BAB II METODE PEMBIASAAN DAN MENGHAFAL DOA
A. Metode Pembiasaan 1. Pengertian Pembiasaan Secara etimologi, pembiasaan asal katanya adalah “biasa”. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, “biasa” adalah lazim atau umum, sudah merupakan hal yang tidak terpisahkan dari kehidupan seharihari. Dengan adanya prefiks “pe” dan sufiks “an” menunjukkan arti proses. Sehingga pembiasaan dapat diartikan dengan proses membuat sesuatu/seseorang menjadi terbiasa.1 Pembiasaan dinilai sangat efektif jika dipenerapannya dilakukan terhadap peserta didik yang berusia kecil. Karena memiliki “rekaman” ingatan yang kuat dan kondisi kepribadian yang belum matang, sehingga mereka mudah terlarut dengan kebiasaan-kebiasaan yang mereka lakukan sehari-hari.2 Pembiasaan merupakan tujuan awal membentuk aspek jasmani dari kepribadian, atau memberikan kecakapan berbuat atau mengucapkan sesuatu. Maksudnya bahwa pembiasaan dilakukan dengan cara mengontrol dan menggunakan tenaga-tenaga kejasmanian dan dibantu dengan cara mengontrol kejiwaan (karsa, rasa, dan cipta), dengan
1
W. J. S. Poerwadaminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: balai Pustaka, 1996), hlm. 481. 2 Armai Arief, Pengantar ilmu dan metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), hlm. 110
membiasakan siswa melakukan pekerjaan sesuai dengan apa yang diucapkannya.3 Islam mempergunakan kebiasaan itu sebagai salah satu teknik pendidikan. Lalu ia mengubah seluruh sifat-sifat baik menjadi kebiasaan, sehingga jiwa dapat menunaikan kebiasaan itu tanpa terlalu payah, tanpa kehilangan banyak tenaga, dan tanpa menemukan banyak kesulitan.4 2. Landasan Teori Metode Pembiasaan Pada
teori
perkembangan
anak
didik,
dikenal
ada
teori
konvergensi, dimana pribadi dapat dibentuk oleh lingkungannya dan dengan mengembangkan potensi dasar yang ada padanya. Potensi dasar ini dapat menjadi penentu tingkah laku (melalui proses). Oleh karena itu, potensi dasar harus selalu diarahkan agar tujuan pendidikan dapat tercapai dengan baik. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengembangkan potensi dasar tersebut adalah melalui kebiasaan yang baik.5 Metode
pendidikan
yang
tidak
efektif
akan
menjadi
penghambat kelancaran proses belajar mengajar sehingga banyak tenaga dan waktu berdaya guna dan berhasil guna, jika mampu dipergunakan dalam mencapai tujuan pendidikan yag telah ditetapkan.
3
Abdul Khobir, Filsafat Pendidikan Islam landasan Teoritis dan Praktis, (Pekalongan: STAIN Press, 2007), hlm. 133 4 Muhammad Quthb, Sistem Pendidikan Islam, (Bandung: PT Alma’arif, 1993), hlm. 363 5 Armai Arief, Ibid, hlm. 111
Metode pembiasaan merupakan metode yang paling efektif diterapkan dalam proses menghafal doa harian untuk siswa di Pendidikan Anak Usia Dini. Metode ini dirasa paling ringan karena tidak ada unsur pemaksaan pada anak, anak di kenalkan pada satu doa yang kemudian dibaca secara berulang-ulang yang menjadikan anak terbiasa mendengar sehingga
si anak menjadi hafal dengan
sendirinya. Berkaitan dengan kebiasaan ini, menurut Ahmad Amin bahwa suatu perbuatan bila diulang-ulang sehingga menjadi mudah untuk dikerjakan ini disebut dengan adat kebiasaan.6 Dari pengertian tersebut bila dikaitkan dengan pendidikan dapatlah diambil suatu pelajaran bahwa kebiasaan itu merupakan suatu alat yang baik pula digunakan
