BAB II KAJIAN TEORI
2.1 Morfologi Katamba (1993:3) mengatakan bahwa “morphology, the study of the internal structure of words did not emerge as a distinct sub-branch of linguistics until the nineteenth century”. Menurutnya, Morfologi ialah studi struktur internal kata-kata yang tidak muncul sebagai sub-cabang yang berbeda dari linguistik sampai abad kesembilan belas. Kemudian Katamba menambahkan bahwa awal abad kesembilan belas, morfologi memainkan peran penting dalam rekonstruksi Indo-Eropa. Kata Morfologi berasal dari kata morphologie yang berasal dari bahasa Yunani yaitu morphe yang digabungkan dengan logos. Morphe berarti bentuk dan logos berarti ilmu. O’Grady (1997:132) mengemukakan pendapatnya bahwa “Morphology is the system of categories and rules involved in word formation and interpretation”. Menurut pendapatnya, morfologi adalah sistem kategori dan peraturan mengenai pembentukan dan interpretasi kata tersebut. Morfologi adalah bagian dari ilmu bahasa atau linguistik yang mempelajari morfem, selain itu morfologi mempelajari struktur, bentuk, dan klasifikasi kata-kata yang dikatakan oleh Alwasilah (1993:110). Spencer (1998:1) menyatakan bahwa “Morphology is at the conceptual centre of linguistics. This is not because it is the dominant sub discipline, but because
59
morphology is the study of word structure”. Menurutnya, morfologi adalah pusat konseptual linguistik karena morfologi ialah studi tentang struktur kata. Selanjutnya beliau mengatakan bahwa “Morphology is the study of word structure, and words are at the interface between phonology, syntax, and semantics”. Morfologi ialah studi mengenai struktur kata, dan kata-kata tersebut pada antarmuka antara fonologi, sintaksis, dan semantik. Burling (1992:38) menyatakan bahwa “Morphology is a study of the way words are built up from smaller parts”. Menurut Burling morfologi adalah ilmu yang mempelajari bagaimana kata-kata dibentuk dari bagian yang paling kecil. Hal yang hampir sama dikemukakan oleh McManis, dkk (1987:117) mengenai morfologi yaitu “Morphology is the study how words are structured and how they are put together from smaller part”. Pengertian yang dikemukakan oleh McManis,dkk morfologi adalah ilmu yang mempelajari bagaimana kata- kata tersebut disusun dan bagaimana kata tersebut dapat dibentuk dari bagian yang lebih kecil. Dari pengertian-pengertian tersebut penulis dapat menyimpulkan bahwa morfologi adalah suatu cabang dari ilmu tata bahasa yang mempelajari struktur pembentukan kata dari bagian yang paling kecil yaitu morfem. Morfologi merupakan salah satu cabang ilmu linguistik yang mempelajari morfem dan susunannya dalam bentuk kata seperti yang dikatakan Katamba (1994). Dapat disimpulkan bahwa morfologi mengidentifikasi satuan-satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal. Morfologi mempelajari seluk-beluk kata terhadap golongan dan arti kata. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa morfologi
59
mempelajari bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata tersebut, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik.
