BAB II PABRIK GULA KWALA MADU (PGKM) SEBELUM TAHUN 1984
2.1 Latar Belakang Berdirinya PGKM Gula yang dalam hal ini adalah gula pasir merupakan suatu komoditi strategis yang memiliki kedudukan unik yang berbeda dengan komoditi strategis lain seperti beras. Mengingat pentingnya peranan gula ini maka pemerintah memberikan perhatian yang besar terhadap penyediaan bahan ini. Di satu sisi gula merupakan salah satu bahan kebutuhan pokok yang dikonsumsi masyarakat secara luas. Akan tetapi di sisi lain komoditi gula juga termasuk dalam jenis komoditi yang masih terkena cukai. Keadaan ini tentu akan mempengaruhi kebijaksanaan dan sistem pergulaan yang terjadi baik dari segi produksi, pengolahan dan pemasarannya. Kebijaksanaan pergulaan pada dasarnya mengandung empat hal yaitu kebijaksanaan di bidang produksi, pemasaran, harga dan pemenuhan kebutuhan gula. Di bidang produksi, kebijaksanaan pemerintah untuk mencapai swasembada gula tidak strategis seperti pada beras, sehingga menempatkan prioritas peningkatan produksi gula di bawah beras. Situasi demikian mengandung implikasi yang cukup besar karena gula dan beras merupakan tanaman yang memiliki kompetisi penggunaan lahan yang tinggi. Baik gula maupun beras, sebagian besar produksi masih dihasilkan di Pulau Jawa pada lahan pengairan baik. Keadaan ini menyebabkan usaha meningkatkan produksi beras dan gula secara bersama-sama sering dihadapkan
11
Universitas Sumatera Utara
pada faktor keterbatasan lahan. Sesuai dengan keadaan alam Indonesia yang beriklim tropis di mana tebu tumbuh dengan sangat baik maka pabrik gula di Indonesia menggunakan tebu sebagai bahan bakunya. Oleh sebab itu, dalam upaya mencapai swasembada gula tentu sangat diperlukan ekstensifikasi lahan penanaman tebu serta penambahan jumlah pabrik gula yang tentu saja harus dilakukan di luar Pulau Jawa. Uraian di atas menjadi faktor yang melatarbelakangi pendirian pabrik gula di luar Pulau Jawa di mana Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX adalah salah satu realisasi dari proyek pemerintah ini. Banyak hal yang telah diupayakan pemerintah mulai dari melakukan kerja sama dengan perusahaan asing untuk mendapatkan dana pembangunan pabrik gula serta pemberian kredit lunak bagi masyarakat untuk penambahan jumlah lahan penanaman tebu. Oleh karena itulah maka selain perusahaan milik negara, rakyat juga ikut dalam membudidaya tebu yang dikenal dengan nama Tebu Rakyat Bebas (TRB) dan Tebu Rakyat Intensifikasi (TRI). Tabel 2.1 berikut menerangkan bagaimana perkembangan areal Tebu Rakyat Intensifikasi:
12
Universitas Sumatera Utara
TABEL 2.1 Perkembangan Areal Tebu Rakyat Intensifikasi (TRI) No.
Tahun (Ha)
Propinsi 1984
1985
1986
1987
111.054 128.144 141.343 138.491
1.
Jawa Timur
2.
Jawa Tengah
54.541
52.322
57.492
59.490
3.
Jawa Barat
11.215
13.659
14.779
14.235
4.
Yogyakarta
4.127
5.993
5.656
2.936
5.
Lampung
-
-
734
1.238
6.
Sumatera Utara
-
-
264
698
Sumber: A. Moerdokusumo, 1993 : 11
2.1.1 Kebijakan Pemerintah Besarnya peranan yang dimiliki oleh gula ini maka persediaannya merupakan faktor yang mempengaruhi stabilitas ekonomi nasional. Dalam kenyataannya kebutuhan gula nasional masih belum dapat dipenuhi dari produksi gula nasional sehingga pemerintah harus mengimpor gula dari luar negeri atau dengan kata lain Indonesia masih tergantung pada negara lain. Tabel 2.2 berikut menerangkan angka impor gula Indonesia dari tahun 1982 hingga 1989:
13
Universitas Sumatera Utara
TABEL 2.2 Impor Gula Indonesia No.
Tahun
Nilai US$
Jumlah Impor
1.
1982
-
685.000
2.
1984
1.263
1.588
3.
1985
1.600
2.463
4.
1986
16.386
58.564
5.
1987
27.598
132.561
6.
1988
36.838
132.636
7.
1989
51.675
161.931
Sumber: A. Moerdokusumo, 1993 : 11
Untuk mencegah terus berlangsungnya impor gula yang menelan dana jutaan dollar AS itu, menjelang akhir PELITA III (1982), pemerintah menetapkan suatu kebijaksanaan agar kebutuhan gula Indonesia dapat dipenuhi dengan produksi dalam negeri. Adapun langkah-langkah yang ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut meliputi 4 program, yaitu: 1. Rehabilitasi dan perluasan kapasitas pabrik gula di Jawa. 2. Membangun pabrik-pabrik gula baru di luar Jawa. 3. Peningkatan Program Tebu Rakyat Intensifikasi (TRI). 4. Stabilisasi harga gula di dalam negeri. Hal inilah yang mendasari dibangunnya Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX yang merupakan salah satu dari realisasi proyek pemerintah. Pabrik tersebut dibangun berdasarkan kontrak yang dibuat oleh Pemerintah RI melalui 14
Universitas Sumatera Utara
perantaraan Departemen Pertanian dengan Hitachi Zosen yang merupakan perusahaan kontraktor Jepang. Perjanjian kontrak ditandatangani pada tanggal 23 Nopember 1981 sedangkan masa pembangunan fisik serta pemasangan seluruh peralatan pabrik mulai dilaksanakan pada tanggal 6 Pebruari 1982. Masa pembangunan berlangsung selama kurang lebih dua tahun dan menelan biaya sebesar ± Rp. 35.000.000.000,-. Jika dilihat dari jumlah dana yang dihabiskan hanya untuk pembangunan Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX tentu sangat mencengangkan bagi kita. Belum lagi proyek pemerintah lainnya yang dicanangkan pada tahun yang sama hanya untuk mencapai swasembada gula. Apalagi proyek tersebut dilakukan dengan bantuan modal asing. Namun perlu kita ketahui bahwa pada dasarnya kebijakan pergulaan di Indonesia memiliki beberapa tujuan antara lain: 1. Meningkatkan produksi menuju swasembada. 2. Penyerapan tenaga kerja dan meningkatkan kesejahteraan petani. 3. Meningkatkan penggunaan lahan kurang produktif. 4. Sebagai sumber pendapatan untuk mendorong pengembangan industri gula. 5. Meningkatkan penerimaan negara melalui pajak gula/industri pergulaan. 6. Sebagai sarana meningkatkan kemampuan golongan ekonomi lemah. Dari sini dapat kita lihat bahwa proyek pemerintah ini merupakan proyek jangka panjang di mana tujuan yang ingin dicapai yaitu pemenuhan kebutuhan gula nasional dengan produksi gula nasional tanpa ada impor gula dari negara lain. Selain
15
Universitas Sumatera Utara
itu, pencapaian swasembada gula tentu akan berujung pada peningkatan devisa negara. 2.1.2 Tujuan Pendirian PGKM Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX didirikan selain sebagai implementasi proyek pemerintah juga memiliki tujuan dasar yaitu: 1. Dapat menyerap tenaga kerja sebanyak-banyaknya. 2. Pengadaan gula untuk wilayah Sumatera Utara dalam usaha swasembada gula. 3. Memberikan pemasukan kepada kas negara. 4. Meningkatkan pendapatan masyarakat melalui Tebu Rakyat Intensifikasi (TRI). Beberapa hal yang disebutkan di atas tentu menyadarkan kita betapa buruknya pun suatu proyek pemerintah di mata kita namun di sisi lain masih memiliki efek positif yang terkadang tidak terbesit di dalam nalar kita.
