BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pendidikan Kesehatan Pendidikan kesehatan adalah membantu agar orang mengambil sikap yang bijaksana terhadap kesehatan dan kualitas hidup mereka (Suiraoka & Supariasa, 2012). Tujuan pendidikan kesehatan sendiri adalah untuk merubah perilaku orang atau masyarakat dari perilaku tidak sehat menjadi perilaku sehat (Machfoedz & Suryani, 2008). a. Pengertian Pendidikan Kesehatan Menurut Triwibowo dan Pusphandani (2015) pendidikan adalah suatu proses mencapai tujuan, artinya pendidikan berupa serangkaian kegiatan yang bermula dari kondisi-kondisi aktual dari individu yang belajar, tertuju pada pencapaian individu yang diharapkan. Menurut Nyswander (1947) dalam Machfoedz & Suryani (2008) pendidikan kesehatan adalah suatu proses perubahan pada diri manusia yang ada hubungannya dengan tercapainya tujuan kesehatan perorangan dan masyarakat. b. Konsep Pendidikan Kesehatan Konsep dasar pendidikan kesehatan adalah suatu proses belajar sehingga terjadi perubahan dari tidak tahu menjadi tahu atau dari tidak bisa mengerjakan sesuatu menjadi mampu mengerjakan sesuatu untuk menghasilkan suatu sikap dan perilaku tertentu ketika menghadapi
7
8
suatu keadaan tertentu (Fitriani, 2011; Machfoedz & Suryani, 2008; Notoatmodjo, 2007a). Faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar antara lain (Machfoedz & Suryani, 2008): 1. Faktor manusia Faktor ini menyangkut pendidik maupun peserta didik. Hal yang berperan di sini adalah: a) Kematangan Kematangan di sini termasuk kematangan fisik, psikis dan sosial. b) Pengetahuan yang diperoleh sebelumnya Pengetahuan oleh pendidik maupun peserta didik sangat berpengaruh pada proses belajar-mengajar. Hal ini akan lebih baik jika pendidik maupun peserta didik telah banyak memperoleh pengetahuan yang sedang dipelajari. c) Motivasi Bila pendidik maupun peserta didik sama-sama memiliki motivasi tinggi terhadap materi yang sedang dipelajari, tentu hasilnya akan lebih baik daripada sebaliknya. 2. Faktor beban tugas dan materi pendidikan kesehatan a) Bentuk beban tugas Beban
tugas
untuk
mengubah
perilaku
yang
memerlukan ketrampilan otot tentu akan berbeda dengan
9
perubahan perilaku yang berupa menggunakan kata-kata, seperti bernyanyi atau membaca. Di samping itu, beban tugas juga bisa berupa penggunaan bahasa yang sulit dipahami saat kegiatan belajar. b) Banyaknya materi beban tugas Bila beban tugas banyak dan kompleks tentu akan lebih berat dari pada pembelajaran yang hanya sedikit dan sederhana. c) Jelas Apabila materi jelas maka proses belajar-mengajar akan lebih baik. d) Lingkungan Apabila lingkungan masyarakat menentang beban tugas pendidikan, tentu akan sulit untuk berhasil baik. 3. Cara pelaksanaan Hal-hal yang berkaitan dengan proses belajar-mengajar dalam hal ini adalah (Machfoedz & Suryani, 2008): a) Fasilitas dan sumber Bila fasilitas untuk belajar memadai, sumber materinya cukup, tentu akan lebih berhasil. b) Rutinitasnya Proses belajar-mengajar yang dilakukan secara rutin akan jau lebih berhasil daripada yang bersifat insidental.
10
c) Minat dan motivasi Cara pembelajaran yang dilaksanakan sedemikian rupa sehingga membangkitkan minat dan motivasi peserta didik tentu akan lebih berhasil. d) Persiapan mental Kesiapan mental untuk mengikuti pendidikan kesehatan sangat diperlukan. Bila peserta didik belum siap mental tentu proses belajar-mengajar kurang sukses. 4. Feed back atau umpan balik Feed back atau umpan balik cukup penting untuk dilakukan. Misalnya jika hasil ujian dibagikan kepada peserta didik, maka peserta
didik
akan
mengetahui
kesalahannya
dan
akan
memperbaiki di kemudian hari. Kemudian bila ada peserta didik yang hasilnya baik, diberikan hadiah. Di samping itu, umpan balik juga bisa dilakukan dengan meminta peserta didik untuk menyampaikan kembali pokok-pokok bahasan yang sudah disampaikan saat kegiatan belajar. c. Prinsip Pendidikan Kesehatan Pendidikan
kesehatan
adalah
suatu
penerapan
dalam
memberikan pendidikan di bidang kesehatan dan merupakan suatu kegiatan untuk membantu individu, kelompok atau masyarakat dalam meningkatkan kemampuan atau perilakunya untuk mecapai kesehatan secara optimal (Triwibowo dan Pusphandani, 2015). Menurut
11
Notoatmodjo (2007a), hasil pendidikan kesehatan baru dapat dilihat beberapa tahun setelah dilakukan. Sedangkan dalam waktu yang pendek (immediate impact) pendidikan kesehatan menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan masyarakat. Pengetahuan kesehatan sendiri akan berpengaruh kepada perilaku sebagai hasil jangka menengah (intermediate impact) dari pendidikan kesehatan. Selanjutnya perilaku kesehatan akan berpengaruh pada meningkatnya indikator kesehatan masyarakat sebagai keluaran (outcome) pendidikan kesehatan. d. Faktor-faktor dalam Pendidikan Kesehatan Secara operasional pendidikan kesehatan adalah semua kegiatan untuk memberikan dan atau meningkatkan pengetahuan, sikap dan praktik masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri (Notoatmodjo, 2007c). Oleh karena itu seyogyanya pendidikan kesehatan ditujukan kepada 3 faktor berikut (Notoatmodjo, 2007c): 1. Promosi kesehatan dalam faktor-faktor predisposisi Dalam menggugah
hal
ini
pendidikan
kesadaran,
kesehatan
memberikan
ditujukan
atau
untuk
meningkatkan
pengetahuan masyarakat tentang pemeliharaan dan peningkatan baik bagi kesehatan dirinya sendiri, keluarganya maupun masyarakat. Bentuk pendidikan kesehatan ini antara lain
12
penyuluhan kesehatan, iklan-iklan layanan kesehatan, spanduk dan lain sebagainya. 2. Promosi kesehatan dalam faktor-faktor enabling Faktor pemungkin (enabling) berupa fasilitas atau sarana prasarana kesehatan. Maka bentuk pendidikan kesehatan adalah memberdayakan masyarakat agar mereka mampu mengadakan sarana dan prasarana kesehatan bagi mereka. Bentuk pendidikan yang sesuai dengan prinsip ini antara lain: Pengembangan dan Pengorganisasian
Masyarakat
(PPM),
upaya
peningkatan
pendapatan keluarga (income generating), bimbingan koperasi dan sebagainya. 3. Promosi kesehatan dalam faktor-faktor reinforcing Faktor ini menyangkut sikap dan perilaku tokoh masyarakat dan tokoh agama, serta petugas kesehatan. Promosi kesehatan yang paling tepat adalah pelatihan toma, toga dan petugas kesehatan sendiri. e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi dalam Proses Penyuluhan (Promosi Kesehatan) Menurut
Taufik
(2007)
banyak
faktor
mempengaruhi keberhasilan suatu penyuluhan kesehatan, 1. Faktor penyuluh a) Kurang persiapan b) Kurang menguasai materi yang dijelaskan
yang
dapat
13
c) Penampilan kurang meyakinkan sasaran d) Bahasa yang digunakan kurang dimengerti oleh sasaran karena terlalu banyak menggunakan istilah asing. e) Suara terlalu kecil dan kurang dapat didengar. f) Penyampaian materi penyuluhan terlalu monoton sehingga membosankan. 2. Faktor sasaran a) Tingkat pendidikan terlalu rendah sehingga sulit untuk menerima pesan yang disampaikan. b) Tingkat sosial ekonomi terlalu rendah sehingga tidak begitu memperhatikan pesan-pesan yang disampaikan, karena lebih memikirkan kebutuhan-kebutuhan lain yang lebih mendesak. c) Kepercayaan dan dapat kebiasaan yang telah tertanam sehingga sulit untuk mengubah, misalnya jika seseorang memakan ikan akan dapat menimbulkan cacingan, padahal itu tidak benar. d) Kondisi lingkungan tempat tinggal sasaran yang tidak mungkin menimbulkan perubahan perilaku. Misalnya masyarakat yang tinggal di daerah yang tandus dan sulit mendapatkan air yang bersih, maka akan sangat menyulitkan untuk memberikan penyuluhan kesehatan tentang hygiene sanitasi perorangan. 3. Faktor proses dalam penyuluhan a) Waktu penyuluhan tidak sesuai dengan waktu yang diinginkan sasaran.
