BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pendekatan Saintifik Pembelajaran
dengan
pendekatan
saintifik
adalah
proses
pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik berperan aktif dalam pembelajaran. Peran aktif tersebut meliputi menyusun konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati, merumuskan masalah, mengajukan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan”. Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami
berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa
informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh karena itu kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber melalui observasi, dan bukan hanya diberi tahu. Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran melibatkan keterampilan
proses
seperti
mengamati,
mengklasifikasi,
mengukur,
meramalkan, menjelaskan, dan menyimpulkan. Dalam melaksanakan prosesproses tersebut, bantuan guru diperlukan. Akan tetapi bantuan guru tersebut harus semakin berkurang dengan semakin bertambah dewasanya siswa atau semakin tingginya kelas siswa. Metode saintifik sangat relevan dengan tiga teori belajar yaitu teori Bruner, teori Piaget, dan teori Vygotsky. Teori belajar Bruner disebut juga teori belajar penemuan. Ada empat hal pokok berkaitan dengan teori belajar Bruner (dalam Carin & Sund, 1975: 173). Pertama, individu hanya belajar dan mengembangkan pikirannya apabila ia menggunakan pikirannya. Kedua, dengan melakukan proses-proses kognitif dalam proses penemuan, siswa akan memperoleh sensasi dan kepuasan intelektual yang merupakan suatau penghargaan intrinsik. Ketiga, satu-satunya cara agar seseorang dapat 7
8 mempelajari teknik-teknik dalam melakukan penemuan adalah ia memiliki kesempatan untuk melakukan penemuan. Keempat, dengan melakukan penemuan maka akan memperkuat retensi ingatan. Empat hal di atas adalah bersesuaian dengan proses kognitif yang diperlukan dalam pembelajaran menggunakan metode saintifik. Teori
Piaget,
menyatakan
bahwa
belajar
berkaitan
dengan
pembentukan dan perkembangan skema (jamak skemata). Skema adalah suatu struktur mental atau struktur kognitif yang dengannya seseorang secara intelektual beradaptasi dan mengkoordinasi lingkungan sekitarnya (Baldwin, 1967: 36). Skema tidak pernah berhenti berubah, skemata seorang anak akan berkembang menjadi skemata orang dewasa. Proses yang menyebabkan terjadinya perubahan skemata disebut dengan adaptasi. Proses terbentuknya adaptasi ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi
merupakan
proses
kognitif
yang
dengannya
seseorang
mengintegrasikan stimulus yang dapat berupa persepsi, konsep, hukum, prinsip ataupun pengalaman baru ke dalam skema yang sudah ada didalam pikirannya. Akomodasi dapat berupa pembentukan skema baru yang dapat cocok dengan ciri-ciri rangsangan yang ada atau memodifikasi skema yang telah ada sehingga cocok dengan ciri-ciri stimulus yang ada. Dalam pembelajaran diperlukan adanya penyeimbangan atau ekuilibrasi antara asimilasi dan akomodasi. Vygotsky, dalam teorinya menyatakan bahwa pembelajaran terjadi apabila peserta didik bekerja atau belajar menangani tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas-tugas itu masih berada dalam jangkauan kemampuan atau tugas itu berada dalam zone of proximal development daerah terletak antara tingkat perkembangan anak saat ini yang didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu. (Nur dan Wikandari, 2000: 4). Pembelajaran dengan metode saintifik memiliki karakteristik sebagai berikut: 1) berpusat pada siswa.
9 2) melibatkan keterampilan proses sains dalam mengonstruksi konsep, hukum atau prinsip. 3) melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa. 4) dapat mengembangkan karakter siswa. Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ilmiah (saintifik). Langkahlangkah pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam proses pembelajaran meliputi menggali informasi melaui pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian mengolah data atau informasi, menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan, dan mencipta. Untuk mata pelajaran, materi, atau situasi tertentu, sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara prosedural. Pada kondisi seperti ini, tentu saja proses pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat ilmiah dan menghindari nilai-nilai atau sifat-sifat nonilmiah. Pendekatan saintifik
dalam pembelajaran disajikan
sebagai
berikut: a. Mengamati (observasi) Metode
mengamati
mengutamakan
kebermaknaan
proses
pembelajaran (meaningful learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan media obyek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan mudah pelaksanaannya. Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik. Sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Kegiatan mengamati
dalam
pembelajaran
sebagaimana
disampaikan
dalam
Permendikbud Nomor 81A/2013, hendaklah guru membuka secara luas dan bervariasi kesempatan peserta didik untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan: melihat, menyimak, mendengar, dan membaca. Guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal yang penting
10 dari suatu benda atau objek. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah melatih kesungguhan, ketelitian, dan mencari informasi. b. Menanya Dalam kegiatan mengamati, guru membuka kesempatan secara luas kepada peserta didik untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, dibaca atau dilihat. Guru perlu membimbing peserta didik untuk dapat mengajukan pertanyaan: pertanyaan tentang yang hasil pengamatan objek yang konkrit sampai kepada yang abstra berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, atau pun hal lain yang lebih abstrak. Pertanyaan yang bersifat faktual sampai kepada pertanyaan yang bersifat hipotetik. Dari situasi di mana peserta didik dilatih menggunakan pertanyaan dari guru, masih memerlukan bantuan guru untuk mengajukan pertanyaan sampai ke tingkat di mana peserta didik mampu mengajukan pertanyaan secara mandiri. Dari kegiatan kedua dihasilkan sejumlah pertanyaan. Melalui kegiatan bertanya dikembangkan rasa ingin tahu peserta didik. Semakin terlatih
dalam
bertanya
maka
rasa
ingin
tahu
semakin
dapat
dikembangkan. Pertanyaan terebut menjadi dasar untuk mencari informasi yang lebih lanjut dan beragam dari sumber yang ditentukan guru sampai yang ditentukan peserta didik, dari sumber yang tunggal sampai sumber yang beragam. Kegiatan “menanya” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor
81a Tahun 2013, adalah
mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik). Adapun kompetensi yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat.
11 c. Mengumpulkan Informasi Kegiatan “mengumpulkan informasi” merupakan tindak lanjut dari
bertanya.
Kegiatan
ini
dilakukan
dengan
menggali
dan
mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Untuk itu peserta didik dapat membaca buku yang lebih banyak, memperhatikan fenomena atau objek yang lebih teliti, atau bahkan melakukan eksperimen. Dari kegiatan tersebut terkumpul sejumlah informasi. Dalam Permendikbud Nomor mengumpulkan informasi dilakukan sumber lain selain buku teks,
81a Tahun 2013, aktivitas
melalui eksperimen,
membaca
mengamati objek/ kejadian/, aktivitas
wawancara dengan nara sumber dan sebagainya. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah mengembangkan sikap teliti, jujur,sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi
melalui
berbagai
cara
yang dipelajari,
mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat. d. Mengasosiasikan/ Mengolah Informasi/Menalar Kegiatan “mengasosiasi/ mengolah informasi/ menalar” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor
81a Tahun 2013, adalah memproses
informasi yang sudah
dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi. Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan. Kegiatan ini dilakukan untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainya, menemukan pola dari keterkaitan informasi tersebut. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan.
12 Aktivitas ini juga diistilahkan sebagai kegiatan menalar, yaitu proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-kata empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran pada Kurikulum 2013 dengan pendekatan ilmiah banyak merujuk pada teori belajar asosiasi atau pembelajaran asosiatif. Istilah asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada kemamuan mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian memasukannya menjadi penggalan memori. Selama mentransfer peristiwa-peristiwa khusus ke otak, pengalaman tersimpan dalam referensi dengan peristiwa lain. Pengalaman-pengalaman yang sudah tersimpan di memori otak berelasi dan berinteraksi dengan pengalaman sebelumnya yang sudah tersedia. e. Menarik kesimpulan Kegiatan menyimpulkan dalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik merupakan kelanjutan dari kegiatan informasi.
Setelah
menemukan
keterkaitan
mengolah data atau antar
informasi
dan
menemukan berbagai pola dari keterkaitan tersebut, selanjutnya secara bersama-sama dalam satu kesatuan kelompok, atau
secara individual
membuat kesimpulan. f. Mengkomunikasikan Pada pendekatan scientific guru diharapkan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengkomunikasikan apa yang telah mereka pelajari. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui
menuliskan atau
menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil tersebut disampikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik atau kelompok peserta didik tersebut. Kegiatan “mengkomunikasikan” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, adalah menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya.
13 Adapun kompetensi yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar. 2. Pembelajaran Gasing (Gampang, Asyik dan Menyenangkan) a. Pengertian Strategi Secara harfiah, kata “strategi” dapat diartikan sebagai seni (art) melaksanakan stratagem yakni siasat atau rencana. Dalam perspektif psikologi, kata strategi yang berasal dari bahasa Yunani, berarti rencana
tindakan
yang
terdiri
atas
seperangkat
langkah
untuk
memecahkan masalah atau tujuan. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia strategi diartikan sebagai rencana cermat tentang suatu kegiatan guna meraih suatu target atau sasaran. Dari uraian tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa strategi merupakan sejumlah rencana yang sudah diatur sedemikian rupa untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu. Dengan demikian antara strategi dan metode memiliki arti atau makna yang berbeda. Di mana kalau metode berkaitan langsung dengan pembelajaran (antara guru dan siswa), maka strategi mengatur ketepatan penggunaan berbagai metode dalam pembelajaran. Dengan kata lain strategi pembelajaran mengandung arti lebih luas dari pada metode. Strategi pembelajaran menurut para ahli pendidikan yaitu: 1) Pakar Psikologi Pendidikan Australia Michael J. Lawson (1991) yang dikutip oleh Muhibbin Syah dalam buku Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru (1995: 214), mengartikan strategi pembelajaran sebagai prosedur mental yang berbentuk tatanan langkah yang menggunakan upaya ranah cipta untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu. 2) Geriach dan Ely (1980) yang dikutip oleh Muhibbin Syah (1995: 214), menjelaskan bahwa strategi pembelajaran merupakan caracara yang dipilih untuk menyampaikan metode pembelajaran
14 dalam lingkungan pembelajaran tertentu. Di mana strategi pembelajaran yang dimaksud meliputi sifat lingkup dan urutan kegiatan pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman belajar peserta didik. 3) Drs. J.J. Hasibuan dan Drs. Moedjiono menjelaskan bahwa strategi dalam pembelajaran adalah pola umum perbuatan guru dan murid di dalam proses pembelajaran.(Hasibuan dan Moedjiono, 2009: 3) Dengan memahami beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran adalah siasat guru dalam mengefektifkan, mengefisienkan, serta mengoptimalkan fungsi dan interaksi antara siswa dengan komponen pembelajaran dalam suatu kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pengajaran. b. Komponen Strategi Pembelajaran Ada beberapa hal pokok yang harus diperhatikan guru dalam melaksanakan strategi pembelajaran, diantaranya adalah tahapan- tahapan pembelajaran. Menurut Riyanto terdapat 3 tahapan dalam strategi pembelajaran yaitu: 1) Tahap pendahuluan (Pra-Instruksional) adalah kegiatan persiapan guru sebelum kegiatan
pembelajaran dimulai. Pada kegiatan ini guru
diharapkan dapat menarik minat peserta didik atas materi pelajaran yang disampaikan. Kegiatan pendahuluan yang disampaikan dengan menarik dan menyenangkan akan dapat memotivasi belajar peserta didik
yang
pada
akhirnya
akan meningkatkan hasil belajar
peserta didik. Dalam kegiatan pembelajaran pendahuluan yang dapat dilakukan guru, antara lain: a) Memeriksa kehadiran siswa. b) Pretest (menayangkan materi sebelumnya). c) Apersepsi (mengulas
kembali
secara
singkat
materi
sebelumnya). 2) Tahap penyampaian informasi atau pengajaran (Instruksional) adalah
langkah-langkah
yang
dilakukan
saat
pembelajaran
15 berlangsung. Penyampaian informasi seringkali dianggap sebagai suatu kegiatan yang paling penting dalam proses pembelajaran. Dalam kegiatan ini, guru juga harus memahami dengan baik situasi dan kondisi yang dihadapinya. Dengan demikian, informasi yang disampaikan dapat diserap oleh peserta didik dengan baik. Dalam hal ini, kegiatan yang dilakukan guru, antara lain: a) Menjelaskan tujuan pengajaran pada siswa b) Menuliskan pokok-pokok materi yang akan dibahas c) Membahas pokok-pokok materi yang telah ditulis d) Menggunakan alat peraga e) Menyimpulkan hasil pembahasan dari semua pokok materi 3) Tahap penilaian dan tindak lanjut (evaluasi) adalah penilaian atas hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran dan tidak lanjutnya. Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan oleh guru, antara lain: a) Mengajukan pertanyaan pada siswa tentang materi yang telah dibahas b) Mengulas kembali materi yang belum dikuasai siswa c) Memberi tugas atau pekerjaan rumah pada siswa d) Menginformasikan pokok materi yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya.( Nana Sudjana, 2009: 147-151) Tahapan-tahapan tersebut memiliki hubungan erat dengan penggunaan
strategi
pembelajaran.
Oleh
karena
itu,
setiap
penggunaan strategi pembelajaran harus merupakan rangkaian yang utuh dengan tahapan-tahapan pengajaran. Adapun tahapan pengajaran seperti pada gambar berikut: Tahap Pra Instruksional
Tahap Instruksional
Tahap Evaluasi & Tindak Lanjutan
Gambar 3.1. Tahapan Pengajaran Fisika GASING
16 c. Pembelajaran Gasing Gasing
merupakan
akronim
dari
gampang,
asyik
dan
menyenangkan. Fisika Gasing adalah suatu metode pembelajaran fisika yang diciptakan dan dikembangkan pada tahun 1996 oleh Prof. Yohanes Surya Ph.D, agar fisika dapat dipelajari dan diajarkan secara gampang, asyik dan menyenangkan. Strategi pembelajaran Gasing merupakan terobosan reformasi dalam pembelajaran fisika. Strategi pembelajaran Gasing mengajarkan bagaimana berfikir seperti seorang fisikawan dalam menyelesaikan soal-soal fisika dengan pendekatan logika dan hampir tanpa rumus, karena strategi pembelajaran Gasing ini menggunakan metode logika biasa berdasarkan konsep dasar fisika dan kemampuan hitung dasar matematika yang meliputi tambah, kurang, bagi, dan kali, siswa dapat mengerjakan soal dengan cepat dan benar. Jadi, pembelajaran
Gasing
melatih
memecahkan
berbagai
persoalan
strategi
bagaimana mengungkapkan atau fisika
dengan logika kata-kata,
sementara rumus bisa menyesuaikan setelahnya. Strategi pembelajaran Gasing dikembangkan dan diprakarsai oleh Prof. Yohanes Surya, Ph.D, ilmuan fisika yang lahir di Jakarta, 6 November 1963 dan saat ini menjabat sebagai ketua TOFI (Tim Olimpiade Fisika Indonesia), guru besar di Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga
dan
juga
sebagai
rektor
UMN
(Universitas
Multimedia Nusantara). Menurut Prof. Yohanes Surya, jika siswa diharuskan menghafal rumus untuk belajar fisika justru akan membuat siswa semakin membenci pelajaran fisika. Oleh karena itu idealnya harus dimulai dari mengerti konsep, membangun logika, setelah itu baru menuangkannya dalam bentuk rumus. Dengan adanya pembelajaran Gasing peserta didik diharapkan lebih menyukai pelajaran fisika dan tidak lagi menganggap bahwa fisika adalah pelajaran membosankan,
dan
memiliki IQ tinggi.
hanya
bisa
dikuasai
yang
sulit,
oleh orang-orang yang
17 Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Prof. Yohanes Surya, untuk membuat fisika itu gampang, asyik dan menyenangkan (Gasing) beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu : 1) Hindari matematika yang sulit, kalau perlu cari alternatif solusi yang menggunakan matematika lebih sederhana. 2) Manfaatkan pengertian konsep fisika yang benar dan lebih menekankan pada logika dibandingkan dengan menggunakan rumusrumus turunan. 3) Gunakan angka-angka yang mudah dan bulat seperti 1, 2, atau 10 ketika sedang mengajarkan konsep melalui berbagai contoh soal. Hindari angka-angka koma atau pecahan agar konsentrasi siswa tidak disimpangkan dari solusi fisika ke solusi matematika. 4) Perbanyak dialog langsung dengan siswa terutama tentang konsepkonsep fisika yang baru diajarkan. Meminta siswa mengeluarkan pendapatnya untuk menyelesaikan soal-soal yang berhubungan dengan konsep yang diberikan. 5) Perbanyak eksperimen dan demonstrasi fisika sehingga setiap siswa menikmati asyiknya fisika dan siswa bisa merasakan bahwa fisika itu sungguh menyenangkan. Dalam pelaksanaan strategi pembelajaran Gasing dapat dibagi menjadi beberapa tahapan, yaitu: 1) Tahap pertama: Dialog Sederhana Dialog merupakan bentuk komunikasi dua arah, dalam hal ini yang terlibat adalah guru dan siswa. Menurut teori belajar connectionism atau bond hypothesis yang dikemukakan oleh Thorndike, belajar adalah pembentukan atau penguatan hubungan antara S (stimulus) dan R (respon) sehingga antara S dan R terjadi suatu hubungan (bond) yang bertambah erat bila sering dilatih. Berkat latihan hubungan antara S dan R harus memberikan ”satisfaction”
atau
kepuasan.
Rasa
kepuasan
merupakan
reinforcement atau penguat. Tentang hubungan S dan R, Thorndike
18 menemukan bermacam-macam hukum atau laws. Beberapa di antaranya adalah: a) Law of effect Hubungan S dan R bertambah erat kalau disertai oleh perasaan senang atau puas, akan tetapi menjadi lemah atau lenyap kalau disertai oleh rasa tidak senang. Rasa senang menyebabkan sekresi hormon pada sinapsis, sehingga hubungan menjadi lancar. Karena itu memuji dan membesarkan hati siswa (rasa senang) lebih baik dalam pengajaran daripada menghukum atau mencelanya (rasa tidak senang). b) Law of exercise atau law of use and law of disuse (hukum latihan atau hukum penggunaan dan penidakgunaan) Hubungan S dan R bertambah erat kalau sering dilatih (exercise) atau digunakan (use) dan akan berkurang erat kalau lenyap atau tidak pernah digunakan (disuse). Karena itu perlu diadakan banyak latihan dan pembiasaan. c) Law of multiple response (hukum respon berganda) Dalam situasi yang problematis di mana tidak segera tampak respons yang tepat, individu mengadakan bermacammacam percobaan yang mula-mula tidak berhasil, akan tetapi akhirnya mungkin memberi jawaban yang tepat. Prosedur ini disebut “trial-and-error”, mencoba-coba sambil berbuat kekeliruan. d) Law of assimilation atau law of analogy (hukum asimilasi atau hukum analogi) Seorang dapat menyesuaikan diri atau memberi respon yang sesuai dengan situasi baru yang sedikit berlainan dengan yang
sudah-sudah
namun
mengandung
unsur-unsur
yang
bersamaan (identical element). Dari keempat hukum di atas, dapat disimpulkan bahwa hubungan antara S (stimulus) dan R (respon) sangat berperan penting dan saling
19 berkaitan dalam proses pembelajaran untuk mencapai hasil belajar yang diharapkan. 2) Tahap kedua: Berimajinasi atau berfantasi. Sebenarnya imajinasi atau fantasi dalam proses pendidikan penting untuk dimiliki peserta didik, tapi aspek ini banyak diabaikan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar. Imajinasi penting karena dengan imajinasi siswa akan bisa melahirkan sebuah konsep, kreativitas, inovasi dan perilaku yang aktual dalam kehidupannya. Dengan kata lain, imajinasi lebih utama daripada pengetahuan. 3) Tahap ketiga: Menyajikan contoh-contoh soal secara relevan. Latihan atau training, merupakan suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Cara ini dapat
juga digunakan
untuk
memperoleh
suatu
ketangkasan,
ketepatan, kesempatan, dan keterampilan peserta didik dengan tujuan untuk memperkuat penguasaan matematika peserta didik. Dalam latihan ini, peserta didik hanya berlatih dengan menggunakan logika matematika yang sederhana yaitu penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian. 4) Tahap keempat: Menyajikan materi secara mendalam. Dengan memberikan makna fisis terhadap setiap besaranbesaran fisika, diharapkan peserta didik mengetahui fenomenafenomena apa saja yang dialami oleh setiap objek dalam butir soal. 5) Tahap kelima: Memberikan variasi soal. Tugas atau resitasi, merupakan suatu cara menyajikan bahan pelajaran di mana guru memberikan tugas tertentu berupa variasi soal agar peserta didik melakukan kegiatan belajar, kemudian harus dipertanggungjawabkannya. Tugas yang diberikan oleh guru dapat memperdalam bahan pelajaran, dan dapat pula mengecek bahan yang telah dipelajari. Tugas dapat merangsang peserta didik untuk aktif belajar baik secara individual maupun kelompok.
20 Kelima tahapan yang dilakukan dalam strategi pembelajaran Gasing ini selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut: Tahap-Tahap
Aktivitas Guru
Tahap 1
Guru
Dialog sederhana
memulai
pembelajaran
dengan
berdialog secara sederhana dengan siswa seputar materi yang akan dipelajari. Dari dialog ini diharapkan siswa dapat memberikan pendapatnya, sehingga timbul hubungan yang erat antara S dan R.
Tahap 2
Guru membantu siswa untuk berimajinasi
Berimajinasi atau
mengenai kejadian-kejadian yang berhubungan
berfantasi
dengan materi yang sedang dipelajari.
Tahap 3
Guru memberikan latihan berupa soal-soal
Menyajikan contoh
soal
contohsecara
sederhana yang hanya menggunakan formulasi matematika
berupa
penjumlahan,
relevan
pengurangan, perkalian dan pembagian. Hal
Tahap 4
ini bertujuan untuk memperkuat penguasaan Guru memberikan matematika siswa. makna fisis setelah siswa
Menyajikan
materi
dirasa mampu mengerjakan semua soal-soal
secara mendalam Tahap 5
sederhana tadi. Guru kembali memberikan soal namun yang
Memberikan
lebih bervariasi, soal tersebut dapat berupa
soal
variasi
soal cerita. Tabel 2.1. Tahapan-tahapan dalam pembelajaran GASING Sebagaimana diketahui bahwa tidak ada satupun strategi
pembelajaran yang benar-benar sempurna, pada satu sisi terdapat kelebihan dan pasti pada sisi yang lain terdapat kekurangan. Berikut ini merupakan kelebihan dan kekurangan strategi pembelajaran Gasing yaitu:
21 Kelebihan
Kekurangan
Membuat fisika menjadi lebih gampang, Pada saat ulangan berupa asyik dan menyenangkan karena dalam soal esai, jika siswa tidak mengerjakan soal-soal fisika tidak harus menyertakan menghafalkan rumus fisika.
penghitungan rumus,
dengan
meski
hasil
jawabannya benar akan Waktu yang digunakan lebih efektif dan tetap Secaradinyatakan umum salah. strategi efisien,
karena
apabila
menggunakan pembelajaran
Gasing
rumus konvensional,
belum bisa
soal-soal fisika
umumnya baru dapat
untuk Menyelesaikan soal-soal
diselesaikan oleh siswa dalam waktu
fisika di perguruan tinggi
yang
karena
cukup
lama.
Tapi
dengan
diterapkan
umumnya
strategi pembelajaran Gasing, peserta
mahasiswa dituntut untuk
didik
bias
dapat
menyelesaikan
soal-soal
dalam waktu relatif lebih cepat.
menurunkan
berbagai rumus
Tabel 2.2. kelebihan dan kekurangan Pembelajaran GASING 3. Metode Demonstrasi a. Pengertian Metode Demonstrasi Metode pembelajaran merupakan sebuah cara yang digunakan guru untuk melaksanakan rencana yaitu mencapai tujuan pembelajaran yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata atau praktis. Metode pembelajaran sudah bersifat praktis untuk diterapkan. Cakupan metode pembelajaran lebih kecil
daripada strategi atau model pembelajaran.
Dengan kata lain Metode pembelajaran adalah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsung pembelajaran (Sudjana, 1989: 76). Metode demonstrasi adalah pertunjukan tentang proses terjadinya suatu peristiwa atau benda sampai pada penampilan tingkah laku yang dicontohkan agar dapat diketahui dan dipahami oleh peserta didik secara nyata atau tiruannya (Syaiful, 2008: 210).
22 Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan (Muhibbin Syah, 2000: 22). Sementara menurut Syaiful Bahri Djamarah (2000: 2) bahwa metode demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk memperlihatkan sesuatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran. Menurut Syaiful (2008: 210) metode demonstrasi ini lebih sesuai untuk mengajarkan bahan-bahan pelajaran yang merupakan suatu gerakangerakan, suatu proses maupun hal-hal yang bersifat rutin. Dengan metode demonstrasi peserta didik berkesempatan mengembangkan kemampuan mengamati segala benda yang sedang terlibat dalam proses serta dapat mengambil kesimpulan-kesimpulan yang diharapkan. b. Tujuan Metode Demonstrasi Tujuan pengajaran menggunakan metode demonstrasi adalah untuk memperlihatkan proses terjadinya suatu peristiwa sesuai materi ajar, cara pencapaiannya dan kemudahan untuk dipahami oleh siswa dalam pengajarn kelas. Metode demonstrasi mempunyai beberapa kelebihan dan kekekurangan. Manfaat psikologis dari metode demonstrasi adalah : 1.
Perhatian siswa dapat lebih dipusatkan .
2.
Proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari.
3.
Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri siswa. Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2008: 211) kelebihan dan
kekurangan metode demonstrasi adalah sebagai berikut : No 1
Kelebihan Proses
pe,belajaran
Kekurangan akan
lebih
Metode demonstrasi memerlukan
menarik lantaran siswa tidak hanya
persiapan yang lebih matang sebab
mendengar, tetapi juga melihat
tanpa persiapan yang memadai
23 peristiwa
yang
terjadi
secara
langsung
demonstrasi bias gagal, sehingga dapat menyebabkan metode ini tidak efektif lagi.
2
Terjadinya verbalisme akan dapat
Guru harus mencobanya terlebih
dihindari karena siswa diminta
dahulu beberapa kali sehingga
langsung
memerlukan lebih banyak waktu.
memperhatikan
bahan
pelajaran yang dipergakan dan dijelaskan 3
Dengan
mengamati
secara
Demonstrasi
memerlukan
langsung, siswa akan memiliki
kemampuan dan ketrampilan guru
kesempatan untuk membandingkan
yang
antara teori dan kenyataan. Dengan
dituntut bekerja lebih profesional
demikian
lebih
dan juga kemauan serta motivasi
materi
guru yang bagus demi keberhasilan
siswa
meyakini
akan
kebenaran
pembelajaran
khusus
sehingga
guru
proses pembelajaran siswa.
Dengan metode demonstrasi, proses penerimaan siswa terhadap pelajaran akan lebih berkesan secra mendalam, sehingga membentuk pengertian dengan baik dan sempurna. Juga siswa dapat mengamati dan memperhatikan apa yang diperlihatkan selama pelajaran berlangsung. 4. Metode Diskusi a. Pengertian Diskusi Metode diskusi dalam belajar adalah suatu cara penyajian/ penyampaian bahan pelajaran dimana guru memberikan kesempatan kepada para siswa/ kelompok-kelompok siswa yang mengadakan pembicaraan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternatif pemecahan atas suatu masalah. Forum diskusi dapat diikuti oleh seluruh siswa di dalam kelas, dapat pula dibentuk kelompok-kelompok kecil. Yang perlu diperhatikan adalan hendaknya para siswa berpartisipasi secara aktif dalam setiap forum diskusi. Semakin banyak siswa terlibat dan menyumbangkan pikirannnya, semakin banyak pula yang dapat mereka pelajari. Perlu pula diperhatikan
24 peran guru. Apabila campur tangan dan main perintah dari guru, niscaya siswa tidak akan dapat belajar banyak. b. Bentuk-Bentuk Diskusi Metode diskusi dalam belajar memiliki beberapa bentuk, yaitu: 1) The social problem meeting Dalam bentuk diskusi ini, para siswa berbincang-bincang memecahkan masalah sosial di kelas atau di sekolahnya dengan harapan, bahwa setiap siswa akan merasa terpanggil untuk mempelajari dan bertingkah laku sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku. 2) The open-endet meeting Para siswa berbincang-bincang mengenai masalah apa saja yang. berhubungan dengan kehidupan mereka sehari, kehidupan mereka di sekolah, dengan segala sesuatu yang terjadi di lingkungan di sekitar mereka. 3) The educational-diagnosis meeting Para siswa berbincang-bincang mengenai pelajaran di kelas dengan maksud untuk saling mengoreksi pemahaman mereka atas pelajaran yang telah diterimanya agar masing-masing anggota memperoleh pemahaman yang lebih baik. c. Langkah-Langkah Diskusi Metode diskusi dalam belajar memiliki langkah-langkah sebagai berikut: 1. Guru mengemukakan masalah yang akan didiskusikan dan memberikan
pengarahan
seperlunya
mengenai
cara-cara
pemecahannya. 2. Dengan pimpinan guru, siswa membentuk kelompok diskusi, memilih pemimpin diskusi (ketua, sekretaris/ pencatat, pelapor dan sebagainya (bila perlu), mengatur tempat duduk, ruangan sarana dan sebagainya. 3. Para siswa berdiskusi di kelompoknya masing-masing sedangkan guru berkeliling dari kelompok satu ke kelompok yang lain untuk
25 menjaga serta memberi dorongan dan bantuan sepenuhnya agar setiap anggota kelompok berpartisipasi aktif supaya diskusi bejalan dengan lancar. 4. Kemudian tiap kelompok diskusi melaporkan hasil diskusinya. Hasil-hasil diskusi yang dilaporkan ditanggapi oleh semua siswa (terutama bagi kelompok lain). Guru memberi ulasan dan menjelaskan tahap-tahap laporan-laporan tersebut. 5. Para siswa mencatat hasil diskusi tersebut, dan para guru mengumpulkan hasil diskusi dari tiap-tiap kelompok, sesudah siswanya mencatat untuk fail kelas. Dalam proses diskusi, peranan guru sangat penting untuk memastikan diskusi berjalan dengan baik. Berikut ini peranan guru dalam metode diskusi: a. Penunjuk jalan Guru memberikan petunjuk umum dalam diskusi untuk mencapai kemajuan di dalam diskusi. Guru merumuskan jalannya diskusi andaikata terjadi penyimpangan dari masalah. Apabila guru mengalami dalam diskusi terjadi jawaban buntu, maka guru meluangkan jalan bagi murid sehingga diskusi berjalan dengan lancar. b. Pengatur lalu lintas Guru mengajukan semua pertanyaan secara teratur untuk semua anggota diskusi, guru menjaga agar semua anggota dapat berbicara bergiliran untuk ini biasanya diadakan urutan-urutannya atau terjamin, guru menjaga supaya diskusi jangan hanya semata-mata dikuasai oleh murid-murid yang gemar berbicara, guru terhadap murid yang pendiam dan pemalu guru harus mendorongnya supaya ia berani mengeluarkan pendapatnya. c. Dinding penangkis Guru atau pemimpin diskusi harus memantulkan semua pertanyaan yang diajukan kepada semua pengikut diskusi. Dia tidak harus menjawab pertanyaan yang harus diberikan kepadanya. Dia hanya
26 boleh menjawab pertanyaan yang tidak dapat dijawab oleh pengikut diskusi. Ini bertujuan agar semua pengikut diskusi dapat menjawabnya. d. Manfaat Metode Diskusi Diskusi kelompok/kelas dapat memberikan sumbangan yang berharga terhadap belajar murid, antara lain: 1. Membantu murid untuk tiba kepada pengambilan keputusan yang lebih baik ketimbang ia memutuskan sendiri, karena terdapat berbagai sumbangan pikiran dari peserta lainnya yang dikemukakan dari berbagai sudut pandangan. 2. Mereka tidak terjebak dengan jalan pikirannya sendiri yang kadangkadang salah. 3. Segala kegiatan belajar akan memperoleh dukungan bersama dari seluruh kelompok/kelas hingga memperoleh hasil belajar yang lebih baik. 4. Membantu mendekatkan atau mengeratkan hubungan antar kegiatan kelas dengan tingkat perhatian dan derajat dari pada anggota kelas. 5. Apabila dilaksanakan dengan cermat, maka diskusi merupakan cara belajar yang menyenangkan dan merangsang pengalaman, karena dapat merupakan pelepasan ide-ide dan pendalaman, wawasan mengenai sesuatu.
e. Keuntungan Dan Kelemahan Metode Diskusi Menurut Subroto (2002: 185) ada beberapa keuntungan dan kelemahan metode diskusi antara lain sebagai berikut: No
Kelebihan
1
Metode diskusi melibatkan siswa
Suatu diskusi tidak dapat
secara
diramalkan sebelumnya mengenai
belajar.
langsung
Kekurangan
dalam
proses
bagaimana hasil sebab tergantung kepada kepemimpinan siswa dan partisipasi anggota-anggotanya.
27 2
Setiap
siswa
dapat
menguji
Jalannya diskusi dapat dikuasai
pengetahuan dan penguasaan bahan
(didominasi) oleh beberapa siswa
pelajarannya masing-masing.
yang menonjol sehingga siswa yang kurang berani menunjukkan pendapatnya menjadi pasif
3
Metode diskusi dapat menumbuh
Perasaan dibatasi waktu
dan mengembangkan cara berpikir
menimbulkan kedangkalan dalam
dan sikap ilmiah.
diskusi sehingga hasilnya tidak bermanfaat.
4
5
Dengan
mengajukan
dan
Apabila suasana diskusi hangat
mempertahankan pendapatnya dalam
dan siswa sudah berani
diskusi diharapkan para siswa akan
mengemukakan pikiran mereka
dapat memperoleh kepercayaan akan
maka biasanya sulit untuk
(kemampuan) diri sendiri.
membatasi pokok masalahnya
Metode diskusi dapat menunjang
Jumlah siswa di dalam kelas yang
usaha-usaha pengembangan sikap
terlalu besar akan mempengaruhi
sosial dan sikap demokratis para
setiap siswa untuk
siswa.
mengemukakan pendapatnya.
5. Minat Belajar a. Konsep Minat Belajar Sanjaya (2008: 229) mengemukakan: “belajar pada dasarnya adalah suatu proses aktivitas mental seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya sehingga menghasilkan perubahan tingkah laku yang positif baik perubahan dalam aspek pengetahuan, sikap, maupun psikomotor”. Sedangkan menurut Hilgard dalam Sanjaya (2008: 228-229): “learning is the process by which an activity originates or changed through training procedures (wether in the laboratory or in the natural environment) as distinguished from changes by factors not atributable to training”. Menurut Hilgard, belajar adalah proses perubahan melalui
28 kegiatan atau prosedur latihan baik latihan di dalam laboratorium maupun dalam lingkungan alamiah. Kriteria keberhasilan dalam belajar di antaranya ditandai dengan terjadinya perubahan tingkah laku pada diri individu yang belajar. Dikutip dari teori behavioristik dalam Sanjaya (2008: 54): “belajar adalah pembentukan asosiasi antara kesan yang ditangkap panca indra dengan kecenderungan untuk bertindak atau hubungan antara Stimulus dan Respons (S-R).” Maka peneliti menyimpulkan bahwa belajar merupakan kegiatan yang dilakukan untuk merubah tingkah laku seseorang (siswa) dari yang asalnya tidak tahu menjadi tahu setelah adanya masukan (stimulus) yang diberikan. Perubahan dapat berupa perubahan dalam sisi pengetahuan, keterampilan maupun sikap. Salah satu faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar adalah minat, sebagaimana dikutip dari Slameto (2003: 10): “belajar lebih berhasil bila berhubungan dengan minat...”. Sedangkan pengertian minat seperti yang dipaparkan oleh beberapa tokoh adalah: 1) „Kesadaran seseorang bahwa suatu objek, seseorang atau suatu soal atau suatu situasi mengandung sangkut paut dengan dirinya”. (Mursal, dalam Djamarah, 2008: 94)‟, 2) ‘Interest is persisting tendency to pay attention to and enjoy some activity or content’. Hilgard berpendapat bahwa minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. (Hilgard, dalam Slameto 2003: 57), 3) “Rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh.” (Slameto, 2003: 180), Maka peneliti menyimpulkan bahwa minat adalah suatu gejala psikis berupa perhatian, rasa senang, ketertarikan, keingintahuan dan kecenderungan untuk memperhatikan suatu objek untuk mengetahui karena pentingnya nilai dari suatu objek tanpa adanya paksaan. Minat seseorang dapat dilihat dari suatu tanggapannya maupun partisipasi dari kegiatan yang
29 dilakukannya. Jika dikaitkan dengan kegiatan pembelajaran sendiri adalah kecenderungan seseorang dalam memperhatikan dan menyukai sebuah kegiatan pembelajaran, sehingga timbul rasa ingin tahu di dalam diri seseorang terhadap materi yang akan disampaikan kepadanya. Minat belajar merupakan sebuah alasan bagi siswa untuk melakukan aktivitas belajar. Tanpa adanya minat dalam diri siswa terhadap hal yang akan dipelajari, maka ia akan ragu-ragu untuk belajar sehingga tidak menghasilkan hasil belajar seperti yang diharapkan. Hamalik (2009: 110-111) mengemukakan: Kegiatan yang didasari dengan penuh minat akan lebih mendorong siswa belajar lebih baik sehingga akan meningkatkan hasil belajar. Minat belajar akan muncul jika siswa merasa tertarik terhadap berbagai hal yang akan dipelajari, atau jika siswa tersebut menyadari kaitan hal-hal yang akan dipelajarinya tersebut terhadap pertumbuhan dan perkembangan pribadinya. Sedangkan Dalyono dalam Djamarah (2008: 191) berpendapat: “minat belajar yang besar cenderung menghasilkan prestasi yang tinggi, sebaliknya minat belajar kurang akan menghasilkan prestasi belajar yang rendah”. Proses pembelajaran akan berlangsung efektif ketika timbul keaktifan dari siswa sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dua arah. Sedangkan dalam melaksanakan proses pembelajaran sendiri banyak hal yang dapat membuat prestasi belajar siswa berkurang, diantaranya adalah faktor dari dalam diri dan faktor dari luar diri siswa. sudah menjadi tugas dari seorang guru untuk meningkatkan minat belajar siswa untuk meningkatkan prestasi belajarnya dikarenakan “minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat.” (Djamarah, 2008: 190). Kemudian Slameto (2003: 180) yang memaparkan: “minat tidak dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh kemudian. Minat terhadap sesuatu dipelajari dan mempengaruhi penerimaan minat-minat baru”.
30 Krapp, et. al dalam (Dewi Suhartini 2001: 23) mengkategorikan minat menjadi tiga yaitu: 1) Minat Personal 2) Minat Situasional 3) Minat Psikologikal Minat personal diartikan sebagai sebuah minat yang bersifat permanen dan relatif stabil yang mengarah pada minat khusus mata pelajaran tertentu. Minat personal merupakan suatu bentuk rasa senang ataupun tidak senang, tertarik tidak tertarik terhadap mata pelajaran tertentu. Minat biasanya tumbuh dengan sendirinya tanpa pengaruh yang besar dari rangsangan eksternal. Kemudian minat situasional, yang merupakan minat yang bersifat tidak permanen dan relatif berganti-ganti, tergantung rangsangan dari eksternal. Rangsangan misalnya dapat berupa metode mengajar guru, penggunaan sumber belajar dan media yang menarik, suasana kelas, serta dorongan keluarga. Jika minat situasional dapat dipertahankan sehingga berkelanjutan secara jangka panjang, minat situasional akan berubah menjadi minat personal atau minat psikologis siswa, semua tergantung pada dorongan atau rangsangan yang ada. Jika siswa memiliki pengetahuan yang cukup tentang suatu mata pelajaran, dan dia memilki kesempatan untuk mendalaminya dalam aktivitas yang terstruktur dikelas atau pribadi (di luar kelas) serta mempunyai penilaian yang tinggi atas mata pelajaran maka dapat dinyatakan bahwa siswa memiliki minat psikologikal. Namun jika dilihat dari cara atau bentuk pengekspresiannya, minat diklasifikasi menjadi empat jenis, yaitu: 1) Expressed Interest, minat yang diekspresikan melalui verbal yang menunjukkan apakah seseorang itu menyukai atau tidak menyukai suatu objek atau aktivitas 2) Manifest Interest, minat yang disimpulkan dari keikutsertaan individu pada suatu kegiatan tertentu. 3) Tested Interest, minat yang disimpulkan dari tes pengetahuan atau keterampilan dalam suatu kegiatan
31 4) Inventoried Interest, minat yang diungkapkan melalui inventori minat atau daftar aktivitas dan kegiatan yang sama dengan pernyataan. (Super & Krites, dalam Dewi Suhartini, 2001: 25) b. Indikator Minat Belajar Minat seseorang terhadap sebuah hal dapat dilihat dari berbagai kegiatan atau aktivitas yang berhubungan dengan minatnya. Merupakan tugas seorang guru untuk menganalisa minat belajar siswa melalui kegiatan yang dilakukan oleh siswa terhadap sebuah objek yang disenanginya. Minat merupakan motif yang mendorong individu untuk aktif dalam sebuah kegiatan, termasuk kegiatan pembelajaran. Sebagaimana dikemukakan oleh Djamarah (2008: 153) bahwa: ”minat merupakan kecenderungan psikologis yang menyenangi suatu objek, belum sampai melakukan kegiatan. Namun minat adalah motivasi dalam belajar. Minat merupakan potensi psikologi yang dapat dimanfaatkan untuk menggali motivasi”. Menurut Sukartini yang dikutip dari Dewi Suhartini (2001: 26), yang menyebutkan bahwa dalam menganalisa minat dapat dilihat dari halhal sebagai berikut: 1) Keinginan untuk mengetahui atau memiliki sesuatu. 2) Objek-objek atau kegiatan yang disenangi. 3) Jenis kegiatan untuk mencapai hal yang disenangi. 4) Usaha untuk merealisasikan keinginan atau rasa senang terhadap sesuatu. Pernyataan di atas senada dengan pendapat Djamarah (2008: 166167) mengungkapkan bahwa minat dapat diekpresikan anak didik melalui : 1) Pernyataan lebih menyukai sesuatu daripada yang lainnya. 2) Partisipasi dalam aktif dalam suatu kegiatan. 3) Cenderung memberikan perhatian yang lebih besar yang lebih besar terhadap sesuatu yang diminatinya tanpa menghiraukan yang lain. Maka guru sebagai tenaga pengajar harus selalu berusaha untuk memancing dan mendorong siswa agar selalu tertarik dengan penuh perhatian terhadap pelajaran yang diberikan dan merasa nyaman ketika mengikuti pelajaran, seperti membuat variasi metode dalam menyampaikan
32 materi, intonasi suara, penampilan, gaya, dan sebagainya. Karena perhatian bukan merupakan karakter bawaan dasar yang bersifat konstan dan stagnan, tapi perhatian berjalan secara aktif dan dinamis. Maka perhatian harus selalu dipupuk dan diperhatikan agar dalam kegiatan belajar mengajar berjalan secara aktif dan dinamis. c. Menumbuhkan Minat Belajar Siswa Seseorang dikatakan memiliki minat apabila dirinya merasa tertarik terhadap sebuah fenomena yang dihadapinya. Pada proses pembelajaran sendiri, jika seorang siswa memiliki minat terhadap pelajaran tertentu maka siswa akan merasa senang dan memberikan perhatian yang lebih kepada saat berlangsungnya mata pelajaran sehingga timbul keinginan dari dirinya untuk terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Senada dengan pendapat yang dikemukakan oleh Djamarah (2008: 81): “sesuatu yang menarik minat dan dibutuhkan anak, akan menarik perhatiannya, dengan demikian mereka akan bersungguh-sungguh dalam belajar.” Proses pembelajaran akan berlangsung dengan lancar apabila yang disertai dengan minat belajar yang baik dari dalam diri siswa, sehingga pada akhirnya dapat mempengaruhi hasil belajarnya. Dalyono dalam Djamarah (2008: 191) berpendapat: „minat belajar yang besar cenderung menghasilkan prestasi yang tinggi, sebaliknya minat belajar kurang akan menghasilkan prestasi belajar yang rendah‟. Minat belajar sangat penting dimiliki oleh siswa dalam kegiatan pembelajaran namun minat belajar harus ditumbuhkan sendiri oleh masingmasing siswa. Peranan guru, bahan dan pihak lain hanya memperkuat menumbuhkan minat dan untuk memelihara minat yang telah dimiliki seseorang. Dalam upaya untuk memperkuat atau menumbuhkan minat dan memelihara minat yang telah dimiliki siswa, Tanner & Tanner (dalam Slameto, 2003: 181) mengungkapkan bahwa: Para pengajar disarankan untuk berusaha memanfaatkan minat siswa yang telah ada ataupun membentuk minat-minat baru pada diri siswa dengan jalan memberikan informasi pada siswa mengenai hubungan antara suatu bahan pengajaran yang akan diberikan dengan bahan pengajaran yang lalu, menguraikan kegunaannya bagi siswa di masa yang akan datang.
33 Menurut Rooijakkers dalam Slameto (2003: 181): „Menumbuhkan minat-minat baru dapat pula dicapai dengan cara menghubungkan bahan pengajaran dengan suatu berita sensasional yang sudah diketahui kebanyakan siswa‟. Kemudian Djamarah (2008: 167) mengemukakan bahwa terdapat beberapa macam cara yang dapat guru lakukan untuk membangkitkan minat anak didik, diantaranya sebagai berikut: 1) Membandingkan adanya suatu kebutuhan pada diri anak didik, sehingga dia rela belajar tanpa paksaan. 2) Menghubungkan bahan pelajaran yang diberikan dengan persoalan pengalaman yang dimiliki anak didik, sehingga anak
didik mudah
menerima bahan pelajaran. 3) Memberikan kesempatan kepada anak didik untuk mendapatkan hasil belajar yang baik dengan cara menyediakan lingkungan belajar yang kreatif dan kondusif. 4) Menggunakan berbagai macam bentuk dan teknik mengajar dalam konteks perbedaan individual anak didik. Maka peneliti menyimpulkan bahwa faktor terbesar dalam mengupayakan pembelajaran yang lebih terarah adalah minat belajar dari dalam diri siswa sendiri dan faktor eksternal hanyalah upaya dalam membangkitkan dan memelihara minat yang timbul dari dalam diri siswa. Seorang guru harus dapat menjadi motivator bagi siswa dalam menumbuhkan dan memelihara minat yang ada. Adapun cara yang ditempuh untuk menumbuhkan minat belajar di dalam penelitian adalah dengan cara menggunakan sebuah multimedia Flip Book sebagai media pembelajaran. Diharapkan dengan adanya dorongan dari dalam diri siswa setelah melaksanakan proses pembelajaran dengan menggunakan media Flip Book, dapat tercipta minat-minat lain dari dalam diri siswa untuk mengikuti pembelajaran sehingga proses pembelajaran akan berlangsung lebih terarah.
34 6. Prestasi Belajar Fisika Siswa Prestasi belajar Fisika siswa adalah hasil belajar yang diperoleh siswa setelah mengikuti pembelajaran Fisika. Prestasi belajar diperoleh dengan cara melakukan evaluasi. Cronbach dan Stufflebeam sebagaimana dikutip oleh Suharsimi Arikunto dan Cepi Syafrudin Abdul Jabar (2009: 5 ) mengemukakan arti dari evaluasi sebagai “ … upaya menyediakan informasi untuk disampaikan kepada pengambil keputusan”. Hasil belajar yang diperoleh siswa sebagaimana yang dirumuskan oleh Bloom meliputi tiga ranah yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. a. Ranah Kognitif Bloom seperti dikutip oleh Kelvin Seifert (2008:150-152) mengklasifikasikan ranah kognitif dalam taksonominya sebagai berikut : 1) Pengetahuan, merupakan kemampuan untuk mengingat atau mengenali fakta dan gagasan berdasarkan permintaan. 2) Pemahaman, merupakan kemampuan untuk menggunakan pengetahuan yang sudah diingat lebih kurang sama dengan yang sudah diajarkan dan sesuai dengan maksud penggunaannya. 3) Aplikasi, merupakan kemampuan menggunakan gagasan-gagasan atau prinsip-prinsip umum dalam situasi-situasi tertentu. 4) Analisa, merupakan kemampuan untuk mengelompokkan sebuah gagasan atau wacana dan mengevaluasi masing-masing kelompok tersebut. 5) Sintesa, merupakan kemampuan untuk mengkombinasikan beberapa elemen ke dalam sebuah struktur yang lebih besar atau menyeluruh . 6) Evaluasi, merupakan kemampuan untuk menilai seberapa baik gagasangagasan
dan
materi-materi
pengetahuan
dalam
memenuhi
kriteriakriteria tertentu. Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa yang berupa ranah kognitif terdiri dari enam tingkatan yaitu pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisa, sintesa dan evaluasi. Urutan kemampuan tersebut menunjukkan tingkatan berfikir siswa yang semakin
35 kompleks. Taksonomi ini dikembangkan oleh Bloom pada tahun 50-an. Pada tahun 2001, sekelompok siswa Bloom yaitu Anderson dan rekannya merevisi taksonomi Bloom. Revisi yang dilakukan Anderson adalah menggabungkan domain analisa dan sintesa menjadi domain analisa saja dan menambah domain mencipta setelah domain evaluasi. Dalam Richard, I Arends (2008: 117) disebutkan taksonomi Bloom yang telah direvisi adalah mengingat ,memahami, menerapkan, menganalisa, mengevaluasi, dan mencipta. b. Ranah Afektif Krathwohl seperti dikutip oleh Kelvin Seifert (2008: 152-154) mengklasifikasikan ranah afektif sebagai berikut : 1) Menerima, merupakan kesediaan untuk menjadi sensitif dan mengikuti aneka stimulus. 2) Merespon, merupakan keinginan untuk melakukan sesuatu menyangkut stimulus atau gagasan disamping hanya sekedar menyadarinya. 3) Menilai, merupakan perasaan dan keyakinan bahwa objek, gagasan atau kelompok gagasan tertentu memiliki sebuah nilai. 4) Mengorganisasikan, yaitu menghubungkan nilai-nilai tertentu dalam usaha membentuk sebuah sistem dan memutuskan prioritas dari masingmasing nilai tersebut. 5) Melakukan karakterisasi melalui sebuah nilai atau kompleksitas nilai, merupakan pengorganisasian nilai-nilai ke dalam sebuah sistem dan integrasi dari masing-masing sistem itu sendiri. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa yang berupa ranah afektif berkaitan erat dengan sikap-sikap yang dimiliki siswa. Oleh karena itu diperlukan juga pengamatan dan penilaian terhadap ranah afektif untuk mengetahui prestasi belajar siswa. c. Ranah Psikomotor Simpson seperti dikutip oleh W.S. Winkel (1996: 245 ) membagi ranah psikomotor sebagai berikut :
36 1) Persepsi, merupakan kemampuan untuk menyadari akan datangnya rangsangan yang ada di sekitarnya. 2) Kesiapan, mencakup kemampuan untuk menempatkan dirinya dalam keadaan akan memulai suatu gerakan atau rangkaian gerakan. 3) Gerakan terbimbing, mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak-gerik sesuai contoh yang diberikan. 4) Gerakan yang terbiasa, mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak-gerik dengan lancar. 5) Gerakan kompleks, mencakup kemampuan untuk melakukan suatu keterampilan yang terdiri atas beberapa komponen dengan lancar, tepat, dan efisien. 6) Penyesuaian pola gerakan, mencakup kemampuan untuk mengadakan dan menyesuaikan pola gerak-gerik dengan kondisi setempat atau menunjukkan suatu taraf keterampilan yang mencapai kemahiran 7) Kreativitas, mencakup kemampuan untuk melahirkan pola gerak-gerik atas dasar prakarsa atau inisiatif sendiri. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa yang berupa ranah psikomotor berkaitan erat dengan keterampilanketerampilan siswa yang lebih spesifik pada suatu gerakan atau aktivitas-aktivitas tertentu. Oleh karena itu diperlukan juga pengamatan dan penilaian terhadap ranah psikomotor untuk mengetahui prestasi belajar siswa. Hasil-hasil belajar di atas relevan dengan tujuan belajar yang sudah diuaraikan sebelumnya. Ranah kognitif berkaitan dengan tujuan belajar untuk memperoleh pengetahuan, ranah afektif berkaitan dengan tujuan belajar untuk memperoleh penanaman sikap mental atau nilai-nilai dan ranah psikomotor berkaitan dengan tujuan belajar untuk memperoleh keterampilan. 7. Gerak Lurus Gerak adalah perubahan kedudukan (posisi) suatu benda terhadap titik acuan tertentu. Perpindahan adalah besaran yang memiliki besar dan arah. Besaran perpindahan disebut dengan besaran vektor. Sementara jarak
37 merupakan panjang keseluruhan lintasan yang ditempuh besaran skalar yang tidak tergantung pada arah. Perbedaan Kelajuan dan Kecepatan
Kelajuan didefinisikan sebagai cepat lambatnya perubahan jarak terhadap perubahan waktu. Kelajuan = Kelajuan rata-rata =
Kecepatan didefinisikan sebagai cepat lambatnya perubahan kedudukan benda terhadap waktu. Kecepatan =
=
Kecepatan rata-rata =
⃗
⃗⃗⃗⃗
⃗⃗⃗⃗
⃗⃗⃗⃗
Perbedaan Percepatan dan Perlajuan Sebuah benda yang kecepatannya berubah dikatakan mengalami percepatan. Artinya perubahan kecepatan akan mengakibatkan adanya percepatan. Percepatan merupakan besaran vektor. Sedangkan perlajuan menyatakan nilai atau besar percepatan sehingga selalu berharga positif sebab tidak memperhatikan arahnya (besaran skalar). ⃗
Percepatan = Percepatan rata-rata = Kelajuan sesaat
⃗⃗⃗⃗⃗
⃗⃗⃗⃗ ⃗⃗⃗⃗⃗
⃗⃗⃗⃗ ⃗⃗⃗⃗⃗
38 Karakteristik GLB Yang dimaksud dengan gerak lurus adalah gerak yang lintasannya berupa garis lurus. Contoh gerak lurus adalah gerak mobil di jalan tol yang lurus dan gerak kereta api. Hubungan antara s, v dan t pada GLB Hubungan s, v dan t secara matematis dirumuskan : ⃗
⃗
Dimana : V = kecepatan benda (m/s) S = perpindahan benda (m) t = waktu tempuh (s) Grafik hubungan v-t dan s-t pada GLB Untuk grafik s-t
Gambar 2.2. Grafik hubungan s-t Dari grafik hubungan s-t yang diperoleh dapat dikatakan jarak yang ditempuh s benda berbanding lurus dengan waktu tempuh t. Makin besar waktunya maka makin besar pula jarak yang ditempuh Untuk grafik v-t
Gambar 2.3. v-t pada GLB
39 Grafik hubungan v-t tersebut menunjukkan bahwa kecepatan benda selalu tetap tidak tergantung pada waktu, sehingga grafiknya merupakan garis lurus yang sejajar sumbu t (waktu). Karakteristik GLBB Gerak lurus berubah beraturan adalah gerak suatu bendapada lintasan lurus dengan kecepatan berubah secara konstan setiap waktu. Merumuskan hubungan s, v, a dan t pada GLBB Percepatan merupakan perubahan kecepatan tiap satuan waktu. Dirumuskan : ⃗
⃗
(1)
Jika diambil t0 = 0 dan percepatan konstan terhadap waktu maka akan diperoleh ⃗ ⃗
⃗ Atau ⃗
⃗
⃗
(2)
Bagaimana dengan perpindahan benda yang bergerak dengan kecepatan awal dan percepatan selama selang waktu tertentu? Terlebih dahulu kita menghitung kecepatan rata – rata dari gerakan benda. ⃗ ⃗
⃗ Atau ⃗
⃗
⃗
(3)
Karena kecepatan bertambah secara beraturan, kecepatan rata – rata akan berada ditengah – tengah antara kecepatan awal dan kecepatan akhir. ⃗
⃗
(4)
Kita gabungkan dua persamaan terakhir dengan persamaan (2) dan didapatkan ⃗
⃗
⃗
⃗
⃗
(
⃗
)
⃗
⃗
(
⃗
⃗
)
Atau ⃗
⃗
⃗
⃗
(5)
40 Dengan persamaan (4) dan persamaan (3) yang telah digabungkan : ⃗
⃗
⃗
⃗
⃗
⃗
(
)
Berikutnya, kita selesaikan persamaan (2) untuk mendapatkan : ⃗ ⃗
|
⃗
|
(6)
Dan dengan menstubtitusikan persamaan ini ke persamaan di atasnya, kita dapatkan : ⃗
⃗ ⃗
⃗
(
⃗ ⃗
)(
⃗
)
⃗
⃗
⃗ ⃗
Kita selesaikan untuk ⃗ dan mendapatkan : ⃗
⃗
⃗ ⃗
⃗
(7)
Grafik Hubungan s-t dan v-t pada GLBB Berdasarkan persamaan
dengan
dan
dianggap
konstan. Kita dapat melukiskan grafik hubungan antara x dan t sebagai berikut 1
Gambar 2.4. Grafik hubungan s-t pada GLBB Berdasarkan persamaan
kita dapat melukis grafik
hubungan antara v dan t sebagai berikut
Gambar 2.5. Grafik hubungan v-t pada GLBB
41 Pada gambar grafik di atas menunjukkan bahwa perpindahan yang ditempuh benda (x/s) dalam waktu t sama dengan luas daerah di bawah grafik yang dibatasi oleh sumbu v-t (daerah yang diarsir) Gerak Jatuh Bebas Suatu contoh yang paling umum mengenai GLBB adalah benda yang dibiarkan jatuh bebas dengan jarak yang tidak jauh dari permukaan tanah. Gerak jatuh bebas hanya dipengaruhi percepatan gravitasi bumi. Hambatan di udara diabaikan dalam gerak jatuh bebas. Sumbangan Galileo yang spesifik terhadap pemahaman kita mengenai gerak benda jatuh bebas dapat dirangkum sebagai berikut : Pada suatu lokasi tertentu di Bumi dan dengan tidak adanya hambatan udara, semua benda jatuh dengan percepatan konstan yang sama. Rumus kecepatan :
Rumus jarak/ketinggian : Jarak yang ditempuh selama t sekon
√ dari rumus
dan
( ) √ Gerak Vertikal ke Bawah Gerak vertikal ke bawah merupakan GLBB dipercepat karena adanya percepatan gravitasi serta kecepatan awal (gaya dorong). Jika sebuah benda dijatuhkan dengan kecepatan tertentu ( berlaku rumus
) maka setelah t sekon
42
Gerak Vertikal ke Atas Gerak vertikal ke atas merupakan gerak suatu benda yang dilempar vertikal ke atas dengan kecepatan tertentu. Gerak ini merupakan GLBB yang diperlambat. Jika sebuah benda dilemparkan ke atas dengan kecepatan awal ( ) maka berlaku rumus sebagai berikut
waktu untuk mencapai titik tertinggi syarat
maka
Tinggi maksimum benda : ( )
B. Penelitian yang Relevan Telah
banyak
penelitian
yang
membuktikan
besarnya
strategi
pembelajaran dalam proses pembelajaran seperti: 1. Penelitian yang dilakukan Siti Rizanatul Faizah yang berjudul “Efektivitas Penggunaan
Strategi
Pembelajaran
Gasing
Menyenangkan) Terhadap Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran Fisika Kelas X
(Gampang,
Asyik,
dan
Peserta Didik MAN 1 Purwodadi
Materi Pokok Gerak”. Hasil penelitian
yang telah dilakukan dengan menggunakan Strategi pembelajaran GASING dapat meningkatkan hasil belajar pada pokok bahasan Gerak Lurus siswa SMA kelas X. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Umi Ma‟sumah dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Physics Fun Materi Fluida Statik terhadap Minat Belajar Fisika Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Slawi Tahun Ajaran 2008/2009”. Hasil penelitian dengan Pembelajaran Physics Fun dapat meningkatkan prestasi belajar siswa SMA kelas X.
43 3. Penelitian yang dilakukan oleh Moh machfud syaifudin (2008) dengan judul “Pembelajaran Model Peer Tutoring Berparadigma Integrasi-Interkoneksi Untuk Meningkatakan Minat Dan Prestasi Belajar Fisika”. Hasil penelitiannya keberhasilan penerapan model ini terjadi pada siklus III yaitu meningkatnya prestasi belajar dan dengan berparadigma integrasi dan interkoneksi dapat meningkatkan minat belajar fisika. C. Kerangka Berpikir Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan sebelumnya dapat dinyatakan bahwa
prestasi
belajar siswa
dipengaruhi oleh
pendekatan
pembelajaran, penggunaan metode mengajar, dan minat belajar siswa. 1) Pengaruh penggunaan pembelajaran GASING melalui metode demonstrasi dan metode diskusi terhadap prestasi belajar siswa Penggunaan pembelajaran GASING melalui metode demonstrasi, siswa akan dapat melakukan pengamatan secara langsung terhadap fenomena atau peristiwa Fisika. Dari pengamatan tersebut siswa akan mendapatkan pemahaman tentang suatu konsep lebih tepat dan lebih jelas, karena siswa melihat secara langsung proses suatu kejadian. Penggunaan pembelajaran GASING melalui metode diskusi, siswa mendapatkan kesempatan untuk mencari pengetahuan dengan proses mengobservasi, mengumpulkan informasi dari tukar menukar pendapat, membahas bersama, lalu menyimpulkan hasilnya. Dengan diskusi ini kemampuan berfikir memecahkan masalah siswa dilatih dan dikembangkan. Penggunaan metode mengajar yang berbeda akan memberikan pengaruh yang berbeda pula dalam mempelajari Fisika bagi siswa. Kedua metode pembelajaran yang diterapkan dengan pengunaan pembelajaran GASING tersebut memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Berdasarkan uraian tersebut, dapat diduga bahwa metode demonstrasi akan memberikan pengaruh yang lebih kuat terhadap prestasi belajar siswa daripada metode diskusi berdasarkan karakteristik Fisika yang sudah diuraikan sebelumnya.
44 2) Pengaruh antara minat belajar siswa tinggi, sedang, dan rendah terhadap prestasi belajar siswa Berdasarkan
teori,
dinyatakan
bahwa
faktor-faktor
yang
mempengaruhi belajar siswa yang meliputi faktor internal dan faktor eksternal. Minat belajar siswa merupakan bagian dari faktor internal tersebut. Minat belajar siswa berkaitan dengan dorongan dalam diri siswa untuk mengikuti proses pembelajaran. Dengan minat belajar yang tinggi tentu akan menimbulkan dampak terhadap tingkat prestasi belajar siswa. Sebaliknya jika minat belajar siswa rendah, maka akan mengakibatkan tingkat prestasi siswa juga rendah. Dengan demikian, minat belajar siswa juga ikut mempengaruhi prestasi belajar siswa. Minat belajar siswa dalam penelitian ini dikategorikan menjadi tiga, yaitu minat belajar tinggi, sedang, dan rendah. Melalui minat belajar yang tinggi prestasi belajar cenderung lebih baik daripada minat belajar siswa yang sedang maupun rendah. Berdasarkan uraian tersebut, dapat diduga bahwa minat belajar kategori tinggi akan memberikan pengaruh yang lebih kuat terhadap prestasi belajar siswa dibandingkan mootivasi belajar kategori sedang dan rendah. 3) Interaksi antara penggunaan metode pembelajaran dengan minat belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa Telah diuraikan pada pembahasan sebelumnya bahwa penggunaan pembelajaran GASING melalui metode demonstrasi dan diskusi memberikan perbedaan pengaruh yang berbeda terhadap prestasi belajar siswa. Demikian pula dengan pengelompokan kategori minat belajar siswa tinggi, sedang, dan rendah yang memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Apabila faktor penggunaan pendekatan dan metode pembelajaran tersebut berinteraksi dengan faktor pengelompokan minat belajar tinggi, sedang, dan rendah maka interaksi pun akan memberikan pengaruh yang berbeda terhadap prestasi belajar. Berdasarkan uraian tersebut, dapat diduga bahwa ada interaksi antara penggunaan metode pembelajaran dengan minat belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa.
45 Berdasarkan uraian di atas terdapat hubungan antara metode yang digunakan oleh guru dan minat yang dimiliki siswa terhadap prestasi belajar siswa. Dari uraian kerangka berpikir tersebut dapat dibuat suatu skema kerangka berpikir yang dapat di lihat pada gambar di bawah ini : Siswa kurang memperhatikan materi yang disampaikan guru diakibatkan oleh penggunaan metode pembelajaran yang kurang tepat. Hal ini akan berpengaruh pada hasil belajar siswa Metode pembelajaran sangat penting perannya dalam mempermudah guru dalam mentransfer informasi atau isi pembelajaran kepada siswa dikarenakan pembelajaran dapat lebih menarik, interaktif, dan sikap siswa menjadi positif terhadap materi pelajaran
Pembelajaran GASING menggunakan metode demonstrasi merupakan metode pembelajaran yang digunakan untuk mengajak peran aktif siswa untuk melogika materi dalam bentuk demonstrasi dan kegiatan yang asyik sehingga terlihat lebih menarik dan diharapkan mampu menarik minat siswa untuk belajar
Proses pembelajaran akan berlangsung dengan lancar apabila disertai dengan minat belajar yang baik sehingga dapat mempengaruhi prestasi belajarnya
Pembelajaran GASING menggunakan metode demonstrasi disertai tingkat minat siswa akan mempengaruhi prestasi belajar siswa Gambar 2.13 Skema Kerangka D. Hipotesis Berfikir Berdasarkan landasan teori, kerangka pemikiran, dan rumusan masalah yang diajukan, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : 1.
Ada perbedaan pengaruh penggunaan strategi pembelajaran GASING menggunakan metode demonstrasi dan diskusi terhadap kemampuan kognitif siswa.
46 2.
Ada perbedaan pengaruh antara minat belajar siswa kategori tinggi, sedang, dan rendah terhadap prestasi belajar siswa.
3.
Terdapat interaksi antara model pembelajaran dan minat belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa.