25
BAB II LANDASAN TEORI
A. KECEMASAN 1. Pengertian Kecemasan Semua situasi yang akan mengancam kesejahteraan organisme dapat menimbulkan kecemasan. Konflik, frustasi, ancaman fisik, ancaman terhadap harga diri, dan tekanan untuk melakukan sesuatu diluar kemampuan akan menimbulkan kecemasan (Atkinson, 1996). Hilgard (dalam Atkinson, 1996) mejelaskan bahwa kecemasan adalah emosi yang tidak menyenangkan, yang ditandai dengan istilah-istilah seperti kekhawatiran, keprihatinan dan rasa takut yang kadang kita alami dalam tingkat yang berbeda-beda. Nevid (2003) juga menjelaskan bahwa kecemasan adalah suatu keadaan khawatir yang mengeluhkan bahwa sesuatu yang buruk akan segera terjadi. Banyak hal yang dicemaskan, misalnya : kesehatan kita, relasi sekolah, ujian dan kondisi lingkungan adalah beberapa hal yang dapat menjadi sumber kekhawatiran. Freud (dalam Semium, 2006) mengatakan bahwa kecemasan adalah suatu perasaan afektif yang tidak menyenangkan yang disertai dengan sensasi fisik yang mengikutkan orang terhadap bahaya yang akan datang. Keadaan yang tidak meyenangkan itu sering kabur dan sulit menunjuk dengan tepat, tetapi kecemasan itu sendiri selalu dirasakan. Kecemasan melibatkan persepsi tentang perasaan yang tidak menyenangkan dan reaksi fisiologis, dengan kata lain kecemasan adalah reaksi atau situasi yang diannggap berbahaya. Gejala kecemasan ada dalam
Universitas Sumatera Utara
26
bermacam-macam bentuk dan kompleksitasnya, namun biasanya cukup mudah dikenali. Seseorang yang mengalami kecemasan cenderung untuk terus menerus merasa khawatir akan keadaan yang buruk yang akan menimpa dirinya atau diri orang lain yang dikenalnya dengan baik. Biasanya seseorang yang mengalami kecemasan cenderung tidak sadar, mudah tersinggung, sering mengeluh, sulit berkonsentrasi dan mudah terganggu tidurnya atau mengalami kesulitan untuk tidur (Gunarsa dkk., 1996). Penderita kecemasan sering mengalami gejala-gejala seperti berkeringat berlebihan walaupun udara tidak panas dan bukan karena berolahraga, jantung berdegup ekstra cepat atau terlalu keras, dingin pada tangan atau kaki, mengalami gangguan pencernaan, merasa mulut kering, merasa tenggorokan kering, tampak pucat, sering buang air kecil melebihi batas kewajaran dan lain-lain. Mereka juga sering mengeluh pada persendian, kaku otot, cepat merasa lelah, tidak mampu rileks, sering terkejut, dan ada kalanya disertai gerakan-gerakan wajah atau anggota tubuh dengan intensitas dan frekuensi berlebihan, misalnya pada saat duduk terus menerus, menggoyang-goyangkan kaki, meregangkan leher, mengernyitkan dahi dan lain-lain (Gunarsa dkk., 1996). 2. Pengertian Kecemasan Akademik Kecemasan akademik adalah cara tubuh memberitahu bahwa ada sesuatu dalam lingkungan yang membutuhkan perhatian. Pada dasarnya serangkaian perubahan biokimia di otak dan tubuh, seperti peningkatan adrenalin (menyebabkan jantung berdetak lebih cepat) dan penurunan dalam dopamin (zat
Universitas Sumatera Utara
27
kimia yang ada diotak untuk membantu menahan rasa sakit). Perubahan ini dihasilkan dari keadaan meningkatnya perhatian pada sumber kecemasan. Tingkat kecemasan yang tinggi menyebabkan tubuh mempersiapkan untuk melawan atau melarikan diri dari ancaman yang dirasakan - biasanya disebut sebagai "fight or flight." (center for learning & teaching, 2005) Menurut Cornell University (2007), kecemasan akademik adalah hasil dari proses biokimia dalam tubuh dan otak yang meningkatkan dan membutuhkan perhatian. Perubahan terjadi dalam respon terhadap situasi akademik, seperti menyelesaikan tugas-tugas di sekolah, diskusi di kelas atau ketika ujian. Ketika kecemasan meningkat, tubuh akan memberikan reaksi atau respon untuk menolak atau memperjuangkannya. Menurut Otten (1991), Kecemasan akademik adalah masalah yang penting yang akan mempengaruhi sejumlah besar siswa. Ketika kecemasan yang dirasakan oleh siswa berlebihan maka akan berpengaruh secara negatif karena siswa mengalami tekanan psikologis sehingga siswa tersebut mendapatkan hasil belajar yang kurang baik dan lebih banyak menghindari tugas, hal ini disebabkan oleh penurunan rentang perhatian, konsentrsi dan memori pada siswa. Namun disisi lain kecemasan memiliki pengaruh yang positif terhadap siswa karena dapat memotivasi siswa untuk menyelesaikan tugas. Tetapi ada beberapa daftar pertanyaan yang dapat diisi yang dapat menunjukkan kecemasan akademik, yang sesuai dengan situasi : 1. Terus berkonsentrasi selama belajar terhadap konsekuensi yang buruk dari pemahaman yang tidak maksimal.
Universitas Sumatera Utara
28
2. Percaya bahwa hampir semua teman sekelas punya pengetahuan yang lebih, rentan terhadap kesalahan, atau lebih siap untuk sekolah. 3. Pikirkan tes sebelumnya atau situasi belajar untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam menjawab tes. 4. Kecewa dengan diri sendiri setelah ujian karena telah membuat kesalahan 5. Pikiran panik, khawatir dan frustrasi berulang kali yang mengganggu berkonsentrasi. 6. Tekankan pada diri tentang pentingnya mendapatkan nilai bagus pada tes atau tugas. 7. Kesuksesan masa lalu akan meningkatkan kepercayaan diri. 8. Belajar dengan melakukan tugas yang berbeda. 9. Hadir lebih awal bagaimana siswa selama tes. 10. Tidak peduli berapa banyak waktu yang dicurahkan dan tidak pernah merasa cukup siap 11. Khawatir bahwa selama ujian akan kehilangan kontrol emosi 12. Terlibat dalam banyak jam-menonton selama ujian 13. Pengalaman tentang tangan gemetar atau kelemahan fisik selama tes 14. Gagal untuk menanyakan pertanyaan pada teman-teman atau instruktor karena takut memalukan diri sendiri dari informasi yang penting 15. Berulang kali ujian, waktu yang lebih untuk tugas 16. Pastikan jawaban PR atau tes. 17. Menjawab pertanyaan tes dengan cepat sehingga salah menafsirkan arah atau gagal untuk pemberitahuan informasi penting
Universitas Sumatera Utara
29
18. reaksi Pengalaman fisik seperti berkeringat, otot kaku, atau sakit perut sehingga dapat menghambat efektivitas dalam belajar 19. belajar untuk cermat, seperti mencoba mengingat hampir segala hal atau menggarisbawahi hampir setiap kalimat yang penting yang ada dibuku 20. Bingung saat ujian sehingga lupa informasi yang telah kita ketahui sebelumnya 3. Gejala Kecemasan Akademik O’Connor (2008), membagi gejala-gejala kecemasan akademik menjadi 2 berat dan ringan, yaitu : a.
Menurut O’Connor (2008), Ada beberapa gejala kecemasan akademik
yang ringan, yaitu : 1. Pusing 2. Mual atau sakit perut 3. Berkeringat, lembap pada telapak tangan 4. Bercak merah di wajah 5. Merah kemalu-maluan 6. Sakit kepala 7. Kenaikan pada nada suara saat berbicara 8. Pikiran negatif tentang tugas gagal atau kehabisan waktu 9. Keraguan tentang diri akan hal kemampuan dibanding siswa lain 10. Takut malu di depan teman sekelas, dan guru 11. Takut gagal
Universitas Sumatera Utara
30
b. Menurut O’Connor, (2008) ada beberapa gejala kecemasan akademik yang berat, yaitu : 1. Mati rasa di tangan dan kaki 2. Hipokondria (sakit pada kaki) 3. Kesulitan tidur 4. Pusing berat atau kehilangan kesadaran 5. Kesulitan bernapas dan perasaan menjadi tersendat 6. Pikiran yang Paranoid seperti dinilai buruk oleh orang lain 7. Obsesif, pikiran berulang yang sulit berhenti 8. Takut malu di depan teman sekelas dan guru 9. Takut merasa cemas 10.Depresi 11. Kesedihan dan merasa khawatir terhadap beban yang berat 12. Panik dan kesal yang terus menerus tanpa masalah atau peristiwa tertentu. 4. Karakteristik-karakteristik kecemasan akademik Ottens (1991), membagi-membagi karakteristik kecemasan akademik menjadi 4, yaitu : a. Patterns of Anxiety-Engedering Mental activity. Pertama dan yang terpenting adalah khawatir. Siswa sering merasa tidak aman oleh segala sesuatu yang mereka anggap salah. Kedua, kecemasan akademik pada siswa terlibat dalam penyesuaikan diri. ketiga adalah percaya diri yang rendah.
Siswa menerima keyakinan yang salah tentang isu-isu bagaimana
menetapkan nilai dalam diri, cara terbaik untuk memotivasi diri sendiri,
Universitas Sumatera Utara
31
bagaimana cara mengatasi kecemasan adalah berfikir yang salah sehingga kecemasan akademik itu muncul. b. Misderected Attention Ini adalah masalah yang besar dalam kecemasan akademik. Pada umumnya siswa diharapkan dapat berkonsentrasi penuh pada tugas-tugas akademik seperti membaca buku, mengikuti ujian, atau menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. Tetapi yang terjadi disini adalah siswa tidak perduli dan perhatian mereka menjadi teralihkan. Perhatian dapat terganggu melalui faktor eksternal (tindakan siswa lainnya, jam, suara-suara asing) atau faktor pengganggu internal (kecemasan, lamunan, dan reaksi fisik). c. Physiological Distress. Banyak perubahan yang terjadi pada tubuh yang dihubungkan dengan kecemasan seperti kekakuan pada otot, berkeringat, jantung berdetak lebih cepat, dan tangan gemetar. Selain perubahan fisik, pengalaman kecemasan emosional juga berpengaruh seperti “mempunyai perasaan kecewa”. Aspek-aspek emosional dan fisik dari kecemasan terutama yang menganggu diinterpretasikan sebagai hal yang berbahaya atau menjadi fokus perhatian yang penting selama tugas akademik. d. Innappropriate behaviours. Kecemasan akademik pada siswa terjadi karena siswa ingin memilih cara yang tepat dalam menghadpi kesulitan. Menghindar (procastination) adalah hal yang umum, seperti menghindar dari melaksanakan tugas (berbicara dengan teman pada saat belajar). Kecemasan akademik pada siswa juga terjadi ketika
Universitas Sumatera Utara
32
menjawab pertanyaaan-pertanyaan ujian secara terburu-buru. Tindakan lain yang tidak benar adalah memaksa diri ketika dalam waktu untuk bersantai. 5. Sumber-Sumber Kecemasan Akademik Ada 4 Sumber-sumber kecemasan akademik, Divine & Kylen (1982), yaitu : 1. Reputasi akademik (sedikitnya pendapat yang kita kemukakan saat performansi) 2. Pendapat tengtang kompetensi dan kemampuan 3. Fokus pada pencapaian dari tujuan 4. Rasa khawatir akan ketidaksiapan 6. Komponen-Komponen Kecemasan Akademik Center for learning & teaching, (2005), Mengatakan bahwa komponen-komponen kecemasan akademik terbagi kedalam4 komponen, yaitu : a.
Worry : Pikiran yang mencegah untuk fokus pada keberhasilan
menyelesaikan tugas akademik. Misalnya, prediksi akan kegagalan, merendahkan diri, atau senang melakukan konsekuensi buruk. b.
Emotionality : gejala kecemasan biologi. Misalnya, jantung berdetak
cepat, berkeringat pada telapak tangan, ketegangan otot. c.
Task generated interference : Perilaku yang berhubungan dengan tugas
tetapi tidak maksimal dalam mengerjakan tugas . d.
study skills deficits : Masalah dengan metode belajar yang dapat
menyebabkan kecemasan.