14
b) Tempat penyuluhan dilakukan dekat dengan keramaian sehingga akan mengganggu proses penyuluhan kesehatan yang dilakukan. c) Jumlah sasaran yang mendengarkan penyuluhan kesehatan kurang ditunjang oleh alat peraga yang dapat mempermudah pemahaman sasaran. d) Metode yang digunakan kurang tepat sehingga membosankan sasaran untuk mendengarkan penyuluhan yang disampaikan. e) Bahasa yang digunakan sulit dimengerti oleh sasaran, karena tidak menggunakan bahasa keseharian sasaran. f. Media Powerpoint Microsoft office powerpoint adalah program aplikasi untuk membuat presentasi berupa teks, tabel, grafik, diagram dan sebagainya (Gumawang, 2010). Menurut Sanaky (2013), microsoft powerpoint adalah program aplikasi presentasi yang merupakan salah satu program aplikasi di bawah microsoft office, dan ditampilkan ke layar dengan menggunakan bantuan liquid crystal display (LCD) projector. Program aplikasi ini merupakan program untuk membuat presentasi. Dengan microsoft powerpoint program komputer, seorang pengajar dapat mendisain berbagai program pembelajaran sesuai dengan materi, metode dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Kelebihan dan kekurangan media powerpoint dapat dilihat dalam tabel 1.2 (Sanaky, 2013).
15
Penelitian yang dilakukan oleh Makahanap MP, Kundre R & Bataha Y. (2014) menggunakan metode ceramah dengan alat bantu powerpoint dan leaflet. Kesimpulan dari penelitiannya adalah adanya pengaruh yang bermakna dari penyuluhan mengenai menopause terhadap peningkatan pengetahuan ibu usia 45 – 55 tahun di Puskesmas Tonsealama. Tabel 2.1 Kelebihan dan Kekurangan Media Powerpoint Kelebihan a. Praktis, dapat dipergunakan untuk semua ukuran kelas. b. Memberikan kemungkinan tatap muka dan mengamati respons dari penerima pesan. c. Memberikan kemungkinan pada penerima pesan untuk mencatat. d. Memiliki variasi teknik penyajian yang menarik dan tidak membosankan. e. Memungkinkan penyajian dengan berbagai kombinasi warna, animasi, bersuara, dan dapat hyperlink dengan file yang lain. f. Dapat dipergunakan berulangulang. g. Dapat dihentikan pada setiap sekuens belajar, karena kontrol sepenuhnya pada komunikator. h. Lebih sehat bila dibandingkan dengan papan tulis.
Kekurangan a. Pengadaanya mahal dan tidak semua sekolah dapat memiliki. b. Memerlukan perangkat keras (hardware), yaitu komputer dan LCD untuk memproyeksikan pesan. c. Memerlukan persiapan yang matang bila menggunakan teknik-teknik penyajian (animasi) yang kompleks. d. Diperlukan ketrampilan khusus dan kerja yang sistematis untuk menggunakannya. e. Menuntut ketrampilan khusus untuk menuangkan pesan atau ide-ide yang baik pada desain program komputer microsoft powerpoint sehinga mudah dicerna oleh penerima pesan.
Sumber: Sanaky (2013) Dalam powerpoint, terdapat slide. Slide adalah lembar kerja untuk mendesain presentasi (Madcoms, 2013). Menurut Sutomo (2007), ada beberapa elemen yang harus diperhatikan dalam menyusun slide agar menarik dan tidak membosankan, elemen-elemen tersebut adalah:
16
1. Slide harus sederhana Teks tidak boleh terlalu banyak pada satu slide. Slide tersebut akan sangat mengganggu karena sulit terbaca bagi audiens yang duduk agak belakang, tulisan akan terlihat kecil. 2. Teks dan gambar harus pada jarak aman Jarak antara teks atau gambar harus sesuai dengan batas tepi slide. Jika teks dan gambar diletakkan terlalu ke pinggir, akan terkesan slide terlalu penuh. 3. Isi slide harus mudah dibaca Isi slide dapat terbaca dengan mudah. Jenis huruf yang digunakan adalah huruf tebal dan menggunakan warna yang berlawanan dengan warna latar belakang. Animasi yang digunakan tidak berlebihan. 4. Slide hanya berisi poin-poin saja Materi tidak dimasukkan semua ke dalam slide, tetapi hanya poin-poin penting saja. Terlalu banyak materi pada slide akan membuat audiens bingung dan kesulitan menerima materi. 5. Ukuran font yang besar Huruf yang digunakan bukan huruf dengan karakter tipis. Menggunakan huruf yang mempunyai karakter dasar tebal sejenis Arial. Ukuran huruf harus mudah terbaca, minimal menggunakan
17
ukuran huruf 24 atau 32 untuk isi slide dan ukuran huruf 40 atau 44 untuk title atau judul tiap slide. Menurut Binham (2013) presentasi terdiri dari tiga bagian, yaitu pembukaan, pembahasan dan penutup. Berikut penjabaran dari langkah menampilkan presentasi menurut Binham (2013): 1. Membuka Presentasi Pembukaan yang baik sangat menentukan keberhasilan sebuah presentasi . Ada banyak cara untuk membuka presentasi dengan menarik, diantaranya dengan cerita, mengajukan pertanyaan, menggunakan kutipan, menunjukkan data dan fakta, menggunakan intermezzo,menjelaskan maksud dan tujuan atau menggunakan humor. 2. Pembahasan Keseluruhan materi disampaikan di bagian ini. Materi harus dijelaskan secara terstruktur dan kelas, selain itu juga harus terampil menggunakan transisi antar sub topik sehingga audiens memperoleh kejelasan alur dari presentasi. Materi disampaikan dengan
penuh
antusias
dan
semangat
selain
itu
juga
mengoptimalkan bahasa tubuh dan intonasi suara. Audiens diajak untuk terlibat dalam presentasi dengan mengajukan pertanyaan. Jika hal-hal tersebut dilakukan dengan baik maka tujuan presentasi akan tercapai.
18
3. Menutup Presentasi Audiens tidak boleh ditinggalkan dalam keadaan kebingungan, tetapi mereka ditinggalkan sesuatu yang bermakna yang akan mereka ingat. Presentasi ditutup dengan menyimpulkan inti dari presentasi tersebut. presentasi hendaknya tidak ditutup dengan kalimat yang terlampau panjang. g. Media Video Media video merupakan salah satu media audiovisual. Media audiovisual adalah seperangkat alat yang dapat memproyeksikan gambar bergerak dan bersuara, paduan antara gambar dan suara membentuk karakter sama dengan objek aslinya. Alat yang termasuk dalam kategori media audiovisual adalah televisi, video-VCD, sound slide dan film (Sanaky, 2013). Menurut Sanaky (2013) video adalah gambar bergerak, yang disertai dengan unsur suara, dapat ditayangkan melalui medium video dan video compact disk (VCD). Media video sebagai media pembelajaran memiliki karakteristik sebagai berikut (Sanaky, 2013): 1. Gambar bergerak yang disertai dengan unsur suara 2. Dapat digunakan untuk sekolah jarak jauh 3. Memiliki perangkat slow motion untuk memperlambat peristiwa yang sedang berlangsung.
19
Berikut adalah kelebihan dan kelemahan media video: Tabel 2.2 Kelebihan dan Kelemahan Media Video a.
b.
c. d.
e.
f.
Kelebihan Menyajikan objek belajar secara konkret atau pesan pembelajaran secara realistik, sehingga sangat baik untuk menambah pengalaman belajar. Sifatnya yang audiovisual, sehingga memiliki daya tarik tersendiri dan dapat menjadi pemicu atau memotivasi pembelajaran untuk belajar. Sangat baik untuk pencapaian tujuan belajar psikomotorik Dapat mengurangi kejenuhan belajar, terutama jika dikombinasikan dengan teknik mengajar ceramah dan diskusi persoalan yang ditayangkan. Menambah daya tahan ingatan atau retensi tentang objek belajar yang dipelajari pembelajar. Portable dan mudah didistribusikan.
Kelemahan a. Pengadaannya memerlukan biaya mahal b. Tergantung pada energi listrik, sehingga tidak dapat dihidupkan di segala tempat c. Sifat komunikatif searah, sehingga tidak dapat memberikan peluang untuk terjadinya umpan balik.
Sumber: Sanaky (2013) Menurut Munadi (2010) langkah-langkah pemanfaatan video dalam proses pembelajaran hendaknya memperhatikan hal-hal berikut: 1. Program video harus dipilih agar sesuai dengan tujuan. Hubungan program video dengan tujuan pembelajaran menurut Anderson (1987) dalam Munadi (2010) yaitu: a) Pemakaian video untuk tujuan kognitif dapat digunakan untuk hal-hal yang menyangkut kemampuan mengenal kembali dan kemampuan memberikan rangsangan berupa gerak yang serasi.
20
b) Pemakaian video untuk tujuan psikomotor dapat digunakan untuk memperlihatkan contoh keterampilan gerak. c) Dengan menggunakan berbagai teknik dan efek, video dapat menjadi media yang sangat ampuh untuk mempengaruhi sikap dan emosi. 2. Pengajar harus mengenal video yang tersedia dan harus melihat videonya terlebih dahulu untuk mengetahui manfaat bagi pelajaran 3. Sesudah video ditunjukan, perlu dilakukan diskusi yang telah dipersiapkan lebih dahulu. 4. Video bisa diputar dua kali atau lebih untuk memperhatikan aspekaspek tertentu 5. Supaya video tidak dipandang media hiburan belaka maka peserta ditugaskan untuk memperhatikan aspek-aspek tertentu 6. Setelah usai melihat video peserta di tes untuk melihat seberapa banyak yang dapat mereka tangkap dari program video tersebut Penelitian yang dilakukan oleh Purnama (2013), tentang media video dan leaflet untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap siswa tentang bahaya NAPZA menyimpulkan bahwa media video lebih efektif dalam meningkatkan pengetahuan dibanding dengan media leaflet, dengan hasil uji statistik nilai p = 0,04. Penelitian yang dilakukan Sulastri, Thaha RM, Russeng SS. (2012) menyimpulkan ada perbedaan yang signifikan penyuluhan kesehatan mengunakan video
21
dalam SADARI terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap pada remaja putri. 2. Pengetahuan Menurut Notoadmodjo (2010a) pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra pendengaran (telinga), dan indra penglihatan (mata). a. Tingkatan Pengetahuan Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda. Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan, yakni (Notoatmodjo, 2010a): 1) Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Misalnya: tahu bahwa penyakit demam berdarah ditularkan oleh gigitan nyamuk Aedes agepti.
Untuk
mengukur
bahwa
orang
tahu
sesuatu
dapat
menggunakan pertanyaan misalnya: bagaimana cara melakukan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk). 2) Memahami (Comprehension) Memahami suatu objek tidak hanya dapat menyebutkan, tetapi dapat mengintrepretasikan secara benar tentang objek tersebut.
22
Misalnya orang yang memahami cara pemberantasan penyakit demam berdarah, tetapi harus dapat menjelaskan mengapa harus melakukan 3M (menguras, mengubur dan menutup). 3) Aplikasi (Application) Aplikasi diartikan apabila orang telah memahami objek yang dimaksud, dapat mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain. Misalnya seseorang telah paham tentang proses perencanaan, ia harus dapat membuat perencanaan program kesehatan di tempat ia bekerja atau dimana saja. 4) Analisis (Analysis) Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau memisahkan,
kemudian
mencari
hubungan
antara
komponen-
komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Misalnya, dapat membedakan antara Nyamuk Aedes Agepty dengan nyamuk biasa, dapat membuat diagram (flow chart) siklus hidup cacing kremi dan sebagainya. 5) Sintesis (Synthesis) Sintesis menunjuk suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau
menghubungkan
komponen-komponen
pengetahuan
yang
dimiliki. Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada. Misalnya dapat membuat atau meringkas dengan kalimat sendiri tentang hal yang telah dibaca dan dapat membuat kesimpulan dari hal tersebut.
