BAB II PEMBAHASAN
2.1
SUMBER DATA Data yang digunakan untuk mendukung pembuatan tugas akhir ini diperoleh dari berbagai sumber, antara lain:
2.1.1
Media Cetak Penulis melakukan riset mengenai self-harm, bunuh diri, depresi, dan berbagai macam gangguan mental lainnya melalui berbagai macam buku, thesis, dan lainnya
2.1.2
Wawancara Penulis mewawancarai Bapak Danny Yatim – psikolog dengan pengalaman dalam bidang kesehatan dan perkembangan sosial di Indonesia dan Asia selama lebih dari 20 tahun – melalui email untuk mengenal self-harm lebih lanjut
2.1.3
Melakukan Riset melalui Internet Penulis melakukan riset melalui internet untuk mengenal self-harm lebih lanjut dan cara-cara menanganinya
2.2
ANALISA KASUS
2.2.1 Definisi Depresi Menurut
Oxford
Dictionary;
depresi,
atau
depression,
didefinisikan sebagai “kondisi mental yang ditandai oleh perasaan putus asa ekstrim dan tidak adanya semangat – biasanya disertai perasaanperasaan ketidakcukupan sebagai seorang individu dan perasaan bersalah, yang sering berakibat kurangnya energi, terganggunya pola makan, dan kekurangan tidur”.. Dan bagi para psikolog National Institute of Mental Health (USA), depresi merupakan penyakit medis yang serius – bukan hal yang 3
4 dibuat-buat dan mudah disembuhkan. Depresi sendiri terbagi menjadi 2 jenis; •
Major Depression; gejala depresi parah yang menghambat kemampuan tiap individu untuk bekerja, tidur, belajar, dan kemampuan untuk menikmati hidup. Kebanyakan orang pernah mengalami kejadian ini beberapa kali dalam hidupnya.
•
Persistent Depressive Disorder; perasaan depresi yang bertahan selama 2 tahun. Orang-orang yang terdiagnosa dengan ini bisa mengalami momen-momen depresi berat yang disertai gejalagejala depresi yang lebih ringan. Selain itu, depresi ini juga dapat terbentuk dari berbagai macam kasus, contohnya: -
Psychotic depression; hal ini dapat terjadi jika seseorang yang memiliki penyakit kejiwaan – seperti delusi, halusinasi, dan sebagainya – mengalami depresi parah.
-
Postpartum depression; hal ini terjadi kepada wanita-wanita yang baru melahirkan – disebabkan oleh perubahan hormon dan fisik yang disertai tekanan untuk merawat bayi yang kadang terasa sangat berat.
-
Seasonal affective disorder; hal ini ditandai dengan munculnya gejala-gejala depresi yang timbul seiring dengan musim salju – dimana cahaya matahari relatif jarang muncul. Depresi jenis ini sering kali hilang bersama datangnya musim panas atau musim semi
•
Bipolar disorder; biasa juga disebut dengan manic depressive illness. Bipolar disorder seringkali ditandai dengan perubahan mood yang ekstrim; dari sangat bahagia dan kemudian sangat depresi.
Penyebab depresi cenderung dikarenakan oleh kombinasi faktorfaktor genetik, biologis, lingkungan, dan psikologi. Penyakit-penyakit depresi merupakan kelainan otak – orang-orang dengan depresi memiliki bentuk otak yang berbeda dibandingkan orang-orang normal jika di scan dalam mesin MRI.
5 2.2.2 Self-Harm/Tindakan Melukai Diri
Tindakan melukai diri, lebih dikenal dengan nama self-harm merupakan tindakan menyakiti diri yang disengaja, dengan atau tanpa niatan bunuh diri. Istilah self-harm sendiri merupakan istilah yang lebih netral yang dipakai untuk menggantikan istilah ‘self-mutilation’ yang digunakan literatur sebelumnya – terutama literatur-literatur sebelum Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders. Istilah selfharm dikenal juga dengan nama self-injury (Muehlenkamp, 2005: 75). Bentuk self-harm yang paling umum adalah melukai kulit – dengan silet atau berbagai macam benda tajam. Namun selain itu, selfharm juga muncul dalam bentuk membakar bagian badan, memukul diri, mengorek bekas luka, menjambak rambut, hingga menelan zat-zat beracun (Mental Health Foundation, 2006: 21). Self-harm, selain dihubungkan dengan depresi, juga merupakan kulminasi dari anxiety disorder, pengunaan narkoba, eating disorder, PTSD, schizophrenia, dan berbagai macam gangguan kepribadian. Namun, lain halnya dari orang-orang yang menderita mental disorder – orang yang melakukan self-harm seringkali menyembunyikan luka-luka di badan dan tendensi mereka untuk melukai diri, yang membuat mereka seringkali tidak terlihat seperti orang yang melakukan self-harm; hal ini adalah faktor yang makin mempersulit diagnosa. (Klonsky, 2007: 27) Motivasi tiap individu untuk self-harm berbeda-beda, seringkali self-harm menjadi cara untuk meringankan perasaan-perasaan intens seperti kegelisahan, stres, rendahnya kepercayaan diri, perfeksionisme, anhedonia, dan sebagainya. Fenomena self-harm ini sering terjadi pada remaja – biasanya timbul pada umur 12-24 tahun (Klonsky, 2007: 63). Menurut Schmidtke & rekan-rekannya, self-harm lebih umum diantara wanita dewasa muda dibandingkan pria dewasa muda. Wanita umur 1524 tahun dan pria umur 25-29 adalah pelaku self-harm dengan jumlah tertinggi (Schmidtke, 1996: 93). Wanita berumur 15-24 Selain itu, banyak orang yang melakukan self-harm menyatakan bahwa dengan melukai diri mereka, mereka dapat berdisasosiasi dengan realitas – memisahkan pikiran mereka dari perasaan-perasaan yang menekan
6 mereka. Hal ini dicapai dengan “menipu” pikiran untuk memfokuskan rasa sakit emosional yang dirasakan menuju rasa sakit fisik yang mereka timbulkan sendiri; bagi mereka rasa sakit fisik yang mereka rasakan merupakan pengalihan rasa sakit emosional yang mereka rasakan (Spandler, 1996: 42).
2.2.3 Parasuicide & Suicide Menurut Oxford Dictionary, ‘Parasuicide’ adalah “percobaan bunuh diri tanpa ada niatan untuk meninggal”, sedangkan ‘Suicide’ adalah “tindakan bunuh diri”. Parasuicide merupakan istilah yang pertama kali diciptakan oleh Norman Kreitman yang merupakan bentuk self-harming yang ekstrim, dimana seorang individual melakukan sebuah tindakan melukai diri yang
cenderung
non-fatal
terhadap
dirinya
sendiri.
