BAB II KAJIAN TEORI
A. Kajian Teori 1. Kajian Geografi Hasil seminar peningkatan kualitas pengajaran geografi di Semarang 1988 merumuskan bahwa geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kewilayahan dalam konteks keruangan (Suharyono dan Amien, 1994: 15). Sedangkan Armin K. Lobeck (Suharyono dan Moch. Amien. 1994: 13) mengemukakan definisi yang mengatakan geografi sebagai the study of the relationships existing between life and the physical environment, atau dengan kata lain geografi sebagai ilmu yang mempelajari hubungan-hubungan yang ada antara kehidupan dengan lingkungan fisiknya. Lebih lanjut Bintarto mengemukakan geografi mempelajari hubungan kausal gejala-gejala di muka bumi dan peristiwaperistiwa yang terjadi di muka bumi baik yang fisikal maupun yang menyangkut
mahkluk
hidup
beserta
permasalahannya,
melalui
pendekatan keruangan, ekologikal dan regional untuk kepentingan program, proses dan keberhasilan pembangunan. Geografi memiliki konsep dasar yang penting sebagi penggambaran sosok atau struktur ilmu. Dari sepuluh konsep dasar yang dikemukanan Suharyono dan Moch. Amien (1994), ada 4 konsep dasar yang digunakan
11
12
dalam penelitian ini. Keempat konsep dasar yang digunakan tersebut antara lain: a. Konsep Lokasi Menurut Suharyono dan Moch. Amin (1994: 27) konsep lokasi merupakan konsep utama dalam kajian geografi sehingga konsep lokasi menjadi ciri khusus pengetahuan atau ilmu geografi. Konsep lokasi dalam penelitian ini berkaitan dengan keadaan di sekitarnya dapat memberi arti yang sangat menguntungkan atau juga merugikan. Kaitan lain konsep lokasi dengan penelitian ini yaitu berkaitan dengan lokasi rencana pembangunan bandara. b. Konsep Morfologi Menurut Suharyono dan Moch. Amien (1994: 31) konsep morfologi merupakan penggambaran perwujudan daratan muka bumi. Morfologi juga menyangkut bentuk lahan yang terkait dengan erosi, pengendapan, penggunaan lahan, tebal tanah, ketersediaan air serta jenis vegetasi yang dominan. Keterkaitan konsep morfologi dengan penelitian ini yaitu morfologi Desa Glagah sebagai lokasi pembangunan bandara dan penggunaan lahan yang dilakukan oleh penduduk Desa Glagah. c. Konsep Pola Menurut Suharyono dan Moch. Amien (1994: 30) konsep pola berkaitan dengan suasana bentuk atau persebaran fenomena dalam ruang pada permukaan bumi, fenomena yang bersifat alam (aliran
13
sungai, persebaran vegetasi, jenis tanah, curah hujan), maupun fenomena yang berkaitan dengan sosial budaya (permukiman, persebaran penduduk, pendapatan, mata pencaharian, jenis rumah tempat tinggal dan sebagainya). Berkaitan dengan konsep morfologi di atas, konsep pola berhubungan dengan penelitian ini yaitu kaitan pada pola sosial budaya, terutama pola pendapatan dan mata pencaharian pada lokasi pembangunan bandara. d. Konsep Nilai Kegunaan Menurut Suharyono dan Moch. Amien (1994: 32) konsep nilai kegunaan merupakan fenomena atau sumber-sumber di muka bumi yang bersifat relatif, tidak memiliki kegunaan yang sama bagi semua orang atau golongan penduduk tertentu. Kaitan konsep nilai kegunaan dalam penelitian ini yaitu kesesuaian pemanfaatan potensi lokasi Desa Glagah sebagai lokasi pembangunan bandara dan nilai kegunaan sebagai lokasi sumber penghidupan penduduk. Berdasarkan telaah terhadap konsep tersebut dapat disimpulkan bahwa geografi merupakan studi yang mempelajari fenomena alam dan manusia serta keterkaitan antara keduanya di permukaan bumi dengan menggunakan pendekatan keruangan, kelingkungan, dan kompleks wilayah. Pengertian geografi di atas terdapat beberapa aspek esensial, yaitu (1) adanya hubungan timbal balik antara unsur alam dan manusia (resiprocal). (2) hubungan itu dapat bersifat interaktif, interelatif, dan
14
inregatif sesuai dengan konteksnya. (3) cara memandang itu secara kelingkungan. Geografi yang merupakan sebuah ilmu di dalamnya terdapat pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam menelaah fenomena geosfer. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan kelingkungan. Menurut Suharyono dan Moch. Amien (1994: 39) mengemukakan bahwa pendekatan kelingkungan yaitu pendekatan kajian yang memusatkan perhatian pada hubungan manusia dengan alam maupun hubungan kehidupan dengan lingkungan alamnya yang berkembang bersama-sama dengan pertumbuhan geografi menjadi ilmu. Dalam geografi pendekatan hubungan manusia dengan alam meliputi upaya pemberian penjelasan mengenai hubungan yang ada dalam pengertian unsur-unsur lingkungan alam sebagai pengendali dan keanekaragaman kehidupan sebagai akibatnya. 2. Kajian Budaya Budaya berasal dari bahasa Sansekerta yaitu “buddhayah” yang merupakan bentuk jamak dari “budhi” (budi atau akal) diartikan sebagai ha-hal yang bersangkutan dengan budi dan akal. Menurut Barnouw dalam David Matsumoto (2008: 6) menjelaskan bahwa budaya sebagai sekumpulan sikap, nilai, keyakinan, dan perilaku yang dimiliki bersama oleh sekelompok orang, yang dikomunikasikan dari satu generasi ke kenerasi berikutnya melalui bahasa atau beberapa sarana komunikasi lain. Koentjaraningrat (2002:180) juga menyatakan bahwa kebudayaan
15
adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar. Paul L. Knox dan Sallie A. Marston (2010: 174) juga mendeskripsikan budaya sebagai segala aktivitas dan karakter dari sekelompok orang yang mencakup pekerjaan, pengorganisasian, dan budaya pada usia muda. Lebih lanjut Koentjaraningrat (2002: 203-204), menyatakan bahwa ada tujuh unsur-unsur kebudayaan secara universal, yaitu (1) sistem religi dan upacara keagamaan; (2) sistem dan organisasi sosial kemasyarakatan; (3) sistem pengetahuan; (4) bahasa; (5) kesenian; (6) sistem mata pencaharian hidup; (7) sistem teknologi dan peralatan. Dalam penelitian ini menjelaskan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi penduduk, unsur kebudayaan yang berkaitan dengan penelitian ini adalah unsur sistem mata pencaharian, sistem dan organisasi sosial kemasyarakatan, sistem pengetahuan, serta sistem religi dan upacara keagamaan. Kemudian dari unsur ini akan dijelaskan lebih lanjut mengenai persepsi penduduk terhadap rencana pembangunan bandara. 3. Kajian Geografi Budaya Hugo Hassinger (Suharyono dan Moch Amien. 1994: 108) mengemukakan pengertian geografi budaya sebagai berikut: “geografi budaya (Kultur Geograhie) merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari persebaran dan keragaman kerja budaya manusia yang telah menentukan aspek-aspek dan inti lanskap. Ia memberikan pengertian yang luas mengenai lanskap
16
budaya, yaitu dengan memperhatikan unsur-unsur kerokhanian (menyelidiki organisasi keagamaan), ekonomi, politik, dan sosial.”
Lebih lanjut Sauer (Suharyono dan Moch. Amien. 1994: 108) mengemukakan batasan yang dipelajari dalam geografi budaya. Pembicaraan dalam geografi budaya meliputi kerapatan mobilitas penduduk, perumahan penduduk, bentuk-bentuk lahan yang dipakai sebagai kebutuhan primer (sebagai pencakupan kebutuhan hidup seharihari) dan lalu lintas. Vidal de la Blache (Paul Knox dan Sallie Marston, 2010: 180) menemukakan konsep Genre de vie dalam fungsi mempertahankan hidup (Way of life) pada sebuah kondisi geografi suatu wilayah. Konsep Genre de vie memfokuskan pada kebiasaan hidup suatu kelompok yang dapat dilihat dari bentuk fisik, kondisi sosial, dan ikatan psikologi. Dengan menampilkan
konsep
tersebut,
Vidal
mengembangkan
faham
posibilisme, yaitu dengan melihat alam sebagai pemberi kemungkinankemungkinan, sedangkan manusia dengan kebudayaannya untuk membuat pilihan dan karenanya menghasilkan corak kehidupan yang berbeda-beda di permukaan bumi. Berdasarkan uraian di atas, maka jelaslah bahwa geografi budaya merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari lokasi dan persebaran keragaman sikap, nilai, keyakinan, dan perilaku yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya oleh sekelompok manusia yang ditentukan oleh aspek-aspek dan inti lanskap atau lingkungannya.
17
4. Kajian Persepsi Menurut kamus besar bahasa Indonesia (1991: 759), Persepsi adalah tanggapan (penerimaan) langsung dari suatu serapan, proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya. Bimo Walgito
(1994:
53)
menyatakan
persepsi
merupakan
proses
pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang diterima oleh individu sebagai aktivitas yang “integrated” dalam diri individu. Proses itu didahului oleh proses penginderaan, yaitu proses diterimanya stimulus oleh alat indera individu dan stimulus diteruskan ke otak lalu individu tersebut dapat melakukan persepsi. Dalam persepsi stimulus dapat datang dari luar, namun juga dapat datang dari dalam diri individu sendiri. Menurut Bimo Walgito (1994: 53-54), syarat terjadinya persepsi antara lain: a. Objek yang dipersepsi Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor, stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi juga datang dari dalam diri individu yang bersangkutan yang langsung mengenai syaraf penerima yang bekerja sebagai reseptor, namun sebagian besar stimulus datang dari luar individu. Objek dapat menimbulkan stimulus apabila : 1) Intensitas atau kekuatan objek
18
Agar stimulus dapat dipersepsi oleh individu, maka stimulus harus cukup kuat untuk menarik perhatian individu, misalnya untuk menarik perhatian harus bicara dengan suara keras. 2) Ukuran dan penempatan objek Pada umumnya objek yang lebih besar atau lebih dekat dengan individu maka akan lebih menarik perhatian individu untuk melakukan persepsi. Misalkan suara yang paling dekat dan memiliki volume yang paling besar yang akan menarik perhatian seseorang. 3) Perubahan objek Objek yang monoton setiap harinya akan kurang menarik perhatian
individu
untuk
melakukan
persepsi.
Misalnya
pergerakan jarum jam setiap harinya kurang menarik perhatian, namun apabila suatu saat jarum jam tersebut berhenti bergerak pada saat itulah menarik perhatian individu. 4) Ulangan dari objek Objek yang berulang-ulang akan lebih menarik untuk diperhatikan. Misalnya bunyi kentongan yang berulang-ulang akan lebih menarik perhatian warga dari pada yang hanya dibunyikan sekali saja. 5) Kontrasnya objek dengan sekitarnya Objek yang bertentangan atau kontras dengan sekitarnya akan lebih menarik perhatian dari pada yang sama dengan
19
sekitarnya. Misalnya banyaknya mobil yang diparkir, mobil yang berwarna kuninglah yang akan lebih menarik perhatian. b. Alat indera, syaraf, dan pusat susunan syaraf Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus, disamping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat unruk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran, sebagai alat untuk mengadakan respon diperlukan syaraf sensoris. Syarat ini merupakan syarat fisiologis munculnya persepsi. c. Perhatian Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi diperlukan adanya perhatian, yaitu merupakan langkah pertama sebagai suatu peristiwa dalam rangka mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditunjuk kepada sesuatu atau sekumpulan objek. Lebih lanjut Jalaludin Rakhmat (2005: 89-91) menambahkan beberapa faktor yang mendukung terjadinya persepsi individu terhadap objek, faktor ini merupakan faktor dari dalam diri yang akan mempengaruhi secara langsung kecermatan persepsi, antara lain yaitu : 1) Pengalaman/pendidikan Pengalaman dapat diartikan tergantung sejauh mana seseorang dapat mengingat kejadian-kejadian yang sudah
20
dialami atau dipelajari untuk mengetahui suatu rangsangan. Apabila dapat terus diingat dan diturunkan dari satu generasi ke generasi akan menjadi sebuah pendidikan dan kebudayaan. 2) Motivasi/minat Persepsi pada suatu objek sangat bervariasi, hal ini dipengaruhi oleh seberapa banyak energi atau perseptual vigilance yang digerakkan untuk melakukan persepsi. Misalnya minat suatu kasus yang berkaitan dengan tokoh idola seseorang. 3) Kepribadian Persepsi juga dapat dipengaruhi oleh kepribadian yang diartikan sebagai kondisi kejiwaan individu atau suasana hati dan kebutuhan individu. Suasana hati atau emosi mempengaruhi perilaku seseorang yang dapat mempengaruhi bagaimana seseorang dalam melakukan persepsi. Serta kebutuhan akan mempengaruhi kegigihan seseorang mencari objek-objek atau pesan yang dapat memberikan jawaban sesuai dengan dirinya.
Dalam buku Human Geography disebutkan bahwa persepsi merupakan sesuatu yang penting untuk manusia dalam mengambil keputusan tentang tujuan hidup, perilaku, dan asumsi mereka di suatu tempat serta kenyataan yang tidak sesuai harapan (Fellmann, 2008: 78). Dengan demikian jelaslah bahwa persepsi ditentukan oleh pengalaman yang dipengaruhi oleh adanya kebudayaan, sedangkan kebudayaan
21
