9
BAB II LANDASAN TEORI A.Asuransi Risiko terjadinya musibah tidak pernah terduga. Jika datang, ia tak terhindarkan, baik pada masyarakat korporasi maupun masyarakat perseorangan. Untuk itulah diperlukan adanya suatu badan yang mau mengalihkan risiko yaitu asuransi. 1.Pengertian Asuransi Asuransi dalam
Undang-Undang
No.2
Th 1992
tentang usaha
perasuransian adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan atau tanggung jawab hukum pihak ke tiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan. Pengertian asuransi menurut pasal 246 Kitab Undang-undang Hukum Dagang, yang dikutip oleh H. Gunanto (2006:256) adalah : “Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian dimana penanggung dengan menikmati suatu premi mengikat dirinya terhadap tertanggung untuk membebaskannya dari kerugian karena kehilangan, kerugian atau
10
ketiadaan keuntungan yang diharapkan, yang akan dapat diderita olehnya karena suatu kejadian yang tidak pasti.”
Menurut Darmawi (2006:2-3), Asuransi merupakan bisnis yang unik, yang didalamnya terdapat lima aspek, yaitu aspek ekonomi, hukum, sosial, bisnis, dan matematika. a) Aspek Ekonomi : metode untuk mengurangi resiko dengan jalan memindahkan dan mengkombinasikan ketidakpastian akan adanya kerugian keuangan. b) Aspek Hukum : kontrak pertanggungan risiko antara tertanggung dengan penanggung. c) Aspek Bisnis : perusahaan yang usaha utamanya menerima/menjual jasa, pemindahan risiko dari pihak lain dan memperoleh keuntungan dengan berbagi risiko di antara sejumlah besar nasabahnya. d) Aspek Sosial : organisasi sosial yang menerima pemindahan risiko dan mengumpulkan dana dari anggota-anggotanya guna membayar kerugian yang mungkin terjadi pada masing-masing anggota tersebut. e) Aspek
matematika
:
merupakan
aplikasi
matematika
dalam
memperhitungkan biaya dan faedah oertanggungan risiko. Dari pengertian asuransi diatas dapat disimpulkan bahwa asuransi adalah suatu alat untuk mengumpulkan risiko yang melekat pada perekonomian dengan cara menggabungkan sejumlah unit-unit yang terkena risiko yang sama atau hampir sama dalam jumlah yang cukup besar agar probabilitas kerugiannya dapat diramalkan dan bila kerugian
11
yang diramalkan terjadi akan dibagi secara proporsional oleh semua pihak dalam gabungan ini. Dari definisi tentang asuransi diatas dapat diketahui bahwa terdapat Unsur-unsur dalam Asuransi, unsur-unsur dalam asuransi terdiri dari : a. Pihak tertanggung (insured) adalah pihak pembeli atau pemakai jasa asuransi yang berjanji untuk membayar uang premi kepada pihak penanggung sekaligus atau secara berangsur-angsur. b. Pihak penanggung (insurer) pihak penjual atau penyedia jasa asuransi yang berjanji akan membayar sejumlah uang (santunan) kepada pihak tertanggung sekaligus atau secara berangsur-angsur apabila terjadi sesuatu yang mengandung unsur tak tertentu. c. Suatu peristiwa (accident) yang tak tertentu (tidak diketahui sebelumnya). d. Kepentingan (interest) yang mungkin akan mengalami kerugian
karena peristiwa yang tak tertentu. Dan seiring dengan perkembangannya, asuransi dirasakan banyak memberikan manfaat bagi perseorangan ataupun dunia usaha, berikut ini beberapa manfaat dari asuransi : 1. Melindungi resiko investasi 2. Sebagai sumber dana investasi 3. Melengkapi persyaratan kredit 4. Mengurangi kekhawatiran
12
5. Mengurangi biaya modal 6. Menjamin kestabilan perusahaan 7. Mendorong Usaha pencegahan kerugian, dll. Dalam aktivitas operasi perusahannya, asuransi juga memiliki beberapa aspek pokok (prinsip) dalam pembuatan kontrak asuransi. (Black’s Law Dictionary, 1979; 291) Prinsip tersebut meliputi hal-hal berikut : a. Utmost good faith Itikad baik, yang berarti bahwa suatu kontrak atau persetujuan asuransi harus dilakukan dengan itikad baik. b. Proximate cause Sebab utama yang secara aktif dan efisien mengakibatkan terjadinya suatu peristiwa secara berurutan tanpa intervensi kekuatan lain. c. Indemnity Pengembalian posisi finansial pihak tertanggung setelah terjadinya kerugian ke posisi sebelum terjadinya kerugian.
