15
BAB II LANDASAN TEORI
A. Teori yang Berkenaan dengan Variabel yang Diambil. 1. Teori Signaling dan Asimetri Informasi. Teori signaling dikembangkan dalam ilmu ekonomi dan keuangan untuk
memperhitungkan
kenyataan
bahwa
orang-orang
(insiders)
perusahaan pada umumnya memiliki informasi yang lebih baik dan lebih cepat berkaitan dengan kondisi mutakhir dan prospek perusahaan dibandingkan dengan investor luar.23 Dalam teori signaling dikatakan bahwa perusahaan
yang
berkualitas bagus akan memiliki insentif untuk menyakinkan investor luar bahwa perusahaannya memang benar-benar bagus. Salah satu cara agar perusahaan tersebut dapat menyampaikan informasi tentang keuanggulan kinerja perusahaan ke investor luar namun tidak dapat ditiru oleh perusahaan yang berkinerja buruk yaitu dengan memberi sinyal (signal) yang membuat biaya yang lebih mahal, yang tidak menungkinkan perusahaan yang berkualitas rendah untuk menirunya, namun perusahaan yang berkineja bagus masih tetap dapat membiayainya.24
23
Zaenal Arifin. Teori Keuangan dan Pasar Modal. (Yogyakarta : EKONISIA. 2005).
Hlm11. 24
Zaenal Arifin. Teori Keuangan dan Pasar Modal. (Yogyakarta : EKONISIA. 2005). Hlm 12.
15
16
Konsep signaling dan asimetri informasi ini sangat berkaitran erat terhadap teori-teori keuangan. Dalam teori simetri informasi mengatakan bahwa investor memiliki informasi yang sama dengan yang dimiliki oleh para manajer mengenai prospek perusahaan. Namun dalam kenyataannya manajer memiliki informasi yang relatif lebih lengkap dibanding para investor luar, hal ini disebut telah terjadi informasi asimetri. Informasi asimetri ini berkaitang dentgan teori signaling yakni suatu tindakan yang diambil oleh manajemen perusahaan akan memberikan petunjuk bagi para investor bagaimana mereka harus menilai prospek perusahaan tersebut.25 Dasar dari teori ini adalah bahwa manajer dan pemegang saham tidak memiliki akses informasi perusahaan yang sama atau adanya asimetri informasi. Ada informasi tertentu yang hanya diketahui oleh manajer, sedangkan para pemegang saham tidak mengetahui informasi tersebut. Akibatnya, ketika kebijakan pendanaan perusahaan mengalami perubahan, hal itu dapat membawa informasi kepada pemegang saham yang akan menjadikan nilai perusahaan berubah. Dengan kata lain muncul pertanda atau sinyal (signaling).26
25
Najmundin. Manajemen Keuangan & Akuntansi Syar’iyyah modern. (Yogyakarta : CV Andi. 2011). Hlm 308. 26 Irham Fahmi. Pengantar Pasar Modal Panduan Bagi Para Akademisi dan Praktisi Bisnis dalam Memahami Pasar Modal Indonesia. (Bandung: Alfabeta. 2012). Hlm. 100.
17
B. Tinjauan Umum tentang Pasar Modal. 1.
Sejarah dan Pengertian Pasar Modal Indonesia Perkembangan bursa efek di Indonesia tidak terlepas dari pasang surutnya iklim politik, ekonomi dan keuangan negara ini. Bursa Efek Indonesia mengalami kemunduran aktifitasnya ditahun 1040, waktu negara Belanda diserang dan diduduki oleh bangsa Jerman. Setelah itu muncul lagi tahun 1952 dan seolah-olah menghilang sejak tahun 1958, kemudian bangkit kembali pada tanggal 10 Agustus 1977. Pada tahun 1968 Bank Indonesia membentuk Tim Persiapan Pasar Uang dan Modal tahun 1969 yang diketuai Gubernur Bank Indonesia. Tahun 1972 tim ini diganti dengan Badan Pembina Pasar Uang dan Modal, pada penghujung tahun 1976 badan inilah yang melahirkan Bapepam (Badan Peklaksana Pasar Modal) dan PT. Persero Danareksa.27 Pada tahun 1977 sejak dibuka kembalinya Pasar Modal yang diawasi dan dilaksanakan oleh Bapepam, badan yang di dalam linghkungan Departemen Keuangan. Di samping Bapepam pelaku pasar modal adalah perusahaan-perusahaan efek, yang menjadi perantara antara perusahaan yang membutuhkan dana dan para pemilik dana, para akuntan, notaris, penasehat hukum,dan para penilai, yang menduduki tempat vital dalam kongfigurasi pasar modal, fungsi Bapepam diganti pada tahun 1970 yang dari pembina menjadi pengawas. Pada tahun 1992 pengelolaannya diserahkan kepada pihak swasta. 27
Irham Fahmi. PENGANTAR PASAR MODAL panduan pagi para akademisi dan praktisi bisnis dalam memahami pasar modal Indonesia. (Bandung : Alfabeta. 2012). Hlm55.
18
Secara teoretis pasar modal (capital market) didefinisikan sebagai perdagangan instrumen keuangan (sekuritas) jangkan panjang, baik dalam bentuk modal sendiri (stock) maupun hutang (bonds), baik yang diterbitkan oleh pemerintah (public authorities) maupun oleh perusahaan swasta (private sectors). Dengan demikian, pasar modal merupakan konsep yang lebih sempit dari pasar keuangan (financial market).28 Pasar modal adalah tempat atau sarana bertemunya antara perm,intaan dan penawaran atas instrumen keuangan jangka panjang, umumnya lebih dari satu tahun.29 2. Dasar Hukum Pasar Modal Indonesia.30 Untuk menjamin terlaksananya praktik paar modal yang sehat sehingga dapat mendukung perekonomian secara makro, menjamin keamanan investasi dan hak investor, pemerintah menerbitkan peraturan antara lain : a. PP no. 12 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1995 Tentang Penyelunggaraan Kegiatan Di Bidang Pasar Modal. b. Peraturan Pemerintah No. 46 tahun 1995 tentang Tata Cara Pemeriksaaan di Bidang Pasar Modal. c. Keputusan Presiden (yang berkaitan dengan Pasar Modal). 28
H. Budi Untung. Hukum Bisnis Pasar Modal. (Yogyakarta : C.V ANDI OFFSET. 2011). Hlm 7. 29 Indah Yuliana. Investasi Produkl Keuangan Syariah. (Malang : IKAPI. 2010). Hlm. 33. 30 Nor Hadi. Pasar Modal Acuan Teoretis dan Praktis Investasi di Instrumen Keuangan Pasar Modal. (Yogyakarta : Graha Ilmu. 2013). Hlm 14.
19
d. Keputusan Menteri keuangan (yang berkiatan dengan Pasar Modal). e.
Keputusan BAPEPAM-LK.
f. Keputusan Bursa Efek (BEI). g. Keputusan Lembaga Kliring dan Penjaminan (PT. KPEI). h. Keputusan Lembaga Penyelesaian dan Penjamin (PT. KSEI). i. Kode Etik Profesi. Sementara, peraturan perundang-undangan lainnya yang terkait di bidang Pasar Modal, antara lain : a. UU No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal. b. Undang-undang No. 1 Tahun 1995 tentang Perseorangan Terbatas. c. Undang-undang No. 15 tahun 2002 tentang tindakan Pidana Pencuirian
Uang
diubah
dengan
Undang-undang
No.
25
tahun2003. d. Undang-undang No. 24 tahun 2002 tentang Surat Utang Negara ( SUN). e. Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan. 3.
Peran, Fungsi dan Manfaat Pasar Modal. Pasar modal memiliki empat peran, yaitu sebagai berikut :31 a. Pasar modal berperan mempertemukan pihak penjual efek (pihak yang butuh dana uantuk modal usaha, yaitu perusahaan emiten)
31
Iswi Hariyani & R. Serfianto Dibyo Purmomo. Buku Pintar Bisnis Pasar Modal. (Jakarta : Transmedia Pustaka. 2010). Hlm 11.