untuk
mendidik
anak,
sehingga
Islam
pun
menggunakannya sebagai metode mendidik. Dalam rangka menanamkan kebiasaan yang baik dalam jiwa anak ada dua hal yang perlu diperhatikan: 1. Apa yang dibiasakan kepada anak hendaknya diulang terus-menerus secara teratur. 2. Apabila anak melanggar kebiasaan yang telah ditanamkan, maka hendaknya pendidik bersikap tegas tetapi penuh bijaksana. Pembiasaan adalah sebuah cara yang dapat dilakukan untuk membiasakan anak-anak untuk membiasakan anak berfikir, bersikap
6
Ahmad Amin, Etika (Ilmu Akhlak), (Jakarta: Bulan Bintang, 1998), hlm. 21
dan bertindak sesuai dengan tuntunan ajaran Islam. Metode pembiasaan hendaknya diterapkan pada anak sejak dini sebab ia memiliki daya ingat yang kuat dan sikap yang belum matang sehingga mudah mengikuti, meniru, dan membiasakan aktivitasnya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, metode pembiasaan ini merupakan cara yang efektif dan efisien dalam menanamkan kompetensi kognitif, afektif, dan psikomotorik anak dengan sendirinya.7 Dengan metode pembiasaan, mampu menciptakan suasana religius di sekolah karena kegiatan-kegiatan keagamaan dan praktik keagamaan (pembiasaan)
yang
dilaksanakan
diharapkan
secara
dapat
terprogram
dan
rutin
mentransformasikan
dan
menginternalisasikan nilai-nilai ajaran agama Islam secara baik kepada siswa. Pembelajaran dalam rangka mengembangkan nilai-nilai agama pada anak merupakan tugas dan kewajiban setiap guru dan orang tua. Pemberian materi nilai-nilai agama perlu kita tetapkan batas kemampuan standar yang perlu dikuasai anak. Hal itu dapat kita desain dalam sebuah pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan karakter anak, yaitu dalam wujud pendekatan pembelajaran terpadu, bukan pendekatan parsial, yang ketat memberikan pemisahan antara satu materi pelajaran dengan materi lainnya. Untuk tujuan tersebut dalam pelaksanaannya dapat dilakukan dalam strategi pembelajran secara 7
Zaenal Mustakim, Strategi, Metode, dan Pembelajaran, (Pekalongan: STAIN Press Pekalongan, 2010), hlm. 118
bertahap dan menyusun program pembiasaan/rutinitas dalam kegiatan anak sehari-hari. Strategi yang diperlukan dalam rangka hal itu semua adalah melalui: program kegiatan rutinitas, program kegiatan terintegrasi, dan program kegiatan khusus.8 1. Kegiatan Rutinitas Kegiatan
rutinitas
adalah
kegiatan
sehari-hari
yang
dilaksanakan secara terus menerus namun terprogram dengan pasti. Kegiatan ini tidak harus dicantumkan dalam bentuk perencanaan tertulis, seperti Satuan Kegiatan Harian/Satuan Kegiatan Mingguan (SKH dan SKM), namun tetap dijadikan program yang sudah dipertimbangkan dan direncanakan dengan baik. Kegiatan rutin pengembangan nilai-nilai agama ini meliputi; memberi salam, mengucapkan dan menunjukkan sikap berdoa, dan pembiasaan mengucapkan doa masuk kelas, doa sebelum dan sesudah makan, keluar kamar mandi. Program itu hendaknya menjadi suatu kebiasaan yang terprogram, dan konsisten dengan aktivitas belajar anak, yang secara terpadu menjadi bagian tak terpisahkan ketika kita akan mengembangkan kemampuan dasar anak lainnya melalui kegiatan belajar sehari-hari.
