BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Pemasaran Semakin majunya perkembangan dunia usaha dewasa ini, menjadi sebab semakin menariknya pemasaran bagi setiap perusahaan. Masalah pemasaran merupakan salah satu dari sekian banyak masalah yang dihadapi perusahaan sehari-hari. Pertimbangan-pertimbangan pemasaran menjadi faktor yang sangat penting dan menentukan dalam perencanaan dan pengambilan keputusan di sebuah perusahaan. Pemasaran dapat dikatakan merupakan kegiatan terpenting dari perusahaan karena suatu perusahaan tidak akan mampu bertahan bila tidak berhasil memasarkan barang atau jasa yang dihasilkan meskipun telah didukung oleh kemajuan teknologi dalam produksinya. Sebagai gambaran untuk mengetahui apa itu pemasaran, berikut Philip Kotler (2002:9), menyatakan bahwa pemasaran adalah suatu proses sosial yang di dalamnya individu atau kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. Menurut William J. Staton (Basu Swastha dan Hani Handoko, 2000:4) pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pemasaran merupakan suatu sistem dan kegiatan bisnis yang saling berhubungan yang ditujukan bukan
saja dalam rangka penjualan barang atau jasa, namun yang ditujukan untuk merencanakan, mendistribusikan, dan mempromosikan barang dan jasa yang dilakukan oleh perusahaan dalam rangka memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen.
2.2 Konsep Pemasaran Menurut Basu Swastha dan Hani Handoko (2000:6), konsep pemasaran adalah sebuah falsafah bisnis yang menyatakan bahwa pemuasan kebutuhan konsumen merupakan syarat ekonomi dan sosial bagi kelangsungan hidup perusahaan.
Konsep
pemasaran
merupakan
orientasi
manajemen
yang
beranggapan bahwa tugas pokok perusahaan adalah menentukan kebutuhan, keinginan dan penilaian dari suatu pasar yang menjadi sasaran, menyesuaikan kegiatan perusahaan sedemikian rupa agar dapat menyampaikan kepuasan yang diinginkan pasarnya secara lebih efektif dan efisien daripada pesaing-pesaingnya. Menurut Philip Kotler (2002:22), konsep pemasaran menegaskan bahwa kunci untuk mencapai tujuan organisasional yang ditetapkan adalah perusahaan tersebut harus menjadi lebih efektif dibandingkan para pesaing dalam menciptakan, menyerahkan, dan mengkomunikasikan nilai pelanggan kepada pasar sasaran yang terpilih. Dari definisi tersebut memiliki konsekwensi bahwa semua kegiatan perusahaan termasuk produksi, teknik, keuangan, dan pemasaran harus diarahkan pada usaha untuk memenuhi kebutuhan pembeli kemudian memuaskan kebutuhan tersebut dengan mendapatkan laba yang layak dalam jangka panjang.
Ada lima konsep yang dijadikan falsafah bagi manajemen pemasaran dalam upaya pemasarannya, yaitu konsep berwawasan produksi, konsep berwawasan produk, konsep berwawasan penjualan, konsep berwawasan pemasaran, dan konsep berwawasan sosial. Kelima konsep ini sebagai dasar cara organisasi melakukan kegiatan pemasarannya (Philip Kotler, 2002:15). 1) Konsep produksi Konsep berwawasan produksi berpendapat bahwa konsumen akan memilih produk yang mudah didapat dan harganya yang relatif murah. Berdasarkan anggapan ini, maka manajemen memusatkan perhatiannya pada efesiensi produk dan distribusi. Efisiensi produk dibutuhkan agar mampu menghasilkan harga yang terjangkau dan distribusi yang luas dibutuhkan untuk menjamin ketersediaan produk bagi seluruh konsumen. 2) Konsep produk Konsep berwawasan produk berpendapat bahwa konsumen akan memilih produk yang menawarkan mutu, kinerja yang terbaik atau hal-hal inovatif lainnya. Manajer dalam organisasi yang berwawasan produk memusatkan perhatiannya
untuk
membuat
produk
yang
lebih
baik
dan
terus
menyempurnakannya. Perusahaan yang menganut konsep berwawasan produk sering merancang produk mereka tanpa masukan dari pelanggan. Mereka beranggapan bahwa pembeli menyukai produk yang pembuatanya lebih baik dan pembeli dapat menilai mutu serta kinerja produk. Mereka tidak melihat bahwa konsumen mungkin telah menemukan produk lain yang mampu memenuhi kebutuhannya.
3) Konsep penjualan Konsep berwawasan penjualan berpendapat bahwa kalau konsumen dibiarkan saja, konsumen tidak akan membeli produk dalam jumlah yang cukup. Organisasi harus melakukan usaha penjualan dan promosi yang agresif. Konsep penjualan beranggapan bahwa konsumen enggan membeli dan harus didorong supaya membeli, serta perusahaan mempunyai banyak cara promosi dan penjualan yang efektif untuk merangsang pembelian. Konsep ini banyak dipakai untuk “barang yang tidak dicari” yaitu barang-barang yang tidak terpikir untuk dibeli, konsep ini biasanya diterapkan pada tabungan. 4) Konsep pemasaran Konsep pemasaran menyatakan pencapaian tujuan organisasional tergantung pada penetapan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran dan pemberian kepuasan yang diinginkan secara lebih efektif dan efesian dibandingkan dengan yang dilakukan pesaing. 5) Konsep pemasaran berwawasan sosial Konsep ini menyatakan bahwa tugas organisasi adalah menentukan kebutuhan, keinginan dan kepentingan pasar sasaran serta memberikan kepuasan yang diharapkan dengan cara yang lebih efektif dan efesien dari pada pesaing dengan tetap melestarikan atau meningkatkan kesejahteraan konsumen dan masyarakat. Konsep pemasaran berwawasan sosial mengajak para pemasar untuk membuat keseimbangan diantara ketiga kepentingan yaitu laba perusahaan, pemuasan keinginan konsumen, dan kesejahteraan masyarakat dalam jangka panjang.
2.3 Strategi Pemasaran Pemasaran memiliki peranan yang sangat penting dalam pembangunan strategi yang mencakup produk, harga, saluran distribusi, dan promosi. Menurut Pearce Robinson (2000:403) strategi pemasaran terdiri dari empat komponen yaitu: 1) Strategi pemasaran untuk komponen produk Strategi ini harus jelas mengidentifikasikan kebutuhan pelanggan yang akan dipenuhi oleh barang dan jasa. 2) Strategi pemasaran untuk komponen harga Strategi ini merupakan pertimbangan terpenting dalam pemasaran. Strategi ini langsung mempengaruhi permintaan dan penawaran, profitabilitas serta persepsi konsumen. Dalam penetapan harga dapat berorientasi pada biaya. Keputusan penetapan harga akan dipusatkan pada biaya total dan biasanya menyangkut mark up (keuntungan) yang wajar dan kisaran harga sasaran. Penetapan harga yang berorientasi pada pasar, harga yang ditetapkan berdasarkan pada permintaan dan keputusannya didasarkan pada keputusan harga pesaing. 3) Strategi pemasaran untuk komponen promosi Strategi ini menetapkan bagaimana perusahaan akan berkomunikasi dengan pasar sasaran. Strategi ini memberikan pedoman pada manajer pemasaran dalam hal penggunaan iklan, penjualan tatap muka, promosi penjualan, dan pemilihan media. Strategi ini harus konsisten dengan komponen strategi
pemasaran lainnya dan anggaran biayanya. Strategi ini harus terintegrasi erat dengan kondisi keuangan perusahaan. 4) Strategi pemasaran untuk komponen saluran distribusi Strategi ini mengidentifikasikan dimana, kapan, dan oleh siapa barang atau jasa ditawarkan. Hal utama disini adalah saluran distribusi. Komponen strategi pemasaran ini memberikan pedoman kepada manajemen didalam pengambilan keputusan mengenai saluran distribusi.
