BAB II LANDASAN TEORI STRATEGI PEMASARAN PRODUK SIMPANAN IDUL FITRI A. Pemasaran 1. Pengertian pemasaran Pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan-kegiatan pokok yang dilakukan oleh perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, untuk berkembang, dan mendapatkan laba.26Pemasaran
diartikan
sebagai
suatu
proses
usaha
yang
dibutuhkan dalam rangka memudahkan barang dan jasa dari lokasi produsen ke dalam jangkauan konsumen akhir. Didalam “proses” itu terkandung pula maksud dari produsen, yaitu berusaha memuaskan para konsumen pelanggan melalui penggunaan produknya, dan karena itu selanjutnya produsen mencapai tujuannya. Tujuan akhir setiap produsen adalah memperoleh laba melalui kepuasan konsumen.27 Strategi pemasaran adalah serangkaian tujuan dan sasaran, kebijakan dan aturan yang memberi arah kepada usaha-usaha pemasaran perusahaan dari waktu kewaktu, pada masing-masing tingkatan dan acuan serta alokasinya, terutama sebagai tanggapan
26
Basu Swastha Dharmamesta dan T. Hani Handoko, Manajemen Pemasaran Analisis Perilaku Konsumen, (Yogyakarta: BPFE, 2014), hlm. 3. 27 Sudarsono dan Edilius, Manajemen Koperasi Indonesia, (Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 2010), hlm. 67.
21
22
perusahaan dalam menghadapi lingkungan dan keadaan persaingan yang selalu berubah.28
2. Tujuan Strategi Pemasaran Setiap tindakan yang dilakukan oleh perusahaan, badan usaha tertentu mengandung suatu maksud dan tujuan tertentu. Penetapan tujuan ini disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai dapat dilakukan dengan berbagai pertimbangan yang matang. Kemudian ditetapkan
cara-cara
untuk
mencapai
tujuan
tersebut.
Dalam
prakteknya tujuan perusahaan dapat bersifat jangka pendek maupun jangka panjang. Demikian pula menjalankan kegiatan pemasaran suatu perusahaan memiliki kepentingan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Secara umum tujuan perusahaan adalah. 1. Memaksimalkan konsumsi atau dengan kata lain memudahkan dan merangsang konsumsi, sehingga dapat menarik nasabah untuk membeli maupun menggunkan produk yang ditawarkan. 2. Memaksimalkan kepuasan pelanggan melalui berbagai pelayanan yang diinginkan nasabah. Nasabah yang puasa akan menjadi ujung tombak pemasaran selanjutnya, karena kepuasan ini akan di tularkan kepada nasabah lainnya melalui ceritanya.
28
Sofjan Assauri, Manajemen Pemasaran, (Jakarta: Rajawali, 2014), hlm. 168-169.
23
3. Memaksimalkan pilihan (ragam
produk) dalam
arti
bank
mnyediakan berbagai produk bank sehingga nasabah memiliki ragam pilihan. 4. Memaksimalkan mutu hidup dengan memberikan berbagai kemudahan kepada nasabah dan menciptakan iklim yang efisien.29 Manfaat pemasaran bersasaran ialah untuk membatasi skop (lingkup)
pasar
yang
dilayani
pada
umumnya
juga
lebih
menguntungkan bagi perusahaan. Dengan kata lain, setidaknya perusahaan bersasaran dapat menikmati keuntungan sebagai berikut. 1. Alokasi sumber daya pemasaran yang efisien karena perusahaan dapat memilih sasaran yang lebih menarik (atraktif). 2. Lebih memahami kebutuhan dan keinginan pasar sehingga semakin sempit skop pasar yang dilayani, semakin paham sebuah perusahaan terhadap perilaku pasarnya. Dengan demikian, semakin mudah bagi perusahaan untuk mendesain produk, harga, tempat maupun promosi sesuai dengan karakteristik pasarnya. 3. Lebih memahami situasi persaingan. Pesaing adalah perusahan yang memperebutkan pasar yang sama atau perusahaan yang mengasilkan produk yang bersubsitusi dekat.30
29
Kasmir, Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), hlm. 66. 30 Nugroho J Setiadi, Perilaku Konsumen, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2014), hlm. 410.
24
B. Konsep Strategi Pemasaran Strategi pemasaran meliputi segmentasi pasar dan pembidikan pasar, strategi produk, strategi harga, strategi tempat, dan strategi promosi. Pasar yang menonjol pada masa Nabi Muhammad SAW adalah pasar konsumen. Untuk pemasaran produk konsumen, variabel segmentasi geografis, segmentasi demografis, segmentasi psikografi, segmentasi perilaku, segmentasi manfaat. 1. Segmentasi Pasar a. Segmentasi Geografis Segmentasi geografis merupakan pembagian pasar meliputi unitunit geografis yang berbeda, misalnya wilayah, negara, propinsi, kota, kepulauan dan berdasarkan musim. Sedangkan pada musim panas biasanya mereka berdagang sampai Bursa (syiria), sedangkan pada musim dingin mereka berdagang sampai Yaman. Demikian pula yang dilakukan Nabi Muhammad SAW, terutama sebelum pada masa kenabian. b. Segementasi Demografis Segmentasi demografis yang dilakukan Muhammad adalah pasar dikelompokkan berdasarkan keluarga, kewarganegaraan dan kelas sosial. Untuk keluarga, Muhammad menyediakan produk peralatan rumah tangga. Sedangkan produk dijual Nabi Muhammad SAW untuk warga negara asing di Bursa terdiri dari kismis, parfum, kurma kering, barang tenunan, batangan perak, dan ramuan.
25
c. Segmentasi Psikologi Segmentasi psikologi yang dilakukan Nabi Muhammad SAW adalah dengan mengelompokkan pasar dalam variabel gaya hidup, nilai dan kepribadian. Gaya hidup ditujukan oleh orang-orang yang menonjol daripada kelas sosial. Minat terhadap suatu produk dipengaruhi oleh gaya hidup, maka barang yang dibelikan oleh orang-orang tersebut untuk menunjukkan gaya hidupnya. Nabi mengetahui kebiasaan orang Bahrian, cara hidup penduduk Bahrin, cara mereka minum dan cara mereka makan. d. Segmentasi Perilaku Segmentasi perilaku yang dilakukan Nabi Muhammad SAW adalah dengan membagi kelompok berdasarkan status pemakai, kejadian, tingkat penggunaan, status kesetiaan, tahap kesiapan pembeli dan sikap. Pasar dapat dikelompokkan menjadi bukan pemakai, bekas pemakai,pemakai potensial, pemakai pertama kali dan pemakai tetap dari suatu produk. Hasbim bin „Abdul Manaf memulai karir binisnya dengan memperoleh ijin resmi untuk menjual barang-barang dari kulit di Bizantium di wilayah Syaria. Demikian pula „Amr bin al-„As dan pembisnis Hijaz yang menjual barang-barang dari kulit di Mesir dan Abissinia. e. Segmentasi Manfaat Segmentasi manfaat mengklarifikasikan pasar berdasarkan atribut (nilai) atau manfaat yang terkandung dalam suatu produk.