20
dengan pihak pembeli efek (pihak yang menawarkan dana, yaitu masyarakat investor atau pemodal). b. Pasar modal berperan sebagai lembaga penghubung dalam pengalokasian dana masyarakat secara erfisian, transparan dan akuntabel. c. Pasar modal berperan menyediakan berbagai macam instrumen investasi
yang
dapat
memungkinkan
adanya
diversifikasi
portofolio investasi. d. Pasar modal berperan mengajak perusahaan (selain pendiri perusahaan) untuk ikut serta memiliki perusahaan publik yang sehat dan berprospek baik. Fungsi pasar modal, yaitu : a. Sebagai sarana bagi pendanaan usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat pemodal (investor), dana yang diperoleh dari pasar modal dapat digunakan untuk pengembangan usaha, ekspansi, penambahan modal kerja dan lain-lain. b. Pasar modal menjadi saran bagi masyaratak untuk berinvestasi pada instrumen keuangan seperti saham, obligasi, reksa dana dan lain-lain.32
32
34.
Indah Yuliana. Investasi Produkl Keuangan Syariah. (Malang : IKAPI. 2010). Hlm.
21
Manfaat keberadaan pasar modal adalah sebagai berikut :33 a. Menyediakan sumber pembiayaan jangka panjang bagi dunia usaha sekaligus memungkinkan terciptanya alokasi sumber daya secara optimal. b. Menberikan
wahana
investasi
bagi
investor,
sekaligus
memungkinkan adanya upaya diversifikasi portofolio investasi. c. Penyebaran kepemilikan perusahaan sampai ke lapisan masyarakat menengah. d. Memberikan kesempatan memiliki perusahaan yang sehat dan prosprktif. e. Menciptakan iklim usaha yang sehat, terbuka dan profesional. f. Menciptakan lapangan kerja atau profesi yang menarik. C. Gambaran Umum tentang Pasar Modal Syariah. 1. Sejarah Pasar Modal Syariah.34
Sejarah Pasar Modal Syariah di Indonesia dimulai dengan diterbitkannya Reksa Dana Syariah oleh PT. Danareksa Investment Management pada 3 Juli 1997. Selanjutnya, Bursa Efek Indonesia (d/h Bursa Efek Jakarta) berkerjasama dengan PT. Danareksa Investment Management meluncurkan Jakarta Islamic Index pada tanggal 3 Juli 2000
33
Iswi Hariyani & R. Serfianto Dibyo Purmomo. Buku Pintar Bisnis Pasar Modal. (Jakarta : Transmedia Pustaka. 2010). Hlm 12. 34
09.54.
http://www.ojk.go.id/sharia-capital-id. Diakses pada tanggal 29 Oktober 2015. Pukul
22
yang bertujuan untuk memandu investor yang ingin menginvestasikan dananya secara syariah. Dengan hadirnya indeks tersebut, maka para pemodal telah disediakan saham-saham yang dapat dijadikan sarana berinvestasi sesuai dengan prinsip syariah.
Pada tanggal 18 April 2001, untuk pertama kali Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) mengeluarkan fatwa yang berkaitan langsung dengan pasar modal, yaitu Fatwa Nomor 20/DSNMUI/IV/2001 tentang Pedoman Pelaksanan Investasi Untuk Reksa Dana Syariah. Selanjutnya, instrumen investasi syariah di pasar modal terus bertambah dengan kehadiran Obligasi Syariah PT. Indosat Tbk pada awal September 2002. Instrumen ini merupakan Obligasi Syariah pertama dan akad yang digunakan adalah akad mudharabah.
Sejarah Pasar Modal
Syariah juga
dapat
ditelusuri
dari
perkembangan institusional yang terlibat dalam pengaturan Pasar Modal Syariah tersebut. Perkembangan tersebut dimulai dari MoU antara Bapepam dan DSN-MUI pada tanggal 14 Maret 2003. MoU menunjukkan adanya
kesepahaman
antara
Bapepam
dan
DSN-MUI
untuk
mengembangkan pasar modal berbasis syariah di Indonesia.
Dari sisi kelembagaan Bapepam-LK, perkembangan Pasar Modal Syariah ditandai dengan pembentukan Tim Pengembangan Pasar Modal Syariah pada tahun 2003. Selanjutnya, pada tahun 2004 pengembangan Pasar Modal Syariah masuk dalam struktur organisasi Bapepam dan LK,
23
dan dilaksanakan oleh unit setingkat eselon IV yang secara khusus mempunyai tugas dan fungsi mengembangkan pasar modal syariah. Sejalan dengan perkembangan industri yang ada, pada tahun 2006 unit eselon IV yang ada sebelumnya ditingkatkan menjadi unit setingkat eselon III. Pada tanggal 23 Nopember 2006, Bapepam-LK menerbitkan paket Peraturan Bapepam dan LK terkait Pasar Modal Syariah. Paket peraturan tersebut yaitu Peraturan Bapepam dan LK Nomor IX.A13 tentang Penerbitan Efek Syariah dan Nomor IX.A.14 tentang Akad-akad yang digunakan dalam Penerbitan Efek Syariah di Pasar Modal. Selanjutnya, pada tanggal 31 Agustus 2007 Bapepam-LK menerbitkan Peraturan Bapepam dan LK Nomor II.K.1 tentang Kriteria dan Penerbitan Daftar Efek Syariah dan diikuti dengan peluncuran Daftar Efek Syariah pertama kali oleh Bapepam dan LK pada tanggal 12 September 2007.
Perkembangan Pasar Modal Syariah mencapai tonggak sejarah baru dengan disahkannya UU Nomor 19 tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) pada tanggal 7 Mei 2008. Undangundang ini diperlukan sebagai landasan hukum untuk penerbitan surat berharga syariah negara atau sukuk negara. Pada tanggal 26 Agustus 2008 untuk pertama kalinya Pemerintah Indonesia menerbitkan SBSN seri IFR0001 dan IFR0002.
24
Pada tanggal 30 Juni 2009, Bapepam-LK telah melakukan penyempurnaan terhadap Peraturan Bapepam-LK Nomor IX.A.13 tentang Penerbitan Efek Syariah dan II.K.1 tentang Kriteria dan Penerbitan Daftar Efek Syariah. 2. Pasar Modal Syariah Definisi pasar modal sesuai dengan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (UUPM) adalah kegiatan yang bersangkutan dengan
Penawaran Umum
dan perdagangan Efek,
Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek. Pasar modal merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperhual belikan, baik dalam bentuk utang, ekuitas (saham), instrumen derivasi, maupun instrumen lainnya. Kalau pasar modal merupakan pasar untuk surat berharga jangka panjang, maka pasar uang pada sisi yang lain merupakan pasar surat berharga jangka pendek. Baik pasar modal maupun pasar uang merupakan bagian dari pasar keuangan.35 Pasar modal berbasis Syariah di Indonesia secara resmi diluncurkan pada tahun 14 Maret 2003 bersamaan dengan penandatangan antara Bapepam-LK dengan Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI). Pola hubungan kerja antara bapepam-LK dengan DSN-MUI adalah hubungan koordinasi, konsultasi, dan kerj sama
35
Tjiptono Darmadji dan Hendy M. Fahkruddin. Pasar Modal Di Indonesia pendekatan tanya jawab. (Jakarta: Salemba Empat. 2008). Hlm 1.
