BAB II LANDASAN TEORI
2.1
Kecemasan Mahasiswa dalam Menyusun Skripsi
2.2.1 Pengertian Kecemasan Mahasiswa dalam Menyusun Skripsi Kecemasan adalah suatu keadaan yang memotivasi individu untuk berbuat sesuatu. Fungsi kecemasan adalah untuk memperingatkan adanya ancaman bahaya, yakni sinyal dari ego yang akan terus meningkat jika tindakan-tindakan yang layak untuk mengatasi ancaman tidak diambil. Apabila tidak bisa mengendalikan kecemasan melalui cara-cara rasional dan cara-cara langsung, maka ego akan mengandalkan cara-cara yang tidak realistik, yakni perilaku yang berorientasi pada pertahanan ego atau defence mechanism (Freud dan Corey, 2005). Kecemasan adalah suatu perasaan takut yang tidak menyenangkan yang disertai dengan meningkatnya ketegangan fisiologis, suatu dorongan yang menjadi perantara antara suatu situasi yang mengancam dan perilaku menghidar. Kecemasan dapat diukur dengan self report, dengan mengukur ketegangan fisiologis, dan dengan perilaku yang tampak (Davison, dkk. 2006). Dinyatakan juga oleh Jefrrey dkk (2005) bahwa kecemasan (anxiety) adalah suatu keadaaan aprehensi atau keadaan khawatir yang mengeluhkan bahwa sesuatu yang buruk akan segera terjadi. Dari uraian di atas dapat dinyatakan bahwa kecemasan mahasiswa dalam menyusun skripsi adalah suatu perasaan yang tidak menyenangkan yang dialami
8
9
mahasiswa, sebagai akibat dari perasaan khawatir berkaitan dengan proses penyusunan skripsi. 2.2.2
Ciri – Ciri Gangguan Kecemasan Menurut Jeffrey dkk (2005), kecemasan terdiri dari begitu banyak ciri
fisik, kognisi, dan perilaku seperti : 1) Ciri – ciri fisik dari kecemasan Kegelisahan, kegugupan, tangan atau anggota tubuh bergetar atau gemetar, sensasi dari pita ketat yang mengikat di sekitar dahi, kekencangan pada pori – pori kulit perut atau dahi, banyak berkeringat, telapak
tangan
berkeringat,
pening
atau
pingsan,
mulut
atau
kerongkongan terasa kering, sulit berbicara, sulit bernafas, bernafas pendek, jantung berdebar keras atau berdetak kencang, suara yang bergetar, jari – jari atau anggota tubuh yang menjadi dingin, pusing, merasa lemas atau mati rasa, sulit menelan, kerongkongan terasa tersekat, leher atau punggung terasa kaku, sensasi seperti tercekik atau tertahan, tangan yang dingin dan lembab, terdapat gangguan sakit perut atau mual, panas dingin, sering buang air kecil, wajah terasa memerah, diare, merasa sensitif atau mudah marah. 2) Ciri – ciri behavioral dari kecemasan Perilaku menghindar, perilaku melekat dan dependen, perilaku terguncang.
10
3) Ciri – ciri kognitif dari kecemasan Khawatir tentang sesuatu, perasaan terganggu akan ketakutan atau aprehensi terhadap sesuatu yang terjadi di masa depan, keyakinan bahwa sesuatu yang mengerikan akan segera terjadi, tanpa ada penjelasan yang jelas, terpaku pada sensasi ketubuhan, sangat waspada terhadap sensasi ketubuhan, merasa terancam oleh orang atau peristiwa yang normalnya hanya sedikit atau tidak mendapat perhatian, ketakutan akan kehilangan kontrol, ketakutan akan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah, berpikir bahwa dunia mengalami keruntuhan, berpikir bahwa semuanya tidak lagi bisa dikendalikan, berpikir bahwa semuanya terasa sangat membingungkan tanpa bisa diatasi, khawatir terhadap hal – hal sepele, berpikir tentang hal mengganggu yang sama berulang – ulang, berpikir bahwa harus bisa kabur dari keramaian, kalau tidak pasti akan pingsan, pikiran terasa bercampur aduk atau kebingungan, tidak mampu menghilangkan pikiran – pikiran terganggu, berpikir akan segera mati, meskipun dokter tidak menemukan sesuatu yang salah secara medis, khawatir akan ditinggal sendirian, sulit berkonsentrasi atau memfokuskan fikiran.
2.2
Terapi Musik
2.2.1 Pengertian Musik Musik adalah bunyi yang diatur menjadi pola yang dapat menyenangkan telinga kita atau mengkomunikasikan perasaan atau suasana hati. Musik
11
mempunyai ritme, melodi, dan harmoni yang memberikan kedalaman dan memungkinkan penggunaan beberapa instrumen atau bunyi-bunyian (Oxford Ensiklopedi Pelajar, 2005). Musik adalah seni penataan bunyi secara cermat yang membentuk pola teratur dan merdu yang tercipta dari alat musik atau suara manusia. Musik biasanya mengandung unsur ritme, melodi, harmoni, dan warna bunyi (Syukur, 2005). Dari definisi di atas dapat dinyatakan bahwa musik adalah bunyi yang diatur menjadi sebuah pola yang tersusun dari bunyi atau suara dan keadaan diam (sounds and silences) dalam alur waktu dan ruang tertentu dalam urutan, kombinasi, dan hubungan temporal yang berkesinambungan sehingga mengandung ritme, melodi, warna bunyi, dan keharmonisan yang biasanya dihasilkan oleh alat musik atau suara manusia yang dapat menyenangkan telinga dan mengekspresikan ide, perasaan, emosi atau suasana hati. T. Slamet Suparno (2003) menyatakan bahwa musik adalah suatu bentuk kesenian yang dapat mengeluarkan aneka perasaan dan gelora jiwa melalui media suara. Mengacu pada beberapa definisi di atas dapat dikemukakan bahwa musik merupakan gabungan dari berbagai ragam bebunyian, namun tidak hanya memandang bahwa musik hanya semata – mata terletak pada aspek keindahan mengenai suara – suara ataupun pada nada – nada yang membentuk musik tersebut. Ada empat elemen musik yaitu :
12
1.
Pitch Seutas senar diyakini menghasilkan nada melalui vibrasi pada kecepatan
tertentu yang dikenal dengan sebut pitch A adalah 440 getaran permenit (diukur dalam Hertz), dan ini dapat didengar karena membuat molekul – molekul udara bergetar dalam kecepatan yang sama. Bila vibrasi ini bertemu dengan telinga pendengar maka operasi rumit dari persepsi dan proses kognitif dalam otak menyimpulkan bahwa nada yang terdengar adalah nada A, seperti yang dimainkan oleh alat tiup kayu. Bagaimana pikiran manusia merasakan musik pada tataran psikologis? Kita merasakan vibrasi sebagai nada dan mungkin nada yang saling mempengaruhi dalam musik. Panjang senar dan kecepatan vibrasi dapat diukur (dikuantifikasi), sementara nada adalah sebuah kualitas fenomena vibrasi yang diinterpretasikan oleh pikiran manusia. 2.
Tempo Adalah rata – rata satuan waktu pada saat sebuah musik dimainkan yang
menggambarkan kecepatan musik tersebut. 3. Timbre Disebut juga warna suara atau kualitas suara. Jika dua alat musik, misal gitar dan trombon dimainkan bersama – sama pada nada dasar / pitch yang sama, kita tetap dapat membedakan mana suara gitar dan mana suara trombon karena keduanya memiliki warna suara yang berbeda. 4. Dinamika Adalah aspek musik yang terkait dengan tingkat kekerasan bunyi, atau gradasi kekerasan dan kelembutan suara musik.
13
2.2.2 Pengertian Terapi Musik Definisi terapi musik dapat sangat beragam, tergantung pada populasi klien dan dengan siapa para terapis bekerja. Dalam rumusan The American Music Therapy Association (dalam Djohan 2006), terapi musik adalah suatu profesi di bidang kesehatan yang menggunakan musik dan aktivitas musik untuk mengatasi berbagai masalah dalam aspek fisik, psikologis, kognitif dan kebutuhan sosial individu yang mengalami cacat fisik. Berbagai definisi masih terus berkembang disebutkan bahwa terapi musik adalah penggunaan musik dalam lingkup klinis, pendidikan, dan sosial bagi klien atau pasien yang membutuhkan pengobatan, pendidikan atau intervensi pada aspek sosial dan psikologis (Wigram dalam Djohan, 2006). Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa terapi musik adalah serangkaian upaya yang dirancang untuk membantu atau menolong individu yang mengalami masalah dalam bidang fisik, psikis, maupun kognitif dengan penggunaan musik atau aktivitas musik.
2.2.3 Proses dan Langkah – langkah Terapi Musik 1)
Proses Terapi Musik Proses terapi musik berawal dari adanya permintaan untuk
memperoleh terapi, baik dari dokter, psikolog, ahli fisiologi, ahli gangguan wicara, guru, orangtua, pekerja sosial, atau dari klien yang bersangkutan. Proses terapi musik menurut Djohan (2005) adalah sebagai berikut.
14
a)
Asesmen Asesmen adalah hal yang pertama kali harus dipenuhi untuk memulai suatu tindakan terapi. Di dalam asesmen, terapis musik melakukan observasi menyeluruh terhadap kliennya, sehingga ia memperoleh gambaran lengkap tentang latar belakang, keadaan sekarang, keterbatasan klien dan potensi – potensi yang masih dapat dikembangkan. Dengan gambaran ini, terapis musik mengembangkan kerangka asesmen yang kemudian diterjemahkan ke dalam rencana perlakuan, lengkap dengan estimasi waktunya.
b) Rencana Perlakuan Setelah data asesmen terkumpul dan dianalisis, langkah berikutnya adalah mematangkan rencana perlakuan terapi musik. Terapis musik merancang rencana perlakuan bagi klien secara bertahap sampai klien dapat
meraih batas keinginan yang ditentukan
sebelumnya. c)
Pencatatan Sebuah proses terapi musik perlu mempertimbangkan riwayat kesehata klien dari banyak sisi. Selain riwayat sebelum terapi di mulai, seluruh proses terapi juga harus dicatat. Salah satu metode dokumentasi yang banyak digunakan di rumah sakit – rumah sakit disebut APIE (Luksch dalam Djohan, 2005) yaitu A ; Asesmen, P ; Perencanaan, I ; Intervensi, E; Evaluasi.
15
d) Evaluasi dan Terminasi Perlakuan Langkah terakhir dalam proses terapi adalah mengevaluasi dan melakukan terminasi perlakuan. Pada bagian ini, terapis menyiapkan kesimpulan akhir dari proses perlakuan dan membuat rekomendasi untuk ditindaklanjuti. 2)
Langkah – langkah dalam Terapi Musik Menurut Djohan (2005) terapi musik meliputi beberapa langkah dalam pelaksanaannya yaitu : a)
Menetapkan sasaran terapi Sasaran dalam terapi musik diindikasikan melalui target yang akan dituju. Target harus jelas berdasarkan alasan – alasan dan informasi yang dikumpulkan dari hasil penilaian.
b) Membangun relasi Saat pertama kali bertatap muka dengan klien selalu merupakan awal dari pengalaman baru, hubungan baru, dan dinamika yang baru pula. Sesi pertama adalah saat memulai proses membangun kepercayaan dan hubungan sebagai elemen penting dalam terapi yang efektif. c)
Proses Assasmen Awal Seorang terapis sedapat mungkin mencari gambaran yang lengkap dan menyeluruh mengenai kliennya, meski prosedur asesmennya dapat dilakukan dengan sederhana.
16
d) Asesmen Komprehensif Asesmen komprehensif diberikan bila klien belum dirujuk untuk menjalani terapi musik dan masih bertanya – tanya tentang manfaat yang diperoleh dari terapi musik. Laporan komprehensif asesmen sama dengan garis besar pada asesmen awal tetapi lebih mendalam. e)
Strategi Terapi Seorang terapis
dapat
mengkombinasikan beberapa
kemungkinan untuk mendapatkan strategi yang paling sesuai. Dalam strategi terapi musik digunakan untuk mencapai dua tujuan, yaitu menguat kan perilaku yang diinginkan, atau meniadakan sejumlah literatur menggunakan istilah reward atau reinforcement untuk musik sebagai penguat, atau punishment untuk musik atau perlakuan khusus melalui aktivitas musik yang dimaksudkan untuk meniadakan atau mengurangi perilaku.
2.3
Terapi Musik untuk Menurunkan Kecemasan Mahasiswa Menyusun Skripsi Pada awalnya mungkin individu masih bertanya apakah musik benar –
benar dapat mempengaruhi suasana hati, walaupun sudah banyak penelitian secara sistematis dilakukan terhadap hubungan antara berbagai jenis musik dan reaksi emosi (Djohan, 2005). Penelitian Lewis (dalam Djohan, 2005) menemukan pengaruh musik atau video dalam beberapa hasil pengukuran suasana hati melalui
17
kuesioner tentang optimisme / pesimisme (OPQ), skala sikap dan skala WessmanRicks tentang Elation dan Depression. Sebelumnya dipilih musik dan video dengan kategori hati positif dan negatif. Hasil menunjukkan bahwa musik memiliki pengaruh yang kuat terhadap suasana hati tetapi tidak demikian dengan video. Musik dengan kategori positif menghasilkan peningkatan suasana hati yang positif demikian pula musik sedih juga menghasilkan peningkatan suasana hati negatif. Maka disimpulkan bahwa sebuah musik cenderung menimbulkan suasana hati yang sama dalam diri pendengarnya. Sloboda (dalam Djohan, 2005) meminta 67 orang pendengar musik mendeskripsikan dalam kalimat mereka sendiri mengenai pengalaman nilai emosi mereka terhadap musik. Pertama, orang cenderung menggunakan musik sebagai “agen perubahan” untuk merubah tahapan suasana hati (mood)nya. Hal ini misalnya terungkap dalam kalimat seperti „musik membuat saya rileks, saat saya tegang dan cemas‟ dan „musik dapat memotivasi dan memberi inspirasi bagi saya untuk menjadi orang yang baik‟. Kedua, dilaporkan bahwa musik dapat digunakan sebagai metode katarsis untuk menimbulkan internsifikasi atau pelepasan emosi. Sloboda (dalam Djohan, 2005) mengatakan, faktor umum pada semua sampel adalah bahwa musik tidak berperan menghasilkan emosi tetapi lebih menyediakan akses bagi seseorang untuk mengalami emosi yang sudah „ter-agenda‟. Universitas Michigan mempublikasikan hasil penelitian mengenai pengaruh msuik terhadap sekelompok orang dewasa Amerika yaang mengikuti pelajaran kibor menunjukan efek dramatis berupa terjadinya peningkatan sebesar 92% pada pertumbuhan hormonalnya (hGH). Pertumbuhan hormon manusia
18
tercermin dalam beberapa fenomena usia seperti osteoporosis, tingkat energi, pengkerutan, fungsi seksual, massa otot, dan sakit. Konsistensi dengan hasil penelitian sejenis, ini menunjukan terjadinya penurunan signifikan dalam hal kecemasan, depresi, dan kesepian – tiga faktor kritis dalam menghadapi stres, merangsang sistem kekebalan, serta meningkatkan kesehatan. (Djohan, 2005) Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa terapi musik akan memberikan
pengaruh
positif
untuk
merubah
suasana
hati
seseorang,
menumbuhkan perasaan gembira dan tenang, sehingga dengan menggunakan terapi musik diharapkan dapat menurunkan perasaan cemas mahasiswa dalam menyusun skripsi.
2.4
Hasil Temuan Penelitian yang Relevan Devi Winja Susanti & Faridah ( 2011 ) Ainur Rohmah dalam penelitian
Efektivitas Musik Klasik dalam Menurunkan Kecemasan Matematika (Math Anxiety) pada Siswa Kelas XI. Hasil analisis data menunjukkan ada penurunan skor yang signifikan antara pretest dan posttest pada kelompok eksperimen (KE) dengan p=0,014 yang mengindikasikan musik klasik efektif dalam menurunkan kecemasan matematika pada siswa. Kecemasan matematika dapat menurun seiring siswa mendengarkan musik klasik sambil belajar matematika. Lely Febriani ( 2011 ) dalam penelitian Efektifitas Terapi Musik Klasik Untuk Mengurangi Kecemasan Pada Ibu Bersalin Seksio Sesarea Di RSUD dr. Pirngadi Medan. Hasil uji statistik t-independent dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh terapi musik klasik yang signifikan untuk mengurangi kecemasan pada
19
ibu bersalin seksio sesarea pada kelompok intervensi dan kontrol (P = 0.000). Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa terapi musik klasik efektif untuk mengurangi kecemasan, sehingga bidan dapat menerapkan terapi musik klasik dalam memberikan asuhan kepada ibu bersalin seksio sesarea. Kedua penelitian tersebut meneliti tentang terapi musik dan kecemasan yang relevan dengan penelitian penulis. Hanya saja dalam kedua penelitian tersebut menggunakan media musik klasik sedangkan penulis menggunakan menggunakan terapi musik sebagai perlakuan.
2.5
Hipotesis Hipotesis penelitian dirumuskan sebagai berikut : Penggunaan terapi musik dapat secara signifikan menurunkan kecemasan
menyusun skripsi pada mahasiswa FKIP – BK UKSW.