26
Konsumen akan mencari produk yang menyediakan manfaat khusus untuk memuaskan kebutuhannya. Nabi Muhammad SAW tidak hanya berdasarkan manfaat material, tetapi lebih dari itu adalah manfaat yang disebut maslahah. Maslahah adalah kepuasan kebutuhan manusia yang luas mencakup kebutuhan manajerial (almal), jiwa (al-nasl), kebenaran (ad-din), kecerdasan (al-aql), dan keluarga (al-nasl). Rasullah SAW menganjurkan agar mencari nilai maslahah, dengan memberikan do‟a sewaktu memasuki pasar.31
2. Pembidik Pasar Pembidik pasar juga berarti menentukan pesaing. Pada masa nabi Muhammad SAW yang menonjol dalam khalifah dagang adalah kesukaan dan kepribadian. Khalifah dagang harus meliputi posisi pesaing dan memutuskan posisinya yang baik. Penentuan posisi pedagang adalah tindakan untuk merancang citra pedagang serta nilai yang ditawarkan sehingga pelanggan dalam suatu segmen memahami dan menghargai kedudukan pedagang dalam kaitannya dengan pesaingnya. Tugas penentuan posisi terdiri dari tiga langkah: mengenali keunggulan pesaing yang mungkin unrtuk dimanfaatkan, memilih yang paling tepat dan secara efektif mengisyaratkan kepada pasar tentang posisi yang dipilih pedagang.
31
M. Suyanto, Etika Dan Strategi Bisnis Nabi Muhammad SAW, (Yogyakarta: CV Andi Offiset, 2008), hlm. 260.
27
a. Penentuan Posisi (positioning) 1. Strategi Produk Menurut Islam produk konsumen adalah berdayaguna, materi yang dapat dikonsumsi yang bermanfaat yang bernilai guna yang menghasilkan perbaikan material, moral, sepiritual bagi konsumen. Sesuatu yang tidak berdaya guna dilarang dalam Islam bukan merupakan produk dalam pengertian Islam. Dalam barang ekonomi konvensional adalah barang yang dapat dipertukarkan, tetapi barang dalam Islam adalah barang yang dapat dipertukarkan dan berdaya guna secara moral. Produk meliputi, kualitas, keistimewaan, desain, gaya, keaneka ragaman, bentuk, merek, kemasaan ukuran, pelayanan, jaminan dan pengembalian. 2. Strategi Harga Strategi harga yang digunakan Nabi Muhammad SAW berdasarkan prinsip suka sama suka. Prinsip tidak menyaingi harga orang lain dan tidak menyongsong membeli barang sebelum dibawa kepasar serta tidak berbohong. “janganlah kamu menjual menyaingi penjualan saudaramu” (bukhari). Nabi Muhammad SAW menetapkan strategi harga dengan prinsip membantu orang lain. Nabi Muhammad SAW menetapkan strategi harga meskipun dengan sahabat dekat.
28
3. Strategi Tempat Nabi Muhammad SAW menganjurkan untuk berjual beli di pasar. Dari Abdullah bin Umar, RA, katanya : Rasulullah SAW, :” janganlah kamu menjual menyaingi harga jual orang lain, dan janganlah kamu menyongsong membeli barang dagangan sebelum dibawa ke pasar”(bukhari). 4. Strategi Promosi Promosi yang dilakukan Rasulullah SAW lebih menekankan pada hubungan dengan pelanggan, meliputi berpenampilan menawan, membangun realisi, mengutamakan keberkahan, memahami pelanggan, mendapatkan kepercayaan, memberikan pelayanan hebat, berkomunikasi, menjalin hubungan yang bersifat pribadi, tanggap terhadap permasalahan, menciptakan perasaan
satu
komunitas,
berintegrasi,
menciptakan
keterlibatan dan menawarkan pilihan.32
3. Marketing mix Marketing mix merupakan inti dari sistem pemasaran. Marketing mix merupakan kombinasi dari empat variabel atau kegiatan yang merupakan inti dari sistem perusahaan, yakni: produk, harga, promosi dan distribusi.
32
Ibid, hlm. 262.
29
a. Produk Keputusan-keputusan tentang produk ini mencakup penentuan bentuk penawaran secara fisik, merknya, pembungkus, garansi, dan service sesudah penjualan. Pengembangan produk dapat dilakukan setelah menganalisa kebutuhan dan keinginan pasaranya. Jika masalah ini telah diselesaikan, maka keputusankeputusan tentang harga, distribusi dan promosi dapat diambil. b. Harga Pada setiap produk atau jasa yang ditawarkan, bagian pemasaran berhak menentukan harga pokok. Faktor-faktor yang perlu dipertimbanhkan dalam penetapan harga tersebut antara lain biaya, keuntungan, praktek saingan, dan perubahan keinginan pasar. Kebijakan harga ini menyangkut pula penetapan jumlah potongan,
mark-up, mark-down, dan
sebagainya. c. Distribusi Ada tiga aspek pokok yang berkaitan dengan keputusankeputusan tentang distribusi (tempat). Aspek tersebut adalah 1. Sistem transportasi perusahaan. 2. Sistem penyimpanan. 3. Pemilihan saluran distribusi.
30
d. Promosi Termasuk dalam kegiatan promosi adalah periklanan, personal selling, poromosi penjualan, dan publitas. Beberapa keputusan yang berkaitan dengan periklanan ini adalah pemilihan media (majalah, televisi, surat kabar, dan sebagainya), penentuan bentuk iklan dan beritanya. Penarikan, pemilihan, latihan, kompensasi, dan supervisi merupakan tugas manajemen dalam kaitannya dengan salesman (penjual). Promosi penjualan dilakukan dengan mengadakan suatu pameran, peragaan, demonstrasi,
contoh-contoh
dan
sebagainya.
Sedangkan
publisitas merupakan kegiatan yang hampir sama dengan periklanan, hanya biasanya dilakukan tanpa biaya.33 Tujuan
promosi
adalah
memberitahukan
dan
mengkomunikasikan kepada masyarakat tentang keberadaan produk, kemanfaatan, keunggulan, atribut-atribut yang dimiliki, harga, dimana dan cara memperolehnya. Kegitatan promosi menjadi penting apalagi di era keterbukaan informasi ini. Masyarakat telah dibuat kenyang dengan informasi yang membanjir. Oleh karena itu bank harus memilih cara yang efektif untuk biasa menyampaikan berita kepada masyarakat dengan efektif.
33
Basu Swastha dan Irawan, Manajemen Pemasaran Modern, (Yogyakarta: Liberty Yogyakarta, 2008), hlm.78-80.
31
Pada umunya bauran promosi (promotion mix) terdiri dari iklan (advertising), promosi penjualan (sales promosi), publisitas (publicity) dan penjualan personal (personnel selling). a. Iklan Iklan, merupakan bentuk promosi yang dilakukan dalam bentuk tayangan, atau gambar, atau kata-kata yang tertuang dalam bentuk brosur, spanduk, baliho (billboard), koran, majalah, televisi kabel, TV bandara, TV kereta api, dan lain-lain. b. Promosi penjualan Promosi penjualan, merupakan bentuk promosi yang ditujukan untuk
meningkatkan
penjualan
secara
langsung
melalui
kegiatan-kegiatan potongan harga, pemberian hadiah baik langsung maupun secara undian untuk produk tertentu, pada tempat tertentu dan pada waktu tertentu. c. Publisitas Publisitas, adalah bentuk promosi yang ditujukan untuk meningkatkan citra perusahaan dengan memberitahukan atau menyiarkan kegiatan positif perusahaan melalui kegiatan sponsorship atau melalui kegiatan-kegiatan amal dan sosial. d. Penjualan personal Penjualan
personal,
merupakan
bentuk
promosi
dengan
melakukan kegiatan penjualan langsung secara personal secara pribadi kepada konsumen. Keterlibatan karyawan secara pribadi
32
dalam personal selling ini dalam rangka memperkuat citra perusahaan bahwa semua komponen perusahaan terlibat dalam kemajuan perusahaan. Hal positif yang dinilai konsumen luar dengan personal selling adalah bahwa produk dan perusahaan tidak meragukan lagi karena karyawan terlibat dalam proses penjualan. 34
C. Sistem Jemput bola Sebagai lembaga keuangan yang belum lahir, BMT membutuhkn promosi dan sosialisasi secara lebih optimal di masyarakat. Keaktifan pengelola dalam memasarkan produknya dengan demikian merupakan komponen terpenting diantara komponen-komponen penting lainnya yang akan menentukan tingkat keberhasilan leluarga. Salah satu cara efektif yang dapat dilakukan untuk mencapai target-target pemasaran produk BMT diawal operasional adalah dengan melakukan pendekatan “jemput bola”, pendekatan mana dilakukan dengan cara petugas langsung mendatangi calon nasabah di rumah atau di tempat-tempat mereka berusaha. Pendekatan demikian merupakan langkah awal yang mungkin petugas
leluasa
memberikan
penjelasan
mengenai
konsep-konsep
keuangan syariah serta sistem dan prosedur (sisdur) yang berlaku dalam operasional BMT, sekaligus merupakan solusi bagi mereka yang memiliki
34
139.
Sentot Imam Wahjono, Manajemen Pemasaran, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), hlm.
33
tingkat kesibukan tinggi sehingga tidak memiliki cukup waktu untuk dapat berkunjung langsung ke BMT. Dari perspektif syariah, jemput bola dapat pula dipahami sebagai upaya BMT mengembangkan tradisi
silahturahmi
yang menurut
keterangan Nabi SAW, dapat menambah rezeki, memanjangkan umur, serta menjauhkan manusia dari dendam dan kebencian. Dari sini kemudian terbinalah persaudaran yang baik antara BMT dengan nasabah dan antara muslim atau dengan muslim lainnya (ukhuwawah Islamiyah). Jika keadaan ini benar-benar terwujud, BMT akan lebih cepat dikenal dan diakui masyarakat muslim secara luas. Kendati demikian, pendekatan jemput bola oleh pengelola BMT perlu dilakukan secara berlebihan karena dapat bersifat counter productif serta mengurangi tingkat efisiensi lembaga dalam menjalankan usaha, apalagi keadaannya sudah sedemikian maju dengan tingkat kesibukan yang semakin kompleks. Pendekatan jemput bola dapat saja dipertahankan namun secara propolsional dan dengan perhitungan-perhitungan yang wajar. Satu kalimat sederhana yang diperhatikan adalah, jangan sampai muncul kesan di masyarakat bahwa BMT itu miskin sehingga petugasnya setiap hari harus mondar-mandir mencari dana di masyarakat.35 Oleh sebab itu sistem pemasaran adalah kumpulan lembagalembaga yang melakukan tugas pemasaran, barang dan jasa, idea, dan faktor-faktor lingkungan 35
yang saling memberikan pengaruh dan
Makhalul Ilmu SM, Teori & Praktek Lembaga Mikro Keuangan Syariah, (Yogyakarta: UII Press Yogyakarta, 2002), hlm. 61-62.
34
membentuk serta mempengaruhi hubungan perusahaan dengan pasarnya. Sistem pemasaran itu sangat kompleks, apalagi bila termasuk faktor risiko dari ketidakpastian.36
D. Penghimpun Dana Prinsip Wadiah Wadiah dapat diartikan sebagai titipan dari satu pihak ke pihak lain, baik individu maupun maupun badan hukum yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penyimpan menghendakinya. Tujuan dari perjanjian tersebut adalah untuk menjaga keselamatan barang itu dari kehilangan, kemusnahan, kecurian dan sebagainya. Yang dimaksud dengan “barang” disini adalah suatu yang berharga seperti uang, dokumen, surat berharga dan barang lain yang berharga disisi Islam. Adapun rukun yang harus dipenuhi dalam transaksi dengan prinsip wadiah adalah sebagai berikut: a. Barang yang dititipkan. b. Penitip (Orang yang menitipkan) c. Orang yang menerima titipan/penerima titipan, dan d. Ijab Qobul. Bank sebagai penerima titipan tidak ada kewajiban untuk memberikan imbalan dan bank syariah sapat mengenakan biaya penitipan barang tersebut. Namun, atas kebijakannya bank syariah dapat memberikan “bonus” kepada penitip dengan syarat sebagai berikut.
36
M. Mursid, Manajemen Pemasaran, (Jakarta: BUMI AKSARA, 2014), hlm. 8.
35
1. Bonus merupakan kebijakan hak preogatif dari bank sebagai penerima titipan. 2. Bonus tidak disyaratkan sebelumnya dan jumlah yang diberikan, baik dalam prosentase maupun normal (tidak ditetapkan dimuka) Jadi, bank syariah tidak pernah berbagi hasil dengan pemilik dana prinsip wadiah dan pemberian bonus atau imbalan kepada pemilik dana wadiah merupakan kebijakan bank syariah yang satu tidak sama dengan bank syariah yang lain. Ada bank syariah yang memberi bonus dan ada bank syariah yang tidak memberikan bonus. Wadiah yad al dhamanah dengan karakteristik yaitu merupakan pengembangan dari Wadiah yad al amanah yang disesuaikan dengan aktifitas perekonomian. Penerima titipan diberi izin untuk menggunakan dan mengambil manfaat dari titipan tersebut (tidak idle). Penyimpan mempunyai kewajiban untuk tanggung jawab terhadap kehilangan / kerusakan barang tersebut. Semua keuntungan yang diperoleh dari titipan tersebut menjadi hak penerima titipan. Sebagai imbalan kepada pemilik barang/dana dapat diberikan semacam intensif berupa bonus yang tidak disyaratkan sebelumnya.37 1. Landasan Hukum FATWA
DEWAN
SYARI‟AH
NASIONAL
Nomor
02/DSN-
MUI/IV/2000 Tentang Tabungan
37
Wiroso, Penghimpun Dana dan Distribusi Hasil Usaha Bank Syariah, (Jakarta: PT Grasindo, 2005), hlm. 20.
36
a. Firman Allah QS. An-Nisa‟ [4]: 29: ... ض ِمن ُك ْم ٍ إِالَّ تَ ُكوْ نَ تِ َجار ة َْن ت ََزا
يَآ أَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ آ َمنُوْ ا الَتَؤْ ُكلُوْ ا أَ ْم َوالَ ُك ْم بَ ْينَ ُك ْم
Hai orang yang beriman! Janganlah kalian saling memakan (mengambil) harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku atas dasar suka sama suka diantaramu...” b. Firman Allah QS. Al-Ma‟idah [5]: 2: … ِ ْيَآ أَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ آ َمنُوْ ا أَ ْ ُوْ ا بِ ْال ُ ُو “Hai orang yang beriman! Penuhilah akad-akad itu …”.
c. Hadis Nabi riwayat Ibnu Majah: ٌ َ ثَال: ُ َ لَ ْي ِو َ آلِ ِو َ َ لَّ َم َا َا , اَ ْلبَ ْي ُح إِلَى أ َج ٍل: ُث ِ ْي ِهنَّ ْالبَ ُز َكت هيب
َ لَّى
َّ ِأَ َّن النَّب
ت الَ لِ ْلبَي ِْع ر اه ابن ماجه ن ِ َ َخ ْلطُ ْالبُ ِّز بِال َّش ِ ي ِْز لِ ْلبَ ْي,َُ ْال ُ َا َر َ ت
“Nabi bersabda, “Ada tiga hal yang mengandung berkah : jual beli secara tunai, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum dengan jawawut untuk keperluan rumah tangga, bukan untuk dijual.” (HR. Ibnu Majah dari Shuhayb).38
38
MUI, Himpunan Fatwa Keuangan Syariah, (Jakarta: Erlangga, 2014), hlm. 49.