16 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB II LATAR BELAKANG BERDIRINYA INDUSTRI RUMAH TANGGA JAMU TJAP DJAGO
A. Kondisi Geografis Kabupaten Wonogiri Berdasarkan letak geografisnya, Wonogiri terletak di daerah pegunungan dan diselimuti oleh hutan lebat. Oleh karena itu, daerah seperti ini dinamakan Wonogiri yang berasal dari kata wana berarti “hutan atau alas” dan giri yang berarti gunung yang berhutan lebat.1 Kabupaten Wonogiri terletak pada 70 32’8015’ Lintang Selatan dan 1100 41’-1110 18’ Bujur Timur. Keadaan alamnya terdiri dari pegunungan-pegunungan yang berbatu gamping, terutama bagian selatan. Pegunungan Seribu merupakan mata air Sungai Bengawan Solo. Kabupaten Wonogiri beriklim tropis, mempunyai dua musim yaitu musim penghujan dan kemarau, temperatur rata-rata 220 -320 C. Kabupaten Wonogiri berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Ponorogo di sebelah timur, sebelah Barat berbatasan dengan Daerah Istimewa Yogyakarta, sebelah Selatan berbatasan dengan Samudra Indonesia dan Kabupaten Pacitan, sedangkan sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar.
1
Wasita Rusdiyana., “Politik Pangan Di Kabupaten Wonogiri Pada Masa Orde Baru Tahun 1968 – 1997”, Skripsi Fakultas Sastra Dan Seni Rupa UNS, 2010, commit to user hlm 23.
16
17 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Luas Kabupaten Wonogiri secara global adalah 210.000 HA.2 Daerah Wonogiri meliputi lereng-lereng Barat Daya dari gunung berapi Lawu yang di sebelah Selatan berbatasan dengan Gunung Sewu karena seluruhnya terdiri dari tanah yang berbukit-bukit, sebelum tahun 1847 Wonogiri merupakan desa kecil yang letaknya di kaki Gunung Giri. Sebelah Timur tanahnya lebih tinggi karena terletak jalur-jalur dari Gunung Lawu, sedangkan di sebelah Selatan tanahnya berupa buki-bukit. Kabupaten Wonogiri terbagi oleh beberapa lembah sungai yang subur. Pada daerah seperti, Kecamatan Pracimantoro, Eromoko, dan Manyaran mempunyai mata air yang bermanfaat besar untuk pengairan, akan tetapi sebagian besar dari air tersebut diresap oleh luweng-luweng yang melalui sungai-sungai dibawah tanah mengalir ke laut.3 Wonogiri masih terletak diatas tanah vulkanis diantara Bengawan Solo dan tiga buah pegunungan yang terjal tingginya antara 150 sampai 250 meter, yaitu Gunung Gading yang berada di sebelah Timur Laut, Gunung Penggung di sebelah Timur, dan yang tengah-tengah adalah Gunung Gandul letaknya di sebelah Barat Wonogiri dan tingginya 343 meter. Wonogiri memang merupakan daerah yang dapat dikatakan tandus. Iklimnya yang relatif kering dengan keadaan tanah
kurang cocok untuk
persawahan. Sekalipun demikian, daerah ini dahulu dikenal sebagai sumber dan sekaligus gudang bahan mentah jamu, baik yang tumbuh liar disela-sela batu bukit sebagai hasil tanaman kultur masyarakat. Banyak petani yang mengumpulkan dan 2
A Muhlenfeld., Monographie Van De Onderfdeling Wonogiri, Surakarta: Perpustakaan Reksopustoko, hlm 4. 3
Ibid., hlm. 4-5.
commit to user
18 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mengusahakan bahan-bahan jamu.4 Tanaman obat dapat tumbuh baik di Wonogiri, antara lain jahe, lengkuas, kunir, kunyit, temulawak. Tanaman tersebut mempunyai khasiat untuk membuat bahan dasar jamu. Kunyit mempunyai khasiat dalam menyembuhkan diare, disentri dan menambah nafsu makan. Temulawak berguna untuk menyembuhka penyakit asma, masuk angin, dan maag. 5
B. Kondisi Demografi Dan Sosial Ekonomi Kabupaten
Wonogiri
Zaman sebelum Indonesia merdeka pengumpulan data jumlah penduduk lebih seksama mencakup seluruh wilayah Indonesia dilaksanakan untuk pertama kali pada tahun 1920 dikenal sebagai Sensus Penduduk 1920. Jumlah penduduk Indonesia pada waktu itu diperkirakan sebanyak 49,3 juta, dan Jawa 35,0 juta.6 Perkembangan penduduk tahunan Jawa antara tahun 1905-1920 mungkin lebih tinggi dari 1,0 persen, dan antara tahun 1920-1930 mungkin sekitar 1,76 persen. Pengumpulan data melalui sensus yaitu pertama kali sebelum Indonesia merdeka pada tahun 1930. Kebanyakan desa-desa di Jawa berpenduduk padat. Orang yang menginginkan lahan makin banyak. Penduduk desa membutuhkan lahan tidak
4
Suryo Hadiwinoto, “Selintas Kilas Sejarah Djago”, Majalah Berita Djago Edisi Pertama, Mei 1976, hlm. 4. 5
Thomas A. N. S., Tanaman Obat Tradisional 1, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1989), hlm 34 dan 45. commit to user 6 Said Rusli., Pengantar Ilmu Kependudukan, (Jakarta:LP3ES, 1983), hlm.23.
perpustakaan.uns.ac.id
19 digilib.uns.ac.id
hanya untuk perkampungan, mereka juga membutuhkan lahan untuk bercocok tanam, memelihara ikan, dan menggembala ternak. Karesidenan Surakarta terdiri atas wilayah Kasunanan dan Mangkunegaran. Kota Surakarta yang menjadi tempat kedudukan bagi keraton Kasunanan dan Mangkunegaran serta kantor Residen Belanda, terletak di tengah dataran Solo dan Kali Pepe mengalir melintasinya. Bagian terbesar kota ini menjadi milik Kasunanan, sedangkan seperlimanya milik Mangkunegaran. Daerah kekuasaan Kasunanan meliputi Kabupaten Klaten, Boyolali, serta sebagian besar dari Sragen. Sementara itu, Karanganyar dan Karangpandan milik Mangkunegaran. Kabupaten Wonogiri berada di wilayah Mangkunegaran kecuali Sukoharjo dan Tawangsari yang menjadi milik Kasunanan.7 Kepadatan penduduk di Jawa Tengah adalah 2,7 per HA, dan di Karesidenan Surakarta 2,72, sehingga kepadatan penduduk di Wonogiri hanya 3/4 nya di Surakarta, kalau kita ingat bahwa letak Kabupaten Wonogiri terdiri dari lereng-lereng gunung yang terjal, maka di 2/3 nya bagian lainnya penduduknya sangat padat. Kepadatan penduduk di distrik Jatisrono yang indah dan subur itu sebagian besar terdiri dari lembah sungai Keduwang dan lajurlajur kaki gunung Lawu adalah tidak kurang dari 3 per HA, sedangkan di distrik Baturetno yang gersang dan kekurangan air itu kepadatannya adalah 1,4 per HA. 8 Berdasarkan data sensus pertama yang dapat dipercaya pada tahun 1920, wilayah kekuasaan Sunan luasnya 3.360 km2 dengan penduduk sebanyak 1.383.000 orang. Mangkunegaran meliputi daerah seluas 2.780 km2 dengan 7
Takashi Shiraishi., Zaman Bergerak: Radikalisme Rakyat Di Jawa 1912-1926 (Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti, 1997), hlm 3. commit to user 8 A Muhlenfeld., op.cit., hlm 27.
20 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
penduduk sebanyak 706.000 orang.9 Sedangkan penduduk yang bertempat tinggal di kota khususnya Surakarta dan Kadipaten Mangkunegaran berjumlah 163. 013 jiwa dan Kadipaten Mangkunegaran berjumlah 35. 183 jiwa.