merupakan pengaruh dari adanya interaksi atau hubungan manusia dengan alam atau lingkungan sekitarnya 5. Kajian Perencanaan Pembangunan Transportasi Pembangunan dapat diartikan sebagai usaha untuk memajukan kehidupan masyarakat dan warganya (Arief Budiman, 2000: 1). Tujuan pembangunan sendiri sudah tertulis jelas pada definisinya, yaitu bertujuan untuk memajukan dan mensejahterakan masyarakat dan warganya, baik dari segi sosial, ekonomi, pendidikan, serta kesehatannya. Perencanaan pembangunan menurut Conyers dan Hills (1994) dalam Badrul Munir (2002: 23) mendefnisikan perencanaan sebagai suatu proses yang berkesinambungan yang mencakup kuputusan-keputusan atau pilihan-pilihan berbagai alternatif penggunaan sumberdaya untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu pada masa yang akan datang. Menurut Badrul Munir (2002: 37-40) perencanaan dibagi menjadi tiga berdasarkan waktu. (1) Perencanaan jangka panjang, biasanya mempunyai rentang waktu 10-25 tahun dan pada hakikatnya berupa cetak biru yang harus dilakukan dalam jangka waktu yang panjang. (2) Perencanaan jangka menengah, yang biasanya mempunyai rentang 4-6 tahun dan walaupun masih umum namun sasaranya sudah diproyeksikan dengan jelas. (3) Perencanaan jangka pendek, biasanya mempunya rentang waktu kurang dari 1 tahun dan hasilnya akan lebih akurat. Transportasi menurut Sakti Adji Sasmita (2011: 1) diartikan sebagai kegiatan yang melakukan pengangkutan atau pemindahan muatan (yang
22
terdiri dari barang dan manusia) dari suatu tempat ke tempat lain, dari tempat asal (origin) ke tempat tujuan (destination). Fungsi transportasi dalam pembangunan sebagai pelayan pembangunan (servant of development). Maka, pembangunan transportasi dapat dikatakan sebagai suatu kajian yang bersifat sektoral dan bersifat pula multi sektoral, yang berperan penting terhadap keberhasilan pembangunan jangka pendek serta terhadap pencapaian tujuan pembangunan jangka panjang, karena sektor transportasi itu merupakan kekuatan yang akan membentuk profil suatu daerah/wilayah di masa yang akan datang. B. Penelitian Yang Relevan 1. Baihaki Z. W. 2006. Mahasiswa Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada Program Studi Magister Perencanaan Kota dan Daerah. Fokus penelitianya yaitu mengenai persepsi dan respon masyarakat terhadap pembangunan mal di Yogyakarta. Hasil dari penelitian tersebut yaitu persepsi masyarakat dipetakan menjadi 6 alasan, yaitu (1) alasan sosial-budaya; (2) alasan ekonomi; (3) alasan prosedural; (4) alasan hukum; (5) alasan tata ruang; (6) dan alasan teknis pelaksanaan pembangunan. Selain itu persepsi juga dibagi dalam 2 klasifikasi, yaitu persepsi idiologis dan persepsi teknis/praktikal. Masyarakat sekitar mal cenderung menolak pembangunan mal tersebut, penolakan tersebut menimbulkan respon. Respon masyarakat dalam menolak pembangunan ditempuh dengan 4 cara, yaitu (1) jalur dialog; (2) jalur opini; (3) jalur hukum; (4) dan jalur demonstrasi. Kaitan penelitian tersebut dengan penelitian ini yaitu kesamaan metode yang
23
digunakan, yaitu metode deskriptif kualitatif menggunakan wawancara yang mendalam untuk mengumpulkan datanya. Selain itu penelitian tersebut juga memiliki kesamaan objek kajian, yaitu mengenai persepsi masyarakat terhadap kebijakan pembangunan pemerintah. 2. Cicilia Susy Setyo Cahyani. 2012. Mahasiswi Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada Program Studi Magister Perencanaan Kota dan Daerah. Fokus penelitiannya yaitu bagaimana persepsi, respon, dan adaptasi masyarakat yang tinggal di sekitar TPA sampah Banyuroto, Kabupaten Kulon Progo. Hasil dari penelitian tersebut yaitu persepsi masyarakat dibagi menjadi setuju dan tidak setuju. Dengan adanya TPA Banyuroto maka masyarakat melakukan adaptasi, yaitu penyesuaian perilaku atau meninggalkan/menghindar
dari
daerah
tersebut.