8
Otib Satibi hidayat, Metode Pengembangan Moral dan Nilai-Nilai Agama, (Banten: UNIVERSITAS TERBUKA, 2012), Modul. 9.4
2. Kegiatan terintegrasi Kegiatan Terintregasi adalah kegiatan pengembangan materi nilai-nilai agama yang disisipkan melalui pengembangan bidang kemampuan dasar lainnya. Dapat juga dikatakan sebagai suatu kegiatan pengembangan kemampuan dasar lain yang dihubungkan dengan penyisipan materi nilai-nilai keagamaan. Program ini harus tercantum secara jelas berikut langkah-langkah dan kompetensi dasarnya dalam Satuan Kegiatan Harian yang disusun oleh guru. Program ini meliputi pengembangan /pengayaan materi nilai-nilai agama yang disesuaikan dan dihubungkan pada saat menjelaskan pengembangan dari bidang kemampuan dasar lainnya. 3. Kegiatan khusus Kegiatan khusus ini merupakan program kegiatan belajar yang berisi pengembangan kemampuan dasar nilai-nilai agama yang pelaksanaannya tidak dimasukkan atau tidak harus dikaitkan dengan pengembangan bidang kemampuan dasar lainnya, sehingga membutuhkan waktu dan penanganan khusus. Pembelajaran program khusus ini pun disampaikan sesuai dengan kebutuhan dan waktu yang tersedia. Program ini dikatakan memiliki kekhususan karena pengembangan materi nilai-nilai agama harus diberikan pada
waktu-waktu
tertentu
saja,
memerlukan
pendalaman
pembahasan, dan terkait dengan dukungan media yang memadai. Meliputi: hafalan hadist, hafalan surat-surat pendek, hafalan doa harian,
praktek
wudhu,
praktik
tayamum,
praktik
sholat,
berkunjung ketempat ibadah, pengenalan kegiatan ibadah haji, pengenalan ibadah zakat fitrah, dan pengenalan ibadah qurban. 3. Syarat-syarat Pemakaian metode Pembiasaan a. Mulailah pembiasaan itu sebelum terlambat. Usia sejak bayi dinilai waktu yang sangat tepat untuk mengaplikasikan pendekatan ini, karena setiap anak mempunyai rekaman yang cukup dalam menerima pengaruh lingkungan sekitarnya dan secara langsung akan dapat membentuk kepribadian seorang anak. b. Pembiasaan hendaklah dilakukan secara kontiniu, teratur dan berprogram. Sehingga pada akhirnya akan terbentuk sebuah kebiasaan yang utuh, permanen dan konsisten. Oleh karena itu faktor
pengawasan
sangat
menentukan
dalam
pencapaian
keberhasilan dari proses ini. c. Pembiasaan hendaknya diawasi secara ketat, konsisten dan tegas. Jangan memberi kesempatan yang luas kepada anak didik untuk melanggar ebiasaan yangtelah ditanamkan. d. Pembiasaan yang pada mula hanya bersifat mekanistis, hendaknya secara berangsur-angsur dirubah menjadi kebiasaan yang tidak
verbalistik dan menjadi kebiasaan yang disertai dengan kata hati anak didik itu sendiri.9 4. Kelebihan dan kekurangan Metode pembiasaan Sebagaimana pendekatan-pendekatan lainnya didalam proses pendidikan, pendekatan pembiasaan tidak bisa terlepas dari dua aspek yang saling bertentangan; yaitu kelebihan dan kekurangan. Sebab tidak satupun dari hasil pemikiran manusia yang sempurna dan bebas dari kelemahan. a. Kelebihan Kelebihan pendekatan ini antara lain adalah: 1. Dapat menghemat tenaga dan waktu dengan baik. 2. Pembiasaan tidak hanya berkaitan dengan lahiriyah aspek tetapi juga berhubungan dengan aspek batiniah. 3. Pembiasaan kdalam sejarah tercatat sebagai metode yang paling berhasil dalam pembentukan kepribadian anak didik. b. Kekurangan Kelemahan metode ini adalah membutuhkan tenaga pendidik yang benar-benar dapat dijadikan sebagai contoh tauladan didalam menanamkan sebuah nilai kepada anak didik. Oleh
karena
itu
pendidik
yang
dibutuhkan
dalam
mengaplikasikan pendekatan ini adalah pendidik pilihan yang mampu menyelaraskan antara perkataan dan perbuatan,
9
Amai Arief, Ibid, hlm.114-115
sehingga tidak ada kesan bahwa pendidik hanya mampu memberikan nilai tetapi tidak mampu mengamalkan nilai yang disampaikannya terhadap anak didik.10 5. Tujuan pembiasaan Ada dua tujuan pembiasaan yaitu: a. Tujuan Umum Sesuai Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 tujuan pembiasaan adalah untuk mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga yang demokratis serta bertanggung jawab. b. Tujuan Khusus 1) Siswa mampu menjalankan ajaran agama 2) Siswa menjadi kreatif 3) Siswa memiliki kemandirian 4) Siswa bersikap demokratis 5) Siswa memiliki sikap bertanggung jawab.11 Tujuan pembiasaan tersebut mengacu kepada teori tugastugas pengembangan anak. Dalam proses pembiasaan, pencapaian tugas
pengembangan
pengembangan 10
awal
selanjutnya.
menentukan Dalam
pencapaian
tugas
pelaksanaannya
perlu
Armai arief, Ibid, hlm. 115-116 Omar Muhammad Al-Toumy Al-Syaiban, Filsafat Pendidikan Islam, Edisi Terjemah oleh Hasan Langgung, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), hlm. 399 11
diidentifikasi dahulu tentang kemampuan awal setiap siswa sesuai dengan usianya atau tingkatan kelas. Sesuai Permendikbud No. 137 Tahun 2014 pasal 10 tentang standar pendidikan anak usia dini yang berbunyi lingkup perkembangan sesuai tingkat usia meliputi aspek agama dan moral, fisik-motorik, kognitif, bahasa, sosialemosional dan seni.12 Kelompok pengembangan kemampuan dasar meliputi: daya cipta, bahasa, daya pikir, ketrampilan, dan jasmani. Sedangkan kelompok pengembangan pembiasaan diimplementasikan secara terus
menerus
dalam
aktivitas
sehari-hari.
Pengembangan
pembiasaan ini meliputi aspek sebagai berikut: moral, agama, disiplin, emosi, dan kemampuan bermasyarakat atau bersosial. Dalam implementasinya pembiasaan ini dapat dilakukan dengan membiasakan anak berdoa sebelum melakukan kegiatan, berterima kasih atau bersyukur kepada Allah, dan lain sebagainya.13 B. Menghafal Doa 1. Pengertian menghafal Belajar dengan cara menghafal adalah cara yang biasa dipakai pada bangsa-banga kuno dan bangsa-bangsa modern. Ulama-ulama Islam mengutamakan sekali penghafalan Al-Qur’an dan hadist-hadist. Beberapa filosof islam mengembalikan kuatnya daya ingat dari orang-
12
Dinas Pendidikan, Peraturan Menteri Pendidikan danm Kebudayaan, (Dinas Pendidikan,
2014)
13
Mansur, pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), hlm. 19-20
orang tersebut pada faktor-faktor psikologis dan materi, yaitu terus menerus menghafal dan mengulang-ulangi serta mengecek selalu hafalan mereka, mengorbankan seluruh waktu untuk belajar, tidak ada kesibukan-kesibukan lain ataupun pikiran-pikiran lain sehingga dapat 100% belajar dalam suasana yang tenteram disertai keimanan.14 2. Langkah-langkah menghafal a. Guru membacakan teks mahfudhot, setelah terlebih dahulu dituliskan di papan tulis, kemudian diikuti oleh semua siswa bersama-sama hingga hafal diluar kepala. Kemudian guru menguji masing-masing siswa tentang hafalannya didepan kelas dengan fasih. b. Membacakan materi yang akan dihafalkan sekaligus secara keseluruhan tanpa dibagi-bagi dalam potongan yang kecil. Kemudian dibaca berkali-kali sampai hafal betul. c. Kebalikan dari point B: yaitu dengan cara membagi dalam bagian yang kecil materi pelajaran yang dihafal, setelah hafal betul bagian pertama, berpindah kebagian yang lain, dan seterusnya hingga semuannya hafal diluar kepala.15 Al- Qabisi menyatakan bahwa ada tiga asas dalam mengingat, yaitu menghafal, mengerti dan mengulang kembali tanpa ragu. Dari sini penting diadakan tes hafalan anak, sebagaimana Allah swt.
14
M. Athiyah Al-Abrasyi, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang,
1993) 15
Tayar Yusuf dan Syaiful anwar, Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997), hlm. 206
Mengutus malaikat Jibril melakukan tes hafalan Al Quran kepada Rasulullah saw.16 3. Pengertian doa Doa menurut bahasa ialah: memohon, menyeru, meminta dan minta tolong. Doa dengan pengertian-pengertian ini digunakan dan ditujukan hanya kepada Allah saja. Doa sebaiknya dilakukan dengan secara langsung oleh orang yang bersangkutan, tanpa perantara (wasilah), baik kepada manusia, apalagi kepada orang yang sudah meninggal, dan benda-benda alam yang tidak dapat memberi manfaat dan mendatangkan mudharat.17 Firman Allah dalam surat Yunus ayat 107:
“Jika Allah menimpakan akan engkau berupa bahaya, maka tidaklah ada orang yang akan dapat melepaskannya, kecuali Dia saja, dan jika Dia menghendaki akan engkau berupa kebaikan, maka tidaklah ada orang yang akan menolak karunia-Nya; Dia akan memberikan karunia-Nya terhadap orang yang dikehendaki-Nya
16
Ahmad Syaifuddin, Mendidik anak, menulis dan mencintai Alquran, (Jakarta: Gema insani Press, 2004), hlm. 82 17 Zainal Arifin Djamaris, Doa dan Tata Tertibnya, (Jakarta: Srigunting, 1997), hlm. 1
diantara hamba-hamba-Nya, dan Dia adalah ornag yang maha pengampun lagi maha Penyayang.” Sebagai seorang muslim, kita meyakini bhawa sumber segala kekuatan dan kekuasaan itu ada pada Allah Swt. Dia menyuruuh manusia supaya bermohon kepada-Nya, dan Dia berjanji akan mengabulkan permohonan (doa) hamba-Nya.18 Dalam Alquran surat Al Mukmin: 60, Allah berfirman:
“Serulah Aku! Akan Ku kabulkan doamu.orang yang sombong dan tiada suka menyembah aku, pasti akan masuk neraka jahannam dalam kehinaan.” Doa berarti berseru, memanggil, meminta, mengharap belas kasih dengan ucapan permohonan serta pujian yang ditujukan kepada Allah Swt.
19
sehinggga doa adalah madrasah rohani, dan juga madrasah
amal perbuatan, perubahan dari kejelekkan diri, dan penolakan atas kedhaliman dan kerusakan. Supaya doa mempunyai daya rohani, mempunyai arti dalam kehidupan, dimana saja dapat menciptakan 18
Zakiah Daradjat, Doa menunjang Semangat Hidup, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1996), hlm. 15 19 Muhammad Yasin Suhaimie, Dzikir dan Doa dari Al-Qur’an dan AS-Sunnah, (malang: UMM Press, 2005), hlm. 67
revolusi didalam diri dan mampu menolak sisi kerusakan dan kedhaliman pada diri sendiri, maka hendaknya memperhatikan, mengamalkan apa-apa yang terkandung didalamnya, dan juga menghafal penggalan-penggalan doa semampunya, bukan sematamata sebagai hafalan, melainkan untuk diamalkan. Allah Swt telah berfrman didalam Surah al-Baqarah ayat: 186
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertaqnya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah) bahwasanya Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia berdoa kepada-Ku.” (Q.S. Al-baqarah: 186)”20 Doa adalah buah dari makrifat dan keimanan kepada manhaj dan fikrah Alquran tentang alam. Doa merupakan perasaan terdalam dari kehambaan, kedurjanaan, dan sikap berlebihan. Sementara lalainya jiwa dari hakikat penghambaan dan kebutuhan akan Allah bisa menghantarkan pada tindakan anarki, tirani dan kesewenangan.
20
Khalil Al-Musawi, Bagaimana Membangun Kepribadian Anda: Resep-Resep Sederhana dan Mudah Membentuk Kepribadian Islam Sejati, (Edisi Penerjemah; Ahmad Subandi), (Jakarta: PT Lentera Basritama, 1998), hlm. 2
“Ketahuilah, sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas.” (Q.S. Al-Alaq: 6). 4. Kategori doa yang dihafalkan Macam-macam doa yang dihafalkan: 1) Doa Sebelum makan 2) Doa sesudah makan 3) Doa sebelum tidur 4) Doa bangun tidur 5) Doa masuk kamar mandi 6) Doa keluar dari kamar mandi 7) Doa untuk kedua orang tua 8) Doa bercermin 9) Doa kebaikan dunia dan akhirat 10) Doa naik kendaraan 11) Doa keluar dari rumah 12) Doa sesudah belajar 13) Doa masuk masjid 14) Doa keluar masjid 15) Doa ketika hujan 16) Doa akan belajar
17) Doa menjenguk orang sakit 18) Doa memakai pakaian 19) Doa melepas pakaian 20) Doa berbuka puasa 21) Doa mendengar petir 22) Doa sesudah adzan21
21
Dokumentasi KB Al Barokah, 10 November 2015