BAB II LANDASAN TEORI 2.1 2.1.1
Landasan Teori Lembaga keuangan Berdasarkan peraturan pada Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik
Indonesia No. 792 Tahun 1990 (Safrudin, 2008), lembaga keuangan diberikan batasan sebagai badan yang kegiatannya di bidang keuangan, memberikan perhitungan dan penyaluran dana kepada masyarakat terutama guna membiayai investasi perusahaan. Meskipun dalam peraturan tersebut lembaga keuangan diutamakan untuk membiayai investasi perusahaan, namun peraturan tersebut tidak berarti membatasi kegiatan pembiayaan lembaga keuangan hanya untuk investasi perusahaan. Dalam kenyataannya, kegiatan pembiayaan lembaga keuangan bisa diperuntukan bagi investasi perusahaan, kegiatan konsumsi, dan kegiatan distribusi barang dan jasa. Secara umum fasilitas lembaga keuangan dapat dikelompokan dalam dua bentuk, yaitu bank dan bukan bank. Pengertian bank pada undang-undang tentang Perbankan No.7 Tahun 1992, Pasal 1 mengemukakan bank adalah badan hukum yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak (Darius, 2009). Pengertian tersebut disempurnakan lagi menurut UU-RI No.10/1998 tentang Perbankan, bahwa bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada
29
masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Lembaga keuangan dimaksudkan sebagai perantara pihak pihak yang mempunyai kelebihan dana (surplus of fund) dengan pihak pihak yang kekurangan dan memerlukan dana (lack of fund), juga sebagai perantara keuangan dari transaksi yang terjadi di pasar barang tersebut. Menurut UU Perbankan no 14 1967 dan di perbaharui UU no 7 th 1992 lembaga keuangan adalah badan yang melalui kegiatannya di bidang keuangan menarik uang dari dan menyalurkan ke dalam masyarakat. Dalam perkembangannya, lembaga keuangan secara umum berfungsi sebagai lembaga penghimpun dan penyalur dana, pemberi informasi dan pengetahuan, pemberi jaminan, pencipta dan pemberi likuiditas. lembaga keuangan ini bentuknya secara garis besar dibedakan menjadi dua yaitu bank dan bukan bank. Yang termasuk bank yakni bank umum, dan BPR, yang termasuk non bank yakni perusahaan asuransi, pegadaian, lembaga pembiayaan,dana pension, dan lainlain. 2.1.2
Peran lembaga keuangan dalam Memobilisasi Dana Masyarakat Menurut Siamat (2001) lembaga keuangan memiliki peran pokok dalam
proses pengalihan dana dalam perekonomian. Proses intermediasi dilakukan oleh fasilitas lembaga keuangan dengan cara membeli sekuritas primer yang diterbitkan oleh unit defisit dan dalam waktu yang sama fasilitas lembaga keuangan mengeluarkan sekuritas sekunder kepada penabung atau unit surplus.
30
Sekuritas primer antara lain dapat berupa saham, obligasi, commercial paper, perjanjian kredit, dan sebagainya. Sementara yang termasuk sekuritas sekunder adalah giro, tabungan, deposito berjangka, sertifikat deposito, polis asuransi, reksa dana, dan sebagainya. Bagi penabung simpanan tersebut merupakan aset finansial, di pihak lembaga keuangan merupakan utang. Selanjutnya sekuritas sekunder tersebut dapat dialihkan menjadi aset misalnya dalam bentuk pinjaman kepada unit deficit atau dengan membelikannya surat-surat berharga di pasar uang atau pasar modal. Siamat (2001) juga menyebutkan bahwa lembaga-lembaga perantara keuangan atau financial intermediary, termasuk juga bank dengan sendirinya mempunyai tiga fungsi umum, yaitu: (1) Memasok dana pinjaman bagi para peminjam yang bonafit, (2) Mengurangi resiko bagi para pemilik dana yang menginginkan kelebihan dana yang dimilikinya dapat ikut diputarkan dalam kegiatan usaha, dan (3) Meningkatkan likuiditas perekonomian tanpa mengurangi jaminan likuiditas para pemilik surat tagihan. Dengan demikian lembaga keuangan pada dasarnya merupakan agent of development (agen pembangunan)
dan
merupakan
urat
nadi
bagi
kelancaran
kegiatan
perekonomian suatu negara. 2.1.3 Pengertian Tabungan dan Peranannya dalam Perekonomian Menurut Nopirin (2008) tabungan adalah bagian dari pendapatan konsumen yang tidak dibelanjakan/digunakan untuk konsumsi. Pendapatan yang disisihkan adalah pendapatan saat ini (current income) bukan pendapatan
31
masa lalu yang disisihkan. Tabungan dilakukan untuk beberapa tujuan, seperti untuk membiayai pengeluaran konsumsi semasa sudah mencapai usia pensiun, untuk mengumpulkan biaya pendidikan anak-anak pada masa mereka dewasa, dan untuk berjaga-jaga di dalam menghadapi kesusahan dimasa yang akan datang. Menurut model Solow, adanya suatu tingkat tabungan yang semakin tinggi mengandung arti adanya standar hidup yang lebih tinggi pula dalam jangka panjang (Muana, 2005). Tabungan dalam perekonomian dapat dibedakan kepada dua golongan: tabungan pemerintah dan tabungan masyarakat. Tabungan pemerintah diperoleh dari perbedaan diantara pendapatan pajak dengan pengeluaran pemerintah. Di kebanyakan Negara pembelanjaan pemerintah mengalami deficit, berarti tabungan pemerintah adalah negatif. Untuk membiayai pengeluaran pemerintah memerlukan pinjaman dari masyarakat. Keadaan ini mengurangi tabungan yang dapat digunakan dalam investasi oleh sektor perusahaan. Tingkat tabungan masyarakat sangat bergantung pada pendapatan mereka. Walau bagaimanapun terdapat beberapa factor yang dapat mempengaruhinya sepereti suku bunga, kestabilan ekonomi, kecepatan pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, dan keteguhan lembaga-fasilitas lembaga keuangan. Dengan demikian, pada suatu tingkat pendapatan tertentu masih terdapat kemungkinan untuki menaikan tingkat tabungan. Apabila keadaan perekonomian dan sektor keuangan menimbulkan insentif untuk menabung, lebih banyak tabungan akan dapat diwujudkan (Sukirno, 2005).
32
Terkait dengan pengumpulan dana atau modal melalui fasilitas lembaga keuangan, Sukirno (2006) menjelaskan berdasarkan kepada sumber modal yang dapat digunakan untuk pembangunan nasional, usaha pengerahan modal untuk maksud tersebut dapat dibedakan kepada pengerahan modal dalam negeri dan pengerahan modal luar negeri. Modal yang berasal dari dalam negeri berasal dari tiga sumber: tabungan sukarela masyarakat, tabungan pemerintah, dan tabungan paksa. Hampir semua Negara berkembang merasakan bahwa tabungan sukarela dan tabungan pemerintah adalah kurang cukup untuk membiayai program pembangunan yang direncanakan dan untuk mencapai suatu tingkat pertumbuhan tertentu. Betapa pentingnya pengerahan dana tersebut, dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) Tap. No.IV/1976. Pasal 2 “Pembangunan nasional memerlukan investasi dalam jumlah yang besar, oleh karena itu diperlukan usaha yang sungguh-sungguh untuk mengerahkan dana-dana investasi itu yang bersumber dari tabungan pemerintah, tabungan masyarakat, serta penerimaan devisa yang berasal dari ekspor dan jasa-jasa lainnya”. Pengerahan dana dan investasi tersebut harus ditingkatkan dengan baik dan cepat sehingga peranan bantuan luar negeri yang merupakan pelengkap tersebut semakin berkurang dan akhirnya mampu membiayai sendiri seluruh pembangunan-pembangunan, baik pembangunan jangka pendek, menengah maupun jangka panjang (Sukirnno, 2006).
33
2.1.4
Dasar Motivasi yang Mempengaruhi Petani Menabung Istilah motivasi mempunyai definisi yang berbeda-beda bagi setiap orang
sesuai dengan tempat dan keadaannya. Menurut Robbins (2006), motivasi merupakan suatu proses yang ikut menentukan intensitas, arah dan ketekunan individu dalam usaha mencapai sasaran. Dalam definisi ini terdapat tiga unsur kunci yaitu dimensi intensitas, yang terkait denga seberapa keras seseorang berusaha; dimensi arah yaitu usaha keras tersebut harus diarahkan sesuai sasaran; dan dimensi ketekunan, yaitu usaha keras tersebut berlangsung lama. Motif berasal dari kata latin movere yang berarti dorongan atau menggerakkan. Pentingnya motivasi karena motivasi merupakan suatu konsep hipotesis untuk suatu kegiatan yang dipengaruhi oleh persepsi dan tingkah laku seseorang agar mengubah situasi yang tidak memuaskan atau tidak menyenangkan (Uno, 2009). Menurut Rivai (2004), motivasi merupakan serangkaian sikap dan nilai-nilai yuang mempengaruhi individu untuk mencapai hal yang spesifik sesuai tujuan individu. Pendapat senada juga disampaikan oleh Arep dan Tanjung (2003) menurutnya motivasi berasal dari kata motif yang berarti dasar pikiran dan pendapat, seuatu yang menjadi pokok, sebab-sebab yang menjadi dorongan tindakan seseorang. Dari pengertian tersebut motivasi merupakan sesuatu yang pokok yang menjadi dorongan bagi seseorang. Dalam kaitannya dengan motivasi seseorang untuk menabung, teori liquidity preference, mengemukakan tiga motif yang menyebabkan orang
34
melakukan tabungan (Hasibun, 1987). Motif dari teori permintaan uang Keynes (Liquidity Preference) ini yakni: (1) Permintaan untuk tujuan transaksi (transaction motive), (2) Permintaan untuk tujuan berjaga-jaga (precantionary motive), (3) Permintaan untuk tujuan spekulasi (speculative motive). Penjelasan dari ketiga teori ini adalah sebagai berikut: 1.
Permintaan untuk tujuan transaksi (transaction motive) Orang akan melaksanakan tabungan karena dorongan bahwa uang diperlukan untuk pembayaran keperluan-keperluannya pada masa depan dan motif ini akan semakin besar disebabkan (Hasibuan, 1987):
a.
Adanya perbedaan waktu (time lag) antara penerimaan dengan pengeluaran yang semakin besar.
b.
Ketidaksempurnaan di dalam pasar kredit (credit market). Jika pasar kredit sempurna, maka orang tidak perlu mempunyai uang tabungan untuk menjembatani “GAP” antara penerimaanya dan pengeluarannya.
2.
Permintaan untuk tujuan berjaga-jaga (precantionary motive) Orang akan mengadakan tabungan (uang kas) disebabkan refleksi dari pada ketidaktentuan yang menyangkut penerimaan dan pengeluaran. Permintaan uang untuk berjaga-jaga dikaitkan dengan pendapatan bahwadiperlukan cadangan untuk suatu hal yang tidak terduga-duga. Misalnya tabungan untuk pengobatan jika ada yang sakit, tamu yang datang dan lain-lainnya (Hasibuan, 1987).
35
3.
Permintaan untuk tujuan spekulasi (speculative motive) Orang akan mengadakan tabungan (uang kas) adalah didorong oleh pengharapan-pengharapan bahwa pada masa datang harga barang akan lebih murah atau nilai tukar uang akan naik. Tujuan spekulasi pemegang uang (idle money) adalah untuk mencari untung dari perubahan nilai-nilai kekayaan kapitalnya. Speculative motive ini akan bertambah besar apabila orang berspekulasi bahwa harga barang akan turun (nilai tukar uang semakin besar) dan juga orang berspekulasi bahwa pada masa depan tingkat bunga akan naik. Sebaliknya tabungan (uang kas) akan berkurang bilamana orang berspekulasi bahwa harga barang-barang akan naik pada masa depan, demikian pula jika orang berspekulasi bahwa tingkat bunga bank akan turun maka orang akan melepaskan uang kasnya untuk didepositokan. Kebiasaan menabung pada masyarakat pedesaan dimana sebagian besar
warganya berprofesi sebagai petani tidak biasa menabung dalam bentuk uang, penabungan yang mereka lakukan masih bersifat tradisional yaitu dalam bentuk tanah, ternak, perhiasan, dan benda-benda lain. Berdasarkan ketiga motif dari teori permintaan uang Keynes (liquidity preference) diatas dapat diketahui bahwa kesadaran masyarakat pedesaan khususnya petani
pada masa itu
sangatlah rendah, namun seiring dengan berjalannya waktu pendirian fasilitas lembaga keuangan di pedesaan sesuai dengan dikeluarkannya kebijakan perbankan yang dikenal dengan Pakto 27 tahun 1988 yang bertujuan dalam
36
pengerahan dana masyarakat melalui pengadaan kemudahan pembukaan kantor cabang bank di berbagai daerah khususnya di perdesaan, diharapkan terjadinya pergeseran prilaku masyarakat dalam menabung (Edwin, 2010). Berhubung dengan adanya pola pergeseran tersebut, motivasi menabung petani lebih utama dikarenakan adanya faktor kekayaan dengan melihat pendapatan usaha tani dari luasan tanah yang dimilikinya. Menurut Soekartawi (1993), pembentukan modal petani di pedesaan sendiri juga dilakukan dengan cara menabung. Karena petani kecil yang modalnya juga kecil dan sebaliknya bagi petani besar yang modalnya juga relative besar, maka kemampuan untuk menabung juga akan lebih besar. Hal ini dapat dimengerti karena di pedesaan sering dijumpai bahwa kekayaan seseorang sering ditentukan oleh luasnya pemilikan penguasaan tanah. Dengan demikian makin luas tanah yang dimiliki atau dikuasai maka ada kecenderungan semakin besar kemampuan menabung. Faktor yang mempengaruhi masyarakat khususnya petani terkait dengan motivasi menabung, juga disebabkan karena adanya kegiatan fasilitas lembaga keuangan dalam memobilisasi dana. Fasilitas lembaga keuangan yang selalu berusaha untuk merangsang masyarakat berpartisipasi dalam proses akumulasi modal terutama dalam bentuk tabungan. Kegiatan penghimpunan dana merupakan kegiatan pokok yang dapat dilihat pada sisi pasiva neraca. Keberhasilan dalam melakukan penghimpunan atau mobilisasi dana ini sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu (Siamat, 2001):
37
1.
Kepercayaan masyarakat pada suatu fasilitas lembaga keuangan jelas akan mempengaruhi kemampuan lembaga dalam menghimpun dana dari berbagai sumber terutama dari masyarakat atau institusi. Tingkat kepercayaan masyarakat ini sangat dipengaruhi oleh kinerja lembaga yang bersangkutan, posisi keuangan, kapabilitas, integritas, serta kredibilitas para manajemen fasilitas lembaga keuangan.
2.
Ekspektasi/perkiraan pendapatan yang akan diterima oleh penabung dibandingkan dengan alternatif investasi lainnya dengan tingkat resiko yang sama.
3.
Keamanan yaitu jaminan oleh fasilitas lembaga keuangan atas dana nasabah. Di beberapa Negara untuk memberikan jaminan kepada penabung, pemerintah mndirikan lembaga penjamin simpanan. Di Amerika Serikat dikenal Federal Deposit Insurance Corporator (FDIC).
4.
Ketetapan waktu yaitu pengembalian simpanan nasabah yang harus tepat waktu.
5.
Pelayanan yang lebih cepat dan fleksibel
6.
Pengelolaan dana fasilitas lembaga keuangan yang hati-hati.
2.1.5
Fasilitas lembaga keuangan Dewasa ini banyak berdiri fasilitas lembaga keuangan dengan berbagai
jenis produk yang ditawarkan. Dalam menarik minat nasabah terutama dalam memperbanyak tabungannya, lembaga melakukan berbagai macam cara
38
terutama dalam penerapan tingkat suku bunga, pelayanan yang memuaskan, serta hadiah yang menggiurkan nasabah (Siamat, 2001). 2.1.6
Tingkat Suku Bunga Konsep utama tingkat suku bunga menurut aliran klasik yakni
menekankan bahwa tingkat suku bunga merupakan harga yang harus dibayar atas penggunaan uang dalam jangka waktu tertentu, dimana suku bunga merupakan interaksi antara tabungan dan investasi (Sukirno, 2001). 2.1.7
Pelayanan Dalam industri lembaga keuangan pelayanan adalah kunci keberhasilan.
Dikatakan demikian sebab fasilitas lembaga keuangan adalah industri jasa yang dalam operasional usahanya adalah jual beli kepercayaan. Kepercayaan masyarakat terhadap fasilitas lembaga keuangan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam menjaga kontinuitas usaha lembaga. Untuk itu pelayanan yang baik sangat berpengaruh terhadap kepercayaan masyarakat selaku nasabah. Pelayanan disini diartikan sebagai upaya pihak lembaga untuk memenuhi dan memuaskan segala kebutuhan nasabah atau calon nasabah termasuk juga mendengarkan segala macam keluhan nasabah. Menurut Siamat (2001),
keluhan-keluhan
nasabah
perlu
ditanggapi,
kalau
perlu
pengungkapannya dibuat berupa lelucon. Karena suatu keluhan adalah suatu ukuran ketidakpuasan dengan beberapa dampak produk ataupun pelayanan.
39
2.1.8
Hadiah Hadiah bisa diartikan sebagai tanda mata/cindera mata atau bisa
merupakan ungkapan terimakasih atas jasa pengabdian seseorang. Dalam perkembangannya pemberian hadiah diberikan juga untuk merangsang seseorang agar mau diajak, diperintah, dan mengikuti keinginan orang atau pihak lain. Hadiah dalam usaha fasilitas lembaga keuangan merupakan salah satu usaha promosi penjualan produk dan jasa. Menurut Siamat (2001), cara lain untuk melaksanakan promosi penjualan adalah dengan jalan memberikan hadiah-hadiah berupa kalender setiap tahun kepada nasabah. Berbagai fasilitas lembaga keuangan juga memberikan buku agenda, pena, dan berbagai macam barang lain sebagai promosi penjualan 2.1.9 Kondisi sosial ekonomi Agus (2010) mengatakan status sosial adalah sekumpulan hak dan kewajiban yang dimiliki seseorang dalam masyarakatnya. Orang yang memiliki status sosial yang tinggi akan ditempatkan lebih tinggi dalam struktur masyarakat dibandingkan dengan orang yang status sosialnya rendah. Dalam status sosial terdapat perbandingan kelas-kelas yang di sebut kelas soasial biasanya terlihat pada tingkatan ekonomi dimana kelas sosial yakni stratifikasi sosial menurut ekonomi. Ekonomi dalam hal ini cukup luas mencakup sisi pendidikan dan pekerjaan Karena pendidikan dan pekerjaan seseorang pada zaman sekarang sangat mempengaruhi kekayaan atau perekonomian setiap individu.
40
2.1.10 Pendapatan Usaha Tani Pendapatan merupakan suatu gambaran tingkat kemampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan materinya dalam satuan waktu tertentu yang umum digunakan biasanya satu bulan. Tingkat pendapatan ini sering dihubungkan dengan suatu standar kehidupan yang umum berlaku dalam masyarakan yang bersangkutan. Masyarakat berdasarkan pendapatan sering digolongkan ke dalam beberapa golongan yaitu: masyarakat berpendapatan rendah, masyarakat berpendapatan menengah, dan masyarakat berpendapatan tinggi. Pendapatan masyarakat ini secara langsung terhadap tingkat kesehatan, pendidikan, kehidupan moral dan rasa harga diri atau status sosial seseorang dibandingkan orang lain yang mempunyai golongan pendapatan yang berbeda. Tingkat pendapatan juga mempengaruhi kemampuan seseorang dalam menabung, semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang maka semakin tinggi pula kemampuannya untuk menabung (Nugroho, 2003). 2.1.11 Luas Lahan Yang Diusahakan Lahan dapat diartikan sebagai Land Settlemen yaitu suatu daerah atau tempat dimana penduduk hidup bersama, dimana mereka dapat menggunakan lingkungan
setempat
untuk
mempertahankan,
melangsungkan,
dan
mempertahankan hidupnya (Hassan,I. 2000) 2.1.12 Umur dan Pendidikan Umur dan tingkat pendidikan dapat berpengaruh bagi petani dalam mengambil keputusan. Umur muda dan tingkat pendidikan yang tinggi
41
memungkinkan petani lebih dinamis dan lebih dapat menerima inovasi baru, dengan kondisi itulah petani mampu mengelola usaha tani seoptimal mungkin dengan curahan tenaga fisisk yang tersedia (E-Journal Universitas Udayana). 2.2
Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya Dalam melakukan penelitian ini, peneliti mengacu pada peneliti
sebelumnya yang bertujuan untuk memberi dasar kuat dalam penyajian materi, pemantapan variabel maupun konsep-konsep yang dipakai peneliti dalam penelitian lain. Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Sudartik (2009) tentang “Pengaruh Kualitas Pelayanan dan Periklanan Terhadap Keputusan Nasabah Dalam Menabung Pada PT. BPR Semarang Margatama Gunadana”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kualitas pelayanan dan promosi secara bersama-sama terhadap keputusan nasabah dalam menabung pada PT. BPR Semarang Margatama Gunadana Semarang. Dari hasil peneilitian ini dapat disimpulkan bahwa hendaknya kualitas pelayanan tersebut harus ditingkatkan, terutama mengenai pengelolaan SDM yang dimiliki agar kinerja optimum, misalnya mengadakan pelatihan dan pengembangan karyawan, sebaiknya pihak manajemen perusahaan menyajikan iklan yang lebih menarik perhatian seperti seringnya frekuensi penayangan iklan, sehingga masyarakat tertarik dan ingin menjadi nasabah, dalam usaha meningkatkan keputusan nasabah untuk menabung, maka hendaknya pihak karyawan sering melakukan kontak dengan nasabah seperti pemberitahuan
42
naiknya suku bunga bank, sehingga hal itu akan mengingatkan nasabah untuk tetap menabung. Penelitian yang dilakukan oleh Ludfi (2006) tentang “Analisis Pemasaran Untuk Mengetahui Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Minat Masyarakat Dalam Menabung di Bank”. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor kelas sosial, bunga, Keamanan, dan Lingkungan terhadap keputusan masyarakat (nasabah) dalam menabung di Bank. Berdasarkan dari hasil analisis korelasi berganda menunjukan bahwa semua faktor-faktor yang diuji mempunyai korelasi positif dengan keputusan nasabah untuk menabung di bank yaitu keamanan, kelas sosial, bunga, dan lingkungan. Dari hasil analisis regresi linear berganda, pengaruh yang dominan terhadap keputusan nasabah untuk menabung di bank adalah keamanan dan kelas sosial. Penelitian yang dilakukan oleh Irwan Hidayat (2004) tentang “Motivasi Petani Menabung di Bank BRI Unit Truko Cabang Kendal” . Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik petani yang menabung di BRI Unit Truko Cabang Kendal, untuk mengetahui pengaruh
faktor sosial ekonomi
petani terhadap motivasi petani dalam menabung, untuk mengetahui bagaimana hubungan status sosial dan komoditas yang ditanam petani dengan motivasi petani dalam menabung, untuk mengetahui
bagaimana hubungan bunga,
hadiah dan pelayanan bank dengan motivasi petani dalam menabung. Dari hasil peneilitian ini dapat disimpulkan bahwa faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi
motivasi menabung adalah pendapatan petani dan
43
pendidikan petani, makin tinggi pendapatan dan pendidikan seorang petani semakin tinggi motivasinya untuk menabung. Faktor-faktor yang berhubungan dengan
motivasi menabung petani hanya pelayanan dari bank, bunga dan
hadiah
yang diberikan bank dan faktor sosial ekonomi status sosial dan
komoditas yang ditanam tidak berhubungan dengan motivasi petani dalam menabung. Penelitian yang dilakukan oleh Zainal Abidin (2009) tentang “Hubungan Antara Layanan Kualitas Bank Dengan Minat Menabung Nasabah PT.BRI Kantor Cabang Ungaran”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kualitas layanan dengan minat menabung nasabah PT. BRI di Kantor Cabang Ungaran. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara kualitas layanan dengan minat menabung nasabah PT. BRI di Kantor Cabang Ungaran. Sumbangan efektif dalam penelitian ini adalah sebesar 71,5persen. Artinya sebesar 71,5persen minat menabung nasabah PT. BRI di Kantor Cabang Ungaran diprediksi oleh variabel kualitas layanan, sedangkan 28,5persen sisanya ditentukan oleh faktor-faktor lain yang tidak diungkap dalam penelitian. Penelitian yang dilakukan oleh Chamdan Purnama (2007) tentang “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prilaku Konsumen Dalam Menentukan Jumlah Tabungan Pada Bank Swasta di Jawa Timur”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh faktor bunga, hadiah, kemanan, lokasi dan
44
pelayanan berpengaruh terhadap prilaku konsumen dalam menentukan jumlah tabungan di bank. Penelitian ini menggunakan korelasi berganda serta uji regresi berganda terhadap masing-masing item dengan taraf signifikan 0,1 yang menyatakan bahwa hipotesis yang diajukan secara bersama-sama menyatakan hubungan yang erat antara peubah bebas dengan peubah terikat, dengan kata lain bahwa jumlah tabungan tidak dapat dilihat hanya dari satu peubah saja, tetapi banyak faktor lain yang mempengaruhi yaitu bunga, hadiah, keamanan, lokasi dan pelayanan. Dan dapat diketahui bahwa bunga dan pelayanan memiliki pengaruh yang bermakna terhadap tabungan. Penelitian yang dilakukan oleh Sumastuti (2008) tentang “Model Tabungan Rumah Tangga (Sintesis Life Cycle – Permanent Income Hypotesis = LC-PIH)”. Tabungan dalam penelitian ini merupakan selisih antara pendapatan rumah tangga dan pengeluaran rumah tangga, atau bagian pendapatan rumah tangga yang tidak digunakan untuk keperluan konsumsi rumah tangga. Penelitian ini bertujuan untuk (1). mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perilaku dan model tabungan rumah tangga di Kota Semarang ; (2) mengestimasi model tabungan rumah tangga. Penelitian dilakukan terhadap 270 rumah tangga di Kota Semarang antara bulan Juli sampai Agustus 2007, dengan stratifikasi pada lima jenis pekerjaan utama kepala rumah tangga, yaitu (1). Petani dan nelayan (2). Buruh dan angkutan (3). Pengusaha dan pedagang (4). PNS, TNI dan POLRI (5). Pensiunan dan lainnya. Berdasarkan hasil estimasi dengan menggunakan model
45
LC-PIH III, maka dapat diketahui bahwa tabungan rumah tangga dipengaruhi secara positif dan signifikan oleh pendapatan, pendidikan kepala rumah tangga dan jenis pekerjaan, serta dipengaruhi secara negatif dan signifikan oleh umur kepala rumah tangga, dependency ratio, kredit dan ekspektasi rasional. 2.3
Rumusan Hipotesis
1. Fasilitas lembaga keuangan secara parsial berpengaruh terhadap motivasi petani untuk menabung di Desa Tihingan Kecamatan Banjarangkan Kabupaten Klungkung secara parsial? 2. Kondisi sosial ekonomi secara parsial berpengaruh terhadap motivasi petani untuk menabung di Desa Tihingan Kecamatan Banjarangkan Kabupaten Klungkung secara parsial?
46