2.1.1 Kata Kata merupakan unit terkecil pembentuk konstruksi sintaksisnya (Ramlan, 1992:131). Kata juga dapat dikatakan suatu satuan gramatikal dari jenis teoritis yang sama seperti morfem dan kalimat. Kata juga dapat didefinisikan sebagai satuan kebahasaan terkecil yang dapat berdiri sendiri, terjadi dari morfem tunggal atau dari gabungan morfem. Katamba (1993:18-19) mengatakan bahwa “Words refers to a particular physical realization of that lexeme in speech or writing. Word can also be seen as a representation of a lexeme that is associated with certain morph-syntactic such as noun, adjective, verb, tense, gender, number, etc” Menurutnya kata mengacu pada realisasi fisik leksem tertentu baik dalam ujaran maupun tulisan. Kata juga dapat dilihat sebagai representasi dari sebuah leksem yang berhubungan dengan morfem sintaksis tertentu seperti nomina, ajektif, verba, kala, jenis kelamin, nomor, dll. Kata adalah satu kesatuan yang utuh yang mengandung makna. Menurut Bloomfield, kata adalah suatu bentuk yang bebas dan terkecil a minimum free form. Berdasarkan konstruksi morfologis kita dapat membedakan kata ke dalam bentuk sederhana, kompleks dan kompositum. Kata sederhana terdiri dari satu morfem
59
bebas. Kata yang bermorfem satu ini sering dikenal sebagai kata monomorfenis dan kata yang bermorfem lebih dari satu dikenal sebagai polimorfemis. Selanjutnya menurut Lyons (1995:46) “Word may be considred as a pure form, whether spoken or written or alternatively, as composite expressions, which combine form and meaning”. Dengan ungkapan lain kata dapat diartikan sebagai bentuk ekspresi baik lisan maupun tulisan yang merupakan gabungan antara bentuk dan arti. Penulis dapat menyimpulkan bahwa kata adalah satuan terkecil dari kalimat yang dapat berdiri sendiri dan mempunyai makna. Kata- kata yang terbentuk dari gabungan huruf atau morfem baru kita akui sebagai kata bila bentuk bentuk tersebut sudah memiliki makna.
2.1.1.1 Kelas Kata Kelas kata merupakan pembagian jenis-jenis kata yang berdasarkan atas kesamaan makna, fungsi dan bentuk. Hal ini diungkapkan Leech (2006:126) “Word class (traditional term; part of speech) is a set of word which form. A class in terms of their similarity of form, function and meaning”. Leech berpendapat bahwa kelas kata ialah kumpulan kata-kata yang terbentuk. Kelas kata yang di dalamnya memiliki kesamaan bentuk, fungsi dan arti. Menurut Frank (1972:1) kelas kata terbagi menjadi 3 bagian seperti diuraikan berikut ini:
59
1. The words that form the central core of the sentences around which all the other words “cluster”. They are nouns, pronouns, and verbs. Kata- kata yang berasal dari inti pusat kalimat sekitar keseluruhan kata yang lain, yaitu nomina, pronomina dan verbia. a. Nomina Nomina adalah kata yang berfungsi sebagai subjek, objek atau pelengkap pada pusat kalimat. Contoh : (1) Farah is a chef Berdasarkan contoh di atas dapat diketahui bahwa dalam kata Farah merupakan kata dengan kategori nomina demikian pula dalam chef adalah kata dengan kategori nomina. b. Pronomina Pronomina adalah kata-kata yang digunakan untuk menghindari pengulangan nomina yang sudah disebutkan sebelumnya. Contoh: (2) John reading a novel. He read it seriously. Kata he dan it merupakan pronomina unuk menghindari pengulangan kata John dan novel.
59
c. Verba Verba adalah kata yang menyatakan tindakan atau pernyataan yang dilakukan subjek suatu kalimat. Contoh: (3) My mother is cooking soup. 2. The words that modify the central core words. Kata- kata yang memodifikasi inti pusat suatu kata, yaitu adjektiva dan adverbia. a. Ajektiva Ajektiva adalah kata yang menerangkan atau menambahkan makna terhadap nomina. Contoh: (4) He want to be a good teacher. Pada kalimat tersebut, kata good merupakan adjektiva karena menerangkan nomina he. a. Adverbia Adverbia adalah kata yang menerangkan atau menambahkan makna pada verb, adjektiva dan adverbia lain dalam kalimat. Contoh: (5) He run fastly. Pada kalimat tersebut, adverbia fastly menerangkan verba run.
59
3. The words that show a particular kind of connecting relationship between these four parts of speech. They are preposition and conjunctions. Kata- kata yang menunjukan satu macam hubungan yang tersambung yang biasanya antara empat kelas kata ini, yaitu preposisi dan konjungsi. a. Preposisi Preposisi adalah kata-kata yang berfungsi untuk menunjukan hubungan posisi, arah, dan waktu. Contoh: (6) The clock hanging on the wall. Pada kalimat di atas, kata the clock dan the wall dihubungkan dengan menggunakan preposisi on. b. Konjungsi Fungsi Konjungsi adalah menggabungkan atau menghubungkan kata, frasa, maupun klausa. Contoh: (7) Both my grandfather and my father worked in the steel plant. Pada kalimat di atas terdapat kata both dan and yang menghubungkan antara kata my grandfather dan my father.
59
2.1.1.2 Suku kata Clement dan Keyser (1983:23) menjelaskan bahwa “A universal theory of the syllable has, in our view, three specific tasks. First, it must specify the well-formed expressions of the theory. Thus, it provides an alphabet out of which syllable units are constructed together with a characterization of the permissible arrays of alphabetic units”. Menurut mereka teori umum dari suku kata memiliki tiga tugas spesifik. Pertama, harus menentukan bentuk teori ekspresi. Dengan demikian, menyediakan alfabet dari unit suku kata yang dibangun bersama-sama dengan karakterisasi array diperbolehkan unit abjad. Kemudian mereka meneruskan bahwa “Second, it must specify the parameters along which individual languages vary in their choice of syllable types”. Kedua, harus menentukan parameter sepanjang variasi bahasa individu di dalam memilih jenis suku kata. Selanjutnya mereka menjelaskan bahwa “Third, it must characterize the class of language-particular rules which modify or extend the underlying syllable representations (“syllabification rules”)”. Ketiga, harus mencirikan kelas bahasa aturan tertentu yang mengubah atau memperpanjang representasi suku kata yang mendasari.
2.1.2 Morfem Morfem adalah satuan bentuk terkecil dalam sebuah bahasa yang masih memiliki arti dan tidak bisa dibagi menjadi satuan yang lebih kecil lagi. Burling (1992:38) mengemukakan bahwa morfem adalah “The smallest pieces, those that can longer be divided into even smaller meaningful bits are called morphemes”.
59
Menurutnya bagian terkecil yang tidak dapat dibagi lagi disebut dengan morfem. Morfem dapat juga dikatakan unsur terkecil dari pembentukan kata dan disesuaikan dengan aturan suatu bahasa. Johnson (1999:217) mengatakan bahwa “Morpheme is the smallest linguistic unit that has meanings“. Menurutnya morfem adalah satuan linguistik terkecil yang memiliki makna.
Hal yang hampir sama ditegaskan secara singkat oleh Trask
(1999:192) mengatakan bahwa “Morpheme is the smallest identifiable grammatical unit”. Menurutnya morfem ialah satuan terkecil gramatikal yang dapat diidentifikasi. Katamba (1993:20) mengemukakan bahwa “The term morpheme is used to refer to the smallest, indivisible units of semantic content or grammatical function which words are made up of”. Menurutnya, istilah morfem digunakan untuk mengacu pada yang terkecil, unit-unit kadar semantik atau fungsi gramatikal yang dipisahkan. Aronoff (2005:2) mengemukakan bahwa “Morphemes often define as the smallest linguistic pieces with a grammatical function”. Menurutnya morfem sering didefinisikan sebagai bagian terkecil dalam linguistik yang memiliki fungsi gramatikal. Selain itu pendapat dari ahli lain yaitu Payne (1997:20-21) mengatakan bahwa “Morpheme is the smallest meaningful unit in the grammar of a language”. Payne berpendapat bahwa morfem ialah unit terkecil yang memiliki makna dalam tata bahasa dari suatu bahasa. Hockett memberikan definisi morfem sebagai berikut “Morphemes are the smallest individualy meaningful elements in the utterances of a language” (Parera,
59
1980:21). Menurutnya morfem adalah unsur- unsure terkecil yang masing-masing mempunyai makna dalam tutur sebuah bahasa. Dari definisi-definisi diatas dapat dipahami bahwa morfem merupakan satuan terkecil dalam morfologi yang memiliki makna, karena morfem merupakan satuan terkecil, dan morfem tidak dapat dibagi-bagi lagi menjdi satuan yang lebih kecil. Selain itu secara garis besar morfem diklasifikasikan menjadi 2 jenis, yang pertama morfem bebas (free morpheme) dan morfem terikat (bound morpheme). Teori ini seperti yang dikatakan Widdowson (1996:45) memberikan pendapat mengenai morfem yaitu “The two word is made up of two elements of meaning, or morphemes, the first of which is independent or free, and the second dependent, or bound”. Yule (2006:63) mengatakan bahwa “Bound Morpheme, which are those forms that cannot normally stand alone and are typically attached to another form”. Menurutnya morfem terikat ialah morfem yang tidak dapat berdiri sendiri sebagai sebuah kata dan terikat dengan morfem lain. Sedangkan morfem bebas Yule mengungkapkan bahwa “Free Morphemes, morpheme thas can stand by themselves as single word, for example open and tour”. Menurutnya morfem bebas adalah kata yang dapat berdiri sendiri sebagai sebuah kata, seperti pada kata ‘open’ dan ‘tour’.
2.1.2.1 Morfem bebas Katamba (1993:41) mengatakan bahwa “Many words contain a root standing on its own. Roots which are capable of standing independently are called free
59
morphemes”. Menurutnya, banyak kata-kata mengandung kata dasar yang berdiri sendiri. Kata dasar yang mampu berdiri sendiri secara independen disebut morfem bebas. Nida (192:81) mengatakan bahwa “free morphemes are those which may be uttered in isolation, e.g. boy, girl, man”. Menurut pendapatnya morfem bebas ialah morfem yang diucapkan dalam isolasi, misalnya ‘boy’, ‘girl’, ‘man’. Morfem bebas adalah morfem yang tanpa kehadiran atau tidak terikat morfem lain yang muncul di dalam tuturan (Chaer, 1994:152). O’Grady (1997:714) menyatakan bahwa “Free morpheme is a morpheme that can be a word by itself”. Menurut pendapatnya morfem bebas ialah morfem yang dapat berdiri sendiri tanpa terikat dengan morfem lain. Morfem bebas adalah bentuk yang dapat berdiri sendiri secara morfemis dan tidak membutuhkan bentuk lain yang digabung (Verhaar, 1988:97). Morfem bebas adalah morfem yang tanpa adanya morfem lain dapat muncul dalam pertuturan (Chaer, 2007:152). Morfem bebas adalah morfem yang dapat berdiri sendiri sebagai suatu kata (George Yule, 1985:60). Hal ini sama seperti yang dikatakan Verhaar (1988:97) morfem bebas adalah bentuk yang dapat berdiri sendiri secara morfemis dan tidak membutuhkan bentuk lain yang digabung. George Yule menambahkan bahwa terdapat dua macam kategori dalam morfem bebas, yaitu lexical morpheme dan functional morpheme. Kata – kata yang termasuk dalam lexical morpheme misalnya, book, mother, cat, high, read, sedangkan yang termasuk dalam
59
functional morpheme adalah conjuction, prepositions, articles, dan pronoun, seperti pada contoh on, the, it, and. Definisi di atas serupa dengan definisi Depdikbud (1992:24) yaitu morfem yang dapat berdiri sendiri dinamakan morfem bebas. Dikatakan bebas karena dapat digunakan dalam tuturan tanpa harus digabungkan terlebih dahulu dengan morfem lain.
2.1.2.2 Morfem terikat Morfem terikat adalah morfem yang tanpa digabung dulu dengan morfem lain tidak muncul dalam pertuturan (Chaer, 1994:152).
Sedangkan menurut
George Yule (1985:76), terdapat dua kategori morfem terikat, yaitu derivational morphemes dan inflectional morphemes. a. Derivational Morpheme Derivational Morpheme adalah morfem yang membentuk kata – kata baru dan sering digunakan untuk membentuk kata-kata dengan kategori gramatikal yang berbeda dari stem-nya, misalnya penambahan morfem –ly pada kata sifat careful akan mengubahnya menjadi kata keterangan carefully. b. Inflectional Morpheme Pada inflectional morpheme ini digunakan untuk menunjukkan kata yang bersifat jamak atau tunggal dan tidak mengubah kelas kata. Contohnya, morfem infleksi –s pada kata books menunjukkan kata benda jamak.
