BAB II LANDASAN TEORI
2.1
Lingkungan sekolah
2.1.1 Pengertian Lingkungan Menurut Supardi (2003:2) mengatakan bahwa lingkungan adalah semua benda hidup dan mati serta seluruh kondisi yang ada di dalam ruang yang kita tempati. Menurut Sartain (ahli psikologi Amerika), yang dimaksud lingkungan meliputi kondisi dan alam dunia ini yang dengan cara-cara tertentu mempengaruruhi tingkah laku kita, pertumbuhan perkembangan atau life processes. Berdasarkan dari beberapa pendapat tentang pengertian lingkungan dapat disimpulkan bahwa lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar manusia baik benda hidup maupun benda mati, seluruh kondisi yang mempengaruhi tingkah laku dan perkembangan kehidupan manusia serta mahluk hidup lainnya. 2.1.2 Pengertian Sekolah Yusuf (2001:54) mengungkapkan bahwa sekolah merupan lembaga pendidikan formal yang secara sistematis melaksanakan program bombingan, mengajar, dan latihan dalam ragka membantu siswa agar mampu mengembangkan potensinya, baik yang menyangkut aspek moral, spiritual, intelektual, emosional, maupun sosial. Menurut Soedjiarto (2000:46), sekolah sebagai pusat pembelajaran yang bermakna dan sebagai proses sosialisasi dan pembudayaan kemampuan, nilai sikap, watak, dan perilaku hanya hanya dapat terjadi dengan kondisi infrakstruktur, tenaga kependidikan, sistem kurikulum, dan lingkungan yang sesuai. 12
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang sistem matis melaksanakan program pembelajaran yang bermakna dalam rangka membantu mengembangkan segala potensinya. 2.1.3 Pengertian Lingkungan Sekolah Menurut Gerakan Disiplin Nasional (GDN) (Tulus Tu’u 2004:11) lingkungan sekolah diartikan sebagai lingkungan dimana para siswa dibiasakan dengan nilai-nilai kegiatan pembelajaran sebagai bidang studi yang dapat meresap kedalam kesadaran hati nuraninya. Menurut Tulus Tu’u (2004:1) dalam buku Peran disiplin pada perilaku dan prestasi siswa.Lingkungan sekolah dipahami sebagai lembaga pendidikan formal, dimana ditempat inilah kegiatan belajar mengajar berlangsung, ilmu pengetahuan diajarkan dan dikembangkankepada anak didik. Berdasarkan pengertian lingkungan, pengertian sekolah, dan pengertian lingkungan sekolah, maka dapat disimpulkan pengertian lingkungan sekolah adalah jumlah semua benda hidup dan mati serta seluruh kondisi yang ada didalam lembaga pendidikan untuk membantu siswa mengembangkan potensinya dengan program pendidikan untuk membantu siswa mengembangkan potensinya dengan dibiasakan nilai-nilai tata tertip sekolah serta nilai-nilai kegiatan pembelajaran berbagai bidang studi. Sekolah adalah lembaga pendidikan secara resmi menyelenggarakan kegiatan pembelajaran secara sistematis, berencana, sengaja dan terarah yang dilakukan oleh pendidik yang professional dengan program yang dituangkan ke dalam kurikulum tertentu dan diikuti oleh peserta didik pada setiap jenjang tertentu, mulai dari tingkat anak-anak sampai perguruan tinggi. Menurut Sumitro, “Sekolah adalah lingkungan pendidikan yang mengembangkan dan meneruskan pendidikan anak menjadi warga Negara yang cerdas, terampil & bertingkah laku 13
baik” (Sumitro 2006:81). Sekolah sebagai tempat belajar bagi seorang siswa dan temantemannya untuk mendapatkan ilmu pengetahuan dari gurunya dimana pelaksanaan kegiatan belajar dilaksanakan secara formal.“Sekolah merupakan lingkungan pendidikan formal. Dikatakan formal karena disekolah terlaksana serangkaian kegiatan terencana dan terorganisasi, termasuk kegiatan dalam rangka proses belajar-mengajar di kelas”. Letak gedung sekolah harus memenuhi syarat-syarat seperti tidak terlalu dekat dengan kebisingan/jalan ramai dan memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan ilmu kesehatan sekolah (Sumadi Suryabrata,2006:233) lingkungan sekolah seperti para guru, staf administrasi dan teman-teman sekelas juga dapat mempengaruhi semangat belajar siswa. Para guru yang menunjukkan sikap dan perilaku yang simpatik, misalnya rajin membaca dan berdiskusi dapat menjadi daya dorong yang positif bagi kegiatan belajar siswa.Teman-teman yang rajin belajar dapat mendorong seorang siswa untuk lebih semangat dalam kegiatan belajarnya. Menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2004:164), lingkungan sekolah meliputi: a.
lingkungan fisik sekolah seperti sarana dan prasarana belajar, sumber-sumber belajar dan media belajar
b.
lingkungan sosial menyangkut hubungan siswa dengan teman-temannya, gurugurunya, keluarga, dan staf sekolah yang lain.
c.
Lingkungan akademis yaitu suasana sekolah dan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dan berbagai kegiatan ekstra kulikuler.
Lingkungan sekolah terkait dengan metode mengajar guru, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah.Lingkungan sekolah mencakup keadaan lingkungan sekolah, suasana sekolah, keadaan gedung, masyarakat sekolah, tata tertib dan fasilitas-fasilitas sekolah.Seperti pula dalam bukunya Dimyati dan Mudjiono bahwa dalam 14
prasarana pembelajaran meliputi gedung sekolah, ruang belajar, lapangan olah raga, ruang ibadah, ruang kesenian dan peralatan olah raga.Sarana pembelajaran meliputi buku pelajaran, buku bacaan alat dan fasilitas laboratorium sekolah dan berbagai media pembelajaran lainnya. Lingkungan sekolah juga memegang peranan penting bagi perkembangan belajar para siswanya.Lingkungan ini meliputi lingkungan fisik sekolah seperti lingkungan sekitar sekolah, sarana dan prasarana belajar yang ada, sumber-sumber belajar dan media belajar dan sebagainya.Lingkungan sosial menyangkut hubungan siswa dengan kawan-kawannya, keluarga (orang tua), guru-guru serta staf sekolah lainnya.Lingkungan sekolah juga menyangkut lingkungan akademis, yaitu suasana dan pelaksanaan kegiatan belajar -mengajar, berbagai kegiatan kokulikuler dan sebagainya. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa lingkungan sekolah merupakan tempat bagi siswa untuk belajar bersama teman-temannya secara terarah guna menerima transfer pengetahuan dari guru yang didalamnya mencakup keadaan sekitar suasana sekolah, relasi siswa dengan dan teman-temannya, relasi siswa dengan guru dan dengan staf sekolah, kualitas guru dan metode mengajarnya, keadaan gedung, masyarakat sekolah, tata tertib, fasilitas-fasilitas sekolah, dan sarana prasarana sekolah. 2.1.4 Unsur-unsur Lingkungan Sekolah Sekolah merupakan salah satu institusi sosial yang mempengaruhi proses sosialisasi dan fungsi mewariskan kebudayaan masyarakat kepada anak. Sekolah merupakan salah satu sistem sosial yang mempunyai organisasi dan pola relasi sosial diantara para anggotanya. Menurut Ahmadi (1991:187) menyatakan bahwa kebudayaan sekolah mempunyai beberapa unsur penting, yaitu: 1. Letak lingkungan dan prasarana fisik sekolah 15
2. Kurikulum sekolah yang memuat gagasan-gagasan maupun fakta-fakta yang menjadi program keseluruhan pendidikan. 3. Pribadi-pribadi yang merupakan warga sekolah yan terdiri atas siswa, guru,kepala sekolah dan tenaga administrasi. 4. Nilai-nilai norma, sistem peraturan, dan iklim kehidupan sekolah. Dalam buku Syah (2003: 152) menggolongkan lingkungan sekolah menjadi dua, yaitu: Lingkungan Sosial dan Lingkungan Nonsosial. Lingkungan sekolah siswa tersebut dapat d i uraikan sebagai berikut: 1.
Lingkungan Sosial Untuk ligkungan sekolah, yang termasuk dalam lingkungan sosial adalah seluruh warga sekolah, baik itu guru, karyawan maupun teman-teman sekelas, semuanya berkaitan dengan semangat belajr siswa.para guru yang dapat menunjukan sikap dan perulaku yang baik dan juga dapat memperlihatkan teladan yang baik khususnya dalam hal belajar seperti misalnya rajin membaca. Hal tersebut dapat memberikan motivasi yang positif bagi belajar siswa.demikian halnya apabila teman-teman disekolah mempunyai sikap dan perilaku yang baik serta memiliki semacam etos belajar yang baik seperti misalnya belajar akan berpengaruh positif terhadap belajar siswa.
2.
Lingkungan Nonsosial Lingkungan nonsosial yang berkaitan dengan belajarnya di antaranya adalah gedung sekolah dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar siswa dan juga mass media. Untuk menyelenggarakan pendidikan disekolah, gedung merupakan prasyarat paling utama yang harus dipenuhi oleh sekolah harus diperhatikan dan disesuaikan dengan kebutuhan siswa. 16
Menurut Slameto (2003:64) menyatakan faktor sekolah yang mempengaruhi belajar mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran dan waktu sekolah, standart pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah. Dalam penelitian ini yang menjadi indikator dari lingkungan sekolah siswa adalah sebagai berikut: 1. Lingkungan Sosial a. Relasi Guru dengan Siswa Proses belajar mengajar terjadi antara guru dengan siswa. proses tersebut dipengaruhi oleh relasi yang ada dalam proses itu sendiri. Jadi cara belajar siswa juga dipengaruhi oleh relasinya dengan gurunya. Didalam relasi guru dengan siswa yang baik, maka akan berusaha mempelajari mata pelajaran yang diberikannya dengan baik, hal tersebut juga sebaliknya, jika siswa membenci gurunya. Maka, ia segan mempelajari mata pelajaran yang diberikannya, akibatnya pelajarannya tidak maju. b. Relasi Siswa dengan Siswa Siswa yang memilki sifat atau tingkah laku yang kurang menyenangkan akan diasingkan dari kelompoknya. Akibatnya anak akan menjadi malas untuk masuk sekolah karena disekolah mengalami perlakuan yang kurang menyenangkan dari teman-temannya. Jika hal ini terjadi, segeralah siswa diberikan layanan bimbingan dan penyuluhan agar ia dapat diterima kembali di kelompoknya. 2. Lingkunga Nonsosial c. Metode Mengajar
17
Metode mengajar adalah suatu cara/jalan yang harus dilalui di dalam mengajar. Metode guru mengajar yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula, misalnya karena guru kurang persiapan dan kurang menguasai bahan pelajaran sehingga guru tersebut menyajikannya tidak jelas atau sikap guru terhadap siswa dan atau terhadap pelajaran itu sendiri tidak baik, sehingga siswa kurang senang terhadap guru dan pelajarannya. Akibatnya siswa malas untuk belajar. Diharapkan guru jangan terlalu banyak memberikan tugas yang harus dikerjakan dirumah, sehingga anak tidak mempunyai waktu lagi untuk kegiatan yang lain. Selain itu guru juga perlu mencoba metode-metode yang baru, yang dapat membantu meningkatkan kegiatan belajar mengajar, dan meningkatkan motivasi siswa untuk belajar. d. Disiplin Sekolah Kedisiplann sekolah erat hubungannya dengan kerajinan siswa dalam sekolah dan juga dalam belajar. Kedisiplinan sekolah mencakup kedisiplinan guru dalam mengajar dan melakukan tata tertip, kedisiplinan pengawai/karyawan dalam pekerjaan administrasi dan kebersihan/keteraturan kelas, gedung sekolah, halaman dan lain-lain, dan disiplin Kepala Sekolah dalam mengelola seluruh staf beserta siswa-siswanya, karena dapat memberi pengaruh yang positif terhadap belajarnya.
