BAB II PARALAYANG
2.1.Pengertian Paralayang Paralayang merupakan bagian dari Layang Gantung, yang merupakan
kegiatan
keudaraan dengan menggunakan gantole atau parasut paralayang untuk melayang, yang lepas
landas
dan
mendarat
dengan
menggunakan
kaki
Penerbangnya 1 .
Paralayang merupakan sarana rekreasi dan juga olahraga kompetitif. Paraglider adalah alat yang digunakan, yang dapat terbang bebas tanpa bantuan mesin. Paralayang dapat dilakukan sendiri (single) maupun tandom (dilakukan oleh dua orang, dengan satu orang memegang kendali). Tandom biasanya dilakukan oleh pemula, ataupun orang yang ingin mencoba paralayang. Untuk terbang single diperlukan lisensi yang dikeluarkan oleh FAI (Federasi Aerosport Indonesia), sesuai dengan standar internasional. Kegiatan ini sangat tergantung pada kondisi cuaca, ketinggian area dari permukaan laut, thermal (udara panas yang naik ke atas), dan terutama pada kecepatan angin pada saat kegiatan ini dilakukan.
Gambar 2..Paralayang (single) (Sumber :Koleksi Penulis)
1
Dikenal dengan istilah “footlaunch”, yang jika diterjemahkan secara hirearki berarti …. Dengan kaki (www.getairboneasia.com)
4
Gambar 3. Persiapan terbang tandom (Sumber :Koleksi Penulis)
2.2.Jenis Kegiatan dalam Paralayang dan pembagiannya Kegiatan pembelajaran paralayang dibagi menjadi empat kategori dasar, yakni: 2.2.1.Ground Handling Kegiatan ini dilakukan sebagai langkah awal dalam menekuni kegiatan paralayang. Ground Handling dilakukan di darat, yang diawali dengan kegiatan mengatur gerakan tangan dengan bantuan alat simulasi sederhana. Setelah gerakan dasar dikuasai, langkah selanjutnya adalah latihan darat dengan menggunakan paraglider (parasut dalam paralayang) yang sesungguhnya, untuk menerapkan langkah awal pada alat yang sesungguhnya. Kegiatan ini biasa dilakukan pada tanah lapang yang luas, nemun belum mencapai tahap untuk terbang.
5
2.2.2.Terbang Tandem Pada tahap ini dilakukan latihan terbang dengan seorang pilot yang memegang kendali. Tahapan ini adalah tahap sebelum seseorang diizinkan untuk terbang sendiri. 2.2.3.Terbang Single Pada tahap ini seseorang dianggap cukup memiliki kualifikasi untuk terbang seorang diri, dengan menggunakan safety equipment lengkap dan instrumen penghubung dengan instruktur di darat. 2.3.Sarana Pendukung Kegiatan Paralayang 2.3.1. Paraglider Paraglider, atau sering juga disebut dengan kanopi atau parafoil adalah struktur yang terdiri dari garis atau sel yang terbuka di bagian depan dan tertutup di bagian belakang, dan digabungkan pada sisi- sisinya.Pergerakan menjaga sel tetap terisi udara, karena udara masuk melalui sisi depan dan tidak dapat keluar dari bagian belakang. Posisi pilot adalah pada sisi bawah kanopi, dan terhubung dengan kanopi melalui puluhan tali (tiap tali mampu menahan beban sekitar 80 kg). Tali ini terhubung dengan kanopi dan harness yang dikenakan oleh penerbang. Kontrol terletak pada tangan penerbang, yang menarik turun trailing edge kanopi, dan digunakan untuk mengatur kecepatan dan untuk berputar arah. Pilot terkait pada harness yang jugaberfungsi sebagai tempat duduk saat berada di udara. Harness modern untuk kepentingan rekreasi memiliki air-bag protector untuk punggung. Spesifikasi Basic Paraglider : - Luas
: 25-35 m2
- Berat
: 8-12 m
- Lebar
: 3- 7 kg
6
- Bahan
: Porcher Sport & Gelvenor, dengan garis Dyneema/Spectra atau Kevlar/Aramid ( bahan dengan performa tinggi dan tidak berporos)
- Glide Ratio : (untuk wisata udara) glade rasio sekitar 6:1 sampai dengan 10:1 - Speed Range : 20-65 km/jam
Berat total dari kanopi, harness, parasut cadangan, helm, dan instrumen lain adalah sekitar 12-18 kg.
Gambar 4. Paraglider dalam keadaan mengembang (sumber: koleksi penulis)
Kanopi untuk terbang tandem didesain untuk membawa pilot dan satu penumpang, sehingga berukuran lebih besar, namun dalam hal lain sama dengan kanopi solo. Biasanya kanopi untuk tandem memiliki kecepaten lebih tinggi, lebih mudah jatuh, dan sudut belok lebih besar daripada kanopi solo.
