BAB II LANDASAN TEORI
II. A. TREATMENT DELAY II. A. 1. Pengertian Treatment Delay Sarafino (2006), mendefinisikan treatment delay sebagai rentang waktu yang berlalu antara ketika seorang individu pertama sekali mengalami symptom penyakit dan ketika individu tersebut memasuki perawatan medis. Sejalan dengan pengertian tersebut Taylor (1995) menyatakan bahwa treatment delay terjadi ketika individu mengalami suatu penyakit dan membiarkannya sampai berharihari, berbulan-bulan atau bahkan menahun tanpa mencari pertolongan dari praktisi kesehatan.
II.A. 2. Tahapan Treatment Delay Penelitian ini mengacu pada teori yang dikemukakan oleh safer (1979), tentang tahapan treatment delay yaitu : a. Apraisal delay Apraisal delay is the time
person takes to interpret a symptom as an
indication of illness (safer dkk, 1979).
Apraisal delay diartikan sebagai jumlah waktu yang berlalu yang digunakan individu untuk menginterpretasikan suatu simptom sebagai suatu indikasi penyakit. Pada tahap appraisal delay, pengalaman sensoris dari suatu symptom
Universitas Sumatera Utara
memiliki dampak yang besar terhadap delay. Pasien akan lebih mengenali suatu simptom sebagai indikasi suatu penyakit jika mereka mengalami rasa sakit yang parah atau pendarahan daripada tidak mengalaminya
b. Illness delay “ illness delay is the time taken between recognizing one is ill and deciding to seek medical attention.” (safer dkk, 1979)
Illness delay merupakan jumlah waktu yang berlalu antara mengenali bahwa seorang individu sakit dan memutuskan untuk mencari perhatian medis. Pola pikir tentang simptom yang dialami memiliki dampak yang besar terhadap illness delay. Individu memutuskan untuk mencari perhatian medis lebih cepat ketika simptom yang dialaminya baru dari pada yang sudah familiar, dan jika mereka tidak terlalu memikirkan simptom tersebut serta implikasinya.
c. Utilization delay “Utilization delay is the time after deciding to seek medical care until actually going in to use that health service”(safer dkk, 1979)
Utilization delay merupakan jumlah waktu setelah memutuskan untuk mencari perawatan medis sampai akhirnya menggunakan pelayanan medis. Persepsi benefit dan barrier merupakan hal yang penting. Delay akan semakin
Universitas Sumatera Utara
singkat bagi individu yang tidak terlalu memikirkan mengenai biaya pengbatan, memiliki rasa sakit yang parah dan merasa bahwa penyakit yang mereka
alami
dapat
disembuhkan.
Penelitian
membuktikan
bahwa
permasalahan yang tidak berhubungan dengan penyakit seperti perceraian dapat meningkatkan total treatment delay. Total treatment delay merupakan jumlah dari illness delay, appraisal delay dan utilization delay..
II. A. 4. HEALTH BELIEF MODEL Menurut health belief model, Kemungkinan individu melakukan perilaku pencegahan atau disebut juga sebagai perilaku sehat tergantung pada dua penilaian yang dilakukan oleh individu tersebut.Penilaian ini meliputi perceived threat dan perceived benefit and barrier. Perceived threat merupakan perasaan seorang individu terhadap permasalahan kesehatan yang dialami oleh individu. Becker dan rosenstock, 1984 (dalam sarafino,2006) membagi perceived threat dalam tiga dasar yaitu : 1. Perceived seriousness Individu mempertimbangkan seberapa parah konsekuensi organik dan sosial yang mungkin muncul jika permasalahan kesehatannya berkembang atau membiarkan penyakitnya tanpa di beri penanganan dari praktisi kesehatan. Semakin individu merasa bahwa penyakit yang ia alami itu serius maka akan semakin dipersepsikan sebagai hal yang mengancam dan melakukan tindakan pencegahan. 2. Perceived susceptibility
Universitas Sumatera Utara
Individu akan mengevaluasi kemungkinan individu mengalami suatu penyakit yang semakin berkembang. Semakin individu mempersepsikan bahwa penyakit yang ia alami beresiko, maka akan membuat individu mempersepsikannya
sebagai
ancaman
dan
melakukan
tindakan
pengobatan. 3. Cues to action Peringatan mengenai masalah kesehatan yang berpotensi dapat meningkatkan kecenderungan individu untuk untuk mempersepsikannya sebagai ancaman dan melakukan tindakan. Cues to action dapat memiliki beraneka macam bentuk seperti iklan layanan masyarakat tentang bahaya merokok, artikel di koran dan lain-lain. Perceived benefit and barrier. Dalam perceived benefit Individu menilai keuntungan dalam memperoleh layanan kesehatan misalnya semakin sehat ketika sudah memperoleh layanan kesehatan, dan dalam perceived barrier individu menilai kerugian jika memperoleh layanan kesehatan.Kerugian yang terdapat jika individu menerima layanan kesehatan adalah: biaya, konsekuensi psikologis (misalnya, takut dikatakan semakin tua jika melakukan cek-up), pertimbangan fisik (misalnya, jarak rumah sakit yang jauh sehingga sulit untuk mencapainya