Universitas Sumatera Utara
33
B. SEKOLAH UNGGUL 1. Pengertian Sekolah Unggul Departeman pendidikan dan kebudayaan mendefenisikan sekolah uggul sebagai sekolah yang dikembangkan untuk mencapai keunggulan dalam keluaran (output) pendidikannya, sehingga untuk mencapai keunggulan (high achievement) tersebut maka masukan (input atau intake) misalnya guru dan tenaga pendidikan, menejemen, layanan pendidikan, sarana penunjang sertaprogram pendidikan diarahkan untuk menunjang tercapainya tujuan tersebut. Di samping itu sekolah juga memberikan perlakuan kepada siswa berkemampuan biasa agar dapat mencapai prestasi maksimal. Dimensi keunggulan sekolah unggul mengandung dua unsur utama yaitu : (1) keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang lebih fungsional dalam kehidupan peserta didik, (2) penguasaan ilmu pengetahuan dan tehnologi yang berkaitan dengan daya nalar, kemampuan meningkatkan kualitas kepribadiannya, kemampuan mengembangkan potensi dan prestasi diri (Rianti, 2000). Di negara maju seperti Amerika Serikat sekolah unggul didefenisikan sebagai sekolah yang mampu memproses siswa bermutu rendah waktu masuk sekolah tersebut (input rendah), menjadi lulusan yang bermutu tinggi (Moedjiarto, 2001). Tim peneliti dari Seattle Public School, Washington (dalam Moedjiarto, 2001) mendefinisikan sekolah unggul sebagai sekolah seluruh siswanya memenuhi persyaratan berikut : (1) Menguasai (mastery) keterampilanketerampilan dasar, (2) berusaha meraih prestasi akademik semaksimal mungkin (academic excellence) pada semua mata pelajaran, (3) menunjukan kberhasilan
Universitas Sumatera Utara
34
melalui evaluasi yang sistematis yang diartikan sebagai mengetahui apakah tujuan instruksional telah tercapai, dengan eveluasi belajar terhadap nasional untuk mengukurperolehan belajar siswa dibandingkan rerata perolehan siswa tingkat nasional. Banyaknya konsep mengenai defenisi sekolah unggul menyebabkan sekolah unggul yang berkembang terdiri dari beberapa tipe yaitu : (1) sekolah unggul tipe I yaitu sekolah unggul yang inputnya terdiri dari siswa-siwa yang berprestasi dan berkualitas unggul, (2) sekolah unggul tipe II yaitu sekolah unggul dari segi fasilitasnya, fasilitas mewah ini menyebabkan biaya sekolah tipe II ini cukup mahal, dan (3) sekolah unggul tipe III yaitu sekolah yang menekankan pada iklim beljar yang positif di lingkungan sekolah (Moedjiarto, 2001). Struktur sekolah unggul sangat tergantung pada bentuk organisasi yang melaksanakannya. Ada 3 tipe atau model manejmensekolah unggul : (1) yayasan swasta bekerjasama dengan sekolah umum, (2) sekolah unggul yang di dirikan oleh yayasan swastayang bekerjasama dengan yayasan swasta lain , dan (3) sekolah unggul yang di dirikan oleh yayasan swasta tunggal (Utami & Semiawan, 1996). Berdasarkan uraian di atas di sampaikan bahwa sekolah unggul adalah sekolah yang dikembangkan untuk mencapai keunggulan (high achievment) tersebut maka masukan (input atau intake) seperti guru dan tenaga kepemimpinan, manajemen, layanan pendidikan, sarana penunjang, serta proses pendidikan di arahkan untuk menunjang tercapainga tujuan tersebut, disamping itu sekolah juga memberikan perlakuan kepada siswa berkemampuan biasa agar dapat mencapai prestasi maksimal.
Universitas Sumatera Utara
35
2. Karakteristik Sekolah Unggul Sekolah unggul sebagai bentuk penyajian sistem pendidikan yang sangat khusus dan memiliki tujuan tertentu berbeda dengan bentuk-bentuk sekolah lainnya. Sekolah unggul memiliki karakteristik tertentu yang membuatnya unggul dan membedakan dengan sekolah lain yang tidak unggul. Berdasarkan hasil penelitian tentang sekolah yang unggul yang di lakukan oleh Effective School Consortia Network (Moedjiarto, 2001). Di samping prestasi akademik yang dimiliki juga memiliki karakteristik antara lain : (1) Iklim sekolah yang tidak positif, (2) ada proses perencanaan, (3) tujuan akademik, (4) kurikulum yang jelas, (5) pemantauan terhadap kemajuan siswa, (6) keefektifan guru, (7) kepemmimpinan administratif, (8) pelibatan orang tua dan siswa, (9) kesempatan, tanggung jawab, dan partisipasi siswa, (10) anjaran dan insentif, (11) tata trtib dan disiplin. Hasil penelitian Lizzote (dalam Moedjiarto, 2001) menemukan beberapa karakteristik sekolah unggul, yaitu : (1) lingkungan sekolah yang aman dan tertib, (2) iklim serta harapan yang tinggi, (3) kepemimpinan yang instruksional yang logis, (4) misi yang jels dan terfokus, (5) kesempatan belajr dan mengerjakan tugas bagi siswa, (6) pementauan yang sering dilakukan terhadap kemajuan siswa dan hubungan antara rumah dan sekolah yang paling mendukung. Di samping karakteristik yang membedakan sekolah unggul dengan sekolah biasa adalah dimensi-dimensi keunggulan yang dimiliki oleh suatu sekolah sehingga di sebut sekolah unggul yaitu (Moko, 1997) :
Universitas Sumatera Utara
36
1. Dimensi peserta didik dan siswa Peserta didik harus melalui seleksi ketat dengan kriteria tertentu untuk bisa menjadi peserta didik sekolah unggul dalam konsep Depdikbud (1993). Kriteria itu antara lain prestasi belajar yang superior dengan indikator nilai rapor, NEM dan hasil tes prestasi akademik, skor psikotes yang meliputi intelegensi dan kreatifitas serta tes fisik. 2. Dimensi sarana prasarana Ketersediaan
sarana
dan
prasarana
yang
memadai
sehingga
memungkinkan terpenuhinya kebutuhan belajar didik guna menyalurkan bakat, minat dan kemampuan baik dalam kegiatan kurikuler maupun ekstra kulikuler. 3. Dimensi lingkungan belajar Lingkungan belajar yang kondusif untuk mengembangkan potensi keunggulan menjadi keunggulan nyata, baik lingkungan dalam arti fisik maupun psikis. 4. Tenaga pengajar Tenaga pengajar harus terpilih memiliki keunggulan di atas rata-ratatenaga pengajar masal kovensional, keunggulan tenaga pengajar meliputi : penguasaan materi pengajaran, penguasaan metode pengajaran dan komitmen melaksanakan tugas. 5. Dimensi kuriukulum Meskipun tetap mengacu pada kurikulum nasional tetapi kurikulum yang ada di kembangkan sedemikian rupa di perkaya secara maksimal sesuai kebutuhan
Universitas Sumatera Utara
37
dan kecepatan serta motivasi dari peserta didik. Jadi perlu adanya pengayaan dan percepatan kurikulum. 6. Dimensi rentang waktu belajar Waktu belajar di sekolah unggul lebih lama di bandingkan sekolah masal konvensional. Kegiatan ekstrakulikulum di organisasikan sedemikian rupa dengan dukungan prasarana yang memadai. Nilai sekolah unggul terletak pada perlakuan tambahan belajar di luar kurikulum nasional, melalui pengembangan materi kurikulum, pengayaan, perluasan, remedial, pelayanan bimbingan, dan pembinaan kreativitas. 7. Dimensi pembinaan kemampuan kepemimpinan Pembinaan kemampuan kepemiminan di sekolah unggul menyatu dalam keluruhan sistem pembinaan peserta didik melalui praktek langsung di lapangan bukan sekedar sebagian materi pengajaran. Jadi dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sebuah sekolah dapat dikatakan unggul apabila memiliki karakteristik dan dimensi keunggulan dalam hal masukan (input) yang berprestasi, iklim sekolah yang positif yang memungkinkan siswa untuk mengembangkan dirinya semaksimal mungkin, kurikulum yang dikembangkan sedemikian rupa untuk mencapai keunggulan, sarana dan prasarana yang memadai, adanya pemantauan terhdap kemajuan siswa, tenaga pengajar dan kepala sekolah yang efektif, memiliki sarana dan prasarana yang memdai dan mengusulkan kurikulum yang sudah dikembangkan.
Universitas Sumatera Utara
38
3. Penyelenggaraan Sekolah Unggul Aspek-aspek dalam manajemen penyelenggaraan sekolah unggul yang dalam penelitin ini adalah SMA unggul, (Budi, 2001) meliputi : 1. Rekrutmen peserta didik Sekolah unggul ini di selenggarakan untuk memberikan perlakuan dan pelayanan kepada peserta didik agar dapat mengembangkan bakat, minat dan kemamuannya secara cepat dan optimal, maka peserta didik sekolah unggul memiliki
persyaratan
tersebut
dapat
didefenisikan
berdasarkan
ciri-ciri
keunggulan, yaitu : a.
Kemampuan umum di atas rata-rata merujuk pada perbendaharaan kata-
kata yang lebih banyak dan lebih maju di baningkan anak biasa, cepat menangkap hubungan sebab akibat, cepat memahami prinsip dasar dari suatu konsep, seorang pengamat yang tekun dan waspada, mengingan dengan tepat serta memiliki informasi yang akurat selalu bertanya-tanya, cepat samapi kepada kesimpulan yang valid mengenai kejadian, fakta, orang atau benda. b.
Ciri-ciri kreativitas antara lain: menunjuk rasa ingin tahu luar biasa,
enciptakan berbagai ragam dan jumlah gagasan guna memecahkan persoalan, sering mengajukan tanggapan
yang unik dan pintar,
tidak terhambat
mengemukakan pendapat, berani menantang resiko, suka mencoba, elaboratif, peka terhadap keindahan dan segi estetika dari lingkungannya. c.
Pengikatan diri terhadap tugas sering dikaitkan dengan motivasi instrinsik
untuk berpretasi, ciri-cirinya : benar-benar terlibat dalam suatu tugas, sangat tangguh dan ulet dalam menyelesaikan masalah, bosan menghadapi tugas rutin,
Universitas Sumatera Utara
39
mendambakan dan mengajar hasil sempurna, lebih suka bekerja secara mandiri, sangat terikat pada nilai-nilai baik dan menjauhi nilai-nilai buruk, bertanggung jawab, berdisiplin, sulit mengubah pendapat yang telah diyakininya. 2. Tenaga kependidikan Tenaga pendidikan bertugas menyelenggarakan kegiatan mengajar, melatih, meneliti, mengembangkan, mengelola dan memberikan pelayanan teknis dalam bidang pendidikan. Tenaga pendidikan pada sekolah unggul berbeda baik dari segi bidang tugas maupun persyaratan kualifikasinya. Tenaga pendididkan pada sekolah unggul sekuramg-kurangnya terdiri dari: kepala sekolah, guru, tenaga bimbingan karir, pengembangan kurikulu, pustakawan, laboran, peneliti dan pengembang, pegawas dan tehnisi sumber belajar. Tenaga
kependidikan
sekolah
unggul
diutamakan
yang
telah
berpengalaman dan di tunjang leh adanya keunggulan dalam kemampuan intelektual, moral, keimanan ketaqwaan, disiplin dan tanggung jawab, keluasan wawasan kependidikan, kemampuan pengelolaan, terampil, kreatif, memiliki keterbukaan, profesional dalam memehami potensi, karakteristik-karakteristik dan masalah pengembangan peserta didik, mampu mengembangkan rencana studi dan karir peserta didik serta memiliki kemampuan meneliti dan mengembangkan kurikulum. 3. Total Quality Management (TQM) dalam proses belajar mengajar Total Quality Management (TQM) dalam proses belajar mengajar memusatkan perhatian pada fungsi manajemen dalam proses kegiatan belajar mengajar yaitu bagaimana guru mengajar dan mengelola pengajaran yang
Universitas Sumatera Utara
40
disampaikan pada peserta didik. TQM dalam proses belajar memusatkan perhatian pada fungsi manajemen yang ditransformasikan upaya guru dalam kegiatan belajar mengajar tersebut. 4. Pengembangan inovasi dan kurikulum Munandar (1999) menyatakan bahwa untuk melayani kebutuhan pendidikan akan berbakat perlu di usahakan suatu endidikan yang terdiferensiasi, yaitu yang memberi pengalaman pendidikan yang di sesuaikan dengan minat dan kemampuan intelektual peserta didik. Pengembangan dan inovasi kurikulum terdiferensiasi adalah bagian integral dari lingkungan belajar peserta didik yang memberikan “pelayanan unggul” kepada peserta didik, sehingga peserta didik dapat diberikan layanan pendidikan yang optimal dan setelah mlalui proses di harapkan dapat melahirkan lulusan unggul. Konsep pengembangan dan inovasi kurikulum harus mampu mengembangkan kreativitas yang mencakup integrasi dari kondisi 4 ranah, yaitu : afektif, psikomotorik, konatif dan intuitif. Keunggulan merupakan perkembangan optimal dari kreativitas. 5. Pendekatan strategi belajar mengajar Pendekatan strategi belajar mengajar sekolah unggul diarahkan pada terwujudnya proses belajar tuntas (mastery learning) yang mengacu pada peserta didik dapat belajar secara aktif dan kreatif sesuai bakat, minat dan kemampuannya masing-masing, dengan memperhatikan keselarasan dengan keseimbangan antara imensi tujuan-tujuan pembelajaran. 6. Pengembangan sarana dan prasarana
Universitas Sumatera Utara
41
Tersedianya sarana dan prasarana yang memadai, baik dari segi kuantitas maupun kualitas untuk tercapainya tujuan penyelenggaraan sekolah unggul. Sarana dan prasarana yang perlu dikembangkan pada sekolah unggul seharusnya memperhatikan efek efisiensi, yaini bahwa sarana dan prasarana tersebut dapat memberikan kemudahan tercapainya proses belajar mengajar secara efektif dan dapat dikembangkan potensi peserta didik. Selain itu juga sesuai dengan kondisi lingkungan, kebutuhan setempat, karakteristik program dan staf perkembangan psikologis peserta didik. 