Hal
ini
dikategorikan sebagai bentuk self-harming yang ekstrim dikarenakan Parasuicide sendiri dianggap sebagai indikator terkuat bunuh diri di masa depannya (Welch, 2011: 52). Sama seperti self-harm pada umumnuya, Parasuicide sering muncul dalam bentuk menyilet pergelangan tangan, dan kadang juga menelan obat-obat preskripsi dalam jumlah yang berlebihan. Perbedaan Parasuicide dari Self-harm adalah, dalam self-harming, tujuan utama seorang individu adalah untuk meringankan tekanan emosional dalam hidupnya – sedangakan Parasuicide seringkali dilakukan oleh seseorang untuk memberi tahu orang-orang terdekatnya atas tingkat keparahan depresinya. Menurut David Semple dalam buku Oxford Handbook of Psychiatry, 1% dari orang-orang yang melakukan Parasuicide akan melakukan bunuh diri dalam jangka waktu 2 tahun. Orang-orang yang mengalami depresi berat, jika tidak dirawat, memiliki kemungkinan untuk bunuh diri. Seringkali tindakan ini dilakukan karena perasaan keputus-asaan – yang sering dikaitkan dengan depresi klinis, bipolar disorder, schizophrenia, dan berbagai macam gangguan mental lainnya yang juga menyebabkan self-harm. Selain itu faktor-faktor eksternal seperti kesulitan finansial, masalah dalam hubungan interpersonal juga sering menjadi faktor yang
7 memotivasi orang untuk bunuh diri. Sembilan puluh persen (90%) orang yang melakukan bunuh diri seringkali memiliki gangguan jiwa. Namun, bagi orang-orang yang pernah dirawat di unit psikiatrik, lifetime risk mereka untuk bunuh diri turun menjadi 8.6% Faktor bunuh diri yang paling umum kedua adalah orang-orang yang mengalami substance abuse (alkohol dan/atau narkoba). Kebanyakan orang yang dibawah pengaruh alkohol memiliki antara 15%-61% kemungkinan untuk bunuh diri. (Vijayakumar, 2011: 24)
2.2.4 Korelasi antara Self-harm dengan Bunuh Diri Orang-orang yang pernah melakukan self-harm memiliki resiko untuh bunuh diri 200 kali lebih besar dibandingkan orang-orang yang tidak pernah. (O’Connor, 2011: 125)Lebih besar lagi kemungkinan bunuh diri pada orang yang melakukan self-harm berkali-kali dibandingkan yang pernah melakukannya hanya sekali (Zahl, 2004: 182). Penyebab self-harm seringkali sama dengan penyebab bunuh diri (contohnya mental disorder), yang menunjukkan bahwa kedua perilaku ini berhubungan, dibalik kompleksitas hubungan keduanya. (O’Connor, 2011: 120)
2.2.5 Pencegahan dan Perawatan Dasar Menurut National Health Service (UK), cara-cara merawat depresi pada seseorang biasanya merupakan kombinasi obat-obatan, terapi, dan melakukan tindakan-tindakan self-help. Untuk depresi ringan, metode yang disarankan adalah; •
Tunggu; jika seorang individu didiagnosa dengan depresi ringan, masih ada kemungkinan kondisi mental akan membaik dengan sendirinya.
Disarankan
untuk
ke
terapis/psikiater
untuk
memonitor perkembangan kondisi mental. •
Olahraga; bukti menyatakan bahwa berolahraga dan aktivitas fisik semacamanya dapat membantu meringankan depresi. Disarankan untuk konsultasi ke dokter tentang pola olahraga yang dibutuhkan.
8 •
Grup Self-help; salah satu cara untuk meringankan depresi adalah dengan mendiskusikannya – selain membicarakannya dengan teman dan keluarga, pengidap depresi disarankan untuk bergabung atau membentuk grup self-help dimana sesama orang yang mengalami depresi dapat saling mensupport satu sama lain.
Sedangkan untuk depresi tingkat sedang; -
Psikoterapi:
rang yang
memiliki
depresi tingkat
sedang
disarankan untuk melakukan psikoterapi; ada banyak jenis psikoterapi – dimulai dari cognitive behavioural therapy dan konseling. Dan untuk depresi berat, disarankan untuk; •
Antidepresan; Antidepresan merupakan tablet yang dapat membantu meringankan gejala-gejala depresi; termasuk anxiety disorder, OCD, eating disorder, ADHD, dan sebagainya. Antidepresan merupakan obat yang hanya bisa didapatkan dengan resep dokter.
•
Terapi Gabungan; untuk orang yang mengalami depresi berat, gabungan antara antidepresan dan psikoterapi sangat disarankan.
•
Tim Dokter; orang yang mengalami depresi berat akan dirujuk kepada sebuah tim dokter yang terdiri dari psikolog, psikiater, perawat spesialis, dan terapis. Tim ini akan memberikan perawatan terapi intensif dan juga obat-obatan yang diperlukan. Dan menurut Thomas Marra dalam bukunya “Depressed and
Anxious: The Dialectical Behavior Therapy Workbook for Overcoming Depression & Anxiety”, cara yang paling mudah untuk mencegah melukai diri adalah dengan menenangkan diri dengan cara-cara berikut saat menghadapi masalah dan mulai timbul niatan melukai diri; •
Validation; “Saya bisa menerima rasa sakit ini dan saya ingin sembuh”. Teknik ini menenangkan diri dengan memberi validasi terhadap emosi yang dialami tanpa memendamnya atau membesar-besarkannya – sehingga penderita bisa melihat masalah mereka dengan lebih rasional.
•
Reassurance; “Saya kuat dan saya bisa mengatasi masalah ini, meskipun masalah ini menyakiti saya”. Dengan meyakinkan diri
9 bahwa rasa sakit ini bisa diatasi, pelaku akan lebih percaya diri untuk melalui rasa sakit yang dialami tanpa menyalurkannya menjadi luka fisik Perspective Taking; “Saya pernah mengalami hal yang lebih
•
buruk dan saya selalu bisa melaluinya dengan baik”. Dengan melihat masalah ini dari perspektif lain, penderita bisa lebih jelas melihat masalah ini tanpa gangguan-gangguan emosional yang dialami.
2.3. DATA LEMBAGA
2.3.1
Komisi Perlindungan Anak Indonesia Komisi
Perlindungan
Anak
Indonesia
(KPAI)
dibentuk
berdasarkan amanat UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Undang-Undang tersebut disahkan oleh Sidang Paripurna DPR pada tanggal 22 September 2002 dan ditandatangani Presiden Megawati Soekarnoputri, pada tanggal 20 Oktober 2002. Setahun kemudian sesuai ketentuan Pasal 75 dari undang-undang tersebut, Presiden menerbitkan Keppres No. 77 Tahun 2003 tentang Komisi Perlindungan Anak Indonesia. Diperlukan waktu sekitar 8 bulan untuk memilih dan mengangkat Anggota KPAI seperti yang diatur dalam peraturan perundang-undangan tersebut.
Komisi Perlindungan Anak Indonesia memiliki visi: •
“Terwujudnya Indonesia Ramah Anak”
Dan misi; 1. Meningkatkan pemahaman dan peran serta masyarakat dalam perlindungan anak. 2. Membangun sistem dan jejaring pengawasan perlindungan anak. 3. Meningkatkan jumlah dan kompetensi pengawas perlindungan anak. 4. Meningkatkan
kuantitas,
kualitas,
pengawasan perlindungan anak.
dan
utilitas
laporan
10 5. Meningkatkan kapasitas, aksesibilitas, dan kualitas layanan pengaduan masyarakat. 6. Meningkatkan kinerja organisasi KPAI.
2.3.2
Himpunan Psikologi Indonesia Merupakan organisasi profesi psikologi di Indonesia, didirikan di Jakarta pada tanggal 11 Juli 1959 dengan nama Ikatan Sarjana Psikologi, disingkat ISPsi. Sejalan dengan perubahan sistim pendidikan tinggi di Indonesia, melalui Kongres Luar Biasa pada tahun 1998 di Jakarta, organisasi ini mengubah nama menjadi Himpunan Psikologi Indonesia, disingkat HIMPSI. Saat ini Himpsi telah memiliki 25 wilayah di propinsi yang tersebar di seluruh Indonesia dengan jumlah anggota lebih dari 11.500 orang Visi Himpsi adalah untuk menjadi organisasi profesi psikologi yang diakui secara nasional maupun internasional dan berperan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat. Misi utama Himpsi adalah pengembangan keilmuan dan profesi psikologi di Indonesia.
2.3.3
Kompas Gramedia Group Kompas
Gramedia,
disingkat
“KG”,
adalah
perusahaan
Indonesia yang bergerak di bidang media massa yang didirikan pada tanggal 28 Juni 1965 Oleh P.K. Ojong dan Jakob Oetama. Pada tahun 1980-an perusahaan ini mulai berkembang pesat, terutama dalam bidang komunikasi. Saat ini, KG memiliki beberapa anak perusahaan/bisnis unit yang bervariatif dari media massa, toko buku, percetakan, radio, hotel, lembaga pendidikan, event organizer, stasiun TV hingga universitas. Visi dan misi Kompas Gramedia adalah “Menjadi Perusahaan yang terbesar, terbaik, terpadu dan tersebar di Asia Tenggara melalui usaha berbasis pengetahuan yang menciptakan masyarakat tedidik, tercerahkan, menghargai kebhinekaan dan adil sejahtera.”
2.4. DATA KAMPANYE
11 Kampanye ini terinspirasi dari beberapa kampanye berikut
2.4.1
Don’t Hide – Kampanye Kesadaran Depresi Kampanye kesadaran atas orang-orang yang mengalami depresi yang mendorong mereka untuk minta bantuan pada sekitar atau profesional.
Kampanye
ini
memiliki
pesan
untuk
jangan
menyembunyikan depresi anda. Menurut pencetus kampanye ini; “Just because the people around you appear happy and healthy doesn't mean they necessarily are.”
Gambar 2.1 Kampanye Don’t Hide Sumber: https://www.behance.net/gallery/13992091/Depression-Awareness-Campaign
2.4.2
Kampanye Anti Child Abuse Kampanye anti child abuse cetusan ANAR (Aid to Children and Adoloescents at Risk) dari Spanyol ini bertujuan menyebarkan kesadaran atas banyaknya child abuse di Spanyol. Kampanye ini dikemas dalam bentuk poster-poster yang diproduksi dengan metode lenticular – dimana bagi orang dewasa; poster ini terlihat seperti poster biasa dengan tulisan “Kadang child abuse hanya terlihat bagi anak-anak yang mengalaminya. Sedangkan bagi anak-anak, poster ini akan menunjukkan wajah anak dengan memar dan darah, yang juga bertuliskan “Jika seseorang menyakitimu, hubungi kami dan kami akan membantu” beserta nomor hotline yang bisa dihubungi.
12
Gambar 2.2 & 2.3 Kampanye dari The ANAR Foundation Sumber: https://www.marketingmag.com.au/news-c/child-abuse-campaign-useslenticular-printing-to-hide-its-message-from-adults/
2.4.3
Self-Harm Awareness Day Kampanye ini merupakan kampanye UK cetusan Childline, Youthnet, selfharm.co.uk dan Youngminds yang bertujuan untuk menyebarkan kesadaran tentang bahayanya self-harm dan cara penanganannya.
Gambar 2.4 Salah satu bentuk dari kampanye Self-harm Awareness Day 2.4.4
Self-Injury Awareness Day
13
Kampanye cetusan LifeSIGNS ini mirip seperti Self-harm Awareness Day cetusan Childline – kampanye ini bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran
atas
Self-harm
dengan
mengkomemorasikannya tiap tanggal 1 Maret.
Gambar 2.5 Poster SIAD Sumber : http://www.lifesigns.org.uk/siad/
2.4.5
Kampanye Anti Child Abuse oleh ALERJ Rio de Janeiro Kampanye anti child abuse cetusan ALERJ ini menggambarkan bahwa ketidakpedulian sesorang terhadap child abuse yang ada depan matanya, sama saja dengan ikut melakukannya. Metode yang disampaikan ini dikemas dalam bentuk yang cenderung seperti kartun untuk menggambarkan rusaknya dunia anak itu dengan child abuse.
14
Gambar 2.6 Salah satu spread kampanye ini Sumber : http://osocio.org/message/domestic-child-abuse-when-you-ignore-it-youretaking-part-in-it/
2.5. WAWANCARA Dalam wawancara saya dengan Bapak Danny Yatim – psikolog dengan pengalaman dalam bidang kesehatan dan perkembangan sosial di Indonesia dan Asia selama lebih dari 20 tahun – penulis mengajukan beberapa pertanyaan berikut; • Apa itu Self-Harm? “Self-harm adalah perilaku menyakiti tubuh sendiri” • Mengapa orang melakukan self-harm? “Bagi pelakunya, self-harm adalah cara mengekspresikan keresahan dan emosinya. Menyakiti diri adalah cara pelampiasan orang tersebut dalam menghadapi kesedihan, kemarahan, rasa bersalah, rasa hampa, dan rasa benci. Meskipun bagi orang lain sulit dipahami, tetapi self-harm memberikan rasa lega bagi yang melakukannya, seakan-akan semua emosi tadi bisa tersalurkan. • Apakah faktor eksternal merupakan faktor pendorong utama untuk self-harm?
15 “Tentu saja. Bukankah hampir segala sesuatu yang kita lakukan juga terdorong dari lingkungan, sadar atau tidak sadar. Jadi sulit untuk menetukan apakah sesuatu itu berawal dari eksternal atau internal” •
Umur berapakah kebanyakan orang-orang mulai melakukan Self-harm? “Kebanyakan kasus berawal pada masa remaja, meskipun ada pula yang melakukan ketika sudah dewasa, dan ada yang melakukannya ketika anakanak. Menurut para ahli self-harm kemungkinan berakar dari trauma (kejadian menyakitkan yang membekas) pada masa kecil.”
•
Adakah korelasi antara self-harm dengan kondisi sosial-ekonomi seseorang? “Belum ada data di Indonesia. Tetapi di beberapa negara maju, ini tidak ada kaitan dengan kelas sosial-ekonomi.”
•
Apakah self-harm merupakan hal serius yang semestinya dibawa ke profesional? “Tentu saja merupakan hal yang serius, karena merusak tubuh. Ada cara lain untuk merespons terhadap problem emosional kita. Mereka yang melakukan self-harm barangkali tidak sadar bahwa ada cara lain, seperti misalnya ngobrol (curhat) dengan orang lain.”
•
Apakah hal-hal yang bisa membantu pelaku self-harm? “Mengajaknya ngobrol, tidak menghakimi perbuatannya, mendengarkan persoalannya, selama ini mungkin dia tak pernah menemukan orang yang mau mendengarkan masalahnya”
•
Apakah hal-hal yang bisa dilakukan keluarga/teman untuk membantu orang yang mengalami self-harm? “Sama seperti nomer 7, tetapi akan lebih baik lagi bila meminta bantuan ahli seperti psikolog klinis.”
2.6
KUESIONER Berikut merupakan hasil kuesioner dengan jumlah koresponden 300 orang yang disebar oleh penulis melalui social media sebagai materi pembantu dalam perancangan kampanye anti Self-harm ini;
16 Pertanyaan pertama : Berapakah usia anda? Dari 300 koresponden, 148 koresponden (49.3%) menjawab “18 - 22 tahun” dan 83 koresponden (27.7%) menjawab “15 - 17 tahun”.
Pertanyaan kedua : Jenis kelamin anda? Dari 300 koresponden, 245 koresponden (81.7%) menjawab “Perempuan” dan 55 koresponden (18.3 %) menjawab “Laki-laki.
Pertanyaan ketiga : Apakah pekerjaan anda saat ini? Dari 300 koresponden, 151 koresponden (50.3%) menjawab “Mahasiswa” dan 138 koresponden (46%) menjawab “Pelajar”.
Pertanyaan keempat : Pendapatan perbulan anda? Dari 300 koresponden, 99 koresponden (33%) menjawab “Rp 100.000 – Rp 500.000”, 81 koresponden (27%) menjawab “Rp 1.000.000 – Rp 5.000.000”, dan 63 koresponden (21%) menjawab “Rp 500.000 – Rp. 1.000.000.
Pertanyaan kelima : Dimanakah kota tempat tinggal anda? Dari 300 koresponden, 227 koresponden (75.7%) menjawab “Jabodetabek”.
Pertanyaan keenam : Apakah anda pernah mendengar istilah Self-harm dan mengerti maksudnya? Dari 300 koresponden, 206 koresponden (68.7%) menjawab “Pernah mendengar dan mengerti” dan 51 koresponden (17%) menjawab “Pernah mendengar tetapi tidak mengerti.”
Pertanyaan ketujuh : Bila pernah, darimanakah anda mengetahui tentang Self-harm? Dari 300 koresponden, 213 koresponden (71%) menjawab “Internet”, dan 99 koresponden (33%) menjawab “Film/TV”, 88 koresponden (29.3%) menjawab “Buku/Media Cetak”
Pertanyaan kedelapan : Adakah orang disekitar anda yang mengalaminya? Bila ada, apa hubungan anda dengan orang itu? Dari 300 koresponden, 138 koresponden (46%) menjawab “Teman”, dan 61 koresponden (20.3%) menjawab “Diri Sendiri.”
17
Pertanyaan kesembilan : Bila ada orang disekitar anda yang mengalami Self-harm, apakah pandangan anda pada mereka? Dari 300 koresponden, 219 koresponden (76%) menjawab “Takut”, dan 50 koresponden (17.4%) menjawab “Kasihan”
Pertanyaan kesepuluh : Apakah menurut anda Self-harm merupakan sebuah isu penting untuk dibahas? Dari 300 koresponden, 284 koresponden (94.7%) menjawab “Ya.”
Pertanyaan kesebelas : Bila ada kampanye yang membahas penanganan dan pencegahan Self-harm, apakah anda akan mendukungnya? Dari 300 koresponden, 289 koresponden (96.3%) menjawab “Ya.’
2.7
TINJAUAN KHUSUS
2.7.1
Teori Kampanye Kampanye’ menurut KBBI merupakan suatu gerakan serentak untuk melawan/mengadakan aksi. Dan ‘Sosial’ adaha segala hal yang berkaitan
dengan
masyarakat
dan
komunitasnya.
Jadi
dapat
dismpulkan bahwa ‘Kampanye Sosial’ adalah sebuah gerakan serentak yang diadakan untuk mengarahkan suatu perilaku sebuah kelompok masyarakat menuju arah tertentu sesuai dengan agenda yang diadakan oleh pembuat kampanye. Menurut Lee & Kotler (2011: 25), kampanye sosial merupakan salah satu bentuk social marketing – yang sendirinya merupakan strategi marketing yang mulai muncul pada awal tahun 1970-an yang umumnya berfokus terhadap mempengaruhi perilaku publik untuk meningkatkan kesehatan mereka, mencegah cedera, dan berbagai macam kontribusi untuk komunitas.
2.7.2
Teori Copywriting Menurut Jefkins (1985: 58), copywriting merupakan seni penulisan pesan penjualan yang paling persuasif ; jika penulisan copy
18 ini tidak bisa menarik perhatian, ketertarikan, keyakinan, keinginan, dan tindakan – artinya penulisan copy untuk iklan itu telah gagal.
2.7.3
Teori Warna Warna merupakan salah satu bagian yang paling vital dalam pembentukan identitas visual. Dengan warna, kita dapat mudah menyampaikan suatu kesan tertentu tanpa perlu menggunakan katakata. Menurut Eisseman (2002: 8), warna merupakan metode yang paling tepat dalam usaha penyampaian pesan dan tujuan. Prinsip warna menurut Robert B. Parker antara lain: •
Penggunaan warna harus memiliki fungsi
•
Warna harus dapat memberikan ciri khas perusahaan/produk yang disampaikan.
•
Penggunaan warna tidak hanya berfungsi sebagai sensasi artisitik, tetapi bertujuan untuk mengatakan bahwa warna memang nyata kebenarannya.
•
Hindari warna yang tidak perlu
Warna-warna yang akan di gunakan untuk kampanye ini adalah warna-warna yang bersifat fanciful, festive, energetic, dan playful yang kontras dengan konten-nya yang bersifat ‘gelap’ – untuk menggambarkan sifat self-harm itu sendiri; yaitu sesuatu yang seringkali tersembunyi dibalik pribadi yang ‘cerah’.
2.7.4
Teori Tipografi Menurut buku Tipografi dalam Desain Grafis, Danton Sihombing (2001: 35) untuk memilih jenis huruf atau font yang tepat, beberapa kriteria yang harus, terpenuhi antara lain: 1.
Clarity; suatu huruf mempunyai fungsi tertentu yaitu harus dapat dilihat secara jelas.
2.
Readability; yaitu keterbacaan dan jenis huruf tersebut.
3.
Legibility; menekankan kemudahan membaca tulisan
4.
Visibility; fokus kepada keindahan jenis huruf tersebut.
19 Teori ini membantu pemahaman penulis atas utilisasi tipografi yang mengedepankan readability dan legibility sehingga mudah dibaca – yang merupakan faktor yang sangat penting untuk sebuah kampanye sosial yang tujuan utamanya adalah menyampaikan suatu pesan. Tipografi yang digunakan dalam kampanye ini adalah typeface sans serif yang tebal untuk headline; dan sans serif yang lebih tipis untuk copy.
2.7.5
Teori Layout Menurut Goodman (2001: 54), layout yang baik akan membimbing pembaca. Sebuah layout harus memberikan arahan yang spesifik kepada pembaca. Layout yang baik merupakan layout yang menyajikan informasi secara tepat dan jelas dimulai dari bagian yang penting dan terus menuntun ke informasi yang selanjutnya sesuai design. Hal inilah yang disebut dengan hirarki informasi. Grid pada umumnya digunakan untuk menciptakan suatu susunan yang baik sehingga memudahkan orang untuk melihat dan memahami desain tersebut. Desainer harus menggunakan grid untuk tujuan agar desain mereka mudah untuk dinikmati dan dipahami. Grid memiliki 3 tujuan, antara lain: •
Repeatability (pengulangan) Repeatability digunakan untuk memberikan suatu kesinambungan atau kesamaan pada berbagai media dan fungsinya.
•
Composition (komposisi) Komposisi
yang
baik
memudahkan
pembacanya
untuk
memahami dan juga memberikan kesan estetik. •
Communication (komunikasi) Sebuah desain memiliki tujuan untuk mengkomunikasikan sebuah pesan. Grid membantu untuk memberikan konsentrasi atau fokus pada pesan masing-masing agar pesan tersebut tidak saling bertabrakan satu sama lain dan dapat dipahami oleh pembaca.
20 2.7.6
Teori Ilustrasi Menurut Simmon Jennings (1988, 28), ilustrasi memiliki tiga fungsi, yaitu sebagai informasi, dekorasi, dan komentar.
2.8
ANALISA SWOT
2.8.1
Strength -
Adanya stigma publik terhadap para remaja dengan depresi, campaign ini akan memberi publik sebuah perspektif terhadap isu-isu yang mereka hadapi.
-
Remaja yang melakukan self-harm cenderung merahasiakan hal yang mereka lakukan, campaign ini akan membantu mereka merawat dan melalui hal ini.
-
Self-harm merupakan bahaya yang fatal yang seringkali diremehkan dan dianggap hal yang sepele.
2.8.1
Weakness -
Biaya terapis yang cenderung mahal.
-
Depresi dan self-harming seringkali tidak tampak dari luar.
-
Sulitnya untuk meraih orang yang sudah mengalami depresi berat.
-
Banyak orang depresi yang masih belum mau mengakui kondisi mereka akibat stigma yang ada.
2.8.1
Opportunity -
Depresi yang berujung kepada self-harm dan bunuh diri merupakan isu yang jarang dibicarakan dan diajarkan disekolah.
-
Banyaknya anak remaja yang sedang mencari jati diri dan terisolasi.
2.8.1
Threat -
Banyak isu-isu lain di Indonesia yang relatif lebih mendesak
-
Pergaulan remaja yang cenderung diskriminatif.
-
Support kesehatan mental yang kurang di Indonesia.