13
d. Isurable interest Hak mempertanggungkan risiko yang terkait dengan keuangan yang diakui sah secara hukum antara tertanggung dan sesuatu yang dipertanggungkan. e. Subrogation and contribution Prinsip yang menghalangi kelebihan pembayaran ganti rugi kepada pihak tertanggung. 2. Karakteristik Perusahaan Asuransi Secara umum karakteristik perusahaan asuransi sebagai lembaga keuangan bukan bank dapat diuraikan sebagai berikut (Abbas Salim, 2007) a) Perusahaan asuransi melakukan kegiatan utama menerima risiko dari masyarakat, dan untuk ini masyarakat harus membayar sejumlah uang yang disebut premi asuransi. b) Premi yang diterima diinvestasikan dalam jenis-jenis investasi yang aman, likuid, dan menguntungkan sehingga perusahaan asuransi mampu
memenuhi
kewajiban-kewajibannya
dan
memberikan
keuntungan yang maksimum. c) Pada dasarnya perusahaan asuransi tidak dibenarkan menarik kredit atau memimjamkan dananya untuk membiayai kegiatannya. d) Karena jumlah pemegang polis asuransi relatif besar, maka masyarakat tertanggung tersebut perlu dilindungi dari kemungkinan kerugian keuangan. Perlindungan ini dilakukan pemerintah melalui
14
Departemen Keuangan (Kementrian
keuangan)
dalam
bentuk
pembinaan dan pengawasan. e) Pengawasan dan pembinaan antara lain dilakukan dengan: 1. Menetapkan penempatan
ketentuan deposito
mengenai atas
nama
persayaratan Mentri
permodalan,
Keuangan untuk
kepentingan perusahaan asuransi, kewajiban mengirimkan laporan dan pengumuman neraca dan laporan laba rugi pada surat kabar agar diketahui masyarakat. 2. Menjaga agar kebijaksanaan investasi untuk perusahaan dialihkan pada jenis yang aman dan menguntungkan. 3. Mewujudkan perusahaan asuransi membentuk cadangan teknis, yang terdiri dari cadangan premi dan cadangan klaim dalam usaha menjaga kemungkinan timbulnya kewajiban yang sifatnya tidak tertentu. 4. Mewajibkan perusahaan asuransi melakukan tindakan yang diperlukan umtuk menanggulangi keadaan tidak solven, misalnya mewajibkan pemegang saham menambah modal sampai pada tingkat yang dibutuhkan. 3. Kegiatan Utama Perusahaan Asuransi Perusahaan asuransi memiliki kekhususan kegiatan yang tidak dimiliki oleh perusahaan lainnya, yaitu kegiatan underwriting, klaim dan reasuransi. Karena kekhususannya itu maka di dalam perusahaan asuransi umumnya terdapat empat kegiatan utama, yaitu :
15
a) Kegiatan umum yang merupakan pendukung kegiatan utama seperti sumber daya manusia, penyedia jasa dan sarana, kesekretariatan dan sebagainya. b) Kegiatan teknik yang merupakan kegiatan khusus perusahaan seperti : 1. Underwriting, yaitu kegiatan yang berkaitan dengan seleksi risiko yang ditawarkan kepada perusahaan asuransi. Termasuk juga menempatkan tingkat premi dan ketentuan-ketentuan lain yang akan dikenakan kepada calon tertanggung. Di samping itu, di dalam kegiatan ini ditentukan jumlah nilai pertanggungan yang akan di tanggung sendiri (retain). 2. Klaim, adalah kegiatan yang menyangkut penyelidikan, penilaian, dan pemyelesaian tuntutan ganti rugi yang diajukan tertanggung. Untuk menilai apakah kerugian yang terjadi memang dijamin dalam polis dan menilai besarnya kerugian yang sebenarnya, perusahaan asuransi sering dibantu oleh perusahaan penilai kerugian asuransi (adjuster). 3. Reasuransi, merupakan kegiatan mengalihkan sebagian risiko ke perusahaan lain atau ke perusahaan reasuransi (reasuradur), sedangkan retrosesi adalah proses pemindahan kembali sebagian risiko reasuradur ke perusahaan asuransi lain. Penempatan reasuransi dilakukan jika perusahaan asuransi menerima pertanggungan yang melebihi batas kemampuannya menanggung sendiri (own retention limit). c) Kegiatan produksi dan pemasaran, seperti perusahaan lainnya, dalam usaha untuk memperoleh pendapatan usaha, perusahaan asuransi melakukan aktivitas pemasaran seperti pengembangan produk, promosi, penjualan
16
melalui perantara, serta membina hubungan dan komunikasi dengan konsumen. d) Kegiatan yang berkaitan dengan keuangan dan akuntansi. Kegiatan ini mencakup
perencanaan
atas
kebutuhan
dan
sumber
dana,
serta
pengalokasian dana (investasi dan pembelanjaan). Tugas lain yang terkait adalah membuat laporan keuangan dan menyiapkan laporan analisis kondisi keuangan untuk dipergunakan oleh manajemen dalam pengambilan keputusan atau pihak lain (misalnya pengawas) untuk tujuan tertentu. 4.Jenis Usaha Asuransi Usaha perasuransian meliputi dua bidang utama yaitu : usaha asuransi dan usaha penunjang usaha asuransi. Usaha asuransi terdiri dari asuransi kerugian (non life insurance), asuransi jiwa ( life insurance) dan reasuransi (reinsurance). Usaha penunjangusaha asuransi terdiri dari pialang asuransi, pialang reasuransi, penilai kerugian asuransi, konsultan, dan agen asuransi. Dalam UU No. 2/1992 tidak menyebutkan adanya perusahaan asuransi sosial. Perusahaan asuransi kerugian hanya boleh menyelenggarakan usaha dalam bidang asuransi kerugian termasuk reasuransi. Yaitu penanggulangan resiko atas harta, kehilangan manfaat dan tanggung jawab hukum, serta program asuransi sosial. Usaha asuransi jiwa, memberikan jasa dalam penanggulangan risiko yang dikaitkan dengan hidup atau matinya seseorang yang dipertanggungkan. Penelitian ini penulis hanya akan membahas tentang usaha asuransi yaitu asuransi kerugian.
17
B. Asuransi Kerugian 1. Pengertian Asuransi Kerugian Menurut Herman Darmawi (2009:27) pengertian asuransi kerugian adalah sebagai berikut: “Asuransi kerugian adalah asuransi yang hanya boleh menyelenggarakan usaha dalalm bidang asuransi kerugian termasuk reasuransi, yaitu penanggulangan risiko atas harta kehilangan manfaat dan tanggung jawab hukum, serta program asuransi sosial.” Sedangkan pengertian asuransi kerugian menurut Ludovicus Sensi W (2007:25) adalah sebagai berikut: “Membantu menanggung risiko yang dipikul perusahaan, individu maupun perusahaan asuransi lain. Dan sebagai balas jasa, perusahaan asuransi kerugian, menerima premi sedangkan pihak tertanggung memperoleh perlindungan (protection) apabila terjadi atau mengalami suatu kerugian atau klaim.” Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa asuransi kerugian merupakan salah satu jenis usaha dibidang asuransi yang khusus bergerak dalam pertanggungan atas kemungkinan kerugian harta kekayaan atau properti (property insurance) yang mungkin dapat menimpa tertanggung. Setelah perusahaan asuransi kerugian menerima premi berarti perusahaan tersebut menerima risiko-risiko yang dipertanggungkan kepadanya, yang sebagai tanda buktinya dia mengeluarkan polis asuransi. Banyak perusahaan asuransi yang berani menerima pertanggungan meskipun ada yang dipertanggungkan melebihi batas kemampuan (own retention)
18
asuransi tersebut, baik dari harga petanggungannya, tingkat/kualitas risikonya (degree quality of risk) ataupun dilihat dari segi keduanya. Selisih nilai pertanggungan tersebut akan dipetanggungkan kembali kepada perusahan asuransi lain dalam bentuk perjanjian reasuransi. Oleh perusahaan yang kedua, pos-pos pertanggungan ini akan dimasukkan sebagai pospos tidak langsung (indirect business). Jadi perbedaan antara pos-pos tidak langsung dan pos-pos langsung ialah bahwa pada pos-pos langsung perusahaan asuransi yang bersangkutan mengeluarkan polisnya, sedang pada pos-pos tidak langsung perusahaan asuransi tidak mengeluarkan polisnya. Usaha asuransi kerugian merupakan usaha yang memberikan manfaat jasajasa dalam penanggulangan risiko atas kerugian, kehilangan manfaat dan tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang timbul akibat terjadinya peristiwa yang tidak pasti. Di Indonesia, usaha asuransi kerugian terbagi dalam usaha asuransi kebakaran dan asuransi pengangkutan serta usaha asuransi aneka. Jenis usaha asuransi aneka ini meliputi asuransi kendaraan bermotor, asuransi pencurian, asuransi uang dalam pengangkutan dan penyimpanan serta asuransi kecurangan. 2. Jenis Usaha Asuransi Kerugian a) Asuransi pengangkutan kapal (marine cargo) Asuransi pengangkutan merupakan bentuk pertanggungan yang tertua dalam sejarah perkembangan industri asuransi kerugian, dimana pada mulanya hanyalah menjamin pengangkutan di air saja. Dengan
19
berkembangnya teknologi, di bidang pengangkutan inipun meluas baik pengangkutan laut, udara maupun darat. b) Asuransi rangka kapal (marine hull) Meliputi
jenis
pertanggungan
atas
alat
pengangkut
beserta
kepentingannya, yang dapat diklasifikasi sebagai berikut : 1. Hull and machinery 2. Freight 3. Disbursement 4. Third party liability c) Kebakaran (fire) Di Indonesia, yang dimaksud dengan kebakaran adalah kebakaran yang terjadi karena sendiri, tidak berhati-hati, kesalahan, atau kejahatan pelayan sendiri, tetangga, musuh, perampokan, dan lain-lain apapun juga sebutannya ataukarena sebab-sebab yang tidak diketahui, termasuk akibat kebakaran yang terjadi karena kebakaran benda lain yang berdekatan, seperti kerusakan atau berkurangnya harta benda dan/atau kepentingan yang dipertanggungkan karena air atau alat-alat yang dipergunakan untuk menahan atau memadamkan kebakaran, demikian juga kerugian yang disebabkan oleh dimusnahkannya seluruh atau sebagian barang-barang yang dipertanggungkan atas perintah yang berwajib untuk menghindarkan menjalarnya kebakaran tersebut.
20
d) Kendaraan bermotor (motor vehicle) Diakibatkan oleh tabrakan, benturan, terbalik, tergelincir, niat jahat orang lain, pencurian, kebakaran, tanggung jawab menurut hukum kepada pihak ketiga misalnya, menabrak orang lain. Juga dapat diperluas dengan kecelakaan diri penumpang atau supir. 3.Karakteristik Usaha Asuransi Kerugian Menurut PSAK No. 28 (2009/2010) beberapa karakteristik usaha asuransi kerugian antara lain , cari pengertiannya : a. Usaha asuransi kerugian merupakan suatu sistem proteksi menghadapi kerugian finansial dengan cara pengalihan (transfer) risiko kepada pihak lain, baik secara perorangan maupun kelompok dalam masyarakat. b. Usaha asuransi kerugian mempunyai sifat dan karakteristik yang berbeda dengan jenis usaha dibidang jasa pada umumnya , karena usaha asuransi mengambil alih berbagai risiko dari pihak lain sehingga perusahaan asuransi menjadi padat risiko bila tidak dikelola dengan baik. c. Pertanggungjawaban perusahaan asuransi yang besar kepada para tertanggung mempengaruhi penyajian laporan keuangan khususnya neraca. d. Kemajuan pesat industri asuransi di Indonesia pada saat ini belum diimbangi dengan kemampuan dalam bidang akuntansinya, hal ini
21
ditandangi dengan belum adanya keseragaman dalam peristilahan dan pelaksanaan. Sehubungan dengan berbagai hal tersebut diatas dipandang perlu adanya suatu Standar Akuntansi Keuangan tentang akuntansi asuransi yang berlaku umum khususnya didalam usaha asuransi kerugian e. Di dalam prakteknya, perusahaan-perusahaan asuransi banyak dipengaruhi oleh peraturan-peraturan atau ketentuan-ketentuan pemerintah yang kadang-kadang berbeda dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. f. Pernyataan ini berpedoman dengan asumsi dasar sebagaimana dicantumkan pada Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan. Disamping itu standar ini disesuaikan pula dengan sifat dan karakteristik usaha asuransi yang tercermin didalam peraturan-peraturan yang berlaku dalam bidang asuransi kerugian. g. Pernyataan ini dimaksudkan untuk digunakan dalam penyajian laporan keuangan untuk pihak ekstern. Dalam hal ini dianggap bahwa
semua
pemakai
laporan
keuangan
memerlukan
pengklasifikasian dan pengukuran yang sama dalam pelaporan hasil-hasil keuangan perusahaan. h. Pemerintah sebagai pengawas dan pembina industri asuransi memerlukan informasi keuangan yang didasari srangkaian praktek
22
asuransi yang menekankan pada segi kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya. i.
Pembahasan pada Pernyataan ini meliputi laporan keuangan, pengungkapan dan penjelasan yang diperlukan, pendapatan dan beban, serta aktiva dan kewajiban.
C. Underwriting Setiap orang yang pernah tertarik ataupun yang sudah membeli program asuransi, pasti pernah mendengar istilah Underwriting. Istilah ini bukan untuk asuransi jiwa saja, tetapi berlaku juga untuk keseluruhan industri asuransi. Ada beberapa jenis underwriting yang dilakukan dalam asuransi, antara lain Medical underwriting & Financial underwriting.
1.Pengertian Underwriting Underwriting berasal dari kata underwrite yang menurut John M. Echlos dan Hassan Shaolity (2000) dalam kamus Inggris Indonesia, underwrite mempunyai makna: a. Mempertanggungkan b. Mengasuransikan, c. Menanggung Secara umum dapat dikatakan sebagai kegiatan pengalihan tanggung jawab dari satu pihak kepada pihak lainnya, yaitu pihak asuransi, yang kemudian bertanggung jawab secara hukum bila terjadi kerugian tertentu.
23
Underwriting, yang bisa disebut juga dengan risk selection, adalah suatu fungsi manajemen risiko asuransi yang bertugas atas seleksi dan klasifikasi risiko yang dimiliki oleh calon tertanggung perorangan maupun kumpulan. Dengan kata lain, underwriting berfungsi untuk menilai tingkat risiko yang dimiliki seorang calon nasabah, baik perorangan maupun kumpulan, serta memberi keputusan yang berhubungan dengan pertanggungan atas risiko tersebut. Sedangkan orang yang mengevaluasi berbagai risiko serta menentukan diterima tidaknya surat permohonan asuransi disebut dengan Underwriter. Untuk mengukur tingkat keuntungan dari usaha murni perusahaan asuransi salah satunya dapat dilihat dari rasio underwriting yaitu rasio yang menunjukkan tingkat hasil underwriting yang dapat diperoleh perusahaan. Rasio ini dihitung dengan rumus
:
x 100 %
Tujuan underwriting adalah menyeleksi dan mengklasifikasikan calon tertanggung sesuai tingkat risikonya masing-masing untuk menjadi bagian dari portofolio perusahaan dan menentukan kondisi khusus seperti ekstra premi karena kesehatan atau pengecualian sesuai dengan tingkat risiko yang akan menjadi bagian dari portofolio. Seorang tertanggung yang memiliki tingkat risiko yang lebih tinggi, harus membayar premi pertanggungan yang lebih tinggi pula. Keputusan awal tentang klasifikasi risiko dan jumlah premi yang layak untuk dibebankan terhadap risiko-
24
risiko yang diterima adalah tugas agen sebagai seorang underwriter di lapangan (Field Underwriter). Selanjutnya jika calon nasabah sudah mengisi formulir, maka tugas underwriter di kantor asuransi yang akan menilainya. Mereka harus mampu melakukan proses underwriting dengan adil, dalam arti menerima atau menolak asuransi sesuai dengan evaluasi terhadap risiko yang dilakukan. Prosedur dalam underwriting melalui beberapa tahapan. Dalam mengisi formulir asuransi, ada beberapa informasi yang harus diberikan oleh calon nasabah, seperti informasi tentang riwayat kesehatan, pekerjaan, status keuangan, dan geografi. Dari empat faktor tersebut, aspek geografi yang paling jarang diberlakukan, karena ini hanya untuk mereka yang berasal dari area yang tinggi risikonya. Keputusan underwriting yang efektif memungkinkan perusahaan asuransi untuk menerbitkan polis yang adil dan memberikan jaminan manfaat bagi pemegang polis, terjangkau oleh si pembeli dan tidak merugikan perusahaan asuransi.Individu
yang
melakukan
proses
underwriting
adalah
seorang
underwriter. Underwriting muncul karena adanya beberapa faktor yang mendasari. Salah satu diantaranya adalah sebuah usaha agar calon tertanggung mendapatkan beban premi yang sesuai dengan risiko yang di milikinya dengan kata lain ada keadilan dalam pembebanan premi. Selain itu, pembebanan premi harus tidak merugikan perusahaan asuransi. Coba bayangkan ketika tidak ada underwriting dalam perusahaan asuransi, tertanggung dengan risiko tinggi bisa dengan
25
mudahnya mendapatkan perlindungan asuransi dengan beban premi standar padahal jika terjadi risiko akan sangat merugikan perusahaan. Penambahan atau pengurangan premi karena adanya proses underwriting sering dinamakan sebagai proses rating. Orang dengan risiko yang standar atau tidak memiliki kecendrungan untuk merugikan perusaahaan dalam waktu yang relatif pendek akan dikenakan rating standar atau tidak ada penambahan premi untuk risikonya. Jenis-jenis risiko pun dapat di kelompokkan dalam beberapa jenis diantaranya :Risiko pekerjaan, risiko kesehatan, Risiko karena hobby yang disukai ataupun risiko karena daerah yang ditempati. Bagaimanapun juga jenis-jenis risiko ini membantu seorang underwriter untuk melakukan klasifikasi risiko dari calon tertanggung. 2. Hasil Underwriting dan Komponennya Underwriting merupakan laba/rugi dari aktivitas utama asuransi yang didapat dari selisih pendapatan premi dan beban underwriting (beban klaim dan beban komisi). Hasil underwriting ini merupakan salah satu variabel pembentuk laba bersih dan juga digunakan untuk investasi. Menurut Satria Sulastria (2010:35) menyatakan bahwa rincian hasil underwriting adalah sebagai berikut: “Rincian hasil underwriting merupakan laporan penunjang ikhtisar laba rugi. Komponen hasil underwriting adalah pendapatan premi, beban klaim dan komisi.”
26
Dari pengetian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil underwriting adalah laba/rugi dari aktivitas utama asuransi yang didapat dari selisih pendapatan premi, beban klaim, dan beban komisi. Komponen-komponen
hasil
underwriting
meliputi
pendapatan
underwriting dan beban underwriting, yang dapat dijelaskan sebagai berikut: a) Pendapatan Underwriting Pengertian pendapatan underwriting dijelaskan oleh Radiks Purba (2007:58) adalah sebagai berikut: “Pendapatan underwriting adalah pendapatan yang diperoleh dari aktivitas pokok perusahan asuransi, komponen-komponen pendapatan underwriting (premi tanggungan sendiri) terdiri dari premi bruto, dikurangi premi reasuransi dan dikurangi atau ditambah kenaikan atau penurunan premi yang belum merupakan pendapatan.” Dari
pengertian
diatas
dapat
disimpulkan
bahwa
pendapatan
underwriting/pendapatan premi merupakan pendapatan sebagai imbalan jasa atas pengalihan risiko kepada perusahaan asuransi. b) Beban Underwriting Menurut Radiks Purba (2009:59) pengertian dan komponen dari beban underwriting adalah sebagai berikut: “Beban underwriting adalah beban yang dikeluarkan perusahaan asuransi untuk mendapatkan, memelihara, dan menyelesaikan kerugian suatu pertanggungan”.
Komponen-komponen beban underwriting terdiri dari: 1) Komisi tanggungan sendiri
27
2) Klaim tanggungan sendiri 3) Kenaikan/penurunan estimasi klaim tanggungan sendiri 4) Beban underwriting rupa-rupa.” Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa beban underwriting adalah beban yang dikeluarkan perusahaan yang meliputi beban klaim dan beban komisi. 3. Tugas Departemen Underwriting Menurut A. Hasyim (2003:235) menjelaskan mengenai tugas dan tanggung jawab departemen underwriting, adalah sebagai berikut: “Departemen underwriting bertanggung jawab menciptakan standar seleksi dan memberikan keputusan atas semua para pelamar. Underwriting (penanggung) tidak hanya meninjau bisnis baru tetapi juga bisnis yang telah mantap. Ia mungkin membatalkan polis yang menunjukkan pengalaman yang
sangat
merugikan
atau
menunjukkan
ciri-ciri
yang
tidak
menguntungkan. Departemen underwriting tidak hanya memeriksa tarif dan formulir-formulir yang diserahkan oleh agen, tetapi ia juga mengembangkan formulir-formulir polis baru. Masalah-masalah mengenai limit, reasuransi, dan retrocession juga ditangani oleh departemen underwriting.” Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa tugas underwriting bertanggung jawab atas semua kegiatan yang diperlukan untuk menyeleksi (menerima atau menolak) sesuai dengan pemenuhan tujuan perusahaan secara umum.
28
D. Risk Based Capital
Menurut pasal 1 dari SK nomor PER- 02/BL/2009 tentang Pedoman Perhitungan Batas Solvabilitas Minimum bagi Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi, sebagai berikut:
“Batas tingkat solvabilitas minimum bagi Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 424/KMK.06/2003 tanggal 30 September 2003 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 158/PMK.010/2008 tanggal 28 Oktober 2008, ditetapkan berdasarkan besarnya risiko kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat dari deviasi dalam pengelolaan kekayaan dan kewajiban”
Batas Tingkat Solvabilitas Minimum (BTSM) adalah jumlah minimum tingkat solvabilitas yang harus dimiliki perusahaan asuransi atau perusahaan reasuransi, yaitu sebesar jumlah dana yang dibutuhkan untuk menutup risiko kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat dari deviasi dalam pengelolaan kekayaan dan kewajiban. BTSM terdiri dari enam komponen yaitu (a) Kegagalan pengelolaan kekayaan; (b) Ketidakseimbangan antara proyeksi arus kekayaan dan kewajiban; (c) Ketidakseimbangan antara nilai kekayaan dan kewajiban dalam setiap jenis mata uang asing; (d) Perbedaan antara beban klaim yang terjadi dan beban klaim yang diperkirakan; (e) Ketidakcukupan premi akibat perbedaan hasil investasi yang diasumsikan dalam penetapan premi dengan hasil investasi yang
29
diperoleh; dan (f) Ketidakmampuan pihak reasuradur untuk memenuhi kewajiban membayar klaim.
Dewasa ini, istilah “Risk Based Capital” (singkatnya RBC) telah menjadi penting, khususnya berkaitan dengan pengukuran keamanan finansial atau kesehatan perusahaan-perusahaan asuransi. Regulasi pemerintah berdasarkan RBC mengenai kesehatan perusahaan-perusahaan asuransi diluncurkan ke industri asuransi di Indonesia oleh Pemerintah setempat di tahun 1999. Beberapa perusahaan asuransi sekarang telah berada dibawah pengawasan khusus Pemerintah karena rasio kesehatan RBC mereka tidak memenuhi ketentuan minimum Pemerintah.
1.Pengertian Risk Based Capital Risk Based Capital adalah salah satu metode pengukuran Batas Tingkat Solvabilitas yang disyaratkan dalam undang-undang dalam mengukur tingkat kesehatan keuangan sebuah perusahaan asuransi untuk memastikan pemenuhan kewajiban Asuransi dan Reasuransi dengan mengetahui besarnya kebutuhan modal perusahaan sesuai dengan tingkat resiko yang dihadapi perusahaan dalam mengelola kekayaan dan kewajibannya.
RBC merupakan rasio antara aktiva bersih perusahaan asuransi menurut nilai buku (book value) atau selisih antara aktiva yang diukur dengan “kekayaan yang diperkenankan”. Jadi untuk mengetahui RBC, kita harus melakukan perhitungan untuk selisih aktiva bersih dan BTSM terlebih dahulu. Perusahaan asuransi harus mempunyai RBC minimal sebesar 120%.
30
Munir Samsudin (2003) menyatakan bahwa, ada perusahaan asuransi yang punya RBC sampai 3.000 persen, tetapi pelayanan kepada nasabah tidak baik, sering mempersulit hak-hak nasabah dalam mencairkan klaimnya. Perusahaan itu juga tidak tertib administrasinya, misalnya membuat pelaporan kinerja keuangan kepada pemerintah atau publik. Meskipun tingkat RBC-nya tinggi, tentu perusahaan itu tidak baik. Lain halnya dengan perusahaan asuransi yang RBC-nya hanya 120 persen, tetapi cukup memperhatikan hak-hak konsumen atau nasabah dan taat dengan peraturan yang berlaku. Otomatis perusahaan itu sehat dan baik karena bagi nasabah yang terpenting bukan RBC-nya tinggi, tetapi kembali tidak uangnya itu pada saat jatuh tempo. Namun demikian, kata Munir, RBC diperlukan bagi perusahaan asuransi nasional guna mengukur tingkat kesehatan keuanga perusahaan dan sebagai pegangan bagi para nasabah untuk menganalisa apakah perusahaan itu cukup punya modal atau tidak jika seseorang beli polisnya atau ikut melakukan investasi pada perusahaan tersebut.
Sedangkan Tujuan dari Risk Based Capital (RBC) ialah : a. Mengetahui besarnya kebutuhan modal perusahaan sesuai dengan tingkat resiko yang dihadapi perusahaan dalam mengelola kekayaan dan kewajibannya. b. Mengukur tingkat kesehatan keuangan c. Mengurangi biaya insolvency d. Menentukan faktor resiko yang proporsional terhadap resiko insolvency
31
e. Membantu regulator (pemerintah) dalam mengukur nilai aktual dari ekuity f. Mengantisipasi masalah-masalah yang akan datang. E. Solvabilitas 1.Pengertian Solvabilitas Solvabilitas perusahaan menunjukan kemampuan perusahaan dalam memenuhi semua kewajiban finansialnya jika dilikuidasikan. Bila sebuah perusahaan dilikuidasikan, apakah kekayaan yang dimiliki perusahaan tersebut cukup untuk memenuhi seluruh utang-utangnya. Jadi, solvabilitas dimaksudkan sebagai kemampuan statu perusahaan membayar semua utang-utangnya. Berbagai literatur sepakat bahwa solvabilitas sebuah perusahaan dapat dilihat pada neracanya. Solvabilitas perusahaan diukur dengan membandingkan aktiva di satu sisi dengan jumlah utang-utang di sisi lain. Cara lain dikemukakan dapat berdasarkan pada perbandingan modal sendiri sebagai kelebihan aktiva dari utangutang dengan jumlah total utang. Solvabilitas suatu perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi segala kewajiban finansilnya apabila sekiranya perusahaan tersebut pada saat itu dilikuidasikan. Lalu apakah jika suatu perusahaan dilikuidasikan, apakah kekayaan yang dimiliki perusahaan tersebut cukup untuk memenuhi semua hutang – hutangnya? Menjawab permasalahan tersebut, maka dengan demikian pengertian solvabilitas dimaksudkan sebagai perusahaan untuk membayar semua hutang – hutangnya baik dalam jangka pendek atau jangka
32
panjang. Apabila suatu perusahaan yang solvable berarti bahwa perusahaan tersebut mempunyai aktiva atau kekayaan yang cukup untuk membayar semua hutang – hutangnya, tetapi tidak dengan sendirinya berarti bahwa perusahaan tersebut likuid. Sebaliknya perusahaan yang insolvable tidak dengan sendirinya berarti perusahaan tersebut juga likuid. Dalam hubungannya antara likuiditas dengan solvabilitas ada empat kemungkinan dialami perusahaan yaitu:
1. Likuid & Solvable adalah perusahaan yang mampu memenuhi kewajiban keuangannya baik jangka pendek maupun jangka panjang. 2. Likuid & Insovable adalah perusahaan yang mampu memenuhi kewajiban keuangan jangka pendek tetapi tidak dapat memenuhi kewajiban jangka panjang. 3. Llikuid & Solvable adalah perusahaan yang tidak dapat memenuhi kewajiban keuangan jangka pendek tetapi dapat memenuhi kewajiban jangka panjang. 4. Llikuid & Insovable adalah perusahaan yang tidak dapat memenuhi kewajiban keuangan jangka pendek maupun jangka panjang. 2.Mengetahui tingkat solvabilitas Solvabilitas suatu perusahaan dapat dilihat dari neracanya, yaitu dengan membandingkan jumlah aktiva (total assets) dengan jumlah hutang (total liabilities, baik jangka pendek maupun jangka panjang).
33
Apabila penilaian kita menggunakan sudut pandang kontinuitas dan komplementaritas dari suatu perusahaan, maka dalam menentukan tingkat solvabilitas perusahaan tidak didasarkan pada nilai likuidasi atau nilai penjualan \aktiva, melainkan pada nilai yang sebenarnya dari aktiva yang dimiliki oleh perusahaan
dalam
keadaan
berjalan
(going
concern
value).
Rasio solvabilitas yang digunakan antara lain : a. Rasio Total Hutang atas Modal (Debt Equity Ratio) Rasio ini menggambarkan sampai sejauh mana modal pemilik perusahaan dapat memenuhi hutang-hutang kepada pihak luar. Rasio ini juga disebut rasio leverage.Rasio hutang atas modal dapat dirumuskan sbagai berikut :
b. Rasio Total Hutang atas Total Aktiva (Debt Ratio) Rasio ini menunjukan sejauh mana hutang dapat ditutupi oleh aktiva. Aktiva yang lebih besar dari hutang lebih aman (solvabel). Atau dapat juga diartikan seberapa hutang yang dijamin dengan total aktiva perusahaan. Semakin tinggi rasio tersebut semakin banyak uang kreditur yang digunakan perusahaan untuk menghasilkan laba. Rasio hutang atas total aktiva dapat dirumuskan sebagai berikut :
34
F. Profitabilitas 1.Pengertian Profitabilitas
Profitabilitas adalah selisih antara pendapatan yang lebih besar atas pengeluaran. Suatu perusahaan yang secara konsisten menghasilkan laba dapat terus berbisnis, tumbuh dan meningkatkan kesejahteraan atau meningkatkan nilai perusahaan. Kenaikan nilai perusahaan diindikasikan oleh ukuran-ukuran kenaikan harga saham perusahaan dan pertambahan akun modal dan surplus di dalam neraca perusahaan. Sebaliknya, perusahaan yang terus mengalami kerugian akhirnya akan hilang dari dunia bisnis. Walaupun profitabilitas dapat diperoleh dan diukur dalam jangka waktu yang pendek, perusahaan asuransi kerugian biasanya berusaha untuk mendapatkan profitabilitas jangka panjang. Profitabilitas jangka panjang memungkinkan perusahaan asuransi untuk : a) Menyediakan dana untuk investasi b) Membayar dividen polis atau participating policy c) Membayar dividen tunai kepada para pemegang saham dan meningkatkan daya tarik saham perusahaan kepada para investor d) Membuat pemeringkatan yang bermutu tinggi dari lembaga pemeringkat asuransi kerugian
35
e) Menyedaikan dana untuk mengembangkan produk, lini produk dan jalur distribusi f) Menyediakan dana untuk ekspansi dan akuisisi Laporan laba rugi memberikan beberapa pengertian mendalam terhadap profitabilitas suatu perusahaan asuransi, paling tidak untuk jangka pendek karena laporan laba rugi tersebut menunjukkan pendapatan bersih atau rugi bersih selama suatu jangka waktu tertentu. Tetapi laporan laba rugi tidak dapat memberikan pengertian mendalam terhadap profitabilitas perusahaan untuk jangka waktu yang lama. Umumnya, semakin tinggi rasio penghasilan modal, semakin efektif perusahaan menggunakan sumberdayanya untuk memperoleh laba. Mengingat tingkat risiko yang dimiliki perusahaan asuransi, penghasilan modal dapat tak tertimbang atau tertimbang. Rasio tak tertimbang menujukkan bahwa rasio tersebut tidak menunjukan tingkat risiko yang menjadi ciri operasi perusahaan asuransi. Jika
suatu
rasio
tak
tertimbang
disesuaikan
untuk
membentuk
keterpaparaan tingkat risiko suatu perusahaan asuransi, maka rasio tersebut menjadi tertimbang.
Dalam melakukan kegiatan bisnis secara normal, suatu
perusahaan asuransi menghadapi kemungkinan risiko serius yang dapat mengancam solvency. Solvency (soolvabilitas) menurut istilah umum adalah keadaan dimana suatu perusahaan mampu untuk memenuhi kewajiban keuangannya secara tepat waktu. Risiko-risiko tersebut dapat dikelompokan
36
dalam empat kategori risiko yang luas, yang dikenal sebagai contingency risks, yaitu :
C-1 risks (asset risk) Adalah risiko rugi pada suatu investasi untuk alasan selain daripada perubahan suku bunga pasar. Perusahaan asuransi mengelola risiko aset dengan mengevaluasi kemungkinan investasi secara hati-hati, menginvestasikan aset mereka dengan jumlah yang besar di dalam investasi bermutu tinggi, serta mengalokasikan dana untuk seluruh katagori investasi yang berbeda.
C-2 risks (pricing risk) Disebut juga insurance risk yaitu risiko dimana pengalaman nyata perusahaan asuransi dalam tingkat kematian atau biayabiaya akan sangat berbeda dari perkiraan, menyebabkan perusahaan asuransi tersebut menderita kerugian material atas produk tersebut.
C-3 risks (interest rate risk) Adalah risiko kerugian yang disebabkan oleh perubahan suku bunga pasar. Perusahaan asuransi mengelola risiko ini melalui asset liability management.
C-4 risks (general business risk) Yaitu risiko kerugian yang diakibatkan oleh praktek-praktek bisnis umum yang tidak efektif atau faktor-faktor lingkungan yang di luar kendali perusahaan. Perusahaan mengendalikan risiko ini dengan menugaskan tim manajemen yang bermutu tinggi dan berpengalaman
untuk
mengendalikan
biaya
usaha,
melaksanakan
pertimbangan manajerial yang sesuai, mendukung perilaku etis, memantau hasil-hasil keuangan serta melakukan audit internal dan eksternal secara teratur.
37
2. Jenis-jenis Profitabilitas dan Pengukurannya Adapun jenis-jenis profitabilitas dan pengukurannya adalah sebagai berikut: Menurut Sofian Syafri Harahap (2001:304): a. Profit Margin
Angka ini menunjukkan berapa besar persentase pendapatan bersih yang diperoleh setiap penjualan. Semakin besar rasio ini semakin baik karena dianggap kemampuan perusahaandalam mendapatkan laba cukup tinggi b.Return on Asset (ROA)
Rasio ini menggambarkan perputaran aktiva diukur dari volume penjualan. Semakin besar rasio ini semakin baik. Hal ini berarti bahwa aktiva dapat lebih cepat berputar dan meraih laba. c. Return On Equity (ROE) Rasio ini menunjukkan berapa persen diperoleh laba bersih bila diukur dari modal pemilik. Semakin besar semakin bagus karena menunjukan tingkat pengembalian investasi pada perusahaan tersebut.
38
d. Earning Per Share ( EPS )
Rasio ini menunjukkan berapa besar kemampuan perlembar saham menghasilkan laba.. e. Rasio Rentabilitas
Ini biasa juga digambarkan dari segi kemampuan karyawan, cabang, aktiva tertentu dalam meraih laba, misalnya: kemampuan karyawan per kepala meraih laba. Rasio ini dapat juga digolongkan sebagai rasio produktivitas. Manfaat Profitabilitas Profitabilitas
yang digunakan sebagai kriteria penilaian hasil operasi
perusahaan mempunyai manfaat yang sangat penting dan dapat dipakai sebagai berikut :
1. Analisis kemampuan menghasilkan laba itunjukan untuk mendeteksi penyebab timbulnya laba atau rugi yang dihasilkan oleh suatu objek informasi dalam periode akuntansi tertentu. 2. Profitabilitas dapat dimanfaatkan untuk menggambarkan kriteria yang sangat diperlukan dalam menilai sukses suatu perusahan dalm hal kapabilitas dan motivasi dari manajemen.
39
3. Profitabilitas merupakan suatu alat untuk membuat proyeksi laba perusahaan karena menggamberkan korelasi antra laba dan jumlah modal yang ditanamkan. 4. Profitabilitas merupakan suatu alat pengendalian bagi manajemen, profitabilitas dapat dimanfaatkan oleh pihak intern untuk menyusun target, budget, koordinasi, evaluasi hasil pelaksanaan operasi perusahaan dan dasar pengambilan keputusan .
G. Kerangka Teoritis 1. Pengaruh Solvabilitas terhadap profitabilitas perusahaan Solvabilitas
suatu
perusahaan
menunjukkan
kemampuan
perusahaan untuk memenuhi segala kewajiban finansialnya baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila sekiranya perusahaan tersebut pada saat itu dilikuidasikan. Perusahaan akan dapat menjalankan operasinya dengan baik jika mempunyai batas minimumnya sebesar 12%. Penelitian terdahulu yang dilakukan Erma Manurung (2010) dalam penelitiannya menyimpulkan solvabilitas berpengaruh secara signifikan terhadap profitabilitas. Hal ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan solvabilitas akan diikuti oleh kenaikan tingkat profitabilitas demikian juga sebaliknya setiap penurunan solvabilitas maka akan diikuti oleh penurunan tingkat profitabilitas.
40
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini, mengenai pengaruh solvabilitas terhadap kinerja perusahaan yang diukur dengan profitabilitas (ROA) adalah sebagai berikut : Ha1 : Rasio solvabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas (ROA) 2. Pengaruh Underwriting terhadap profitabilitas perusahaan Underwriting, yang bisa disebut juga dengan risk selection, adalah suatu fungsi manajemen risiko asuransi yang bertugas atas seleksi dan klasifikasi risiko yang dimiliki oleh calon tertanggung perorangan maupun kumpulan. Dengan kata lain, underwriting berfungsi untuk menilai tingkat risiko yang dimiliki seorang calon nasabah, baik perorangan maupun kumpulan,
serta
memberi
keputusan
yang
berhubungan
dengan
pertanggungan atas risiko tersebut. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Rina Dhaniati (2011) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa setiap kenaikan underwriting maka akan mengakibatkan penurunan tingkat profitabilitas. Semakin tinggi underwriting maka kinerja perusahaan menurun dan sebaliknya. Menurut penelitian tersebut menyimpulkan bahwa underwriting berpengaruh negatif dan signifikan terhadap profitabilitas. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini, mengenai pengaruh underwriting terhadap kinerja perusahaan yang diukur dengan ROA adalah sebagai berikut :
41
Ha2 :Rasio underwriting Berpengaruh Negatif signifikan terhadap profitabilitas (ROA) H. Penelitian Terdahulu NO
Peneneliti
Judul Penelitian
(Tahun) 1
Variabel
Hasil Penelitian
Penelitian
M. Agung Ali Pengaruh Premi, Independen: Fikri (2009)
Klaim,
analisis
Hasil Premi, Klaim, juga didapatkan dan Hasil Investasi pengaruh negatif
Investasi
dan
Underwriting Terhadap
Hasil
dari
Laba Underwriting Dependen:
Perusahaan
tehadap
laba perusahaan. Hal yang sama
Jiwa Laba
Asuransi
premi
tingkat
(Studi Kasus PT. Perusahaan
juga
terjadi
Asuransi Syariah
dengan
Mubarakah)
membandingkan pengaruh premi terhadap laba
2
Rina Dhaniati
Pengaruh
RBC, Independen:
(2011)
rasio
rasio
underwriting,
rasio
secara simultan,
RBC, RBC,
rasio
underwriting,
rasio
hasil underwriting,
investasi,
rasio rasio
rasio
hasil investasi,
hasil rasio
42
investasi, rasio penerimaan
penerimaan
premi, dan rasio penerimaan beban terhadap
dan beban
klaim premi, tingkat rasio
laba
premi, dan rasio klaim
beban secara bersama-
klaim.
sama
Dependen:
berpengaruh
laba
terhadap
Perusahaan
Perusahaan
laba
Asuransi Kerugian
yang
terdaftar Bursa
di Efek
Indonesia. 3
Independen
Erma Manurung Pengaruh (2011)
Likuiditas
dan likuiditas
: Secara simultan, dan likuiditas
Solvabilitas
solvabilitas
terhadap
Dependen
Profitabilitas
profitabilitas
dan
solvabilitas : secara bersamasama
(study kasus pada
berpengaruh
perusahaan
real
terhadap
estate
dan
profitabilitas
property
pada
Perusahaan.
bursa
efek
43
indonesia
tahun
2005 – 2012)
I. Kerangka Pemikiran Kerangka penelitian dari pola hubungan antar variabel dapat digambarkan sebagai berikut :
Solvabilitas (x1) Profitabilitas (Y)
+℮
Underwriting (x2)
Underwriting merupakan suatu kegiatan yang sangat menentukan dalam perolehan laba perusahaan dan memperkuat posisi keuangan perusahaan. Ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam melakukan evaluasi kinerja underwriting, yaitu dengan melihat besarnya beban klaim yang terjadi dengan perolehan pendapatan premi. Perusahaan yang memiliki panduan underwriting yang baik, umumnya berdampak positif terhadap laba perusahaan. Korelasi dan regresi berganda digunakan untuk mengukur keefektifan kinerja underwriting dalam melakukan penutupan risiko yang dimiliki calon tertanggung sehingga memberikan hasil positif terhadap laba perusahaan. Underwriting yang efektif
44
adalah yang mampu menempatkan tertanggung pada setiap kelas untuk risiko yang sama, sehingga dapat menentukan besarnya premi yang akan dikenakan untuk masing-masing kelas. Rurie Andhayani (2010) meneliti pengaruh solvabilitas dan rasio underwriting terhadap profitabilitas Perusahaan Asuransi Kerugian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa solvabilitas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas perusahaan. Sedangkan underwriting tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas perusahaan asuransi kerugian. Berdasarkan kerangka pemikiran diatas penulis tertarik mengambil judul penelitian ini untuk mengetahui lebih lanjut akan pengaruh solvabilitas dan rasio underwriting, terhadap profitabilitas perusahaan Asuransi Kerugian. Selain itu dikarenakan telah terjadinya ketidak konsistenan dalam penelitian – penelitian yang dilakukan sebelumnya, sehingga penulis tertarik melakukan penelitian dengan topik yang sama, yang mungkin dapat dijadikan bahan referensi bagi penelitian – penelitian selanjutnya dengan topik pembahasan yang sama.