perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pembelajaran Tuntas (Mastery Learning) Pembelajaran
tuntas
(mastery
learning) yang dimaksud
adalah
pendekatan dalam pembelajaran yang mensyaratkan siswa menguasai secara tuntas seluruh standar kompetensi maupun kompetensi dasar mata pelajaran tertentu. Sedangkan penentuan batas pencapaian ketuntasan belajar, meskipun disepakati pada skor/ nilai 75 (75 %), namun batas yang paling realistik adalah ditetapkan oleh sekolah atau daerah, sehingga memungkinkan adanya perbedaan dalam penentuan batas ketuntasan untuk setiap kompetensi dasar maupun pada setiap sekolah maupun daerah (Depdiknas, 2003: 13). Menurut C. N. Karibasappa, et al. (2008: 82) pembelajaran tuntas dapat dicapai dengan menyederhanakan suatu persoalan komplek menjadi lebih sederhana. Dalam bentuk yang paling sederhana, model belajar tuntas dari Carrol dijelaskan bahwa jika seriap siswa diberikan waktu sesuai dengan yang diperlukan untuk mencapai suatu tingkat penguasaan, dan jika dia menghabiskan waktu yang diperlukan, maka besar kemungkinan siswa akan mencapai tingkat penguasaan itu. Tetapi sebaliknya, jika siswa tidak diberi cukup waktu atau tidak menggunakan waktu yang diperlukan, maka tingkat penguasaan kompetensi dasar juga tidak akan optimal (Block : 1971). Muhammad Ali dalam bukunya guru dalam proses belajar mengajar (2000 : 95) mengartikan bahwa belajar tuntas adalah penguasaan (hasil belajar) siswa secara penuh terhadap seluruh bahan yang dipelajari. Belajar tuntas merupakan
suatu
pola
pengajaran
yang
terstruktur
bertujuan
untuk
mengadaptasikan pengajaran kepada kelompok siswa yang besar (pengajaran klasikal) sedemikian rupa sehingga diberikan perhatian secukupnya pada jumlah yang berbeda terutama menyangkut masalah kemajuan atau kecepatan dalam belajar (Winkel, 2005 : 4623). Konsep belajar tuntas secara sederhana mengajarkan bahwa bilamana siswa diberi kesempatan menggunakan waktu yang dibutuhkan untuk belajar dan ia menggunakan waktu yang dibutuhkan untuk
commit to user 5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6 belajar dan ia menggunakan sebaikbaiknya, maka ia akan mencapai tingkat hasil belajar seperti yang diharapkan. Dengan kata lain, bahwa setiap siswa yang mempunyai waktu yang cukup untuk belajar, mereka dapat diharapkan untuk menyelesaikan tugas-tugas belajarnya secara tuntas, sepanjang kondisi belajar yang tersedia cukup menguntungkan (Abu Ahmadi, 1999 : 156). Bagian dari pembelajaran sangat penting pada tahap awal untuk menguasai setiap sub-skill dengan bantuan dari contoh nyata dan aktivitasaktivitas dan kemudian tekanan pada keseluruhan pembelajaran dengan menggabungkan dan menghilangkan hal-hal yang tidak penting sehingga menjadi sederhana. Menurut Gentile dan Lalley dalam Depdiknas (2003: 9), dapat dikemukakan prinsip-prinsip utama pembelajaran tuntas adalah: 1) Kompetensi yang harus dicapai siswa dirumuskan dengan urutan yang hierarkis. 2) Evaluasi yang digunakan ialah penilaian acuan patokan, dan setiap kompetensi harus diberikan feedback (umpan balik). 3) Pemberian pembelajaran remidial serta bimbingan di mana diperlukan. 4) Pemberian program pengayaan bagi siswa yang mencapai ketuntasan belajar lebih awal. Sejumlah tokoh pendidikan yakin bahwa sebagian terbesar bahkan hampir semua siswa sanggup menguasai bahan pelajaran sepenuhnya dengan syarat-syarat tertentu. Menurut S. Nasution (1986: 38) terdapat lima faktor yang mempengaruhi belajar tuntas, yaitu : 1) bakat untuk mempelajari sesuatu
2)
mutu pengajaran 3) kesanggupan untuk memahami pengajaran 4) ketekunan, dan 5) waktu yang tersedia untuk belajar Dalam menilai siswa dikatakan belajar tuntas atau tidak tentunya ada ciri yang dimiliki. Bloom menyebutkan ciri-ciri yang ada pada belajar tuntas antara lain meliputi: 1) Dalam kondisi optimal, sebagian besar siswa dapat menguasai secara tuntas apa yang diajarkan. 2) Dengan diberikannya waktu belajar cukup, hampir semua siswa dapat mencapai tingkat belajar tuntas.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7 3) Tersedianya beberapa kemungkinan media pelajaran dan kesempatan belajar. 4) Guru menyediakan dan memberikan catu balik dan perbaikan bagi kesalahan atau kesulitan belajar siswa. 5) Bahan pelajaran tersusun atas unit-unit kecil, dan memberikan tes setiap akhir mempelajari unit tersebut. 6) Penilaian akhir terhadap hasil belajar harus didasarkan pada tingkat penguasaan yang dinyatakan dalam tujuan instruksional (kompetensinya) (Moloeng, 1978 : 6) 2. Penafsiran Hasil Penilaian Untuk menafsirkan hasil penilaian, dapat ditempuh dengan dua pendekatan, yaitu: Pendekatan Acuan Patokan (PAP) dan Pendekatan Acuan Norma (PAN). Berikut adalah pengertian PAP dan PAN dirangkum dari pandangan Sudirman N, dkk (1992). a. Penilaian Acuan Patokan (PAP) Pendekatan PAP menitikberatkan pada sesuatu yang dapat dilakukan oleh siswa atau dengan kata lain, kemampuan–kemampuan yang telah dicapai siswa sesudah menyelesaikan satu bagian kecil dari suatu keseluruhan program. Jadi, pendekatan PAP meneliti apa–apa yang dapat dikerjakan siswa, dan membandingkan dengan suatu kriterian yang spesifik. Kriteria (patokan) yang dimaksudkan adalah suatu tingkat pengalaman belajar yang diharapkan tercapai sesudah selesai proses belajar atau sejumlah tujuan instruksional yang telah ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses belajar berlangsung. Tujuan PAP adalah untuk mengukur secara eksak tujuan–tujuan yang ditetapkan sebagai kriteria keberhasilannya. Untuk menentukan batas lulus (passing grade) dengan pendekatan PAP, maka setiap skor siswa dibanding dengan skor ideal atau skor maksimum yang mungkin dicapai oleh siswa. Misalnya, dalam suatu tes, ditetapkan skor idealnya adalah 100, maka siswa yang memperoleh skor 85 sama dengan nilai 8,5 dalam skala T-10. demikian seterusnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8 b. Penilaian Acuan Norma (PAN) Dalam pendekatan acuan norma, maka skor seseorang ditemukan dengan cara membandingkan hasil belajarnya dengan hasil belajar siswa lainnya dalam satu kelas. Siswa dikelompokkan berdasarkan jenjang hasil belajar sehingga dapat diketahui kedudukan relatif seorang siswa dibandingkan dengan teman sekelasnya. Tujuan pendekatan PAN adalah untuk membedakan siswa atas kelompok–kelompok tingkat kemampuan, dari yang terendah sampai tertinggi. Secara ideal, penyebaran tingkat kemampuan siswa dalam satu kelompok menggambarkan suatu kurva norma. Pada umumnya norm refenced test digunakan untuk seleksi. Soal tes dalam pendekatan PAN dikembangkan dari bagian bahan yang telah disampaikan. Guru berwenang untuk menentukan bagian mana yang dianggap lebih penting dan ia harus dapat mencari jumlah soal yang diperlukan mengingat bahwa tidak semua materi yang telah dipelajari siswa dapat dimunculkan soal–soalnya secara lengkap. Agar soal yang diperoleh lebih menyebar dan lebih mudah membandingkan siswa yang satu dengan yang lainnya, soal–soal harus dibuat dengan tingkat kesukaran yang bervariasi dari yang mudah, sedang, sampai yang sulit sehingga memberi kemungkinan jawaban yang bervariasi juga. Penilaian Acuan Norma biasanya digunakan pada saat suatu unit pengajaran telah selesai untuk menentukan tingkat hasil belajar siswa. Menurut pandangan Nana Sudjana (1991) kedua sistem penilaian tersebut mempunyai kaitan erat dengan batas kelulusan. Dengan demikian, ada batas kelulusan yang berorientasi kepada Penilaian Acuan Norma, yakni batas lulus aktual dan batas lulus ideal. Disamping itu ada pula batas kelulusan yang berorientasi kepada sistem Penilaian patokan, yaitu batas kelulusan purpossif (ditentukan berdasarkan kriteria tertentu).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9 1). Batas Lulus Aktual Batas lulus aktual didasarkan atas nilai rata–rata yang dapat dicapai oleh kelompok siswa. Unsur yang diperlukan untuk menentukan batas lulus actual adalah nilai rata–rata aktual dan simpangan baku ideal. 2). Batas Lulus Ideal Batas lulus ideal hampir sama dengan batas lulus aktual, yaitu menentukan batas lulus dengan menggunakan nilai rata–rata dan simpangan baku ideal. Nilai rata–rata dan simpangan batu dalam batas lulus ideal dihitung menggunakan aturan sebagai berikut: Nilai rata–rata adalah setengah dari maksimum skor. Simpangan baku ideal adalah sepertiga dari nilai rata ideal. 3). Batas Lulus Purpossif Batas lulus purpossif mengacu kepada Penilaian Acuan Patokan sehingga tidak perlu menghitung nilai rata–rata dan simpangan baku ideal. Dalam penentuan batas lulus purpossif ditentukan kriterianya, misalnya 75%. Artinya skor yang yang dinyatakan lulus adalah skor diatas 75% dari skor maksimum. Makin tinggi kriteria kelulusannya maka makin tinggi kriteria pula kualitas belajar yang dituntutnya. Sebaliknya makin rendah kriterianya, maka makin rendah pula kualitas hasil belajarnya. 3. Kesulitan Belajar Kesulitan belajar (learning difficulty) tidak hanya menimpa siswa berkemampuan rendah saja, tetapi juga dialami oleh siswa yang berkemampuan tinggi. Selain itu, kesulitan belajar dapat juga dialami oleh siswa yang berkemampuan rata-rata (normal) disebabkan oleh faktor-faktor tertentu yang menghambat tercapainya kinerja akademik yang sesuai dengan harapan (Muhibbin Syah, 2006 : 172). Menurut Noehi Nasution (1992: 144), kesulitan belajar diartikan sebagai kejadian atau peristiwa yang menunjukkan bahwa dalam mencapai tujuan pengajaran sejumlah siswa mengalami hambatan dalam menyelesaikan bahan pelajaran yang diajarkan atau dipelajari.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10 a. Faktor-faktor Kesulitan Belajar Fenomena kesulitan belajar seorang siswa biasanya tampak jelas dari menurunnya kinerja akademik atau prestasi belajarnya. Namun, kesulitan belajar
juga
dapat
dibuktikan dengan munculnya
kelainan
perilaku
(misbehavior) siswa seperti suka berteriak-teriak didalam kelas, mengusik teman, berkelahi, sering tidak masuk sekolah dan sering minggat dari sekolah. Secara garis besar (Muhibbin Syah, 2006 : 173) menyatakan faktor-faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar terdiri atas dua macam : 1) Faktor Intern Siswa Hal-hal atau keadaaan yang muncul dari dalam diri siswa sendiri. Faktor intern siswa meliputi gangguan atau kekurang mampuan psiko-fisik siswa, yakni : a) Ranah kognitif (ranah cipta), antara lain seperti rendahnya kapasitas intelektual/intelegensi siswa. b) Ranah afektif (ranah rasa), antara lain seperti labilnya emosi dan sikap. c) Ranah psikomotor (ranah karsa), antara lain seperti terganggunya alat-alat indera penglihat dan pendengaran (mata dan telingga). 2) Faktor Ekstern Siswa Hal-hal atau keadaan yang datang dari luar diri siswa. Faktor ekstern meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar siswa. Faktor ini dapat dibagi menjadi tiga macam : a) Lingkungan keluarga, contohnya: ketidakharmonisan hubungan antara ayah dengan ibu, dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga. b)Lingkungan
perkampungan/masyarakat,
contohnya:
lingkungan
perkampungan kumuh (slum area), dan teman sepermainan (peer group) yang nakal. c) Lingkungan sekolah, contohnya: kondisi dan letak gedung sekolah yang buruk seperti dekat pasar, kondisi guru serta alat-alat belajar yang berkualitas rendah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11 b. Diagnosis Kesulitan Belajar Sebelum menetapkan alternatif pemecahan masalah kesulitan belajar siswa, guru sangat dianjurkan untuk terlebih dahulu melakukan identifikasi (upaya mengenai gejala dengan cermat) terhadap fenomena yang menunjukkan kemungkinan adanya kesulitan belajar yang melanda siswa tersebut. Upaya seperti ini disebut diagnosis yang bertujuan menetapkan “jenis penyakit” yakni jenis kesulitan belajar siswa. (Muhibbin Syah, 2006 : 174). 1) Penyebab Kesulitan Belajar Banyak siswa mengalami kesulitan belajar pada meteri-materi pelajaran tertentu. Hal ini terlihat dari nilai hasil evaluasi belajar yang kurang baik. Nilai yang kurang baik ini mungkin disebabkan karena siswa mengalami kesulitan belajar atau mungkin juga siswa tidak siap dalam menghadapi evaluasi tersebut. Menurut Suwarno (1992: 299), “Kesulitan belajar dapat berasal baik dari dalam diri siswa atau kondisi yang ada diluar siswa”. Kesulitan belajar yang dialami siswa, disebabkan karena beberapa hal, antara lain: a) Kurangnya minat siswa terhadap materi pelajaran tersebut, sehingga siswa malas dalam belajar. b) Metode pengajaran yang kurang sesuai, sehingga siswa sulit dalam menerima konsep pelajaran yang disampaikan. c) Kurangnya fasilitas pendukung belajar, misalnya buku-buku yang kurang lengkap, hal ini akan mengakibatkan siswa tidak bisa menerima pelajaran secara maksimal. d) Keadaan siswa yang kurang baik sehingga dalam menerima pelajaran kurang bisa memperhatikan apa yang disampaikan oleh guru. 2) Langkah- Langkah Diagnosis Kesulitan Belajar Diagnosis kesulitan belajar dilakukan jika guru menandai atau mengidentifikasi adanya kesulitan belajar pada siswanya. Oleh karena itu, agar diagnosis kesulitan belajar berlangsung secara sistematis dan terarah, langkah-langkah dalam melaksanakan diagnosis harus dipahami. Menurut Noehi Nasution (1992: 116), langkahlangkah dalam mendiagnosis kesulitan belajar yaitu :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12 a) Mengidentifikasi adanya kesulitan belajar. b) Menelaah/menetapkan status siswa. c) Memperkirakan sebab terjadinya kesulitan belajar. 4. Pengajaran Remidial Program perbaikan/remidiasi merupakan bentuk khusus dari pengajaran yang diberikan kepada seseorang atau beberapa orang murid yang mengalami kesulitan belajar. The U.S. Department of Education (USDE) mendefinisikan kelas remedial sebagai “courses in reading, writing, or mathematics for collegelevel students lacking those skills necessary to perform college-level work at the level required by the institution.”(http//www.csus.edu). Kekhususan dari pengajaran ini terletak pada murid yang dilayani, bahan pelajaran, metode, dan media penyampaiannya. Remidiasi disebut sebagai kebutuhan untuk menambah tingkat pemahaman siswa. Para ahli berpendapat : “Remedial needs has been an ongoing concern as changes in state legislation during the 1990s called for increased emphasis on the assessment of incoming students, and as educators raised questions about the validity of placement tests (Berger,1997) and the lack of consensus on what constitutes college-level work across institutions” (Merisotis and Phipps ,1999). Pengajaran remidial adalah suatu bentuk pengajaran yang bersifat menyembuhkan atau membetulkan atau membuat jadi baik. Jadi pengajaran remidial ini merupakan bentuk khusus pengajaran yang bermaksud untuk menyembuhkan gangguan atau hambatan yang terjadi dalam proses belajar megajar (Suharno, dkk, 2000: 133). Pengajaran remidial bersifat bantuan untuk memperbaiki hasil belajar siswa, yang disebabkan karena dalam pengajaran biasa siswa belum menguasai konsep materi pelajarannya. Jadi, dalam proses pengajaran remidial ini yang diperbaiki adalah seluruh proses belajar mengajar, materi pelajaran, alat dan lingkungan yang turut serta mempengaruhi proses belajar mengajar. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995: 831), “ Remedial berarti pengajaran ulang bagi murid yang hasil belajarnya jelek atau bersifat menyembuhkan.” Sedangkan Slameto (2001: 199), “ Remidiasi adalah kegiatan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13 perbaikan yang diberikan kepada siswa yang belum memenuhi ketentuan sesuai Satuan Pelajaran, atau siswa yang belum menguasai tujuan pelajaran , walaupun waktu yang dituntut untuk keseluruhan siswa telah usai”. Pembelajaran remidiasi merupakan bentuk pengajaran yang tidak sekedar mengulang terhadap bahanbahan pelajaran pokok yang belum dikuasai oleh siswa tapi juga merupakan untuk menangani para siswa yang lambat, mengalami kesulitan atau kegagalan belajar ( Ischak & Warji, 1982 : 33-34 ) Menurut Bart Rienties dkk (2008: 266) mengingat dengan adanya peningkatan keberagaman latar belakang dari siswa yang menimbulkan problem antara kedua belah pihak yaitu siswa dan institusi pendidikan, pengajaran remidial dijadikan pilihan yang tepat dalam mengatasinya, atau dengan kata lain bahwa pengajaran remidial dapat mengatasi adanya perbedaan individu khusunya dalam hal kecepatan belajar. Dalam program remedial akan memberi kejelasan terhadap perbedaan antara siswa-siswa yang lemah pikir dan lamban belajar yang membutuhkan latihan tertentu dalam mata pelajaran. Selain itu, remedial juga berguna untuk mengadakan pembetulan terhadap kesalahan yang dialami siswa atau pengajaran membuat perubahan atau pembetulan terhadap kesalahan atau kesulitan yang dialami oleh siswa. Perbedaan-perbedaan siswa itu membuahkan keyakinan para pakar pendidikan untuk berpendapat sebagai berikut : a. Abilitas manusia dapat diukur melalui alat ukur tertentu yang dibuat dengan cermat dan memenuhi kriteria validitas, reliabilitas dan relevansi. b. Pengelompokkan siswa dapat dilakukan sehingga pengajaran klasikal dapat diselenggarakan. c. Pelayanan pendidikan dan pengajaran remidi dapat dilakukan sesuai dengan tipe belajar siswa, kemampuan, umur, mental dan bakat individu. d. Pendidikan dan pengajaran remidi diselenggarakan di sekolah dan dilakukan secara individu dengan program yang merupakan bagian tak terpisah dari kurikulum sekolah. Ada beberapa komponen yang perlu diperhatikan dalam kegiatan perbaikan :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14 1) Adanya jumlah siswa yang memerlukan bantuan perbaikan pada saat bersamaan 2) Tempat yang akan dipakai untuk bantuan perbaikan 3) Waktu pelaksanaan perbaikan ( bila waktu penyelenggaraan dan berapa lama perbaikan diberikan) 4) Pembimbing / orang yang memberikan pertolongan. 5) Metode dan alat yang sesuai untuk memberikan perbaikan. 6) Tingkat kesulitan belajar. (Slameto, 2001:200-2001) Beberapa ketentuan dalam upaya perbaikan kesulitan belajar siswa: 1) Apabila terdapat lebih dari satu siswa yang mengalami kesulitan yang sama, upaya perbaikan hendaknya diberikan terhadap kelompok siswa secara bersama-sama. 2) Proporsi perbaikan hendaknya diberikan sepadan dengan kesalahan / kesulitan yang hendak diperbaiki 3) Perbaikan dapat dilaksanakan sendiri oleh siswa atau guru, atau dapat pula oleh guru dan siswa bersama-sama. 4) Metode dan alat untuk menyampaikan upaya perbaikan harus sesuai. 5) Tingkat kesulitan belajar yang dialami siswa berbeda-beda (Siverius Suke, 1991 : 162-163) Dari beberapa pengertian di atas pengajaran remidiasi dapat diartikan sebagai suatu proses pengajaran kembali dengan bentuk khusus yang dimaksudkan akan memberikan sebuah perbaikan atau penyembuhan dalam mengurangi hambatan sedini mungkin sehingga diperoleh hasil yang lebih baik. Ada 2 cara ditempuh dalam pengajaran remidial : 1) Pemberian bimbingan secara khusus dan perorangan bagi siswa yang belum atau mengalami kesulitan dalam penguasaan materi tertentu. Cara ini merupakan cara yang mudah dan sederhana untuk dilakukan karena merupakan impiklasi dari peran guru sebagai “tutor”. 2) Pemberian tugas-tugas atas perlakuan (treatment) secara khusus, yang sifatnya penyederhanaan dari pelaksanaan pembelajaran reguler (Depdiknas, 2003 : 13).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15 Suharno, dkk (2000: 134) mengemukakan bahwa perbedaan pengajaran remidial dengan pengajaran biasa ditinjau dari: a) Siswa Dalam pengajaran reguler semua siswa ikut berpartisipasi. Sedangkan pengajaran remidial hanya dikenakan pada siswa yang mengalami kesulitan belajar. Pengajaran remidial merupakan pengajaran khusus sehingga pesertanya khusus yaitu siswa yang mengalami kesulitan belajar. b) Tujuan Pengajaran reguler dilakukan untuk mencapai tujuan pengajaran seperti yang ditetapkan di dalam kurikulum sama untuk semua siswa, pada pengajaran remedial tujuan pengajaran dirumuskan sesuai dengan kesulitan yang dialami siswa. c) Metode Mengajar Pada pengajaran reguler penggunaan metode dalam mengajar adalah sama untuk semua siswa. Sedangkan pada pengajaran remidial metode yang dipergunakan sangat bervariasi sesuai dengan sifat, jenis dan latar belakang kesulitan belajar yang dialami siswa. d) Guru Pengajaran reguler dilakukan oleh guru bidang studi. Pengajaran remedial dilakukan oleh guru bidang studi bekerja sama dengan pihak lain seperti pembimbing atau konselor sekolah, psikolog, tester dan sebagainya. Hal ini disesuaikan dengan latar belakang kesulitan belajar yang dialami siswa. Pengajaran remidial dapat dilakukan oleh guru bidang studi sendiri, tetapi mungkin juga dilakukan oleh guru bersama dengan ahli. e) Alat Pengajaran Dalam pengajaran remidial, alat pengajaran yang diperlukan lebih bersifat khusus dan bervariasi dari pada pengajaran reguler. Hal ini disebabkan dalam pengajaran remidial alat pengajara harus betul-betul dapat membantu mempermudah siswa dalam memahami materi pengajaran yang dirasa sulit.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16 f) Evaluasi Alat evaluasi yang dipergunakan dalam pengajaran reguler bersifat seragam artinya alat evaluasi sama untuk semua siswa dalam satu kelas. Dalam pengajaran remidial, alat evaluasi yang dipergunakan disesuaikan dengan kesulitan belajar yang dialami siswa sehingga evaluasi dilakukan secara khusus. g) Teknik Pendekatan Dalam
pengajaran
reguler
pendekatan
yang
dipergunakan
adalah
pendekatan kelompok secara klasikal. Pada pengajaran remidial pendekatan disesuaikan dengan keadaan pribadi dari masing-masing siswa yang mengalami kesulitan belajar sehingga pendekatan lebih bersifat individual. Pengajaran remidi ini diharapkan semua guru bidang studi harus dipersiapkan dengan baik agar kemampuan dalam melaksanakan tugas-tugas pendidikan dan remidi. Peranan guru dalam pengajaran remedial adalah : a. Manusia pelayanan Manusia palayan adalah manusia yang sabar, ikhlas dan bertanggung jawab dalam mengemban tugasnya sebagai guru pengajar remidi dan memiliki ketrampilan dalam melayani kebutuhan siswa yang sedang mengalami kesulitan belajar. b. Agen perubahan Guru pengajaran remidi berperan sebagai pengembang dan pengubah yang dapat merumuskan pengajaran yang realistis dan kegiatan-kegiatan nyata dalam menghadapi siswa yang lamban belajar. c. Motivator Guru pengajar remidi diharapkan mampu memberikan suatu metode pengajaran yang lebih mudah dipahami dan mampu meningkatkan motivasi belajar siswa. 5. Model Pembelajaran Kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan yang paling pokok dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah yang mengakibatkan terjadinya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17 perubahan yang relative permanen sebagai akibat dari upaya-upaya yang dilakukan. Untuk melaksanakan proses pembelajaran dengan efektif dan efisien diperlukan suatu pedoman yang sistematis atau model pembelajaran. Trianto (2007;5) menyatakan bahwa “model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas”. Setiap model pembelajaran didesain untuk membantu siswa sedemikan rupa sehingga tujuan embelajaran dapat tercapai. Model pembelajaran memberi kerangka dan arah bagi guru untuk mengajar. Menurut Agus Suprijono (2010:46) “Model pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial”. Model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Lain halnya dengan yang dikemukakan oleh Bell (1981:222) mengenai model pembelajaran. “Learning model is generalized instructional process which may be used formany different topics in variety of subsject”. Pernyataan Bell mengandung makna bahwa model pembelajaran adalah sebuah proses pembelajaran umum yang dapat digunakan pada topik yang berbeda dalam berbagai mata pelajaran. Menurut Kardi dan Nur dalam Trianto (2007:6) model pembelajaran memiliki ciri-ciri khusus, yaitu : 1. Rasional
teoritik
logid
yang
disusun
oleh
para
pencipta
atau
pengembangannya, 2. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai). 3. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil dan 4. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat dicapai. Model pembelajaran menggambarkan keseluruhan urutan alur langkah yang pada umunya diikuti oleh serangkaian kegiatan pembelajaran. Bentuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18 pembelajaran menunjukkan dngan jelas kegiatan-kegiatan apa yang perlu dilakukan oleh guru atau siswa, urutan kegiatan tersebut, dan tugas-tugas khusus apa yang perlu dilakukan oleh siswa. Macam-macam model pembelajaran adalah sebagai berikut: 1. Model Pembelajaran Kontekstual Metode pembelajaran kontekstual menurut Nurhadi (2003) yang dikutip dalam bukunya Sugiyanto (2009:14) adalah “Konsep belajar yang mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa dan juga dapat mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam kehiduupan mereka sendiri”. 2. Model Pembelajaran Kuantum (Quantum Learning) Model pembelajaran kuantum merupakan salah satu model pembelajarn inovatif yang dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif bagi guru dalam proses belajar mengajar. Ada beberapa pendapat dari para ahli tentang pengertian model pembelajaran kuantum. Pendapat para ahli tentang model pembelajaran kuantum sangat bervariatif. Diantaranya adalah pendapat dari Sugiyanto (2009:6) mengemukakan bahwa”Model pembelajaran kuantum adalah salah satu model pembelajaran yang dapat dipilih guru agar pembelajaran dapat berlangsung secara menyenangkan (enjoyful learning)”. Model pembelajaran kuantum menurut Sunarto (2009) adalah model pembelajaran yang memadukan belajar dan kecakapan hidup, menjadikan siswa menjadi aktif dan bertanggung jawab dalam pendidikan. 3. Model Pembelajaran Kooperatif (Coopertiv Learning) Pendapat Sugiyanto (2009:37) menyatakan bahwa “Pembelajaran kooperatif (Cooperativ Learning) adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar”.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19 6. Model Pembelajaran Kooperatif Sugiyanto (2009:37) berpendapat bahwa “Peembelajaran kooperatif (Cooperatif Learning) adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar”. Menurut Lambas, dkk (2004:11) model pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang mengutamakan kerjasama diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Selain pendapat di atas ada juga pendapat dari ahli yang lain. Salah satunya menurut Slavin (2008:4) dalam pembelajaran kooperatif, siswa diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan, saling berargumentasi untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing. Oleh karena itu sebagian besar aktivitas pembelajaran berpusat pada siswa yakni mempelajari materi pelajaran dan berdiskusi untuk memeahkan masalah. Dari uraian di atas pembelajaran kooperatif dapat diartikan sebagai pembelajaran yang dilakukan secara sadar dengan membentuk kelompokkelompok kecil untuk mengembangkan interaksi diantara siswa guna mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar kelompok. Terdapat beberapa prinsip dasar pembelajaran kooperatif yang membedakan dengan pembelajaran biasa. Lie (2008:31-35) menyatakan bahwa “untuk mencapai hasil yang maksimal terdapat lima prinsip pembelajaran kooperatif yang harus diterapkan yaitu saling ketergantungan positif , tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota dan evaluasi proses kelompok”. Saling ketergantungan positif merupakan upaya untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif dan saling bekerjasama serta menciptakan suasana yang mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan. Tanggung jawab perseorangan dalam pembelajaran kooperatif sangat diperlukan dari setiap anggota kelompok untuk mencapai kesuksesan bersama. Setiap kelompok harus diberi kesempatan untuk bertemu muka dan diskusi, sehingga mengenal dan menerima satu sama lain dalam kegiatan tatap muka dan interaksi terjadi bukan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20 hanya dilakukan oleh guru tetapi dengan teman sesamanya. Komunikasi antar anggota memberikan dampak agar setiap anggota kelompok mempunyai keahlian mendengarkan dan berbicara. Dalam pembelajaran kooperatif terdapat tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik pembelajaran kooperatif. Slavin dalam Isjroni (2009:21) mengemukakan tiga konsep tersebut yaitu penghargaan kelompok, pertanggung jawaban individi dan kesempatan yang sama untuk berhasil. Senada dengan pendapat di atas Lambas dkk (2004:11), mengemukakan tiga tujuan penting dalam pembelajaran kooperatif, yaitu : 1. Hasil belajar akademik Pembelajaran kooperatif membantu siswa untuk memahami konsep-konsep yang sulit. 2. Penerimaan terhadap keragaman 3. Keterampilan social Keterampilan social ini meliputi berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, bekerja sama dalam kelompok dll. Keuntungan pembelajaran kooperatif menurut Sugiyanto (2009:43-44) adalah sebagai berikut : a. Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan social b. Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, keterampilan, informasi, perilaku social, dan pandangan-pandangan. c. Memudahlan siswa melakukajn penyesuaian sosial d. Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai social dan komitmen e. Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois. f. Membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa dewasa. g. Berbagi keterampilan social yang diperlukan untuk memelihara hubungan saling membutuhkan dapat diajarkan dan dapat dipraktekkan. h. Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesame umat. i. Meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari berbagai prespektif.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21 j. Meningkatkan kesadaran menggunakan ide orang lain yang telah dirasakan lebih baik. k. Meningkatkan kegemaran berteman tanpa tidak memandang perbedaan kemampuan, jenis kelamin, normal atau cacat, etnis, kelas social, agama dan orientasi tugas Menurut Sugiyatno (2009:44-56) ada empat metode dalam pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut : 1. Metode STAD (Student Teams Achievment Divisions) Metode STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dkk. dari Universitas Jhon Hopkins. Metode STAD dikembangkan oleh Salvin STAD merupakan salah satu tipe kooperatif yang menekankan pada aktivitas dan interaksi antar siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal (Isjoni 2011: 51) 2. Metode Jigsaw Metode jigsaw dikembangkan oleh Ellior Aronson dkk. dari Universitas Texas dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dkk. Ciri metode ini siswa dikelompok dalam kelompok kecil, adanya diskusi kelompok tim dan laporan kepada kelompok asal. 3. Metode GI (Group Investigation) Menurut Sugiyanto dasar-dasar metode GI dirancang oleh Hebert Thelen selanjutnya diperluas dan diperbaiki oleh Sharm dkk. dari Universitas Tel Aviv. Metode ini melibatkan siswa sejak perencanaan baik dalam menentukan topic maupun cara untuk mempelajari malalui investigasi (2011:46) 4. Metode Struktural Pernyataan Sugiyanto metode structural dikembangkan oleh Spenoer Kagan dkk. Metode structural pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi
pola-pola
interaksi
siswa.
Berbagai
stuktur tersebut
dikembangkan oleh Kagan dengan maksud menjadi alternative dari berbagai struktur kelas yang lebih tradisional. Struktur-struktur kagan menghendaki
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
22 agar para siswa bekerja sama saling bergantung dalam kelompok- kelompok kecil secara kooperatif (2011:48) Ada beberapa teknik dalam metode structural menurut Sugiyanto (2009:49-59) adalah sebagai berikut : (1) Mencari pasangan (2) Bertukar pasangan (3) Berkirim salam dan soal (4) Bercerita pasangan (5) Dua tinggal dua tamu (6) Keliling kelompok (7) Kancingh gemerincing/ Talking chips (8) Teknik tebak pelajaran (9) Teknik team quiz /QT dalam pembelajaran. 7. Kancing Gemerincing (Talking Chips) Ada beberapa pengertian tentang teknik kancing gemerincing (talking chips) menurut para ahli sebagai berikut : Mulyono (2010:116) menyatakan bahwa teknik belajar mengajar kancing gemerincing memastikan setiap siswa mendapat kesempatan untuk berperan aktif. Sedangkan Isjoni (2011:79) berpendapat bahwa kancing gemerincing merupakan suatu teknik di mana masing-masing anggota kelompok mendapat kesempatan untuk memberikan konstribusi mereka dan mendengarkan pandangan dan pemikiran orang lain. Sugiyanto berpendapat, “Dalam kegiatan kancing gemerincing masingmasing anggota kelompok mendapatkan kesempatan untuk memberikan konstribusi mereka dan mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota yang lain dan teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik ” (2009:56) Pendapat Sugiyantyo sejalan dengan yang dikembangkan oleh Spencer Kagan. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa teknik kancing gemerincing adalah teknik pembelajaran secara kelompok kecil yang saling
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
23 bekerja sama dan memberikan kesempatan untuk mendengarkan pendapat orang lain dan teknik kancing gemerincing bisa digunakan dalam semua mata pelajaran serta semua tingkatan usia siswa. Dalam banyak kelompok sering ada anggota yang terlalu dominan dan banyak bicara. Sebaliknya ada anggota yang pasif dan pasrah saja pada rekannya yang lebih doninan atau lebih pandai membuat siswa yang pasif akan tidak terlalu memahami materi yang sedang dibahas karena mereka menjadi pasif. Selain itu pemerataan tanggung jawab dalam kelompok tidak tercapai karena anggota yang pasif akan cenderung menggantungkan diri pada rekannya yang dominan. Supaya hal ini tidak terjadi teknik kancing gemerincing dapat diterapkan, karena menurut Mulyono (2010:116) ada beberapa keunggulan teknik kancing gemerincing, yaitu : 1. Dapat digunkan untuk semua mata pelajaran dan semua tingkatan usia siswa. 2. Masing-masing anggota kelompok mendapat kesempatan untuk memberikan konstribusi dan mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota yang lainnya. 3. Dapat mengatasi hambatan dan pemerataan kesempatan yang sering mewarnai kerja kelompok. 4. Pemerataan tanggung jawab bisa tercapai karena siswa yang pasif akan mandiri dan tidak tergantung pada siswa yang lebih dominan. 5. Memastian setiap siswa mendapatkan kesempatan untuk berperan aktif. Dari uraian di atas peneliti menyimpulkan bahwa kelebihan dari teknik kancing gemerincing antara lain : dapat digunakan pada semua mata pelajaran dan semua tingkatan usia, pemerataan tanggung jawab bisa tercapai dan dipastikan setiap anak mendapatkan kesempatan untuk berperan aktif dan memnberikan kontribusi. Ada beberapa langkah yang dikemukakan oleh Sugiyanto (2009:57) tentang model pembelajaran kooperatif teknik kancing gemerincing adalah sebagai berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
24 1. Guru menyiapkan satu kotak kecil yang berisi kancing-kancing (bisa juga benda-benda kecil lainnya seperti kacang merah, biji kenari, potongan sedotan, batang-batang lidi, sendok, eskrim dan sebagainya). 2. Sebelum kelompok memulai tugasnya, setiap siswa dalam masing-masing kelompok mendapatkan dua atau tiga kancing (jumlah kancing tergantung pada sukar tidaknya tugas yang diberikan). 3. Setiap kali setiap siswa berbicara atau mengeluarkan pendapat dia harus menyerahkan salah satu kancingnya dan meletakkan di tengah- tengah. 4. Jika kancing yang dimiliki seorang habis dia tidak boleh berbicara lagi sampai semua rekannya juga menghabiskan mereka. Sedangkan Saputra dan Rudiyanto (2005:79) berpendapat tentang langkah-langkah teknik kancing gemerincing antara lain : 1. Guru menyiapkan satu kotak keci yang berisi kancing-kancing (dapat juga benda- benda yang lainnya seperti kacang merah, biji kemiri, potongan sedotan, batang-batang lidi, sendok eskrim dan sebagainya). Kancing ini dapat juga diganti dengan benda lain. 2. Sebelum kelompok memulai tugasnya, setiap siswa dalam masing-masing kelompok mendapatkan dua atau tiga kancing (jumlah kancing tergantung pada sukar tidaknya tugas yang diberikan). 3. Setiap kali setiap siswa berbicara atau mengeluarkan pendapat dia harus menyerahkan salah satu kancingnya dan meletakkan di tengah- tengah. 4. Jika kancing yang dimiliki seorang habis dia tidak boleh berbicara lagi sampai semua rekannya juga menghabiskan mereka. 5. Jika semua kancing sudah habis sedangkan tugas belum selesai, kelompok boleh mengambil kesepakatan untuk membagi kancing lagi dan mengulangi prosedurnya kembali. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif teknik kancing gemerincing adalah guru menyiapkan kotak dan kancing serta beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan materi. Kemudian anak-anak dibagi menjadi beberapa kelompok.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
25 Sebelum memulai tugasnya, setiap anak dalam masing-masing kelompok mendapatkan dua atau tiga buah kancing. Ketika anak berbicara atau mengeluarkan pendapat, anak harus menyerahkan salah satu kancingnya. Jika kancing yang dimiliki seseorang anak habis dia tidak boleh berbicara sampai semua rekannya menghabiskan kancing mereka. 8. Kemampuan Kognitif Fisika a. Pengertian Kemampuan Kognitif Dalam dunia pendidikan ada tiga tujuan pendidikan yang sangat dikenal dan diakui oleh para ahli pendidikan, yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Menurut Neiser dalam Muhibbin Syah (2006: 66), istilah Cognitive berasal dari conition yang mempunyai sinonim knowing
yang
artinya mengetahui. Dalam arti yang luas, cognition (kognisi) aialah perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan Dalam perkembangannya istilah kognitif menjadi popular sebagai salah satu domain atau ranah kemampuan psikologi manusia yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan
pemahaman, pertimbangan,
pengolahan informasi,
pemecahan
masalah, kesenjangan, dan keyakinan. Kemampuan kejiwaan yang berpusat di otak ini berhubungan dengan konasi (kehendak) dan afeksi (perasaan) yang bertalian dengan ranah rasa. Ranah kognitif merupakan kemampuan yang selalu dituntut kepada anak didik untuk dikuasai karena penguasaan kemampuan pada tingkatan ini menjadi dasar bagi penguasaan ilmu pengetahuan. Kemampuan kognitif bisa diartikan sebagai kemampuan individu untuk menggunakan pengetahuan yang dimiliki secara optimal untuk pemecahan masalah yang berhubungan dengan diri dan lingkungan sekitar. Itulah sebabnya pendidikan dan pembelajaran perlu diupayakan agar kemampuan kognitif para siswa dapat berfungsi secara positif dan bertanggung jawab. Tanpa kemampuan kognitif, mustahil siswa dapat memahami faedah dan menangkap pesan-pesan moral yang terkandung dalam materi pelajaran yang diikuti.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
26 Benyamin S. Bloom dalam Djaali (2006: 77) telah mengembangkan taksonomi untuk domain kogntif. Taksonomi adalah metode untuk membuat urutan pemikiran dari tahap dasar ke arah yang lebih tinggi dari kegiatan mental, dengan enam tahap sebagai berikut. 1). Pengetahuan (knowledge) ialah kemampuan untuk menghafal, mengingat, atau mengulangi informasi yang pernah diberikan. 2). Pemahaman (comprehension) ialah kemampuan untuk menginterpretasi atau mengulan informasi dengan mengguakan bahasa sendiri. 3). Aplikasi (application) ialah kemampuan menggunakan informasi, teori, dan aturan pada situasi baru. 4). Analisis (analysis) ialah kemampuan mengurai pemikiran yang kompleks, dan mengenai bagian-bagian serta hubungannya. 5). Sintesis (synthesis) ialah kemampuan mengumpulkan komponen yang sama guna membentuk suatu pola pemikiran yang baru. 6). Evaluasi (evaluation) ialah kemampuan membuat pemikiran berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan. Anderson memperbaiki taksonomi Bloom dengan mengklasifikasikan proses kognitif menjadi enam kategori. Menurut P. Siahaan (2011: 2) perbaikan taksonomi Bloom meliputi: 1) Mengingat ialah menjelaskan jawaban faktual, menguji ingatan, dan pengenalan. 2) Memahami
ialah
menerjemahkan,
menjabarkan,
menafsirkan,
menyederhanakan, dan membuat perhitungn 3) Menerapkan ialah Memahami kapan menerapkan, mengapa menerapkan, dan mengenali pola penerapan ke dalam situasi baru, tidak biasa dan agak berbeda atau berlainan. 4) Menganalisis ialah Memecahkan ke dalam bagian, bentuk, dan pola. 5) Menilai ialah kemampuan untuk memeriksa dan mengkritik berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan. 6) Menciptakan ialah kemampuan Menggabungkan unsur-unsur ke dalam bentuk atau pola yang sebelumnya kurang jelas.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
27 Menurut Slameto dalam Syaiful Bahri Djamarah (2008: 202) “Ada tiga kemampuan yang harus dikuasai sebagai jembatan untuk sampai pada penguasaan kemampuan kognitif, yaitu persepsi, mengingat, dan berpikir. Persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia. Melalui persepsi manusia terus-menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya. Hubungan ini dilakukannya lewat indranya, yaitu indra penglihatan, pendengar, peraba,perasa, dan pencium. Dalam pengajaran guru harus menanamkan pengertian dengan cara menjelaskan materi pelajaran sejelas-jelasnya, bukan bertele-tele kepada anak didik, sehingga tidak terjadi kesalahan persepsi anak didik. Kemungkinan kecilnya kesalahan persepsi anak bila penjelasan yang diberikan itu mendekati objek yang sebenarnya. Semakin dekat penjelasan guru dengan realitas kehidupan semakin mudah anak didik menerima dan mencerna materi pelajaran yang disajikan. Seorang anak yang telah memiliki kemampuan persepsi ini berarti telah mampu menggunakan bentuk-bentuk representasi yang mewakili objek-objek yang dihadapi, entah objek itu orang, benda, atau kejadian/peristiwa. Mengingat adalah suatu aktivitas kognitif, di mana orang menyadari bahwa pengetahuannya berasal dari masa lampau atau berdasarkan kesan-kesan yang diperoleh di masa yang lampau. Terdapat dua bentuk mengingat yang paling menarik perhatian, yaitu mengenal kembali dan mengingat kembali. Dalam mengenal kembali, orang berhadapan dengan suatu objek dan pada saat itu dia menyadari bahwa objek itu pernah dijumpai di masa yang lampau. Dalam mengenal kembali, aktivitas mengingat ternyata terikat pada kontak kembali dengan objek; seandainya tidak ada kontak, juga tidak terjadi mengingat. Teringatnya kembali kesan-kesan dilampau itu karena kesan-kesan yang berada di alam bawah sadar dengan cara “asosiasi”. Oleh karena itu, dalam mengenal kembali, orang tahu bahwa objek yang dijumpainya sekarang ini cocok dengan suatu gagasan, pikiran atau tanggapan yang tersimpan dalam ingatannya, sejak bertemu dengan objek itu untuk pertama kali di masa lalu. Kegiatan mengingat kembali ini merupakan kegiatan yang terbanyak dilakukan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
28 anak didik di sekolah. Materi pelajaran yang bersifat hafalan sangat memerlukan kegiatan mengingat kembali ini. Konsentrasi tingkat tinggi sangat dituntut kepada anak didik untuk mendukung usaha mengingat kembali materi yang sudah dihafal. Perkembangan berpikir seorang anak bergerak dari kegiatan berpikir konkret menuju berpikir abstrak. Perubahan berpikir ini bergerak sesuai dengan meningkatnya usia seorang anak. Seorang guru perlu memahami kemampuan berpikir anak sehingga tidak memaksakan materi-materi pelajaran yang tingkat kerusakannya tidak sesuai dengan usia anak untuk diterima dan dicerna oleh anak. Bila hal ini terjadi, maka anak mengalami kesukaran untuk mencerna gagasan-gagasan dari materi pelajaran yang diberikan. Materi pelajaran jelas tak dapat dikuasai anak didik dengan baik. Maka gagallah usaha guru untuk membelajarkan anak didik. Menurut Muhibbin Syah (2006: 85) “Sekurang-kurangnya ada dua macam kecakapan kogniitif siswa yang amat perlu dikembangkan segera khususnya oleh guru, yakni: 1) Strategi belajar memahami isi materi pelajaran; 2) strategi meyakini arti penting isi materi pelajaran dan aplikasinya serta menyerap pesan-pesan moral yang terkandung dalam materi pelajaran tersebut.” Tugas guru dalam hal ini ialah menggunakan pendekatan mengajar yang memungkinkan para siswa menggunakan strategi belajar yang berorientasi pada pemahaman yang mendalam terhadap isi materi pelajaran. b. Pengertian Fisika Pengertian Fisika didefinisikan oleh beberapa ahli, seperti halnya yang dikutip oleh Herbert Druxes (1986: 3) antara lain: 1) Menurut Brockhaus, Fisika adalah pelajaran tentang kejadian dalam alam, yag memungkinkan penelitian dalam percobaan, pengukuran apa yang didapat, penyajian serta matematis dan berdasarkan pengetahuan umum. 2) Menurut Gerthsen, Fisika adalah suatu teori yang menerangkan gejala-gejala alam yang sederhana dan berusaha menemukan hubungan antara pernyataan-pernyataan. Prasyarat dasar untuk memecahkan persoalan ialah mengamati gejala-gejala tersebut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
29 Belajar Fisika pada hakikatnya adalah suatu aktivitas mental yang tinggi untuk memahami arti dari struktur-struktur, hubungan-hubungan, dan simbolsimbol, kemudian menerapkan konsep-konsep yang dihasilkan ke situasi yang nyata sehingga menyebabkan suatu perubahan tingkah laku. Kemampuan kognitif Fisika yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penguasaan siswa terhadap kompetensi minimal dalam mata pelajaran Fisika yang meliputi ranah kognitif . 9. Alat-Alat Optik Dalam pembelajaran fisika banyak terdapat materi-materi pokok didalamnya. Dalam penenelitian ini peneliti menggunakan salah satu materi dari pelajaran fisika kelas X untuk SMA. Materi yang digunakan penulis adalah alatalat optik. Materi pokok alat-alat optik merupakan materi yang luas sehingga membuat siswa mengalami kesulitan dan mengakibatkan nilai siswa tidak memenuhi batas tuntas. Ketidaktuntasan ini menjadikan siswa harus mengikuti pembelajaran remidi. Dalam melakukan pembelajaran remidi tidak berarti membelajarkan kembali semua yang ada dalam materi alat-alat optik. Pembelajaran remidi yang dilakukan lebih menekankan pada pokok bahasan yang belum dipahami siswa. Analisis dari pokok bahasan yang belum dikuasai siswa ataupun analisis dalam pembuatan soal haruslah mengacu pada standar sekolahan yang akan diteliti. Maka dari itu harus menyesuaikan dengan silabus sekolah yang dipakai. Berikut silabus SMA N 2 Surakarta Tahun Ajaran 2014/2015.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
30 Tabel 2.1 Silabus SMA N 2 Surakarta Materi Pokok
Kompetensi Dasar
1.1
Menyadari kebesaran Alat-alat optik
Tuhan yang menciptakan dan mengatur alam jagad raya melalui
pengamatan
fenomena
alam
fisis
dan
pengukurannya
dan kaca mata.
Kaca
Melakukan studi pustaka untuk mencari informasi mengenai alat-alat optic
pembesar
dalam kehidupan sehari-
(lup).
hari.
Teleskop
2.1 Menunjukkan perilaku
Mengamati
Mata
Mikroskop
.
Pembelajaran
Kamera.
Mengeksplorasi
siswa mengeksplorasi dari sumber
belajar
ilmiah (memiliki rasa ingin
relevan
tahu; objektif; jujur; teliti;
pembentukan
cermat;
dan
tekun;
hati-hati;
tentang
yang prinsip
-bayangan
perbesaran
pada
bertanggung jawab; terbuka;
kacamata,lup, mikroskop,
kritis;
kreatif; inovatif dan
teropong dan kamera .
peduli
lingkungan)
Mepertatanyakan:
dalam
aktivitas sehari-hari sebagai wujud
implementasi
Mempertanyakan tentang prinsip
sikap
pembentukan
dalam melakukan percobaan ,
bayangan dan perbesaran
melaporkan, dan berdiskusi
pada
kaca
mata,
lup,
mikroskop ,teleskop dan 3.9 Menganalisis cara kerja
kamera
alat optik menggunakan sifat
Eksplorasi
pencerminan dan pembiasan
cahaya oleh cermin dan lensa
Melakukan tentang
commit to user
eksplorasi pembentukan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
31 4.9 Menyajikan ide/rancangan
bayangan dan perbesaran
sebuah alat optik dengan
pada
menerapkan
mikroskop ,teleskop dan
prinsip
kaca
mata,
lup,
kamera
pemantulan dan pembiasan
pada cermin dan lensa
Melalui diskusi kelompok dapat
membedakan
pengamatan
tanpa
akomodasi
dengan
berakomodasi maksimum pada
alat
optik
lup,
mikroskop dan teleskop.
Merancang dan membuat teropong sederhana secara berkelompok
Mengkomunikasikan
Presentasi
kelompok
tentang hasil merancang dan
membuat
teropong
sederhana
Sumber : SMA N 2 Surakarta.silabus Alat optik dibuat untuk bermacam-macam tujuan, tetapi memiliki fungsi pokok yang sama, yaitu untuk meningkatkan daya pengelihatan pada manusia. Contoh : alat-alat optic adalah mata, kaca mata, lup, mikroskop, dan teleskop. (Douglas C.Giancoli,2001; Paul A.Tipler, 2001; Raymond A.Serway, 2010) a. Mata dan Kaca Mata Mata adalah alat optik yang paling penting. Tanpa mata, alat optik yang lain tidak akan pernah ada. Mata terdiri atas kornea, pupil, iris, lensa, aquenos humor, vitreous humor, retina dan otot siliar. Diagram susunan mata dapat dilihat pada gambar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
32
Gambar 2.1 Bagian-bagian mata 1. Kornea adalah selaput (lapisan) luar bola mata yang tidak berwarna (bening). Kornea berfungsi sebagai pelindung bagian-bagian mata yang ada di dalamnya, juga berfungsi sebagai penerima rangsangan dan meneruskannya ke bagian mata yang lebih dalam. Kornea selalu dibasahi oleh air mata yang berasal dari kelenjar air mata agar selalu tetap bersih. 2. Pupil adalah celah bundar di tengah iris. Pupil merupakan tempat lewatnya cahaya yang menuju retina. 3. Iris adalah lapisan di depan lensa mata yang berwarna. Warna iris menentukan warna mata seseorang. Fungsi iris untuk mengatur lebar pupil sehingga banyaknya cahaya yang masuk ke mata bisa dikendalikan. Jika cahaya redup, iris akan melebar sehingga membesar akibatnya cahaya yang masuk ke mata banyak. Jika cahaya terlalu terang, iris akan menyempit akibatnya cahaya yang masuk sedikit. 4. Lensa adalah benda bening di dalam bola mata yang berbentuk cembung. Lensa mata tepat berada di belakang iris. Fungsinya untuk memfokuskan cahaya agar bayangan tepat jatuh di retina. Jika mata melihat benda-benda yang dekat lensa menjadi cembung. Sebaliknya, jika melihat benda-benda yang jauh, lensa mata akan memipih. Kemampuan lensa mata menjadi cembung dan pipih disebut daya akomodasi. 5. Aqueous humor adalah cairan yang terdapat di antara kornea dan lensa mata. Sedangkan, vitreous humor adalah cairan yang terdapat di antara lensa mata dan retina. Kedua cairan tersebut berfungsi untuk memberi bentuk dan kekuatan pada mata. 6. Otot siliar adalah bagian mata yang mengatur panjang focus lensa mata.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
33 7. Retina adalah lapisan terdalam dari dinding bola mata. Retina berungsi sebagai layar bayangan dari benda yang dilihat mata. Lapisan retina yang mengandung sel-sel peka cahaya disebut bintik kuning, sedangkan sel-sel retina yang tidak peka cahaya disebut bintik buta. Bayangan yang terbentuk pada retina adalah nyata, terbalik dan diperkecil. Mata dapat melihat dengan jelas jia benda terletak pada jangkauan titik dekat mata atau punctum proximum (PP) dan titik jauh mata atau punctum remotum (PR). Nilai standar yang diambil untuk titik dekat mata adalah 25 cm dan titik jauh tak terhingga.
Gambar 2.2 Jalannya sinar pada mata normal Lensa mata yang terlalu cembung menyebabkan bayangan difokuskan di depan retina, orang yang bersangkutan disebut rabun jauh atau miopi. Akibatnya penderita rabun jauh tidak dapat melihat benda-benda yang letaknya jauh. Agar mata dapat melihat seperti mata normal, maka harus dibantu dengan kacamata berlensa negatif (lensa cekung).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
34
Gambar 2.3 Jalannya sinar pada mata yang melewati lensa cekung Kekuatan lensa P yang digunakan untuk penderita rabun jauh adalah: ?
P = - ? ? dioptri
(2.1)
Lensa mata yang terlalu cekung menyebabkan bayangan difokuskan di belakang retina, orang yang bersangkutan disebut penderita rabun dekat atau hipermitropi. Akibatnya penderita rabun dekat tidak dapat melihat benda-benda yang letaknya dekat. Agar mata dapat melihat seperti mata normal, maka harus dibantu dengan kacamata berlensa positif (lensa cembung)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
35
Gambar 2.4 Jalannya sinar pada mata yang melewati lensa cembung Kekuatan lensa yang digunakan oleh penderita rabun dekat adalah:
maka:
?
?
?
?
= ? + ? ? (f adalah focus lensa, s = sn = 25 cm dan PP = -sn) ?
P = 4 - ? ? dioptri
(2.2)
Selain rabun jauh dan rabun, ada juga cacat mata yang disebut
dengan mata tua (presbiopi) dan astigmatisma. Presbiopi merupakan cacat mata akibat daya akomodasi mata berkurang karena usia lanjut. Akibatnya tidak dapat melihat benda yangt dekat maupun jauh. Penderita presbiopi dapat melihat seperti mata normal dengan menggunakan kacamata berlensa rangkap(bifocal). Penderita astigmatisma disebabkan karena lensa mata yang tidak berbentuk sferis, melainkan lebih melengkung pada salah satu bidang daripada bidang yang lainnya. Apabila penderita astigmatisma melihat sekumpulan garis vertical akan tampak jelas, tetapi jika melihat sekumpulan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
36 garis horizontal akan tampak kabur. Kacamata yang dapat menolong penderita astigmatisma adalah kacamata silindris. b. Lup Lup atau yang disebut kaca pembesar merupakan alat optic sederhana berupa lensa cembung yang berfungsi untuk membesarkan bayangan objek sehingga mudah dilihat. Untuk mata tidak berakomodasi, benda yang diamati harus diletakkan di titik focus lup (s=f) dan bayangan yang terbentuk di jauh tak hingga (s’= ∞), maka besarnya perbesaran sudut lup adalah : M=
?? ?
(2.3)
Gambar 2.5 Jalannya sinar dengan lup saat mata tak berakomodasi Sedangkan untuk mata beralomodasi maksimum, maka benda diletakkan di antara titik focus dan lensa, sehingga bayangan terletak di titik baca normal. Besarnya perbesaran sudut lup adalah : M=
?? ?
+1
(2.4)
Gambar 2.6 Jalannya sinar dengan lup saat mata berakomodasi c. Mikroskop Mikroskop memiliki dua bua lensa positif, lensa yang dekat dengan benda disebut lensa objektif dan lensa yang dekat dengan mata disebut lensa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
37 okuler yang berfungsi sebagai lup, dengan jarak focus objektif lebih kecil daripada okuler (fob < fok). Dalam penggunaannya benda harus diletakkan di antara titik fokus objektif dan dua kali fokus lensa objektif. Perbesaran mikroskop secara umum adalah perkalian antara perbesaran lensa objektif mob dengan perbesaran lensa okuler mok. Mtot = mob x mok
(2.4)
Pada mata tidak berakomodasi bayangan dari lensa objektif jatuh tepat pada focus okuler, sehingga bayangan yang terbentuk di titik tak hingga. +
+
fob
fob
fok s’ob
Gambar 2.7 Pembentukan bayangan pada mikroskop dengan mata tak berakomodasi Perbesaran total pada mikroskop dengan mata tak berakomodasi adalah : Mtot = mob x mok Mtot =
??? ? ?? ?
?
x ??
(2.5)
??
Pada mata berakomodasi maksimum bayangan dari lensa objektif
jatuh di antara lensa okuler dan focus lensa okulernya, sehingga terbentuk bayangan maya, terbalik dengan benda asli dan diperbesar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
38 +
+
fob
fob fok s’ob sok
Gambar 2.8 Pembentukan bayangan pada mikroskop dengan mata berakomodasi Perbesaran total pada mikroskop dengan mata berakomodasi adalah : Mtot = mob x mok Mtot =
??? ? ?? ?
?
x ? ? +1
(2.6)
??
Panjang mikroskop secara umum adalah : d = s’ob + sok
(2.7)
Pengamatan dengan mata tidak berakomodasi bayangan jatuh di titik focus okuler, sehingga panjang mikroskopnya adalah : d = s’ob + fok
(2.8)
d. Teropong Teropong atau teleskop adalah alat optik yang digunakan untuk mengamati benda-benda yang sangat jauh. 1) Teropong Bintang Teropong bintang adalah alat optik yang digunakan untuk melihat benda-benda langit yang terletak sangat jauh. Teropong bintang terdiri dari dua buah lensa cembung, yaitu lensa objektif dekat dengan benda dan lensa okuler dekat dengan mata. Pada teropong bintang jarak focus lensa objektif harus lebih besar dari jarak focus lensa okuler (fob > fok). Sinar datang dari benda yang jauh merupakan sinar-sinar parallel dan setelah melewati lensa objektif membentuk bayangan objektif pada titik focus objektif. Bayangan ini selanjutnya menjadi benda pada lensa okuler. Lensa okuler diatur sedemikian rupa sehingga bayangan jatuh di antara lensa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
39 okuler dan titik fokusnya agar terbentuk bayangan maya, terbalik, diperbesar. Pada mata tidak berakomodasi, bayangan oleh lensa objektif jatuh di titik focus lensa okuler (sok = fok), sehingga terbentuk bayangan di titik jauh mata. +
+
Gambar 2.9 Pembentukan bayangan pada teropong bintang dengan mata tak berakomodasi Perbesaran sudut dengan mata tidak berakomodasi adalah: ?
M = ?? ?
(2.9)
d = fob + fok
(2.10)
??
Panjang teropong bintang dengan mata tidak berakomodasi adalah: Penggunaan teropong bintang dengan mata berakomodasi, bayangan yang dibentuk oleh lensa objektif jatuh di antara lensa okuler dan titik focus lensa okulernya, sehingga bayangan oleh lensa okuler jatuh di titik dekat mata pengamat (s’ok = -sn).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
40 +
+
Gambar 2.10 Pembentukan bayangan pada teropong bintang dengan mata berakomodasi Perbesaran sudut dengan mata berakomodasi maksimum adalah: ?
M = ?? ?
(2.11)
d = s’ob + sok
(2.12)
??
Panjang teropong bintang dengan mata berakomodasi adalah: 2) Teropong Bumi Teropong bumi digunakan untuk melihat benda yang terletak jauh di atas permukaan bumi. Teropong bumi terdiri atas 3 lensa positif, yaitu lensa objektif, lensa okuler dan lensa pembalik. Jarak focus lensa objektif lebih besar daripada jarak focus lensa okuler fob>fok dan lensa pembalik terletak di antara lensa objektif dan okuler. Pengamatan menggunakan teropong bumi dengan mata tidak berakomodasi, bayangan oleh lensa objektif jatuh tepat di titik focus lensa okuler, sehingga jarak benda pada lensa okuler sama dengan jarak fokusnya (sok = fok). Perbesaran sudut dengan mata tidak berakomodasi adalah : ?
M = ?? ?
(2.13)
??
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
41
Gambar 2.11 Pembentukan bayangan pada teropong bumi dengan mata tak berakomodasi Panjang teropong bumi dengan mata tidak berakomodasi adalah : d = fob + 4fp + fok Penggunaan
(2.14)
teropong
bumi
dengan
mata
berakomodasi
maksimum, bayangan yang dibentuk oleh lensa okuler jatuh di titik dekat mata (s’ok = -sn). Perbesaran
sudut
pengamatan
teropong
dengan
mata
berakomodasi maksimum adalah : ?
M = ?? ?
(2.15)
??
+
+
+
Gambar 2.12 Pembentukan bayangan pada teropong bumi dengan mata berakomodasi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
42 Panjang teropong bumi dengan mata berakomodasi adalah : d = fob + 4fp + sok
(2.16)
3) Teropong Panggung Teropong panggung atau teropong Galileo menggunakan sebuah lensa cembung sebagai objektif dan sebuah lensa cekung sebagai okuler. Diagram sinar pembentukan bayangan pada teropong panggung sebagai berikut:
mata
Gambar 2.13 Pembentukan bayangan pada teropong panggung Perbesaran dan panjang teropong panggung untuk mata tak berakomodasi berturut-turut memenuhi persamaan: |?
|
M = |?? ? | ??
(2.17)
d = fob + fok
(2.18)
Oleh karena lensa okulernya adalah lensa cekung maka fok bertanda negatif.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
43 e. Kamera
Gambar 2.14 Kamera Bagian-bagian kamera : 1) Lensa cembung berfungsi untuk memfokuskan cahaya pada film di bagian belakang kamera. 2) Diafragma berfungsi untuk mengatur jumlah cahaya yang masuk. Pada mata, fungsi diafragma sama dengan pupil. 3) Film berfungsi sebagai tempat bayangan atau layar. Pada mata, fungsi film sama dengan retina. Pemfokusan adalah peletakan lensa pada posisi yang benar relatif terhadap film untuk mendapatkan bayangan yang paling tajam. Jarak bayangan minimum untuk benda di jarak tak berhingga (∞ ) dan sama dengan panjang fokus. Untuk benda-benda yang lebih dekat, jarak bayangan lebih ?
?
?
besar dari panjang fokus, sesuai dengan persamaan/ rumus lensa ? = ? + ? ? B. Penelitian Yang Relevan Penelitian yang relevan yang dapat mendukung dalam penelitian ini adalah penelitian dari : Kasumawati dari Universitas Sebalas Maret dalam skripsinya berjudul. “REMIDIASI
PEMBELAJARAN
FISIKA
DENGAN
MENGGUNAKAN
METODE DEMONSTRASI PADA POKOK BAHASAN TEKANAN DI SMP” Penelitian ini bertujuan untuk : Mengetahui mana yang lebih efektif antara remidiasi pembelajaran fisika dengan menggunakan metode demonstrasi dilengkapi pemberian tugas dan remidiasi pembelajaran fisika dengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
44 menggunakan metode diskusi yang disertai pemberian tugas pada pokok bahasan tekanan di SMP. Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 20 Surakarta pada tahun ajaran 2009/2010. Dari jumlah populasi penelitian yang terdiri dari 6 kelas VIII, hanya di ambil 2 kelas sebagai sampel, yaitu kelas eksperimen (VIIIA) dan kelas kontrol (VIIIB) sebanyak 40 siswa dalam masing – masing kelas, dan sampel di ambil secara acak. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan teknik tes. Tes diberikan dua kali, yang pertama adalah untuk mengetahui keadaan awal fisika siswa, dan yang kedua adalah untuk mengetahui prestasi belajar fisika siswa. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji t satu ekor untuk mengetahui keefektifan antara pembelajaran remididasi dengan metode demonstrasi dan remidiasi dengan metode diskusi yang masing – masing kelas dilengkapi dengan pemberian tugas pada pokok bahasan Tekanan. Dari analisis data diperoleh to = 2,495 > t(0,05 ; 61) = 1,67, sehingga dapat disimpulkan bahwa remidiasi menggunakan metode demonstrasi disertai tugas lebih efektif dibanding dengan menggunakan metode diskusi disertai tugas untuk meningkatkan prestasi belajar fisika siswa. Arie dari Universitas Untan Pontianak dalam skripsinya berjudul “REMEDIASI
MISKONSEPSI
SISWA
MENGGUNAKAN
MODEL
KOOPERATIF TIPE KANCING GEMERINCING PADA GERAK PARABOLA DI SMA”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas remediasi menggunakan model kooperatif tipe kancing gemerincing pada materi gerak parabola. Metode penelitian yang digunakan adalah Pre-experimental dengan rancangan One Group Pre-test Post-test.Penelitian ini melibatkan 31 siswa kelas XI IPA yang dipilih secara acak menggunakan teknik intact group.Hasil analisis data menunjukkan terjadi penurunan rata-rata persentase miskonsepsi siswa sebesar 35,1%. Uji statistik yang digunakan adalah uji Mc Nemar diperoleh x2tabel (3,84) <x2hitung (8,34) untuk db = 1 sehingga terjadi perubahan konsepsi siswa yang signifikan. Perhitungan harga proposi (ΔS)diperoleh sebesar 0,34dan berdasarkan kriteria harga proporsiyaitu 0,31-0,70 efektivitasnya sedang.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
45 Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan alternatif bagi guru dalam melaksanakan remediasi untuk mengatasi miskonsepsi siswa pada materi gerak parabola. Mila Kartika Sari dari UNS dalam skripsinya berjudul “PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE KANCING GEMERINCING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI (Pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri Kepuh 2 Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo Tahun Pelajaran 2009/2010)”. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Kepuh 2 Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo Tahun Pelajaran 2009/2010 dalam menulis puisi dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing. Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas terdiri dari tiga siklus, tiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Sebagai subjek penelitian adalah siswa kelas V SD Negeri Kepuh 2. Teknik pengumpulan data menggunakan, observasi, wawancara, analisis dokumen, tes dan non tes. Teknik analisis data menggunakan tehnik analisis model interaktif yang terdiri dari tiga komponen analisis yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan simpulan atau verifikasi. Hasil penelitian ini adalah (1) Adanya peningkatan rata-rata nilai yang diperoleh siswa. Pada tes awal 49,3; kemudian pada tes siklus pertama 62,16; pada siklus kedua menjadi 72,46; menjadi 80,62 pada siklus kedua (2) Adanya peningkatan prosentase ketuntasan belajar siswa yang pada tes awal hanya 0%; dan pada tes siklus pertama 30%; pada siklus kedua menjadi 50%; kemudian pada siklus kedua menjadi 90%. Berdasarkan hasil penelitian di atas maka dapat disimpulkan bahwa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing mampu meningkatkan kemampuan menghitung menulis puisi pada siswa kelas V SD N Kepuh 2 Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2009/2010. Enteng Karyana dari Universitas Pendidikan Indonesia dalam skripsinya berjudul “Penerapan Model Kooperatif Tipe Kancing Gemerincing Menggunakan Media Gambar Untuk Meningkatkan Menulis Cerita Rumpang”. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan menulis melengkapi cerita rumpang terutama rumpang kata. Petelitian tindakan menggunakan model
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
46 Stepphen Kemmis dan Taggart, yaitu model yang dimulai dari perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Pembelajaran dilakukan dalam tiga siklus tindakan. Hasil penelitian yaitu pada siklus pertama yang tuntas dalam kemampuan melengkapi cerita rumpang terutama rumpang kata adalah 10 siswa (33%), pada siklus kedua menjadi 18 siswa (60%), dan pada siklus ketiga menjadi 30 siswa (100%). Dari paparan data di atas dapat disimpulkan bahwa penerapan model koopratif tipe kancing gemerincing dengan menggunakan media gambar dapat meningkatkan kemampuan menulis melengkapi cerita rumpang terutama rumpang kata. C. Kerangka Pemikiran Alat optik merupakan salah satu materi pokok yang dipelajari pada semester Genap kelas X SMA. Materi pokok alat optic merupakan materi yang luas cakupannya serta cukup sulit untuk dipahami. Pada materi alat-alat optic sering
terjadi
berbagai
kesalahan
dalam
mengerjakan
soal
sehingga
mengakibatkan hasil belajar tidak maksimal. Sesuai dengan karakteristik materi Alat-alat Optik, kesalahan yang mingkin terjadi pada siswa antara lain kesalahan interpretasi, kesalahan strategi, kesalahan konsep, kesalahan hitung dan kesalahan tanda. Kesalahan interpreatasi merupakan kesalahan mengubah informasi ke dalam ungkapan Fisika serta kesalahan mengartikan maksud soal. Kesalahan strategi merupakan kesalahan siswa dalam mengerjakan sehingga mengarah ke jalan buntu dengan kata lain mengerkjakan dengan cara yang salah sehingga jawaban siswa asal-asalan. Siswa memiliki kemampuan akademik yang berbeda-beda. Ada siswa yang dengan kemampuan akademi baik sehingga dapat memahami materi dengan baik. Siswa yang dapat memahami materi dengan baiik ini tidak menjadi persoalan, tetapi bagi siswa yang tidak memiliki pemahaman yang baik terlebih materi alat optic merupakan pokok bahasan yang luas akan membuat siswa tidak terlalu memahami. Kesulitan siswa dalam memahami materi alat optic membuat ulangan mereka dengan kata lain kemampuan kognitif mereka juga tidak akan baik. Dalam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
47 sistem pembelajaran sekarang diwajibkan siswa memahami minimal 75% kompetensi yang diajarkan. Begitu pula pada SMA N 2 Surakarta yang memiliki nilai KKM 75. Dengan materi alat optic yang luas sangat dimungkinkan banyak siswa yang tidak dapat memnuhi batas minimal yang ditetapkan. Dalam mengatasi masalah bagi siswa yang belum tentus perlu diadakan remidi. Dalam meremidi siswa perlu diadakan pemetaan siswa. Karena tidak semua siswa mengalami kesulitan pada materi pokok yang sama. Setelah diketahui materi pokok yang tidak dipahami, siswa yang mengalami kesulitan yang sama dikelompokkan. Kelompok-kelompok yang telah terbentuk diberi masalah dengan materi yang telah disesuaikan dan didiskusikan bersama teman kelompok. Dalam pemebelajaran remidi ini digunakan model kooperatif dengan teknik talking chips. Dimana siswa akan memiliki kesempatan yang sama dalam berpendapat sehingga tidak terjadi dominasi diantara anggota kelompok. Penggunaan model pembelajaran kooperatif dengan teknik akan membuat siswa menjadi aktif dengan kata lain minat siswa akan tumbuh dan masalah yang dialami bisa dibantu temannya dan bisa juga dengan bantuan guru. Proses ini membuat hasil penilaian kognitif ulang dalam pokok bahasan yang tidak meraka pahami akan menjadi lebih baik karena mereka akan lebih memahami materi. Berdasarkan uraian di atas dapat digunakan kerangka berpikir penelitian seperti terlihat pada gambar 2.15
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
48 PERMASALAHAN Hasil belajar aspek kognitif siswa rendah dan belum mencapai KKM
AKAR MASALAH Penggunaan pembelajaran masih bersifat konvensional atau berpusat pada guru
SOLUSI Remediasi Pembelajaran dengan Model Kooperatif tipe Talking Chips
1. 2. 3.
4.
5.
6.
TAHAPAN TALKING CHIPS Guru menyiapkan kancing-kancing/ benda yang lainnya. Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok. Tiap siswa mendapatkan kancing tergantung pada sukar tidaknya tugas yang diberikan. Setiap siswa yang berpendapat, harus menyerahkan salah satu kancingnya dan meletakkan di tengah- tengah. Jika kancing yang dimiliki habis tidak boleh berbicara lagi sampai kancing semua rekannya juga habis. Jika semua kancing sudah habis dan tugas belum selesai, boleh mengambil kesepakatan untuk membagi kancing lagi dan mengulangi prosedurnya kembali.
AKIBAT Siswa cenderung pasif pembelajaran Siswa kurang terlibat pembelajaran Siswa kurang tertarik mengikuti pembelajaran Pemahaman konsep siswa rendah.
dalam dalam untuk Fisika
MAKA Melibatkan siswa secara aktif dengan adanya banyak interaksi dan diskusi. Menumbuhkan ketertarikan siswa terhadap pembelajaran Menumbuhkan daya pikir serta mengembangkan pengetahuan siswa dengan diskusi yang menyenangkan Saling bertukar pengetahuan dan pengalaman
TARGET Hasil belajar aspek kognitif siswa meningkat dan mencapai KKM
Gambar 2.15 Kerangka berpikir
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
49 D. Pengajuan Hipotetis Berdasarkan hal – hal yang telah dikemukakan di atas, maka dapat diajukan hipotesis yaitu remidiasi pembelajaran fisika dengan menggunakan model kooperatif dengan teknik kancing gemerincing (talking chips) lebih efektif dibanding dengan metode pemberian tugas pada materi pokok alat-alat optik di SMA.
commit to user