25
pengaturan yang efektif dan efisien dalam rangka akselerasi pertumbuhan produk syariah. Istilah pasar modal seringkali disamakan dengan pasar uang, padahal keduanya memiliki unsur yang secara substansial berbeda meskipun keduanya merupakan bagian dari sistem pasar keuangan (financial market). Lembaga pasar modal adalah pelengkap disektor keuangan terhadap dua lembar lainnyayaitu bank dan lembaga keuangan lainnya. Pasar modal memberikan jasanya yaitu menjembatani hubungan antara pemilik dana dalam hal ini disebut sebagai pemodal (investor) dengan peminjam dana dalam hal ini disebut dengan nama emiten (perusahaan yang go public).36 Pasar uang adalah sarana yang menyediakan pembiayaan jangka pendek (kurang dari satu tahun) dan tidak mempunyai tempat fisik seperti pasar modal. Pembiayaan dilakukan dengan didasari oleh pinjaman (loan) yang melayani banyak pihak, seperti pemerintah, bank, perusahaan asuransi, dan lembaga keuangan lainnya. Sedangkan instrumen yang diperdagangkan antara lain surat berharga pemerintah (bill and notes), sekuritas badan-badan pemerintah, sertifikat deposito, perjanjian imbal beli dan surat perusahaan (company commercial paper) yang berupa promes, aksep dan wesel. Sedangkan pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang memerlukan dana dengan 36
J. Supranto. Statistik Pasar Modal, Kauangan dan Perbankan. (Jakarta : Rineka Cipta. 2004). Hlm 1.
26
cara memperjualbelikan sekuritas untuk jangka panjang, dan dalam arti sempit merupakan pasaryang konkrit. Sebagaimana halnya pasar pada umumnya yang merupakan tempat pertemuan antara penjual dan pembeli, di dalam pasar modal yang diperjual belikan adalah dana atau modal dalam bentuk saham, obligasi ataupun bentuk yang lain. Tempat penawaran dan penjualan efek ini dilaksanakan berdasarkan bentuk institusi (lembaga) resmi yang disebut sebagai Bursa Efek.37 Sedangkan menurut Undang-Undang Pasar Modal (UUPM), pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. 38 Dari pengertian tersebut di atas dapat diketahui bahwa pasar modal syari’ah adalah pasar modal yang dijalankan dengan prinsip-prinsip syari’ah. Setiap transaksi perdagangan surat berharga (sekuritas) di pasar modal dilaksanakan sesuai dengan ketentuan syariat Islam. Ketentuan syariat Islam atau prinsip syari’ah yang terkandung dalam pasar modal syari’ah berarti bahwa penyelenggaraan pasar modal syari’ah harus berdasarkan fatwa Dewan Syari’ah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) maupun peraturan Bapepam-LK sepanjang tidak bertentangan satu sama lain.
37
Fitri Aulianisa. Pengaruh Faktor Fumdamental dan Risiko Sistematik terhadap Harga Saham Di Pasar Modal Syariah (Studi Empiris JII Di BEI Tahun 2007-2010). 2011.Hlm 6. 38 UU No. 8 Tahun 1995 Pasal 1 angka 13 tentang Pasar Modal.
27
Kegiatan di pasar modal syari’ah berkaitan dengan perdagangan surat berharga (efek syari’ah) yang telah ditawarkan kepada masyarakat dalam bentuk penyertaan kepemilikan saham atau penerbitan obligasi syari’ah. Menurut fatwa DSN No. 40/DSN-MUI/X/2003, pengertian efek syari’ah adalah efek sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundangundangan di bidang pasarmodal yang akad, pengelolaan perusahaan, maupun cara penerbitannya memenuhi prinsip-prinsip syari’ah. Sedangkan transaksi yang dilarang dalam pasar modal syari’ah adalah transaksi yang mengandung. unsur garar (ketidakpastian /uncertainty), maysir (bersifat judi) dan manipulasi. D. Gambaran Umum tentang Saham 1. Pengertian Harga Saham. Saham merupakan tanda bukti kepemulikan atas perusahaan, dimana pemegang saham berarti pemilik perusahaan.39 Sahm merupakan salah satu komoditas keungan yang diperdagangkan di pasar modal yang paling poluler. Investasi saham oleh investor diharapkan memberikan keuntungan, yang sudah barang pasti dalam saham juga mengandung risiko. Pengertian saham adalah surat berharga yang dapat dibeli atau dijual oleh perorangan atau lembaga di
pasar tempat surat tersebut
diperjual-belikan.40 Saham ada dua jenis yaitu : 41
39
Akhmad Sakhowi dan Mahirun. Manajemen Keuangan. (Pekalongan: Fakultas Ekonomi Universitas Pekalongan. 2011). Hlm 110. 40 Nor Hadi. Pasar Modal acuan teoretis dan praktis investasi di instrumen keuangan pasar modal, (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2013), hlm 67. 41 Nor Hadi. Pasar Modal acuan teoretis dan praktis investasi di instrumen keuangan pasar modal, (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2013), hlm 68.
28
a. Saham preferen (Preferred Stocks). Saham preferen merupakan gabungan antara obligasi dan saham biasa, disamping memiliki karakteristik seperti obligasi juga memiliki karakterisatik seperti saham biasa. b. Saham biasa (Common Stocks). Salah satu komoditas pasar modal yang paling populer adalah saham biasa atau Common stcoks. Saham biasa lebih umum disebut dengan saham. saham. Saham yang paling dikenal dilingkungan maysarakat. Diantara emiten (perusahaan yang menerbitkan surat berharga), saham biasa merupakan saham yang paling banyak digunakan untuk menarik dana dari masyarakat. Jadi saham biasa paling menarik, baik bagi pemodal amupun bagi emiten.42 Salah satu atribut investasi yang paling mendasar atas saham adalah membuat investasi dapat menikmati keuntungan yang dicapai oleh perusahaan. Namun keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham adalah setelah memenuhi kewajiban perusahaan lainnya. Saham sebagai suatu alternatif investasi tentunya juga mengandung risiko. 2. Saham sebagai salah satu instrumen investasi di pasar modal syariah. Saham merupakan surat berharga yang bersifat penyertaan, artinya jika seorang membeli saham perusahaan, maka ia telah melakukan penyertaan modal atas perusahaan tersebut.43 Saham sebagai Salah Satu
42
Nor Hadi. Pasar Modal acuan teoretis dan praktis investasi di instrumen keuangan pasar modal, (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2013), hlm 68. 43 Tjiptono Darmadji dan Hendy M. Fahkruddin. Pasar Modal Di Indonesia pendekatan tanya jawab. (Jakarta: Salemba Empat.2008). Hlm 25.
29
Instrumen Investasi di Pasar Modal Syariah Saham merupakan surat berharga keuangan yang diterbitkan oleh suatu perusahaan sebagai salah salah satu alat untuk meningkatkan modal panjang. Para pembeli saham membayarkan uang pada perusahaan dan mereka menerima sertifikat saham sebagai tanda bukti kepemilikan mereka atas saham-saham yang dicatat dalam daftar saham perusahaan. Para pemegang saham dari sebuah perusahaan merupakan pemilik-pemilik yang disahkan secara hukum dan berhak untuk mendapatkan bagian dari laba yang diperoleh oleh perusahaan dalam bentuk deviden. Saham merupakan surat bukti kepemilikan atas sebuah perusahaan yang melakukan penawaran umum (go public) dalam nominal ataupun persentase tertentu. Menurut Subagyo (1997), saham merupakan tanda penyertaan modal pada suatu Perseroan Terbatas (PT). Pada umumnya saham diterbitkan oleh sebuah perusahaan (emiten) yang melakukan penawaran ummum (Initial Public Offering) ada 2 macam, yaitu saham biasa (common stock) dan saham istimewa (prefered stock). perbedaan saham ini berdasarkan pada hak ynag melekat pada saham tersebut. Hak tersebut meliputi hak atas menerima deviden, dan memperoleh bagian kekayaan jika perusahaan dilikuidasi setelah dikurangi semua kewajibankewajiban perusahaan.44 Di Indonesia, prinsip-prinsip penyertaan modal secara syariah tidak diwujudkan dalam bentuk saham syariah maupun nonsyariah, melainkan 44
Nurul Huda dan Mustafa Edwin Nasution. Investasi pada Pasar Modal Syariah. (Jakarta : Kencana. 2014). Hlm 61.
30
berupa pembentukan indeks saham yang memenuhi prinsip-prinsip syariah. Dalam hal ini, di Bursa Efek Jakarta terdapat Jakarta Islamic Indeks (JII) yang merupakan 30 saham yang memenuhi kriteria syariah yang ditetapkan Dewan Syariah Nasional (DSN). Indeks JII dipersiapakan oleh PT Bursa Efek Jakarta (BEJ) bersama dengan PT Danareksa Invesment Management (DIM). Saham-saham yang masuk dalam Indeks Syariah adalah emiten yang kegiatan usahanya tidak bertentangan dengan syariah, seperti :45 a. Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang dilarang. b. Usaha lembaga keuangan konvensional (ribawi) termasuk perbankan dan asuransi konvensional. c. Usaha yang memproduksi, mendistribusikan dan menyediakan barangbarang ataupun jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat. Di dalam proses pemilihan saham yang masuk JII Bursa Efek Jakarta melakukan tahap-tahap pemilihan yang juga mempertimbangkan aspek likuiditas dan kondisi keuangan emiten, yaitu : a. Memilih kumpulan saham dengan jenis usaha utama yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan sudah tercatat lebih dari tiga bulan (kecuali termasuk dalam 10 kapitalisasi besar).
45
Tjiptono Darmadji dan Hendy M. Fahkruddin. Pasar Modal Di Indonesia pendekatan tanya jawab. (Jakarta: Salemba Empat.2008). Hlm 185.
31
b. Memilih saham berdasarkan laporan tahunan atau tengah tahun terakhir yang memilikai rasio kewajiban terhadap aset maksimal sebesar 90%. c. Memilih 60 saham dari susunan sahma di atas berdasarkan urutan ratrata kapitalisasi pasar (market capitalization) terbesar selama satu tahun terakhir. d. Memilih 30 saham dengan urutan berdasarkan tingkat likuiditas tingkat likuiditas rata-rata
nilai perdagangan reguler selama satu tahun
terakhir.46 3. Analisis fundamental untuk penelitian harga saham. Analisis
fundamental
adalah
teknik-teknik
yang
mencoba
memperkirakan harga saham di masa yang akan datang dengan cara: 47 a. Mengestimasi nilai-nilai faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang. b. Menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut hingga diperoleh taksiran harga saham. Analisis
fundamental
meramalkan,
antara
lain
:
tingkat
pertumbuhan pendapatan domestik bruto, penjualan dan laba masa depan sejumlah industri, serta penjualan dan laba masa depan jumlah perusahaan yang yang lebih besar lagi. Pada akhirnya, ramalan seperti itu dikonversikan ke imbal hasil yang diramalkan atau yang diharapkan
46
Tjiptono Darmadji dan Hendy M. Fahkruddin. Pasar Modal Di Indonesia pendekatan tanya jawab. (Jakarta: Salemba Empat.2008). Hlm 186. 47 Abdul Manan. Aspek Hukum dalam Penyelenggaraan Investasi di Pasar Modal Syari’ah Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2009), Ed. Pertama, Cet. Kesatu, hlm 77.
32
saham tertentu, atau mungkin industri tertentu dan pasar saham itu sendiri.48 Analisis faktor fundamental merupakan suatu studi tentang ekonomi, industri49. Analisis fundamental mencoba memperkirakan harga saham di masa yang akan datang dengan mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang, dan menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham. Analisis fundamental mempelajari bisnis perusahaan dan mencoba membuka informasi baru terhadap harga saham, persaingan di antara para peneliti fundamental ini akan cenderung untuk membuat harga mencerminkan semua informasi yang relevan dan perubahan harga tidak dapat diramalkan.50 Penelitian dalam bentuk fundamental atau basic dalam menentukan nilai surat berharga. Analisis ini mempelajari brosur, atau data-data industri perusahaan, penjualan, kekayaan, pendapatan, produk dan penyerahan pasar, evaluasi manajemen perusahaan, membandiongkan dengan pesaingnya dan memperkirakan nilai intrinsik dari saham perusahaan tersebut. Atau mempelajari hubungan harga saham dengan
48
William F. Sharpe dkk. Investasi. Ed Ke Enam Bahasa Indonesia, Jilid Kedua (Jakarta : PT INDEKS Kelompok Gramedia. 2006). Hlm 267. 49 David & Kurniawan, Manajemen Investasi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), hlm 203. 50
Inung Adi Nugroho, “Analisis Pengaruh Informasi Fundamental Terhadap Return Saham Studi Komparatif Pada Sub Sektor Industri Otomotif Terhadap Sub Sektor Industri Textil Sepanjang Periode Tahun 2003 Sampai Dengan Tahun 2007 Di Bursa Efek Indonesia”, ( Semarang: Program Studi Magister Manajemen Program Pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang, 2009), hlm 13.
33
kondisi perusahaan. Model yang paling populer dalam analisis fundamental antara lain :51 a. Pendekatan PER ( Price Earning Ratio). PER dihitung dengan membagi harga saham pada suatu saat dengan EPS. b. Pendekata Divident Yield. Membagi deviden yang diharapkan dengan harga pasar saham yang bersangkutan. c. Pendekatan Net Asset Value. Membagi net assets perusahaan dengan jumlah lembar saham yang beredar. E. Penjelasan Faktor-Faktor Fundamental yang Diambil. Adapun faktor-faktor fundamental dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Debt to Assets Ratio (DAR) Debt to Assets Ratio adalah salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat solvabilitas perusahaan. Tingkat solvabilitas perusahaan adalah kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka panjang perusahaan tersebut. Suatu perusahaan dikatakan solvabel berarti perusahaan tersebut memiliki aktiva dan kekayaan yang cukup untuk membayar hutang-hutangnya.52 Rasio ini menunjukkan besarnya total
51
Kamaruddin Ahmad. Dasar-dasar Manajemen Investasi. (Jakarta : PT Rineka Cipta. 1996). Hlm 77. 52 Bambang Riyanto. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. (Yogyakarta : BPFEYOGYAKARTA. 2013). Hlm 32.
34
hutang terhadap keseluruhan total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. Rasio ini merupakan persentase dana yang diberikan oleh kreditor bagi perusahaan. Dimana rasio ini disebut juga sebagai rasio yang melihat perbandingan, yaitu diperoleh dari perbandingan total utang dibagi total aset. Rumus untuk menghitung DAR adalah sebagai berikut53:
b. Return On Assets (ROA) Rasio ini mengukur pengembalian atas total aktiva setelah pajak dan bunga. Hasil pengembalian total aktiva atau total investasi menunjukkan
kinerja
manajemen
dalam
menggunakan
aktiva
perusahaanuntuk menghasilkan laba. Perusahaan mengharapkan adanya hasil pengembalian yang sebanding dengan dana yang digunakan. Hasil pengembalian ini dapat dibandingkan dengan penggunaan alternatif dari dana tersebut. Sebagai salah satu ukuran, maka semakin tinggi hasil pengembalian, semakin efektiflah perusahaan.54 ROA adalah pengembalian atas aset-aset yang menentukan jumlah pendapatan bersih yang dihasilkan dari aset-aset perusahaan dengan memhubungkan pendapatan bersih ke total aset.55 Merupakan salah satu
53
Irham Fahmi. Pengantar Manajemen Keuangan Teori dan Soal Jawab. (Bandung : ALFABETA, 2014). Hlm 72. 54 Dewi Astuti. Manajemen Keuangan Perusahaan. (Jakarta : Ghalia Indonesia. 2004). Hlm 37. 55 Atur J. Keown. et al. Manajemen Keuangan : prinsip dan penerapan, (Jakarta :PT INDEKS, 2011), Hlm 80.
35
rasio profitabilitas yang dapat mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan. Semakin besar ROA menunjukkan kinerja keuangan yang semakin baik, karena tingkat kembalian semakin besar. Apabila ROA meningkat, berarrti profitabilitas perusahaan meningkat.56 Besarnya nilai return on assets dapat dihitung dengan rumus ini57:
Nilai kredit dapat dihitung sebagai berikut : a) Untuk rasio sebesar 0% atau lebih, nilai kredit = 0 b) Untuk setiap kenaikan 0,015%, nilai kredit ditambah 1 dengan maksimum 100. c. Net Profit Margin (NPM). Net Profit Margin (NPM), mengukur presentase laba bersih (setelah pajak terhadap penjualan bersih perusahaan). NPM merupakan rasio antara laba bersih yaitu penjualan sesudah dikurangi dengan seluruh expenses termasuk pajak dibandingkan dengan penjualan.58 NPM diukur dengan pendapatan bersih perusahaan sebagai persentase dari penjualan.59
56
Suad Husnan. Manajeman Keuangan – Teori dan penerapan, buku 2 (Yogyakarta : BPFE YOGYAKARTA, 1998), Hlm 53. 57 Farah Margaretha. Manajemen keuangan untuk Manajer nonkeuangan. (Jakarta : Erlangga, 2011), Hlm 26. 58 Lukman Syamsuddin. Manajemen Keuangan Perusahaan. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), Hlm 62. 59 Atur J. Keown. et al. Manajemen Keuangan : prinsip dan penerapan, (Jakarta :PT INDEKS, 2011), Hlm 81.