e. Fasilitas Sekolah Alat pelajaran erat hubungannya dengan cara belajar siswa, karena alat pelajran yang dipakai oleh guru pada waktu mengajar dipakai pula oleh siswa untuk menerima bahan yang diajarkan itu. Alat pelajaran yang lengkap dan tepat akan memperlancar 18
penerimaan bahan pelajaran yang diberikan kepada siswa. jika siswa sudah menerima pelajaran dan menguasainya, maka pelajarannya akan menjadi lebih biat dan lebih maju. Kenyataannya saat ini yang masuk sekolah, maka memerlukan alat-alat yang membantu lancarnya belajar siswa dengan jumlah siswa yang besar pula, seperti buku-buku diperpustakaan, laboratorium atau media-media lain. Kebanyakan sekolah masih kurang memiliki media dalam jumlah maupun kualitasnya. f. Waktu Sekolah Waktu yang baik untuk sekolah adalah pada pagi hari dimana pikiran masih segar, jasmani dan kondisi yang baik sehingga siswa akan mudah berkonsentrasi pada pelajaran. g. Keadaan Gedung Untuk dapat mendukung proses belajar siswa disekolah,terlebih lagi jumlah siswa yang cukup banyak yang memilki beragam karakteristik menuntut adanya suasana sekolah yang dapat membantu proses belajar mereka. Dengan jumlah siswa yang banyak serta berfariasi berkarakteristik mereka masing-masing menuntut keadaan gedung dewasa ini harus memadai didalam setiap kelas. Keadaan sekolah pada umumnya dan kelas pada khususnya yang terlihat rapi akan membuat suasana menjadi lebih nyaman untuk belajar. 2.2. Peran Guru 2.2.1. Pengertian Peran Guru Guru adalah tenaga profesional dalam bidang pembelajaran wajib memiliki kualitas yang sesuai dengan syarat-syarat khusus yaitu guru harus menguasai seluk-beluk pendidikan dan 19
pengajaran dengan berbagai ilmu pengetahuan lainnya yang perlu dibina dan dikembangkan melalui masa pendidikan tertentu atau pendidikan prajabatan. Prinsip profesi sendiri adalah suatu lapangan pekerjaan yang dalam melakukan tugasnya memerlukan teknik dan prosedur ilmiah, memilki dedikasi yang tinggi dalam menyikapi pekerjaan dan berorientasi pada pelayanan yang baik. Artinya bahwa profesi guru dapat dikategorikan suatu pekerjaan ideal memberikan pelayanan pendidikan kepada masyarakat yang membutuhkannya dan memberitauladan yang baik. Seperti yang telah dijelaskan sebelunya, guru bermakna sebagai pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta dengan jalur formal. Sejalan dengan itu guru memilki peran yang bersifat multi fungsi, lebih dari sekedar yang tertuang pada produk hukum tentang guru. Peran guru itu ada beberapa pendapat yang dijelaskan dalam buku Sardiman A.M (2006:143), antara lain: 1.
Prey Katz menggambarkan peran guru sebagai komunikator, sahabat yang dapat memberikan nasihat-nasihat, motivator sebagai pemberi inspirasi dan dorongan, pembmbing dalam mengembangkan sikap dan tingkah laku serta nilai-nilai, orang yang menguasai bahan yang diajarkan.
2.
James W.Brown mengemukakan bahwa tugas dan peran guru antara lain: menguasai dan mengembangkan materi pelajaran, merencana dan mempersiapkan pelajaran sehari-hari, mengontrol dan mengevaluasi kegiatan siswa.
3.
Federasi dan Organisasi Profesional Guru Sedunia mengungkapkan bahwa peran guru di sekolah, tidak hanya sebagai transmitter dari ide tetapi juga berperan sebagai transformer dan katalisator dari nilai dan sikap. 20
Slameto (1995:97-98) mengemukakan bahwa dalam proses belajar mengajar, guru mempunyai tugas untuk mendorong, membimbing, dan memberi fasilitas belajar bagi siswa untuk mencapai tujuan. Guru mempunyai tanggung jawab untuk melihat segala sesuatu yang terjadi dalam kelas untuk membantu proses perkembangan siswa. Penyampaian materi pelajaran hanyalah merupakan salah satu dari berbagai kegiatan dalam belajar sebagai suatu proses dinamis dalam segala fase dan proses perkembangan siswa, secara lebih terperinci tugas guru terpusat pada: 1. Mendidik dengan titik berat memberikan arah dan motivasi pencapaian tujuan baik jangka pendek maupun jangka panjang. 2. Memberi fasilitas pencapaian tujuan meliputi pengalaman belajar yang memadai. 3. Membantu perkembangan aspek-aspek pribadi seperti sikap, nilai-nilai dan penyesuaian diri. Beberapa peran yang dianggap dominan menurut adam& Deccey (Usman, 1990), yaitu: 1. Guru sebagai demonstator Dalam perannya sebagai demonstator atau pengajar, guru hendaknya senantiasa menguasai
bahan
atau
materi
pengajaran
yang
akan
diajarkannya
serta
mengembangkannya, dalam arti meningkatkan hasil belajar yang tercapai oleh siswa. 2. Guru sebagai pengelola kelas Tujuan umum pengelola kelas adalah menyediakan dan menggunakan fasilitas kelas bagi nermacam-macam
kegiatan
belajar
dan
mengajar
agar
mencapai
hasil
yang
baik.Sedangkan tujuan khususnya adalah mengembangkan kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa untuk berkarya dan belajar, serta membantu siswa untuk mendapat hasil yang diharapkan.Sebagai manajer guru bertanggung jawab memelihara lingkungan 21
fisik kelasnya agar senantiasa menyenangkan untuk belajar dan mengarahkan dan membimbing proses-proses intelektual dan dan sosial didalam kelas. 3. Guru sebagai mediator dan fasilitator Sebagai mediator, guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan, karena media pendidikan merupakan alat komunikasi untk lebih mengefektifkan proses belajar mengajar. Selain itu guru juga harus memiliki keterampilan untuk memilih, menggunakan dan mengusahakan media itu dengan baik. Sebagai fasilitator, guru hendaknya mengusahaan sumber belajar yang berguna serta dapat menunjang pencapaian tujuan dan proses belajar mengajar. 4. Guru sebagai Motivator Motivasi belajar sebagai motor penggerak yang mengaktifkan siswa untuk melibatkan diri dan mencapai prestasi. Salah satu tugas guru adalah membangkitkan motivasi belajar itu pada siswa, terutama motivasi untuk memperkarya diri sendiri. Untuk motivasi seorang siswa, guru harus melibatkan siswa dalam proses belajar mengajar dan menumbuhkan dorongan untuk mengembangkan diri. 5. Guru sebagai Evaluator Evaluasi dilakukan agar guru dapat mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan, penguasaan siswa terhadap pelajaran, serta ketepatan atau keefektifan metode mengajar. Selain itu, penilaian juga dilakukan untuk mengetahui hasil belajar siswanya. Dari beberapa pendapat tentang guru, dapat disimpulkan bahwa guru adalah tenaga profesioanal yang membutuhkan pendidikan khusus untuk menjalankan peran atau tugas utamanya yaitu sebagai agen pembelajaran yang memotivasi, memfasilitasi, mendidik, membimbing, dan melatih peserta didik sehingga menjadi manuasia yang berkualitas. 22
Dengan demikian peranan guru dalam belajar ini menjadi lebih luas dan lebih mengarah kepada peningkatan motivasi belajar siswa.Melalui peranannya guru diharapkan mampu mendorong siswa untuk senantiasa belajar dalam berbagai kesempatan melalui berbagai sumber dan media. Guru hendaknya mampu membantu setiap siswa secara efekktif dapat mempergunakan berbagai kesempatan belajar dan berbagai sumber serta media belajar. Hal ini berarti bahwa guru hendaknya dapat mengembangkan cara dan kebiasaan belajar yang sebaikbaiknya. Selanjutnya sangat diharapkan guru dapat memberikan fasilitas yang memadai sehingga siswa dapat belajar secara efektif. Peran guru juga harus menciptakan guru yang berkualitas. Guru berkualitas adalah guru dalam kegiatan belajar mengajar guru sangat penting, jika guru mengajar terlalu cepat, suara keras, penguasaan materi kurang baik, penguasaan kelas rendah, motivasi rendah, maka itu akan menghambat semangat belajar siswa dan motivasi siswa untuk bertanya, dan mengulangi pelajaran kembali dirumah akan berkurang. 2.2.2. Kompetensi Guru Tugas dan peran guru dapat terlaksana apabila memilki kopetensi di dalam dirinya. Kompetensi yang dimilki oleh setiap guru akan menunjukkan kualitas kerja guru. Berdasarkan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standard Kualitas Akademi dan Kompetensi Guru, dijelaskan bahwa Standar Kompetensi Guru dikembangkan secara utuh dari 4 kompetensi utama (departemen pendidikan nasional, 2008), yaitu: kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. 1. Kompetensi Pedagogik Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan yang harus dimiliki guru berkenaan dengan karakteristik siswa dilihat dari berbagai aspek seperti moral, emosional dan 23
intektual.Hal tersebut berimplikasi bahwa seorang guru harus mampu menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip belajar, karena siswa memilki karakter, sifat, dan interest yang berbeda.
Guru
harus
mampu
mengoptimalkan
potensi
peserta
didik
untukmengaktualisasikan kemampuannya dikelas dan harus mampu melakukan kegiatan penilaian terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. 2. Kompetensi Kepribadian Dalam hal ini guru harus mampunyai kemampuan yang bekaitan dengan kemantapan dan integritas kepribadian seorang guru. Guru sebgai pendidik harus dapat mempengaruhi proses perkembangan dengan tata nilai yang dianggap baik dan berlaku di masyarakat. Guru harus mampu membelajarkan siswa tentang disiplin diri, belajar membaca, mencintai buku, menghargai waktu, belajar bagaimana belajar, mematuhi aturan/tata tertib, dan belajar bagaiman aharus berbuat. Semua itu akan berhasil apabila guru juga disiplin melaksanakan tugas dan kewajibannya. 3. Kompetensi Sosial Guru dimata masyarakat dan siswa merupakan panutan yang perlu dicontoh dan merupakan suri tauladandalam kehidupan sehari-hari. Guru perlu memilki kemampuan sosial dengan masyarakat, dalam rangka melaksanakan proses pembalajaran yang efektif. Kemampuan sosial merupakan kemampuan yang meliputi kemampuan guru dalam berkomunikasi,
bekerjasama,
bergaul
simpatik,
dan
mempunyai
jiwa
yang
menyenangkan. 4. Kompetensi Profesional Kompetensi profesional merupakan kemampuan yang harus dimilki guru dalam merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran. Guru memiliki tugas untuk 24
mengarahkan kegiatan belajar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran, untuk itu guru dituntut mampu menyampaikan bahan pelajaran. Guru juga harus mampu menciptakan susana mengajar yang menyenangkan agar siswa semakin termotivasi dengan apa yang sudah diberikan oleh guru. Dalam buku Quantum Teaching, Bobbi De Poter (2000:10), mengatakan pembelajaran yang berhasil haruslah dalam suasana yang menyenangkan dan menggembirakan. Untuk mencapai suasana itulah dipakai tahapan sebagai berikut: a. Ambak (apa manfaat bagi aku). Guru menumbuhkan minat dan manfaat belajar b. Alami. Guru mengajak siswa mengalami dalam kegiatan atau permainan c. Namai. Guru mengajak siswa dengan memberi nama, konsep, model, rumus, kata kunci yang mereka temukan. d. Demontrasikan. Guru mengajak siswa untuk menunjukan apa yang mereka ketahui e. Ulangi. Guru memberikan kesempatan siswa mengatakan bahwa “aku tau bahwa aku memang tahu ini” f.
Rayakan. Guru memberi pujian dan penghargaan dengan tepuk tangan atau cara lain atas partisipasi dan pendapat para siswa.
Pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa,peran guru adalah: 1.
Sebagai indikator, guru sebagai pelaksana mengajar informatife, laboratorium,studi lapangan dan informasi kegiatan maupun umum.
2.
