BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Lingkungan Kerja 2.1.1 Definisi Lingkungan Kerja Aspek yang menunjang manusia untuk melakukan pekerjaan atau aktivitas adalah adanya lingkungan kerja yang kondusif. Faktor ini merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan masalah moral kerja karyawan dalam melaksanakan tugas. Apabila lingkungan tersebut tidak menunjang maka akan mempertinggi beban psikologis tenaga kerja dan membelenggu tenaga kerja untuk ikut berperan maka dampaknya moral kerja tersebut akan menurun ( siswanto, 2003 :177 ) Lingkungan kerja adalah sistem yang terdiri dari perangkat variabel yang mempengaruhi kinerja dalam perusahaan yaitu karakteristik individu, karakteristik pekerjaan dan karakteristik situasi kerja. Lingkungan dalam suatu organisasi terdiri dari pimpinan, para pengikut pimpinan tersebut, rekan sejawat, organisasi dan tuntutan pekerjaan. Berkaitan dengan lingkungan kerja ini, maka dapat didefinisikan bahwa lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar pekerjaan dan yang dapat mempengaruhi seorang pegawai dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya. Lingkungan kerja adalah di dalam suatu perusahaan penting untuk di perhatikan oleh manajemen perusahaan yang akan mendirikan pabrik untuk perusahaan tersebut. Penyusunan suatu sistem produk yang baik tidak akan di
5
laksanakan dengan efektif apabila tidak didukung dengan lingkungan kerja yang memuaskan di dalam perusahaan tersebut. Segala mesin, peralatan yang di pasang dan dipergunakan di dalam pabrik tersebut. Tidak akan banyak berarti, apabila para karyawan tidak dapat bekerja dengan baik disebabkan, karena faktor lingkungan kerja yang tidak memenuhi persyaratan yang di tentukan. Walaupun lingkungan kerja itu tidak berfungsi, sebagai mesin dan peralatan produksi yang langsung memproses bahan menjadi produk, namun pengaruh lingkungan kerja ini akan terasa di dalam proses produksi yang di laksanakan oleh perusahaan yang bersangkutan. 2.1.2 Faktor - faktor lingkungan kerja fisik Menurut Alex. S. Nitisemito ( 2004 : 183 ), faktor lingkungan kerja yang dapat mempengaruhi dan meningkatkan efisiensi kerja adalah sbb : a.
Lingkungan kerja fisik meliputi : 1.
Peraturan penerangan tempat kerja Lingkungan kerja dengan pengaturan penerangan yang baik, pegawai dapat mengerjakan pekerjaannya dengan baik, nyaman dan kerasan, sehingga dapat meningkatkan kinerja karyawan. Sumber penerangan ada dua, yaitu : alamiah dan buatan. Penerangan alamiah berupa sinar matahari. Untuk memperoleh sinar matahari tsb yang cukup, perlu perencanaan tempat kerja yang baik antara lain : letak jendela, ventilasi,pintu,warna kaca viber glass atau genting kaca dsb. Sumber penerangan buatan berasal dari listrik yang mudah dinyalakan sesuai kebutuhan.
6
Pengaturan penerangan yang baik disesuaikan dengan keperluan karena sinar yang terang dengan lampu yang banyak belum menjamin efektifitas kerja pegawai. Akan tetapi justru sebaliknya, lingkungan kerja menjadi panas, silau dan situasi menjadi susah. Hal ini menyebabkan kerja pegawai tidak tenang. Jadi penerangan yang baik adalah penerangan dengan cahaya yang cukup dan warna yang sesuai dengan kebutuhan, tidak menyilaukan, tidak ada kontras yang tajam serta distribusi cahaya yang merata. 2. Pengontrolan terhadap udara dan ruangan Sirkulasi udara sangat diperlukan agar menyegarkan suasana dan menimbulkan rasa nyaman. Sebaliknya, jika sirkulasi udara kurang, ruangan menjadi pengap, sehingga menyebabkan kelelahan, rasa kurang nyaman atau gelisah para pegawai. Pengontrolan terhadap udara dengan pemasangan ventilasi yang cukup untuk mengatur sirkulasi udara agar suasana dalam ruangan menjadi sejuk dan menyehatkan pegawai. Konstruksi gedung dengan plafon yang cukup tinggi, memudahkan sirkulasi udara serta pemasangan AC ( air conditioner ) untuk menyejukkan ruangan dan untuk mengurangi kelelahan dan kegelisahan, sehingga pegawai dapat menjalankan tugasnya dengan baik.
7
3. Pengontrolan kebersihan tempat kerja Lingkungan kerja yang bersih akan menimbulkan rasa senang dan rasa senang ini akan dapat mempengaruhi seseorang untuk bekerja lebih bersemangat dan lebih bergairah. Kebersihan lingkungan merupakan tanggung jawab bersama, bukan hanya petugas kebersihan saja. Untuk ini, semua pihak ikut berpartisipasi menjaga kebersihan, misalnya membuang sampah pada tempatnya dan sebagainya. 4. Pengontrolan keamanan tempat kerja Keamanan yang dimaksud adalah keamanan terhadap lingkungan kerja terutama adalah keamanan terhadap milik pribadi para pegawai. Keamanan terhadap keselamatan diri sendiri bagi setiap pegawai adalah sangat penting. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menerapkan peraturan tentang keselamatan kerja mendatangkan atau menciptakan perasaan aman dan rasa tenang dalam melaksanakan tugas kantor, sehingga akan meningkatkan kinerja pegawai. b.
Lingkungan kerja non fisik, meliputi : 1.
Hubungan antara pegawai dengan pimpinan Seorang pimpinan atau manajer yang baik akan berusaha mendapatkan hasil yang optimal dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia dalam perusahaan. Untuk tujuan tersebut, maka
8
seorang manajer akan diharapkan pada berbagai masalah, khusunya masalah ketenagakerjaan. 2. Hubungan antara pegawai dengan pegawai Sikap pegawai dalam melaksanakan tugas - tugas pekerjaan yang dibebankan oleh perusahaan dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain adalah lingkungan kerja yang baik. Lingkungan kerja yang baik sangat penting dan perlu sekali mendapatkan perhatian karena besar pengaruhnya pada sikap pegawai pada saat melaksanakan tugas - tugasnya dalam perusahaan atau organisasi. Berdasarkan
penjelasan
tersebut,
dapatlah
dimengerti
bahwa
lingkungan kerja yang baik selain berpengaruh terhadap sikap pegawai, juga berpengaruh terhadap efektivitas dan efisiensi pegawai dalam melaksanakan pekerjaannya. Dari uraian tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam lingkungan perusahaan atau organisasi terdapat beberapa faktor yang dpt mempengaruhi
kinerja
pegawai
yang
terdiri
dari
peraturan
dan
kebijaksanaan perusahaan atau organisasi, hubungan atasan dan bawahan, hubungan antar sesama pegawai, pemberian kompensasi dan kondisi kerja perusahaan. 2.2. Kepuasan Kerja 2.2.1 Pengertian Kepuasan Kerja Ada banyak faktor yang mempengaruhi prestasi kerja karyawan, salah satunya adalah kepuasan kerja karyawan. Menurut T. Hani Handoko (2004 : 193) Kepuasan kerja ( job satisfaction ) adalah keadaan
9
emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan dengan mana para karyawan memandang pekerjaan mereka. Kepuasan
kerja
mencerminkan
perasaan
seseorang
terhadap
pekerjaannya yang nampak dalam sikap positif karyawan terhadap pekerjaan dan segala sesuatu yang dihadapi dilingkungan kerjanya. Manajemen harus senantiasa memonitor kepuasan kerja, karena hal itu mempengaruhi keluhan dan masalah - masalah SDM lainnya. Sesuai dengan kodratnya, kebutuhan manusia sangat beraneka ragam, baik jenis maupun tingkatnya, bahkan manusia memiliki kebutuhan yang cenderung tak terbatas. Artinya, kebutuhan selalu bertambah dari waktu ke waktu dan manusia selalu berusaha dengan segala kemampuaannya untuk memuaskan kebutuhan tersebut. Kepuasan kerja pada dasarnya merupakan sesuatu yang bersifat inidvidual. Setiap individu memiliki tingkat kepuasan yang berbedabeda sesuai dengan sistem nilai yang berlaku pada dirinya. Makin tinggi penilaian terhadap kegiatan dirasakan sesuai dengan keinginan individu, maka makin tinggi kepuasannya terhadap kegiatan tersebut. Dengan demikian, kepuasan merupakan evaluasi yang menggambarkan seseorang atas perasaan sikapnya senang atau tidak senang,puas atau tidak puas dalam bekerja ( Veithzal Rivai, 2009 :856 ) 2.2.2 Teori kepuasan kerja Menurut veithzal rivai ( 2009 : 856-858 ), teori tentang kepuasan kerja yang cukup dikenal adalah :
10
a.
Teori ketidaksesuaian ( discrepancy theory ). Teori ini mengukur kepuasan kerja seseorang dengan menghitung selisih antara sesuatu yang seharusnya dengan kenyataan yang dirasakan, sehingga apabila kepuasannya diperoleh melebihi dari yang diinginkan, maka orang akan menjadi lebih puas lagi, sehingga terdapat discrepancy tetapi merupakan discrepancy yang positif. Kepuasan kerja seseorang tergantung pada selisih antara sesuatu yang dianggap akan didapatkan dengan apa yang dicapai.
b.
Teori keadilan ( equity theory ) Teori ini mengemukakan bahwa orang akan merasa puas atau tidak puas, tergantung pada ada atau tidaknya keadilan (equity) dalam suatu situasi, khususnya situasi kerja. Menurut teori ini, komponen utama dalam teori keadilan adalah input, hasil, keadilan dan ketidakadilan. Input adalah faktor bernilai bagi karyawan yang dianggap
mendukung
pekerjaannya,
seperti
pengalaman, kecakapan, jumlah tugas dan
:
pendidikan,
peralatan atau
perlengkapan yang digunakan untuk melaksanakan pekerjaannya. Hasilnya adalah sesuatu yang dianggap bernilai oleh seorang karyawan yang diperoleh dari pekerjaannya seperti : upah/gaji, keuntungan
sampingan,
simbol,
status,
penghargaaan
dan
kesempatan untuk berhasil atau aktualisasi diri. Menurut teori ini , setiap karyawan akan membandingkan rasio input hasil dirinya dengan rasio input hasil orang lain. Bila
11
perbandingan itu dianggap cukup adil, maka karyawan akan merasa puas. Bila perbandingan itu tidak seimbang tetapi menguntungkan bisa menimbulkan kepuasan, tetapi bisa pula tidak. Pada dasarnya ada tiga tingkatan karyawan yaitu : 1.
Memenuhi kebutuhan dasar karyawan
2.
Memenuhi harapan karyawan sedemikian rupa, sehingga mungkin tidak mau pindah kerja ketempat lain.
3.
Memenuhi keinginan karyawan dengan mendapat lebih dari apa yang diharapkan.
c.
Teori dua faktor ( two factor theory ) Teori ini merumuskan karakterisitik pekerjaan menjadi dua kelompok yaitu : satisfies atau motivator dan dissastifies. Satisfies ialah faktor - faktor atau situasi yang dibutuhkan sebagai sumber kepuasan kerja yang terdiri dari : pekerjaan yang menarik, penuh tantangan,ada
kesempatan
untuk
berprestasi,
kesempatan
memperoleh penghargaan dan promosi. Terpenuhinya faktor tersebut akan menimbulkan kepuasan tetapi tidak terpenuhinya faktor ini, tidak selalu mengakibatkan ketidakpuasan, yg terdiri dari : gaji/upah, pengawasan, hubungan antar pribadi, kondisi kerja dan status. Jika tidak terpenuhi faktor ini, karyawan tidak akan puas atau disebut juga dissastifies. Namun jika besarnya faktor ini memadai untuk memenuhi kebutuhan tersebut, karyawan tidak akan kecewa, meskipun belum terpuaskan.
12
2.2.3 Pengaruh fungsi manajemen sumber daya manusia terhadap kepuasan kerja Menurut T. Hani handoko ( 2004 : 194) dalam bukunya : fungsi manajemen sumber daya manusia mempunyai pengaruh langsung dan tidak langsung pada kepuasan kerja karyawan. Fungsi manajemen sumber daya manusia dapat membuat kontak langsung dengan para penyelia dan karyawan dengan berbagai cara untuk mempengaruhi mereka. Disamping itu,berbagai kebijaksanaan dan kegiatan manajemen sumber daya manusia mempunyai dampak pada iklim organisasi. Iklim organisasional
ini
memberikan
suatu
lingkungan
kerja
yang
menyenangkan atau tidak menyenangkan bagi orang - orang dalam organisasi; dimana hal itu selanjutnya kan mempengaruhi kepuasan kerja karyawan. Selain itu, veithzal rivai( 2009 : 859 ) menambahkan bahwa : agar fungsi - fungsi manajemen sumber daya manusia berjalan dengan lancar, maka perlu dilakukan pengawasan oleh supervisor. Keberhasilan pelaksanaan fungsi sumber daya manusia tersebut sangat bergantung dari feed-back ( umpan balik ) yang diberikan karyawan, dalam bentuk peningkatan motivasi kerja dan tercapainya kepuasan kerja. 2.2.4 Indikator kepuasan kerja Secara teoritis, menurut veithzal rivai( 2009 : 860) dalam bukunya mengatakan bahwa : faktor - faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja
13
sangat banyak jumlahnya, seperti : gaya kepemimpinan, produktivitas kerja, perilaku, locus of control, pemenuhan harapan penggajian dan efektifitas kerja. Faktor - faktor yang biasanya digunakan untuk mengukur kepuasan kerja seseorang karyawan adalah : 1.
Isi pekerjaan, penampilan tugas pekerjaan yang aktual dan sebagai kontrol terhadap pekerjaan.
2.
Supervisi
3.
Organisasi dan manajemen
4.
Kesempatan untuk maju
5.
Gaji dan keuntungan dalam bidang financial lainnya, seperti adanya insentif
6.
Rekan kerja dan
7.
Kondisi pekerjaan.
Selain itu, menurut Job Descriptive Index (JDI) faktor penyebab kepuasan kerja ialah : 1.
Bekerja pada tempat yang tepat
2.
Pembayaran yang sesuai
3.
Organisasi dan manajemen
4.
Supervisi pada pekerjaan yang tepat
5.
Orang yang berada dalam pekerjaan yang tepat.
14
2.3 Hubungan Lingkungan Kerja dengan Kepuasan Kerja Karyawan Setiap karyawan selalu mengharapkan lingkungan kerja yang akrab, nyaman dan saling mendukung. Dengan kata lain, lingkungan kerja diharapkan kondusif untuk menunjang kerja karyawan. Oleh karena itu, karyawan mengharapkan lingkungan kerja dimana sarana dan prasarana kerja lengkap dan baik. Lingkungan kerja terdiri dari lingkungan fisik dan non fisik. Lingkungan fisik terdiri dari peralatan kerja, gedung, lokasi dan desain ruang. Apabila karyawan merasa bahwa lingkungan fisik tempat bekerjanya baik akan memberikan kepuasan dan rasa bangga. Lingkungan fisik yang baik juga bisa memberikan prestie. Selain itu, lingkungan fisik yang baik juga akan mengurangi tingkat kesalahan karyawan dalam menjalankan tugas-tugasnya. Jika sarana dan prasarana yang menunjang kerja tersedia, hal tersebut dapat menjadi kepuasan tersendiri bagi karyawan, diman karyawan merasa diperhatikan oleh perusahaan. Selain lingkungan fisik, karyawan juga menghendaki lingkungan non fisik yang baik, yaitu lingkungan yang akrab, nyaman dan saling mendukung. Lingkungan kerja yang mampu menciptakan hubungan yang harmonis antara atasan dengan bawahan, rekan sekerja dan hubungan dengan bawahan. Agar tercipta lingkungan yang harmonis, perlu dibuat peraturan perusahaan yang jelas, sistem komunikasi yang jelas yang bisa mendorong karyawan untuk termotivasi, dan lain – lain. Apabila karyawan meras bahwa lingkungan kerja non fisiknya baik, karyawan akan merasa
15
bahwa kebutuhannya untuk berafiliasi ditempat kerja terpenuhi, dengan demikian akan tercipta kepuasan karena kebutuhan terpenuhi. Berdasarkan penjabaran yang ada diatas, tampak bahwa ada hubungan antara lingkungan kerja dengan kepuasan kerja karyawan. Menurut Stephen P. Robin ( 2006 : 150 ) faktor – faktor yang mendorong kepuasan kerja adalah kondisi kerja yang mendukung Karyawan peduli akan lingkungan kerja yang baik untuk kenyamanan pribadi maupun untuk memudahkan mengerjakan tugas yang baik, studi – studi memperagakan bahwa karyawan lebih menyukai keadaan fisik sekitar yang tidak berbahaya atau merepotkan. Temperatur, cahaya, keributan dan faktor – faktor lingkungan lain seharusnya tidak ekstrim( terlalu banyak atau terlalu sedikit ) misalnya terlalu panas atau terlalu remang – remang. Disamping itu, kebanyakan karyawan lebih menyukai bekerja dekat dengan rumah, dengan fasilitas yang bersih dan relatif modern dan dengan alat – alat dan peralatan yang memadai. Sedangkan menurut Handoko ( 2009 : 79) mengemukakan kepuasan kerja adalah keadaaan emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan bagi para karyawan memandang pekerjaan mereka. Kepuasan kerja mencerminkan perasaan seseorang terhadap pekerjaannya. Ini tampak dalam sikap positif karyawan terhadap pekerjaan dan segala sesuatu yang dihadapi dilingkungan kerjanya.
16