2.4 Bauran Pemasaran 1) Produk Philip
Kotler
(2002:54)
mengklasifikasikan
produk
berdasarkan
karakteristiknya, yaitu: a
Daya tahan produk dan wujudnya i. Barang yang terpakai habis (non durable goods) adalah barang berwujud yang biasanya dikonsumsi dalam satu atau beberapa kali penggunaan. ii. Barang tahan lama (durable goods) adalah barang berwujud yang biasanya dapat digunakan berulang kali. iii. Jasa (service) adalah sesuatu yang bersifat tidak berwujud, tidak dapat dipisahkan dan mudah habis.
b
Klasifikasi barang konsumsi i. Convenience goods adalah barang-barang yang biasanya sering dibeli konsumen segera dan dengan usaha minimum
ii. Shooping
goods
adalah
barang-barang
yang
karakteristiknya
dibandingkan berdasarkan kesesuaian, kualitas, harga dan gaya. iii. Specialy goods adalah barang-barang dengan karakteristik unik atau identifikasi merk yang untuk sekelompok pembeli yang cukup besar bersedia senantiasa melakukan usaha khusus untuk membelinya. iv. Un sought goods adalah barang-barang yang tidak diketahui konsumen atau diketahui namun secara normal konsumen tidak berpikir untuk membelinya. c
Klasifikasi barang industri, yaitu : i. Bahan baku dan suku cadang (materials and part) adalah barangbarang yang sepenuhnya masuk ke produk, yang terbagi ke dalam dua kelas yaitu bahan mentah serta bahan baku dan suku cadang pabrikan. ii. Barang modal (capital items) adalah barang-barang tahan lama yang memudahkan pengembangan dan pengelolaan produk akhir. iii. Perlengkapan dan jasa, adalah barang dan jasa yang tidak tahan lama yang membantu pengembangan dan pengelolaan produk akhir.
2) Harga Menurut Buchari Alma (2002 : 173), ada beberapa macam price policy yang dilakukan oleh retaile, yaitu sebagai berikut: a. Margin pricing Adalah penentuan harga penjualan yang dikehendaki tergantung pada biaya-biaya yang telah dikeluarkan, cepat atau lambat beredarnya barang, tingkat bunga yang berlaku, resiko kerusakan, dan perkembangan harga.
Pada umumnya margin ditetapkan berdasarkan asal lebih besar daripada harga rata-rata. b. Price lining Penetapan harga disini adalah menggolongkan barang-barang ke dalam kelompok yang berharga satuan Rp 10.000,00, Rp 20.000,00, Rp 50.000,00. c. Competitor price Untuk memperoleh reputasi sebagai toko yang murah untuk barang-barang yang dikenal umum (mengikut price leader atau loss leader). d. Discount house Suatu toko eceran yang menjual barang-barang dari brand yang dikenal, dengan suatu potongan harga yang menarik sehingga harga sesungguhnya lebih rendah dari harga umum. Discount yang diberikan harus mempunyai arti yang penting bagi konsumen. e. Judgement pricing Dasar penetapan harga didesain berdasarkan atas kira-kira saja misalnya disebabkan karena kejarangan barang dan sebagainya. Perkiraan ini berdasarkan dengan anggapan bahwa para pembeli juga akan menilai sesuai dengan perkiraan penjual. f. Customary prices Dalam jangka panjang harga-harga suatu barang itu tetap stabil, kebiasaan untuk merubah atau menaikkan harga akan menimbulkan kesulitan, sebab mungkin langganan akan protes atau akan berpindah.
