BAB II LANDASAN TEORI
II.1
Review Hasil Penelitian Terdahulu Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis dari review terdahulu
ditemukan penelitian yang dilakukan oleh Alberto Hans Hutagalung, mahasiswa Universitas Sumatera Utara (2006) dimana tempat penelitian dilakukan pada perusahaan yang bergerak dibidang jasa transportasi pengangkutan internasional (domestic & international forwarding agent) dan mengutamakan penanganan di bidang pembuatan dokumen-dokumen (surat-surat) untuk kegiatan ekspor dan impor yaitu PT. Benua Samudera Kargo. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa pengakuan pendapatan perusahaan dilakukan pada saat pemesanan peti kemas. Sedangkan untuk pengukuran pendapatan, perusahaan melakukan pengukuran berdasarkan nilai wajar dari imbalan yang diterima atau yang dapat diterima dalam bentuk kas atau setara kas karena hasil penjualan jasa peti kemas memiliki harga yang dapat diukur dengan pasti.
II.2
Pendapatan Kemampuan suatu perusahaan untuk memperoleh keuntungan adalah hal yang
penting bagi perusahaan untuk kelangsungan operasi perusahaan tersebut. Tiap-tiap perusahaan bertujuan untuk hidup dan semakin berkembang. Semakin besar pendapatan yang diperoleh maka semakin besar kemampuan perusahaan untuk membiayai segala
8
pengeluaran dan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan oleh perusahaan. Oleh karena itu, pendapatan dapat dianggap sebagai darah kehidupan dari suatu perusahaan. Selain itu, pendapatan juga berpengaruh terhadap laba rugi perusahaan yang tersaji dalam laporan laba rugi. Tanpa pendapatan maka tidak ada laba, dan tanpa laba maka tidak ada perusahaan. Hal ini tentu saja tidak mungkin terlepas dari pengaruh pendapatan dari hasil operasi perusahaan.
II.2.1
Pendapatan (Revenue) vs Penghasilan (Income)
Banyak yang masih bingung dalam penggunaan istilah pendapatan. Hal ini disebabkan pendapatan dapat diartikan sebagai revenue dan dapat juga diartikan sebagai income. Pemahaman tentang pendapatan akan lebih baik lagi bila dilihat dari etimologinya. Istilah pendapatan berasal dari bahasa Perancis yaitu reveir yang artinya to come back, to return. Kemudian istilah ini berubah menjadi revenue dalam bahasa Inggris. Ikatan Akuntansi Indonesia (2010:23) dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 23, menerjemahkan kata income sebagai penghasilan dan kata revenue sebagai pendapatan dimana penghasilan (income) meliputi baik pendapatan (revenue) maupun keuntungan (gain). Income meliputi pendapatan yang berasal dari kegiatan operasi normal perusahaan maupun yang berasal dari luar operasi normalnya. Sedangkan revenue merupakan penghasil dari penjualan produk, barang dagangan, jasa dan perolehan dari setiap transaksi yang terjadi. Dalam kepustakaan akuntansi, pendapatan (revenue) dan keuntungan (gain) adalah faktor yang membentuk penghasilan (income). Adapun karakteristik untuk membedakan pendapatan dan keuntungan adalah sebagai berikut : 9
Pendapatan (Revenue)
Keuntungan (Gain)
1. Setiap kegiatan yang dihasilkan
1. Setiap kegiatan yang dihasilkan
merupakan dari transaksi normal.
merupakan dari transaksi normal (ordinary gains) dan tidak normal (extraordinary gains).
2. Transaksi normal tersebut adalah yang bersifat rutin.
II.2.2
2. Transaksi
tersebut
merupakan
yang tidak bersifat rutin.
Pengertian Pendapatan
Pengertian tentang pendapatan sendiri ada beberapa macam, berikut ini ada beberapa pandangan yang menegaskan arti konseptual dari pendapatan. Berikut adalah beberapa pendapat mengenai pengertian pendapatan. Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2010:23.1), pendapatan mempunyai arti yaitu “penghasilan yang timbul dari aktivitas perusahaan yang dikenal dengan sebutan yang berbeda seperti penjualan, penghasilan jasa (fees), bunga, dividen, royalti, dan sewa”. Definisi tersebut memberikan pengertian yang berbeda dimana income memberikan pengertian pendapatan yang lebih luas. Menurut Kieso, Weygandt, dan Warfield yang diterjemahkan oleh Salim, E. (2011:516) definisi dari pendapatan adalah sebagai berikut : Arus masuk aktiva atau peningkatan lainnya dalam aktiva enttitas dan/atau penyelesaian kewajibannya (atau kombinasi dari keduanya), yang ditimbulkan oleh pengiriman/penyerahan atau produksi barang, pemberian jasa, atau kegiatan menghasilkan laba lainnya yang merupakan bagian dari operasi utama atau operasi sentral perusahaan yang berkelanjutan selama suatu periode. Menurut SFAC (Statement of Financial Accounting Concepts) No. 6 dalam Skousen, Albrecht, dan Stice (2008:159) mendefinisikan pendapatan yaitu: “Inflows or other 10
enhancements of assets of an entity or settlements of its liabilities (or a combination of both) from delivering or producing goods, rendering services, or carrying out other activitites that constitute the entity’s ongoing major or central operations”. Dimana artinya adalah pendapatan adalah arus masuk atau peningkatan aktiva lainnya sebuah entitas atau dari pengurangan hutangnya (atau sebuah kombinasi dari keduanya) yang berasal dari penyerahan barang, penyerahan jasa, atau melakukan aktivitas lainnya yang merupakan operasi utama atau sentral entitas yang terus berlangsung. Menurut Wild yang diterjemahkan oleh Bachtiar, Y. S. (2005:439) definisi pendapatan adalah sebagai berikut: “arus masuk atau penghasilan nilai aktiva suatu perusahaan atau pengurangan kewajiban yang berasal dari aktivitas utama atau inti perusahaan yang masih berlangsung”. Adanya penafsiran yang berlainan terhadap pengertian pendapatan bagi pihak yang berkompeten disebabkan karena latar belakang disiplin yang berbeda dengan penyusunan konsep pendapatan bagi pihak tertentu. Konsep pendapatan belum dapat dijelaskan secara universal oleh pemakai akuntansi, karena pemakai informasi laporan keuangan khususnya laporan laba rugi yang memuat tentang pendapatan berguna untuk masing-masing pemakai laporan yang berbeda-beda tergantung dari sudut mana ia memandang.