Kaitanya
dengan
penelitian ini yaitu menggunakan metode penelitian yang sama, yaitu deskriptif kualitatif. Selain itu, penelitian tersebut juga memiliki objek kajian yang sama yaitu mengenai persepsi penduduk terhadap kebijakan pembangunan pemerintah serta kesamaan pendekatan yang dilakukan, yaitu pendekatan kelingkungan. 3. Yudha. 2012. Mahasiswa Pendidikan Geografi Unversitas Negeri Yogyakarta. Fokus penelitiannya yaitu bagaimana persepsi korban erupsi gunung merapi tahun 2010 terhadap kebijakan relokasi penduduk, menggunakan
studi
kasus
Desa
Srunen,
Kecamatan
Glagaharjo,
Kabupaten Sleman. Hasil dari penelitian tersebut yaitu korban erupsi merapi menolak untuk direlokasi karena dipandang belum perlu. Meraka
24
lebih memerlukan bantuan untuk memperbaiki atau membangun kehidupan mereka kembali di Desa Srunen, Kecamatan Glagaharjo. Kaitanya dengan penelitian ini yaitu menggunakan metode penelitian yang sama, yaitu deskriptif kualitatif. Selain itu juga memimiliki kesamaan pada objek
kajianya,
yaitu
persepsi
penduduk
mengenai
kebijakan
pembangunan pemerintah. C. Kerangka Berfikir Kapasitas Bandara Adi Sucipto Yogyakarta yang sudah tidak memadahi pada saat ini merupakan salah satu alasan utama merencanakan pembangunan bandara baru sebagai pengganti Bandara Adisucipto saat ini. Kondisi tersebut membuat pemerintah yang bekerjasama dengan PT. Angkasa Pura I melakukan penelitian mengenai penentuan lokasi bandara baru. Penelitian yang dilakukan pemerintah tersebut menghasilkan pemetaan beberapa wilayah yang akan dijadikan pilihan pembangunan bandara baru. Lokasi tersebut antara lain Wilayah Selomartani (Sleman), Wilayah Gading (Gunung Kidul), Wilayah Gadingharjo (Bantul), Wilayah Bugel (Kulon Progo), wilayah Bulak Kayangan (Kulon Progo), dan Wilayah Temon (Kulon Progo). Dari beberapa lokasi yang diusulkan, lokasi yang memiliki potensi paling baik adalah wilayah Desa Jangkaran, Sindutan, Palihan, dan Glagah, Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon Progo. Berdasarkan
rekomendasi
tersebut
pemerintah
mulai
melakukan
pembicaraan-pembicaraan dan perencanaan pembangunan bandara yang baru. Proses pembangunan bandara baru sebatas proses perencanaan, belum
25
mencapai proses sosialisasi. Walaupun belum adanya proses sosialisasi, media sudah mempublikasikan rencana pembangunan bandara tersebut. Berdasarkan kabar yang ada pada media maka penduduk yang tinggal di wilayah terdampak mulai muncul beragam persepsi Adanya berita-berita di media serta belum adanya sosialisasi secara resmi dari pemerintah menimbulkan persepsi yang bermacam-macam di penduduk wilayah yang terdampak. Walaupun ada beberapa orang yang setuju dengan rencana pembangunan bandara tersebut, namun fakta di lapangan mengindikasikan bahwa masih banyak penduduk yang tidak menerima dengan baik rencana pembangunan bandara baru oleh pemerintah di daerah tempat tinggal mereka. Bahkan mereka akan menolak rencana pembangunan tersebut dengan berbagai cara. Tindakan penolakan tersebut dikarenakan oleh berbagai faktor, beberapa faktor tersebut antara lain (1) penduduk masih memegang teguh budaya yang ada karena masih adanya beberapa situs peninggalan yang dipercaya kramat oleh penduduk; (2) penduduk juga takut kehilangan lapangan pekerjaanya yang sudah digeluti saat ini dan mengkhawatirkan kehidupan mereka pada masa mendatang; dan (3) penduduk juga merasa adanya keterikatan dengan tanah yang mereka tinggali saat ini. Namun masih ada penduduk yang mendukung rencana pembangunan bandara. Mereka memiliki pemikiran bahwa dengan adanya bandara yang baru di Kulon Progo dapat memajukan daerah dan akan menjadi sumber
26
penghasilan yang baru dengan harapan akan meningkatkan taraf hidup mereka dan daerah mereka. Berdasarkan alur berfikir di atas, maka dapat digambarkan ke dalam kerangka berfikir sebagai berikut:
Rencana Pembangunan Bandara
Penetapan Lokasi Rencana Pembangunan Bandara
Tanah Pakualaman
Tanah Hak Milik Warga
Persepsi Penduduk
Budaya
Pekerjaan
Setuju
Keterikatan Tanah
Tidak Setuju
Keinginan
Gambar 1. Kerangka Berfikir