2.3.2. Harness Harness, selain sebagai penghubung penerbang dengan kanopi dan tempat duduk saat terbang, juga berfungsi untuk tempat penyimpanan saat kanopi tidak digunakan. Hal ini
7
memuahkan kanopi untuk dibawa dalam perjalanan. Harness juga berisi parasut cadangan dan peralatan lain yang dibutuhkan penerbang.
2.3.3. Safety Equipment Perlengkapan yang paling dasar dalam safety equipment adalah helm, yang berfungsi untuk melindungi kepala pilot. Peralatan lainnya termasuk kacamata terbang untuk melindungi mata dan parasut cadangan. Beberapa perlengkapan tambahan yang termasuk dalam safety equipment antara lain : -
pisau kecil, berfungsi untuk pendaratan darurat
-
tali tambang berukuran kecil
-
peralatan pertolongan pertama
2.3.4. Instrumen Beberapa pilot melengkapi dirinya dengan instrumen tambahan, seperti altimeter dan variometer, untuk menjaga angka naik turunnya glider. Variometer memiliki display visual yang memudahkan pilot mengoperasikan alat. Variometer dan Altimeter sangat penting untuk high-altitude flights atau penerbangan jarak jauh (cross country). -
Vario-altimeter Digunakan untuk mendeteksi kondisi thermal pada saat terbang.
Gambar 5. Vario-altimeter (sumber: Microsoft Encarta 2006)
8
-
Radio Biasanya digunakan pada saat latihan, dan berkomunikasi dengan pilot lain di udara, khususnya ketika terbang bersama pada cross-country flights. Radio meggunakan PTT transceivers yang normalnya beroperasi pada FM VHF 2-metre band (144–148 MHz).
Gambar 6.. 2m-band radio (sumber: Microsoft Encarta 2006)
-
GPS (Global Positioning System) Biasanya digunakan untuk menganalisa teknik terbang, atau untuk mengawasi penerbang agar tetap pada jalur.
Gambar 7. GPS receiver (sumber: Microsoft Encarta 2006)
9
2.4.Gerakan dalam paralayang Gerakan dasar pada paralayang dilakukan pada tahap- tahap yang dibagi menjadi: 2.4.1. Take- off Dalam tahap ini dilakukan beberapa gerakan dasar, yakni: a. Persiapan Penerbang mempersiapkan paraglider dengan membentangkannya pada area persiapan.
Gambar 8. Tahap persiapan (sumber: koleksi penulis)
b. Conditioning Penerbang menunggu datangnya angin dengan arah dan kecepatan yang tepat, kemudian mencoba mengembangkan parasut.
10
Gambar 9. Conditioning (sumber: koleksi penulis)
c. Launching Penerbang berlari sambil menahan paraglider tetap dalam kondisi mengembang, sampai pada ujung permukaan landasan.
Gambar 10. Launching (sumber: koleksi penulis)
11
2.4.2. Terbang Terbang adalah keadaan dimana penerbang telah lepas landas dari landasan dan melayang di udara. Pada saat terbang penerbang menggunakan gerakan tubuh untuk mengatur arah terbang. Terbang dalam paragliding dibagi menjadi empat, yaiu: a. Low Flight
: Terbang dibawah ketinggian lima meter
b. Altitude Gliding
: Terbang dengan ketinggian dan jarak cukup dari
permukaan untuk melakukan manuver- manuver c. Lift
: Terbang padaperbedaan pada tekanan yang dipengaruhi
oleh kecepatan udara, profil, dan sudut serangan d. Soaring
: Atau disebut juga terbang melayang dengan santai pada
ketinggian dan kecepatan angin tertentu. Soaring dimungkinkan pada keadaan angin sedang dan area tempat terbang dilakukan 2.4.3. Landing Adalah posisi dimana penerbang akan mendarat dan kemudian mencapai tanah. Pada tahap ini penerbang mengikuti arah angin, dan pada ketinggian tertentu mempersiapkan posisi untuk berdiri ketika hendak mencapai tanah
Gambar 11. Penerbang setelah landing (sumber: koleksi penulis)
12
2.5.Faktor Luar yang Berpengaruh pada Paralayang 2.5.1. Udara Udara yang meningkat, atau rising air merupakan faktor penting dalam aktivitas paragliding. Rising air dapat disebabkan oleh dua hal: -
Ketika panas matahari mengenai bumi, thermal tercipta
-
Ketika angin membentur permukaan bumi, udara terdorong ke depan, menghasilkan ridge lift
2.5.2. Angin merupakan faktor yang sangat berperan, karena penerbang membutuhkan kecepatan dan arah angin yang tepat ketika akan melakukan keseluruhan kegiatan paralayang. 2.5.3. Cuaca Cuaca yang cerah diperlukan ketika penerbang akan melakukan kegiatan paralayang, karena paralayang tidak dapat dilakukan pada saat gelap dan hujan.
13