II.2.3
Konsep Pendapatan
Secara garis besar konsep pendapatan dapat ditinjau dari dua sisi yaitu : 1. Konsep pendapatan menurut ilmu ekonomi. Menurut ahli ekonomi, pendapatan merupakan nilai maksimum yang dapat dikonsumsi dalam suatu periode dengan mengharapkan keadaan yang sama pada 11
akhir periode seperti keadaan semula. Pengertian tersebut menitikberatkan pada pola kuantitatif pengeluaran terhadap konsumsi selama satu periode. Secara garis besar, pendapatan adalah jumlah harta kekayaan awal periode ditambah keseluruhan hasil yang diperoleh selama satu periode, bukan hanya yang dikonsumsi. Definisi pendapatan menurut ilmu ekonomi menutup kemungkinan perubahan lebih dari total harta kekayaan badan usaha awal periode dan menekankan pada jumlah nilai yang statis pada akhir periode. Dengan kata lain, pendapatan adalah jumlah harta kekayaan awal periode ditambah perubahan penilaian yang bukan diakibatkan perubahan modal dan hutang. Konsep pendapatan menurut ilmu ekonomi dikemukakan oleh Wild yang diterjemahkan oleh Bachtiar, Y. S. (2005 : 311) yaitu : Penghasilan ekonomi secara khusus diukur sebagai aliran kas ditambah perubahan dalam nilai bersih aktiva. Berdasarkan definisi ini, penghasilan termasuk yang terealisasi (arus kas) dan yang tidak terealisasi (keuntungan atau kerugian yang ditahan) komponen. Pendapatan yang dapat direalisasi dimasukkan sebagai komponen pendapatan. Dari definisi yang dikemukakan diatas, pendapatan menurut ekonomi mengindikasikan adanya suatu aliran dana (kas) yang terjadi dari satu pihak kepada pihak lainnya. Pendapatan bagi masyarakat (upah, bunga, sewa dan laba) muncul sebagai akibat jasa produktif (productive service) yang diberikan kepada pihak business. Pendapatan bagi pihak business diperoleh dari pembelian yang dilakukan oleh masyarakat untuk memperoleh barang dan jasa yang dihasilkan atau diproduksi oleh pihak business, maka konsep pendapatan (income) menurut ekonomi pada dasarnya sangat berbeda dengan konsep pendapatan (revenue) menurut akuntansi. 12
2. Konsep pendapatan menurut ilmu akuntansi. Definisi pendapatan antara para akuntan dengan para ahli ekonomi sangat jauh berbeda, demikian juga sesama para akuntan, yang mendefinisikan pendapatan berbeda satu sama lainnya. Akan tetapi pada umumnya definisi ini menekankan kepada masalah yang berkenaan dengan pendapatan yang dinyatakan dalam satuan uang. Pandangan akuntansi memiliki keanekaragaman dalam memberikan defenisi pendapatan. Ilmu akuntansi melihat pendapatan sebagai sesuatu yang spesifik dalam pengertian yang lebih mendalam dan lebih terarah. Konsep ini sebagian besar mengikuti prinsip-prinsip pendapatan, prinsip biaya, prinsip penandingan dan pernyataan periode akuntansi. Pendapatan sulit didefenisikan karena pendapatan sering dikaitkan dengan prosedur akuntansi tertentu, jenis perubahan nilai tertentu dan kaidah yang implisit mengenai kapan pendapatan harus dilaporkan. Banyak konsep pendapatan didefinisikan dari literatur akuntansi dan teori akuntansi. Namun pada dasarnya konsep pendapatan menurut ahli ilmu akuntansi dapat ditelusuri dari dua sudut pandang, yaitu : a. Pandangan yang menekankan pada pertumbuhan atau peningkatan jumlah aktiva yang timbul sebagai hasil dari kegiatan operasional perusahaan. Hal ini disebut konsep pendapatan arus masuk yaitu pendekatan yang memusatkan perhatian kepada arus masuk atau inflow (inflow concept). Menurut SFAC (Statement of Financial Accounting Concepts) No. 6 dalam Skousen, Albrecht, dan Stice (2008:159) mendefinisikan pendapatan yaitu : Revenue are inflows or other enchancements of assets of an entity or settlements of its liabilities (a combination of both) from delivering of 13
producing goods, rendering services, or carrying out other activities that constitute the entity’s on going major on central operations. b. Pandangan yang menekankan kepada penciptaan barang dan jasa oleh perusahaan selama periode tertentu dan kemudian barang dan jasa itu ditransfer kepada konsumen atau produsen lain melalui penjualan atau penyerahan. Hal ini disebut konsep pendapatan arus keluar yaitu pendekatan yang memusatkan perhatian kepada arus keluar atau outflow (outflow concept). Dalam PSAK nomor 23 paragraf 06 Ikatan Akuntan Indonesia (2010:23.2) pendapatan didefinisikan sebagai berikut: “arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama satu periode bila arus masuk tersebut mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal”.
II.2.4
Sumber dan Jenis Pendapatan
Sumber dan jenis pendapatan ini merupakan suatu unsur yang perlu mendapat perhatian penting sebelum membahas masalah pengakuan dan pengukuran pendapatan lebih lanjut. Kesalahan dalam menentukan sumber dan jenis pendapatan yang kurang tepat dapat mempengaruhi besarnya pendapatan yang akan diperoleh dan berhubungan erat dengan masalah pengukuran pendapatan tersebut. Menurut Noor (2010:171), secara umum ada enam jenis sumber pendapatan perusahaan media, yaitu : 1. Iklan (advertising) : iklan merupakan sumber pendapatan utama hampir di seluruh media, baik itu media cetak (surat kabar dan majalah), maupun media elektronik (radio dan televisi), maupun media interaktif (online media). 2. Konsumen berlangganan (subscriptions) : konsumen yang membayar di akhir periode kontrak penjualan, atau konsumen berlangganan, merupakan salah satu sumber pendapatan dari media, khususnya media cetak, dan TV cable, atau TV 14
3.
4.
5.
6.
berlangganan. Bagi media cetak, pendapatan dari konsumen yang berlangganan ini merupakan pendapatan pelengkap saja (bukan utama), namun bagi TV cable, ini adalah sumber pendapatan utama. Subsidi pemerintah (government subsidies) : subsidi yang dibayarkan pemerintah kepada perusahaan media. Besarnya subsidi yang didapat oleh media tergantung kepada kemampuan anggaran negara (APBN maupun APBD) pada tahun yang bersangkutan, serta kemauan media memasukkan program tersebut pada agenda atau acara penyiarannya. Sponsor (sponsorship) : sponsor adalah pihak yang memberikan sejumlah dana, untuk penyelenggaraan suatu kegiatan, atau acara yang disiarkan, atau dipublikasikan oleh media. Sumber dana dari sponsor ini pada umumnya dapat dinikmati oleh penyelenggara media cetak maupun elektronik, sepanjang isi (content) acara yang disiarkan tersebut, dianggap menarik dan penting oleh penyandang dana, atau pemberi sponsor tersebut. Bayaran (fee) dari pilihan konsumen (“hit” fees, transaction fees) : sumber pendapatan berikutnya dari media adalah pembayaran atau fee dari iklan. Pendapatan seperti ini adalah bentuk penerimaan iklan dari media interaktif (online media). Media interaktif menerima pembayaran (fee) iklan dari pemasang iklan, sesuai dengan jumlah transaksi atau banyaknya pengguna situs (website) melihat (meng”klik”) iklan yang dipajang pada website yang bersangkutan. Penjualan produk dengan tunai (product sales) : sumber pendapatan media selanjutnya adalah hasil penjualan tunai, atau penjualan secara eceran (retailed sales) dari produk media. Pendapatan seperti ini adalah bagian pendapatan dari media cetak, baik surat kabar, atau majalah. Sumber pendapatan dari penjualan produk ini, bagi media cetak adalah relatif kecil, dibandingkan dengan sumber pendapatan dari iklan.
Menurut Yulius (2011:12) pendapatan adalah “segala sesuatu yang diterima oleh perusahaan, baik yang didapat dari hasil operasional perusahaan dan kegiatan di luar operasional”. Pendapatan Operasional adalah pendapatan yang timbul dari penjualan barang dagangan, produk atau jasa dalam periode tertentu dalam rangka kegiatan utama atau yang menjadi tujuan utama perusahaan yang berhubungan langsung dengan usaha pokok perusahaan yang bersangkutan. Pendapatan ini sifatnya normal sesuai dengan tujuan dan usaha perusahaan dan terjadinya berulang-ulang selama perusahaan melangsungkan kegiatannya. Pendapatan operasional untuk setiap perusahaan berbeda-beda sesuai dengan jenis usaha yang dikelola perusahaan. Salah satu jenis pendapatan operasional 15