Tabel. 1 Daftar Penduduk Yang Tinggal di Kota Tahun 1930
Banyak Luas Wilayah Penduduk (km) Surakarta 127.830 20 Kadipaten Mangkunegaran 35.183 4 Klaten 12.166 2 Boyolali 10.166 54 Sragen 15.381 62 Wonogiri 7.831 49 Jumlah 208.557 191 Sumber: Artikel Joko Prayitno, Surakarta Awal Abad XX: Masyarakat Dan Perubahan Sosial (2) Kota
Jumlah penduduk memiliki beranegam suku bangsa. Penduduk yang menempati wilayah Surakarta dan Kadipaten Mangkunegaran meliputi penduduk Pribumi, Arab, Belanda, dan Cina. Berikut merupakan table jumlah penduduk yang menempati wilayah Wonogiri:
9
commit to user Takashi Shiraishi.,op cit., hlm 3.
21 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel. 2 Jumlah Penduduk Wonogiri Tahun 1930 Golongan Etnis Jenis Etnis
Jumlah
Pribumi
574. 463 jiwa
Belanda
45 jiwa
Cina
1600 jiwa
Arab
5 jiwa
Sumber: Artikel Joko Prayitno, Surakarta Awal Abad XX: Masyarakat Dan Perubahan Sosial (2)
Kabupaten Wonogiri berpenduduk hampir setengah juta orang. Penduduk yang tinggal di Kabupaten Wonogiri tidak hanya orang Jawa sepenuhnya, akan tetapi masih ada orang-orang Cina dan Belanda, banyak orang-orang Tionghoa yang mencari nafkah sebagai pedagang di Pasar Kota Wonogiri. Selanjutnya ada kampung Pecinan (kampung Cina) dimana orang-orang Cina bertempat tinggal di suatu daerah bersama-sama yang terdapat di daerah Baturetno. Digambarkan dengan grafik pada lampiran 19 “Regentschap Wonogiri Tahun 1931-1940” dapat dijelaskan pada tahun 1931 sampai dengan
tahun 1940 kondisi ekonomi di
Wonogiri tingkat kesejahteraannya rendah, karena adanya tunggakan pajak dan tunggakan pajak yang paling tinggi terjadi di tahun 1935. Kesehatan yang terpantau pada tahun 1949, banyak masyarakat yang terjangkit malaria dan frambosia. commit to user
22 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pada tahun 1949 perekonomian dipengaruhi dengan adanya penarikan sejumlah tentara yang kerajaan yang menjadi pengamanan daerah Wonogiri. Perekonomian saat itu digambarkan dengan keadaan pasar yang ada di Wonogiri, saat itu pasar-pasar mulai ramai, toko-toko orang Tionghoa mulai buka kembali. Pada tahun 1949 masyarakat Wonogiri bertransaksi menggunakan uang ORI walaupun saat itu masih ada uang federal, akan tetapi tidak semua orang mau menerimanya, selain dengan menggunakan uang, transaksi lainnya juga menggunakan cara barter yang hanya dilakukan di pasar desa.10 Tahun 1949 di Wonogiri sudah banyak toko-toko yang dimiliki oleh para Tionghoa. Jumlah penduduk Cina hampir 1600 jiwa
menduduki wilayah
Wonogiri. Orang-orang Cina sendiri memiliki strategi dagang yang sangat baik sehingga mampu mengembangkan bisnisnya. Orang Cina merupakan bangsa yang flexible, mudah berubah, dan dapat menyesuaikan diri dengan keadaan yang sebagaimanapun. Mereka dapat hidup dan mencari makan dimanapun mereka berada. Semangat untuk meningkatkan taraf hidup dan keyakinan pada perdagangan sebagai mekanisme untuk mengukuhkan kedudukan ekonomi pribadi, keluarga, komunitas, dan bangsanya. Inilah salah satu kepandaian dan ketrampilan orang Cina. 11
10