36
d. Earning Per Share (EPS). Komponen penting yang harus diperhatikan dalam analisis perusahaan adalah lab aper lembar daham atau lebih dikenal sebagai earning per share (EPS). Informasi EPS suatu perusahaan menunjukkan besarnya laba bersih perusahaan yang siap dibagikan bagi semua pemegang saham perusahaan. Besarnya EPS suatu perusahaan bisa diketahui dari laporan keuangna perusahaan. Meskipun beberapa perusahaan tidak mencantumkan besarnya EPS perusahaan bersangkutan dalam laporan keuangannya, tetapi besarnya EPS suatu perusahaan bisa kita hitung berdasarkan informasi laporan neraca dan laporan laba rugi perusahaan.60
Earning per share (EPS) yaitu menghitung penghasilan
bersih yang diperoleh untuk setiap saham yang diinvestasikan. Rumus untuk menghitung EPS suatu perusahaan adalah sebagai berikut :
e. Price Earning Ratio (PER). Rasio pasar mengukur harga pasar saham perusahaan, relatif terhadap nilai buku. Sudut pandang rasio ini lebih banyak berdasarkan pada sudut pandang investor (atau calon investor), meskipun pihak 60
Eduardus Tandelilin. Portofolio dan Investasi Teori dan Aplikasi. (Yogyakarta : KANISIUS. 2010). Hlm 374.
37
manajemen juga berkepentingan terhadap rasio-rasio ini. Price Earning Ratio (PER) melihat harga saham relatif terhadap earningnya.61 Price Earning Ratio (PER) menurut Hirt (2005) menunjukkan pada penerapan earning per share untuk menentukan nilai suatu saham.62 Price earning ratio (PER) adalah niali harga perlembar saham, indikator ini secara praktis telah diaplikasikan dalam laporan keuangan laba rugi bagian akhir dan menjadi bentuk standar pelaporan keuangn bagi perusahaan publik di Indonesia Menghitung nilai intrinsik saham atau nilai fundamental adalah dengan menggunakan nilai laba perusahaan (earning). salah satu pendekatan yang disenangi oleh para investor adalah pendekatan PER (Price Earnings Ratio) atau yang disebut pendekatan earning multiplier. PER adalah rasio dari harga saham terhadap perusahaan. Rasio ini menunjukkan seberapa besar investor menilai saham dari harganya terhadap kelipatan dari laba perusahaan.63 Dengan kata lain, PER menggambarkan rasio atau perbandingan antara harga saham terhadap earning perusahaan. Jika misalnya PER suatu perusahaan sebanyak 3 kali berarti harga saham tersebut sama dengan 3 kali nilai earning perusahaan tersebut. PER ini juga akan memberikan informasi berapa rupiah harga yang harus dibayar investor untuk
61
Mamduh M. Hanafi. Manajemen Keuangan. (Yogyakarta : BPFE-YOGYAKARTA. 2014). Hlm 43. 62 Werner R. Murhadi. Analisis Saham Pendekatan Fundamental. (Jakarta : PT Indeks, 2009). Hlm 139. 63 Djoko Susanto dan Agus Sabardi. Analisis Teknikal di Bursa Efek. (Yogyakarta: UPP STIM YKPN.2010).Hlm 26.
38
memperoleh setiap Rp.1 earning perusahaan. Rumus untuk menghitung PER suatu saham adalah dengan membagi harga saham perusahaan terhadap earning per lembar saham. Secara sistemati, rumus untuk menghitung PER adalah sebagai berikut64 :
F. Risiko Sistematik Risiko didefinisikan sebagai perbedaan antara hasil yang diharapkan (expected return) dan realisasinya. Makin besar penyimpangannya. maka makin tinggi risikonya. Return dan risiko investasi merupakan dua kata yant tidak dapat dipisahkan. Investor bersadia menerima risiko yang lebih besar tetapi harus dikompensasikan dengan kesempatan untuk mendapatkan return yang juga besar.65 Risiko dapat ditafsirkan sebagai bentuk keadaan ketidakpastian tentang suatu keadaan yang akan terjadi nantinya dengan keputusan yang diambil berdasarkan berbagai pertimbangan pada saat itu. Setiap keputusan investasi memiliki keterkaitan kuat dengan terjadinya risiko, karena perangkat keputusan investasi tidak selamanya lengkap dan bisa dianggap sempurna, namun disana terjadi berbagai kelemahan yang tidak teranalisis secara baik dan sempurna. Sedangkan return adalah keuntungan
64
Eduardus Tandelilin. PORTOFOLIO dan INVESTASI Teori dan Aplikasi. (Yogyakarta: KANISIUS. 2010). Hlm 320. 65 Zalmi Zubir. MANJEMEN PORTOFOLIO PENERAPAN DALAM INVESTASI SAHAM. (Jakarta : Salemba Empat. 2013). Hlm 19.
39
yang diperoleh oleh perusahaan, individu dan institusi dari hasil kebijakan investasi yang dilakukannya. Risiko dan return merupakan kondisi yang dialami oleh perusahaan, institusi dan individu dalam keputusan investasi yaitu baik keriugian ataupun keuntungan dalam suatu periode akuntansi. Dalam dunia investasi dikenal adanya hubungan kuat antara risk dan return, yaitu jika risiko tinggi maka return (keuntungan) juga akan tinggi begitu pula sebaliknya. Risiko tidak hanya melibatkan return/hasil yang buruk (lebih rendah dari harapan kita) namun juga hasil yang baik. Seorang investor membeli suatu saham dengan harapan memperoleh hasil pengembalian yang tinggi selama masa investasinya. Namun sering kali investor dihadapi pada suatu kenyataan dimana actual return ternyata berbeda dengan expected return, perbedaan antara hasil yang diharapkan dengan hasil kenyataan tersebut sumberdari resiko. Perbedaan antara harapan dan kenyataan
tersebut
bersumber pada
adanya
suatu ketidakpastian
(uncertainty). Meskipun banyak alasan yang dikemukakan mengenai penyebab dari adanya perbedaan antara hasil aktual dengan hasil yang diharapakan, namun pada umumnya kita dapat mengelompokannya pada dua katagori yakni risiko yang dapat didirversifikan (Unsystematic Risk) dan risiko yang tidak dapat didiversifikasikan (Systematic Risk). Unsystematic Risk biasanya berkaitan dengan risiko spesifik perusahaan, sedangkan
40
Systematic Risk berkaitan dengan risiko yang dihadapi oleh semua perusahaan.66 Risiko dalam investasi tersebut dibagi 2 yaitu risiko sistematik dan tidak sistematik. Risiko tidak sistematik adalah risiko yang disebabkan oleh faktor-faktor unik atau variabel tak tentu yang berdampak hanya pada suatu sekuritas dan dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi. Sedangkan risiko sistematik adalah risiko yang mempengaruhi semua sekuritas sehingga tidak dapat dihilangkan meskipun dengan diversifikasi, karena menyangkut faktor-faktor yang mempengaruhi pasar secara umum seperti perubahan tingkat bunga, fluktuasi valuta asing dan kebijakan pemerintah. Pengetahuan tentang risiko menjadi penting untuk diketahui dan dikuasai oleh investor yang rasional maupun calon investor. Risiko sistematis merupakan risiko yang tidak dapat didiversifikasi.67 Setiap keputusan investasi selalu menyangkut dua hal, yaitu risk and return. Risiko dapat diartikan sebagai ketidak tentuan atas investasi yang diperoleh terhadap imbal hasil, sehingga dapat disimpulkan bahwa risiko adalah penyimpangan yang terjadi antara actual return dari yang telah diperkirakan sebelumnya yaitu imbal hasil yang diharapkan (expected return). Risiko mempunyai hubungan positif dan linear dengan return yang diharapkan dari suatu investasi. Retrun adalah perbandingan antar biaya awal dengan hasil. Untuk saham biaya awalnya adalah harga 66
Werner R. Murhadi. Analisis saham pendekatan fundamental. (Jakarta : PT Indeks. 2009). Hlm 39. 67 Eduardus Tandelilin. Portofolio dan Investasi Teori dan Aplikasi. (Yogyakarta : KANISIUS. 2010). Hlm 104.
41
beli, hasilnya adalah harga akhir serta jika ada berupa pambagian dividen. Secara umum retrun dinyatakan sebagai hasil relatif (persentase).68 Sehingga, semakin besar return yang diharapkan maka akan semakin besar pula risiko yang harus ditanggung oleh seorang investor. Dalam melakukan keputusan
investasi pada sekuritas saham,
return yang
diperoleh bedasar dari dua sumber yaitu deviden dan capital gain. Sedangkan risiko investasi saham tercermin dari variabilitas pendapatan (return saham) yang diperoleh. Dimasukkan indeks beta sebagai indikator pengukuran risiko sistematik dari aspek pasar yang mencerminkan sensitivitas saham perusahaan terhadap indeks pasar.69 Indeks beta menunjukkan tingkat sensitifitas suatu saham terhadap kondisi pasar secara umum. Indeks beta ditentukan dengan cara membandingkan tingkat risiko yang dimiliki suatu saham terhadap risiko seluruh saham. Risiko tersebut dicerminkan oleh fluktuasi harga saham bersangkutan dengan harga pasar rata-rata dari seluruh saham yang tercatat.70 Beta merupakan suatu perhitungan guna mengukur volatilitas atau pengukur risiko sistematik, dimana pengertian volatilitas adalah sebagai
68
Wahjudi Prakarsa. Metodologi Penelitian Keuangan : Prosedur, Ide, dan Kontrol. (Yogyakarta: Graha Ilmu.2006). Hlm 181. 69 Atika Rahmi, Muhammad Arfan dan Jalaluddin, Pengaruh faktor-fakrot fundamental dan risiko sistematik terhadap harga saham (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2009), Jurnal ISSN 2302-0164 pp. 1- 15. Volume 2, No.2, Mei 2013, hlm 2. 70 Kamaludin dan Rini Indriani, Manajemen Keuangan “konsep dasar dan penerapannya”. (Bandung : CV. Mandar Maju.2012). Hlm 408.
42
fluktuasi dari suatu return suatu sekuritas dalam periode tertentu. Jika fluktuasi return sekuritas secara statistik mengikuti fluktuasi return pasar, maka beta dari sekuritas tersebut bernilai 1. Misalnya apabila return pasar naik sebesar 5%, maka investor akan mengharapkan kenaikan return sekuritasnya sebesar 5% pula. Menurut Jogiyanto, beta adalah pengukur risiko sistematik dari suatu saham yang mana tidak dapat dihindarkan meskipun investor melakukan diversifikasi. Risiko ini berkaitan dengan kondisi yang terjadi di pasar secara umum, misalnya perubahan ekonomi secara makro, risiko tingkat bunga, risiko politik, risiko inflasi, risiko nilai tukar dan risiko pasar. G. Tinjauan Pustaka 1. Penelitian Terdahulu. Wahyu Aryo Pratomo (2011), melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Fundamental dan Risiko Sistematik Terhadap Harga Saham Perbankan yang Terdaftar pada Indeks LQ 45”. Dengan Uji analisis regresi linier yang menghasilkan bahwa ROA : berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap harga saham. ROE berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap harga saham. DER dan BETA berpengaruh negatif dan signifikan terhadap harga saham. EPS dan PER berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham. Atika Rahmi, Muhammad Arfan, dan Jalaluddin (2010), melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Faktor-Faktor Fundamental dan Risiko Sistematik terhadap Harga Saham (studi pada Perusahaan
43
Manufaktur yng terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2009)”. Dengan Uji regresi linier berganda yang menghasilkan bahwa EPS, PER, BVS, DPR, DER, ROE, ROA, NPM dan Beta secara bersama-sama (simultan) berpengaruh terhadap harga saham. Dan secara parsial, EPS, PER, BVS, DPR, DER, ROE, ROA, NPM dan risiko sistematik berpengaruh positif terhadap harga saham. Fitri Aulianisa (2011), melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Faktor Fumdamental dan Risiko Sistematik terhadap Harga Saham Di Pasar Modal Syariah (Studi Empiris JII Di BEI Tahun 20072010)”. Dengan uji regresi linier berganda yang menghasilkan bahwa Hasil uji parsial yaitu hanya variabel EPS dan PER yang berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham. Sedangkan hasil uji simultan Faktor fundamendal (DAR, ROA, NPM, EPS, PER), dan risiko sistematik (BETA) berpengaruh secara signifikan terhadap pergerakan atau perubahan harga saham. Fillya Arum Pandasari (2012), melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Faktor Fundamental terhadap Harga Saham”. Dengan uji regresi linier berganda yang menghasilkan bahwa Hasil uji simultan menunjukkan bahwa faktor fundamental (ROA, DER, dan BVS) berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Sedangkan hasil uji parsial menunjukkan bahwa faktor fundamental (ROA, DER, dan BVS) memiliki pengaruh positif terhadap harga saham.
44
Erna Tiningrum. Melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Faktor Fundamental dan Risiko Sistematik terhadap Harga Saham Perusahaan Manufaktur Di BEI. Dengan uji regresi berganda yang menghasilkan bahwa faktor fundamental yang mempengaruhi
harga
saham hanya variabel ROE dan EPS, sedangkan variabel lainnya tidak, demikian pula denga risiko sistematik (BETA) tidak mempengaruhi variabel harga saham. Salma Al Farisi. Penelitian yang berjudul “Analisis pengaruh EPS, NPM, PER, DER, ROA, dan ROE terhadap harga saham pada perusahaan yang terdaftar di JII tahun 2009-2012”. Dengan uji regresi berganda yang menghasilkan EPS, NPM dan PER berpengaruh signifikan terhadap harga saham, DER, ROA dan ROE tidak ada pengaruh terhadap harga saham. Anna Ulfatun Najjah. Penelitian yang berjudul “ Pengaruh faktor fundamental dan risiko sistematik terhadap harga saham pada industri barang konsumsi yang terdaftar di DES tahun 2009-2012”. Dengan uji regresi berganda menghasilkan EPS berpengaruh terhadap harga saham, ROE tidak berpengaruh terhadap harga saham, PER berpengaruh terhadap harga saham dan Risiko sistematik tidak berpengaruh terhadap harga saham.
45
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu. Peneliti/ No
1.
Penelitian
Variabel
Metode Penelitian
Hasil
Perbedaan
Wahyu
“Analisis
Independen :
Jenis penelitian :
ROA : berpengaruh negatif dan
Objek
Aryo
Fundamental dan
ROA, ROE,
Desain kausal.
tidak signifikan terhadap harga
penelitiannya,
Pratomo
Risiko Sistematik
DER, EPS,
Sampel: Yang
saham. ROE berpengaruh positif
dan Variabel
(2011)71
Terhadap Harga
PER, resiko
digunakan dalam
dan tidak signifikan terhadap harga
independennya
Saham Perbankan sistematik.
penelitian ini adalah
saham. DER dan BETA
.
yang Terdaftar
Dependen :
menggunakan
berpengaruh negatif dan signifikan
pada Indeks LQ
Harga Saham
metode Purposive
terhadap harga saham. EPS dan
sampling.
PER berpengaruh positif dan
Uji Analsis : Regresi
signifikan terhadap harga saham
tahun
45”.
linier. 2.
Atika
“Pengaruh
Independen :
Jenis penelitian :
Hasil penelitian ini menunjukan
Objek
Rahmi,
Faktor-Faktor
EPS, PER,
Kuantitatif.
EPS, PER, BVS, DPR, DER, ROE,
penelitian,
71
Jurnal : Wahyu Ario Pratomo. Analisis Fundamental dan Risiko Sistematik terhadap Harga Saham Perbankan yang Terdaftar pada Indeks LQ45.2011
45
46
Muhammad
Fundamental dan
Book Value per
Sampel: 31
ROA, NPM dan Beta secara
periode waktu,
Arfan,
Risiko Sistematik
Share, Dividen
perusahaan untuk 3
bersama-sama (simultan)
dan variabel
Jalaluddin
terhadap Harga
Payout Ratio,
tahun (93
berpengaruh terhadap harga saham.
independennya
(2010)72
Saham (studi
DER, ROA,
pengamatan).
Dan secara parsial, EPS, PER,
.
pada Perusahaan
ROE, NPM,
Uji Analsis : Regresi
BVS, DPR, DER, ROE, ROA,
Manufaktur yng
Risiko
linier berganda.
NPM dan risiko sistematik
terdaftar di Bursa
Sistematik.
berpengaruh positif terhadap harga
Efek Indonesia
Dependen :
saham.
Periode 2007-
Harga Saham
2009)”. 3.
Fitri
“Pengaruh
Independen :
Jenis penelitian :
Hasil uji parsial yaitu hanya
Objek
Aulianisa
Faktor
DAR, ROA,
Deskriptif analitik
variabel EPS dan PER yang
penelitian, dan
(2011).73
Fumdamental dan NPM, EPS,
Sampel : dengan
berpengaruh secara signifikan
Perioede
Risiko Sistematik
PER, dan Risiko
metode Purposive
terhadap harga saham. Sedangkan
waktunya.
terhadap Harga
Sistematik
Sampling.
hasil uji simultanFaktor
Saham Di Pasar
(BETA).
Uji Analsis : Regresi
fundamendal (DAR, ROA, NPM,
72
Jurnal : Atika Rahmi, Muhammad Arfan, dan Jalaluddin. “Pengaruh Faktor-Faktor Fundamental dan Risiko Sistematik terhadap Harga Saham (studi pada Perusahaan Manufaktur yng terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2009)”.2010. 73 Fitri Aulianisa. Pengaruh Faktor Fumdamental dan Risiko Sistematik terhadap Harga Saham Di Pasar Modal Syariah (Studi Empiris JII Di BEI Tahun 2007-2010). 2011.
47
4.
Modal Syariah
Dependen :
linier berganda, uji
EPS, PER), dan risiko sistematik
(Studi Empiris JII
Harga Saham
asumsi klasik, dan
(BETA) berpengaruh secara
Di BEI Tahun
koefisien
signifikan terhadap pergerakan atau
2007-2010)”.
determinasi.
perubahan harga saham.
Fillya Arum “Analisis Faktor
Independen :
Jenis penelitian :
Hasil uji simultan menunjukkan
Periode waktu,
Pandansari
Fundamental
ROA, DER, dan
Deskriptif analitik
bahwa faktor fundamental (ROA,
dan variabel
(2012). 74
terhadap Harga
BVS.
Sampel: dengan
DER, dan BVS) berpengaruh
independennya
Saham”.
Dependen :
metode Purposive
signifikan terhadap harga saham.
.
Harga saham.
Sampling.
Sedangkan hasil uji parsial
Uji Analis : Regresi
menunjukkan bahwa faktor
linier berganda, uji
fundamental (ROA, DER, dan
asumsi klasik, dan
BVS) memiliki pengaruh positif
koefisien
terhadap harga saham.
determinasi. “Pengaruh
Erna 1.
Tiningrum75 Faktor Fundamental dan 74
Independen :
Jenis penelitian :
Hasil penelitian ini menunjukkan
Objek
ROA, ROE,
Deskriptif analitik
bahwa faktor fundamental yang
penelitian, dan
DPR, EPS,DE,
Sampel: dengan
mempengaruhi harga saham hanya
variabel
Fillya Arum Pandansari. “Analisis Faktor Fundamental terhadap Harga Saham”.2012. Erna Tiningrum. Pengaruh Faktor Fundamental dan Risiko Sistematik terhadap HargaSaham Perusahaan Menufaktur Di BEI.
75
48
Risiko Sistematik
EPS, BETA
metode Purposive
variabel ROE dan EPS, sedangkan
independennya
terhadap Harga
Dependen :
Sampling.
variabel lainnya tidak, demikian
.
Saham
Harga Saham.
Uji Analsis : Regresi
pula denga risiko sistematik
Perusahaan
linier berganda, uji
(BETA) tidak mempengaruhi
Manufaktur Di
asumsi klasik, dan
variabel harga saham.
BEI
koefisien determinasi.
Salman 2. Al
“Analisis
Independen :
Jenis penelitian :
Hasil penelitian ini yaitu : EPS
Periode waktu,
Farisi
pengaruh EPS,
EPS, NPM,
pendekatan
berpengaruh signifikan terhadap
dan variabel
(2012)76
NPM, PER, DER,
PER, DER,
kuantitatif.
harga saham, NPM berpengaruh
penelitiannya.
ROA dan ROE
ROA, ROE.
Sampel : dengan
terhadap harga saham, PER
terhadap harga
Dependen :
menggunakan
berpengaruh terhadap harga saham,
saham pada
Harga saham.
purposive sampling
DER tidak ada pengaruh terhadap
perusahaan yang
yaitu pengambilan
harga saham, ROA tidak ada
terdaftar di JII
data disesuaikan
pengaruh harga saham, dan ROE
tahun 2009-
dengan kriteria-
tidak berpengaruh terhadap harga
2012.”
kriteria yan telah
saham.
76
Salman Al Farisi. (Analisis pengaruh EPS, NPM, PER, DER, ROA dan ROE terhadap harga saham pada perusahaan yang terdaftar di JII tahun 2009-201).2012.
49
ditentukan sebelumnya. Anna3.
“Pengaruh faktor
Independen :
Jenis penelitian :
Hasil penelitian ini adalah EPS
Objek
Ulfatun
fundamental dan
EPS, ROE,
metode Deskriptif
berpengaruh terhadap harga saham,
penelitian,
Najjah
risiko sistematik
PER.
dengan jenis analisis. ROE tidak berpengaruh terhadap
periode waktu,
terhadap harga
Dependen :
Sampel yang
harga saham, PER berpengaruh
dan variabel
saham pada
Harga saham
digunakan yaitu
terhadap harga saham dan Risiko
independennya
industri barang
metode purposive
sistematik tidak berpengaruh
.
konsumsi yang
sampling.
terhadap harga saham.
(2012)
77
terdaftar di DES tahun 20092012”.
77
Anna Ulfatun Najjah. (Pengaruh faktor fundamental dan risiko sistematik terhadap harga saham pada industri barang konsumsi yang terdaftar di DES tahun 2009-201).2012.
50
H. Kerangka Pemikiran. Penelitian dimulai dengan meneliti bagaimana harga saham di pasar modal syariah yang terdaftar di Jakarta Islamic Indeks periode 2010-2014. Penelitian ini menggunakan uji dengan menggunakan analisis regresi berganda untuk menguji baik secara parsial dan simultan apakah faktor fundamental dan risiko sistematik berpengaruh terhadap harga saham. Kerangka penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.1 sebagai berikut : Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Debt to Asset Ratio/DAR (X1)
Return on Asset/ROA (X2)
Net Profit Margin/NPM (X3) Harga Saham (Y) Earning Per Share/EPS (X4)
Price Earning Ratio/PER (X5)
Risiko Sistematik/BETA (X6)
50
51
1. Hubungan Debt to Asset Ratio (DAR) terhadap harga saham. Debt to Asset Ratio (DAR) adalah salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka panjang perusahaan tersebut. Semakin tinggi nilai DAR itu menunjukkan bahwa perusahaan tersebut bisa dikatakan membayar hutang-hutangnya dan investor akan tertarik karena perusahaan tersebut dikatakan bisa membayar hutang-hutangnya. DAR
menggambarkan
proporsi
hutang perusahaan
dalam
membiayai aktivanya, rasio ini memiliki dampak yang buruk terhadap kinerja perusahaan, karena tingkat hutang yang semakin tinggi berarti beban bunga akan semakin besar yang berarti mengurangi keuntungan, dan hal ini akan mengakibatkan harga saham turun.78 2. Hubungan Return On Asset (ROA) terhadap harga saham. Return On Asset (ROA) merupakan salah satu rasio profitabilitas yang dapat mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan. Semakin tinggi rasio ROA menunjukkan bahwa perusahaan semakin efektif dalam memanfaatkan aktiva untuk menghasilkan laba 78
Reza Pahlevi ”Pengaruh Earning Per Share (EPS), Net Profit Margin (NPM), Debt to Asset Ratio(DAR), dan Return On Equity (ROE) terhadap harga saham pada perusahaan yang termasuk dalam Indeks LQ45 yang terdaftar di BEI”. Fakultas Ekonomi – Universitas Gunadarma, hlm 3.
52
bersih setelah pajak, yang juga dapat diartikan bahwa kinerja perusahaan semakin efektif. Hal ini selanjutnya akan meningkatkan daya tarik perusahaan kepada investor. Hal ini juga akan berdampak bahwa harga saham dari perusahaan tersebut di pasar modal juga akan semakin meningkat, dengan kata lain ROA akan berpengaruh terhadap harga saham perusahaan.79 3. Hubungan Net Profit Margin (NPM) terhadap harga saham. Net Profit Margin (NPM) merupakan rasio antara laba bersih yaitu penjualan sesudah dikurangi dengan seluruh expenses termasuk pajak dibandingkan dengan penjualan. Dengan kata lain mengukur presentasi laba bersih (setelah pajak terhadap penjualan bersih pendapatan). NPM yang rendah menandakan penjualan yang terlalu rendah untuk tingkat biaya yang tertentu atau biaya yang terlalu tinggi untuk tingkat penjualan yang tertentu atau kombinasi dari kedua hal tersebut. NPM yang rendah bisa menunjukkan ketidakefisienan manajemen. Semakin tinggi NPM, maka semakin tinggi harga saham perusahaan.80 4. Hubungan Earning Per Share (EPS) terhadap harga saham. Earning Per Share (EPS) adalah rasio untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam keuntungan bagi pemegang saham. Jika
79
Atika Rahmi, Muhammad Arfan dan Jalaluddin, “Pengaruh faktor-fakrot fundamental dan risiko sistematik terhadap harga saham (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2009)” Jurnal ISSN 2302-0164 pp. 1- 15. Volume 2, No.2, Mei 2013, hlm 5. 80 Atika Rahmi, Muhammad Arfan dan Jalaluddin, Pengaruh faktor-fakrot fundamental dan risiko sistematik terhadap harga saham (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2009), Jurnal ISSN 2302-0164 pp. 1- 15. Volume 2, No.2, Mei 2013, hlm 6.
53
rasio ini rendah perusahaan menunjukkan belum berhasil untuk memuaskan pemegang saham, dan EPS mempunyai nilai yang negatif. Sebaliknya jika EPS tinggi, maka kesejahteraan pemegang saham meningkat dan prospek perusahaan berarti baik. EPS yang tinggi maka dividen yang akan diterima investor semakin tinggi pula. Dividen yang akan diterima investor merupakan daya tarik bagi para investor/calon investor yang akan menanamkan dananya ke dalam perusahaan tersebut. Daya tarik tersebut memberi dampak
pada
calon
investor/investor
untuk
lebih
meningkatkan
kepemilikan saham perusahaan.81 5. Hubungan Price Earning Ratio (PER) terhadap harga saham. Price Earning Ratio (PER) adalah ratio dari harga saham terhadap laba perusahaan. Rasio ini menunjukkan seberapa besar investor menilai saham dari harganya tehadap kelipatan dari laba perusahaan. Semakin tinggi PER maka semakin besar kepercayaan investor masa depan perusahaan. Bagi para investor semakin tinggi PER maka pertumbuhan laba yang diharapkan juga akan mengalami kenaikan. Banyak pembahasan dunia nyata tentang penilaian pasar saham yang berfokus pada pengali
81
Atika Rahmi, Muhammad Arfan dan Jalaluddin, Pengaruh faktor-fakrot fundamental dan risiko sistematik terhadap harga saham (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2009), Jurnal ISSN 2302-0164 pp. 1- 15. Volume 2, No.2, Mei 2013, hlm 3.
54
harga terhadap laba perusahaan. PER sebenarnya merupakan cerminan dari sikap optimis pasar tentang prospek pertumbuhan perusahaan. Rasio PER digunakan seorang analisis untuk harus memutuskan apakah ia lebih optimis atau lebih tidak optimis dibandingkan pasar. Lebih optimis, maka mereka akan merekomendasikan untuk membeli saham.82 Nilai PER yang tinggi menunjukkan ekpektasi investor tentang prestasi perusahaan di masa mendatang cukup tinggi.83 6. Hubungan Risiko Sistematik (Beta) terhadap harga saham. Risiko sistematik diukur dengan koefisien beta yaitu koefisien yang menunjukkan kepekaan keuntungan suatu saham terhadap perubahan keuntungan saham-saham secara rata-rata dipasar (indeks pasar). Untuk mencari beta suatu dapat menggunakan dengan regresi yaitu mengestimasi beta sekuritas sebagai variabel terikat dan return pasar sebagai variabel bebas. semakin besar beta maka semakin besar pula tingkat keun-tungan yang diharapkan. Dengan kata lain semakin berisiko suatu investasi (yang ditunjukkan oleh koefisien betanya) semakin rendah pula harga sahamnya
82
Atika Rahmi, Muhammad Arfan dan Jalaluddin, Pengaruh faktor-fakrot fundamental dan risiko sistematik terhadap harga saham (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2009), Jurnal ISSN 2302-0164 pp. 1- 15. Volume 2, No.2, Mei 2013, hlm 3. 83 Amanda WBBA dan Wahyu Ario Pratomo Pengaruh faktor-fakrot fundamental dan risiko sistematik terhadap harga saham yang terdaftar pada Indeks LQ 45, Jurnal Ekonomi dan Keuangan Vol. 1, No. 3, Februari 2013, hlm 10.
55
dihipotesiskan bahwa risiko sistematik memiliki hubungan yang negative terhadap harga saham.84 I.
Hipotesis. Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan.85 Adapun hipotsis dalam Penelitian ini, penulis mengacu dan memperhatikan hipotesis serta hasil uji hipotesis dalam penelitian sebelumnya. Oleh karena itu, hipotesis dalam penelitian ini adalah : a. H0
: Debt to Asset Ratio (DAR) tidak berpengaruh signifikan terhadap
harga saham. Ha : Debt to Asset Ratio (DAR) berpengaruh signifikan terhadap terhadap harga saham. b. H0
: Return On Asset (ROA) tidak berpengaruh signifikan terhadap
terhadap harga saham. Ha
: Return On Asset (ROA)
berpengaruh signifikan terhadap
terhadap harga saham. c. H0
: Net Profit Margin (NPM) tidak berpengaruh signifikan terhadap
harga saham.
84
Erna Tiningrum, Pengaruh faktor-fakrot fundamental dan risiko sistematik terhadap harga saham perusahaan manufaktur di BEI, Jurnal STIE AUB Surakarta, hlm 13. 85 Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D. (Bandung: Penerbit Alfabeta, 2008). cet. Ke-5. Hlm. 64.
56
Ha
: Net Profit Margin (NPM) berpengaruh signifikan terhadap
terhadap harga saham. d. H0
: Earning Per Share (EPS) tidak berpengaruh signifikan terhadap
harga saham. Ha
: Earning Per Share (EPS) berpengaruh signifikan terhadap
terhadap harga saham. e. H0
: Price Earning Ratio (PER) tidak berpengaruh signifikan terhadap
harga saham. Ha
: Price Earning Ratio (PER berpengaruh signifikan terhadap
terhadap harga saham. f. H0
: Risiko Sistematik (Beta) tidak berpengaruh signifikan terhadap
harga saham. Ha
: Risiko Sistematik (Beta) berpengaruh signifikan terhadap
terhadap harga saham. g. H0
: faktor-faktor fundamental {Debt to Asset Ratio (DAR), Return
On Asset (ROA), Net Profit Margin (NPM), Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER)} dan Risiko Sistematik ( BETA) tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Ha
: Faktor-faktor fundamental {Debt to Asset Ratio (DAR), Return
On Asset (ROA), Net Profit Margin (NPM), Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER)} dan Risiko Sistematik ( BETA) berpengaruh signifikan terhadap harga saham.