23
6) Evaluasi (Evaluation) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi terhadap suatu objek. Misalnya seorang ibu dapat menilai atau menentukan seorang anak menderita malnutrisi atau tidak, seseorang dapat menilai manfaat ikut keluarga berencana bagi keluarga, dan sebagainya. b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Menurut
Mubarak
(2012)
faktor
yang
mempengaruhi
dapat
mempengaruhi pengetahuan antara lain: 1) Pendidikan Pendidikan merupakan bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain agar dapat memahami suatu hal. Tidak dipungkiri semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin mudah pula mereka menerima informasi dan pada akhirnya pengetahuan yang dimiliki semakin banyak. 2) Pekerjaan Lingkungan pekerjaan dapat membuat seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung. 3) Umur Dengan bertambahnya umur seseorang, maka akan mengalami perubahan meliputi aspek fisik dan psikologis.
24
4) Minat Minat adalah suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal, sehingga seseorang memperoleh pengetahuan lebih mendalam. 5) Pengalaman Pengalaman merupakan suatu kejadian yang pernah dialami oleh seeorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Orang cenderung berusahan melupakan pengalaman yang kurang baik, sebaliknya jika pengalaman tersebut menyenangkan maka secara psikologis akan menimbulkan kesan yang sangat mendalam dan membekas dalam emosi kejiwaan seseorang. 6) Kebudayaan, sosial dan lingkungan sekitar Lingkungan sangat berpengaruh dalam membentuk pribadi atau sikap seseorang. Kebudayaan lingkungan sekitar tempat kita hidup dan dibesarkan memiliki pengaruh besar pada pembentukan sikap kita. 7) Informasi Informasi merupakan sesuatu yang dapat diketahui. Kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat mempercepat seseorang dalam mendapatkan pengetahuan yang baru. c. Cara Memperoleh Pengetahuan Cara memperoleh pengetahuan adalah sebagai berikut (Wawan & Dewi, 2010):
25
1) Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan a) Cara coba salah (trial and error) Cara ini telah dipakai orang sebelum kebudayaan, bahkan sebelum adanya peradaban. Cara coba salah ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan itu tidak berhasil maka akan dicoba kemungkinan yang lain sampai masalah tersebut dapat dipecahkan. b) Cara kekuasaan atau otoritas Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pemimpinpemimpin masyarakat baik formal atau informal, ahli agama, pemegang pemerintah, dll. Mereka mengemukakan berbagai prinsip untuk diterima berbagai orang, tanpa mengujinya terlebih dahulu atau membuktikan kebenarannya baik berdasarkan fakta empiris maupun penalaran sendiri. c) Berdasarkan pengalaman pribadi Pengalaman
pribadi
dapat
digunakan
sebagai
upaya
memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengalaman
yang
pernah
diperoleh
dalam
memecahkan
permasalahan yang dihadapi di masa lalu. 2) Cara modern dalam memperoleh pengetahuan Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih populer disebut metodologi penelitian. Cara ini mula-mula dikembangkan oleh Francis
26
Bacon (1561-1626), kemudian dikembangkan oleh Deobold Van Daven. Akhirnya lahir suatu cara untuk melakukan penelitian yang dewasa ini disebut dengan penelitian ilmiah. d. Pengukuran Pengetahuan Menurut Notoadmodjo (2010a) pengetahuan tentang kesehatan dapat diukur berdasarkan jenis penelitiannya yakni kuantitatif atau kualitatif. 1) Penelitian Kuantitatif Penelitian kuantitatif pada umumnya akan mencari jawab atas fenomena yang menyangkut berapa banyak, berapa sering, berapa lama dan sebagainya, maka biasanya menggunakan metode wawancara dan angket (self administered): a) Wawancara tertutup atau wawancara terbuka dengan menggunakan instrument kuesioner. Wawancara tertutup adalah suatu wawancara di mana jawaban responden atas pertanyaan yang diajukan telah tersedia dalam opsi jawaban. Sedangkan wawancara terbuka, di mana pertanyaan-pertanyaan yang diajukan bersifat terbuka, responden boleh menjawab apa saja sesuai dengan pendapat atau pengetahuan responden sendiri. b) Angket tertutup atau terbuka. Seperti halnya wawancara, angket juga dalam bentuk tertutup dan terbuka. Instrumen atau alat ukurnya seperti wawancara, jawaban responden disampaikan lewat tulisan. Metode pengukuran melalui angket ini sering disebut “self administered” atau metode mengisi sendiri.
27
2) Penelitian Kualitatif, pada umumnya bertujuan untuk menjawab bagaimana atau mengapa suatu fenomena itu terjadi. Menurut Arikunto (2006) dalam Budiman dan Riyanto (2014) kategori tingkat pengetahuan seseorang dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu sebagai berikut: 1) Tingkat pengetahuan kategori Baik jika nilainya ≥75% 2) Tingkat pengetahuan kategori Cukup jika nilainya 56-74% 3) Tingkat pengetahaun kategori Kurang jika nilainya <55%. 3. Menopause a. Pengertian Menopause Kata menopause berasal dari dua kata Yunani yang berarti “bulan”, secara linguistic lebih tepat disebut “Menocease”. Secara medis istilah menopause mengandung arti berhenti masa menstruasi, bukan istirahat. Menopause merupakan suatu proses peralihan dari masa produktif menuju ke masa non-produktif yang disebabkan berkurangnya hormon estrogen dan progesterone (Lestary, 2010). Menopause secara teknis adalah satu tahun (dua belas bulan) tanpa siklus menstruasi (Tagliaferri et al., 2006). b. Fisiologis Menopause Menurut Spencer & Brown (2008) dan Lestary (2010) siklus menstruasi dikontrol oleh dua hormon yang diproduksi di kelenjar hipofisis yang ada di otak (FSH dan LH) dan dua hormon lagi yang dihasilkan oleh ovarium (esterogen dan progesteron). Saat berada pada
28
masa menjelang menopause, FSH dan LH terus diproduksi oleh kelenjar hipofisis secara normal. Akan tetapi fungsi ovarium akan berkurang efektifitasnya. Hal tersebut menyebabkan kadar estrogen dan progesteron mulai menurun. Menopause terjadi ketika kedua ovarium tidak lagi dapat menghasilkan hormon-hormon tersebut dalam jumlah yang cukup untuk bisa mempertahankan siklus menstruasi. Kesimpulannya, ketika memasuki menopause, kadar esterogen dan progesterone turun dengan dramatis karena ovarium berhenti merespons FSH dan LH yang diproduksi oleh kelenjar hipofisis yang ada di otak. Menurut Mulyani (2013) pada awal wanita mengalami menopause, produksi hormon estrogen tidak akan berhenti secara tibatiba, tetapi produksinya berangsur-angsur menurun kecuali jika adanya kerusakan pada indung telur. Hormon esterogen terdiri dari tiga jenis yaitu estradiol, estron dan estriol yang mempunyai potensi berbedabeda. Estradiol merupakan jenis estrogen yang paling kuat, memiliki kekuatan delapan kali dibanding estriol. Sedangkan estriol merupakan jenis estrogen yang paling lemah dan estron memiliki kekuatan antara estradiol dan estriol. Estradiol, estron dan estriol memiliki fungsi yang sama yaitu menjaga kesehatan jantung, tulang, kehalusan kulit, serta kelembapan vagina. Mendekati masa menopause, produksi estradiol mulai menurun dan pada masa menopause akan berhenti.
