BAB II LANDASAN TEORI II. A. SIKAP II.A.1. Definisi Sikap Allport (dalam Hogg, 2004) mendefinisikan sikap sebagai sebuah kecendrungan untuk bertingkah laku dengan cara tertentu dalam situasi sosial. Sikap merujuk pada evaluasi individu terhadap berbagai aspek dunia sosial serta bagaimana evaluasi tersebut memunculkan rasa suka atau tidak suka individu terhadap isu, ide, orang lain, kelompok sosial dan objek (Baron, 2004) Sikap pada awalnya diartikan sebagai suatu syarat untuk munculnya suatu tindakan. Fenomena sikap adalah mekanisme mental yang mengevaluasi, membentuk pandangan, mewarnai perasaan, dan akan ikut menentukan kecenderungan perilaku kita terhadap manusia atau sesuatu yang kita hadapi, bahkan terhadap diri kita sendiri. Pandangan dan perasaan kita terpengaruh oleh ingatan akan masa lalu, oleh apa yang kita ketahui dan kesan kita terhadap apa yang sedang kita hadapi saat ini (Azwar, 2005). Morgan (dalam Sukadji, 1993) menyatakan sikap adalah suatu evaluasi, yang merupakan predisposisi perolehan belajar. Predisposisi mengarahkan prilaku yang evaluatif yang konsisten terhadap orang, sekelompok orang, suatu objek, atau sekelompok objek. Pernyataan evaluatif dapat bermacam-macam, seperti senang-tidak senang, pro-anti, setuju-tidak setuju, positif-negatif, dan sebagainya. Azwar (2005), menggolongkan definisi sikap dalam tiga kerangka pemikiran. Pertama, sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Berarti sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau 13
Universitas Sumatera Utara
memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada objek tersebut. Kedua, sikap merupakan semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu. Ketiga skema triadik (triadic schema). Menurut pemikiran ini suatu sikap merupakan konstelasi komponen kognitif, afektif dan konatif yang saling berinteraksi didalam memahami, merasakan dan berperilaku terhadap suatu objek. Berdasarkan yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa sikap adalah suatu bentuk evaluasi perasaan dan kecenderungan potensial untuk bereaksi yang merupakan hasil interaksi antara komponen kognitif, afektif dan konatif yang saling bereaksi didalam memahami, merasakan dan berperilaku terhadap suatu objek. II.A.2. Komponen Sikap Sikap dibagi menjadi tiga komponen yaitu kognitif, afektif, dan konatif. Komponen kognitif, adalah komponen yang terdiri dari pengetahuan. Komponen afektif, adalah komponen yang berhubungan dengan perasaan senang atau tidak senang, sehingga bersifat evaluatif. Komponen konatif, adalah komponen sikap yang berupa kesiapan seseorang untuk berperilaku yang berhubungan dengan objek sikap (dalam Azwar, 2005). Mann (dalam Azwar, 2005) menjelaskan bahwa komponen kognitif berisi persepsi, kepercayaan, dan stereotipe yang dimiliki individu mengenai sesuatu. Seringkali komponen kognitif ini dapat disamakan dengan pandangan (opini), terutama apabila menyangkut masalah isu atau problem yang kontroversial. Komponen afektif merupakan perasaan individu terhadap objek sikap dan menyangkut masalah emosi. Aspek emosional inilah yang biasanaya berakar 14
Universitas Sumatera Utara
paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin akan mengubah sikap seseorang. Komponen perilaku berisi tendensi atau kecenderungan untuk bertindak atau bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu. II.A.3 Ciri- Ciri Sikap Walgito (1989) mengatakan sikap mempunyai ciri-ciri yang berbeda dengan faktor pendorong yang lain. Ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut: 1. Memiliki objek. Objek sikap dapat berupa konsep abstrak seperti situasi, merk, maupun konsep abstrak seperti produk,kelompok atau individu. Sikap itu selain bertujuan pada suatu objek juga dapat pada sekumpulan objek. 2. Memiliki arah tertentu. Sikap seseorang menunjukkan bagaimana seseorang menangani suatu objek sikap yang dinyatakan dengan menyetujui atau tidak, suka atau tidak suka, sejauh mana tingkat ketidaksukaan dan sejauh mana tingkat keyakinannya. 3. Memiliki struktur. Sikap tidak berdiri sendiri tetapi berhubungan dengan bentuk-bentuk mekanisme psikologis yang lain, sehingga berbentuk suatu kesatuan psikologis yang kompleks, akibatnya sikap memiliki sifat stabil, konstan dan membentuk generalisasi. 4. Sikap merupakan hasil belajar. Sikap tidak dibawa sejak lahir, tetapi individu memperolaehnya melalui pengalaman nyata seperti informasi dari teman, media massa, dan penjual. Sikap sebagai hasil belajar cenderung bertambah kuat dan semakin sulit untuk dirubah. 15
Universitas Sumatera Utara
II.A.4. Karakteristik Sikap. Sax (1980) menjelaskan beberapa karakteristik sikap yaitu: 1. Arah. Sikap terpilah pada dua arah kesetujuan, yaitu setuju atau tidak setuju, apakah mendukung atau tidak mendukung terhadap sesuatu atau seseorang sebagai objek. 2. Intensitas. Kedalaman atau kekuatan sikap terhadap sesuatu. Sua orang yang sama tidak sukanya terhadap sesuatu, yaitu sama-sama memiliki sikap yang berarah negatif belum tentu memiliki sikap negatif yang sama intensitasnya. 3. Keleluasan. Kesetujuan atau ketidaksetujuan terhadap suatu objek sikap dapat mengenai hanya aspek yang sedikit dan sangat spesifik akan tetapi dapat pula mencakup banyak sekali aspek yang sama pada objek sikap. 4. Konsistensi. Kesesuaian antara pernyataan sikap yang dikemukakan dengan responnya terhadap objek sikap termaksud. 5. Spontanitas Menyangkut sejauhmana kesiapan individu untuk menyatakan sikapnya secara spontan. Sikap dikatakan memiliki spontanitas yang tinggi apabila dapat dinyatakan secara trebuka tanpa harus melakukan pengungkapan atau desakan terlebih dahulu agar individu dapat mengemukakannya. II.A.5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap
16
Universitas Sumatera Utara
Azwar (2005) mengatakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi sikap yaitu : 1. Pengalaman pribadi Apa yang telah dan sedang dialami kita alami akan membentuk dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimullus sosial. 2. Kebudayaan Kebudayaan Dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita. 3. Pengaruh orang lain yang dianggap penting. Orang lain disekitar kita merupakan salah satu diantara komponen sosial yang ikut mempengaruhib sikap kita. 4. Media massa. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah dll, mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. 5. Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama. Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. 6.
Pengaruh faktor emosional Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang. Kadang-kadang, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai
17
Universitas Sumatera Utara
semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk Mekanisme pertahanan ego. II.A.6. Pembentukan Sikap Sikap terbentuk dari adanya interaksi yang dialami oleh individu. Sikap dibentuk sepanjang perkembangan hidup manusia. Melalui pengalaman berinteraksi dengan lingkungan sosialnya, seseorang membentuk sikap tertentu. Dalam interaksi sosial terjadi hubungan saling mempengaruhi di antara individu yang satu dengan yang lain. Melalui interaksi sosialnya individu bereaksi membentuk pola sikap tertentu terhadap objek psikologis yang dihadapinya (Azwar, 2005). II.A.7. Perubahan Sikap Proses perubahan sikap selalu dipusatkan pada cara-cara manipulasi atau pengendalian situasi dan lingkungan untuk menghasilkan perubahan sikap ke arah yang dikehendaki. Dasar-dasar manipulasi diperoleh dari pemamahaman mengenai organisasi sikap, faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan dan proses perubahan sikap. Kelman (dalam Azwar, 2005) menunjukkan bagaimana sikap dapat berubah melaui tiga proses yaitu kesediaan, identifikasi, dan internalisasi. Kesediaan terjadi ketika individu bersedia menerima pengaruh dari orang lain atau dari kelompok lain dikarenakan individu berharap untuk memperoleh reaksi atau tanggapan positif dari pihak lain tersebut. Identifikasi terjadi saat individu meniru perilaku atau sikap seseorang atau sikap sekelompok lain dikarenakan sikap tersebut sesuai dengan apa yang dianggap individu sebagai bentuk hubungan yang menyenangkan antara individu dengan pihak lain termaksud. Internalisasi terjadi 18
Universitas Sumatera Utara
saat individu menerima pengaruh dan bersedia bersikap menuruti pengaruh itu dikarenakan sikap tersebut sesuai dengan apa yang dipercayai individu dan sesuai dengan sisterm nilai yang dianutnya. Kelman (dalam Azwar, 2005) selanjutnya mengatakan bahwa proses mana yang akan terjadi dari ketiga proses tersebut banyak bergantung pada sumber kekuatan pihak yang mempengaruhi, berbagai kondisi yang mengendalikan masing-masing proses terjadinya pegaruh, dan implikasinya terhadap permanensi perubahan sikap. II.A.8. Fungsi Sikap Baron (2004) mengatakan; Pertama, sikap berfungsi sebagai skema kerangka kerja mental yang membantu individu untuk menginterpretasi dan memproses berbagai jenis informasi. Kedua, sikap memiliki fungsi harga diri (self-esteem
function)
yang
membantu
individu
mempertahankan
atau
meningkatkan perasaan harga diri. Ketiga, sikap berfungsi sebagai motivasi untuk menimbulkan kekaguman atau motivasi impresi (impression motivation function). Menurut Kartz (dalam walgito, 2002), sikap mempunyai empat fungsi: 1. Fungsi instrumental, fungsi penyesuaian atau fungsi manfaat. Fungsi ini berkaitan dengan sarana-tujuan-sikap merupakan sarana untuk mencapai tujuan.individu memandang sejauh mana objek sikap dapat digunakan sebagai sarana atau sebagai alat dalam rangka pencapaian tujuan. Bila objek sikap dapat membantu seseorang dalam mencapai tujuannya, maka orang akan bersifat positif terhadap objek tersebut, sebaliknya bila objek sikap dalam pencapaian tujuan,maka individu akan bersikap negatif terhadap objek sikap tersebut. Karena itu fungsi ini disebut dengan fungsi manfaat, yaitu sampai sejauh mana objek 19
Universitas Sumatera Utara
sikap bermanfaat dalam rangka pencapaian tujuan. Fungsi ini disebut juga fungsi penyesuaian, karena dengan sikap yang diambil,seseorang dapat menyesuaikan diri dengan cara yang baik terhadap sekitarnya. 2. Fungsi pertahanan Ego. Merupakan sikap yang diambil seseorang demi memppertahankan ego atau akunya. Sikap ini diambil oleh seseorang pada saat orang tersebut terancam keadaan dirinya atau egonya. Demi mempertahankan egonya, orang yang bersangkutan mengambil sikap tertentu. 3. Fungsi ekspresi nilai. Sikap yang ada pada seseorang merupakan jalan bagi individu untuk mengekspresikan nilai yang ada pada dirinya. Dengan mengekspresikan diri seseorang akan mendapat kepuasan, dapat menunjukkan keadaan dirinya. Dengan individu mengambil sikap tertentu terhadap nilai tertentu. Ini menggambarkan keadaan sistem nilai yang ada pada diri individu dapat dilihat dari sikap yang diambil oleh individu yang bersangkutan terhadap nilai tersebut. 4. Fungsi pengetahuan. Individu mempunyai dorongan untuk ingin mengerti dengan pengalamapengalaman memperoleh pengetahuan. Elemen-elemen dari pengalamnnya yang tidak konsisten dengan apa yang diketahui oleh individu, akan disusun kembali atau dirubah sedemikian rupa sehingga menjadi konsisten. Ini berarti bila seseorang mempunyai sikap tertentu terhadap suatu objek, menunjukkan tentang pengetahuan orang tersebut terhadap sikap yang bersangkutan. II.B. Hukuman Cambuk
20
Universitas Sumatera Utara
Hukuman cambuk merupakan jenis hukuman badan. Alat cambuk atau pemukul terbuat dari rotan berdiameter 0,75 cm hingga 1 cm, dengan panjang 1 meter. Pemukul tidak mempunyai ujung ganda dan pada pangkalnya ada tempat pegangan. Untuk terpidana pria akan dicambuk dalam posisi berdiri, sementara terpidana wanita dicambuk dalam posisi duduk. Pelaksanaan hukuman cambuk ini merupakan pelaksanaan Syariat Islam di Aceh sebagaimana yang diatur dalam undang undang nomor 13 tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional pasal 13. Di jelaskan Rencana Pembangunan Jangka Panjang untuk Daerah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang ditetapkan dengan Qanun (Mahkamah syari’ah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, 2003). Pada masa awal Islam, cambuk menjadi bentuk hukum pidana ta’zîr (ketentuan hukum yang ditetapkan penguasa), namun para ulama berbeda pendapat soal jumlah cambukan. Menurut Abu Hanifah, Syafi’iyah, dan Hanabilah, hukum cambuk untuk pidana ta’zir tidak boleh melebihi sanksi paling rendah dalam hudûd (tindak pidana yang batasan hukumannya sudah ditentukan Alquran atau hadis), yaitu 40 kali bagi peminum khamr. Menurut Abu Yusuf, sanksi cambuk pidana ta’zir tidak boleh melewati 75 kali. Menurut Malikiyah, tidak ada batasan jumlah cambukan ta’zir dan sepenuhnya terserah imam (pemerintah/pembuat qanun/pengadilan), sehingga imam bisa menetapkan ta’zir di bawah, setara, atau melebihi sanksi hudûd (Rumadi, 2005). Di Provinsi Nanggroe Aceh Darusalam batasan penetapan jumlah hukuman cambuk diatur dalam peraturan Daerah (Qanun) Propinsi NAD Nomor 13 Tahun 2004 tentang perjudian (maisir), minuman keras (Khamr), dan zina (khalwat). Dalam qanun disebutkan, setiap orang dilarang melakukan perjudian 21
Universitas Sumatera Utara
(maisir), minuman keras (Khamr), dan zina (khalwat) Bagi yang melanggar diancam sanksi cambuk di muka umum sebanyak 6-12 kali (Rumadi, 2005). II.C. Masyarakat Aceh Masyarakat adalah sebuah komunitas yang interdependen (saling tergantung satu sama lain) yang membentuk sebuah sistem semi tertutup atau semi terbuka, dimana sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut (Bintarto, 2008). Masyarakat Aceh adalah sebuah komunitas yang terdiri dari orang-orang Aceh sebagai sebuah entitas etnis dan wilayah tertentu yang sangat berbeda dengan etnis atau wilayah lainnya di Indonesia. Masyarakat Aceh adalah masyarakat yang pluralistis dan “terbuka memiliki hubungan kekerabatan yang telah terbina sejak beberapa abad yang lalu. Masyarakat Aceh tunduk dan taat kepada Islam serta memperhatikan fatwa ulama. Propinsi
Nanggroe
Aceh
Darussalam
merupakan
suatu
wilayah
Pemerintahan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia, saat ini terdiri atas 16 (enam belas) Pemerintahan Kabupaten yaitu kabupaten Aceh Besar, Pidie, Bireun, AcehUtara, Aceh Timur, Aceh Tamiang, Aceh Tengah, Aceh Jaya, Aceh Barat Daya, Aceh Selatan, Aceh Singkil Aceh Tenggara Dan Gayo Lues. Dan 4 (empat) Pemerintah Kota yaitu Pemerintahan Kota Banda Aceh, Sabang, Lhoksumawe dan Langsa. Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam didiami secara turun temurun oleh suku Aceh, Suku Gayao, Suku Alas, Suku Tamiang, Suku Aneuk Jame, Suku Kluet,Suku Seumelu dan Suku Singkil serta Suku Lainnya. Suku Aceh dan suku lainnya merupakan pemeluk agama Islam dan pendukung kebudayaan yang 22
Universitas Sumatera Utara
meliputi bahasa, adat istiadat dan corak kesenian tersendiri yang tidak terlepas dari nilai-nilai ajaran agama Islam yang dianut (Qanun Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam nomor 12 Tahun 2004).
23
Universitas Sumatera Utara