II. A. 5. Kelompok Yang Menggunakan Layanan Kesehatan
Universitas Sumatera Utara
a. Usia dan jenis kelamin Salah satu faktor yang mempengaruhi penggunaan layanan kesehatan adalah usia. Secara umum anak-anak dan lansia (lanjut usia) memiliki kontak yang lebih ssering dengan dokter dari pada usia remaja atau usia dewasa madya (NCHS, dalam Sarafino, 2006). Anak-anak biasanya mengunjungi praktisi kesehatan untuk vaksinasi atau pemeriksaan fisik secara keseluruhan. Praktisi memiliki kontak yang jarang mulai dari usia kanak-kanak akhir tetapi kembali meningkat pada usia madya dan lansia (lanjut usia). Jenis kelamin juga mempengaruhi terhadap perilaku untuk mencari layanan kesehatan. Wanita memiliki peringkat yang lebih tinggi dalam hal mengunjungi
praktisi
kesehatan
daripada
pria
(NCHS,2000,
dalam
Sarafino,2006) b. Faktor sosiokultural Perbedaan sosiokultural juga mempengaruhi individu dalam penggunaan layanan kesehatan.Berdasarkan penelitian yang dilakukan di amerika ditemukan bahwa persentase individu yang mencari layanan kesehatan akan meningkat sejalan dengan peningkatan pendapatan individu tersebut (NCHS, dalam Sarafino, 2006).
II. A. 5. Tahapan Treatment Delay Ditinjau Dari Health Belief Model Menurut sarafino (2006), treatment delay adalah rentang waktu yang berlalu antara ketika seorang individu pertama sekali mengalami simptom dan
Universitas Sumatera Utara
ketika individu tersebut memasuki perawatan medis. Sejalan dengan pengertian tersebut Taylor (1995) treatment delay terjadi ketika individu mengalami suatu penyakit dan membiarkannya sampai berhari-hari, berbulan-bulan atau bahkan menahun tanpa mencari pertolongan dari praktisi kesehatan. Tahapan treatment delay ini terdiri dari tiga tahapan yaitu : appraisal delay, illness delay dan utilization delay. Salah satu faktor yang mempengaruhi treatment delay ini dapat dikaji berdasarkan health belief model. Menurut health belief model, seorang individu akan melakukan perilaku sehat tergantung pada dua penilaian yaitu perceived threat dan perceived benefit and barrier. Perceived threat memiliki tiga komponen, pertama perceived seriousness, dalam perceived seriousness dikatakan bahwa semakin individu merasa bahwa penyakitnya tidak serius maka individu tersebut tidak akan mencari pertolongan kesehatan. Kedua, perceived susceptibility, menurut perceived susceptibility, semakin individu merasa bahwa ia tidak terkena suatu penyakit atau symptom penyakit tertentu maka individu tersebut tidak akan mencari pengobatan. Ketiga, cues to action, yaitu semakin individu memiliki faktor eksternal seperti keluarga, teman dll yang mendorong dirinya untuk memperoleh pengobatan maka akan semakin besar kemungkinan individu untuk mencari pertolongan pada praktisi kesehatan. Komponen health belief yang kedua yaitu perceived benefit and barrier. Semakin seorang individu mempersepsikan bahwa perilaku berupa mencari dan memperoleh pengobatan adalah hal yang menguntungkan (perceived benefit), maka akan semakin besar kemungkinan individu untuk mencari pengobatan dan
Universitas Sumatera Utara
begitu pula sebaliknya, semakin individu merasa bahwa memperoleh pengobatan adalah hal yang merugikan (perceived barrier) maka akan semakin besar kemungkinan individu untuk mencari pengobatan dari praktisi kesehatan. Beberapa penelitian mengungkap bahwa ketika individu tidak merasa terancam dengan penyakit yang ia alami maka ia dapat membiarkan penyakit tersebut hingga berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun (NEWSRx dalam infotac college edition, 2004). Penelitian lain membuktikan bahwa individu semakin antusias
untuk
mencari
pengobatan
jika
pengobatan
tersebut
sangat
menuntungkan bagi individu (Christine, Richard, karen, susan,dalam infotac college edition, 2005). Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa masalah kesehatan tidak hanya menyangkut permasalahan fasilitas kesehatan dan managementnya namun hal yang terpenting adalah persepsi masyarakat itu sendiri terhadap penyakitnya. Ketika masyarakat mempersepsikan bahwa penyakit yang ia alami adalah hal yang biasa-biasa saja atau tidak mengancam dirinya, atau bahkan memperoleh pengobatan adalah suatu hal yang merugikan, maka tidak bergunalah semua fasilitas dan management yang sudah dibuat.
II. B. Hipotesa Penelitian
Universitas Sumatera Utara
Hipotesa dalam penelitian ini yaitu terdapat pengaruh health belief terhadap tahapan treatment delay.
Universitas Sumatera Utara