelompok proreformasi untuk berdialog guna memecahkan persoalan di negara itu. Kendati demikian, Syeikh Tayeb dan Baba Shenouda sependapat bahwa rakyat Libya berhak menuntut rezim Khadafy untuk melakukan reformasi politik. Dalam hal ini, Paus Shenouda III menunjukan sikap sesuai dengan konsep cinta dan persahabatan dengan bersama-sama mengecam bentuk kekerasan. Bentuk kecaman tersebut dilakukan dengan dasar kekuatan yang dimiliki sebagai tokoh karismatik dari Gereja Orthodok Koptik Mesir. Diberitakan dari kompas.com (diakses 5 Oktober 2015) bahwa puluhan umat Kristiani, Minggu (2/1/2011), melakukan misa di Gereja al-Qiddissin di Alexandria, Mesir. Sebuah bom diledakkan persis di depan gereja tersebut pada
82
Sabtu (1/1/2011) kemarin dan menewaskan 21 orang dan setidaknya 70 orang menderita luka-luka akibat ledakan bom sesaat setelah misa tahun baru usai itu. Mayoritas umat mengenakan pakaian hitam-hitam sebagai tanda berduka. Misa dipimpin
oleh
Pastor
Maqar.
Ketika
memimpin
misa,
Pastor
Maqar
mengekspresikan rasa duka citanya dalam hening. "Saya meminta umat Kristiani untuk berdoa untuk mengurangi rasa duka cita," katanya. Akibat bom tersebut, beberapa bagian dari gereja tersebut rusak. Dua patung Kristus dan satu patung Bunda Maria yang Kudus rusak. Kursi-kursi yang biasa digunakan untuk misa pun rusak. Darah para korban masih dapat dilihat di sekitar lokasi ledakan. Penyerangan terhadap kelompok Kristiani di Alexandria tersebut dilaporkan sebagai yang terparah sepanjang satu dekade. Kementerian Dalam Negeri mengatakan, pengeboman tersebut didukung oleh kelompok asing yang ingin mengadu domba kelompok Kristiani dan Muslim. Sementara itu, pemerintah daerah Alexandria menuding jaringan al-Qaeda berada di balik penyerangan ini. Kegiatan ibadah tersebut sebagai wujud toleransi dan cinta terhadap sahabat dan sesama yang mendapat musibah. Selain itu, kegiatan ini merupakan wujud keadilan dengan cara pembelaan terhadap kebenaran, yaitu membela orang-orang yang terkena musibah karena kekerasan dari pihak lain (teroris). Jadi, hal ini merupakan wujud cinta sesama dan wujud dari pembelaan terhadap kebenaran. Dikutip dari antaranews.com (diakses 6 April 2016), pemuka agama baik Islam maupun Koptik saling memberi ucapan hari raya. Tanggal 7 Januari 2016 merupakan Perayaan Natal bagi umat Gereja Kristen Ortodoks Koptik Mesir,
83
berbeda dengan umat Katolik dan Protestan yang merayakan Natal pada 25 Desember 2015. Bertalian dengan perayaan Natal tersebut, para pemuka Islam di Negeri Seribu Menara itu menyampaikan ucapan Selamat Natal kepada pemimpin tertinggi Gereja Koptik, Baba Tawadrous II dan pengikutnya. Dua hari menjelang acara puncak misa Koptik, Syeikh Agung Al Azhar Prof Dr Ahmad Al Tayeb mengunjungi Katedral Gereja Koptik untuk bersilaturrahim dengan Pemimpin Tertinggi Koptik, Paus Tawadrous II yang oleh rakyat Mesir menyapanya Baba Tawadrous. "Sesungguhnya ziarah ke Kaderal ini untuk menyampaikan selamat Natal kepada Baba Tawadrous dan saudara-saudara Koptik," kata Syeikh Agung yang disiarkan secara luas oleh media massa di Timur Tengah. Ucapan selamat Natal sedana disampaikan Mufti Nasional Mesir Prof Dr Shawki Allam. "Ucapan selamat Natal untuk perayaan Kelahiran Isa ‘Alaihis-Salam merupakan perbuatan baik sebagai penghormatan terhadap lahirnya kebaikan, perdamaian dan cinta," ujarnya. Menteri Waqaf Mesir (semacam Menteri Agama di Indonesia) juga menyampaikan ucapan Natal kepada Baba Tawadrous II dan semua umat Koptik. Sementara itu, Syeikh Agung Al Azhar beberapa hari sebelum mendatangi Katedral, terlebih dahulu mengirimkan kawat ucapan Selamat Natal kepada Baba Tawadrous. Kedudukan Syeikh Agung Al Azhar dan Paus Gereja Koptik Mesir menempati posisi istimewa dalam sistem protokoler kenegaraan Republik Mesir, yakni setara dengan Perdana Menteri. "Dengan hati yang tulus saya sampaikan Selamat Natal kepada Baba Tawadrous, dan harapan terbaik untuk seluruh saudara Koptik dalam rangka peringatan Natal," tulisnya. Pemimpin tertinggi Al Azhar tersebut juga menyinggung kedekatan hubungan dan langkah-langkah bersama
84
dalam mendukung rasa persaudaraan dan persatuan. "Upaya memperkuat persaudaraan ini tentu saja akan mendatangkan kebaikan untuk segenap masyarakat dan Mesir, negeri yang kita banggakan, yang mengajarkan kepada kita nilai toleransi, persaudaraan dan persatuan," paparnya. Di sisi lain, acara puncak perayaan Natal dilangsungkan misa suci di Katedral Abbasea pada Rabu (6/1) malam. Presiden Mesir Abdel Fatah Al Sisi secara mendadak menghadiri acara puncak pada Rabu malam untuk menyampaikan selamat Natal. "Saya datang secara khusus untuk menyampaikan Selamat Natal dan memperkuat persaudaraan dan cinta untuks sama-sama membangun Mesir. Tuhan menciptakan manusia bersuku bangsa, dan tidak seorang pun yang bisa menyatukan semua orang dalam satu adat saja," ujar al Sisi dalam sambutannya. Di tengah pidato sambutan, para peserta misa secara spontak meneriakkan yelyel "Hidup Presiden Sisi, hidup Sisi...", namun al-Sisi memotong yeyel, dan meneriakkan yeyel, "hidup Mesir, Hidup Mesir...", yang diikuti hadirin. Katedral Koptik di Distrik Abbasea, pusat kota Kairo ini, setiap Bulan Ramadhan, sudah menjadi tradisi, mengundang pemuka Islam setempat untuk buka bersama dan menyediakan shalat maghrib di dalam gedung gereja itu. Kegiatan di atas menunjukkan rasa toleransi yang tinggi di Mesir. Hal ini sesuai dengan konsep cinta dan persahabatan dan juga konsep lemah lembut, dengan memberi ucapan selamat dan kehadiran pada misa Natal tersebut telah menunjukkan sikap cinta terhadap sesama dan merupakan bentuk perlakuan yang lemah lembut terhadap sesama. Selain itu, yang dilakukan oleh Presiden Sisi
85
merupakan bentuk konsep kekuatan, yaitu menggunakan kekuatan untuk berlaku kebaikan, selain itu bentuk dari sebuah keadilan. Dikutip dari commongroudnews.org (diakses 6 April 2016) yang melaporkan tentang aksi demonstrasi Presiden Morsi
Demonstrasi di Mesir yang
menggulingkan Presiden Hosni Mubarak, dan berbagai dampak politiknya, telah diliput besar-besaran oleh media. Tetapi berbagai cerita tentang solidaritas Kristen-Muslim tidak diberitakan secara luas, padahal cerita-cerita itu patut disebarluaskan. Dalam aksi unjuk rasa itu, orang Kristen membuat pagar betis di sekitar orang-orang Muslim yang sedang melakukan shalat Jumat untuk melindungi mereka dari polisi. Dan Senin lalu, orang-orang Muslim membuat pagar betis di sekitar orang-orang Kristen di Lapangan Tahrir saat mereka menggelar misa, dan mendampingi mereka berdoa bagi orang-orang yang terluka atau meninggal dalam aksi protes tersebut. Warga Mesir dalam hal ini telah mengaplikasikan konsep kekuatan, kebenaran dan keadilan, ambisi, cinta dan persahabatan, dan kebebasan. Warga Mesir saling bersatu dengan kekuatan mereka untuk membela sebuah kebenaran dan keadilan. Dengan ambisi untuk sebuah kebenaran dan keadilan, warga Mesir saling bersatu dan saling menunjukan solidaritas yang merupakan wujud persahabatan. Bergantian dalam beribadah adalah sebuah bentuk dari saling menghormati dan menghargai kebebasan orang lain. Di Mesir, ribuan umat Muslim menghadiri misa Natal Koptik pada awal Januari bersama warga Kristen, untuk menunjukkan solidaritas mereka dan
86
bertindak selaku perisai manusia, setelah terjadi serangan bom bunuh diri saat kebaktian malam tahun baru di luar gereja Koptik al-Qiddisin di Alexandria yang menewaskan sedikitnya 25 orang dan melukai 70 lainya. Meski setiap orang punya peran penting, para pemimpin agama harus mengambil peran aktif dalam mendorong koeksistensi di antara berbagai komunitas agama dan mengutuk kekerasan bermotif agama. Pemimpin agama di Timur Tengah harus lebih terlibat dalam membasmi ketidakadilan dan membantu proses pemulihan. Sebuah contoh bagus adalah pernyataan baru-baru ini yang dikeluarkan oleh Universitas Al-Azhar Kairo yang mencela kekerasan terhadap orang Kristen Koptik di Mesir, bahwa, “Ini adalah tindak kejahatan yang tidak pernah dibenarkan oleh agama apa pun” (commongroudnews.org diakses 6 April 2016). Dari kegiatan yang disebutkan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa warga Mesir menggunakan konsep kekuatan, yaitu menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk berbuat kebaikan, yaitu melindungi orang lain. Selain itu, warga Mesir tersebut mengaplikasikan konsep cinta dan persahabatan, yaitu saling melindungi saudara dan sahabat sebagai bukti saling mencintai dan saling memiliki sebagai bangsa Mesir. Seperti yang diungkapkan Zuhairi Misrawi dalam jurnal berjudul “Kesadaran Multikultural Dan Deradikalisasi Pendidikan Islam: Pengalaman Bhinneka Tunggal Ika Dan Qabul Al-akhar”. Maka dari itu, dalam rangka membangun falsafah “Qabul al-Akhar” diperlukan keterbukaan sejak dini terhadap perbedaan dan keanekaragaman. Sejak lahir, setiap manusia sudah dihadapkan pada realitas
87
keanekaragaman. Hal tersebut harus membangun kesadaran yang terus tumbuh, terutama dalam ruang publik yang lebih luas. Interaksi dan akulturasi antara satu agama dengan agama yang lain akan semakin melapangkan jalan bagi tumbuhnya multikulturalisme. Presiden Hosni Mubarak relatif berhasil menanamkan nasionalisme dan menindak tegas kelompok ekstremis yang mengancam keamanan dan kedamaian. Di samping itu, Al-Azhar sebagai institusi keagamaan yang mempunyai reputasi dan basis kultural yang kuat kerapkali menyuarakan dialog antar-agama. Para tokoh lintas agama melakukan silaturahmi secara rutin dalam rangka meningkatkan harmoni dan toleransi di antara mereka. Tidak hanya itu, Al-Azhar mendirikan desk khusus yang secara khusus membangun dialog dengan Vatikan sebagai komitmen dialog antar-iman. Sebagai institusi keagamaan, Al-Azhar merupakan lembaga pendidikan yang mempunyai konsern terhadap toleransi dan multikulturalisme dalam intra-agama. Dalam fikih, Al-Azhar menganut fikih empat mazhab dalam Sunni (Syafi’i, Hanafi, Maliki, dan Hanbali), serta dua mazhab dalam Syi’ah (Zaydiyyah dan Ja’fariyyah). Bahkan, dalam rangka membangun harmoni dengan kalangan Syi’ah, Al-Azhar telah membangun lembaga khusus yang bertujuan mempererat hubungan antara Sunni dan Syiah. Maka dari itu, sebagai ekspresi dari falsafah “Qabul al-Akhar”, Al-Azhar dan para tokoh agama telah memprakarsai sebuah pertemuan khusus dalam rangka mengantisipasi meluasnya dampak-dampak negatif dari konflik yang bernuansa SARA. Para tokoh agama juga mendorong dibentuknya undang-undang yang
88
menjamin kebebasan beribadah. Al-Azhar melalui organisasi Forum Keluarga (Bayt al-‘Ailah), yang diikuti oleh agama-agama di Mesir meminta agar kehidupan toleran selalu dijaga, sebagai karakter yang menonjol dalam sejarah Mesir (Misrawi, 2012: 212). Latar historis tersebut, tercermin bagi penganut Muslim-Kristen yang kerapkali saling bahu-membahu dalam menjaga kerukunan di Mesir. Setiap muncul konflik sektarian, mereka turun ke jalan bersama-sama dalam rangka menegaskan kepada publik tentang perlunya kebersamaan. Di saat muncul pengrusakan gereja, kalangan Muslim dan Kristen mengutuk aksi kelompok ekstremis. Bahkan, pasca Tragedi Maspero, kalangan Muslim dan Kristen berdemonstrasi membentangkan spanduk, al-kanisah zay jami’, gereja ibarat masjid. Spanduk tersebut menegaskan cara pandang warga Mesir yang positif terhadap tempat ibadah, baik gereja maupun masjid. Ketika kalangan Kristen Koptik menyatakan akan berpuasa selama tiga hari pasca-Tragedi Maspero, kalangan muslim pun menegaskan akan berpuasa sebagai rasa simpati dan empati. Hakikatnya, mayoritas muslim di Mesir dapat menerima keberadaan gereja, dan hanya sebagian kecil yang menolaknya, terutama kalangan ekstremis. Bahkan di sejumlah daerah, masjid dan gereja dapat berdampingan secara damai. Setiap umat terhadap dalam doa. Hakikatnya, “Qabul al-Akhar” bukan hanya sebagai slogan, melainkan sebagai laku keberagamaan yang memberikan jalan bagi kelompok minoritas agar mendapatkan kebebasan dalam melaksanakan ibadah (Misrawi, 2012: 212).
89
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan tentang kehidupan di Mesir yang multikultur. Mayoritas penduduk Mesir beragama Islam, dan minoritas adalah Kristen dari dominasi Koptik sekitar 10 %. Di Mesir, simbol kerukunan beragama sudah ada sejak Khalifah Umar bin Khatab berhasil menaklukan Mesir melalui pasukan yang dipimpin Amr bin Ash. Masjid Amru bin Ash didirikan dekat dengan Gereja Gantung atau Gereja Muallaqah dan Sinagog Ben Ezra. Selain itu, tokoh agama baik Muslim dan Kristen saling bergotong royong dalam menciptakan perdamaian dan toleransi. Tokoh agama di Mesir mencontohkan untuk saling mengucap selamat ketika hari raya. Tokoh Muslim diwakili oleh ulama-ulama Al-Azhar dan tokoh minoritas Kristen koptik diwakili Paus Gereja Orthodoks Koptik Mesir. Prinsip “Qabul al-Akhar” menjadi dasar dalam menciptakan kerukunan dalam kehidupan yang multikultur di Mesir. Warga Mesir memiliki rasa saling memiliki satu sama lain sebagai bangsa Mesir. Sesuai dengan bukti-bukti yang ada, warga Mesir telah mengaplikasikan konsep yang dijelaskan oleh Paus Shenouda III, yaitu mereka menggunakan kekuatan yang mereka miliki dengan cara yang benar dan adil berdasarkan rasa cinta dan persahabatan serta rasa saling memiliki satu sama lain sebagai bangsa Mesir. Toleransi juga menjadi salah satu bentuk pengaplikasian konsep ilmu pengetahuan, yaitu dengan memiliki ilmu pengetahuan yang benar, manusia dapat tercegah dari dosa dan kesesatan, salah satunya adalah kekerasan atau merusak kedamaian sebagai bentuk sikap antitoleransi. Ilmu pengetahuan yang benar juga mampu mencegah manusia dari ambisi buruk untuk berkuasa dan merampas hak orang lain. Sikap toleran, halus, tenang dan cinta damai adalah salah satu bentuk dari sifat lemah lembut yang
90
harus dimiliki manusia untuk menciptakan kedamaian bagi dirinya dan orang lain disekitarnya.
D. Aplikasi Konsep Cinta dan Persahabatan Berdasarkan sepuluh konsep hidup dari pemikiran humanisme Paus Shenouda III, dapat diambil kesimpulan bahwa “Konsep Cinta dan Persahabatan” adalah konsep yang paling banyak berpengaruh dalam toleransi antar umat beragama di Mesir. Dalam sebuah pertemuan tentang minoritas di Siprus yang disponsori oleh PBB tahun 1994, Paus Shenouda III berpidato dengan memberikan pernyatan bahwa ia dan penganut Koptik bukanlah minoritas melainkan satu bangsa bernama Mesir. “We do not accept to be distinguished from other Egyptians. We do not accept the word ‘Minority’ in such a meaning of claiming for the political rights or for foreign help. We are Egyptians, part of Egypt – of the same nation.” (Attia, 2001:48) Kami tidak terima jika kami dibedakan dan dianggap bukan seorang Mesir. Kami tidak menerima kata “Minoritas” untuk menjadi semacam tuntutan politik atau mencari bantuan luar negeri. Kami adalah Mesir, bagian dari Mesir – bangsa yang sama. Pernyataan Paus Shenouda III tersebut sebagai penolakan terhadap istilah minoritas, ia menganggap bahwa persatuan sebagai suatu bangsa harus didahulukan dibandingkan perbedaan. Selain itu, Paus Shenouda III juga menyatakan tidak akan mendirikan partai berhaluan Koptik karena ia tidak ingin memecah belah bangsa Mesir atas dasar agama. Bukti lain yang dilakukan Paus Shenouda III dalam mengaplikasikan konsep “Cinta dan Persahabatan” adalah
91
dengan selalu menghadiri acara kenegaraan dan mengundang para Ulama Mesir untuk berbuka puasa pada bulan Ramadhan untuk memperkuat hubungan antara Islam dan Kristen sebagai bangsa Mesir.