59
Klammer (2000:50) mengungkapkan bahwa “Prefixes and suffixes are considered to be bound morphems because they are incapable of standing alone as words; they must be connected (bound) to other morphems”. Dengan kata lain morfem terikat yaitu prefiks dan sufiks yang keduanya dianggap sebagai morfem terikat, sebab mereka tidak mampu berdiri sendiri sebagai kata, mereka harus dihubungkan dengan morfem lain (morfem bebas). Dengan kata lain morfem terikat adalah morfem yang tidak dapat digunakan dalm petuturan tanpa digabung terlebih dahulu dengan morfem lain. Misalnya, dis-, un-, ir-, re-. Nida (1962:81) mengemukakan bahwa “bound morphemes never occur in isolation, that is, are not regularly uttered alone in normal discourse”. Menurutnya, morfem terikat tidak pernah terjadi secara terpisah, yaitu tidak teratur diucapkan sendiri dalam wacana yang normal. Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa morfem terikat adalah morfem yang tidak dapat berdiri sendiri dan hanya dapat meleburkan diri pada morfem yang lain. Morfem mempunyai jenis yang berbeda, yaitu leksikal morfem dan gramatikal morfem. Leksikal morfem mengenai makna sebenarnya, sedangkan gramatikal morfem mengenai fungsi gramatik.
2.2 Proses Morfologi Proses Morfologi menyangkut pengkajian cara pembentukan kata-kata dalam bahasa melalui proses penggabungan, penambahan ataupun perubahan bentuk kata.
59
Ada beberapa proses morfologis yang terdapat dalam bahasa-bahasa di dunia seperti afiksasi (affixation), pemajemukan (compounding), penggabungan (blending) dan kliping (clipping). George Yule (1985:51) mengatakan bahwa “Word formation process is a way of forming new words or terms from the use of old word. The processes consist of affixation, compounding, blending, clipping, back-formation, conversion, acronyms, and derivation”. Menurut pendapatnya, proses formasi kata adalah cara membentuk kata-kata baru atau istilah dari penggunaan kata-kata lama. Proses ini terdiri dari affixation, compounding, blending, clipping, back-formation, conversion, acronym, dan derivation.
2.2.1 Affixation Afiks adalah suatu suku kata (yang bukan merupakan suatu kata). Afiks dapat ditambahkan pada suatu kata untuk menghasilkan kata yang lainnya. Arnoff (1988:234) mengemukakan bahwa “Affix is a bound morpheme that attaches to a root or a stem to form a new lexeme (derived form) or an inflected form or stem of an existing lexeme”. Menurut pendapatnya afiks adalah morfem terikat yang menempel pada kata dasar untuk membentuk leksem baru (bentuk asal) atau bentuk infleksi dari leksem yang ada. Katamba (1993:44) mengatakan bahwa “an affix is a morpheme which only occurs when attached to some other morpheme or morphemes such as a root or stem
59
or base”. Beliau berpendapat bahwa afiks adalah morfem yang hanya terjadi ketika melekat pada beberapa morfem lainnya atau morfem seperti root atau stem bahkan base. Beliau menambahkan bahwa semua afiks adalah bound morpheme dan afiks dikategorikan menjadi tiga macam, yaitu: 1. Prefiks Prefix adalah imbuhan yang melekat sebelum root atau stem atau base seperti: a. re-
re-make, re-read
b. un-
un-kind, un-tidy
c. in-
in-decent, in-accurate
2. Sufiks Sufiks adalah imbuhan yang melekat setelah root atau stem atau base, seperti: a. –ly
kind-ly, quick-ly
b. –er
wait-er, play-er
c. –ist
pian-ist, viol-ist
d. –s
book-s, mat-s
e. –ing
walk-ing, jump-ing
f. –ed
walk-ed, jump-ed
3. Infiks Infiks adalah imbuhan yang disisipkan dimasukan ke dalam root itu. Menurut Sloat dan Taylor (1978) dalam buku Katamba mereka berpendapat bahwa hanya terjadi pada afiks di dalam morfologi seperti -n- yang disisipkan sebelum konsonan terakhir pada root. Infiks ini mengalami asimilasi artikulasi
59
seperti root –cub- terjadi tanpa (m) sebelm (b) di dalam beberapa kata seperti contoh: incubate, incubus, concubine dan succubus. Tetapi (m) mengalami infiks seperti incumbent, succumb, dan decumbent. Infiksasi lain menurut Zwicky dan Pullum (1987) dan Bauer (1983) dalam Katamba seperti: a. Kalamazoo (nama tempat) Instantiate (verba)
Kalama-goddam-zoo
in-fuckin-stantiate
b. Kangaroo
kanga-bloody-roo
Impossible
in-fuckin-possible
Guarantee
guaran-friggin-tee
Pada contoh di atas dapat kita lihat pada masa ini infiksasi pada bahasa Inggris bukan dari sebuah morfem afiks, tetapi keseluruhan kata yang memiliki lebih dari satu morfem, seperti blood-y, fuck-ing. Infiksasi ini pada hakekatnya dibatasi untuk memasukan kata-kata kasar ke dalam kata-kata dalam bahasa ekpresif. Jika pun ada ini mungkin tidak digunakan dalam orang-orang atau sekumpulan yang menggunakan kata-kata sopan.
2.2.2 Compounding McManis (1987:129) berpendapat bahwa “A compounding is a word formed by the combination of two independent words”. Menurutnya, compounding adalah
59
suatu kata yang dibentuk oleh kombinasi dari dua kata morfem bebas atau kata yang dapat berdiri sendiri. Fabb (2001:68) menyatakan bahwa “A compound is a word which consists of two or more words”. Menurutnya compound adalah kata yang susunannya penggabungan dari dua kata atau lebih. Seperti yang diungkapkan Leech (2006:2324) bahwa “A compound is a word which contains two or more other words”. Compound ialah kata yang berisi dua kata atau lebih. Menurut
O’Grady
dan
Guzman
(1996:151),
compounding
dapat
diklasifikasikan ke dalam tiga kategori, yaitu: compound noun, compound verb, dan compound adjective. Kategori compound dapat diketahui dari letak morfem. Contoh: a. Compound noun Fire engine, Green house, push button b. Compound verb Spoon feed, White wash, Drop kick c. Compound adjective Red hot, Sky blue, Deep blue Menurut
Noel dan Staselavage (2001:129)
menyatakan bahwa
“A
compounding is a word formed by the combination of two independent words”. Mereka berpendapat bahwa compounding adalah suatu kata yang dibentuk oleh
59
kombinasi dari dua kata yang dapat berdiri sendiri atau disebut juga dengan morfem bebas. Contoh: a. darkroom dari kata dark + room b. smalltalk dari kata small + talk c. walkway dari kata walk + way d. sleepwalk dari kata sleep + walk e. Bluetooth dari kata blue + tooth Kelima contoh di atas merupakan kombinasi dari dua kata yang dapat berdiri sendiri (morfem bebas). Seperti contoh pada kata darkroom, kata ini penggambungan dari kata dark dan room. Dimana kedua kata tersebut apabila tidak digabung tetap memiliki arti sendiri atau dapat berdiri sendiri tanpa membutuhkan kata lain.
2.2.3 Blending Aronoff (2005:133) mengemukakan bahwa “Blend also called portmanteau words, are formed by combining parts of more than one word”. Dengan kata lain blending adalah campuran juga disebut portmanteau, adalah gabungan dari dua kata, dibentuk dengan menggabungkan bagian- bagian lebih dari satu kata. O’Grady and Guzman (1996:158) mengatakan bahwa “Blends are two words in which their non-morphemic components are mixed into one”. Menurut pendapat mereka blends terdiri dari dua kata yang dimana komponen non-morfemisnya
59
dicampur menjadi satu. Kemudian Hatch dan Brown (1995:211) menambahkan dengan mengungkapkan bahwa “It is taking only the beginning of one word and joining it to the end of the other word”. Menurut mereka kata yang akan dicampur tersebut hanya awal dari satu kata dan bergabung ke akhir kata lain. Beberapa contoh dari blending dapat dilihat dibawah ini: a. brunch
breakfast – lunch
b. motel
motor – hotel
c. smog
smoke – fog
d. cyborg e. spork
cybernetic + organism spoon + fork
Kelima contoh di atas merupakan gambaran mengenai penggabungan kombinasi dari dua kata dengan mengambil bagian kata dari masing-masing kedua kata tersebut. Seperti contoh pada kata spork, kata ini diambil dari kata spoon dan fork.
2.2.4 Back-formation Back formation adalah suatu proses yang menciptkan kata baru dengan membuang jenis kata aslinya atau membubuhkan dari kata lainnya di dalam suatu bahasa (O’Grady dan Guzman, 1996:158). Contoh: a. Regulation N b. Demonstration N
regulate V demonstrate V
59
c. Entertainment N
entertain V
Ketiga contoh di atas dapat disimpulkan bahwa proses back formation mengubah kelas kata dan arti dari kata itu sendiri.
2.2.5 Conversion Conversion adalah proses memberikan kata yang sudah ada ke kategori sintaksis baru. Meskipun tidak menambahkan imbuhan, conversion menyerupai derivation karena perubahan kategori dan arti, ini terkadang disebut zero derivation (O’Grady dan Guzman, 1997:157). Beliau juga menyebutkan bahwa ada beberapa kategori dari conversion ini, yaitu: a. Verb yang berasal dari nomina, contoh; ‘nail the door shut!’ b. Verb yang berasal dari ajektifa, contoh; ‘dry the clothes!’ c. Verb yang berasal dari preposisi, contoh; to out gay bishops d. Noun yang berasal dari verba, contoh; a permit, a report
2.2.6 Acronym Acronym ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang di perlukan sebagai kata.
59
Contoh: 1. Acronym nama yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata di tulis seluruhnya dengan huruf kapital. 2. Acronym nama yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata di tulis dengan huruf awal huruf kapital. 3. Acronym yang bukan nama yang berupa gabungan huruf suku kata atau pun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya di tulis dengan huruf kecil. 4. Singkatan nama gelar.
2.2.7 Derivation Katamba (1993:44) mengatakan bahwa “Derivation, on the other hand, is purely lexical, so the output of derivation rule is a new word which is subject to lexical listing”. Menurut pendapatnya derivation adalah murni leksikal dan hasil dari kaidah derivation adalah kata baru yaitu subject ke daftar leksikal.
2.2.8 Clipping O’Grady and Guzman (1996:157) berpendapat bahwa “Clipping is a process where a polysyllabic word is eliminated its one or more syllable so that it becomes shorter”. Menurut pendapat mereka clipping adalah proses dimana bagian dari kata
59
yang bersuku kata banyak dihilangkan satu atau lebih suku katanya sehingga menjadi lebih pendek atau singkat. Marchand (1969) mengatakan bahwa “clipping is the word formation process which consists in reduction of a word to one of its parts”. Menurutnya clipping adalah proses formasi kata yang terjadi dalam pengurangan kata ke salah satu bagiannya. Menurut Marchand (1969), clipping tidak diciptakan sebagai kata-kata yang dimiliki kosakata standar bahasa. Mereka berperan sebagai istilah khusus di dalam lingkungan sekolah, tentara, polisi, profesi medis, dll. Kedekatan lingkungan ini merupakan sebuah petunjuk yang cukup utnuk menunjukkan keseluruhan kata yang dimaksud. Misalnya kata-kata yang berasal dari sekolah seperti kata exam(ination), math(ematic), lab(oratory). Kemudian dalam lingkungan tentara seperti kata vet(eran) and cap(tain), dalam bursa saham seperti spec(ulation) dan memo(randum). Sementara beberapa proses clipping tersebut dapat masuk ke penggunaan umum, kemudian menjadi bagian dari standar bahasa Inggris. Beliau menambahkan bahwa jenis clipping terbagi menjadi empat kategori, yaitu back clipping, fore clipping, middle clipping, dan complex clipping.
2.3 Clipping Words Dari beberapa definisi yang telah dijelaskan di atas dapat disimpulkan bahwa clipping berarti proses pembentukan kata dengan pemotongan bagian permulaan, akhir atau bagian awal dan akhir dari kata dasar, menyebabkan bagian yang tinggal
59
berdiri sendiri sebagai satu kesatuan yang utuh. Hasil dari proses ini disebut sebagai clipping. Clipping dibagi menjadi empat kategori, yaitu back clipping, fore clipping, middle clipping, dan complex clipping.