perusahaan adalah pendapatan yang bersumber dari penjualan. Penjualan ini berupa penjualan barang dan penjualan jasa yang menjadi objek maupun sasaran utama dari usaha pokok perusahaan. Penjualan ini dapat dibedakan dalam bentuk: 1. Penjualan kotor Penjualan kotor merupakan semua hasil atau penjualan barang-barang maupun jasa sebelum dikurangi dengan berbagai potongan-potongan atau pengurangan lainnya untuk dibebankan kepada langganan atau yang membutuhkannya. 2. Penjualan bersih Penjualan bersih merupakan semua hasil penjualan yang sudah diperhitungkan atau dikurangkan dengan berbagai potongan-potongan yang menjadi hak pihak pembeli. Pada dasarnya jenis pendapatan operasional timbul dari berbagai cara, yaitu: 1. Pendapatan yang diperoleh dari kegiatan usaha yang dilaksanakan sendiri oleh perusahaan tersebut tanpa penyerahan jasa yang telah selesai diproduksi. 2. Pendapatan diperoleh dari kegiatan usaha dengan adanya hubungan yang telah disetujui, misalnya penjualan konsinyasi. 3. Pendapatan dari kegiatan usaha yang dilaksanakan melalui kerjasama dengan para investor. Pendapatan ini juga dapat dibedakan sebagai berikut: 1. Penjualan Barang, meliputi barang yang diproduksi perusahaan untuk dijual dan barang yang dibeli untuk dijual kembali, seperti barang dagangan yang dibeli pengecer atau tanah dan properti lain yang dibeli untuk dijual kembali. 2. Penjualan Jasa, biasanya menyangkut pelaksanaan tugas yang secara kontraktual telah disepakati untuk dilaksanakan. 16
Pendapatan non operasional merupakan pendapatan yang diperoleh perusahaan dalam periode tertentu, akan tetapi bukan diperoleh dari kegiatan operasional utama perusahaan. Pendapatan non operasional sering juga disebut dengan pendapatan lain-lain atau other revenue and again. Pendapatan ini juga diterima perusahaan tidak secara kontinyu namun menunjang pendapatan operasi perusahaan. Adapun jenis dari pendapatan non operasional dapat dibedakan sebagai berikut: 1. Pendapatan yang diperoleh dari penggunaan aktiva atau sumber ekonomi perusahaan oleh pihak lain. Contohnya : pendapatan bunga, sewa, royalti dan lain-lain. 2. Pendapatan yang diperoleh dari penjualan aktiva diluar barang dagangan atau hasil produksi. Contohnya : penjualan surat-surat berharga, penjualan aktiva tak berwujud (gain on sales of fixed asset). Sumber dan jenis pendapatan berhubungan dengan jenis aktivitas perusahaan, oleh karena itu peranan manajemen dalam menentukan sumber pendapatan sangat penting dalam menjamin kelangsungan hidup perusahaan. Jumlah nilai nominal aktiva dapat bertambah melalui berbagai transaksi tetapi tidak semua transaksi mencerminkan timbulnya pendapatan. Dalam penentuan laba adalah membedakan kenaikan aktiva yang menunjukkan dan mengukur pendapatan. Kenaikan jumlah nilai nominal aktiva dapat terjadi dari: 1. Transaksi modal atau pendapatan yang mengakibatkan adanya tambahan dana yang ditanamkan oleh pemegang saham. 2. Laba dari penjualan aktiva yang bukan berupa “barang dagangan” seperti aktiva tetap, surat-surat berharga, atau penjualan anak atau cabang perusahaan. 3. Hadiah, sumbangan, atau penemuan. 17
4. Revaluasi aktiva. 5. Penyerahan produk perusahaan, yaitu aliran penjualan produk . Dari kelima sumber tambahan aktiva diatas, hanya butir kelima yang harus diakui sebagai sumber pendapatan walaupun laba atau rugi mungkin timbul dalam hubungannya dengan penjualan aktiva selain produk sebagaimana yang disebutkan dalam butir ke-dua. Dari beberapa pengertian mengenai pendapatan yang dibahas pada bagian sebelumnya, perlu diketahui lebih lanjut jenis-jenis pendapatan dalam perusahaan. Baker, Lembke, King, dan Jeffery (2008) menyatakan bahwa laba (income) dapat berasal dari sejumlah sumber daya namun pendapatan (revenue) hanya berasal dari kegiatan utama perusahaan, untuk itu dapat dibedakan jenis-jenis penerimaan yang dimasukkan (dicatat) ke dalam pendapatan dengan jenis-jenis penerimaan yang bukan merupakan pendapatan. Sejalan dengan pendapat Baker, Lembke, King, dan Jeffery di atas, IAI dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (2010:23.1) membagi pendapatan menjadi tiga jenis yaitu : 1. Penjualan barang. Barang meliputi barang yang diproduksi perusahaan untuk dijual dan barang yang dibeli untuk dijual kembali, seperti barang dagang yang dibeli pengecer atau tanah dan properti lain yang dibeli untuk dijual kembali. 2. Penjualan jasa. Penjualan jasa biasanya menyangkut pelaksanaan tugas yang secara kontraktual telah disepakati untuk dilaksanakan selama suatu periode waktu yang disepakati oleh perusahaan. Jasa tersebut dapat diserahkan selama satu atau lebih dari satu periode. Beberapa kontrak penjualan jasa yang timbul dari kontrak konstruksi, misalnya kontrak penjualan jasa mengenai manajer proyek dan arsitek, tidak dibahas dalam Pernyataan. 3. Penggunaan aset perusahaan oleh pihak-pihak lain yang menghasilkan bunga, royalti dan dividen. Penggunaan aktiva perusahaan oleh pihak lain menimbulkan pendapatan dalam bentuk : a. Bunga-pembebanan untuk penggunaan kas atau setara kas atau jumlah terhutang kepada perusahaan. 18
b. Royalti-pembebanan untuk penggunaan aktiva jangka panjang perusahaan, misalnya paten, merk dagang, hak cipta, perangkat lunak komputer. c. Dividen-distribusi laba kepada pemegang investasi ekuitas sesuai dengan proporsi mereka dari jenis modal tertentu.
II.2.5
Karakteristik Pendapatan
Ada beberapa karakteristik tertentu dari pendapatan yang menentukan atau membatasi bahwa sejumlah rupiah yang masuk ke perusahaan merupakan pendapatan yang berasal dari operasi perusahaan. Karakteristik ini dapat dilihat berdasarkan sumber pendapatan, produk, dan kegiatan utama perusahaan dan jumlah rupiah pendapatan serta proses penandingan. 1. Sumber Pendapatan Jumlah rupiah yang dimiliki perusahaan bertambah melalui berbagai cara tetapi tidak semua cara tersebut mencerminkan pendapatan. Tambahan jumlah rupiah aktiva perusahaan dapat berasal dari transaksi modal seperti aktiva tetap, surat berharga, ataupun penjualan anak atau cabang perusahaan, hadiah, sumbangan atau penemuan, revaluasi aktiva tetap, dan penjualan produk perusahaan. Dari semua transasksi di atas, hanya transaksi atas penjualan produk saja yang dapat dianggap sebagai sumber utama pendapatan walaupun laba atau rugi yang mungkin dapat timbul dalam hubungannya dengan penjualan aktiva selain produk utama perusahaan. 2. Produk dan Kegiatan Utama Pendapatan Produk perusahaan dapat berupa barang ataupun dalam bentuk jasa. Dan perusahaan tertentu mungkin dapat menghasilkan berbagai macam produk atau baik berupa barang atau jasa. Pendapatan yang bersumber dari suatu produk yang siap dijual, yang memerlukan suatu proses dengan siklus kegiatan yang panjang. 19
Siklus ini dimulai dari perencanaan dan penyusunan anggaran untuk memproduksi suatu jenis barang tertentu. Kemudian produk yang akan dihasilkan dinyatakan dalam rencana-rencana, spesifikasi teknis, dan target-target tertentu yang diharapkan dapat tercapai. Setelah barang itu diproduksi, maka proses selanjutnya adalah melakukan penjualan yang disertai dengan kegiatan promosi, penjualan yang dilakukan dengan cara tunai atau dengan cara kredit atau dengan cara mencicil yang pada waktu tertentu dilakukan penagihannya. Hasilnya produk yang dijual sering juga disertai dengan suatu jaminan untuk perbaikan
atau
penggantian
jika
terjadi
kerusakan
produk
atau
kesalahan/kekeliruan dalam mengirimkan produknya. 3. Jumlah Rupiah Pendapatan Dan Proses Penandingan Pendapatan merupakan jumlah rupiah dari harga jual per satuan kali kuantitas terjual. Perusahaan umumnya akan mengharapkan terjadinya laba yaitu jumlah rupiah atau pendapatan yang diterima lebih besar dari jumlah biaya yang dibebankan. Atau rugi yang terjadi baru akan diketahui setelah pendapatan dan beban dibandingkan. Setelah biaya yang dibebankan secara layak dibandingkan dengan pendapatan maka tampaklah jumlah rupiah laba atau pendapatan neto.
II.2.6
Proses Pendapatan
Ada dua konsep yang sangat erat hubungannya dengan masalah proses pendapatan yaitu konsep proses pembentukan pendapatan (earning process) dan proses realisasi pendapatan (realization process).
20
II.2.6.1
Proses Pembentukan Pendapatan (Earning Process)
Proses pembentukan pendapatan adalah suatu konsep tentang terjadinya pendapatan. Konsep ini berdasarkan pada asumsi bahwa semua kegiatan operasi yang diperlukan dalam rangka mencapai hasil, yang meliputi semua tahap kegiatan produksi, pemasaran, maupun pengumpulan piutang, memberikan kontribusi terhadap hasil akhir pendapatan berdasarkan perbandingan biaya yang terjadi sebelum perusahaan tersebut melakukan kegiatan produksi.
II.2.6.2
Proses Realisasi Pendapatan (Realization Process)
Proses realisasi pendapatan adalah proses pendapatan yang terhimpun atau terbentuk sesudah produk selesai dikerjakan dan terjual atas kontrak penjualan. Jadi, pendapatan dimulai dengan tahap terakhir kegiatan produksi, yaitu pada saat barang atau jasa dikirimkan atau diserahkan kepada pelanggan. Jika kontrak penjualan mendahului produksi barang atau jasa maka pendapatan belum dapat dikatakan terjadi, karena belum terjadi proses penghimpunan pendapatan. Proses realisasi pendapatan ditandai oleh dua kejadian berikut ini: • Kepastian perubahan produk menjadi potensi jasa yang lain melalui proses penjualan yang sah atau semacamnya. • Pengesahan atau validasi transaksi penjualan tersebut dengan aktiva lancar.
II.2.7
Penilaian Pendapatan
Standar akuntansi memberikan pedoman dasar penilaian yang dapat digunakan untuk menentukan berapa rupiah yang diperhitungkan dan dicatat pertama kali dalam
21
suatu transaksi atau berapa jumlah rupiah yang harus diletakkan pada suatu akun dalam laporan keuangan. Ada 4 dasar dalam penilaian pendapatan antara lain sebagai berikut: 1. Biaya Historis (historical cost) : aktiva dicatat sebesar pengeluaran kas (atau setara kas) yang dibayar sebesar nilai wajar dari imbalan yang diberikan untuk memperoleh aktiva tersebut pada saat perolehan. 2. Biaya Kini (current cost) : aktiva dinilai dalam wujud kas (atau setara kas) yang seharusnya dibayar bila aktiva yang sama atau setara yang diperoleh sekarang. 3. Nilai Realisasi atau Penyelesaian (realization/settlement value) : aktiva dinyatakan dalam jumlah kas (atau setara kas) yang sama atau setara aktiva yang sekarang dengan menjual aktiva dalam pelepasan normal (orderly disposal). 4. Nilai Sekarang (present value) : aktiva dinyatakan sebesar kas masuk bersih dimasa depan yang didiskontokan ke nilai sekarang dari pos yang diharapkan dapat memberikan hasil dalam pelaksanaan usaha normal.
II.2.8
Pengakuan Pendapatan
Tujuan dari semua usaha pada akhirnya adalah untuk mendapatkan pendapatan yang bisa meningkatkan nilai perusahaan. Permasalahan utama dari pendapatan yaitu pada saat menentukan proses pengakuan pendapatan. Menurut Skousen, Albrecht, dan Stice (2008) pengakuan pendapatan penting karena pengakuan merupakan awal dari proses untuk menghitung pendapatan. Saat pendapatan telah diakui, beban dapat dicocokkan. Tanpa adanya pengakuan pendapatan, perusahaan tidak bisa melaporkan adanya laba apapun. Pengakuan adalah saat dimana transaksi dicatat dalam pembukuan.
22
Menurut SFAC No.3 yang dikemukakan oleh Kieso, Weygandt, dan Warfield yang diterjemahkan oleh Salim, E. (2011:516) pengakuan didefinisikan sebagai berikut : Proses untuk mencatat atau memasukkan secara formal suatu pos dalam akun dan laporan keuangan entitas. Pengakuan tidak sama dengan realisasi, meskipun keduanya kadang-kadang digunakan bergantian untuk menerangkan suatu hal dalam literatur dan praktik akuntansi. Realisasi adalah proses mengkonversi sumber daya dan hak nonkas menjadi uang dan paling tepat digunakan dalam akuntansi dan pelaporan keuangan dengan mengacu pada penjualan aktiva secara tunai atau klaim atas kas. Menurut Kieso, Weygandt, dan Warfield yang diterjemahkan oleh Salim, E. (2011:515-516) prinsip pengakuan pendapatan (revenue recognition principle) menetapkan bahwa : Pendapatan diakui pada saat (1) direalisasi dan (2) dihasilkan. Oleh karena itu, pengakuan pendapatan yang tepat meliputi tiga hal: 1. Pendapatan direalisasi apabila barang dan jasa ditukar dengan kas atau klaim atas kas (piutang). 2. Pendapatan dapat direalisasi apabila aktiva yang diterima dalam pertukaran segera dapat dikonversi menjadi kas atau klaim atas kas dengan jumlah yang diketahui. 3. Pendapatan dihasilkan (earned) apabila entitas bersangkutan pada hakikatnya telah menyelesaikan apa yang seharusnya dilakukan untuk mendapat hak atas manfaat yang dimiliki oleh pendapatan itu, yakni, apabila proses menghasilkan laba telah selesai atau sebenarnya telah selesai. Empat transaksi pendapatan telah diakui sesuai dengan prinsip ini: 1. Perusahaan mengakui pendapatan dari penjualan produk diakui pada tanggal penjualan, yang biasanya diinterpretasikan sebagai tanggal penyerahan kepada pelanggan. 2. Perusahaan mengakui pendapatan dari pemberian jasa diakui ketika jasa-jasa tersebut telah dilakukan dan dapat ditagih. 3. Perusahaan mengakui pendapatan dari mengizinkan pihak lain untuk menggunakan aktiva perusahaan, seperti bunga, sewa, dan royalti, diakui sesuai dengan berlalunya waktu atau ketika aktiva yang bersangkutan digunakan. 4. Perusahaan mengakui pendapatan dari pelepasan aktiva selain produk diakui pada tanggal penjualan. Pengakuan merupakan saat dimana sebuah transaksi harus diakui sebagai pendapatan. Pengakuan perlu dilakukan pada saat yang tepat atas suatu kejadian ekonomi yang menghasilkan pendapatan.
23
Ada beberapa karakteristik tertentu dari pendapatan yang menentukan atau membatasi bahwa sejumlah rupiah yang masuk ke perusahaan merupakan pendapatan yang berasal dari operasi perusahaan. Karakteristik tersebut antara lain berdasarkan sumber pendapatan, produk dan kegiatan utama perusahaan dan jumlah rupiah pendapatan. Menurut SFAC No. 5 yang dikemukakan oleh Dyckman, Dukes, dan Davis yang diterjemahkan oleh Ali, M. (2002:237) terdapat empat kriteria mendasar yang harus dipenuhi sebelum suatu item dapat diakui, yaitu : 1. Definisi (definition) Suatu item atau informasi tertentu memerlukan definisi operasional yang jelas untuk bisa dimasukkan ke dalam elemen laporan keuangan (aktiva, kewajiban, ekuitas, pendapatan, beban, keuntungan dan kerugian). 2. Dapat diukur (measurability) Suatu item tertentu harus dapat diukur dengan atribut yang relevan untuk menentukan keandalan daya ujinya, yaitu karakteristik, sifat, atau aspek yang dapat dikuantifikasi dan diukur. Contohnya adalah biaya historis, biaya sekarang, nilai pasar, nilai bersih yang dapat direalisasi, dan nilai sekarang bersih. 3. Relevan (relevanace) Apabila digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan, informasinya mampu menghasilkan manfaat tertentu. 4. Keandalan (reability) Informasi mengenai tersebut dapat disajikan secara wajar, dapat diuji dan netral. Menurut Belkoui (2006:281), ada dua metode pengakuan pendapatan dalam periode akuntansi, yaitu : 1. Dasar kejadian penting (Critical Event Basis/Cash Basis) Kriteria ini telah mengarah kepada kejadian penting mengenai pendapatan pada suatu titik tertentu dalam proses laba, yaitu pada suatu titik tertentu dalam proses laba, yaitu pada saat harta terjual atau jasa diserahkan. Ini berarti, dengan penggunaan dasar tunai atau cash basis yang murni (pure basis), pendapatan dari penjualan barang atau jasa hanya dapat diperhitungkan pada saat tagihan langganan diterima. Jurnal : Pencatatan pada saat pendapatan dan kas diterima Kas xxxxx Penjualan xxxxx 24
2. Dasar akrual (Accrual Basis) Menurut dasar akrual pendapatan diakui apabila penjualan barang atau jasa telah dilakukan pada saat terjadinya tanpa memandang pada saat periode penerimaan. Dengan demikian metode dasar akrual memperhitungkan pendapatan pada saat terjadinya penjualan. Sesuatu hal yang sering terjadi bahwa sesuatu pendapatan telah diterima tetapi kewajiban atas pendapatan tersebut belum diselesaikan dan dapat juga terjadi hal yang sebaliknya. Untuk tujuan pencatatan dan pelaporan dalam akuntansi diperlukan adanya pengakuan yang jelas tentang kapan pendapatan itu terjadi. Dasar akrual untuk pengakuan pendapatan yang menyatakan bahwa pendapatan harus dilaporkan selama produksi, maka dalam hal ini apabila keuntungan dapat dihitung secara sebanding dengan tugas yang dikerjakan atau jasa yang dilaksanakan pada akhir produksi, maka pendapatan diakui pada barang atau pada pengumpulan hasil penjualan. Jurnal : Pada saat diakui pendapatan yang ditandai dengan perpindahan pemilikan dari penjual ke pembeli : Piutang xxxxx Penjualan xxxxx
Pada saat kas diterima : Kas xxxxx Piutang xxxxx
Ada empat kondisi pengakuan untuk mengakui pendapatan menurut Kieso (2011:517) yaitu: 1. Pengakuan pendapatan pada saat penjualan (penyerahan) Pengakuan pendapatan pada saat penjualan (point of sale) didasarkan kepada (1) adanya bukti persuasif dari suatu perjanjian, (2) penyerahan telah terjadi atau jasa telah diberikan, (3) harga penjual kepada pembeli adalah tetap atau dapat ditentukan, dan (4) ketertagihan dapat dipastikan dengan layak. Ada tiga masalah yang ditimbulkan dari pelaksanaan pengakuan pendapatan pada saat penjualan, yaitu: a. Penjualan dengan persetujuan pembelian kembali Bila sebuah perusahaan menjual produknya dan setuju untuk membelinya kembali dalam periode akuntansi selanjutnya, maka persetujuan pembelian kembali dilakukan pada harga tertentu dan harga tersebut menutupi semua biaya persediaan ditambah biaya penyimpanan yang berkaitan dengan persediaan dan kewajiban yang berkaitan tetap ada di pembukuan penjual. Dengan kata lain tidak terjadi penjualan. b. Penjualan dimana terdapat retur Ada tiga metode pengakuan pendapatan alternatif pada penjual menghadapi resiko kepemilikan dengan adanya retur, yaitu: 25
• •
Tidak mencatat penjualan sampai hak retur habis masa berlakunya. Mencatat penjualan, tetapi menguranginya dengan taksiran retur mendatang. • Mencatat penjualan dan memperhitungkan retur sewaktu terjadinya. c. Trade Loading dan Channel Stuffing Merupakan keputusan dan tindakan dari kebijakan manajemen dan pemasaran yang melambungkan penjualan, mengganggu hasil operasi, dan menghias laporan keuangan. Pada akhir periode, penyesuaian-penyesuaian akuntansi tidak dibuat untuk mengurangi dampak jenis penjualan ini terhadap hasil operasi. Trade Loading merupakan praktik yang gila, tidak ekonomis, dan licik; melalui praktik ini pabrikan – yang mencoba menunjukkan penjualan, laba, dan pangsa pasar yang sebenarnya tidak mereka miliki – membujuk para pedagang grosir yang menjadi pelanggan mereka, yang dikenal sebagai trade, untuk membeli lebih banyak produk daripada yang dapat mereka jual kembali dengan cepat. Channel Stuffing yaitu ketika sebuah produsen perangkat lunak ingin membuat hasil-hasil keuangannya kelihatan bagus, mereka menawarkan diskon atau potongan yang besar kepada para distributornya agar membeli lebih banyak dan mencatat pendapatan ketika perangkat lunak tersebut meninggalkan dermaga. 2. Pengakuan pendapatan sebelum penyerahan Ini terlihat pada kontrak-kontrak konstruksi yang bersifat jangka panjang. Pendapatan dapat diakui selama masa produksi jika (1) harga kontrak adalah tetap dan dapat ditentukan, (2) total biaya produksi dapat diestimasi secara meyakinkan, dan (3) biaya yang dikeluarkan selama periode akuntansi berjalan atau persentase penyelesaian produksi diketahui atau dapat ditaksir secara meyakinkan. Metode akuntansi yang digunakan untuk mengakui pendapatan selama masa produksi pada kontrak konstruksi jangka panjang yaitu: a. Metode Persentase Penyelesaian Metode ini harus digunakan perusahaan apabila estimasi kemajuan ke arah penyelesaian, pendapatan, serta biaya secara layak dapat dipercaya, dan semua syarat berikut ini terpenuhi: • Kontrak secara jelas menetapkan hak-hak yang dapat dipaksakan, imbalah yang akan dipertukarkan, serta cara dan syarat penyelesaian. • Pembeli dapat diharapkan untuk memenuhi semua kewajiban dalam kontrak. • Kontraktor dapat diharapkan untuk melaksanakan kewajiban kontraktual tersebut. b. Metode Kontrak Selesai Metode ini harus digunakan perusahaan hanya: • Jika suatu entitas terutama mempunyai kontrak jangka pendek, atau • Jika syarat-syarat untuk menggunakan metode persentase penyelesaian tidak dapat dipenuhi, atau • Jika terdapat bahaya yang melekat dalam kontrak itu di luar resiko bisnis yang normal dan berulang. 3. Pengakuan pendapatan sesudah penyerahan
26
a. Installment Method atau metode penjualan cicilan, menurut metode ini, pendapatan lebih baik diakui ketika kas diterima daripada saat penjualan. Penerapan yang paling umum untuk metode ini adalah: • Untuk barang dagangan, laba akan diakui sebesar persentase laba (laba dibagi penjualan) dikalikan penerimaan cicilan. • Untuk real estate, dengan rumusan yang sama dengan barang dagangan, maka rumus untuk mencari laba yang direalisasi juga dapat diterapkan pada perusahaan real estate, hanya terdapat beberapa perbedaan dalam jurnalnya. Hal ini dikarenakan karakteristik perusahaan real estate berbeda dengan perusahaan dagang. b. Cost Recovery Method (metode pemulihan biaya), menurut metode ini tidak ada laba yang diakui untuk suatu penjualan sampai harga pokok barang yang dijual diperoleh kembali melalui penerimaan kas. Setelah itu, semua penerimaan berikutnya dilaporkan sebagai pendapatan. Metode ini hanya digunakan apabila keadaan-keadaan yang melingkupi suatu penjualan sangat tidak pasti sehingga pengakuan yang lebih awal tidak mungkin dilakukan. c. Deposit Method (metode simpanan), menurut metode ini kas diterima sebelum transaksi penjualan selesai. 4. Pengakuan pendapatan untuk transaksi penjualan khusus – waralaba dan konsinyasi Penjualan khusus atau konsinyasi, mengakui pendapatan setelah consignor menerima pemberitahuan penjualan dan dilakukan pengiriman kas dari consignee. Ada metode pengakuan pendapatan khusus untuk perusahaan yang bergerak dalam pemberian jasa. Untuk perusahaan yang lebih banyak memberikan jasa daripada produk, pengakuan pendapatan mengikuti prosedur yang sama dengan untuk transaksi barang berwujud. Empat metode pengakuan pendapatan untuk penjualan jasa yang dikemukakan oleh Dyckman, Davis, dan Dukes yang diterjemahkan oleh Ali, M. (2002:269) adalah : 1. Kinerja khusus Digunakan untuk pendapatan jasa yang dihasilkan dengan aksi tunggal. Sebagai contoh, makelar real estate yang menghasilkan pendapatan komisi penjualan atas penyelesaian suatu transaksi real estate, seorang dokter gigi menghasilkan pendapatan atas penyelesaian tambal gigi. 2. Kinerja proporsional Digunakan untuk mengakui pendapatan jasa yang dihasilkan oleh lebih dari aksi tunggal dan hanya ketika jasa melebihi satu periode akuntansi. Dalam metode ini, pendapatan diakui berdasarkan kinerja proporsional setiap tindakan. Metode kinerja proporsional dari akuntansi untuk pendapatan jasa sama dengan metode persentase penyelesaian. Pengukuran proporsional mengambil bentuk yang berbeda bergantung dari jenis transaksi jasa. 27
3. Kinerja selesai Digunakan untuk mengakui pendapatan jasa yang dihasilkan dengan melakukan serangkaian tindakan di mana yang terakhir sangat penting dalam hubungannya dengan total transaksi jasa di mana pendapatan jasa dianggap telah dihasilkannya hanya setelah pengiriman barang, meskipun pengepakan, barang, dan transportasi mendahului pengiriman. Metode ini serupa dengan metode kontrak selesai, yang digunakan untuk kontrak jangka panjang. 4. Penagihan Digunakan untuk pendapatan jasa ketika ketidakpastian penagihan sangat tinggi atau estimasi beban yang terkait dengan pendapatan tidak dapat dipercaya sehingga persyaratan reliabilitas tidak dipenuhi. Pendapatan diakui hanya ketika kas diperoleh. Metode ini serupa dengan metode pemulihan biaya yang digunakan untuk penjualan produk.
II.2.9
Pengukuran Pendapatan
Pengukuran pendapatan sangat penting untuk setiap transaksi yang menimbulkan pendapatan. Pengukuran pendapatan juga dapat dinyatakan dalam perolehan kas atau setara kas. Tanpa pengukuran yang tepat kinerja perusahaan akan sulit diketahui, pendapatan sebagai suatu item yang sangat penting dalam laporan keuangan khususnya laporan laba rugi perlu diukur dengan akurat. Menurut Schroeder (2008) pengukuran adalah besarnya angka atau jumlah atas objek atau kejadian berdasarkan aturan-aturan. Pengukuran juga merupakan suatu proses perbandingan dalam rangka memperoleh informasi yang lebih teliti untuk membedakan suatu alternatif dengan alternatif yang lain dalam situasi pengambilan keputusan. Pengukuran dikaitkan dengan pendapatan akan bermakna bahwa pengukuran pendapatan adalah penentuan besarnya pendapatan dalam bentuk angka-angka. Menurut Harahap (2009:168) ada empat metode pengukuran pendapatan, yaitu : 1. Historical Cost atau harga yang terjadi dari pertukaran perusahaan yang lalu, yang merupakan dasar utama dalam melakukan pengukuran dalam laporan keuangan dan biasanya digunakan dalam mengukur persediaan, aktiva tetap, aset lainnya.
28
2. Current Purchase Exchange atau harga pertukaran pembelian sekarang, digunakan misalnya dalam menerapkan metode penilaian persediaan nilai yang terendah dari harga pokok dan pasar (LOCOM, Lower of Cost or Market). 3. Current Sale Exchange atau harga penjualan pertukaran sekarang yang dapat digunakan misalnya dalam mengukur barang jenis logam yang memiliki harga stabil yang tetap dimana tidak begitu ada biaya pemasarannya. 4. Future Exchange, harga didasarkan pada pertukaran dimasa yang akan datang. Misalnya, digunakan untuk menaksir biaya yang akan datang jika diakui hasil berdasarkan persentase siap. Ada lima dasar pengukuran pendapatan menurut SFAC (Statement of Financial Accounting Concepts) No. 5 dikutip dalam Skousen, Albrecht, dan Stice (2008:507) yaitu : 1. Biaya Historis (Historical Cost), yaitu jumlah kas atau setaranya yang dikeluarkan untuk memperoleh aktiva sampai siap digunakan. 2. Biaya Penggantian Terkini (Current Replacement Cost), yaitu jumlah kas atau setaranya yang harus dibayar jika aktiva yang sejenis/sama diperoleh pada saat sekarang. 3. Nilai Pasar Terkini (Current Market Value), yaitu jumlah kas atau setaranya yang diperoleh dengan menjual aktiva kegiatan penjualan normal. 4. Nilai Bersih yang Dapat Direalisasi (Net Realisable Value), yaitu jumlah kas atau setaranya yang diperoleh jika aktiva diharapkan akan dijual setelah dikurangi dengan biaya langsung (biaya produksi dan penjualan). 5. Nilai Sekarang Aliran Kas Mendatang (Present Value Of Future Cash Flow), yaitu nilai sekarang aliran kas masa mendatang yang akan diperoleh seandainya aktiva dijual pada masa yang akan datang.
III.3
Pengakuan, Pengukuran, dan Pengungkapan Pendapatan menurut PSAK 23
III.3.1
Pengakuan Pendapatan Menurut PSAK No. 23
Menurut Pernyataan Standar Akuntansi (2010:23.3) paragraf 12 menyebutkan sebagai berikut : Kriteria pengakuan pendapatan biasanya diterapkan secara terpisah kepada setiap transaksi. Namun dalam keadaan tertentu, adalah perlu untuk menerapkan kriteria pengakuan tersebut kepada komponen-komponen yang dapat diidentifikasi secara terpisah dari suatu transaksi tunggal, agar mencerminkan substansi dari transaksi 29
tersebut. Sebaliknya, kriteria pengakuan diterapkan pada dua atau lebih transaksi bersama-sama bila transaksi-transaksi tersebut terikat sedemikian rupa sehingga pengaruh komersialnya tidak dapat dimengerti tanpa melihat rangkaian transaksi tertentu secara keseluruhan. Ketentuan selanjutnya mengenai pengakuan terhadap pendapatan yang diatur dalam PSAK No. 23 (2010:23.1) adalah pendapatan diakui bila besar kemungkinan manfaat ekonomi masa depan akan mengalir ke perusahaan dan manfaat ini dapat diukur dengan andal. Dalam PSAK No. 23 tersebut ditetapkan kriteria-kriteria yang digunakan dalam menentukan saat yang tepat untuk mengakui sebuah pendapatan. Kriteria pengakuan tersebut harus diterapkan dalam akuntansi untuk pendapatan yang timbul dari transaksi dan peristiwa ekonomi berikut ini: 1. Kriteria pendapatan untuk penjualan barang Ketentuan PSAK No. 23 (2010:23.3-23.4) mengenai pengakuan pendapatan atas transaksi penjualan barang sebagai berikut: Pendapatan dari penjualan barang harus diakui bila seluruh kondisi berikut dipenuhi: a. Perusahaan telah memindahkan resiko secara signifikan dan memindahkan manfaat kepemilikan barang kepada pembeli; b. perusahaan tidak lagi mengelola atau melakukan pengendalian efektif atas barang yang dijual; c. jumlah pendapatan tersebut dapat diukur dengan andal; d. besar kemungkinan manfaat ekonomi yang dihubungkan dengan transaksi akan mengalir kepada perusahaan tersebut; dan e. biaya yang terjadi atau yang akan terjadi sehubungan dengan transaksi penjualan dapat diukur dengan andal. Pemindahan risiko dan manfaat kepemilikan bersamaan waktunya dengan pemindahan hak milik barang atau pemindahan penguasaan barang tersebut kepada pembeli. Hal ini umumnya terjadi pada penjualan eceran dimana
30
pemindahan risiko dan manfaat kepemilikan terjadi pada saat pemindahan hak milik atau pemindahan penguasaan hak atas barang. Adakalanya suatu perusahaan akan menahan resiko signifikan dari kepemilikan dimana transaksi tersebut bukan merupakan suatu penjualan sehingga tidak terjadi pengakuan pendapatan. PSAK No. 23 (2010:23.4) menyatakan perusahaan dapat menahan risiko kepemilikan dengan berbagai cara yaitu: a. Bila perusahaan menahan kewajiban sehubungan dengan pelaksanaan suatu hal yang tidak memuaskan yang tidak dijamin sebagimana biasanya; b. Apabila penerimaan pendapatan dari suatu penjualan tergantung pada pendapatan pembeli yang bersumber dari penjualan barang yang bersangkutan; c. Apabila penerimaan barang tergantung pada instalasinya dan instalasi tersebut merupakan bagian signifikan dari kontrak yang belum diselesaikan oleh perusahaan; d. Apabila pembeli berhak untuk membatalkan pembelian berdasarkan alasan yang ditentukan dalam kontrak dan perusahaan tidak dapat memastikan apakah akan terjadi retur.
2. Kriteria pendapatan untuk penjualan jasa Ketentuan PSAK No. 23 (2010:23.5) paragraf 19 mengenai pengakuan pendapatan atas transaksi penjualan jasa adalah sebagai berikut : Bila suatu transaksi yang meliputi penjualan jasa dapat diestimasi dengan andal, pendapatan sehubungan dengan transaksi tersebut harus diakui dengan acuan tingkat penyelesaian dari transaksi pada tanggal neraca. Hasil suatu transaksi dapat diestimasi dengan andal bila seluruh kondisi berikut ini dipenuhi: a. Jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal. b. Besar kemungkinan manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut akan diperoleh perusahaan. c. Tingkat penyelesaian dari suatu transaksi pada tanggal neraca dapat diukur dengan andal. d. Biaya yang terjadi untuk transaksi dan untuk menyelesaikan transaksi tersebut dapat diukur dengan andal.
31
Selain dari kriteria di atas, menurut IAI dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 23 paragraf 22 (2010:23.5) cara lain bagi perusahaan untuk membuat estimasi yang andal adalah sebagai berikut : Suatu perusahaan dapat membuat estimasi yang andal setelah perusahaan tersebut mencapai persetujuan mengenai hal-hal berikut dengan pihak lain dalam transaksi tersebut : a. Hak masing-masing pihak yang pelaksanaannya dapat dipaksakan dengan kekuatan hukum berkenaan dengan jasa yang diberikan dan diterima pihakpihak tersebut; b. imbalan yang harus dipertukarkan; dan c. cara dan persyaratan penyelesaian. Dalam PSAK No 23 paragraf 23 (2010) juga dijelaskan mengenai tingkat penyelesaian suatu transaksi dimana metode tersebut dapat mengukur dengan andal jasa yang diberikan dan metode yang digunakan tergantung dari sifat transaksi. Metode tersebut antara lain sebagai berikut : a. survei pekerjaan yang telah dilaksanakan; b. jasa yang dilakukan hingga tanggal tertentu sebagai persentase dari total jasa yang harus dilakukan; dan c. proporsi biaya yang terjadi hingga tanggal tertentu dibagi estimasi total biaya transaksi tersebut. Hanya biaya yang mencerminkan jasa yang dilaksanakan hingga tanggal tertentu dimasukkan dalam biaya yang terjadi hingga tanggal tersebut. Hanya biaya yang mencerminkan jasa yang dilakukan atau yang harus dilakukan dimasukkan ke dalam estimasi total biaya transaksi tersebut. Pendapatan diakui bila besar kemungkinan manfaat ekonomi dari transaksi penjualan jasa akan diperoleh perusahaan. Namun, bila suatu ketidakpastian timbul mengenai kolektabilitas sejumlah yang telah termasuk dalam pendapatan, 32
jumlah yang tidak tertagih, atau jumlah yang pemulihannya tidak lagi besar kemungkinan akan terjadi, diakui sebagai beban, daripada penyesuaian jumlah pendapatan yang diakui semula. Dalam PSAK No 23 paragraf 24 (2010:23.6) juga dijelaskan pengakuan untuk pendapatan yang dilaksanakan selama lebih dari satu periode, yaitu : Bila jasa dihasilkan oleh sejumlah kegiatan yang tidak dapat ditentukan selama suatu periode, pendapatan diakui atas dasar garis lurus selama periode tertentu, kecuali jika ada bukti bahwa terdapat metode lain yang lebih baik yang dapat mencerminkan tingkat penyelesaian. Bila kegiatan tertentu jauh lebih signifikan daripada kegiatan yang lain, pengakuan pendapatan ditunda sampai kegiatan yang signifikan tersebut dilakukan. IAI (2010:23.6) juga merasa penting untuk membuat peraturan untuk transaksi penjualan jasa yang tidak dapat diestimasi dengan andal, yang tidak dapat diestimasi dengan andal tapi besar kemungkinan biaya yang terjadi dapat diperoleh kembali, dan yang tidak dapat diestimasi dengan andal dan kecil kemungkinan biaya yang terjadi akan diperoleh kembali dalam paragraf 25 sampai 27. Peraturan tersebut adalah sebagai berikut : Bila hasil transaksi yang meliputi penjualan jasa tidak dapat diestimasi dengan andal, pendapatan yang diakui hanya yang berkaitan dengan beban yang telah diakui yang dapat diperoleh kembali. Selama tahap awal suatu transaksi, sering kali terjadi bahwa hasil transaksi tersebut tidak dapat diestimasi dengan andal. Namun demikian, besar kemungkinan terjadi bahwa perusahaan tersebut akan memperoleh kembali biaya transaksi yang terjadi. Oleh karena itu, pendapatan yang diakui hanya yang berkaitan dengan biaya yang telah terjadi yang diharapkan dapat diperoleh kembali. Karena hasil transaksi tersebut tidak dapat diestimasi dengan andal, tidak ada laba yang diakui. Jika hasil dari suatu transaksi tidak dapat diestimasi dengan andal dan kecil kemungkinan biaya yang terjadi akan diperoleh kembali, pendapatan tidak diakui dan biaya yang terjadi diakui sebagai beban. Bila kondisi yang semula mengakibatkan estimasi hasil kontrak tidak dapat dilakukan dengan andal tidak lagi ada, pendapatan diakui sesuai dengan paragraf 19. 3. Pengakuan pendapatan untuk bunga, royalti, dan dividen 33
Ketentuan PSAK No. 23 (2010) mengenai pengakuan pendapatan atas penggunaan aset perusahaan oleh pihak-pihak lain yang menghasilkan bunga, royalti, dan dividen dengan cara, yaitu : a. Bunga harus diakui atas dasar proporsi waktu yang memperhitungkan hasil efektif aktiva tersebut. b. Royalti harus diakui atas dasar akrual sesuai dengan substansi perjanjian yang relevan. c. Dalam metode biaya (cost method), dividen tunai harus diakui apabila hak pemegang saham untuk menerima pembayaran ditetapkan. Bila: a. Besar kemungkinan manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut akan diperoleh perusahaan. b. Jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal. Perusahaan mengakui pendapatannya bila besar kemungkinan manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut akan diperoleh perusahaan. Namun, bila ketidakpastian timbul tentang kolektabilitas sejumlah yang telah termasuk dalam pendapatan, jumlah yang tidak dapat ditagih, atau jumlah yang pemulihannya tidak lagi besar kemungkinannya, diakui sebagai beban, daripada penyesuaian jumlah pendapatan yang diakui semula.
III.3.2
Pengukuran Pendapatan Menurut PSAK No. 23
Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 23 (2010), yang dimaksud dengan pengukuran adalah proses penetapan jumlah uang untuk mengakui dan
34
memasukkan setiap unsur laporan keuangan dalam neraca dan laporan laba rugi. Proses ini menyangkut pemilihan dasar pengukuran tertentu. Pendapatan dalam laporan keuangan harus diukur dengan nilai wajar yang diterima atau dapat diterima, dengan demikian informasi yang diberikan dalam laporan keuangan menjadi lebih jelas. Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (2010:23.2) menyatakan bahwa : Pendapatan harus diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau yang dapat diterima. Jumlah pendapatan yang timbul dari suatu transaksi biasanya ditentukan oleh persetujuan antara perusahaan dan pembeli atau pemakai aktiva tersebut. Jumlah tersebut diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau dapat diterima perusahaan dikurangi dengan diskon dagang dan rabat volume yang diperbolehkan oleh perusahaan. Pada umumnya, imbalan tersebut berbentuk kas atau setara kas dan jumlah pendapatan adalah jumlah kas atau setara kas yang diterima atau dapat diterima. Namun, bila arus masuk kas atau setara kas ditangguhkan, nilai wajar dari imbalan tersebut tersebut mungkin kurang dari jumlah nominal dari kas yang diterima atau yang dapat diterima. Jika suatu perjanjian secara efektif merupakan transaksi finansial, nilai wajar imbalan ditentukan dengan pendiskontoan seluruh penerimaan di masa depan dengan menggunakan suatu tingkat bunga yang tersirat (imputed). Sedangkan yang dimaksud dengan nilai wajar dalam PSAK No. 23 paragraf 6 (2010:23.2) tersebut adalah “suatu jumlah, untuk itu suatu aktiva mungkin ditukar atau suatu kewajiban diselesaikan antara pihak yang memahami dan berkeinginan untuk melakukan transaksi wajar (arm’s length transaction)”. Selanjutnya
Standar
Akuntansi
Keuangan
dalam
PSAK
(2010:23.3)
menerangkan bahwa : 35
Bila barang atau jasa dipertukarkan (barter) untuk barang atau jasa dengan sifat dan nilai yang sama, maka pertukaran tersebut tidak dianggap sebagai transaksi yang mengakibatkan pendapatan. Hal ini sering terjadi dengan komoditi seperti minyak atau susu dimana penyalur (swap) persediaan di berbagai lokasi untuk memenuhi permintaan dengan suatu dasar tepat waktu dalam suatu lokasi tertentu. Bila barang dijual atau jasa diberikan untuk dipertukarkan dengan barang atau jasa yang tidak serupa, pertukaran tersebut dianggap sebagai transaksi yang mengakibatkan pendapatan. Pendapatan tersebut diukur pada nilai wajar dari barang atau jasa yang diserahkan, disesuaikan dengan jumlah kas atau setara kas yang ditransfer.
III.3.3
Pengungkapan Pendapatan Menurut PSAK No. 23
Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No 23 paragraf 34 (2010:23.7) dinyatakan bahwa : Perusahaan harus mengukapkan: 1. Kebijakan akuntansi yang dianut untuk pengakuan pendapatan termasuk metode yang dianut untuk menentukan tingkat penyelesaian transaksi penjualan jasa. 2. Jumlah setiap kategori signifikan dari pendapatan yang diakui selama periode tersebut termasuk pendapatan dari : a. Penjualan jasa; b. penjualan barang; c. bunga; d. royalti; dan e. deviden. 3. Jumlah pendapatan yang berasal dari pertukaran barang atau jasa dimasukkan dalam setiap kategori yang signifikan dari pendapatan. 4. Pendapatan yang ditunda pengakuannya.
36
II.4 Lembaga Penyiaran Publik Berikut adalah keterangan lengkap mengenai ketentuan lembaga penyiaran publik menurut pasal 14 UU Penyiaran: 1. Lembaga Penyiaran Publik adalah lembaga penyiaran yang berbentuk badan hukum yang didirikan oleh negara, bersifat independen, netral, tidak komersial, dan berfungsi memberikan layanan untuk kepentingan masyarakat. 2. Lembaga Penyiaran Publik sebagaimana dimaksud terdiri atas Radio Republik Indonesia dan Televisi Republik Indonesia yang stasiun pusat penyiarannya berada di ibukota Negara Republik Indonesia. 3. Di daerah provinsi, kabupaten, atau kota dapat didirikan Lembaga Penyiaran Publik lokal. 4. Dewan pengawas dan dewan direksi Lembaga Penyiaran Publik dibentuk sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 5. Dewan pengawas ditetapkan oleh Presiden bagi Radio Republik Indonesia dan Televisi Republik Indonesia atas usul Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia; atau oleh Gubernur, Bupati, atau Walikota bagi Lembaga Penyiaran Publik lokal atas usul Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, setelah melalui uji kepatutan dan kelayakan secara terbuka atas masukan dari pemerintah dan/atau masyarakat. 6. Jumlah anggota dewan pengawas bagi Radio Republik Indonesia dan Televisi Republik Indonesia sebanyak 5 (lima) orang dan dewan pengawas bagi Lembaga Penyiaran Publik Lokal sebanyak 3 (tiga) orang. 7. Dewan direksi diangkat dan ditetapkan oleh dewan pengawas.
37
8. Dewan pengawas dan dewan direksi Lembaga Penyiaran Publik mempunyai masa kerja 5 (lima) tahun dan dapat dipilih kembali hanya untuk 1 (satu) kali masa kerja berikutnya. 9. Lembaga Penyiaran Publik di tingkat pusat diawasi oleh Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dan Lembaga Penyiaran Publik di tingkat daerah diawasi oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. 10. Ketentuan lebih lanjut mengenai Lembaga Penyiaran Publik disusun oleh KPI bersama Pemerintah. Menurut pasal 15 sumber pembiayaan Lembaga Penyiaran Publik berasal dari : 1. iuran penyiaran; 2. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah; 3. sumbangan masyarakat; 4. siaran iklan; dan 5. usaha lain yang sah yang terkait dengan penyelenggaraan penyiaran. Dimana di setiap akhir tahun anggaran, Lembaga Penyiaran Publik wajib membuat laporan keuangan yang diaudit oleh akuntan publik dan hasilnya diumumkan melalui media massa. Sehingga, menurut Effendi Gazali (2002:41) setidaknya terdapat lima ciri penyiaran publik: 1. akses publik : akses publik di sini dimaksudkan tidak hanya coverage area, tetapi juga menyangkut bagaimana penyiaran publik mau mengangkat isu-isu lokal dan memproduksi program-program lokal sehingga misalnya dapat membentuk secara alami dari bawah, tokoh-tokoh lokal yang betul-betul mengenal, dikenal dan mewakili masyarakatnya. 2. dana publik : perlu diingat bahwa lembaga penyiaran publik tidak hanya mengandalkan keuangannya dari anggaran negara tetapi juga dari iuran dan 38
donatur. NHK di jepang misalnya 90% anggarannya berasal dari sumbangan sukarela masyarakat Jepang. ABC di Australia mayoritas anggarannya berasal dari pemerintah federal Australia. 3. akuntabilitas publik : karena dana utamanya dari publik, maka terdapat kewajiban bagi penyiaran publik untuk membuatr akuntabilitas finansialnya. Di banyak TV publik di Amerika Serikat, pemirsa dapat melihat neraca keuangan stasiunnya setiap saat yang disebut public file. 4. keterlibatan publik : keterlibatan publik di sini, bisa berarti menjadi penontonnya, kemudian menjadi kelompok yang dengan rela membantu menyumbangkan tenaga, pikiran, dan dana untuk kelangsungan penyiaran publik; dan yang demikian penting adalah keterlibatan dalam ikut memberi arah pada program-program yang akan dibuat serta ikut mengaevaluasinya. 5. kepentingan publik lebih dimenangkan dari pada kepentingan iklan. Misalnya, ada satu acara yang begitu baik dan bermanfaat menurut publik, namun ratingnya rendah, maka ia tetap akan diproduksi dan diupayakan tetap dipertahankan penayangannya. Tentu kontras dengan penyiaran komersial. Hakikat penyiaran publik adalah diakuinya supervisi dan evaluasi publik pada level yang signifikan. Publik di sini dibaca sebagai "warga negara". Hanya karena adanya hakikat inilah maka stasiun publik dapat melakukan apa yang didengungdengungkan sebagai public service itu. Bagi penyiaran publik, iklan bukanlah sesuatu yang haram. Tergantung bagaimana publik ikut menentukan berapa pembatasan penayangan iklan perjamnya dan iklan-iklan mana yang dianggap pas bagi penyiaran publik. Penyiaran publik tidak berarti tak boleh untung. Canadian Broadcasting Corporation (CBC) misalnya, tahun 2001 memperoleh keuntungan 147,9 juta dollar AS. Lalu, apa beda CBC dengan stasiun komersial? Jawabnya: konsultasi publik yang digelar CBC secara konsisten di berbagai antero negeri. Mulai dari soal isi program, iklan mana yang boleh ditayangkan atau tidak, serta apakah publik setuju dengan cara pemanfaatan keuntungannya, dan lain-lain. Tahun 2002, penerimaan iklan CBC turun 31 juta dollar AS antara lain untuk mengurangi komersialisasi program sesuai usul publik. Soal penampilan dan profesionalitas, studio, alat, atau orangnya, CBC tak kalah elegan dengan stasiun komersial. Untuk konsultasi publik, pemerintah boleh menyampaikan pesan-pesannya lewat stasiun publik, dan dana sosialisasi pada berbagai kantor pemerintah sah digunakan di sana.
II.5 Metodologi Penelitian II.5.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian Dalam penelitian ini pendekatan yang dilakukan adalah melalui pendekatan kualitatif. Artinya data yang dikumpulkan adalah data yang berasal dari naskah 39
wawancara, catatan lapangan, dokumen pribadi, catatan memo, dan dokumen resmi lainnya. Sehingga yang menjadi tujuan dari penelitian kualitatif ini adalah ingin menggambarkan realita empirik di balik fenomena secara mendalam, rinci dan tuntas. Oleh karena itu penggunaan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini adalah dengan mencocokkan antara realita empirik dengan teori yang berlaku. Pertimbangan penulis menggunakan pendekatan kualitatif ini adalah menyesuaikannya lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan ganda dan lebih peka serta menyesuaikan diri dengan manajemen pengaruh bersama terhadap pola-pola nilai yang dihadapi. Jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus.
II.5.2 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Menurut Supranto (2003:8), data berarti “sesuatu yang diketahui atau dianggap”. Dengan demikian, data dapat memberikan gambaran tentang suatu keadaan. Data kualitatif diperoleh dari hasil pengumpulan data dan informasi dengan menggunakan berbagai metode pengumpulan data, seperti pengamatan, wawancara, menggambarkan, diskusi kelompok terfokus dan lain-lain. Semua data dan informasi yang diperoleh kemudian dianalisis. Data kualitatif adalah data yang sifatnya hanya menggolongkan saja. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Menurut S. Nasution (2004) data primer adalah data yang dapat diperoleh langsung dari lapangan atau tempat penelitian. Data primer merupakan data yang diperoleh dari sumber pertama baik dari individu maupun perorangan seperti wawancara atau hasil pengisian kuesioner yang biasa dilakukan oleh peneliti. Kata-kata dan tindakan merupakan sumber data yang diperoleh dari lapangan dengan mengamati atau 40
mewawancarai. Sedangkan data sekunder merupakan data yang diperoleh dari penelitian atau bahan yang bersifat teoritis yang relevan dengan penelitian melalui buku-buku, majalah, internet, dan media lainnya. Peneliti menggunakan data sekunder ini untuk memperkuat penemuan dan melengkapi informasi yang telah dikumpulkan.
II.5.3 Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan. Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah : a. Studi Lapangan (Field Research) Teknik pengumpulan data yang dikumpulkan secara langsung terhadap obyek penelitian guna mendapatkan data yang diperlukan. Studi lapangan yang dipakai oleh peneliti adalah : 1. Dokumentasi Dokumentasi adalah setiap bahan tertulis baik berupa karangan, memo, pengumuman, instruksi, majalah, buletin, pernyataan, aturan suatu lembaga masyarakat, dan berita yang disiarkan kepada media massa. Dari uraian di atas maka metode dokumentasi adalah pengumpulan data dengan meneliti catatancatatan penting yang sangat erat hubungannya dengan obyek penelitian. b. Studi Kepustakaan Melakukan penelitian dari buku-buku literatur resmi yang ada, sebagai bahan acuan dan pertimbangan dalam menjalankan penelitian ini. Oleh karena itu, dilakukanlah penelitian kepustakaan bukan hanya di Universitas tempat penelitian berlangsung, tapi juga di kepustakaan perusahaan tersebut (jika ada) dan berbagai tempat belajar. Penelusuran adapun juga dilakukan di website41
website di internet yang informasinya selalu up to date dan berkaitan dengan topik yang dibahas. Dan juga dilakukan melalui literatur-literatur konseptual serta literatur-literatur bisnis yang tersedia. c. Wawancara Teknik pengumpulan data yang menggunakan pertanyaan secara lisan kepada subjek penelitian.
II.5.4 Analisis Data Peneliti akan mengolah dan menganalisis data tersebut dengan menggunakan analisis secara deskriptif-kualitatif, tanpa menggunakan teknik kuantitatif. Analisis deskriptif-kualitatif merupakan suatu teknik yang menggambarkan dan menginterpretasikan arti data-data yang telah terkumpul dengan memberikan perhatian dan merekam sebanyak mungkin aspek situasi yang diteliti pada saat itu, sehingga memperoleh gambaran secara umum dan menyeluruh tentang keadaan sebenarnya. Menurut M. Nazir (2003) bahwa tujuan deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifatsifat serta hubungan antar fenomena yang diselidik.
42