BAB II LANDASAN TEORI A. Perilaku Menolong Perilaku menolong adalah suatu tindakan yang memberikan keuntungan bagi orang lain, yang dapat meningkatkan kesejahteraan orang lain, yang terkadang melibatkan resiko terhadap si penolong (Baron & Branscombe, 2012; Wrightsman & Deaux, 1981). Perilaku menolong menurut (Hogg & Vaughan, 2002) merupakan tindakan yang memberikan keuntungan bagi orang lain. Sesuai dengan penjelasan di atas perilaku menolong dalam penelitian ini didefinisikan sebagai suatu tindakan yang memberikan keuntungan kepada orang lain, dapat meningkatkan kesejahteraan dan terkadang dapat menimbulkan resiko terhadap penolong. A.1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Menolong Menurut (Baron & Byrne, 2000) faktor-faktor yang mempengaruhi orang untuk menolong, sebagai berikut : 1. Empati Orang-orang yang menolong mempunyai rasa empati yang tinggi dibandingkan mereka yang tidak. Orang-orang yang memiliki empati dapat merasakan dan memahami apa yang dirasakan oleh orang lain. 2. Belief in just world Orang-orang yang menolong menganggap dunia sebagai tempat yang adil. Dimana perilaku yang baik akan dihargai dan perilaku buruk 8
Universitas Sumatera Utara
9
akan dihukum. Membantu mereka yang membutuhkan merupakan hal yang benar untuk dilakukan dan orang yang membantu benar-benar akan mendapatkan keuntungan dari perbuatan baik mereka. 3. Social Responsibility Individu yang membantu mengunngkapkan keyakinan bahwa setiap orang bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik yaitu untuk saling membantu. 4. Internal Locus of Control Ini merupakan kepercayaan bahwa seseorang dapat memilih untuk berperilaku
dengan
cara
memaksimalkan
hasil
yang
baik
dan
meminimalkan hasil yang buruk. 5. Low Egocentrism Seseorang yang egoism mungkin juga memberikan pertolongan tetapi hanya untuk mengurangi personal distress yang dirasakannya. A.2. Aspek Perilaku Menolong Menurut (Wrightsman & Deaux, 1981) aspek dari perilaku menolong berdasarkan tingkat pengorbanan, sebagai berikut : 1. Favor merupakan tindakan membantu orang lain yang tidak banyak membutuhkan pengorbanan. 2. Donation merupakan perilaku memberikan kepada seseorang atau organisasi yang membutuhkan. Tindakan ini membutuhkan pengorbanan materi berupa uang atau barang.
Universitas Sumatera Utara
10
3. Intervention in emergency merupakan perilaku memberikan bantuan kepada orang lain yang dilakukan dalam situasi gawat darurat. Dalam melakukan tindakan ini dapat mengundang ancaman keselamatan diri dari penolong. Oleh karena itu, penolong berkorban besar dan kemungkinan mendapatkan keuntungan yang sangat kecil dari tindakan ini. Di dalam penelitian ini perilaku menolong akan difokuskan pada memberikan sumbangan kepada pengemis yang merupakan bentuk perilaku donation. Jadi, perilaku menolong pengemis di dalam penelitian ini adalah segala bentuk memberikan sumbangan kepada pengemis, baik itu dalam bentuk uang atau lainnya (makanan, pakaian, minuman, dll). B. Belief In Just World Belief in just world merupakan kepercayaan bahwa dunia adalah tempat yang adil, di mana hal-hal yang baik akan dibalas dengan yang baik, sedangkan hal-hal yang buruk akan dibalas dengan yang buruk (Montada & Lerner, 1998). Menurut (Dalbert, Lipkus, Sallay, & Goch, 2001) Belief in just world merupakan kepercayaan bahwa seseorang hidup didunia yang setiap orang akan memperoleh apa yang sepatutnya akan di perolehnya. Orang-orang ini juga akan berperilaku sesuai dengan aturan-aturan yang adil dan hal ini dipengaruhi leh perilaku sosialnya dalam kehidupan sehari-hari. Orang yang memiliki belief in just world bahwa ia akan memperoleh apa yang sepatutnya ia peroleh; apabila ia melakukan suatu hal yang jahat, maka kejahatan tersebut akan terbalaskan suatu hari nanti; apabila ia melakukan suatu
Universitas Sumatera Utara
11
kebaikan, maka kebaikan tersebut akan terbalaskan dengan kebaikan di kemudian hari (Leary & Hoyle, 2009). Sesuai dengan penjelasan di atas belief in just world dalam penelitian ini didefinisikan sebagai kepercayaan seseorang tentang konsekuensi atas perbuatanperbuatannya, di mana perbuatan yang baik akan terbalaskan dengan hal yang baik, dan perbuatan yang buruk akan berbalaskan dengan hal yang buruk. B.1. Karakteristik Belief in Just World Adapun karakteristik dari orang-orang yang memiliki belief in just world menurut (Rubin & Peplau, 1975). a. Orang-orang yang memiliki belief in just world yang tinggi : 1. Cenderung lebih religius 2. Cenderung lebih otoriter dalam kehidupan sehari-hari 3. Memiliki pemikiran yang konservatif, cenderung masih mendukung nilai-nilai tradisional. 4. Mengagumi tokoh-tokoh pemimpin politik dan lembaga sosial. 5. Memiliki sikap negatif terhadap orang yang kurang mampu, khususnya para pengemis jalanan. b. Orang-orang yang memiliki belief in just world yang rendah : 1. Cenderung kurang merasa untuk ikut serta dalam perubahan masyarakat. C. Pengemis Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan pengemis sebagai, “orang yang meminta-minta”(KBBI, 2012-2014). Sedangkan menurut Pasal 1 Angka 2
Universitas Sumatera Utara
12
Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1980, Pengemis merupakan, “…orangorang yang mendapatkan penghasilan dengan meminta-minta dimuka umum dengan berbagai cara dan alasan untuk mengharapkan belas kasihan dari orang lain”(PP Nomor 31 Tahun 1980, 2012). Jadi di dalam penelitian ini, pengemis adalah orang-orang yang mendapatkan penghasilan dengan cara meminta belas kasihan dari orang lain dengan berbagai cara dan alasan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. C.1. Kriteria Pengemis Berdasarkan Permensos No. 08 Tahun 2012 tentang pedoman pendataan dan pengelolaan data penyandang masalah kesejahteraan sosial, kriteria bahwa seseorang dikatakan sebagai pengemis adalah sebagai berikut : a. Mata pencariannya bergantung pada belas kasihan orang b. Berpakaian kumuh c. Berada di tempat-tempat ramai d. Memperalat sesama untuk merangsang belas kasihan orang lain C.2. Jenis-jenis Pengemis Adapun jenis-jenis pengemis berdasarkan observasi yang peneliti lakukan, yaitu : a. Pengemis dengan membawa anak b. Pengemis anak-anak c. Pengemis dengan cacat fisik d. Pengemis professional dan terorganisir
Universitas Sumatera Utara
13
C.3. Dampak Pengemisan Adapun dampak dari pengemisan, yaitu : a. Membuat seorang individu semakin malas bekerja b. Manambah masalah sosial c. Pelecehan terhadap pekerja keras d. Membuat tindakan kriminal e. Dapat mengganggu masyarakat D. Hubungan Antara Belief In Just World dengan Perilaku Menolong Pengemis Sebagaimana telah dijelaskan, belief in just world merupakan kepercayaan bahwa seseorang hidup didunia yang setiap orang akan memperoleh apa yang sepatutnya akan diperoleh (Dalbert, Lipkus, Sallay & Goch, 2001). Dalam belief in just world terdapat asumsi bahwa seseorang akan memperoleh apa yang sepatutnya diperoleh, reward dan Punishment akan diperoleh secara adil sesuai dengan perilaku, sifat dan karakter individu (Lerner, 1980). Belief in just world merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi orang untuk menolong orang lain (Baron & Byrne, 2000). Pada orang yang memiliki kepercayaan bahwa dunia itu adil adanya belief in just world, menurut Dalbert, Lipkus, Sallay & Goch (2001) orang-orang akan berperilaku sesuai dengan aturan-aturan yang adil dan dipengaruhi oleh perilaku sosialnya dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini terjadi karena konsep belief in just world menunjukkan kontrak personal antara individu dengan dunia sosialnya. Sehingga, semakin kuat individu memegang belief in just world maka semakin
Universitas Sumatera Utara
14
kuat juga kewajibannya untuk berperilaku sesuai dengan aturan keadilan. Artinya disini seharusnya orang-orang yang memiliki belief in just world akan mematuhi peraturan-peraturan yang ada. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Rubin & Peplau (1975), karakteristik dari orang yang memiliki belief in just world yang tinggi akan cenderung lebih religius, cenderung lebih otoriter dalam kehidupan sehari-hari, memiliki pemikiran yang konservatif, cenderung masih mendukung nilai-nilai tradisional, mengagumi tokoh-tokoh pemimpin politik dan lembaga sosial dan memiliki sikap negatif terhadap orang yang kurang mampu. Pada penelitian terdahulu inilah orang-orang yang memiliki kepercayaan adanya belief in just world yang tinggi mereka tidak akan menolong para pengemis, karena mereka mempunyai kepercayaan bahwa pengemis pantas untuk tidak di tolong dan akan berpikir seseorang dapat menjadi pengemis karena adanya kesalahan yang mereka lakukan terdahulu, sehingga menjadikan mereka sekarang pengemis. Dapat diambil kesimpulan bahwa belief in just world berkorelasi negatif terhadap perilaku menolong, hal ini terlihat dari penelitian yang dilakukan oleh Rubin & Peplau (1975) dan Lerner (1980). Namun pada penelitian ini peneliti mempunyai pemikiran sebaliknya, peneliti melihat khususnya di Sumatera Utara bahwa belief in just world dapat berkorelasi positif terhadap perilaku menolong. Peneliti mempunyai pemikiran ini berdasarkan fenomena yang peneliti lihat di lapangan. secara logis, orang-orang yang memiliki belief in just world seharusnya dapat menilai perilaku memberikan
Universitas Sumatera Utara
15
sumbangan kepada pengemis sebagai sesuatu yang dapat memberikan kebaikan kepada dirinya di kemudian hari. Peneliti melihat pada orang-orang yang suka memberikan uang kepada pengemis. walaupun ada larangan tidak boleh memberikan uang kepada pengemis, tetapi masih saja banyak orang-orang yang suka memberikan uang kepada pengemis dan peneliti melihat dari hasil penelitian terdahulu dimana penelitian ini dilakukan di Indonesia sedangkan penelitian terdahulu dilakukan di luar negri, jelas terdapat perbedaan budaya dari keduanya yang mana masyarakat timur lebih bersifat kolektif ataupun interdependent sedangkan masyarakat barat lebih bersifat individual ataupun independent (Matsumoto, 2008). Sehingga hal ini yang membuat orang-orang terus memberikan sumbangan kepada orang lain ataupun memberikan sumbangan kepada pengemis meskipun sudah adanya aturan dilarang memberikan uang kepada pengemis. E. Hipotesa Penelitian Berdasarkan uraian mengenai keterkaitan antara belief in just world dengan perilaku menolong yang telah kami paparkan, hipotesis yang kami ajukan adalah sebagai berikut : “Ada hubungan yang positif antara belief in just world dengan perilaku menolong. Artinya, semakin tinggi belief in just world maka akan semakin tinggi keinginan seseorang untuk berperilaku menolong”.
Universitas Sumatera Utara