BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pengertian Tugas-tugas Perkembangan Remaja Menurut Havighurst (dalam Syaodih. 2009.: 161) mengatakan bahwa: “Definisi tugas perkembangan adalah suatu tugas yang muncul pada periode tertentu dalam kehidupan seseorang, yang kesuksesan penyelesaiannya akan mengantarkan orang tersebut kedalam bahagia, dan kegagalan penyelesaiannya akan menyebabkan orang tersebut tidak bahagia, tidak diterima oleh masyarakat, dan mengalami kesulitan dalam menjalani tugas-tugas berikutnya”. Keberhasilan
dalam
melakasanakan
tugas
perkembangan
akan
menumbuhkan rasa bahagia, serta member kemudahan bagi pemenuhan tugastugas selanjutnya. Sedangkan kegagalan akan menimbulkan ketidakbahagiaan dan membawa kesukaran dalam menghadapi tugas-tugas perkembangan selanjutnya. Robert J. Havighurst (dalam Syaodih. 2009: 120) menyebutkan tugas-tugas perkembangan adalah: “sebagai suatu proses perkembangan yang bersifat alami, yaitu yang berupa kematangan, berintegrasi dengan proses penyesuaian diri dengan tuntutan dan tantangan dari luar, tetapi keduanya masih dipengaruhi oleh kesediaan, kemauan dan aspirasi individu untuk berkembang. Ketiganya mempengaruhi penyelesaian tugas-tugas yang dihadapi individu dalam perkembangannya”. Sedangkan menurut Dariyo (2004: 77) menyatakan bahwa: “tugas-tugas perkembangan (development tasks) yakni tugas-tugas atau kewajiban yang harus dilalui oleh setiap individu sesui dengan tahap perkembangan individu
8
itu sendiri. Dari sejak kandungan, bayi, anak-anak, remaja, dewasa, sampai dewasa akhir, setiap individu harus melakukan tugas itu”.
2.1.2 Tugas-tugas Perkembangan Remaja Perkembangan merupakan suatu proses yang menggambarkan perilaku kehidupan sosial psikologi manusia pada posisi yang harmonis di dalam lingkungan masyarakat yang lebih luar dan kompleks. Menurut
Havighurst
(dalam
Sunarto
dan
Hartono,1995:
43)
“perkembangan tersebut dinyatakan sebagai tugas yang harus dipelajari, dijalani, dan dikuasai oleh setiap individu dalam perjalanan hidupnya, atau dengan perkataan lain perjalanan hidup manusia di tandai dengan berbagai tugas perkembangan yang harus ditempuh”. Tugas-tugas perkembangan tersebut oleh Havighurst dikaitkan dengan fungsi belajar, karena pada hakikatnya perkembangan kehidupan manusia dipandang sebagai upaya mempelajari norma kehidupan dan budaya masyarakat agar mereka mampu melakukan penyesuain diri dengan baik di dalam kehidupan nyata. Untuk memahami jenis tugas perkembangan remaja, perlu dipahami halhal yang harus dilakukan oleh orang dewasa. Oleh karena itu, jenis tugas perkembangan remaja itu pada dasarnya mencakup segala persiapan diri untuk memasuki jenjang dewasa, yang intinya bertolak dari tugas perkembangan fisik dan tugas perkembangan sosio-psikologis.
9
Menurut Havighurst (dalam Syaodih. 2009: 36) mengemukakam bahwa tugas-tugas perkembangan tersusun menurut suatu pola tertentu dan secara keseluruhan saling terkait. Tugas-tugas perkembangan tersebut dibentuk oleh unsur-unsur biologis, psikologis, dan kultural yang ada pada diri dan lingkungan individu. Selengkapanya tugas-tugas perkembangan manusia, sejak lahir sampai dengan dewasa adalah: Tugas perkembangan masa remaja (12 – 18 tahun) a. Mencapai hubungan-hubungan yang baru dan lebih matang dengan teman sebaya antar jenis kelamin yang sama dan berbeda. b. Mencapai peranan sosial sebagai peranan pria dan wanita. c. Menerima kesatuan tubuh sebagaimana adanya dan menggunakannya secara efektif. d. Mencapai kemerdekaan emosional terhadap orang tua dan orang dewasa lainnya. e. Mencapai keadaan dimilikinya jaminan untuk kemerdekaan ekonomi. f. Memilih dan mempersiapkan diri untuk suatu pekerjaan. g. Mempersiapkan diri untuk pernikahan dan kehidupan berkeluarga. h. Mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep-konsep yang perlu untuk kehidupan sebagai warga Negara. i.