2.2 Persiapan Produksi Perdana PGKM Keberhasilan proses produksi gula ditentukan baik oleh faktor-faktor yang bersifat teknis maupun non-teknis. Berkaitan dengan faktor teknis, upaya mencapai produktifitas dan produksi yang maksimal dapat dilakukan melalui penerapan teknis budidaya yang tepat. Demikian pula penanganan panen hingga pengolahan tebu menjadi gula. Dalam hal ini diperlukan teknologi pengolahan gula sehingga produk ini bisa disimpan lama selama periode menunggu untuk dikonsumsi. Keseluruhan 16
Universitas Sumatera Utara
rangkaian kegiatan tersebut yaitu sejak penanaman tebu hingga tahap panen maupun pasca-panennya merupakan kegiatan yang saling terkait satu sama lain yang pada prinsipnya setiap tahap kegiatan harus diusahakan sedemikian rupa untuk dapat memperoleh gula maksimal dengan tingkat kehilangan seminimal mungkin. 2.2.1 Dana Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX merupakan pabrik gula kedua di Sumatera Utara setelah Pabrik Gula Sei Semayang (PGSS) PT. Perkebunan IX. Jika Pabrik Gula Sei Semayang merupakan proyek dengan dana PT. Perkebunan IX sendiri maka Pabrik Gula Kwala Madu merupakan proyek pemerintah dengan pihak PT. Perkebunan IX. Di sini pihak PT. Perkebunan IX ditunjuk sebagai agen pelaksana untuk mengolahnya dengan angka perbandingan 60:40 di mana 40% dana pemerintah sedangkan 60% merupakan dana PT. Perkebunan IX. Di sini perlu dijelaskan bahwa Hitachi Zosen yang telah disebutkan sebelumnya merupakan wakil dari PT. Perkebunan IX dalam hal pemenuhan dana pembangunan pabrik gula. Setelah pabrik gula selesai dibangun maka pengolahannya kemudian dipegang oleh PT. Perkebunan IX. 2.2.2 Lokasi Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX berada ± 4 Km dari jalan utama diantara Tandem dan Kwala Begumit. 17 Pabrik ini menempati lokasi seluas ± 2,5 Ha. Pabrik mengarah ke jalan utama dan sumber air (sungai) berada ± 8 Km di belakang 17
Jalan utama yang dimaksud merupakan jalan yang menghubungkan antara Medan dengan Pangkalan Berandan. Sementara itu Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX berjarak ± 45 Km dari Medan.
17
Universitas Sumatera Utara
pabrik. Keseluruhan bangunan pabrik merupakan bangunan yang permanen dan sebagian besar menggunakan kerangka besi. Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX didirikan pada bekas areal penanaman tembakau atau lebih tepatnya di wilayah Afdeling Pongei Kebun Kwala Begumit PT. Perkebunan IX di Kabupaten Langkat. Gambar 2.1 berikut merupakan layout dari Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX: GAMBAR 2.1 Layout Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX
Sumber: Manajemen Pabrik Gula Kwala Madu (PGKM) PT. Perkebunan IX
18
Universitas Sumatera Utara
Keterangan Gambar: 1.
Pintu Masuk
2.
Boundan Fence Line
3.
Weigh Budge
4.
Tempat Penampungan Tebu
5.
Cane Handling Station
6.
Space Parts House
7.
Work Shop
8.
Molasses Tank
9.
Mill House
10.
Line House
11.
Sulphun House
12.
Boiling House
13.
Boiler
14.
Boiler Control House
15.
Power dan W.T. House
16.
Factory Office dan Laboratorium
17.
