BAB II LANDASAN TEORI
A. PENGERTIAN ROKOK
Rokok adalah lintingan atau gulungan tembakau yang digulung / dibungkus dengan kertas, daun, atau kulit jagung, sebesar kelingking dengan panjang 8-10 cm, biasanya dihisap seseorang setelah dibakar ujungnya. Rokok merupakan pabrik bahan kimia berbahaya. Hanya dengan membakar dan menghisap sebatang rokok saja, dapat diproduksi lebih dari 4000 jenis bahan kimia. 400 diantaranya beracun dan 40 diantaranya bisa berakumulasi dalam tubuh dan dapat menyebabkan kanker.
Rokok juga termasuk zat adiktif karena dapat menyebabkan adiksi (ketagihan) dan dependensi (ketergantungan) bagi orang yang menghisapnya. Dengan kata lain, rokok termasuk golongan NAPZA (Narkotika, Psikotropika, Alkohol, dan Zat Adiktif). https://ranidwi68.wordpress.com/2013/01/09/pengertian-merokok-danakibatnya/. Diakses tanggal 10 Agustus 2016.
Rokok menurut kamus Bahasa Indonesia adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau kering yang telah dicacah dan dilinting menggunakan kertas. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya
27
dapat dihirup lewat mulut pada ujung lainnya. Sejarah rokok di Indonesia muncul berawal pada tahun 1880, rokok pertama kali diramu dengan tujuan utama sebagai obat penyakit asma, namun pada akhirnya rokok menjadi terkenal dan disalahgunakan tujuan utamanya.
B. IKLAN 1. Pengertian Iklan Kotler dan Armstrong (2002:658) mendefinisikan periklanan adalah segala bentuk penyajian non personal dan promosi ide, barang dan jasa dari suatu sponsor tertentu yang memerlukan pembayaran. Sedangkan pengertian Iklan menurut Rhenald Kasali (1992:21) ialah pesan dari produk, jasa atau ide yang disampaikan kepada masyarakat melalui suatu media yang di arahkan untuk menarik konsumen. Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pesan yang disampaikan kepada masyarakat melalui bantuan media, menyinggung media promosi. Promosi dapat dilakukan melalui bantuan media-media publik, seperti radio, televisi, dan media cetak.
2. Tujuan Iklan Iklan pada dasarnya bertujuan untuk memperkenalkan, mengingatkan, mengajak dan menjaga hubungan dengan konsumen akan tertarik pada produk yang ditawarkan. Menurut Kotler (2002:658) Tujuan periklanan adalah salah satu tugas
28
komunikasi spesifik dan level keberhasilan yang harus dicapai atas audiens spesifik pada periode waktu yang spesifik. Menurut
Kotler
(2002:659)
tujuan
iklan
berdasarkan
sasarannya
untuk
menginformasikan, membujuk, atau mengingat. Tujuan-tujuan tersebut adalah sebagai berikut : 1. Iklan informatif, dimaksudkan untuk menciptakan kesadaran dan pengetahuan tentang produk baru atau ciri baru produk yang sudah ada. 2. Iklan persuasif, dimaksudkan untuk menciptakan kesukaan, preferensi, keyakinan, dan pembelian suatu produk atau jasa. Sebagian iklan persuasif menggunakan iklan perbandingan (comparative advertising), yang melakukan perbandingan antara ciri-ciri dua merk atau lebih. 3. Iklan pengingat, dimaksudkan untuk merangsang pembelian produk dan jasa kembali. 4. Iklan penguatan, dimaksudkan untuk meyakinkan pembeli sekarang bahwa mereka telah melakukan pilihan yang tepat. Tujuan iklan seharusnya muncul dari analisis mendalam mengenai situasi pemasaran sekarang. Jika kelas produk tersebut sudah matang, perusahaan itu adalah pemimpin pasar, dan jika penggunaan merk ternyata rendah, tujuan yang tepat seharusnya adalah merangsang penggunaan yang lebih tinggi. Jika kelas poduk tersebut masih baru, perusahaan itu bukanlah pemimpin pasar, tetapi merk tersebut lebih unggul dibandingkan dengan pemimpin pasar tadi, lalu tujuan yang tepat adalah meyakinkan pasar tentang keunggulan merk tersebut. 29
Dibutuhkan perspektif yang baik dalam menentukan tujuan suatu kegiatan dalam perusahaan, karena pada umumnya tujuan kampanye dalam periklanan bersumber pada tujuan perusahaan atau organisasi secara keseluruhan.
3. Jenis-jenis Iklan
Kotler (2002:659) membagi iklan kepada empat golongan: 1) Informative Advertising, digunakan oleh perusahaan disaat terjadi peluncuran produk baru, berguna untuk memberitahukan pada masyarakat atau pasar tentang keberadaan produk baru, menginformasikan kegunaan baru, perubahan harga, cara kerja, pelayanan, memperbaiki kesalahan persepsi, membangun citra merek perusahaan. 2) Persuasive Advertising, menjadi sangat vital disaat persaingan di pasar meningkat, perusahaan bertujuan membentuk permintaan sehingga konsumen memilih produk yang dihasilkan perusahaan dibandingkan produk lain. 3) Comparison Advertising, adalah variasi dari iklan persuasif yang bentuknya membandingkan langsung suatu merek dengan merek lain. 4) Reminder Advertising, adalah tipe iklan yang sangat vital bagi produk yang berada pada tahap dewasa, iklan membuat konsumen selalu mengingat keberadaan produk.
30
4. Efektifitas Iklan Untuk mengukur efektifitas iklan ada tiga kriteria yang dapat digunakan menurut Durianto (2003:15), yaitu penjualan, pengingatan dan persuasi. Efektifitas periklanan yang berkaitan dengan penjualan dapat diketahui melalui riset tentang dampak penjualan. Ada tiga pertimbangan untuk meningkatkan efektivitas periklanan yaitu : a) Melakukan positioning, Positioning adalah tindakan perusahaan untuk merancang produk dan bauran pemasaran agar dapat tercipta kesan tertentu diingatan konsumen. Sehingga dengtan demikian konsumen semakin menghargai dan memahami apa yang dilakukan perusahaan dalam kaitannya dengan para pesaingnya. b) Gagasan atau ide-ide, Evektivitas dari sebuah iklan dilihat dari gagasan atau ide-ide yang ditampilkan dari sebuah iklan itu sendiri. Untuk menarik banyak pemirsa maka gagasan yang diciptakan harus semenarik mungkin agar mudah diingat oleh konsumen. c) Pendekatan kepada khalayak mesti tepat. Sebuah iklan yang dibuat harus memiliki target audience yang jelas agar tujuan dari pesan yang ingin disampaikan dapat dimengerti oleh masyarakat secara utuh.
31
5. Dampak Iklan
Menurut David dkk (dalam Kasali,1995:35) secara umum bahwa iklan mempunyai dampak sebagi berikut: a. Menarik calon konsumen menjadi konsumen loyal dalam jangka waktu tertentu. b. Mengembangkan sikap positif calon konsumen yang diharapkan dapat menjadi pembeli yang potensial masa datang.
Pengaruh dari iklan dapat berupa perilaku yang oleh Dennis Mc Quil dikatakan sebagai “efek kebayakan merupakan perubahan tingkah laku yang berjangka waktu pendek (konsumsi), meskipun bisa juga berupa pembentukan citra produk, cap, lambang perusahaan yang berjangka waktu panjang. Efek samping yang tidak direncanakan dan telah diterima sebagai suatu hal yang wajar adalah sosialisasi kebiasaan konsumtif. Efek lain yang kurang disebutkan adalah konsumerisme materialis, denga harapan yang tinggi. Efek jangka panjang yang mungkin terjadi ialah adanya kontrol atau pengaruh terhadap pasar konsumen tertentu(Mc Quil, 1991: 264).
32
C. LABEL PERINGATAN KESEHATAN
Angipora mendefinisikan bahwa label merupakan suatu bagian dari sebuah produk
yang
membawa
informasi
verbal
tentang
produk
atau
tentang
penjualannya.Marius penjualannya (Marius P :1999:154).
Menurut Tjiptono label merupakan bagian dari suatu produk yang menyampaikan informasi mengenai produk dan penjual. Sebuah label biasanya merupakan bagian dari kemasan, atau bisa pula merupakan etiket (tanda pengenal) yang dicantelkan pada produk (Fandy Tjiptono,1997:107).
Kotler menyatakan bahwa label adalah tampilan sederhana pada produk atau gambar yang dirancang dengan rumit yang merupakan satu kesatuan dengan kemasan. Label bisa hanya mencantumkan mereka tau informasi (Kotler dan Amstrong,2001:477).
Permenkes no 28 tahun 2013 bahwa label adalah setiap keterangan mengenai produk tembakau yang berbentuk gambar, tulisan, kombinasi keduanya, atau bentuk lain yang disertakan pada produk tembakau, dimasukkan ke dalam, di tempatkan pada atau merupakan bagian Kemasan Produk Tembakau (Fandy Tjiptono,1997:107).
Peringatan Kesehatan adalah gambar dan tulisan yang memberikan informasi mengenai bahaya merokok. Jadi label peringatan kesehatan adalah setiap keterangan mengenai produk tembakau yang berbentuk gambar, tulisan, kombinasi keduanya,
33
atau bentuk lain yang disertakan pada produk tembakau, dimasukkan ke dalam, di tempatkan pada atau merupakan bagian kemasan Produk tembakau yang memberikan informasi mengenai bahaya merokok.
Gambar Peringatan Gambar Kesehatan Pada kemasan (www.sampoerna.com)
Akibat dari mengkonsumsi rokok dalam jangka panjang akan berakibat seabagai berikut : 1)
Merokok menyebabkan kanker mulut.
2)
Merokok membunuhmu.
3)
Merokok sebabkan kanker tenggorokan.
4)
Merokok menyebabkan kanker paru – paru dan bronkhitis.
5)
Merokok dekat anak – anak berbahaya bagi mereka.
34
1. Fungsi Label
Menurut Kotler, fungsi label adalah:
1)
Label mengidentifikasi produk atau merek
2)
Label menentukan kelas produk
3)
Label menggambarkan beberapa hal mengenai produk (siapa pembuatnya, dimana dibuat, kapan dibuat, apa isinya, bagaimana menggunakannya, dan bagaimana menggunakan secara aman)
4)
Label mempromosikan produk lewat aneka gambar yang menarik ((Kotler dan Amstrong,2001:478).
2. Tipe-tipe Label
Secara umum label dapat didefinisikan, atas beberapa bagian, yaitu:
1)
Label Merk (Brand Label) adalah merupakan merk yang diletakkan pada produk atau kemasan
2)
Label Tingkatan Kualitas (Grade Label) adalah suatu tanda yang mengidentifikasikan kualitas produk apakah dalam bentuk huruf atau tanda- tanda lainnya.
3)
Label Deskriptif (Descriptive Label) adalah merupakan informasi obyektif tentang penggunaan, kontruksi, pemeliharaan, penampilan dan ciri- cirri lain dari produk (Marius P,1999:155)
35
D. TEORI PERSEPSI RISIKO
1. Pengertian Teori Persepsi Risiko
Perceived risk atau risiko persepsikan didefisineiskan oleh Ogletrhope (1994) sebagai persepsi konsumen mengenai ketidakpastian dan konsekuensikonsekuensi negatif yang mungkin diterima atas pembelian suatu produk atau jasa. Sementara itu, Assael (1998) menyatakan bahwa perceived risk menjadi salah satu komponen penting dalam pemrosesan informasi yang dilakukan oleh konsumen. Konsumen semakin terdorong untuk mencari tambahan informasi ketika dihadapkan pada pembelian produk dengan risiko tinggi. Risiko persepsian menjadi lebih tinggi ketika (Assael, 1998:270): Sedikit tersedia informasi mengenai produk Produk tersebut merupakan produk baru Produk tersebut memiliki teknologi yang komplek Rendahnya kepercayaan diri konsumen dalam mengevaluasi suatu merek Tingginya suatu produk Produk tersebut penting bagi konsumen Semakin besar risiko persepsian semakin besar pula kemungkinan keterlibatan konsumen pada pembelian (Engel. 1995: 162). Ketika risiko persepsian
36
menjadi tinggi, ada motifasi apakah akan menghindari pembelian dan penggunaan atau meminimumkan risiko melalui pencarian dan evaluasi alternatif pra pembelian dalam tahap pengambilan keputusan. Kondisi ini menghasilkan pengambilan keputusan yang kompleks. Konsumen mungkin akan mengevaluasi merek secara detail. Informasi mengenai produk sangat dibutuhkan dan konsumen mencoba mengevaluasi berbagai merek. Proses pengambilan keputusan yang demikian menggambarkan adanya keterlibatan konsumen dengan suatu produk.
2. Dimensi Pengukuran Dan Model Perceived Risk
Pada saat isu tentang perceived risk mulai dikaitkan dengan teori perilaku konsumen, banyak peneliti keperilakuan manusia khususnya perilaku konsumen melakukan investigasi tentang perceived risk. Penelitian mengenai teori perceived risk mencakup hal – hal tentang (Havlena dan DeSarbo, 1991): a. Sifat-sifat perceived risk. b. Jenis-jenis perceived risk. c. Hubungan antara perceived risk dengan kelas produk atau karakteristik produk. d. Pengaruh perbedaan induvidu terhadap pengukuran perceived risk. e. Pengukuran perceived risk.
37
Arti penting perceived risk bagi disiplin pemasaran adalah sebagai alat analisis untuk mengetahui bagaimana konsumen mempersepsikan risiko atas produk atau jasa yang ditawarkan. Selanjutnya persepsi risiko pada benak konsumen akan mempengaruhi perilaku mereka dalam membuat keputusan pembelian.seperti yang dikemukakan oleh Kotler (2000), proses keputusan pembelian meliputi : 1) Mengenali kebutuhan. 2) Pencarian informasi. 3) Evaluasi alternatif. 4) Keputusan membeli. 5) Tingkah laku pasca pembelian.
E. MINAT BELI KONSUMEN 1. Pengertian Minat Beli Konsumen
Minat merupakan salah satu aspek psikologis yang mempunyai pengaruh cukup besar terhadap sikap keputusan yang akan, dilakukan dan minat juga merupakan sumber motivasi yang akan mengarahkan seseorang dalam melakukan apa yang hendak mereka lakukan. Menurut Kotler dan Keller (2003:181) minat beli konsumen adalah sebuah perilaku konsumen dimana konsumen mempunyai keinginan dalam membeli atau memilih suatu produk, berdasarkan pengalaman 38
dalam memilih, menggunakan dan mengkonsumsi atau bahkan menginginkan suatu produk. Menurut Kotler dan Keller (2003:186) bahwa konsumen mempunyai keinginan untuk membeli suatu produk berdasarkan pada sebuah merek. Menurut Boyd, Walker, dan Larreche (2000:6-7), seseorang menginginkan produk, merek, dan jasa tertentu untuk memuaskan kebutuhan. Selain itu keinginan orang juga dibentuk oleh pengaruh sosial, sejarah masa lalu, dan pengalaman konsumsi.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Beli Konsumen
Swastha
dan
Irawan
(1999:273)
mengemukakan
faktor-faktor
yang
mempengaruhi minat membeli berhubungan dengan perasaan dan emosi, bila seseorang merasa senang dan puas dalam membeli barang atau jasa maka hal itu akan memperkuat minat membeli, ketidakpuasan biasanya menghilangkan minat. Super dan Crites (Lidyawatie, 1998) menjelaskan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi minat, yaitu : 1) Perbedaan pekerjaan, artinya dengan adanya perbedaan pekerjaan seseorang dapat diperkirakan minat terhadap tingkat pekerjaan yang ingin dicapainya, aktivitas yang dilakukan, penggunaan waktu senggangnya, dan lain-lain.
39
2)
Perbedaan sosial ekonomi, artinya seseorang yang mempunyai sosial ekonomi tinggi akan lebih mudah mencapai apa yang diinginkannya dari pada yang mempunyai sosial ekonomi rendah.
3) Perbedaan hobi atau kegemaran, artinya bagaimana seseorang menggunakan waktu senggangnya. 4) Perbedaan jenis kelamin, artinya minat wanita akan berbeda dengan minat pria, misalnya dalam pola belanja. 5) Perbedaan usia, artinya usia anak-anak, remaja, dewasa dan orangtua akan berbeda minatnya terhadap suatu barang, aktivitas benda dan seseorang. Menurut Ferdinand (2006), minat beli dapat diidentifikasi melalui indikatorindikator sebagai berikut : 1. Minat transaksional, yaitu kecenderungan seseorang untuk membeli produk. 2. Minat refrensial, yaitu kecenderungan seseorang untuk mereferensikan produk kepada orang lain. 3.
Minat preferensial, yaitu minat yang menggambarkan perilaku seseorang yang memiliki prefrensi utama pada produk tersebut. Preferensi ini hanya dapat diganti jika terjadi sesuatu dengan produk prefrensinya.
40
4. Minat eksploratif, minat ini menggambarkan perilaku seseorang yang selalu mencari informasi mengenai produk yang diminatinya dan mencari informasi untuk mendukung sifat-sifat positif dari produk tersebut.
F. PENELITIAN YANG RELEVAN Pada dasarnya, suatu penelitian tidak berangkat dari awal. Akan tetapi telah terdapat penelitian – penelitian lain yang mendahuluinya. Penelitian terdahulu tersebut tentunya memiliki topik yang relevan, agar dapat dijadikan sebagai dasar pertimbangan bagi peneliti. Begitu pula halnya dengan penelitian ini, juga terdapat berbagai penelitian terdahulu dengan topik mengenai minat pembelian suatu produk. Terdapat beberapa penelitian sebelumnya yang sejenis dengan penelitian ini antara lain: 1. Penelitian Walfred Yosef Rada (2012) tentang Minat Beli Ulang Ditinjau Dari Kualitas Layanan dan Persepsi Harga (sebuah penelitian di kafe “EC”) yang menyimpulkan bahwa kualitas layanan dan persepsi harga secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap minat beli ulang. Hasil ini menunjukkan jika pelanggan kafe “EC” menilai kualitas layanan dan persepsi harga baik maka berminat untuk
41
membeli lagi. Sedangkan jika pelanggan menilai kualitas layanan dan persepsi harga tidak layak maka tidak berminat untuk membeli lagi. 2. Penelitian Mohammad Rio Noor Rahman Pengaruh Cover DVD Bajakan Terhadap Keputusan Pembelian (Survey di Max Studio Jl. Babarsari No.43 Yogyakarta yang menyimpulkan bahwa cover dari dvd bajakan tidak kalah kualitasnya dengan dvd original, dari segi fitur informasi yang terdapat di dvd bajakan lengkap dan jelas, gambar terlihat jelas warna tidak mudah pudar, font yang digunakan pada dvd bajakan sesuai dengan yang original. Ini membuat konsumen dvd bajakan tidak terpengaruh dengan stigma bahwa bajakan itu jelek tidak berkualitas. Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa pelanggan mempunyai penilaian yang tinggi terhadap kualitas layanan dan persepsi harga. Pelanggan juga mempunyai minat yang tinggi untuk membeli lagi di kafe “EC”. 3. Hala Alaouie, Rema A Afifi, Pascale Haddad, Ziyad Mahfoud, Rima Nakash 2013 Effectiveness of pictorial warnings on cigaratte packs among Lebanes school and university student. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari survey yang dilakukan di sekolah dan di perguruan tinggi di Lebanon 57% tidak memulai untuk merokok. Hal ini membuktikan bahwa peringatan gambar kesehatan pada iklan dan kemasan mampu mempengaruhi seseorang untuk tidak merokok. 4. Penelitain Ndaru Kusuma Dewa (2009) Analisi Pengaruh Kualitas Produk, Daya Tarik Promosi dan Harga Terhadap Minat Beli (Studi Kasus StarOne 42
di Area Jakarta Pusat)Dari ketiga variabel independen (kualitas produk, daya tarik promosi, dan harga) mampu mejelaskan 53.7% variasi yang terjadi dalam minat beli.
43