Mengembangkan hasrat dan mencapai kemampuan bertingkah laku yang dapat dipertimbangkan secara sosial.
j.
Menguasai seperangkat nilai dan sistem etika sebagai pedoman.
10
2.1.3 Aspek-aspek Tugas Perkembangan Remaja Menurut Yusuf dkk, (2009: 7-9) menyatakan bahwa: terdapat 11 aspek perkembangan remaja pada siswa SMA/SMK yaitu : 1. Landasan hidup religious terdiri dari; a) shalat dan berdoa, b) belajar agama, c) keimanan, d) sabar. 2. Landasan prilaku etis terdiri dari; a) jujur, b) hormat kepada orang tua, c) sikap sopan dan santun, d) ketertiban dan kepatuhan. 3. Kematangan
emosional
yang
terdiri
dari;
a)
kebebasan
dalam
mengemukakan pendapat, b) tidak cemas, c) mengendalikan emosi, d) kemampuan menjaga stabilitas emosi. 4. Kematangan intelektual yang terdiri dari; a) sikap kritis, b) sikap rasional, c) kemampuan membela hak pribadi, d) kemampuan menilai. 5. Kesadaran tanggung jawab yang terdiri dari; a) mawas diri, b) tanggung jawab atas tindakan pribadi, c) partisipasi pada lingkungan, d) disiplin. 6. Peran sosial sebagai pria atau wanita yang terdiri dari; a) perbedaan pokok laki-laki dan perempuan, b) peran sosial sesuai jenis kelamin, c) tingkah laku dan kegiatan sesuai jenis kelamin, d) cita-cita sesuai jenis kelamin. 7. Penerimaan diri dan pengembangannya yang terdiri dari; a) kondisi fisik, b) kondisi mental, c) pengembangan cita-cita, d) pengembangan pribadi. 8. Kemandirian prilaku ekonomis yang terdiri dari; a) upaya menghasilkan uang, b) sikap hemat dan menabung, c) bekerja keras dan ulet, d) tidak mengharap pemberian orang.
11
9. Wawasan persiapan karir yang terdiri dari; a) pemahaman jenis pekerjaan, b) kesungguhan belajar, c) upaya meningkatkan keahlian, d) perencanaan karir. 10. Kematangan hubungan dengan teman sebaya yang terdiri dari; a) pemahaman tingkah laku orang lain, b) kemampuan berempati, c) kerja sama, d) kemampuan hubungan sosial. 11. Persiapan diri untuk pernikahan dan hidup berkeluarga yang terdiri dari; a) pemilihan pasangan / teman hidup, b) kesiapan menikah, c) membangun keluarga, d) reproduksi yang sehat. 2.1.4 Karateristik Umum Perkembangan Remaja Menurut Erickson (dalam Hartinah 2009: 66) masa remaja sering kali dikenal dengan masa mencari diri disebut dengan identitas ego (ego identity). Hal tersebut terjadi karena masa remaja merupakan peralihan antara masa kehidupan anak-anak dan masa kehidupan orang dewasa. Ditinjau dari segi fisiknya mereka sudah bukan anak-anak lagi melainkan seperti orang dewasa, tetapi jika mereka diperlukan sebagai orang dewasa ternyata belum dapat menunjukan sikap dewasa. Oleh karena itu, terdapat sejumlah sikap yang sering ditunjukan oleh remaja, yaitu: 1. Kegelisahan Sesuai dengan fase perkembangannya, remaja mempunyai banyak idealisme angan-angan atau keinginan yang hendak diwujudkan dimasa depan.akan tetapi, sesungguhnya remaja belum memiliki banyak kemampuan yang 12
memadai untuk mewujudkan semua itu. Seringkali angan-angan dan keinginannya jauh lebih besar dibandingkan dengan kemampuannya. 2. Pertentangan Sebagai individu yang mencari jati diri, remaja berada pada situasi psikologis antara ingin melepas diri dari orang tua dan perasaan masih belum mampu untuk mandiri. Oleh karena itu, pada umumnya, remaja seringkali mengalami kebingungan karena sering pertentangan pendapat antara mereka dengan orang tua. Pertentangan yang sering terjadi tersebut menimbulkan keinginan remaja untuk melepaskan diri dari orang tua, kemudian ditentangnya sendiri karena dalam diri remaja ada keinginan untuk memperoleh masalah. Remaja sesungguhnya belum begitu berani mengambil resiko dari tindakan meninggalkan lingkungan keluarganya yang jelas aman bagi dirinya. Selain itu, keinginan melepaskan diri tersebut disertai dengan kesanggupan untuk berdiri sendiri tanpa bantuan orang tua dalam soal keuangan. Akibatnya, pertentangan yang sering terjadi akan menimbulkan kebingungan dalam diri remaja itu sendiri pada orang lain. 3. Mengkhayal Keinginan
untuk
menjelajah
dan
bertualang
tidak
semuanya
tersalurkan.biasanya hambatannya dari segi keuangan atau biaya. Oleh karena itu, menjelajah lingkungan sekitar yang luas akan menimbulkan biaya yang banyak, padahal kebanyakan remaja hanya memperoleh uang dari pemberian orang tuanya. Akibatnya, mereka lalu mengkhayal mencari kepuasan, bahkan 13
menyalurkan khayalannya melalui dunia fantasi. Khayalan remaja putra biasanya berkisar pada soal prestasi dan jenjang karir sedangkan remaja putri lebih mengkhayalkan romantika hidup. 4. Aktifitas kelompok Menurut Singgih DS (dalam Hartinah 2009: 68) berbagai macam keinginan para remaja seringkali tidak dapat terpenuhi karena bermacam-macam kendala. Hal yang sering terjadi adalah tidak tersedianya biaya. Adanya bermacam-macam larangan dari orang tua seringkali melemahkan atau bahkan mematahkan semangat para remaja. Kebanyakan remaja menemukan jalan keluar dari kesulitannya setelah mereka berkumpul dengan rekan sebaya untuk melakukan kegiatan bersama. Mereka melakukan suatu kegiatan secara berkelompok sehingga berbagai kendala dapat di atasi bersama-sama. 5. Keinginan mencoba segala sesuatu Pada umumnya, remaja memiliki rasa ingin tahu yang tinggi (high curiosity). Karena didorong rasa ingin tahu yang tinggi, remaja cenderung ingin bertualang, menjelajah segala sesuatu dan mencoba segala sesuatu yang belum pernah di alaminya. Selain itu, didorong juga keinginan seperti orang dewasa menyebabkan remaja ingin mencoba melakukan apa yang sering dilakukan oleh orang dewasa. Akibatnya, tidak jarang sembunyi-sembunyi, remaja pria mencoba merokok karena sering melihat orang dewasa melakukannya. Seolah-olah dalam hati
14
kecilnya berkata bahwa remaja ingin membuktikan kalau sebenarnya dirinya mampu membuat seperti yang dilakukan oleh orang dewasa. Remaja putri seringkali mencoba memakai kosmetik baru, meskipun sekolah melarangnya. Menurut Soekanto (dalam Hartinah 2009: 68) yang amat penting bagi remaja adalah memberikan bimbingan agar rasa ingin tahunya yang tinggi dapat terarah kepada kegiatan yang positif, kreatif, dan produktif, misalnya ingin menjelajah alam sekitar untuk kepentingan penyelidikan atau ekspedisi. Jika keinginan semacam itu mendapat bimbingan dan penyaluran yang baik, akan menghasilkan kretivitas remaja yang sangat bermanfaat, seperti kemampuan membuat alat-alat elektronik untuk kepentingan komunikasi, menghasilkan temuan ilmiah yang bermutu, menghasilkan karya ilmiah remaja yang berbobot, menghasilkan kolaborasi musik dengan teman-temannya, dan sebagainya. Jika tidak, dikhawatirkan dapat menjurus kepada kegiatan atau perilaku negatif, misalnya mencoba narkoba, minum-minuman keras, penyalahgunaan obat, atau perilaku seks pranikah yang berakibat terjadinya kehamilan. Menurut Surmini dan Sundari (2004: 54) manyatakan bahwa: “remaja adalah masa peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek atau fungsi untuk memasuki masa dewasa”. Menurut Mappiare (dalam Ali dan Asrori 2012: 9) menyatakan bahwa:
15
“masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria”. Sedangkan menurut Monks (2002: 259) menyatakan bahwa: “anak remaja sebetulnya tidak mepunyai tempat yang jelas. Ia tidak termasuk golongan anak, tetapi ia tidak pula termasuk golongan orang dewasa atau golongan tua”. 2.1.5 Implikasi Tugas Perkembangan Remaja Bagi Pendidikan Memperhatikan banyaknya faktor kehidupan yang berada di lingkungan remaja, maka pemikiran tentang penyelenggaraan pendidikan juga harus memperhatikan
faktor-faktor
tersebut.
Sekalipun
dalam
penyelenggaraan
pendidikan diakui bahwa tidak mungkin memenuhi tuntutan dan harapan seluruh faktor yang berlaku tersebut. a. Pendidikan yang
berlaku di Indonesia,
baik pendidikan yang
diselenggarakan di dalam sekolah maupun di luar sekolah, pada diselenggarakan dalam bentuk klasikal. Penyelenggaraan pendidikan klasikal ini berarti memberlakukan sama semua tindakan pendidikan kepada semua remaja yang bergabung di dalam kelas, sekalipun masingmasing diantara mereka sangat berbeda-beda. Pengakuan terhadap kamampuan setiap pribadi yang beraneka ragam itu menjadi kurang. Oleh karena itu, yang harus mendapatkan perhatian di dalam penyelenggaraan pendidikan adalah sifat-sifat dan kebutuhan umum
16
remaja, seperti pengakuan akan kemampuannya, ingin mendapatkan kepercayaan, kebebasan, dan semacamnya. b. Beberapa usaha yang perlu dilakukan di dalam penyelenggaraan pendidikan, sehubungan dengan minat dan kemampuan remaja yang dikaitkan terhadap cita-cita kehidupannya antara lain adalah: 1) bimbingan karir dalam upaya mengarahkan siswa untuk menentukan pilihan
jenis
pendidikan
dan
jenis
pekerjaan
sesuai
dengan
kemampuannya, 2) memberikan latihan-latihan praktis terhadap siswa dengan
berorientasi
kepada
kondisi
(tuntutan)
lingkungan,
3)
penyusunan kurikulum yang komprehensif dengan mengembangkan kurikulum muatan lokal. c. Keberhasilan dalam memilih pasangan hidup untuk membentuk keluarga banyak ditentukan oleh pengalaman dan penyelesaian tugas-tugas perkembangan masa-masa sebelumnya. Untuk mengembangkan model keluarga yang ideal maka perlu dilakukan: 1) bimbingan tentang cara pergaulan dengan mengajarkan etika pergaulan lewat pendidikan budi pekerti dan pendidikan keluarga, 2) bimbingan siswa untuk memahami norma yang berlaku baik di dalam keluarga, sekolah, maupun di dalam masyarakat. Untuk kepentingan ini diperlukan arahan untuk kebebasan emosional dari orang tua. d. Pendidikan tentang nilai kehidupan untuk mengenalkan norma kehidupan sosial kemasyarakatan perlu dilakukan. Dalam hal ini perlu dilakukan pendidikan praktis melalui organisasi pemuda, pertemuan
17
dengan orang tua secara periodik, dan pemantapan pendidikan agama baik di dalam maupun di luar sekolah. Menurut Hall (dalam Sunarto dan Hartono 1995: 68) mengemukakan bahwa : “masa remaja ini sebagai masa storm and stres. Ia menyatakan bahwa selama masa remaja banyak masalah yang dihadapi karena remaja itu berupaya menemukan jati dirinya (identitasnya) kebutuhan aktualisasi diri”. Adolescentia berasal dari bahasa latin, adolescentia yang berarti masa mudah yang terjadi antara 17-30 tahun. Yulia dan Singgih D. Gunarsah, akhirnya menyimpulkan bahwa proses perkembangan psikis remaja dimulai antara 12-22 tahun. Jadi, remaja (adolescence) adalah masa transisi/ peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan aspek fisik, psikis, dan psikososial. Secara kronologis yang tergolong remaja ini berkisar antara usia 12/13 – 21 tahun. Untuk menjadi orang dewasa, mengutip pendapat Erikson, maka remaja akan melalui masa krisis dimana remaja berusaha untuk mencari identitas diri (search for sef-identity). Penggolongan masa remaja menurut Mappiare (dalam Hartinah 2009: 57) berlangsung antara umur 12-21 tahun bagi wanita dan 13-22 tahun bagi pria. Rentang usia remaja tersebut dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu usua 12/13 sampai 17/18 tahun adalah remaja awal dan usia 17/18 tahun sampai 21/22 tahun, yaitu remaja akhir.
18
Menurut Hurlock (dalam Hartinah 2009: 57) hukum di amerika serikat saat ini, individu dianggap telah dewasa apabila telah mencapai usia 18 tahun, dan bukan 21 tahun seperti ketentuan sebelumnya. Pada usia ini, umumnya anak sedang duduk di bangku sekolah menengah. Menurut Hurlock (dalam Hartinah 2009: 58) bahwa : “Perkembangan lebih lanjut, istilah adolescence sesungguhnya memiliki arti yang luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik”. Pandangan ini didukung oleh Piaget yang mengatakan bahwa secara psikologis, remaja adalah suatu usia dimana individu menjadi integrasi ke dalam masyarakat dewasa, suatu usia dimana anak tidak merasa bahwa dirinya berada di bawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama, atau paling tidak sejajar. Memasuki masyarakat dewasa ini mengandung banyak aspek afektif, lebih atau kurang dari usia pubertas. Berdasarkan Shaw dan Costanzo (dalam Hartinah 2009:58) mengemukakan bahwa : “Remaja juga sedang mengalami perkembangan pesat dalam aspek intelektual. Transportasi intelektual dari cara berpikir remaja ini memungkinkan mereka tidak hanya mampu mengintegrasikan dirinya ke dalam masyarakat dewasa, tapi juga merupakan karakteristik yang paling menonjol dari semua periode perkembangan”. Menurut Monks (dalam Hartinah 2009: 58) bahwa : “Remaja sebetulnya tidak mempunyai tempat yang jelas. Mereka sudah tidak termasuk golongan anak-anak, tetapi belum juga dapat diterima secara penuh untuk masuk ke golongan orang dewasa. Remaja ada diantara anak dan dewasa. Oleh karena itu, remaja seringkali dikenal
19
dengan fase “ mencari jati diri “ atau fase “ topan dan badai “. Remaja masih belum mampu menguasai dan memfungsikan secara maksimal fungsi fisik maupun psikisnya”. Namun yang perlu ditekankan di sini adalah bahwa fase remaja merupakan fase perkembangan yang tengah berada pada masa amat potensial, baik dilihat dari aspek kognitif, emosi maupun fisik. Menurut Shaw dan Costanzo (dalam Hartinah 2009: 58) bahwa: “Perkembangan intelektual yang terus-menerus menyebabkan remaja mencapai tahap berpikir oprasional formal. Tahap ini memungkinkan remaja mampu berpikir secara abstrak, menguji hipotesis, dan mempertimbangkan apa saja peluang yang ada padanya dari pada sekedar melihat apa adanya”. Kemampuan intelektual seperti ini yang membedakan fase remaja dari fase-fase sebelumnya.
20