29
Menurut Mulyani (2013) kadar hormon estrogen juga ada hubungannya dengan neurotransmiter, sebagai pembawa pesan. Neurotransmiter diantaranya endorfin, dopamin, dan serotonin mempunyai fungsi yang sama yaitu membawa pesan dari organ dan kelenjar menuju ke otak. Fungsi dari neurotransmiter endorfin mempengaruhi suhu tubuh, pernapasan, nafsu makan, ingatan, tekanan darah, tingkah laku seksual serta persepsi rasa nyeri. Pada masa menopause kadar endorfin menjadi turun dan akan berpengaruh kurang baik di saat masa menopause. Kadar endorfin dapat ditingkatkan dengan olahraga. Dopamin berpengaruh pada emosi, sistem kekebalan tubuh seseorang, motivasi serta perilaku seksual. Produksi dopamin dapat dirangsang oleh endorfin serta dengan mengonsumsi makanan tinggi protein. Kadar dopamin ini dipengaruhi oleh kadar estrogen. Neurotransmiter serotonin terdapat dalam otak, darah, dan jaringan saraf. Suasana hati dan aktifitas tidur seseorang dipengaruhi oleh serotonin. Ketika kadar serotonin menurun makan akan timbul depresi dan susah tidur. Kadar serotonin itu mempengaruhi kadar endorfin. Perubahan hormon pada menopause tidak hanya hormon estrogen saja tetapi juga hormon progesteron. Hormon progesteron tidak mempengaruhi secara langsung perubahan pada seorang wanita. Penurunan hormon estrogen menyebabkan terjadinya perubahan siklus menstruasi menjadi jarang, sedikit atau menjadi terganggu. Produksi hormon estrogen yang menurun akan mempengaruhi langsung pada
30
kondisi fisik tubuh maupun organ reproduksi dan psikis wanita (Mulyani, 2013). c. Perubahan Organ Reproduksi Seiring dengan proses penuaan maka akan terjadi pula kemunduran atau perubahan organ-organ reproduksi. Berbagai organ reproduksi akan mengalami perubahan karena sel telur tidak lagi diproduksi, hal tersebut akan berpengaruh terhadap komposisi hormon dalam organ reproduksi. Perubahan organ reproduksi pada wanita antara lain (Mulyani, 2013): 1) Tuba fallopi Saluran tuba mengalami penipisan dan mengkerut, lipatan-lipatan tuba menjadi lebih pendek, endosalpingo menipis mendatar dan silia menghilang. 2) Uterus (Rahim) Uterus mengecil karena disebabkan oleh atrofi endometrium juga disebabkan hilangnya cairan perubahan bentuk jaringan ikat interstisal. 3) Serviks Serviks (mulut rahim) mengkerut terselubung dinding vagina. Saluran memendek dan menyempit. 4) Vagina Elastisitas vagina mulai berkurang, lipatan-lipatan berkurang, dinding menipis dan mudah luka, hilangnya rugae karena penipisan
31
pada vagina. Keasaman vagina meningkat karena terhambatnya pertumbuhan basil donderlein yang menyebabkan glikogen seluler meningkat, sehingga dengan mudahnya terjadi infeksi. Terjadinya atrofi pada epitel vagina hingga hanya tinggal lapisan sel basal, vagina menjadi kering, dan hal ini menyebabkan dispareunia atau rasa sakit ketika berhubungan seksual. Pada wanita demikian akan mudah timbul infeksi dan timbul vaginitis senilis dengan gejalagejala fluor yang terkadang bercampur darah, rasa nyeri dan gatal. 5) Dasar Panggul Kekuatan serta elastisitas dasar panggul berkurang karena atrofi dan lemahnya daya sokong disebabkan prolapsus uterus vagina. 6) Perinium dan Anus Lemak subcutan menghilang, atrofi, dan otot disekitanya menghilang sehingga menyebabkan tonus spinkter melemah dan menghilang. 7) Kelenjar Payudara Puting susu mengecil, kurang erektil, pigmentasi berkurang sehingga payudara menjadi mengendor dan mendatar. 8) Kandung Kencing Aktivitas kendali spinkter dandestrussor menghilang sehingga sering kencing tanpa disadari. Hormon estrogen memegang peranan dalam mempertahankan mukosa kandung kencing dan uretra. Apabila timbul sistitis serta uretritis karena atrofi, gejala-
32
gejalanya adalah rasa ingin kencing dan nyeri pada saat kencing tanpa adanya piuria. d. Tahapan Menopause Menurut Mulyani (2013), ada empat periode menopause, yaitu: 1) Klimakterium Klimakterium adalah masa peralihan antara masa reproduksi dan masa senium. Masa ini dikenal dengan masa pramenopause, yaitu 4-5 tahun sebelum menopause. Menurut Noerpramana (2011) pra-menopause adalah suatu masa menjelang menopause yang terjadi pada umur rata-rata 40-50 tahun. Klimakterium ditandai dengan timbulnya keluhan-keluhan pada siklus haid yang tidak teratur, dengan perdarahan haid yang memanjang dan relatif banyak. Pada masa ini terdapat penurunan produksi hormon estrogen dan kenaikan hormon gonadotropin. 2) Masa perimenopause Masa perimenopause yaitu masa menjelang dan setelah menopause sampai usia 48 tahun. Biasanya keluhan yang timbul misalnya rasa panas membakar pada wajah yang sering timbul pada malam hari, kekeringan pada vagina atau tanda perubahan lainnya. 3) Masa menopause Masa menopause terjadi jika tidak ada lagi menstruasi atau saat haid terakhir. Menopause terjadi pada usia 49-51 tahun. Diagnosa
33
menopause dapat ditegakkan jika berhentinya menstruasi sekurangkurangnya satu tahun. Umur untuk terjadinya masa menopause dipengaruhi oleh keturunan, kesehatan umum, dan pola kehidupan. 4) Masa senium Masa senium adalah masa setelah menopause ketika seorang wanita telah mampu menyesuaikan dengan kondisinya sehingga tidak mengalami gangguan fisik. Masa ini biasanya berlangsung kurang lebih 3-5 tahun setelah menopause, antara usia 65 tahun. Pada masa ini telah tercapai suatu keadaan keseimbangan hormonal yang baru sehingga tidak ada lagi gangguan vegetatif maupun psikis. e. Faktor yang Mempengaruhi Menopause Menurut
Mulyani
(2013),
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
menopause adalah: 1) Faktor psikis Keadaan psikis seorang wanita akan mempengaruhi terjadinya menopause. Wanita yang tidak menikah dan bekerja akan mengalami waktu menopause yang lebih cepat. 2) Cemas Ketika seorang perempuan lebih sering merasa cemas dalam kehidupannya, maka bisa diperkirakan bahwa dirinya akan mengalami menopause lebih dini.
34
3) Usia pada saat pertama haid Semakin mudah seorang wanita mengalami menstruasi pertama kalinya, maka akan semakin tua atau lama untuk memasuki atau mengalami masa menopause. 4) Usia melahirkan Wanita yang melahirkan di usia 40 tahun akan mengalami usia menopause yang lebih tua atau lama. 5) Merokok Seorang wanita yang merokok akan lebih cepat mengalami masa menopause. Wanita perokok akan mengalami masa menopause pada usia yang lebih muda yaitu 43 hingga 50 tahun. 6) Pemakaian kontrasepsi Pada wanita yang menggunakan alat kontrasepsi hormonal akan lebih lama atau tua memasuki masa menopause. 7) Sosial ekonomi Keadaan sosial ekonomi seseorang akan mempengaruhi faktor fisik, kesehatan dan pendidikan. Bila faktor tersebut baik akan mempengaruhi beban fisiologis wanita. 8) Budaya dan lingkungan Pengaruh budaya dan lingkungan sangat mempengaruhi wanita untuk dapat atau tidak dapat menyesuaikan diri dengan klimakterium dini.
35
9) Diabetes Penyakit autoimun seperti diabetes melitus menyebabkan terjadinya menopause dini karena antibodi yang terbentuk akan menyerang FSH. 10) Status gizi Jika ingin mencegah menopause lebih awal dapat dilakukan dengan menerapkan pola hidup sehat seperti berhenti merokok serta mengonsumsi makanan sehat. 11) Stress Jika seseorang sering merasa stress maka sama halnya dengan cemas, wanita tersebut akan lebih cepat mengalami menopause. f. Gejala-gejala Menopause Menurut Purwoastuti & Walyani (2015) dan Lestary (2010), gejala menopause antara lain: 1) Gejala jangka pendek Gejala ini sering dijumpai, menimbulkan distress dan menyebabkan banyak wanita yang sebelumnya sehat mencari anjuran medis. Gejala-gejala sering salah diagnosis. Pada beberapa wanita, gejala-gejala menopause mungkin sangat mengganggu kualitas hidup dan sebaiknya tidak diabaikan dalam setiap pembahasan mengenai risiko dan manfaat FSH.
36
a) Gejala vasomotor Kulit memerah dan panas tiba-tiba, palpitasi, pening, rasa lemah dan ingin pingsan. b) Gejala Psikologis Mood murung, ansietas, iritabilitas dan mood berubahubah, kelabilan emosi, merasa tidak berdaya, gangguan daya ingat, konsentrasi berkurang, sulit mengambil keputusan, merasa tidak bahagia. 2) Gejala jangka menengah a) Atrofi urogenital (1) Kekeringan vagina dapat menyebabkan dispareuni yang kemudian akan menurunkan libido. (2) pH vagina meningkat dan vagina rentan mengalami infeksi oleh bakteri, karena terjadi penurunan kolonisasi oleh bakteri laktobasil. (3) Insiden
disuria,
frekuensi,
urgensi
dan
inkotinensia
meningkat seiring bertambahnya usia, dan terjadi atrofi dan berkurangnya jaringan kolagen di sekitar leher kandung kemih. b) Perubahan kulit (1) Pada pasca menopause terjadi penyusutan generalisata kolagen dari lapisan dermis kulit.
37
(2) Wanita sering mengeluh kulit yang tipis, dan kering disertai kerontokan rambut dan kerapuhan kuku. (3) Sering terjadi keluhan nyeri sendi dan otot yang generalisata dan hal ini juga disebabkan oleh berkurangnya kolagen. 3) Gejala jangka panjang Menurut Mulyani (2013) beberapa penyakit ada beberapa penyakit yang yang mungkin akan dialami wanita setelah memasuki atau berlangsungnya masa menopause, yaitu: a) Osteoporosis Osteoporosis merupakan suatu gangguan kesehatan yang ditandai dengan berkurangnya kepadatan tulang dan kelainan mikroarsitektur yang berakibat pada pengeroposan tulang. Masa kepadatan tulang sangat dipengaruhi oleh kalsium, karena 98% tubuh memiliki kalsium yang tersimpan dalam tulang, kalsium yang memiliki perananan pendting adalah kalsium ion yang dipengaruhi oleh 3 hormon, yaitu hormon paratoid, 1,25 dihidroksi vitamin D dan kalsitosin. Ada sekitar 80 % penderita osteoporis adalah wanita, hal ini dikarenakan kerapuhan tulang akibar dari hormon esterogen semakin rendah, dan juga dapat dipengaruhi masa diet yang tidak cukup baik dalam memenuhi nutrisi dan kalsium yang cukup.
38
Pada masa menopause terjadi peningkatan kadar FSH di atas 30 IU/ ml dan penurunan kadar hormon esterogen kurang dari 40 pg/ml. Esterogen akan berkaitan dengan reseptor esterogen pada osteoblast yang secara langsung memodulasi aktivitas osteoblastik dan secara tidak langsung mengatur pembentukan osteoklast yang mempunyai tujuan menghambat resorpsi tulang sehingga apabila kadar hormon esterogen menurun, maka tidak ada yang bisa menghambat resorpsi tulang. Hormon esterogen berperan dalam pembentukan tulang, remodelling tulang yang mempertahankan kerja osteoblas (formasi tulang) dan osteoklast (penyerapan tulang). Penyakit ini menyerang wanita pada usia 45-65 tahun. Yang sangat mengkhawatirkan penderita baru menyadari setelah terjadi komplikasi penyakit atau tidak sengaja pada saat pemeriksaan penyakit lain. American Society for Reproductive Medicine menyebutkan bahwa wanita di atas 50 tahun terdapat 13-18 % mengalami osteoporosis,
sedangkan
osteoppenia
sekitar
37-50%.
Keduanya akan mengakibatkan kemungkinan terjadinya fraktur sebesar 15-20%. Patah tulang pangkal paha akibat osteoporosis diperkirakan meningkat setiap tahun 6,26 juta sampai 2050. Menurut WHO pada tahun 2030 jumlah wanita pada usia 50 tahun atau lebih diperkirakan mencapai 1,2 milyar. Osteoprosis
39
meningkat
seiring
dengan
makin
lamanya
menopause.
Osteoporosis dibagi menjadi 2 yaitu primer dan sekunder. Osteoporosis primer yaitu terdiri dari osteoporosis akibat proses menopause dan osteoporosis senilis (usia tua). Gambaran klinis bagi wanita yang mengalami osteoporosis dapat berupa rasa nyeri tulang belakang akibat terjadinya mikrofraktur pada ruas tulang belakang. Tulang makin membungkuk akibat adanya fraktur kompresi multiple pada beberapa ruas tulang belakang. b) Penyakit jantung Pada umumnya apabila seorang wanita telah memasuki masa menopause maka kemungkinan mengalami
serangan
penyakit jantung. Hal ini dikarenakan kadar esterogen meningkatkan tekanan darah dan berat badan mengakibatkan pembuluh darah mengalir ke jantung tidak bekerja dengan baik. Penurunan
hormon
estrogen
akan
mengakibatkan
meningkatnya kadal kolesterol LDL (kolesterol jahat) dan menurunnya
kadar
kolesterol
HDL
(kolesterol
baik).
Ketidakberadaan hormon estrogen membuat produksi NO (nitric oxide) menurun dan NO itu sendiri berperan dalam vasodilatasi arterial dan pencegahan adhesi dari makrofag dan trombosit ke dinding arteri.
40
c) Resiko kanker payudara Salah satu faktor terjadinya kanker payudara adalah peningkatan lemak dalam tubuh. Lemak yang pada awalnya berkonsentrasi di pinggul dan paha akan naik ke pinggang dan perut. Banyak wanita yang mengalami penambahan berat baan selama masa transisi dari pre menopause menuju masa menopause. Mengendalikan berat badan sangat penting karena dengan kenaikan berat badan pada masa transisi premenopause ke masa menopause ternyata erat dengan peningkatan risiko kanker payudara. Dalam American Medical Assosiation, wanita yang mengalami penambahan berat badan 10 kg atau lebih akan meningkatkan risiko kanker payudara 18%. Menurunkan berat badan terbukti dapat membantu mengurangi risiko kanker payudara. d) Kanker leher rahim Setengah dari kejadiam serviks terjadi pada wanita diantara 35-55 tahun. Kanker ini biasanya terjadi pada tahapan usia premenopause karena terjadi penurunan hormon esterogen. Jika hormon ini mengalami penurunan makan akan terjadi perubahan
fungsi
tubuh.
Sehingga
tubuh
tidak
dapat
menghalangi virus maupun mikroba yang dapat menyebabkan penyakit.
41
e) Kanker rahim Kanker rahim adalah tumor ganas pada endometrium (lapisan rahim). Kanker rahim biasanya terjadi setelah masa pre menopause. Kanker bisa menyebar secara lokal maupun ke berbagai bagian tubuh (misalnya kanalis servikalis, tuba falopi, ovarium, daerah di sekitar rahim, sistem getah bening atau ke bagian tubuh lainnya melalui pemnuluh darah). Penelitian telah menemukan beberapa faktir risiko kanker rahim yaitu: (1) Wanita berusia 50 tahun ke atas (2) Hiperplasia endometrium (3) Terapi Sulih Hormon (TSH) TSH
digunakan
untuk
mengatasi
gejala-gejala
premenopause, mencegah osteoporosisdan mengurangi risiko penyakit jantung atau stroke. Wanita yang mengonsumsi estrogen tanpa progesteron mempunyai risiko yang lebih tinggi untuk menderita kanker rahim. Penggunaan estrogen dosis tinggi dan jangka panjang akan meningkatkan risiko. Sedangkan yang mengonsumsi estrogen dan progesteron memiliki risiko yang jauh lebih rendah karena progesteron akan melindungi rahim. f) Obesitas Tubuh akan membuat sebagian esterogen dini dalam jaringan lemak sehingga wanita yang gemuk mempunyai
42
kadar hormon esterogen yang lebih tinggi dari kada estrogen yang normal. Tingginya kadar estrogen merupakan penyebab meningkatnya risiko kanker rahim pada wanita menopause dengan obesitas. g. Upaya dalam Mengatasi Gejala-gejala Menopause Menurut Purwoastuti & Walyani (2015), upaya yang bisa dilakukan untuk mengatasi gejala menopause antara lain: 1) Terapi non hormonal a) Arus panas (hot flush) Dianjurkan
untuk
meningkatkan
asupan
vitamin
B
kompleks untuk menekan stress dengan menormalkan sistem saraf
tubuh.
Meningkatkan
konsumsi
makanan
tinggi
fitoesterogen seperti kacang-kacangan terutama kedelai dan olahannya (tahu, tempe, susu kedelai) dan pepaya. Makan sumber vitamin E yang tidak saja dapat memperlancar oksigen tapi juga mencegah pengendapan kolesterol di arteri sehingga peredaran darah menjadi lancar. Wanita yang kurang mengkonsumsi fitoesterogen memiliki risiko tinggi untuk menopause dini. Fitoesterogen dapat diperoleh dari kacang-kacangan baik yang sudah diolah seperti tempe, tahu ataupun bukan olahan seperti kedelai, buncis dan kacang tolo (Muljati et al., 2003).
43
Penelitian yang dilakukan Yulistianingsih dan Kartini (2014) menyimpulkan bahwa sindroma metabolik merupakan kumpulan kelainan metabolik dari faktor risiko penyakit jantung, dan menopause dihubungkan dengan peningkatan kejadian sindroma metabolik. Asupan isoflavon merupakan suatu fitoestrogen yang bersifat kardioprotektif. Penurunan konsentrasi indikator stres metabolik oleh isoflavon dapat menjadi salah satu mekanisme dalam mencegah penyakit jantung pada wanita menopause. b) Kulit kering dan keriput Perubahan kulit saat menopause dipengaruhi oleh hormon estrogen yang berperan dalam menjaga elatisitas kulit. Ketika menstruasi berhenti maka kulit akan terasa lebih tipis, kurang elastis terutama pada sekitar wajah, leher dan lengan kulit. Lapisan lemak di bawah kulit akan mulai longgar sehingga kulit akan sensitif terhadap dinar matahari. Kerutan atau keriput dapat dicegah dengan beberapa cara, seperti dengan tidak
merokok,
memperbanyak
minum
air
putih
dan
mengonsumsi sayur atau buah, meningkatkan asupan vitamin E yang terdapat di bijj-bijian terutama biji-bijian yang sudah berkecambah. Vitamin E diyakini dapat menyerap dan menghancurkan pigmen tanda-tanda penuaan yang timbul pada kulit. Wanita menopause juga mengalami bintik-bintik atau
44
noda coklat pada kulitnya, hal tersebut berhubungan dengan pigmen kulit. Usia yang semakin bertambah menyebabkan melanin bertumpuk pada kulit secara keseluruhan tetapi juga pada tempat-tempat tertentu. Untuk masalah kerontokan rambut, dapat diatasi dengan menggunakan produk yang mencegah kerontokan dan mengonsumsi makanan sehat. c) Pening atau sakit kepala Anjurkan untuk bersantai, beristirahat atau melakukan meditasi. Hindari hal-hal yang dapat menyebabkan ketegangan, depresi atau stress. Hindari alkohol dan kopi. Penelitian yang dilakukan oleh Rostiana & Kurniati (2009) menunjukkan
bahwa
subjek/
wanita
menopause
sulit
menghadapi masa menopause karena belum siap untuk menghadapinya dan kurangnya informasi yang didapatnya. Selain itu menurut Mulyani (2013) wanita menopause juga mengalami mudah lelah. Kondisi ini disebabkan karena berat badan berlebih atau karena menopause itu sendiri. Lemas, pegal-pegal pada otot persendian dan kelelahan setelah makan merupakan kondisi yang terkait dengan fluktuasi hormon. Kondisi ini dapat diatasi dengan mengatur pola makan sehingga berat badan tubuh terjaga.
45
d) Pengerutan vagina Menggunakan krim esterogen atau gel khusus vagina, melakukan hubungan seks secara teratur. e) Infeksi saluran kemih Banyak mengonsumsi air putih. Apabila kandung kemih dalam keadaan penuh, pembilasan akan sering terjadi sehingga bakteri akan terbawa keluar. Mencuci bersih alat kelamin setelah buang air kecil untuk mencegah masuknya bakteri. f) Insomnia (sulit tidur) Menjalani gaya hidup yang positif dan hilangkan pikiran negatif. Melakukan aktifitas fisik sekitar 30 menit di siang hari. Aktifitas fisik secara teratur dapat membuat tidur lebih nyenyak. Jangan membiarkan perut dalam kondisi lapar. Gejala menopause juga dapat menyebabkan stress pada tubuh, sehingga dapat menyebabkan insomnia maupun gangguan tidur. Tidur bermanfaat untuk memulihkan energi pada tubuh khususnya otak dan sistem saraf. g) Gangguan psikis dan emosi Memperbanyak makanan sumber fitoesterogen dan vitamin B6. Vitamin B6 sangat penting untuk memperlancar kerja sistem saraf dan menurunkan tingkat stress.
46
h) Osteoporosis Menurut Wirakusumah dalam Purwoastuti & Walyani (2015) meningkatkan asupan kalsium bisa dari susu atau ikan, misalnya ikan teri. Meningkatkan asupan vitamin D dari susu dan
paparan
meningkatkan
sinar
matahari
asupan
pagi
esterogen
(jam
alami
08.00-09.00), (fitoesterogen),
meningkatkan aktivitas fisik. Menurut Noerpramana & Tjahjanto (2006) fitoserm merupakan terapi terkini dalam mengatasi masalah kesehatan menopause.
Pengobatan
dengan
fitoserm
menggunakan
Isoflavone (kedelai, semanggi merah), Lignan (biji rami, padi – padian, sayuran, buah – buahan); Coumestan (biji bunga matahari, taoge) serta Black Cohosh. Efek klinik fitoserm tersebut untuk Flushes, efek tak berarti; Penyakit Jantung Koroner, pengaruh lemah; Tulang, tidak berefek; Kognitif, tidak diketahui; Payudara, mungkin protektif; Endometrium, tidak berefek; Vagina, tidak berefek. 2) Terapi hormonal Gejala-gejala menopause dan osteoporosis bisa dibantu dengan menggunakan terapi penyulihan atau penggantian hormon (HRT= Hormone
Replacement
Therapy)
yang
dilakukan
dengan
memasukkan hormon-hormon seksual di dalam tablet atau beberapa bentuk lainnya. HRT tidak sesuai bagi setiap perempuan
47
dan adanya beberapa kondisi medis seperti kanker payudara. HRT perlu lama untuk persiapan sehingga bisa sesuai dengan setiap individu. Salah satu kerugian HRT adalah bahwa kebanyakan persiapan HRT menyebabkan sedikit perdarahan bulanan pada perempuan yang secara normal sudah berhenti menstruasi. h. Aktifitas fisik untuk menopause Menurut Lestari dan Yogasmara (2010), olahraga merupakan salah satu aktivitas yang akan membuat tubuh menjadi bugar dan fit. Pada wanita menopause, olahraga juga dianjurkan karena dengan olahraga timbunan lemak dalam tubuh terbakar sehingga dapat mengurangi risiko terkena berbagai penyakit. Olahraga sesuai untuk wanita menopause adalah jalan cepat, berenang, senam osteoporosis, dan yoga. Olahraga dapat dilakukan 30-60 menit secara teratur 3x dalam seminggu.
48
B. Kerangka Pemikiran
1. Faktor Predisposisi Pengetahuan, sikap, keyakinan, nilai. 2. Faktor Pendukung Sumber daya kesehatan, komitmen masyarakat/ pemerintah. 3. Faktor Pendorong Keluarga, teman, guru, petugas kesehatan
PENDIDIKAN KESEHATAN
MEDIA VIDEO
MEDIA POWERPOINT
KELEBIHAN
KELEMAHAN
a. Praktis b. Dapat mengamati respons audiens c. Audiens dapat mencatat. d. Tidak membosankan. e. Penyajian dengan berbagai kombinasi f. Dapat digunakan berulang-ulang. g. Dapat dihentikan sewaktu-waktu h. Lebih sehat
a. Pengadaanya mahal b. Memerlukan hardware c. Perlu persiapan yang matang d. perlu ketrampilan khusus untuk menggunakannya. e. perlu ketrampilan khusus agar materi mudah dipahami.
1. Faktor manusia 2. Faktor beban tugas dan materi pendidikan kesehatan 3. Cara pelaksanaan 4. Umpan balik
KELEBIHAN
1. Menyajikan objek belajar secara konkret 2. audiovisual 3. sesuai untuk tujuan belajar psikomotorik 4. Dapat mengurangi kejenuhan belajar 5. Menambah daya tahan ingatan objek pembelajaran 6. Portable dan mudah didistribusikan.
a. Perlu biaya mahal b. Tergantung pada energi listrik c. Sifat komunikatif searah
KEGIATAN BELAJAR
TAHU (KNOW)
KETERANGAN
KELEMAHAN
SKOR PENGETAHUAN
=Yang diteliti =Tidak diteliti
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Faktor yang mempengaruhi pengetahuan : 1. Pendidikan 2. Pekerjaan 3. Umur 4. Minat 5. Pengalaman 6. Kebudayaan 7. Informasi
49
Uraian: Pendidikan
kesehatan
dengan
media
powerpoint
ataupun
menggunakan media video akan meningkatkan tingkat pengetahuan wanita tentang menopause. Pendidikan kesehatan seyogyanya dilakukan dengan memperhatikan tiga faktor, yaitu faktor predisposisi, faktor pendukung dan faktor pendorong. Masing-masing media pendidikan kesehatan memiliki kelebihan dan kelemahan. Pendidikan kesehatan merupakan suatu kegiatan belajar. Faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar antara lain faktor manusia, faktor beban tugas dan materi pendidikan kesehatan, cara pelaksanaan dan umpan balik. Dalam kegiatan belajar, terjadi proses tahu sehingga menghasilkan pengetahuan. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan antara lain: pendidikan, pekerjaan, umur, minat, pengalaman, kebudayaan, dan informasi. C. Hipotesis Terdapat perbedaan tingkat pengetahuan tentang menopause antara penggunaan media powerpoint dengan media video pada wanita di Kampung Sengon, Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo.