BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Manajemen Operasi Manajemen operasi (Operations managements) adalah serangkaian aktivitas yang menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan mengubah input menjadi output. Kegiatan yang menghasilkan barang dan jasa, berlangsung di semua organisasi. Manajemen operasi merupakan salah satu dari tiga fungsi utama sebuah organisasi, dan secara utuh berhubungan dengan semua fungsi bisnis lainnya. Semua organisasi memasarkan, membiayai, dan memproduksi, maka sangat penting untuk mengetahui bagaimana aktivitas manajemen operasi berjalan. (Heizer dan Render, 2006:4) Heizer dan Render (2006:9) menyebutkan bahwa terdapat sepuluh keputusan yang berkaitan dengan strategi manajemen operasional, yaitu: 1. Desain produk dan jasa 2. Mengelola kualitas 3. Strategi proses 4. Strategi lokasi 5. Strategi tata letak 6. Sumber daya manusia 7. Manajemen rantai pasokan (Supply Chain Management) 8. Manajemen persediaan, perencanaan kebutuhan bahan, dan JIT (Just In Time) 9. Penjadwalan (jangka pendek dan menengah) 10. Pemeliharaan (Maintenance)
Universitas Sumatera Utara
2.2 Persediaan 2.2.1 Pengertian Persediaan Cara yang paling mudah untuk menjaga agar operasi terjamin adalah dengan mengisi persediaan barang sebanyak-banyaknya (biasanya ini kemauan pemakai barang). Sedangkan yang paling mudah untuk menjaga agar biaya investasi seminimal mungkin adalah dengan mengusahakan persediaan mencapai nol (biasanya ini dikehendaki oleh fungsi keuangan). Disinilah letak fungsi manajemen persediaan, yaitu menjembatani dua kepentingan yang bertolak belakang tersebut. Pengelolaan persedian haruslah berdaya guna (efisien) dan berhasil guna (efektif). Menjamin kelangsungan jalannya operasi perusahaan adalah soal efektivitas, sedangkan menekan persediaan sampai ke tingkat minimum adalah soal efisiensi. (Indrajit dan Pranoto, 2003:11) Pengertian persediaan menurut Indrajit dan Pranoto (2003:4) adalah sejumlah material yang disimpan dan dirawat menurut aturan tertentu dalam tempat persediaan agar selalu dalam keadaan siap pakai dan ditatausahakan dalam buku perusahaan. Setiap perusahaan selalu mengadakan persediaan, karena tanpa adanya persediaan, para pengusaha akan dihadapkan pada risiko bahwa perusahaannya pada suatu waktu tidak dapat memenuhi keinginan pelanngan yang memerlukan atau meminta barang atau jasa yang dihasilkan. Hal ini mungkin terjadi, karena tidak selamanya barang – barang atau jasa-jasa tersedia pada setiap saat, yang berarti pula bahwa pengusaha akan kehilangan kesempatan memperoleh keuntungan yang seharusnya ia dapatkan. Jadi persediaan sangat penting artinya untuk setiap perusahaan baik perusahaan yang menghasilkan suatu barang atau jasa. Persediaan ini diadakan apabila keuntungan yang diharapkan
Universitas Sumatera Utara
dari persediaan tersebut (terjadinya kelancaran usaha) hendaknya lebih besar daripada biaya-biaya yang ditimbulkannya (Assauri, 2008:237). Sedangkan menurut Kusuma (2009) persediaan adalah barang yang disimpan untuk digunakan atau dijual pada periode mendatang. Persediaan dapat berbentuk bahan baku yang disimpan untuk diproses, komponen yang diproses, barang dalam proses manufaktur, dan barang jadi yang disimpan untuk dijual. Persediaan memegang peran penting agar perusahaan dapat berjalan dengan baik. Karena bentuk persediaan dapat beraneka macam, penanganan persediaan pun memunculkan
berbagai
masalah.
Tujuan
perencanaan
persediaan
ialah
menemukan jawaban atas masalah-masalah tersebut. Menurut Handoko (2012:333) persediaan (inventory) adalah suatu istilah umum yang menunjukkan segala sesuatu atau sumber daya organisasi yang disimpan dalam antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan. Permintaan akan sumber daya mungkin internal atau eksternal. Ini meliputi persediaan bahan mentah, barang dalam proses, barang jadi atau produk akhir, bahan-bahan pembantu atau pelengkap, dan komponen-komponen lain yang menjadi bagian keluaran produk perusahaan. Sistem persediaan adalah serangkaian kebijaksanaan dan pengendalian yang memonitor tingkat persediaan dan menentukan tingkat persediaan yang harus dijaga, kapan persediaan harus diisi, dan berapa besar pesanan yang harus dilakukan.
Universitas Sumatera Utara
2.2.2 Fungsi dan Peranan persediaan Fungsi utama persediaan yaitu sebagai penyangga, penghubung antar proses produksi dan distribusi untuk memperoleh efisiensi. Fungsi lain persediaan
sebagai
stabilisator
harga
terhadap
fluktuasi
permintaan.
(Ishak A 2010:162) Sedangkan menurut Heizer dan Render (2008:60) persediaan dapat melayani beberapa fungsi yang akan menambah fleksibilitas operasi perusahaan. Empat fungsi persediaan adalah: 1. Untuk men- “decouple” atau memisahkan beragam bagian proses produksi. Sebagai contoh, jika pasokan sebuah perusahaan berfluktuasi, maka mungkin diperlukan persediaan tambahan untuk men-decouple proses produksi dari para pemasok. 2. Untuk memisahkan perusahaan dari fluktuasi permintaan dan menyediakan persediaan barang-barang yang akan memberikan pilihan bagi pelanggan. Persediaan semacam ini umumnya terjadi pada pedagang eceran. 3. Untuk mengambil keuntungan diskon kuantitas, sebab pembelian dalm jumlah lebih besar dapat mengurangi biaya produksi atau pengiriman barang. 4. Untuk menjaga pengaruh inflasi dan naiknya harga.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Herjanto (2004:220) beberapa fungsi penting yang dikandung oleh persediaan dalam memenuhi kebutuhan perusahaan, sebagai berikut: 1.
Menghilangkan risiko keterlambatan pengiriman bahan baku atau barang yang dibutuhkan perusahaan.
2.
Menghilangkan risiko jika material yang dipesan tidak baik sehingga harus dikembalikan.
3.
Menghilangkan risiko terhadap kenaikan harga barang atau inflasi.
4.
Untuk menyimpan bahan baku yang dihasilkan secara musiman, sehingga perusahaan tidak akan kesulitan jika bahan itu tidak tersedia dipasaran.
5.
Mendapatkan keuntungan dari pembelian berdasarkan potongan kuantitas (quantity discounts).
6.
Memberikan pelayanan kepada pelanggan dengan tersedianya barang yang diperlukan.
2.2.3 Jenis – Jenis Persediaan Menurut Handoko (2012:334), setiap jenis persediaan mempunyai karakteristik khusus tersendiri dari cara pengelolaannya yang berbeda. Menurut jenisnya, persediaan dapat dibedakan atas: 1.
Persediaan Bahan Mentah (raw materials), yaitu persediaan barang-barang berwujud seperti, baja, kayu dan komponen-komponen lainnya yang digunakan dalam proses produksi. Bahan mentah dapat diperoleh dari para supplier atau dibuat sendiri oleh perusahaan untuk digunakan dalam proses produksi selanjutnya.
2.
Persediaan Komponen-Komponen Rakitan(Purchased parts/components), yaitu persediaan barang-barang yang terdiri dari komponen-komponen
Universitas Sumatera Utara
yang diperoleh dari perusahaan lain, dimana secara langsung dapat dirakit menjadi suatu produk. 3.
Persediaan Bahan Pembantu atau Penolong (suppliers), yaitu persediaan barang-barang yang diperlukan dalam proses produksi, tetapi tidak merupakan bagian ataau komponen barang jadi.
4.
Persediaan Barang dalam Proses (work in process), yaitu persediaan barang-barang yang merupakan keluaran dari tiap-tiap bagian dalam proses produksi atau yang telah diolah menjadi suatu bentuk, tetapi masih perlu diproses lebih lanjut menjadi barang jadi.
5.
Persediaan Barang Jadi (finished goods), yaitu persediaan barang-barang yang telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap untuk dijual atau dikirim kepada pelanggan. Sedangkan menurut Heizer dan Render (2008:61) untuk mengakomodasi
fungsi persediaan, perusahaan memilki empat jenis persediaan: 1.
Persediaan Bahan Baku (raw material inventory) dibeli tetapi tidak diproses. Persediaan ini dapat digunakan untuk men-decouple para pemasok dari proses produksi. Bagaimana pun, pendekatan yang lebih disukai adalah menghapuskan keragaman mutu, kuantitas, atau waktu pengiriman pemasok sehingga pemisahan tidak lagi diperlukan.
2.
Persediaaan Barang Setangah Jadi (working in process – WIP inventory) adalah bahan baku atau komponen yang sudah
mengalami beberapa
perubahan tetapi belum selesai. Adanya WIP disebabkan oleh waktu yang dibutuhkan untuk membuat suatu produk (disebut siklus waktu – cycle time). Mengurangi siklus waktu berarti mengurangi persediaan.
Universitas Sumatera Utara
3.
Persediaan yang diperlukan untuk menjaga agar permesinan dan proses produksi tetap produktif. MRO tetap ada karena kebutuhan dan waktu pemeliharaan dan perbaikan beberapaa peralatan tidak diketahui. Walaupun permintaan MRO sering merupakan sebuah fungsi jadwal pemeliharaan, permintaan MRO lain yang tidak dijadwalkan harus diantisipasi.
4.
Persediaan Barang Jadi (finished good inventory) adalah produk yang sudah selesai dan menunggu pengiriman. Barang jadi bisa saja disimpan karena permintaan pelanggan di masa masa depan tidak diketahui. Dilihat dari fungsinya, menurut Ishak (2010:162) persediaan dapat
dibedakan atas: 1.
Persediaan dalam Lot Size, persediaan muncul karena ada persyaratan ekonomis untuk penyediaan (replishment) kembali. Penyediaan dalam lot yang besar atau dengan kecepatan sedikit lebih cepat dari permintaan akan lebih ekonomis. Faktor penentu persyaratan ekonomis antara lain biaya set up, biaya persiapan produksi atau pembelian dan biaya transport.
2.
Persediaan cadangan, pengendalian persediaan timbul berkenaan dengan ketidakpastian. Peramalan permintaan konsumen biasanya disertai kesalahan peramalan. Waktu siklus produksi (lead time)mungkin lebih dalam dari yang diprediksi. Jumlah produksi yang ditolak hanya bisa diprediksi dalam proses. Persediaan cadangan mengamankan kegagalan mencapai permintaan konsumen atau memenuhi kebutuhan manufaktur tepat pada waktunya.
Universitas Sumatera Utara
3.
Persediaan antisipasi, persediaan dapat timbul mengantisipasi terjadinya penurunan persediaaan dan kenaikan permintaan atau kenaikan harga. Untuk menjaga kontinuitas pengiriman produk ke konsumen, suatu perusahaan dapat memelihara persediaan dalam rangka liburan tenaga kerja atau antisipasi terjadinya pemogokan tenaga kerja.
4.
Persediaan pipeline, sistem persediaan dapat diibaratkan sebagai sekumpulan tempat (stock point) dengan aliran di antara tempat persedian tersebut. Pengendalian persediaan terdiri dari pengendalian aliran persediaan dan jumlah persediaan akan terakumulasi di tempat persediaan.
5.
Persediaan lebih, yaitu persediaan yang tidak dapat digunakan karena kelebihan atau kerusakan fisik yang terjadi.
2.2.4 Biaya – Biaya Persediaan Menurut Hakim (2008:121) secara umum dapat dikatakan bahwa biaya sistem persediaan adalah semua pengeluaran dan kerugian yang timbul sebagai akibat adanya persediaan. Niaya sistem persediaan terdiri dari: 1. Biaya Pembelian (Purchasing Cost = c) adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli barang. Besarnya biaya pembelian ini tergantung pada jumlah barang yang dibeli dan harga satuan barang. Biaya pembelian menjadi faktor penting ketika harga barang yang dibeli tergantung pada ukuran pembelian. 2. Biaya Pengadaan (Procurement Cost = k). Biaya pengadaan dibedakan atas dua jenis sesuai asal-usul barag yaitu pemesanan (ordering cost) bila barang yang diperlukan diperoleh dari pihak luar (supplier) dan biaya pembuatan (setup cost) bila barang yang diperoleh dengan memproduksi sendiri.
Universitas Sumatera Utara
a. Biaya Pemesanan (Ordering cost = k), semua pengeluaran yang timbul untuk mendatangkan barang dari luar. b. Biaya Pembuatan (Setup cost = k), semua pengeluaran yang ditimbulkan untuk persiapan memproduksi barang. 3. Biaya Penyimpanan (Holding Cost/Carrying cost = h), adalah semua pengeluaran yang timbul akibat menyimpan barang. Biaya ini meliputi: a. Biaya memiliki persediaan (biaya modal). b. Biaya gudang. c. Biaya kerusakan dan penyusutan. d. Biaya kadaluwarsa (absolence). e. Biaya asuransi. f. Biaya administrasi dan pemindahan. 4. Biaya Kekurangan Persediaan (Shortage Cost = p), bila perusahaan kehabisan barang pada saat ada permintaan, maka akan terjadi keadaan kekurangan persediaan. Keadaan ini akan menimbulkan kerugian karena proses produksi akan terganggu dan kehilangan kesempatan mendapat keuntungan atau kehilangan konsumen pelanggan karena kecewa sehingga beralih ke tempat lain. Biaya kekurangan persediaan dapat diukur dari: a. Kuantitas yang tidak dapat dipenuhi. b. Waktu pemenuhan. c. Biaya pengadaan darurat.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Handoko (2012:336), dalam pembuatan setiap keputusan yang akan mempengaruhi besarnya (jumlah) persediaan, biaya-biaya variabel berikut ini harus dipertimbangkan. 1. Biaya penyimpanan. Biaya penyimpanan terdiri dari biaya-biaya yang bervariasi secara langsung dengaan kuantitas persediaan. Biaya penyimpanan per periode akan semakin besar apabila kuantitas bahan yang dipesan semakin banyak, atau rata-rata persediaan semakin tinggi. Biaya-biaya yang termasuk sebagai biaya penyimpanan adalah: a. Biaya fasilitas penyimpanan. b. Biaya modal c. Biaya keusangan d. Biaya perhitungan phisik dan konsiliasi laporan e. Biaya asuransi persediaan f. Biaya pajak persediaan g. Biaya pencuruan, pengrusakan, atau perampokan. h. Biaya penanganan persediaan, dan sebagainya. 2. Biaya Pemesanan (Pembelian). Setiap kali suatu bahan dipesan, perusahaan menanggung biaya pemesanan. Biaya-biaya pemesanan secara terperinci meliputi: a. Pemrosesan pesanan dan biaya ekspedisi b. Upah c. Biaya telephone d. Pengeluaran surat menyurat e. Biaya pengepakan dan penimbangan
Universitas Sumatera Utara
f. Biaya pemeriksaan (inspeksi) penerimaan g. Biaya pengiriman ke gudang h. Biaya hutang lancar dan sebagainya. 3. Biaya Penyiapan (Manufacturing). Bila bahan-bahan tidak dibeli, tetapi diproduksi sendiri dalam pabrik perusahaan, perusahaan menghadapi biaya penyiapan untuk memproduksi komponen tertentu. Biaya-biaya ini terdiri dari : a. Biaya mesin-mesin menganggur b. Biaya persiapan tenaga kerja langsung c. Biaya scheduling d. Biaya ekspedisi, dan sebagainya. 4. Biaya kehabisan atau kekurangan bahan. Dari semua biaya-biaya yang berhubungan dengan tingkat persediaan, biaya kekurangan bahan adalah yang paling sulit diperkirakan. Biaya ini timbul bilamana persediaan tidak mencukupi adanya permintaan bahan. Biaya-biaya yang termasuk biaya kekurangan bahan adalah sebagai berikut: a. Kehilangan penjualan b. Kehilangan langganan c. Biaya pemesanan khusus d. Biaya ekspedisi e. Selisih harga f. Terganggungnya operasi g. Tambahan pengeluaran kegiatan manajerial, dan sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
2.2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persediaan Menurut Ma’rif dan Tanjung (2003:278) adapun faktor-faktor yang mempengaruhi persediaan bahan baku adalah: 1. Perkiraan Pemakaian. Angka ini mulak diperlukan untuk membuat keputusan beberapa persediaan yang dilakukan untuk mengantisipasi masa mendatang (biasanya dilakukan dalam kurun waktu setahun) 2. Harga bahan baku. Harga bahan baku yang mahal sebaiknya distok dalam jumlah yang tidak terlalu banyak. Hal ini disebabkan terbenamnya yang yang seharusnya bisa diputar. 3. Biaya-biaya dari persediaan. Biaya-biaya ini meliputi biaya pemesanan dan biaya penyimpanan. 4. Kebijakan pembelanjaan. Kebijakan ini ditentukan oleh sifat dari bahan itu sendiri. Untuk bahan-bahan yang cepat rusak (perishable), tentunya tidak mungkin dilakukan penyimpanan yang terlalu lama, terkecuali ada alat yang membuat bahan itu bertahan. 5. Pemakaian senyatanya. Mkasudnya adalah pemakaian yang riil dari data tahun-tahun sebelumnya. Dari pemakaian riil tahun-tahun sebelumnya inilah dilakukan proyeksi (forecasting) pemakaian tahun deoan dengan metodemetode forecasting. 6. Waktu tunggu (lead time). Waktu tunggu ini adalah waktu tunggu dari mulai barang itu dipesan, sampai barang itu datang. Waktu tunggu ii tidak selamanya konstan. Cenderung bervariasi, tergantung jumlah yang dipesan dan waktu pemesanan.
Universitas Sumatera Utara
2.2.6 Model Persediaan Model persediaan menurut Heizer dan Render (2008:67) adalah sebagai berikut: 1. Permintaan Bebas vs Terikat, model yang menganggap bahwa permintaan untuk sebuah barang mungkin bebas (independen) atau terikat (dependent) dengan permintaan barang lain. Sebagai contoh, permintaan kulkas bebas dengan permintaan pemanggang roti. 2. Biaya Penyimpanan, Pemesanan, dan Setup, Biaya Penyimpanan adalah biaya yang berhubungan dengan penyimpanan atau membawa persediaan dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, biaya penyimpanan juga meliputi biaya yang menjadi usang dan biaya yang berkaitan dengan gudang, seperti asuransi, karyawan tambahan, dan pembayaran bunga.Biaya Pemesanan mencakup biaya persediaan, formulir, proses perencanaan, pekerjaan admministrasi pendukung dan sebagainya. Ketika pesanan diproduksi, maka terdapat biaya pemesanan, tetapi biaya pemesanan ini menjadi bagian dari apa yang disebut sebagai biaya setup. Biaya setup adalah biaya untuk menyiapkan mesin atau proses untuk memproduksi sebuah pesanan. Proses ini meliputi waktu dan tenaga kerja untuk membersihkan dan menganti perkakas atau alat bantu. Para manajer operasi dapat menurunkan biaya pemesanan dengan biaya setup dan menggunakan prosedur yang efisien seperti pemesanan dan pembayaran elektronik.
Universitas Sumatera Utara
2.3 Pengendalian Persediaan 2.3.1 Pengertian Pengendalian Persediaan Menurut
Kusuma
(2009:154),
terdapat
beberapa
keadaan
yang
memerlukan perhatian lebih, misalkan jika besaran yang digunakan dalam rencana jumlah persediaan ideal berubah maka solusi optimalnya juga berubah. Selanjutnya perlu dibahas penerapan konsep pengendalian persediaan dalam kegiatan aktual perusahaan. Assauri (2004:176) menyatakan bahwa pengendalian persediaan adalah suatu kegiatan untuk menentukan tingkat dan komposisi persedian komponen rakitan (parts), bahan baku, dan barang hasil/produk, sehingga perusahaan dapat melindungi kelancaran produksi dan penjualan serta kebutuhan-kebutuhan pembelanjaan perusahaan dengan efektif dan efisien. 2.3.2 Tujuan Pengendalian Persediaan Tujuan pengendalian persediaan secara terinci dapat dinyatakan sebagai usaha untuk (Assauri, 2004:177) a. Menjaga jangan sampai perusahaan kehabisan persediaan sehingga dapat mengakibatkan terhentinya kegiatan produksi. b. Menjaga agar supaya pembentukan persediaan oleh perusahaan tidak terlalu besar atau berlebih-lebihan. c. Menjaga agar pembelian secara kecil-kecilan dapat dihindari karena ini akan berakibat biaya pesanan terlalu besar. Dari keterangan diatas dapat dikatakan bahwa tujuan pengendalian persediaan adalah untuk memperoleh kualitas dan jumlah yang tepat dari bahan atau barang-barang yang minimum untuk keuntungan atau kepentingan perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
2.4 Metode EOQ (Economic Order Quantity) 2.4.1 Pengertian Economic Order Quantity (EOQ) Dalam teori, konsep EOQ (kadang-kadang disebut model fixed order quantity) adalah sederhana. Model EOQ digunakan untuk menentukan kuantitas pesanan persediaan yang meminimumkan biaya langsung penyimpanan persediaan dan biaya kebalikannya (inverse cost) pemesanan persediaan. (Handoko T, 2012:339). 2.4.1.1 Asumsi-asumsi Metode Economic Order Quantity (EOQ) Menurut Hakim dan Prasetyawan (2008:134) model persediaan yang paling sederhana ini memakai asumsi-asumsi sebagai berikut: 1. Hanya satu item barang (produk) yang diperhitungkan. 2. Kebutuhan (permintaan) setiap periode diketahui (tertentu). 3. Barang yang dipesan diasumsikan dapat segera tersedia (instaneously) atau tingkat produksi (production rate) barang yang dipesan berlimpah (tak terhingga). 4. Waktu ancang-ancang (lead time) bersifat konstan. 5. Setiap pesanan diterima dalam sekali pengiriman dan langsung dapat digunakan. 6. Tidak ada pesanan ulang (back order) karena kehabisan persediaan. 7. Tidak ada quantity discount.
Universitas Sumatera Utara
2.4.2 Persediaan Pengaman (Safety Stock) Menurut Kusuma (2009:156), risiko kehabisan bahan disebabkan oleh variasi kebutuhan atau waktu ancang. Kehabisan bahan dapat disebabkan oleh kebutuhan yang lebih besar, waktu ancang yang lebih panjang, atau peningkatan kebutuhan ditambah dengan kelambatan pengiriman. Cara untuk menghindarkan kehabisan persediaan adalah dengan menyediakan persediaan pengaman. Persediaan pengaman ini jelas akan meningkatkan ongkos persediaan. Masalah selanjutnya
ialah
menentukan
tingkat
persediaaan
pengaman
yang
menyeimbangkan ongkos oportunitas akibat bahan terhadap ongkos simpan persediaan pengaman. Untuk menentukan biaya persediaan pengaman digunakan analisa statistik yaitu dengan mempertimbangkan penyimpangan-penyimpangan yang telah terjadi antara perkiraan pemakaian bahan baku dengan pemakaian sebenarnya sehingga diketahui standar deviasinya. 2.4.3 Titik Pemesanan Ulang (Reorder Point) Setelah berapa banyak pesanan yang telah diputuskan, maka akan dilihat pertanyaan persediaan yang kedua, kapan pemesanan dilakukan. Model persediaan sederhana menggunakan asumsi bahwa penerimaan sebuah pesanan bersifat seketika. Dengan kata lain, diasumsikan bahwa: 1. Suatu perusahaan akan menempatkan sebuah pesanan ketika tingkat persediaan untuk barang tertentu mencapai nol. 2. Ia akan menerima barang yang dipesan dengan segera. Bagaimanan pun, waktu antara penempatan dan penerimaan sebuah pesanan, yang disebut sebagai lead time, atau waktu pengiriman, bisa singkat dalam waktu beberapa jam atau cukup lama hingga beberapa bulan.
Universitas Sumatera Utara
Dengan demikian, keputusan kapan untuk memesan pada umumnya dinyatakan dalam kaitan dengan sebuah titik pemesanan ulang (Heizer & Render 2008:75). 2.5 Penelitian Terdahulu Analisis
tentang
sebelumnya.Berbagai
pengendalian model
bahan
telah
baku
digunakan
telah untuk
banyak
dilakukan
menganalisis
dan
meningkatkan optimalisasi persediaan sehingga dapat meminimalisasi biaya persediaan. Indriswari Puspa Ratri (2016) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Tepung Terigu Dengan Menggunakan EOQ (Economic Order Quantity) Pada Home Industry Roti Prima”. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah menentukan EOQ (Economic Order Quantity), Persediaan Pengaman (safety stock), Total Persediaan Optimal dan Pesanan Ulang (Reorder Point). Hasil penelitian ini menyatakan bahwa penerapan metode EOQ pada perusahaan menghasilkan biaya yang lebih murah dibandingkan dengan metode yang selama ini diterapkan perusahaan. Mohammad Vikramul (2016) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Persediaan Bahan Baku Menggunakan Metode Economic Order Quantity (EOQ) Terhadap Kelancaran Produksi Pada Industri Pembuatan Tempe Al-Hidayah Gondanglegi Prambon Nganjuk Tahun 2010-2014”. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah EOQ, Persediaan Pengaman (Safety Stock), Maximum Inventory, dan
Reorder Point (ROP). Hasil penelitian ini
menyatakan bahwa penerapan metode EOQ dalam pengendalian persediaan pada
Universitas Sumatera Utara
Industri tersebut lebih efisien dibandingkan dengan metode yang selama ini diterapkan industri tersebut. Yustinus Chrisna (2011) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengendalian Bahan Bakar Minyak High Speed Diesel dengan Menggunakan Metode Economic Order Quantity (EOQ) Pada PT. Frisian Flag Indonesia Plant Pasar Rebo”. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah EOQ, Safety Stock, Reorder Point, Maximum Inventory, dan Total Inventory Cost. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa penerapan metode EOQ kuantitas jumlah pembelian yang paling optimal tidak melebihi dari kapasitas penyimpanan minimum tanki BBM HSD sebesar 509.000 liter serta total jumlah biaya persediaan perusahaan lebih kecil dengan menerapkan metode EOQ dibandingkan dengan kebijakan perusahaan. Fitriani (2013) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Di PT. Eastern Pearl Flour Mills Makassar”. Metode analisis yang digunakan dalam metode ini adalah adalah EOQ, Safety Stock, Reorder Point, Maximum Inventory, dan Total Inventory Cost. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa penerapan metode EOQ dalam pengendalian persediaan pada Industri tersebut lebih efisien dibandingkan dengan metode yang selama ini diterapkan industri tersebut. Hasbi Asrori (2010) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Kayu Sengon PT. Abhirama Kresna Dengan Metode EOQ”. Metode analisis yang digunakan dalam metode ini adalah adalah EOQ, Safety Stock, Reorder Point, Maximum Inventory, dan Total Inventory Cost. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa penerapan metode EOQ
Universitas Sumatera Utara
dalam pengendalian persediaan pada Industri tersebut lebih efisien dibandingkan dengan metode atau kebijakan yang selama ini diterapkan industri tersebut. 2.6 Alur Kerangka Pemikiran Operasional Pertama kali yang dilakukan dalam penelitian mengenai persediaan bahan baku pada Usaha Ayam Potong Pak Wagino adalah mengidentifikasi sistem pengadaan bahan baku yang dilakukan pada usaha tersebut. Sehingga dalam hal ini perlu diketahui kebijakan pemilik usaha sehubungan dengan pembelian bahan baku, dan penentuan kebutuhan bahan baku yang digunakan dalam proses produksi.
Identifikasi
pengadaan
bahan
baku
perusahaan
meliputi
mengidentifikasi jenis dan asal bahan baku, organisasi pengadaan bahan baku dan prosedur pembelian bahan baku. Kemudian setelah mengetahui kondisi dalam upaya pengadaan bahan baku, maka selanjutnya yang akan dianalisis adalah volume pemakaian bahan baku, waktu tunggu pengadaan bahan baku dan biaya persediaan bahan baku yang termasuk didalamnya ialah biaya pemesanan dan biaya penyimpanan. Dengan tersedianya data tersebut maka dapat dilihat bagaimana biaya-biaya yang dikeluarkan oleh pemilik Usaha yaitu Pak Wagino sehubungan dengan persediaan bahan baku dibandingkan dengan biaya yang ditetapkan metode pengendalian persediaan yang paling efisien.
Universitas Sumatera Utara
2.7 Kerangka Pemikiran Teoritis Gambar 2.1 KerangkaPemikiranTeoritis Economic Order Quantity (EOQ)
Persediaan Reorder Point (ROP)
Bahan Baku
Safety Stock (SS)
Optimum
Sumber: Diolah oleh Peneliti (2016) Berdasarkkan gambar diagram diatas, menurut Heizer dan Render (2008) Economic Order Quantity, Reorder Point dan Safety Stock dapat digunakan sebagai alat ukur untuk mengetahui tingkat persediaan bahan baku optimum dalam suatu usaha.
Universitas Sumatera Utara