g. Odd price Price policy ini biasanya memasang harga seperti Rp 2.975,00 untuk harga yang seharusnya Rp 3.000,00. Dengan harga tersebut secara psikologis
konsumen memperkirakan untung besar membayar Rp
2.975,00 daripada membayar Rp. 3.000,00. h. Combination offers Penentuan harga disamping memikat calon pembeli juga penetapan harga yang bertujuan melariskan. 3) Saluran Distribusi Menurut Philip Kotler (2002:142) ada beberapa tingkat saluran distribusi, antara lain: a. Saluran pemasaran langsung, terdiri dari suatu perusahaan manufaktur yang menjual langsung ke pelanggan akhir. b. Saluran satu tingkat, terdiri dari satu perantara penjualan, misalnya: pengecer. c. Saluran dua tingkat, terdiri dari dua perantara penjualan, misalnya: pedagang besar dan pengecer (dalam pasar barang konsumsi). d. Saluran tiga tingkat, terdiri dari tiga perantara penjualan, misalnya: pedagang besar, pemborong, pengecer kecil (dalam pasar industri). Selain keempat saluran tersebut, terdapat pula perusahaan yang menerapkan saluran distribusi yang lebih panjang.
4) Promosi Menurut Buchari Alma (2002 : 179), promosi adalah sejenis komunikasi yang memberikan penjelasan yang meyakinkan calon konsumen tentang barang dan jasa. Menurut Philip Kotler dan Gary Armstrong (2001 : 399), tujuan utama promosi adalah menginformasikan, mempengaruhi dan membujuk, serta mengingatkan pelanggan sasaran tentang perusahaan dari bauran pemasarannya. Secara rinci ketiga tujuan promosi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Menginformasikan, dapat berupa : i. Menginformasikan mengenai harga kepada pasar ii. Menyampaikan perubahan harga kepada pasar iii. Menjelaskan cara kerja produk iv. Meluruskan kesan yang salah b. Membujuk pasar sasaran untuk : i. Membentuk pilihan merk ii. Mengalihkan merk ke merk lain iii. Mengubah persepsi pelanggan terhadap atribut produk c. Mengingatkan dapat terdiri dari : i. Mengingatkan pembeli bahwa produk yang bersangkutan dibutuhkan dalam waktu dekat ii. Mengingatkan pembeli akan tempat-tempat yang menjual produk perusahaan
iii. Membuat pembeli tetap ingat walaupun tidak ada kampanye iklan iv. Menjaga agar ingatan pembeli pertama jatuh pada produk perusahaan Menurut Fandy Tjiptono (2002 : 222) bauran promosi dapat dibagi lima, yaitu : a. Personal selling Komunikasi langsung antara penjual dan pembeli dan cara pemasaran untuk memperkenalkan suatu produk kepada calon pelanggan dan membentuk pemahaman pelanggan terhadap produk sehingga mereka kemudian akan mencoba dan membelinya. b. Mass selling Merupakan pendekatan yang menggunakan media komunikasi untuk menyampaikan informasi kepada khalayak ramai dalam satu waktu. c. Promosi Penjualan Bentuk persuasi langsung melalui penggunaan berbagai insentif
yang
dapat diatur untuk merangsang pembelian produk dengan segera atau meningkatkan jumlah barang yang dibeli pelanggan. d. Public relation Merupakan upaya komunikasi menyeluruh dari suatu perusahaan untuk mempengaruhi persepsi, opini, keyakinan dan sikap berbagai kelompok terhadap perusahaan.
e. Direct marketing Sistem pemasaran yang bersifat interaktif, yang memanfaatkan satu atau beberapa media iklan untuk menimbulkan respon yang terukur atau transaksi di sembarang tempat.