Sugar Wake House
18.
Condensate Tank
19.
Bagasse Storage
20.
Oil Tank
21.
Water Treatment House 19
Universitas Sumatera Utara
22.
Water Treatment Station
23.
Drainale
24.
Water Intake
2.2.3 Bahan Baku Bahan baku merupakan bahan yang terlibat langsung dalam proses produksi atau dengan kata lain bahan yang digunakan langsung sebagai bahan utama dalam proses produksi. Pengadaan bahan baku Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX diperoleh dari kebun sendiri, tanaman Tebu Rakyat Bebas dan Tebu Rakyat Intensifikasi. Kadar gula dalam batang tebu dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya iklim, jenis tebu yang ditanam, pemeliharaan tanaman dan jenis tanah. Komposisi dalam batang tebu dapat dilihat pada Tabel 2.3 berikut: TABEL 2.3 Komposisi Kandungan Zat yang Terkandung dalam Batang Tebu No.
Kandungan Zat
Jumlah (%)
1.
Monosacharida
0,5 – 1,5
2.
Sacharosa (gula)
11 – 19
3.
Serat (Cellulosa dan Pentijon)
11 – 19
4.
Zat Anorganik
0,5 – 1,5
5.
Asam Organik
0,5
6.
Bahan Lain
12
7.
Air
65 – 75
Sumber: Mubyarto dan Daryanti, 1991 : 27 20
Universitas Sumatera Utara
Dalam pengadaan bahan baku dalam hal ini adalah tebu, Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX menanam berbagai jenis tebu yaitu B2.110, B2.134, F.171, F.154, PS.58, dan BM.261 dengan total luas areal kebun 8.434,53 Ha. Saat yang tepat untuk memanen atau menebang tebu adalah pada tingkat kemasakan yang maksimal yaitu pada saat kadar sacharosa dalam batang tebu berada pada titik puncaknya. Untuk mengetahui saat tebang yang tepat, kurang lebih tiga bulan sebelum masa giling dilakukan analisis penetapan kemasakan tebu setiap dua minggu sekali. Dari hasil analisis tersebut dapat diketahui besarnya angka rendemen sebagai dasar perhitungan untuk menentukan apakah tanaman tebu dalam satu areal tertentu sudah tiba saatnya untuk ditebang. Batang tebu hasil tebangan kemudian diangkut ke pabrik dengan menggunakan truk. Gambar 2.2 berikut merupakan diagram pengolahan tebu menjadi gula:
21
Universitas Sumatera Utara
GAMBAR 2.2 Diaram Alir Pengolahan Tebu Menjadi Gula Batang Tebu
Air Imbibisi
Penggilingan (Ekstraksi)
Ampas
Nira Mentah Bahan Pembersih
Pembersihan (Klarifikasi)
Blotong
Nira Bersih Penguapan (Evaporasi)
Air
Nira Pekat Pengkristalan (Kristalisasi)
Air
Masekuit Pemisahan Kristal
Melasse
Kristal Gula
Sumber: Mubyarto dan Daryanti, 1991 : 36
22
Universitas Sumatera Utara
2.2.4 Pembagian Keuntungan Diawal Produksi Sesuai dengan posisinya sebagai agen pelaksana maka PT. Perkebunan IX tidak sepenuhnya memiliki keuntungan yang diperoleh dari produksi gula di Pabrik Gula Kwala Madu. Porsinya yang 60:40 mengharuskan PT. Perkebunan IX membagi keuntungan yang diperoleh untuk diberikan kepada pemerintah setelah dikurangi biaya produksi. Belum lagi pembayaran kredit kepada pihak Hitachi Zosen atas biaya yang dikeluarkan untuk pembangunan pabrik. Oleh sebab itu keuntungan di awal produksi lebih diutamakan untuk pembayaran kredit yang sebelumnya digunakan untuk biaya pembangunan Pabrik Gula Kwala Madu.
23
Universitas Sumatera Utara