2.3.1 Back Clipping Pemotongan kata jenis ini adalah pemotongan beberapa huruf pada akhir kata sehingga kata baru yang terbentuk diambil dari awal katanya. Dibawah ini beberapa contoh dari jenis back clipping: Contoh: a. ad
advertisement
b. exam
examination
c. memo
memorandum
d. gas
gasoline
Dari beberapa contoh di atas dapat dilihat bahwa pemotongan terjadi pada bagian akhir katanya. Seperti pada kata examination yang mengalami proses pemangkasan kata menjadi exam dengan memangkas bagian beberapa huruf akhir dari kata tersebut yaitu ination. Pengambilan beberapa huruf ini diambil harus berdasarkan kategori kelas kata. Maka dari itu pengambilan beberapa huruf dari kata examination yaitu exam. Kata exam ini diambil menjadi hasil clipping, karena exam termasuk kategori nomina. Proses kliping tersebut diambil hanya beberapa huruf depan dan memotong bagian akhir kata. Begitupun contoh kata-kata lainnya. Mutlak bahwa yang diambil
59
beberapa huruf itu harus termasuk dalam kategori kelas kata, oleh karena itu jenis kliping ini disebut back clipping.
2.3.2 Fore Clipping Pemotongan kata jenis ini adalah pemotongan beberapa huruf pada awal kata sehingga kata baru yang terbentuk diambil dari akhir katanya. Dibawah ini beberapa contoh dari jenis fore clipping: Contoh: a. chute
parachute
b. varsity
university
c. phone
telephone
d. coon
raccoon
e. burger
hamburger / beefburger
Dari beberapa contoh di atas dapat dilihat terjadinya pemotongan kata pada awal kata sehingga kata baru yang terbentuk diambil dari akhir katanya. Misal pada kata phone kata ini mengalami pemotongan pada beberapa huruf bagian awal dan hanya beberapa huruf terkahir yang dipakai. Kata phone dijadikan kata baru karena kata ini merupakan bagian dari kategori kelas kata. Begitupun dengan contoh kata-kata lainnya. Proses pemotongan beberapa huruf di awal ini disebut fore clipping.
59
2.3.3 Middle Clipping Pemotongan kata jenis ini adalah pemotongan beberapa huruf pada awal dan akhir, sehingga kata baru yang terbentuk diambil dari beberapa huruf tengahnya. Dibawah ini beberapa contoh dari jenis middle clipping: Contoh: a. flu
influenza
b. tec
detective
c. jams
pyjamas
d. fridge
refrigerator
e. polly
apollinaris
Dari beberapa contoh di atas dapat dilihat pemotongan kata terjadi pada pada awal dan akhir kata, sehingga kata baru yang terbentuk diambil dari beberapa huruf tengahnya. Seperti kata flu merupakan pemotongan dari sebuah kata influenza. Kata flu ini diperoleh dari pemotongan beberapa huruf awal (in) dan akhir (enza). Tentunya hasil dari pemotongan ini menjadikan sebuah kata baru yang termasuk dalam kategori kelas kata. Proses pemotongan beberapa huruf di awal dan akhir ini disebut middle clipping.
59
2.3.4 Complex Clipping Bentuk complex clipping terjadi melalui pemotongan dua buah kata yang diambil beberapa huruf dari kedua kata tersebut dan kemudian membentuk menjadi sebuah kata baru. Contoh: a. op art b. cablegram c. org-man d. linocut
optic dan art cable dan telegram organization dan man linoleum dan cutting
Dari beberapa contoh di atas terlihat kedua bagian dari masing-masing kata yang beberapa hurufnya dipotong. Seperti contoh pada kata cablegram, kata ini diambil dari dua kata yaitu cable dan telegram. Proses pemotongannya diambil beberapa huruf untuk kemudian disatukan menjadi satu kata baru menjadi cablegram.
59