7. Pengembangan sistem evaluasi pengajaran Evaluasi kegiatan dan kemajuan belajar pada hakikatnya adalah upaya mengumpulkan informasi tentang kemajuan peserta didik. Evaluasi pengajaran pada sekolah unggul tidak hanya bertujuan untuk mengetahui kemajuan belajar peserta didik dalam rangka keperluan perbaikan dan peningkatan kegiatan belajar peserta didik, melainkan juga untuk memperoleh umpan balik atau usulan bagi perbaikan pelaksanaanya kegiatan proses belajar mengajar. 8. Strategi managemen organisasi Agar tujuan penyelenggaraan sekolah unggul tercapai secara efektif, perlu dikembangkan stategi pelaksanaan manajemen organisasi, yang didalamnya terkandung pemikiran. C. SMA NEGERI UNGGUL ACEH TIMUR 1. Latar Belakang Sekolah Berdasarkan amanah UUD 1945 bahwa salah satu tujuan pemerintah adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan setiap warga negara berhak
Universitas Sumatera Utara
42
memperoleh pendidikan sesuai dengan minat dan bakat yang dimilkinya. Fungsi pendidikan adalah mengembangkan kemampuan serta membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat. UU nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengamanatkan setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan khusus. Pendidikan yang bermutu antara lain dikembangkan melalui pengembangan mutu dan keunggulan sekolah menengah yang diarahkan untuk mendorong sekolah potensial menuju kategori di atas standar nasional dan internasional sehingga menjadi sekolah yang bertaraf nasional dan internasional. Untuk mengembangkan amanat undang-undang serta dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan, pemerintah kabupaten Aceh Timur pada tahun 2004 mendirikan SMA Negeri Unggul sebagai salah Satu SMA unggulan di propinsi Nanggroe Aceh Darussalam untuk menampung dan mendidik generasi penerus bangsa yang memiliki kemampuan dan bakat istimewa. SMA Negeri Unggul Aceh Timur yang berdiri sejak tahun 2004 merupakan salah satu lembaga pendidikan menengah atas dan ditetapkan sebagai sekolah unggulan yang baru dibuka pada tahun pelajaran 2007/2008, terletak di desa Aramiah Kecamatan Birem Bayeun yang merupakan kecamatan paling ujung sebelah timur Kabupaten Aceh Timur, atau kecamatan yang berbatasan langsung dengan Kota Langsa. Dengan segala kekurangan dan kelebihannya pada tahun pelajaran 2007/2008 ini untuk pertama sekali dibuka/menerima siswa baru berjumlah 63 orang. Sistem penerimaan siswa perdana ini direkut dari putra/putri terbaik Aceh Timur.
Universitas Sumatera Utara
43
2. Visi dan Misi Visi dari SMA Negeri Unggul ini adalah untuk mewujudkan pendidikan yang unggul dan berkualitas yang berdasarkan pada keimanan, ketaqwaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Misi dari SMA Negeri Unggul ini adalah sebagai berikut : 1. Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif dan efisien. 2. Meningkatkan komitmen seluruh tenaga kependidikan terhadap tugas dan fungsinya sehingga menjadi tenaga yang profesional dibidangnya masingmasing 3. Meningkatkan keimanan dan tetaqwaan kepada Allah SWT. 4. Mengintergrasikan pendidikan IPTEK dengan nilai-nilai islam. 5. Meningkatkan wawasan kebangsaan. 6. Pembinaan ketrampilan olah raga dan seni budaya. 7. Ikut serta dalam setiap even kompetisi di tingkat daerah, nasional dan internasional. 3. FASILITAS Asrama
Putera,
Asrama
Puteri,
Mushalla,
Laboratorium
Fisika,
Laboratorium Kimia, Laboratorium Biologi, Laboratorium Komputer, Ruang Kelas Dengan Laptop Dan Infocus, Perpustakaan, Ruang Multi Media, Lapangan Olah Raga Dan Kantin. 4.
KEGIATAN EKSTRAKULIKULER
1. Pengajian Al-Quran
Universitas Sumatera Utara
44
2. Olah Raga 3. Seni Drama Dan Tari 4. Pramuka 5. PMR 6. Pencak Silat 7. Praktek Bahasa Inggris Dan Arab 8. Rohis (Rohani Islam) 9. Seni Nasyid
5.
SYARAT-SYARAT PENERIMAAN
1.
Warga negara Indonesia lulusan SMP/MTs aceh timur atau oran tuanya
yang berdomisili dan/atau bekerja dalam kabupaten aceh timur. 2.
Lulus dan Berijazah SMP/MTs dan berusia maksimal 18 tahun
3.
Lulus Seleksi (Nilai raport dan UN, tes baca al-quran, matematika, bahasa
inggris dan IPA yang dilaksanakan langsung pada saat pendaftaran) 4.
Bersedia Tinggal Diasrama
5.
Bersedia Mematuhi Peraturan Sekolah/Asrama yang telah ditetapkan
6.
Persyaratan Administrasi
D. Gambaran kecemasan akademik siswa di SMA Negeri Unggul Freud (dalam Semium, 2006) mengatakan bahwa kecemasan adalah suatu perasaan afektif yang tidak menyenangkan yang disertai dengan sensasi fisik yang
Universitas Sumatera Utara
45
mengikutkan orang terhadap bahaya yang akan datang. Keadaan yang tidak meyenangkan itu sering kabur dan sulit meninjuk dengan tepat, tetapi kecemasan itu sendiri aelalu dirasakan. Kecemasan melibatkan persepsi tentang perasaan yang tidak menenangkan dan reaksi fisiologis, dengan kata lain kecemasan adalah reaksi atau situasi yang diannggap berbahaya. Gejala kecemasan ada dalam bermacam-macam bentuk dan kompleksitasnya, namun biasanya cukup mudah dikenali. Seseorang yang mengalami kecemasan cenderung untuk terus menerus merasa khawatir akan keadaan yang buruk yang akan menimpa dirinya atau diri orang lain yang dikenalnya dengan baik. Biasanya seseorang yang mengalami kecemasan cenderung tidak sadar, mudah tersinggung, sering mengeluh, sulit berkonsentrasi dan mudah terganggu tidurnya atau mengalami kesulitan untuk tidur (Gunarsa dkk., 1996). Sekolah unggul tentunya juga mendatangkan konsekuensi tertentu pada siswanya. Penembahan jam pelajaran serta banyaknya tugas yang harus dikerjakan dalam waktu yang terbatas menjadi beban yang berpotensi menimbulkan kecemasan akademik pada siswa yang ada di SMA unggul . Sistem evaluasi yang menggunakan standar ketentuan dalam belajar maksimun yang harus dicapai oleh siswa serta adanya sistem droup out atau remedial bagi siswa yang tidak mampu mencapainya, sehingga dapat menyebabkan kecemasan akademik (Iw, komunikasi personal 16 April 2010). Menurut Otten (1991) kecemasan akademik adalah masalah yang penting yang akan mempengaruhi sejumlah besar siswa. Ketika kecemasan yang dirasakan oleh siswa berlebihan maka akan berpengaruh secara negatif karena
Universitas Sumatera Utara
46
siswa mengalami tekanan psikologis sehingga siswa tersebut mendapatkan hasil belajar yang kurang baik dan lebih banyak menghindari tugas, hal ini disebabkan oleh penurunan rentang perhatian, konsentrsi dan memori pada siswa tersebut. Namun disisi lain kecemasan memiliki pengaruh yang positif terhadap siswa karena dapat memotivasi siswa untuk menyelesaikan tugas. Hal ini didukung oleh Fiyanti (2003) yang mengatakan bahwa beberapa dari siswa berfikir bagaimana cara untuk menghilangkan kecemasan yang mereka rasakan dengan cara bersaing. Bersaing disini adalah melakukan perbuatan untuk menjadi menang atau mengungguli yang lain dan merupakan sarana yang efektif untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Dalam bersaing, membutuhkan motivasi yang akan mendorong siswa untuk menjadi yang terbaik dari siswa-siswa yang lain. Pramod (1996) menyimpulkan, mengacu pada budaya india, laki-laki lebih berorientasi pada masa depan dibandingkan anak perempuan dan oleh karena itu anak laki-laki memiliki kecemasan akademik
yang lebih dibandingkan anak
perempuan. Trivedi & Ojha (2005), Mereka menemukan bahwa anak laki-laki memiliki kecemasan akademik yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak perempuan. Ojha (2005) mengungkapkan bahwa 25% anak laki-laki memiliki kecemasan akademik yang sangat tinggi sedangkan hanya 6,7% perempuan memiliki kecemasan akademik yang tinggi. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kecemasak akademik siswa di sekolah unggul terjadi karena sekolah unggul Sistem evaluasi yang menggunakan standar ketentuan dalam belajar maksimun yang harus dicapai oleh
Universitas Sumatera Utara
47
siswa serta adanya sistem droup out atau remedial bagi siswa yang tidak mampu mencapainya, sehingga dapat menyebabkan kecemasan akademik.
Universitas Sumatera Utara