2.5 Perilaku Konsumen Menurut Basu Swastha dan Hani Handoko (2000:10) perilaku konsumen dapat didefinisikan sebagai kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan
dan mempergunakan barang dan jasa, termasuk
didalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan dan penentuan kegiatan-kegiatan tersebut. Menurut John C. Mowen / Michael Minor (2002:6) perilaku konsumen didefinisikan sebagai studi tentang pembelian unit dan proses pertukaran yang melibatkan perolehan, konsumsi, dan pembuangan barang, jasa, pengalaman, serta ide. Titik tolak untuk memahami konsumen adalah model perilaku konsumen oleh Phillip Kotler (2002:203). Untuk mengetahui bagaimana konsumen memberikan tanggapan terhadap rangsangan pemasaran yang dilakukan, digambarkan pada Gambar 2.1 berikut ini:
Gambar 2.1 Model Perilaku Konsumen RANGSANGAN PEMASARAN
RANGSANG AN LAIN
PRODUK HARGA TEMPAT PROMOSI
EKONOMI TEKNOLOGI POLITIK BUDAYA
KARAKTERI STIK PEMBELI BUDAYA SOSIAL PRIBADI PSIKOLOGIS
PROSES KEPUTUSAN PEMBELIAN PENGENALA N MASALAH
PENCARIAN INFORMASI
EVALUASI
KEPUTUSAN PEMBELIAN -PILIHAN PRODUK -PILIHAN MEREK -PILIHAN TOKO -PILIHAN WAKTU -PILIHAN JUMLAH
KEPUTUSAN
PERILAKU PEMBELIAN
Sumber: Kotler (2005) Gambar 2.1 menjelaskan bahwa konsumen memperoleh rangsangan dari luar yang terdiri atas produk, harga, promosi, distribusi, kecanggihan teknologi, politik dan budaya yang mempengaruhi kotak hitam pembeli, dan menghasilkan tanggapan dari pembeli.
2.5.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen Perilaku pembelian yang dilakukan konsumen dipengaruhi oleh beberapa faktor (Kotler, 2005:203), yaitu: 1) Faktor Budaya Perilaku konsumen dalam melakukan proses pembelian sangat dipengaruhi faktor-faktor budaya. Berbagai macam merek yang dipilih oleh pembeli disesuikan dengan budaya yang merupakan penentu keinginan dan perilaku konsumen yang paling mendasar. Sub-budaya memberikan lebih banyak ciriciri dan sosialisasi khusus bagi anggotanya, seperti agama, suku dan daerah
geografis. Kelas sosial merupakan pembagian masyarakat yang relatif homogen dan permanen, yang tersusun secara hirarkis dan memilki anggota, nilai-nilai, minat dan perilaku yang serupa. 2) Faktor Sosial Faktor-faktor sosial yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam melakukan proses pembelian terdiri atas, kelompok acuan merupakan seseorang yang terdiri dari semua kelompok yang memilki pengaruh langsung (tatap muka) terhadap sikap dan perilaku seseorang. Keluarga merupakan organisasi pembeli yang paling penting dalam masyarakat, yang terdiri atas ayah, ibu, dan anak-anaknya. Setiap keputusan dalam proses pembelian selalu dipengaruhi oleh faktor keluarga dan bersifat signifikan. Dan peran meliputi kegiatan yang diharapkan akan dilakukan oleh seseorang, dimana setiap peran yang dilakukan memiliki status. 3) Faktor Pribadi Karakteristik pribadi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi konsumen untuk membeli suatu produk. Karakteristik pribadi yang dimiliki konsumen terdiri dari gaya hidup yang merupakan pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan dalam aktivitas, minat dan opininya. Kepribadian yang merupakan tanggapan yang relatif konsisten dan bertahan lama terhadap lingkungannya. 4) Faktor Psikologis (Kejiwaan) Faktor psikologis yang dimiliki seseorang dipengaruhi oleh lima faktor. Pertama, motivasi merupakan kegiatan yang mengakibatkan, menyalurkan dan
memelihara perilaku manusia. Teori Motivasi Maslow menyatakan bahwa manusia berusaha untuk memotivasi dirinya untuk mendapatkan kebutuhan yang tersusun dalam hirarkis dari yang kurang mendesak sampai yang paling mendesak, dibagi atas lima tingkatan yaitu kebutuhan fisik, keamanan, sosial, kebutuhan akan penghargaan, dan aktualisasi diri. Kedua, persepsi merupakan proses bagaimana seseorang individu memilih, mengorganisasikan dan menginterpretasikan
masukan-masukan
informasi
untuk
menciptakan
gambaran dunia yang memiliki arti. Ketiga, pembelajaran merupakan proses dimana manusia mempelajari tentang seluk beluk produk yang diinginkannya. Keempat, keyakinan (belief) merupakan pemikiran deskriptif yang dianut seseorang tentang suatu hal. Kelima, sikap (attitude) merupakan evaluasi, perasaan emosional dan kecenderungan tindakan yang menguntungkan atau tidak menguntungkan dan bertahan lama dari seseorang terhadap beberapa obyek atau gagasan.
2.5.2 Jenis Perilaku Konsumen Pengambilan keputusan konsumen akan berbeda-beda, tergantung pada jenis keputusan pembelian. Pembelian yang rumit dan mahal akan melibatkan lebih banyak pertimbangan yang diperlukan oleh pembelian. Menurut Assael (Philip Kotler, 2005:221), terdapat empat jenis perilaku pembelian konsumen berdasarkan tingkat keterlibatan pembeli dan tingkat diferensiasi mereka, yaitu: 1) Perilaku pembelian yang rumit : konsumen terlibat dalam perilaku pembelian yang rumit bila mereka sangat terlibat dalam pembelian dan sadar akan adanya perbedaan yang signifikan diantara berbagai merek, dimana ini terjadi bila
produknya mahal, jarang dibeli, berisiko dan sangat mengekspresikan kepribadian. 2) Perilaku pembelian pengurang ketidaknyamanan/ Disonasi : pada perilaku pembelian ini konsumen menjadi sangat terlibat dalam sebuah pembelian, namun melihat sedikit perbedaan diantara berbagai merek. Keterlibatan yang tinggi disadari adanya kenyataan bahwa pembelian tersebut mahal, jarang dilakukan
dan
berisiko.
Setelah
pembelian
biasanya
akan
muncul
ketidaksesuaian atau disonasi dari pengamatan terhadap hal-hal yang mengganggu mengenai produk yang dibeli atau kabar tentang hal-hal yang menyenangkan mengenai produk-produk sejenis lainnya. 3) Perilaku pembelian karena kebiasaan : perilaku pembelian ini terjadi bila terdapat pembelian produk dengan tingkat keterlibatan konsumen yang rendah, serta adanya perbedaan merek yang signifikan. Konsumen akan melakukan pembelian dengan mengambil merek tertentu secara berulangulang dimana hal tersebut dilakukan lebih karena kebiasaan daripada adanya kesetiaan terhadap suatu merek tertentu. 4) Perilaku pembelian yang mencari variasi : pada perilakun ini situasi pembelian ditandai oleh adanya keterlibatan yang rendah oleh konsumen, namun terdapat perbedaan merek yang signifikan. Situasi ini akan menyebabkan konsumen sering melakukan peralihan ke merek lain dan perpindahan merek ini biasanya karena mencari variasi dan bukan karena ketidakpuasan.
2.5.3 Proses Pembelian Philip Kotler (2005:223) menyatakan bahwa tahap-tahap dalam proses keputusan pembelian yang dilalui konsumen meliputi: 1) Pengenalan masalah Merupakan tahap awal dimulainya proses pembelian. Pada tahap ini pembeli merasakan adanya perbedaan antara keadaan aktualnya dengan keadaan yang diinginkannya. Kebutuhan itu dapat ditimbulkan oleh rangsangan eksternal maupun internal diri pembeli yang kemudian menjadi dorongan untuk mencari pemuasan terhadap kebutuhan tersebut. 2) Pencarian informasi Pada saat ini konsumen yang tergugah kebutuhannya akan terdorong untuk mencari informasi yang lebih banyak lagi, baik secara aktif maupun tidak. Melalui pengumpulan informasi, konsumen akan mengatasi tentang merekmerek yang bersaing dan keistimewaan merek tersebut, dan dengan informasi yang lebih banyak lagi akan mengantarkan konsumen kepada keputusan akhir mereka. 3) Evaluasi alternatif Pada tahap ini konsumen akan dihadapkan kepada beberapa alternatif pilihan merek yang tersedia. Tidak ada proses evaluasi tunggal sederhana bagi konsumen dalam situasi pembelian. Terdapat beberapa proses evaluasi keputusan
yang
berorientasi
kognitif,
yaitu
menganggap
konsumen
membentuk penilaian atas produk terutama secara sadar dan rasional.
4) Keputusan pembelian Dalam tahap ini, konsumen akan membentuk preferensi atas merek-merek dalam kumpulan pilihan, dimana konsumen juga mungkin membentuk niat untuk membeli produk yang paling disukai. Namun, ada dua faktor yang berada diantara niat pembeli dan keputusan pembelian, yaitu sikap orang lain dan faktor situasi yang tidak terinspirasi. 5) Perilaku pasca pembelian Setelah membeli suatu produk, konsumen akan mengalami tingkat kepuasan atau ketidakpuasan tertentu yang akan mempengaruhi perilaku pembelian berikutnya. Konsumen yang puas cenderung akan menjadi sarana yang baik dalam mempromosikan produk tersebut kepada orang lain.
2.6 Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya 1) Gede Eka Sastrawan (2005) dengan judul “Analisis Faktor-Faktor Perilaku Konsumen (Remaja) Dalam Menggunakan Telepon Genggam Di Kota Denpasar”. Permasalahan yang diangkat adalah para produsen telepon genggam yang saling berlomba merebut pangsa pasar penduduk kota Denpasar yang jumlahnya meningkat setiap tahun, dengan sebagian besar target adalah kalangan remaja. Dengan penerapan strategi bauran pemasaran yang terdiri atas produk, harga, promosi, dan saluran distribusi, dicari faktorfaktor apa yang dipertimbangkan remaja kota Denpasar dalam menggunakan telepon genggam dan variabel apa yang mewakili setiap faktor tersebut. Survei kuisioner kepada 100 orang responden dengan teknik accidental sampling terhadap variabel-variabel tersebut, untuk mendapatkan data memakai skala
likert. Data tersebut diolah dengan menggunakan analisis faktor dengan bantuan Program SPSS for Windows 11.50, sehingga penelitian ini menghasilkan 7 faktor yang menjadi pertimbangan konsumen (remaja) dalam menggunakan telepon genggam di kota Denpasar, yaitu : harga produk, promosi, pengalaman, pengetahuan, keluarga, kebudayaan, dan tempat. Persamaan dengan penelitian ini adalah teknik analisis data yang menggunakan analisis faktor. Perbedaannya pada objek penelitian, variabel yang diteliti, dan teknik pengambilan sampel. 2) Hadi
Prayito
(2005)
dengan
judul
“Analisis
Faktor-Faktor
Yang
Dipertimbangkan Konsumen Dalam Membeli Produk Furniture Pada UD. Twin’s Furniture Denpasar”. Permasalahan yang diangkat yaitu peningkatan ekspor furniture daerah Bali setelah peristiwa bom tahun 2002 merupakan peluang yang baik bagi perusahaan dalam industri ini, sehingga saling berebut pangsa pasar. Hal tersebut menjadi tantangan bagi UD. Twin’s Furniture untuk memenangkan persaingan dengan mencari faktor-faktor apakah yang dipertimbangkan konsumen dalam membeli produk furniture mereka dan variabel apa yang mewakili faktor tersebut. Kemudian dirumuskan variabelvariabel tersebut adalah harga terjangkau, harga bersaing, harga pantas/sesuai dengan kualitas, harga stabil, potongan harga, lokasi strategis, tempat mudah dijangkau, bahan baku terjamin, desain produk, kegunaan produk, pilihan produk, daya tahan, nama terkenal, pelayanan ramah, pelayanan cepat, informasi mudah didapat, brosur&katalog dan pameran. Hasil survei kuisioner variabel-variabel tersebut kepada 100 orang responden dengan metode
accidental sampling, didapatkan data dengan skala likert. Dengan bantuan SPSS for Windows 13.00, data diolah melalui analisis faktor sehingga penelitian ini menghasilkan 7 faktor yang dipertimbangkan oleh konsumen dalam membeli produk furniture pada perusahaan tersebut, yaitu harga, produk, desain, lokasi, fungsi produk, pelayanan dan promosi. Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah menggunakan teknik analisis faktor. Perbedaannya adalah objek yang diteliti, variabel yang diteliti, dan teknik pengambilan sampel.