Sebagai organisator, guru sebagai pengelola kegiatan akademik, silabus, workshop, jadwal pelajaran, dan lain-lain. Guru dalam melaksanakan tugasnya harus dapat mengatur dan mengelola sumber-sumber pembelajaran yang tersedia. Dengan demikian, peserta didik dapat memanfaatkan 25
sumber-sumber tersebut sebagai media pembelajaran yang memungkinkan siswa melakukan proses pembelajaran dengan efektif dan efisien. Seperti langkah-langkah proses pembelajaran, jadwal pembelajaran, kegiatan ekstra, dan lain-lain, hal ini dimaksudkan agar proses pembelajaran tersebut berjalan dengan baik. 3.
Sebagai motivator, guru harus dapat merangsang dan memberikan dorongan untuk mendinamisasi potensi siswa, menumbuhkan swadaya (aktivitas) dan daya cipta, sehingga akan terjadi dinamika di dalam proses belajar mengajar. Dalam proses pembelajaran, dorongan yang diberikan mungkin berupa penghargaan seperti pujian, bahkan seandainya diperkirakan hasilnya akan positif hukuman pun dapat dilakukan dengan catatan tidak memberikan hukuman fisik seperti menampar, manajemen, dan sebagainya. Sebagai penilai evalator, guru bertugas mengidentifikasi, mengumpulkan, menganalisis, menafsirkan data yang valid, reliabel dan objektif, dan akhirnya memberikan pertimbangan judgement atas tingkat keberhasilan pembelajaran berdasarkan kreteria yang ditetapkan, baik mengenai program, proses, maupun hasil (produk). Evaluasi terhadap produk selain berguna untuk bahan pertimbangan dalam kepuusan, juga bermanfaat sebagai umpan balik (feedback)bagi proses masukan (input)serta tindak lanjutnya.
4.
Sebagai direktor guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar mengajar siswa sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.
5.
Sebagai inisiator, guru sebagai pencetus ide-ide kreatif yang dapat dicontoh oleh anak didiknya dalam proses belajar. Ide yang dikemukakan adalah ide-ide yang kreatif dan dapat memotivasi peserta didik untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya.Peran guru sebagai inisiator sebenarnya 26
telah lama sekali diakui. Hal ini sejalan dengan semboyan ‘ing ngarso sung tulodo’ artinya ditengah-tengah guru harus dapat membangun inisiatif. 6.
Sebagai fasilisator, guru memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses belajar mengajar. Guru hendaknya memberikan kemudahan kepada peserta didik dalam proses pembelajaran, misalnya dengan menciptakan suasana yang menyenagkan dan menimbulkan keaktifan dan kreatifitas pada diri siswa sehingga pembelajaran berlangsung efektif dan efisien.
7.
Sebagai mediator, guru sebagai peneguh dalam kegiatan belajar siswa, guru hendaknya memilki pengetahuan dan pemahaman tentang pendidikan baik jenis dan bentuknya, baik media material maupun nonmaterial.
8.
Sebagai evaluator, Guru dituntut menjadi seorang evaluator yang baik dan jujur, dengan memberikan penilaian yang menyangkut intrinsik maupun ekstrinsik. Guru tidak hanya menilai produk tetapi juga menilai proses. Guru harus mempunyai otoritas untuk menilai prestasi anak didik dalam bidang akademis maupun tingkah laku sosialnya, sehingga dapat menentukan bagaimana anak didiknya berhasil atau tidak.
2.3.
Motivasi Pembelajaran
2.3.1. Pengertian Motivasi Motivasi merupakan aspek yang paling penting dalam mendukung seseorang dalam mengerjakan atau mempelajari sesuatu hal, sehingga mempengaruhi seseorang dalam mencapai sebuah prestasi belajar.Istilah motivasi sering disamakan dengan istilah motif, M. Nagalim Purwanto (2006:60),menyatakan motif adalah sesuatu yang mendorong sesorang untuk bertindak atau melakukan sesuatu.
27
Namun menurut Ghuatherie yang dikutip oleh Wasty Soemanto (2006:206)motivasi hanyalah menimbulkan variasi respon pada individu, dan apabila dihubungan dengan belajar hanyalah penyebab dari variasi reaksi.Berdasarkan definisi motivasi yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli, dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah suatu kondisi untuk memberikan dorongan dalam melakukan suatu hal untuk mencapai sebuah tujuan yang diharapakan. Menurut Sugihartono (2007:78) motivasi belajar memegang peranan yang sangat penting untuk pencapaian prestasi belajar siswa, karena motivasi belajar yang tinggi akan terlihat dalam ketekunan yang tidak mudah menyerah meskipun dihadapkan oleh beberapa kendala. Motivasi tersebut dapat ditemukan dalam sikap siswa, antara lain: (1) tinggi keterlibatan efektif siswa dalam belajar, (2) tingginya keterlibaran siswa dan efektif siswa dalam belajar.(3) tingginya upaya siswa untuk menjaga agar senantiasa memiliki motivasi belajar. Menurut Dimyanti dan Mudjiono (2006:80) motivasi adalah dorongan meental yang mengarahkan dan menggerakkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar.Motivasi terkandung adanya keinginan yang mengatifkan, menggerakkan, menyalurkan, dan mengarahkan sikap dan perilaku individu pelajar. Ada tiga komponen utama dalam motivasi, yaitu: 1) kebutuhan; 2) dorongan; 3) tujuan. Berdasarkan pendapat di atas dengan demikian motivasi belajar adalah sebuah dorongan untuk melakukan sesuatu hal yang diwujudkan dalam sebuah tindakan untuk melakukan kegiatan belajar dalam mencapai sebuah tujuan yang diharapkan. 2.3.2. Teori Motivasi Belajar Motivasi belajar adalah faktor psikis yang bersifat non-intelektual. Peranannya yang has adalah untuk menumbuhkan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar. Motivasi belajar
28
menurut M. Sobry Sutikno dalam (http://www.buderfic.or.id/h-129) menyebutkan bahwa motivasi ada dua, yaitu: 1. Motivasi intrinsik, motivasi intrinsik adalah motivasi yang berasal dari dalam individu sendiri tanpa ada paksaan atau dorongan dari orang lain. Misalnya seorang yang menghadapi ujian karena dia senang dengan mata pelajaran yang di ujikannya itu. Individu tersebut termotivasi untuk belajar saat mereka diberi pilihan, senagng menghadapi tantangan yang sesuai dengan kemampuan nilai infoermasional tetapi bukan dipakai untuk kontrol, misalnya guru memberikan pujian kepada peserta didik. 2. Motivasi ekstrinsik, motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul dari luar individu karena adanya paksaan atau dorongan dari orang lain sehingga individu tersebut mempuanyai kemauan untuk melakukan sesuatu atau belajar. Motivasi ekstrinsik sering dipengaruhi oleh insentif eksternal seperti imbalan dan hukuman. Misalnya, sesorang akan belajar keras dalam mengahadapi ujian demi mendapatkan nilai yang baik. Kedua motivasi tersebut sangat berperan penting bagi pencapaian tujuan belajar siswa dan mempunyai keterkaitan keduanya Motivasi-motivasi untuk belajar yang muncul dari dalam diri sesorang terdapat berbagai macam hal.Apabila dilihat dari beberapa sudut pandang, para ahli phisikologi berusaha untuk menggolongkan motif-motif yang ada di dalam diri individu kedalam beberapa golongan. Menurut Setain yang dikutip oleh M. Ngalim Purwanto (2006-62) membagi motif-motif tersebut menjadi dua golongan, yaitu: (1) physiological drive, (2) sosial motives, physiological drive adalah sebuah dorongan yang bersifat fisiologis seperti lapar, haus, seks, dan sebagainya. 29
Sedangkan sosial motives adalah dorongan-dorongan yang hubungannya manusia dengan manusia yang lain dalam masyarakat, seperti: dorongan estetis, dorongan ingin selalu berbuat baik (etika) dan sebaginya. Jadi kedua golongan motif tersebut saling berhungan dengan yang lain. Woodwort yang dikutip oleh M.Ngalim Purwanto (2006:63) menyatakan bahwa motifmotif pada seseorang berkembang melalui kematangan, latihan dan belajar. Menurut Wasty Soemanto (2006:207) mengemukakan bahwa motivasi memilki dua elemen, yaitu elemen dalam (inner component), elemen luar (outer component). (inner component) adalah elemen yang berupa perubahan yang terjadi dalam diri sesorang, perubahan ini berupa keadaan ketidak puasan atau ketegangan phisikologis. Elemen luar(outer component) adalah elemen yang berupa perubahan yang terjadi dalam diri sesorang yang berada di luar diri sesorang tersebut untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai. Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kedua motivasi tersebut sangat berperan penting bagi pencapaian tujuan motivasi siswa, dan mempunyai keterkaitan satu dan yang lain. 2.3.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar Menurut Brocy (2004), (dalam http://www.repository.usu.ac.pdf) terdapat lima faktor yang dapat mempenaruhi motivasi belajar siswa, yaitu: a. Harapan Guru Haraan guru berkaitan denga memperjelas tujuan belajar.Peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar erat kaitannyadengan kemaknaan belajar. Warga belajar akan termotivasi belajar membaca karena belajar membaca dapat melahirkan kemampuan warga belajar dalam membaca dan itu sangat penting dalam kehidupan. b. Instruktur langsung/ perintah langsung c. Umpan balik (feedback) yang tepat 30
Mutu hasil belajar akan meningkatbila terjadi interaksi dalam belajar. Pemberian umpan balik dari mengajar kepada warga belajar merupakan salah satu bentuk interaksi antara mengajar dan warga belajar.Umpan balik hendaknya lebih mengungkap kekuatan dari pada kelemahan. Selain itu, cara memberikan umpan balik pun harus secara santun. Hal ini dimaksudkan agar warga belajar agar lebih percaya diri dalam menghadapi tugas-tugas belajar selanjutnya. d. Penguatan atau hadiah Motivasi dapat berperan dalam penguatan belajar apabila seseorang yang belajar dihadapan pada suatu masalah yang memerlukan pemecahannya dan
hanya dapat
dipecahkan berkat bantuan hal-hal yang pernah dilaluinya. e. Hukuman. Seseorang akan termotivasi untuk belajar untuk menghindari sebuah hukuman, yaitu nilai yang rendah. Siswa yang masih duduk dibangku sekolah dasar (SD) lebih dipengaruhi oleh motivasi ekstrinsik, sedangkan siswa yang sudah duduk di bangku Sekolah Menengah Atas/Kejuruan seharusnya lebih dipengaruhi oleh motivasi instrinsik, karena siswa tersebut sudah mempunyai kesadaran pentingnya belajar untuk masa depan. Namun dalam realita masih banyak siswa yang belum dipengaruhi oleh motivasi intrinsik tersebut.Berdasarkan hal-hal tersebut, guru mempunyai peran penting untuk mengembang motivasi intrinsik tersebut. 2.3.4. Upaya Menumbuhkan Motivasi Belajar Pentingnya motivasi untuk belajar dalam pencapaian tujuan yang diharapkan oleh siswa, maka motivasi merupakan hal yang utama yang harus dimiliki oleh setiap siswa.Motivasi ini harus dimulai dari diri siswa itu sendiri.Motivasi dari dalam diri siswa merupakan yang paling 31
penting, karena apabila siswa tersebut tidak mempunyai kesadaran dalam belajar, motivasi itu tidak akan tumbuh walaupun faktor dari siswa sudah mendukung. Membangkitkan motivasi belajar siswa tidaklah mudah, Guru merupakan salah satu cara untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa, karena guru merupakan orang yang berperan penting dalam proses belajar siswa ketika berada lingkungan sekolah. Namun apabila guru tidak paham dengan hal yang diinginkan siswa, maka motivasi tersebut dapat ditumbuhkan dari dalam diri siswa. Sardirman (2010:92-95), cara untuk menumbuhkan motivasi dalam belajar adalah: 1. Pemberian angka, hal ini disebabkan karena banyak siswa belajar dengan tujuan utama yaitu untuk mencapai angka/nilai yang baik. 2. Hadiah, namun dengan pemberian hadiah tidak tidak semua senang, karena hadiah tersebut akan menarik bagi siswa yang tidak terdapat dalam suatu pekerjaan. 3. Persaingan/kopetisi,
dengan
persaingan
individual
maupun
kelompok
dapar
meningkatkan kegiatan belajar siswa. 4. Ego-involvement, yaitu menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri. 5. Memberikan ulangan, hal ini disebabkan para siswa akan menjadi giat belajar jika tau akan ada ulangan. 6. Memberi tahukan hasil, hal ini akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar terutama kalau terjadikemajuan. 7. Pujian, jika ada siswayang berhasil menyelesaikan tugas dengan baik, hal ini merupakan bentuk penguatan positif.
32
8. Hukuman, dengan memberikan hukuman yang tepat dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar. 9. Hasrat belajar, dengan adanya hasrat belajar yang tumbuh daridalam diri siswa itu sendiri, maka hasil belajar akan lebih baik. 10. Minatadalah motivasi pokok yang timbul karena kebutuhan. 11. Tujuan yang dicapai, maka dengan memahami tujuan yang akan dicapai, maka akan mempermudah untuk menimbulkan gairah belajar siswa.
2.3.5. Ciri-ciri Motivasi Belajar Menurut Sudirman (2009:83) teori ini mirip dengan teori insting, tetapi lebih ditekankan pada untur-unsur kejiwaan yang ada pada diri manusia. Bahwa setiap tindakan manusia karena adanya unsur pribadi manusia yakni id dan ego tokoh dariteori ini adalah freud. Selanjutnya untuk melengkapi uraian mengenai makna dan teori tentang motivasi itu, perlu dikemukakan adanya beberapa ciri motivasi. Motivasi yang ada pada diri setiap orang itu memilki ciri-ciri sebagai berikut: 1.
Tekun mengahadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama, tidak berhenti sebelum selesai).
2.
Ulet mengahadi kesulitan (tidak lepas putus asa). Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak pernah puas dengan prestasi yang telah dicapai)
3.
Menunjukan minat terhadap bermacam-macam masalah untukorang dewas (misalnya masalah pembangunan agama, politik, ekonomi, keadilan, pemberantasan korupsi, penentangan terhadap setiap tindakan kriminal, amoral, dan sebagainya). 33
4.
Lebih senang belajar mandiri.
5.
Cepat bosandengan tugas-tugasyang rutin (hal-hal yang bersikap mekanis, berulangulang begitu saja, sehingga kurang kreatif).
6.
Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin dengan sesuatu).
7.
Tidak mudah melepaskan hal yang sudah diyakini itu.
8.
Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.
Apabila seseorang memiliki ciri-ciri seperti diatas, berarti orang tersebut selalu memiliki motivasi yang
kuat. Karena motivasi itu akan sangat penting dalam kegiatan belajar
mengajarnya, dan akan berhasil baik, kalau siswa tekun mengerjakan tugas, ulet dalam memecahkan berbagai masalah dan hambatan secara mandiri. Siswa yang belajar dengan baik tidak akan terjebak pada sesuatu rutinitas dan mekanis. Siswa harus mampu mempertahankan pendapatnya, kalau ia sudah yakin dan dipandangnya cukup rasional, bahkan lebih lanjut siswa harus juga peka dan responsif terhadap berbagai masalah umum dan bagaimana memikirkan pemecahanya. Hal-hal itu semua harus dipahami benar oleh guru, agar dalam berinteraksi dengan siswanya dapat memberikan motivasi yang tepat dan optimal.Menurut Elida Prayitno (1989:11) didalam proses belajar siswa yang termotivasi secara intrinsik dapat dilihat dari kegiatannya yang tekun dalam mengerjakan tugas-tugas belajar karena merasa butuh dan ingin mencapai tujuan belajar yang sebenarnya. Tujuan belajar yang sebenarnya adalah untuk menguasai apa yang sedang dipelajari, bahkan karena ingin mendapat pujian dari guru. Siswa yang termotivasi secara intrinsik aktivitasnya lebih baik dalam belajar dari pada siswa yang termotivasi secara ekstrinsik.Siswa yang memiliki motivasi ekstrinsik menunjukan keterlibatan dan aktivitas yang tinggi dalam belajar. Siswa seperti ini baru akan mencapai kepuasan kalau ia dapat memecahkan masalah 34
pelajaran dengan benar, dan jika mengerjakan tugas dengan baik. Mempelajari/mengerjakan tugas-tugas dalam belajar membentuk tantangan baginya dan ia terpaut tanpa terpaksa terhadap tugas-tugas belajar tersebut. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa seorang siswa yang termotivasi pasti akan mencapai kepuasannya. Secara intrinsik, aktivitasnya lebih baik dalam belajar dari pada siswa yang termotivasi secara ekstrinsik. 2.4.
Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Dhewanti Indra Murti 2012 dengan tujuan
memperoleh bukti empiris mengenai lingkungan sekolah dalam proses pembelajaran terhadap motivasi belajar, dampak dalam hasil belajar siswa di SMK Tamansiswa Yogyakarta lingkungan sekolah dan peran guru terdapat hubungan positif dan signifikasi terhadap motivasi belajar siswa. Potensi yang dimiliki siswa berbeda-beda, begitu juga dengan cara mengembangkan potensi yang dimiliki. Cara mengembangkan bergantung kepada keinginan yang dimiliki oleh setiap siswa. Hal ini dipengaruhi oleh motivasisetiap pribadi masing-masing. Motivasi merupakan suatu kondisi yang dimiliki oleh setiap siswa untuk bertingah laku. Ada pun penelitian yang dilakukan oleh Muhamad Akbar Ridho di SMK Muh. Kutowinangun Kebumen tahun 2011/2012.motivasi dalam belajar harus dibantu dengan bimbingan untuk memahami arti dalam kegiatan belajar agar siswa tersebut mempunyai keinginanuntuk mempelajari yang seharusnya dipelajari. Jika keinginan setiap siswa dalam belajar harus didukung oleh bimbingan yang sesuai maka motivasi siswa dalam belajar pun akan semakin meningkat sehingga tujuan dari motivasi pun juga akan tercapai, yaitu prestasi belajar.
2.5.
Kerangka Berpikir
35
Kerangka berfikir dalam penelitian ini berfungsi sebagai pedoman yang menjelaskan jalan arah tujuan penelitian yang akan membantu pemilihan konsep-konsep yang diperlukan guna dalam pembentukan hipotesis. Kerangka ini akan menjadi landasan untuk menjelaskan bagaimana lingkungan sekolah dan peran guru berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa kelas XI SMK Pelita Salatiga. Belajar pada hakikatnya merupakan suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Belajar bukanlah satu tujuan, akan tetapi merupakan satu proses untuk mencapai tujuan. Dari belajar bukan merupakan suatu peristiwa secara otomatis terjadi dari menyampaikan sejumlah informasi dan sumber belajar kedalam diri peserta didik, akan tetapi memerlukan suatu proses keterlibatan mental dan tindakan nyata dari peserta didik itu sendiri. Secara fisik fasilitas di lingkungan sekolah juga sangat mendukung kelancaran proses belajar dan mengajar. Dengan sarana dan fasilitas yang memadai, siswa akan lebih bersemangat dalam belajar. Sehingga akan memacu dirinya untuk meningkatkan motivasi belajarnya. Lingkungan sekolah sangat erat kaitannya dengan motivasi belajar. Banyak faktor sekolah yang mempengaruhi belajar mencakup metode mengajar. Kutikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode mengajar, dan tugas rumah. Dari lingkungan sekolah yang baik akan menimbulkan dan mendorong motivasi siswa SMK Pelita Salatiga semakin baik. Guru adalah tenaga profesional dalam bidang pembelajaran wajib memiliki kualitas yang sesuai dengan syarat-syarat khusus yaitu guru harus menguasai seluk-beluk pendidikan dan pengajaran dengan berbagai ilmu pengetahuan lainnya yang perlu dibina dan dikembangkan 36
melalui masa pendidikan tertentu atau pendidikan prajabatan. Guru juga harus mampu menciptakan susasana belajar yang menyenangkan di dalam kelas, jika guru berhasil menciptakan suasana, siswa akan merasa senang baik dengan guru itu sendiri dan dengan mata pelajarannya. Peran guru dalam lingkungan sekolah SMK Pelita harus bisa membangun hubungan relasi yang baik dengan siswa, terutama hubungan komunikasi terhadap siswa, siswa yang dekat dengan guru, dan sering berkomunikasi dapat membangun motivasi ekstrisik dari dalam siswa. Hubungan guru dengan motivasi sangat berpengaruh erat dalam meningkatkan motivasi belajar siswa, siswa akan bersemangat dalam belajar karena siswa sudah menyenangi guru dan mata pelajaran yang sudah diberikan. Motivasi merupakan kebutuhan yang memberikan dorongan dari seseorang atau dari diri sendiri untuk melakukan hal-hal yang baik dalam berbagai hal kehidupan dan membuat dirinya berharga.Motivasi berhubungan dengan kemampuan mengatasi rintangan dan memelihara semangat berusaha yang tinggi, bersaing melalui kerja keras, baik didorong karena adanya harapan untuk sukses ataupun karena takut kegagalan. Oleh sebab itu bila seseorang siswa berada di lingkungan sekolah yang baik, dan dengan peran guru yang baik dalam memotivasi belajar, siswa akan mempunyai motivasi atau semangat belajar yang tinggi siswa akan menghasilkan pencacapain yang terbaik dan optimal. Gambar 2.1 Kerangka berfikir hubungan motivasi belajar antara lingkungan sekolah, dan hubungan motivasi belajar dengan peran guru.
Lingkungan Sekolah (X1) Peran Guru (X2)
Motivasi Belajar 37 (Y)
2.6.
Hipotesis Penelitian Menurut Sugiyono (2010:96), hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap
rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah telah di nyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Hipotesis tersebut akan di uji menggunakan pendekatan kuantitatif sehingga akan diketahui kebenaranya secara empiris. Dengan mengacu pada rumusan masalah dan kerangka berfikir yang telah dibuat peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut: 1. Hipotesis Motivasi Belajar (Y) Hipotesis kerja Motivasi belajar siswa kelas XI di SMK Pelita Salatiga adalah rendah. Artinya berdasarkan nilai ketuntasan, motivasi belajar siswa kelas XI di SMK Pelita Salatiga dikatakan rendah jika kurang dari 75%. H0
: Motivasi belajar siswa kelas XI di SMK Pelita Salatiga adalah tinggi yaitu lebih dari sama dengan 75%.
H1
: Motivasi belajar siswa kelas XI di SMK Pelita Salatiga adalah rendah yaitu kurang dari 75%
Hipotesis Statistik H0 : µ ≥ 75% H1 : µ < 75% 2. Hipotesis hubungan antara lingkungan sekolah (X1) dengan motivasi belajar (Y) 38
Terdapat hubungan lingkungan sekolah dengan motivasi belajar siswa kelas XI di SMK Pelita Salatiga. Artinya berdasarkan teori dalam penelitian ini lingkungan sekolah dapat dikatakan berhubungan dengan motivasi belajar apabila koofisien korelasi kedua variabel tersebut tidak sama dengan 0. H0 : Tidak ada hubungan antara lingkungan sekolah dengan motivasi belajar siswa kelas XI di SMK Pelita Salatiga. H1 : Terdapat hubungan antaran lingkungan sekolah dengan motivasi belajar siswa kelas XI di SMK Pelita Salatiga. Hipotesis Statistik H0 : ρxy = 0 H1 : ρxy ≠ 0 3. Hipotesis hubungan antara peran guru (X2) dengan motivasi belajar (Y) Terdapat hubungan peran guru dengan motivasi belajar siswa kelas XI di SMK Pelita Salatiga. Artinya berdasarkan teori dalam penelitian ini lingkungan sekolah dapat dikatakan berhubungan dengan motivasi belajar apabila koofisien korelasi kedua variabel tersebut tidak sama dengan 0. H0 : Tidak ada hubungan antara peran guru dengan motivasi belajar siswa kelas XI di SMK Pelita Salatiga. H1 : Terdapat hubungan antaran peran guru dengan motivasi belajar siswa kelas XI di SMK Pelita Salatiga. Hipotesis Statistik H0 : ρxy = 0 H1 : ρxy ≠ 0 39
40