Verslag Singkat Tentang Keadaan Daerah Wonogiri Setelah Penarikan Tentara Keradjaan Pada Kamis Tanggal 20 Oktober 1949, Koleksi Reksa Pustaka, No. 1014. Ann Wan Seng, Rahasia Bisnis commitOrang to userCina, (Jakarta: Penerbit Hikmah, 2006), hlm. 3. 11
23 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Sejarah Perkembangan Industri Rumah Tangga Jamu Tjap Djago Mengucapkan bahkan memikirkan kata “jamu” atau “obat” memaksa kita bersinggungan dengan istilah farmasi, karena farmasi tidak saja banyak tetapi sangat erat kaitannya dengan “jamu” dan dengan “obat”. Farmasi merupakan suatu profesi dalam rangkuman bidang kesehatan. Kegiatanya meliputi tentang masalah
penemuan,
pengembangan,
penyiapan,
pengolahan,
peracikan,
penyerahan, penyebaran jamu dan obat. 12 Dikala kebudayaan Barat belum sampai ke Indonesia, sistem pengobatan dilakukan oleh para dukun, dan biasanya para wanita yang menjadi dukun. Ilmu yang digunakan oleh para dukun adalah berdasarkan pengalaman dan diterima sebagai warisan. Seorang dukun mengobati penyakit berdasarkan khasiat jamu atau obat yang dipakainya kepada bentuk, warna, dan ciri-ciri khas lainnya, seperti temulawak yang warnanya kuning dihubungkan dengan penyakit kuning, kayu secang yang merah diyakini penyembuh penyakit menceret campur darah, dan akar pule pandak yang serupa ular dipercayai mampu menyembuhkan akibat gigitan ular. Bahan baku obatobatan tradisional umumnya diperoleh dari tumbuh-tumbuhan, tanaman, binatang. Alat pengolahannya juga biasa, yaitu alat-alat rumah tangga. Ada kalanya, seorang dukun menganut ajaran transmigrasi, yakni menyakini bahwa sifat-sifat
Suwondo., “Serba Serbi commit Riwayatto Jamu”, Majalah Berita Jago (Edisi user Pertama), Mei 1976, hlm 3. 12
24 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
khas tertentu pada jamu, obat, zat atau bahan dapat diahlikan kepada orang yang menggunakannya. Pemberian obat dan jamu disertai dengan mantera, rapal asap kemenyan, semburan, gigitan, tepukan, pijitan, bisikan, elusan merupakan hal yang sudah biasa. Tak lain agar penderita terpesona dan termakan dengan wibawa seorang dukun. Kadang-kadang bukan jamu yang atau obat yang dibekalkan, akan tetapi hanya sebotol air putih yang
telah diberi mantera. Cara yang demikian
mengakibatkan cemooh terhadap jamu ataupun obat-obatan asli tradisional. Sebagian pengobatan tradisional hanya digunakan untuk bagian luar saja, seperti sebagai pilis pada dahi, boreh untuk sekujur tubuh, tapel untuk pusar, bobok untuk luka, pupuk untuk ubun-ubun, dan sebagian lagi berupa cairan untuk diminum. 13 Sejak budaya Barat masuk ke Indonesia, manusia Indonesia mulai berkenalan dengan obat-obatan modern, yang disiapkan di pabrik berdasarkan pengetahuan ilmiah yang disebut sains. Apabila renungkan, hakekatnya obat-obat tradisional yang disempurnakan, sebagian besar obat-obatan modern berasal dari tumbuh-tumbuhan. Para orang tua dan nenek moyang dengan pengetahuan dan peralatan yang sederhana telah mampu mengatasi problem kesehatan. Kelebihan dari pengobatan dengan tradisional ialah tidak ada efek samping yang ditimbulkan seperti yang sering terjadi pada pengobatan kimiawi.14 Dahulu kala jamu diperdagangkan dalam bentuk asli, seperti akar, daun, batang, dan lain-lain, tetapi sejak beberapa
13
Ibid., hlm 3.
14
Thomas.,op. cit., hlm 11.
commit to user
25 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
waktu ini jamu-jamu diperdagangkan dalam bentuk siap saji dan dalam bentuk cairan untuk diminum, umumnya dijual oleh wanita-wanita cantik. Apabila orang melihat gambar “Djago” yang ada ditoko-toko maupun diwarung-warung dimana saja, mendengar ucapan “Jamu Cap Djago” (sekarang lebih dikenal dengan Pabrik Jamu Jago) dibagian Nusantara ini, bahkan mendengar atau membaca sepatah kata jamu saja, maka pikiran orang akan segera menghubungkan apa yang dilihat atau didengar tersebut dengan Wonogiri, sebuah kota kabupaten yang terletak dilereng pegunungan berbatu, 32 km diselatan Surakarta. Wonogiri merupakan suatu daerah dimana Perusahaan Jamu Jago didirikan, suatu daerah yang tandus karena beriklim kering dan tanahnya yang kurang cocok untuk persawahan. Walaupun begitu dulunya Wonogiri merupakan daerah sumber dan sekaligus gudang bahan mentah jamu, baik yang tumbuh liar disela-sela
batu
bukit,
banyak
para
petani
yang
mengumpulkan
dan
mengusahakan bahan-bahan jamu, akan tetapi dilain pihak obat-obatan sangat sukar didapat dipasaran setempat. Keadaan yang terjadi akibat masih terisolirnya daerah tersebut ditambah dengan terganggunya hubungan lalu lintas antara Indonesia dan Eropa karena pecahnya Perang Dunia I, benua yang jauh sebelumnya dipandang sebagai gudang ilmu pengetahuan dan sumber obat-obatan modern. 15 Poa Tjoeng Kwan Suprana atau biasa dikenal dengan nama T.K. Suprana dilahirkan di desa Karanganyar dan dibesarkan di Wonogiri, yang semenjak muda telah memperajari ilmu pengobatan tradisional, menerima panggilan suara hatinya 15
Suryohadiwinoto., loc.cit. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
26 digilib.uns.ac.id
untuk mengamalkan pengetahuan beliau didalam pengobatan demi kepentingan masyarakat yang sangat membutuhkan. Industri rumah tangga jamu Tjap Djago didirikan di Wonogiri pada tanggal 1 Juni 1918 oleh Poa Tjong Kwan atau TK Suprana yang semula hanya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sekitar.16 Ia lalu mempunyai gagasan untuk meracik bahan jamu dalam jumlah besar, kemudian ditumbuk sampai halus, sehingga pembeli yang datang tak perlu menunggu 3 jamu diracik. Lahirlah jamu serbuk. Penemuan jamu serbuk itu lalu melahirkan sebuah industri baru: Djamoe Industrie Poa Tjong Kwan. Industri rumah tangga jamu Tjap Djago mempunyai simbol dalam produknya yaitu ayam, jamu untuk pria bersimbol ayam “Jago” sedangkan jamu untuk wanita yaitu ayam “Babon”. Jago dipilih karena melambangkan terbitnya cita-cita bangsa Indonesia setelah pencanangan kebangkitan pemuda waktu itu. Jamu inilah yang sekarang dikenal dengan nama Jamu Tjap Djago. Jamu serbuk itu dijual dalam kemasan yang isinya 7 gram. Jamu yang dihasilkan dari industri rumahan Jamu Tjap Djado ternyata berkhasiat nyata dan dan memenuhi harapan masyarakat, maka dengan segera kemanjuran tersebut dikenal rakyat secara luas dengan sistem getok tular dari mulut kemulut., sehingga pemasarannya meluas dari satu wilayah kabupaten seluruh pelosok pulau Jawa. Motto dari Jamu Tjap Djago adalah “Rakyat Sehat Negara Kuat”.
16
Suryo Hadiwinoto, “Jamu Jago Tumbuh Dan Berkembang Bersama to userTahun, Juli 1988, hlm 1. Masyarakat”, Majalah Berita Jagocommit Edisi Ulang
27 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pada tahun 1930-an industri rumah tangga jamu Tjap Djago untuk pertama kalinya mengoperasikan mobil-mobil propaganda melancarkan pemasaran jamunya. Beraksinya mobil-mobil propaganda menyebabkan masyarakat semakin mengenal produksi Tjap Djago. Mobil-mobil propaganda yang berkeliling ke kota-kota seperti Pekalongan, Bogor dan Surabaya untuk memperkenalkan produk Jamu Tjap Djago dan dengan bantuan para penghibur yaitu para pegawai yaitu para cebol atau bisa disebut dengan nama “Si Jagur”. Dalam perkembangannya, fungsi propaganda suatu hasil produksi tidak lagi dapat dikesampingkan. Masyarakat yang cenderung pelupa mengharuskan aksi propaganda dilaksanakan berulang-ulang dan terus menerus. Tahun 1936 Poa Tjoeng Kwan Suprana mengundurkan diri, maka usahanya diteruskan dan dikembangkan secara modern, baik dari segi pemasaran maupun produksinya oleh keempat putranya,yaitu: - Anwar Suprana - Panji Suprana - Lambang Suprana - Bambang Suprana17 Industri rumahan ini berkembang dari generasi ke generasi. Generasi pertama dari tahun 1918 sampai tahun 1936 merupakan pelopor pembuatan jamu dalam bentuk serbuk. Industri jamu Tjap Djago dikelola secara turun temurun oleh keturunan TK Suprana, sehingga industri ini memiliki sistem kerja secara kekeluargaan. 17
Ibid., hlm 1.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
28 digilib.uns.ac.id
Pada tahun 1938 produksi jamu dimulai dengan menggunakan mesin dan jenis produk berkembang, karena pemasaran yang mencapai pulau Jawa maka jamu semakin dikenal dan kebutuhan semakin meningkat, maka produksi secara tradisional tidak lagi mampu menyediakan jamu dalam jumlah besar maka diganti dengan mesin-mesin modern pada saat itu. Tahun 1947 “Djago” masih diproduksi di Wonogiri. Pada waktu itu bungkus jamu hanya berupa sampul kecil kertas sederhana buatan pedalaman dizaman pendudukan Jepang, etiketnya masih bercap Jago dan Babon.18 Industri Tjap Djago sendiri awalnya dalam memproduksi jamu dengan cara menumbuk dengan alat tradisional, tetapi pada tahun 1938 mulai dengan alat-alat modern yaitu dengan digantinya alat-alat tradisional dengan mesin. Pada tahun 1949 pabrik yang didirikan di Wonogiri ini diboyong menuju kota Semarang, karena dengan alasan tempat yang strategis, selain Semarang merupakan kota pelabuhan, pusat kegiatan eksport-import dan merupakan lalu lintas di pulau Jawa, sehingga bahan-bahan baku maupun penolong bagi kegiatan produksi serta sarana pemasaran cukup terjamin. Semarang merupakan salah satu kota di Indonesia yang usianya sudah cukup tua. Letak kota Semarang yang berada di daerah pantai utara Pulau Jawa. Sejak awal pertumbuhannya wilayah itu memiliki sebuah pelabuhan yang dipakai untuk arus keluar masuk orang dari dan ke Pulau Jawa, juga sebagai tempat bongkar muat barang dagangan.
18
M. Satyamitra Adistana, “Djago Yang Dirindukan Dijaman Revolusi”, commit user hlm 5. Majalah Berita Djago Edisi Pertama, Meito1976,
perpustakaan.uns.ac.id
29 digilib.uns.ac.id
Pada awal abad ke 20, kota Semarang sudah memiliki posisi yang sangat penting, baik dari segi geografis, politik maupun kultural, selain itu Semarang juga menghubungkan kota-kota di daerah pedalaman seperti Surakarta dan Yogyakarta. Secara geografis, Semarang berada dekat dengan pelabuhan besar sehingga kota ini menjadi tempat yang sangat strategis untuk dijadikan jalur perhubungan laut antara kota Semarang dengan dunia luar.19 Kedudukan kota Semarang sebagai pusat pemerintahan tingkat provinsi, tingkat kabupaten, dan serta sebagai daerah perdagangan. Memasuki awal abad keduapuluh, berbagai industri yang lebih mengarah pada perubahan gaya hidup mulai bermunculan di kota Semarang, sangat mudah ditemui industri yang dikembangkan oleh komunitas orang Eropa selain itu juga ada orang Cina, Arab, dan Jawa. Pada komunitas Cina misalnya, industri jamu. Salah satu industri jamu yang berkembang pada saat itu adalah industri jamu Njonja Meneer.
19
Mutiah Amini., “Industialisasi Dan Perubahan Gaya Hidup: Semarang Pada user Awal Abad Keduapuluh”, Jantra commit Vol IV, to No. 8, 2009, hlm 622.