BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori Dalam ini diperlukan adanya kumpulan teori-teori yang akan menjadi landasan teoritis dan menjadi pedoman dalam melaksanakan penelitian. Setelah masalah penelitian di rumuskan maka langkah selanjutnya adalah mencari teori-teori, konsep-konsep, dan generalisasi-generalisasi hasil penelitian yang dapat dijadikan sebagai landasan teoritis untuk melaksanakan penelitian (Sugiyono, 2005: 55). Sebelum melakukan penelitian yang lebih lanjut seorang peneliti perlu menyusun suatu kerangka teori sebagai landasan berfikir untuk menggambarkan dari sudut mana peneliti menyoroti masalah yang dipilihnya. Dalam penelitian ini yang menjadi kerangka teorinya adalah sebagai berikut:
2.1.1 Kebijakan Publik Istilah kebijaksanaan atau kebijakan yang diterjemahkan dari kata policy memang biasanya dikaitkan dengan keputusan pemerintah, karena pemerintahlah yang mempunyai wewenang atau kekuasaan untuk mengarahkan masyarakat dan bertanggungjawab melayani kepentingan umum. Ini sejalan dengan pengertian public itu sendiri dalam Bahasa Indonesia yang berarti pemerintah, masyarakat atau umum (Abidin, 2004: 17). Menurut Carl. I. Friedrich dalam Dwijowijoto (2004:4) mendefenisikan kebijakan publik adalah suatu arah tindakan yang diusulkan pada seseorang, golongan, atau pemerintah dalam suatu lingkungan dengan halangan-halangan dan kesempatan-kesempatan, yang
8
Universitas Sumatera Utara
diharapkan dapat memenuhi dan mengatasi halangan tersebut di dalam rangka mencapai suatu cita-cita atau mewujudkan suatu kehendak serta tujuan tertentu. Sedangkan menurut Dimock, kebijakan publik adalah perpaduan dan kristalisasi daripada pendapat-pendapat dan keinginan-keinginan banyak orang atau golongan dalam masyarakat (Soenarko, 2003: 42-43). Dalam melakukan kebijakan publik terlebih dahulu harus mengetahui proses kebijakan publik. James Anderson dalam Subarsono (2005:12-13) sebagai pakar publik menetapkan proses kebijakan publik sebagai berikut: 1. Formulasi masalah (problem formulation): apa masalahnya, apa yang membuat hal tersebut menjadi masalah kebijakan, dan bagaimana masalah tersebut dapat masuk dalam agenda pemerintah. 2. Formulasi kebijkan (formulation): bagaimana mengembangkan pilihan-pilihan atau alternatif-alternatif untuk memecahkan masalah tersebut dan siapa saja yang berpartisipasi dalam formulasi kebijakan. 3. Penentuan kebijakan (adaption): bagaimana alternatif ditetapkan, persyaratan atau kriteria seperti apa yang harus dipenuhi, siapa yang akan melaksanakan kebijakan, bagaimana proses atau strategi untuk melaksanakan kebijakan, dan apa isi dari kebijakan yang telah ditetapkan. 4. Implementasi (implementation): siapa yang terlibat dalam implementasi kebijakan, apa yang mereka kerjakan dan apa dampak dari isi kebijakan. 5. Evaluasi (evaluation): bagaimana tingkat keberhasilan atau dampak kebijakan, siapa yang mengevaluasi kebijakan, apa konsekuensi dari adanya evaluasi kebijakan, dan adakah tuntutaan untuk melakukan perubahan atau pembatalan.
9
Universitas Sumatera Utara
Proses kebijakan ini berperan untuk memastikan bahwa kebijakan yang hendak diambil benar-benar dilandaskan atas manfaat optimal yang akan diterima oleh publik dan bukan asal menguntungkan pengambil kebijakan.
2.1.2 Implementasi Kebijakan 2.1.2.1 Pengertian Implementasi Kebijakan Secara umum istilah implementasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti pelaksanaan atau penerapan. Istilah implementasi biasanya dikaitkan dengan suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan tertentu. Implementasi kebijakan merupakan rangkaian kegiatan setelah suatu kebijakan dirumuskan. Tanpa suatu implementasi maka suatu kebijakan yang telah dirumuskan akan sia-sia belaka. Oleh karena itu, implementasi kebijakan mempunyai kedudukan yang penting didalam kebijakan publik (Tangkilisan, 2003: 17). James E. Anderson menjelaskan implementasi adalah menyangkut Siapa dan Apa (apa yang dilakukan dan apa dampaknya) serta sebagai aplikasi dari kebijakan oleh pelaksana administrasi. Sedangkan Mazmania dan Sabatier mengatakan bahwa, makna implementasi adalah memahami apa yang senyatanya terjadi sesudah suatu program dinyatakan berlaku atau dirumuskan merupakan fokus perhatian implementasi kebijakan, yakni kejadiankejadian dan kegiatan-kegiatan yang timbul sesudah disahkannya usaha-usaha untuk mengadministrasikannya maupun untuk menimbulkan akibat/dampak nyata pada masyarakat atau kejadian-kejadian (Wahab, 2001:65). Jones dalam Tangkilisan (2003:18), implementasi merupakan suatu proses yang dinamis yang melibatkan secara terus –menerus usaha-usaha untuk mencari apa yang akan
10
Universitas Sumatera Utara
dan dapat dilakukan. Dengan demikian implementasi mengatur kegiatan-kegiatan yang mengarah pada penempatan suatu program ke dalam tujuan kebijakan yang diinginkan. Tiga kegiatan utama yang paling penting dalam implementasi, yaitu: 1. Penafsiran, yaitu merupakan kegiatan yang menterjemahkan makna program kedalam pengaturan yang dapat diterima dan dapat dijalankan. 2. Organisasi, yaitu merupakan unit atau wadah untuk menepatkan program ke dalam tujuan kebijakan. 3. Penerapan yang berhubungan dengan perlengkapan rutin bagi pelayanan, upah, dan lain-lainnya. Proses implementasi kebijakan itu sesungguhnya tidak hanya menyangkut
perilaku
badan
administratif
yang
bertanggungjawab
untuk
melaksanakan program dan menimbulkan ketaatan pada diri kelompok sasaran, melainkan pula menyangkut jaringan kekuatan-kekuatan politik, ekonomi dan sosial yang langsung atau tidak langsung dapat mempengaruhi perilaku dari semua pihak yang terlibat dan yang pada akhirnya berpengaruh terhadap tujuan kebijakan, baik yang negatif maupun yang positif (Tangkilisan, 2003:19).
2.1.2.2 Model Implementasi Menurut Para Ahli Model implementasi dapat digunakan untuk memudahkan pelaksana kegiatan yang telah direncanakan sebelumnya. a. Model Gogin Untuk mengimplementasikan kebijakan dengan model Gogin, maka perlu diidentifikasi variabel-variabel yang mempengaruhi tujuan-tujuan formal pada keseluruhan implementasi yakni: (1) Bentuk dan isi kebijakan, termasuk di dalamnya kemampuan
11
Universitas Sumatera Utara
kebijakan untuk menstrukturkan proses implementasi, (2) Kemampuan organisasi dengan segala sumber daya berupa dan maupun insentif lainnya yang akan mendukung implementasi secara efektif, dan (3) Pengaruh lingkungan dari masyarakat dapat berupa karakteristik, motivasi,kecenderungan hubungan antar warga masyarakat, termasuk pola komunikasinya. b. Model Grindle Grindle menciptakan model implementasi sebagai kaitan antara tujuan dan hasilhasilnya, selanjutnya pada model ini hasil kebijakan yang dicapai akan dipengaruhi oleh isi kebijakan yang terdiri dari : (1) kepentingan-kepentingan yang dipengaruhi. (2) jenis atau tipe manfaat yang dihasilkan, (3) derajat perubahan yang diharapkan, (4) letak pengambilan keputusan, (5) pelaksanaan program, dan (6) sumber daya yang dilibatkan. Pengaruh selanjutnya adalah lingkungan yang terdiri dari: kekuasaan, kepentingan, dan strategi aktor yang terlibat, karakteristik lembaga penguasa, dan kepatuhan serta daya tanggap. c. Model Donald S. Van Meter dan Carl E. Van Horn Model implementasi kebijakan oleh Meter dan Horn di pengaruhi oleh enam faktor, yaitu: (1) standar kebijakan dan sasaran yang menjelaskan rincian tujuan keputusan kebijakan secara menyeluruh, (2) sumber daya kebijakan berupa dana pendukung implementasi, (3) komunikasi inter organisasi dan kegiatan pengukuran digunakan oleh pelaksana untuk memakai tujuan yang hendak dicapai, (4) karakteristik pelaksanaan, artinya karakteristik organisasi merupakan faktor krusial yang akan menentukan berhasil tidaknya suatu program, (5) kondisi sosial ekonomi dan politik yang dapat mempengaruhi hasil kebijakan, dan (6) sikap pelaksanaan dalam memahami kebijakan yang akan ditetapkan.
12
Universitas Sumatera Utara
2.1.3 Keselamatan Kerja 2.1.3.1 Pengertian Keselamatan Kerja Keselamatan berasal dari bahasa Inggris yaitu kata ‘safety’dan biasanya selalu dikaitkan dengan keadaan terbebasnya seseorang dari peristiwa celaka (accident) atau nyaris celakaan (near-miss). Jadi pada hakekatnya keselamatan sebagai suatu pendekatan keilmuan maupun sebagai suatu pendekatan praktis mempelajari faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan dan berupaya mengembangkan berbagai cara dan pendekatan untuk memperkecil resiko terjadinya kecelakaan. Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan. Keselamatan kerja bersasaran segala tempat kerja, baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air, maupun di udara. Tempat-tempat kerja demikian tersebar pada segenap kegiatan ekonomi, seperti pertanian, industri, pertambangan, perhubungan, pekerjaan umum, jasa, dan lain-lain. Keselamatan kerja menyangkut segenap poses produksi dan distribusi, baik barang maupun jasa. Salah satu aspek penting sasaran keselamatan kerja, mengingat risiko bahayanya adalah penerapan teknologi, terutama teknologi yang lebih maju dan mutakhir. 2.1.3.2 Kecelakaan kerja Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi berhubung dengan hubungan kerja termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja, demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja, dan pulang kerumah melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui (Kansil, 1997:26). Hubungan kerja di sini dapat berarti bahwa, kecelakaan terjadi dikarenakan oleh pekerjaan atau pada waktu melaksanakan
13
Universitas Sumatera Utara
pekerjaan. Dalam hal ini, kecelakaan yang terjadi merupakan akibat langsung dari pekerjaan atau terjadi pada saat pekerjaan sedang dilakukan. Kecelakaan kerja dapat terjadi karena kondisi yang tidak membawa keselamatan kerja atau perbuatan yang tidak selamat. Dengan kata lain kecelakaan kerja adalah setiap perbuatan atau kondisi tidak selamat yang dapat mengakibatkan kecelakaan. Ruang lingkup kecelakaan akibat kerja kadang-kadang diperluas, sehingga meliputi juga kecelakaan yang terjadi saat perjalanan atau transport ke dan dari tempat kerja. Faktor penyebab kecelakaan dapat dilihat dari dimensi pokok, yaitu: 1. Berkaitan dengan sistem kerja yang merupakan penyebab utama dan kebanyakan kecelakaan yang terjadi pada suatu organisasi baik dikantor maupun di pabrik atau ditempat kerja lainnya. 2. Berkaitan dengan pekerjaannya selaku manusia biasa yang dalam hal akibat dan sistem kerja, tetapi bisa juga bukan dari kelalaian manusianya selaku pekerja. Pencegahan yang harus dilakukan untuk menghindari kecelakaan antara lain mencakup tindakan: a. Memperhatikan faktor-faktor keselamatan kerja b. Melakukan pengawasan yang teratur c. Melakukan tindakan koreksi terhadap kejadian d. Melaksanakan program diklat keselamatan kerja dan menghindari cara kecelakaan dan menghadapi kemungkinan timbulnya kecelakaan (Abdurrahmant, 2006:109). 2.1.3.3 Tujuan Keselamatan Kerja Adapun yang menjadi tujuan keselamatan kerja antara lain:
14
Universitas Sumatera Utara
•
Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi secara produktivitas nasional
•
Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada ditempat kerja
•
Memelihara dan mempergunakan sumber produksi secara aman dan efesien Di dalam peraturan perundang-undang ditetapkan bahwa syarat-syarat keselamatan
kerja yakni: -
Mencegah dan mengurangi kecelakaan
-
Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran
-
Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan
-
Memberi kesempatan, atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian lain yang berbahaya
-
Memberi pertolongan pada kecelakaan
-
Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja
-
Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar, radiasi, suara dan getaran
-
Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik physic maupun psychis, peracunan, infeksi dan penularan
-
Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai
-
Menyelenggarakan udara yang cukup
-
Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik
-
Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban
-
Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses kerjanya
15
Universitas Sumatera Utara
-
Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman, atau barang
-
Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan
-
Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan penyimpanan barang
-
Mencegah terkenah aliran listrik yang berbahaya
-
Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi (UU No. 1 Pasal 3 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja).
2.1.4 Kesehatan Kerja 2.1.4.1 Pengertian Kesehatan Kerja Kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu kesehatan yang bertujuan agar tenaga kerja memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, baik fisik, mental, maupun sosial dengan usaha preventif dan kuratif. Di dalam Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental spritual maupunsosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Bidang kesehatan kerja mempunyai implikasi luas baik secara mikro maupun makro. Potensi munculnya berbagai penyakit akibat kerja yang dialami pekerja akan merugikan perusahaan dari segi biaya kesehatan, absen kerja yang pada ujungnya menganggu kenyamanan kerja. Perhatian yang baik pada kesehatan kerja dan perlindungan resiko bahaya di tempat kerja menjadikan pekerja dapat lebih nyaman dalam bekerja. Dalam UndangUndang No. 23 tahun 1992 pasal 23 dinyatakan bahwa kesehatan kerja diselenggarakan agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan diri sendiri dan masyarakat
16
Universitas Sumatera Utara
sekelilingnya, agar diperoleh kenyamanan kerja yang optimal sejalan dengan perlindungan tenaga kerja. Perusahaan yang mempunyai banyak pegawai, apalagi yang memukimkan karyawannya disuatu daerah, sebaiknya menentukan jenis atau bentuk pelayanan kedokteran (medical service) atau pelayanan kesehatan masyarakat (public health service). Pelayanan kesehatan (health service) adalah upaya yang diselenggarakan oleh suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah, dan menyembuhkan penyakit, memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok maupun masyarakat. Di dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 03/MEN/1982 pasal 1 tentang pelayanan kesehatan kerja bahwa pelayanan kesehatan adalah usaha kesehatan yang dilaksanakan dengan tujuan: 1. Memberikan bantuan kepada tenaga kerja dalam penyesuaian diri baik fisik maupun mental, terutama dalam penyesuaian pekerjaan dengan tenaga kerja. 2. Melindungi tenaga kerja terhadap setiap gangguan kesehatan yang timbul dari kerjaan atau lingkungan kerja 3. Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental (rohani) dan kemampuan fisik tenaga kerja 4. Memberikan pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi bagi pekerja yang menderita sakit. Suatu pelayanan kesehatan perusahaan dapat dikatakan baik apabaila memenuhi persyaratanpersyaratan sebagai berikut:
17
Universitas Sumatera Utara
1. Tersediah (available), perusahaan harus menyediakan pelayanan kesehatan untuk karyawannya dengan cara mempunyai poliklinik atau rumah sakit, bila tidak menyerahkannya kepada pihak ketiga 2. Wajar (appropriate), pelayanan harus sesuai dengan kebutuhan, misalnya suatu perusahaan tambang haruslah menyediahkan pelayanan bedah, karena kemungkinan akan sering terjadi kecelakaan akibat bekerja dengan alat-alat berat (dozer, crane, shovel, excavator). 3. Berkesinambungan (continue), pelayanan kesehatan yang memerlukan kelanjutan harus diberikan berkesinambungan. Pemeriksaan kesehatan berkala harus dilakukan secara periodik sehingga keadaan kesehatan karyawan bisa di pantau terus menerus. 4. Dapat diterima (acceptable), suatu perusahaan besar dengan laba yang besar tentu saja tidak layak bila memberikan fasilitas kesehatan yang minimal. Karyawan tidak akan menerimanya. Itu berarti pelayanan tidak acceptable. Sedangkan perusahaan yang belum mampu meberikan pelayanan kesehatan yang lengkap sesuai standar, bisa memberikan pelayanan yang minimal tetapi dengan memberikan penjelasan kepada karyawannya bahwa perusahaan belum mampu. Apabila alasan ini masuk akal, maka karyawan akan bisa menerima layanan tersebut dengan iklas. Jadi walaupun pelayanannya minimal, tetapi tetap acceptable. 5. Dapat tercapai (accessible), pelayanan kesehatan yang diupayakan harus muda dicapai. Karyawan yang lokasi kerjanya jauh dari tempat fasilitas kesehatan haru mendapat jemputan untuk pemeriksaaan kesehatan, atau apabila ada kecelakaan harus bisa cepat dijemput dengan ambulance untuk medical evacuation 6. Terjangkau (affordable), perusahaan bisa memilih pelayanan kesehatan yang sesuai standar dan harganya terjangkau oleh perusahaan. Banyak cara untuk melaksanakan
18
Universitas Sumatera Utara
pelayanan kesehatan yang efektif dan efesien, namun tidak setiap cara cocok untuk suatu perusahaan.
2.1.5 Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) 2.1.5.1 Pengertian program keselamatan dan kesehatan kerja (K3) Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan suatu program yang dibuat pekerja maupun pengusaha sebagai upaya mencegah timbulnya kecelakaan dan penyakit akibat kerja dengan cara mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta tindakan antisipatif apabila terjadi kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Tujuan dari dibuatnya program K3 adalah untuk mengurangi biaya perusahaan apabila timbul kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah usaha perlindungan, pencegahan dan penyelesaian terhadap terjadinya kecelakaan sebagai berikut: •
Perlindungan terhadap kecelakaan yang dapat menimpah: -
Tenaga kerja (pegawai dan non pegawai) dan orang lain yang berada ditempat kerja/ berhubungan dengan kegiatan Perseroan (umum dan pelanggan)
-
Sumber produksi seperti material, peralatan, bangunan, instalasi dan aset perseroan lainnya
-
Proses produksi, seperti pembangunan, pembangkitan, penyaluran, dan distribusi tenaga listrik
-
Hasil produksi, seperti pemanfaatan tenaga listrik oleh pelanggan
Keselamatan dan kesehatan kerja dewasa ini merupakan istilah yang sangat populer. Bahkan didalam dunia industri istilah tersebut lebih dikenal dengan singkatan K3L 19
Universitas Sumatera Utara
yang artinya keselamatan, kesehatan dan lingkungan. Aspek lingkungan dalam kaitannya dengan kesehatan dan keselamatan kerja juga merupakan hal yang sangat penting, namun dalam pembahasan berikut yang akan menjadi fokus utamanya adalah keselamatan dan kesehatan kerja (Suria, 2011:130). Menurut Sedarmayanti (2000), mengemukakan bahwa keselamatan dan kesehatan kerja adalah pengawasan terhadap manusia, mesin, material dan metode yang mencakup lingkungan kerja agar karyawan tidak mengalami cidera. Keselamatan dan kesehatan kerja juga memiliki sasaran yang hendak dicapai yaitu:
1. Didokumentasikan, diterapkan dan dirawat. 2. Terukur, dapat diterapkan dan sesuai dengan Kebijakan K3 organisasi (perusahaan). 3. Mengacu pada pemenuhan peraturan perundang-undangan terkait resiko K3(termasuk pada pilihan teknologi, pendanaan, persyaratan bisnis dan operasional serta pandangan pihak ke tiga yang berhubungan dengan aktivitas operasional organisasi/perusahaan).
2.1.5.2 Tujuan Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Penerapan K3(Keselamatan dan Kesehatan Kerja) memiliki beberapa tujuan dalam pelaksanaannya berdasarkan Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. Di dalamnya terdapat 3 (tiga) tujuan utama dalam Penerapan K3 berdasarkan UndangUndang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja yaitu antara lain :
1. Melindungi dan menjamin keselamatan setiap tenaga kerja dan orang lain di tempat kerja. 2. Menjamin setiap sumber produksi dapat digunakan secara aman dan efisien. 3. Meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas Nasional.
20
Universitas Sumatera Utara
Dari penjabaran tujuan penerapan K3 di tempat kerja berdasarkan Undang-Undang nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja di atas terdapat harmoni mengenai penerapan K3 di tempat kerja antara Pengusaha, Tenaga Kerja dan Pemerintah/Negara. Sehingga di masa yang akan datang, baik dalam waktu dekat ataupun nanti, penerapan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) di Indonesia dapat dilaksanakan secara nasional menyeluruh dari Sabang sampai Meraoke. Seluruh masyarakat Indonesia sadar dan paham betul mengenai pentingnya K3 sehingga dapat melaksanakannya dalam kegiatan sehari-hari baik di tempat kerja maupun di lingkungan tempat tinggal.
2.1.6 Kenyamanan
2.1.6.1 Pengertian Kenyamanan
Menurut KamusBesarBahasaIndonesia, nyaman adalah segar; sehatsedangkan kenyamananadalah keadaannyaman;kesegaran;kesejukan. Kolcaba(2003) menjelaskanbahwa kenyamaansebagaisuatukeadaantelahterpenuhinya
kebutuhandasarmanusiayang
bersifatindividualdanholistik.Dengan terpenuhinya kenyamanan
dapat
menyebakan
perasaan sejahtera pada diri individu tersebut.
Kenyamanandanperasaannyamanadalahpenilaian komprehensif seseorang terhadap lingkungannya.
Manusiamenilai
kondisi
lingkungan
berdasarkanrangsangan
yangmasukkedalamdirinyamelaluikeenamindera melaluisyarafdandicernaolehotakuntukdinilai.Dalamhaliniyangterlibat masalahfisikbiologis,namunjuga
perasaan.
Suara,cahaya,bau,suhu
lainrangsanganditangkapsekaligus,laludiolaholehotak.Kemudian
tidakhanya danlainotak
akanmemberikanpenilaian relatifapakahkondisiitunyamanatautidak. Sanders
danMcCormick(1993)
menggambarkankonsepkenyamanan
bahwa
21
Universitas Sumatera Utara
kenyamanan merupakan suatu kondisi perasaan dan sangat tergantung padaorangyang mengalamisituasitersebut.Kitatidakdapatmengetahuitingkat kenyamananyang dirasakanorang lainsecaralangsung ataudenganobservasi melainkanharusmenanyakanlangsung padaorang tersebutmengenaiseberapa nyaman dirimereka, biasanyadenganmenggunakan istilah-istilah sepertiagak tidak nyaman, mengganggu, sangat tidak nyaman,atau mengkhawatirkan.
Berdasarkanuraiandiatasdapatdisimpulkanbahwa suatukontinumperasaandaripaling
kenyamananadalah
nyamansampaidenganpalingtidaknyaman
dinilaiberdasarkanpersepsimasing-masing
individupadasuatu
halyang
yang
dimananyaman
padaindividu tertentu mungkinberbedadengan individulainnya.
Aspek Dalam Kenyamanan Menurut Kolcaba (2003)aspekkenyamanan terdiri dari: a.
Kenyamananfisikberkenaandengansensasitubuhyangdirasakanoleh individu itu sendiri.
b. Kenyamanan psikospiritual berkenaan dengan kesadaran internal diri, yang meliputikonsepdiri,harga
diri,maknakehidupan,seksualitashingga
hubunganyangsangat dekat dan lebih tinggi. c.Kenyamanan
lingkungan
pengaruhdariluarkepada
berkenaandenganlingkungan,kondisidan manusia
sepertitemperatur,warna,suhu,
pencahayaan.
2.1.6.2 Faktor-faktoryang Mempengaruhi Kenyamanan Menurut Hakim (2006) ada beberapa faktor yang mempengaruhi kenyamananantaralain:
22
Universitas Sumatera Utara
a. Sirkulasi Kenyamanandapatberkurang adanyapembagianruangyang
karenasirkulasiyangkurangbaik,sepertitidak jelasuntuksirkulasimanusiadan
bermotor,atautidakadapembagiansirkulasiantararuang
kendaraan satudenganlainnya.
Sirkulasidibedakanmenjadiduayaitusirkulasididalamruangdansirkulasidi
luarruang
atauperalihanantaradalamdanluarsepertifoyerataulobby,koridor, atau hall.
b. Daya alam atau iklim 1. Radiasi matahari Dapatmengurangikenyamananterutamapadasiang hari,sehinggaperluadanya peneduh. 2. Angin Perlu memperhatikan arah angin
dalam menata ruang
sehingga tercipta
pergerakananginmikroyangsejukdanmemberikankenyamanan.Padaruang yang
luas perlu diadakan elemen-elemen penghalang
angin supaya kecepatan
anginyangkencangdapat dikurangi. 3. Curah hujan Faktucurahsering
menimbulkangangguanpadaaktivitasmanusiadiruang
luar
sehinggaperlu di sediakan tempat berteduh apabilaterjadi hujan (shelter,gazebo). 4. Temperatur Jikatemperaturruangsangatrendahmaka menurundansebaliknyajikatemperatur kenaikanpula.
temperaturpermukaankulitakan dalam
Pengaruhbagiaktivitaskerja
ruang
adalahbahwa
tinggiakanmengalami temperaturyangterlalu
dinginakanmenurunkangairahkerjadantemperaturyang terlampaupanasdapat membuat kelelahan dalam bekerjadancenderung banyak membuat kesalahan
23
Universitas Sumatera Utara
c. Kebisingan Pada
daerahyangpadatsepertiperkantoranatauindustri,kebisinganadalahsalah
satumasalahpokokyangbisamengganggukenyamananpara disekitarnya.Salahsatucara
pekerjayangberada
untukmengurangikebisinganadalahdengan
menggunakan
alat pelindungdiri (ear muff, ear plug).
d. Aroma atau bau-bauan Jikaruang
kerjadekatdengantempatpembuangansampahmakabauyang
sedapakanterciumolehorangyang
tidak
melaluinya.Haltersebutdapatdiatasidengan
memindahkansumberbautersebutdanditempatkanpadaareayangtertutupdari pandanganvisualsertadihalangioleh
tanamanpepohonanatausemakataupun
dengan
peninggian mukatanah.
e. Bentuk Bentuk dari rencana konstruksiharusdisesuaikandenganukuranstandarmanusia agar dapat menimbulkanrasanyaman.
f. Keamanan Keamananmerupakanmasalah
terpenting,karena
ini
dapatmengganggudan
menghambataktivitasyangakandilakukan.Keamananbukansajaberartidari segikejahatan(kriminal),tapijugatermasukkekuatan
konstruksi,bentukruang,
dan
kejelasanfungsi.
g. Kebersihan Sesuatuyang
bersihselainmenambahdayatariklokasi,jugamenambahrasa
24
Universitas Sumatera Utara
nyamankarenabebasdarikotoransampahataupunbau-bauanyang Padadaerahtertentuyang
tidaksedap.
menututkebersihantinggi,pemilihanjenispohondan
semak
harus memperhatikan kekuatan daya rontok daun dan buah.
h. Keindahan Keindahan
merupakan
hal
yang
perlu
diperhatikan
untuk
memperoleh
kenyamanankarena mencakupmasalahkepuasanbatindanpanca indera.Untuk menilai keindahancukupsulitkarenasetiap orang memilikipersepsiyang berbeda untukmenyatakansesuatuituadalah
indah.
Dalamhalkenyamanan,keindahan
dapat
diperoleh dari segibentuk ataupun warna. i. Penerangan Untuk
mendapatkanpenerangan yangbaik
dalam
ruangperlu
memperhatikan
beberapa halyaitu cahayaalami,kuat penerangan,kualitascahaya,daya penerangan, pemilihan
dan
perletakan
lampu.
Pencahayaan
alami
di
sinidapat
membantupeneranganbuatan dalam batas-batas tertentu, baikdan kualitasnya maupun jarak jangkauannyadalam ruangan.
2.2 Hipotesis Hipotesa adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan (Sugiyono, 2005:70). Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut, maka penulis mengemukakan hipotesis sebagai berikut: 1. Hipotesis Kerja (Ha)
25
Universitas Sumatera Utara
Ada pengaruh antara pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja (K3) terhadap kenyamanan kerja karyawan. 2. Hipotesis Nol (Ho) Tidak ada pengaruh antara pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja (K3) terhadap kenyamanan kerja karyawan.
2.3 Kerangka Konsep Penelitian Konsep merupakan istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok, atau individu yang menjadi pusat penelitian ilmu sosial (Singarimbun, 1987: 33). Dengan konsep, maka akan dapat melakukan abstraksi dan menyederhanakan pemikirannya melalui penggunaan suatu istilah untuk beberapa kejadian yang berkaitan satu dengan lainnya. Dan keselamatan dan kesehatan kerja terhadap kenyamanan kerja karyawan sangat berpengaruh terhadap kenyamanan karyawan dimana tanpa adanya jaminan keselamatan dan kesehatan maka karyawan akan merasa diri mereka tidak dilindungi dan yang pada akhirnya membuat kinerja karyawan menurun karena tidak merasakan nyaman dalam bekerja. Oleh sebab itu, konsep yang dipergunakan adalah sebagai berikut: Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Kenyamanan Kerja
Gambar 1. Kerangka konsep pengaruh keselamatan dan kesehatan kerja terhadap kenyamanan kerja karyawan
2.4 Definisi Operasional 26
Universitas Sumatera Utara
Operasionalisasi secara sederhana mengacuh pada langkah-langkah, prosedurprosedur atau operasi-operasi yang akan melalui pengukuran dan identifikasi variabelvariabel yang akan di observasi . definisi operasional menurut Singarimbun (2006:46) adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya mengatur suatu variabel. Dengan kata lain, definisi operasional adalah semacam petunjuk pelaksanaan bagaimana caranya mengukur suatu variabel. Berdasarkan telaah pustaka dan perumusan hipotesis, maka variabel-variabel dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel Bebas (x) Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah suatu sistem program yang dibuat bagi pekerja maupun pengusaha sebagai upaya pencegahan timbulnya kecelakaan dan penyakit kerja akibat hubungan kerja dalam lingkungan kerja dengan cara mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan dan penyakit kerja akibat hubungan kerja, dan tindakan antisipatif bila terjadi hal demikian serta kondisi yang merujuk pada kondisi fisik karyawan agar terhindar dari penyakit yang ditimbulkan akibat kerja yang dapat mengganggu aktivitas karyawan (Serdamayanti, 2004). Adapun indikator-indikator keselamatan dan kesehatan kerja yaitu sebagai berikut -
Ketersediaan alat-alat pelindung
-
Pembinaan SDM melalui pendidikan dan training
-
Pengetahuan
-
Jaminan kecelakaan kerja dan frekuensi kecelakaan kerja
-
Adanya kelengkapan unit perusahaan seperti alat pemadam kebakaran, kotak P3K dan lain-lain
-
Beban kerja yang seimbang
-
Jaminan kesehatan kerja bagi karyawan
27
Universitas Sumatera Utara
-
Pelayanan kesehatan
-
Kebersihan lingkungan, air dan udara di tempat kerja
-
Fasilitas kesehatan yang diberikan oleh perusahaan seperti rumah sakit
2. Variabel Terikat (Y) Kenyamanan adalah suatu kontinum perasaan dari paling nyaman sampai dengan paling tidak nyaman yang dinilai berdasarkan persepsi masing-masing individu pada suatu hal yang dimana nyaman pada individu tertentu mungkin berbeda dengan individu lainnya. (Sanders dan McCormick, 1993) (Kolcaba, 2003). Kenyamanan kerja karyawan dengan indikator sebagai berikut: -
Sikap karyawan untuk meningkatkan kualitas kerja
-
Keahlian dan keterampilan karyawan didalam bidang pekerjaan
-
Kemampuan menyelesaikan pekerjaan
-
Disiplin kerja
-
Keluhan dan pujian atasan
-
Keberhasilan dan kegagalan dalam menyelesaikan pekerjaan
-
Kemampuan dan kemampuan untuk bekerja lebih baik
28
Universitas Sumatera Utara