16
BAB II LANDASAN TEORI
A. Perkembangan Kemampuan Berbicara Anak 1. Pengertian Berbicara Moris dalam Novia (2002) menyatakan bahwa berbicara merupakan alat komunikasi yang alami antara anggota masyarakat untuk mengungkapkan pikiran dan sebagai sebuah bentuk tingkah laku sosial. Wilkin dalam Oktarina (2002) menyatakan bahwa keterampilan berbicara adalah kemampuan menyusun kalimat-kalimat karena komunikasi terjadi melalui kalimat-kalimat untuk menampilkan perbedaan tingkah laku yang bervariasi dari masyarakat yang berbeda. Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan (Tarigan, 1993). Menurut Nuraeni (2002), “Berbicara adalah proses penyampaian informasi dari pembicara kepada pendengar dengan tujuan terjadi perubahan pengetahuan, sikap, dan keterampilan pendengar sebagai akibat dari informasi yang diterimanya.” Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan berbicara tidak hanya sekedar mengucapkan bunyi-bunyi atau katakata saja tetapi juga bagaimana cara mengekspresikan, menyampaikan pikiran,
17
gagasan, dan perasaan kita sehingga maksud pembicaraan dapat dipahami oleh orang lain.
2. Tujuan Berbicara Tujuan utama dari berbicara adalah untuk berkomunikasi. Anak dapat menyampaikan pikiran secara efektif, sehingga pembicara memahami makna segala sesuatu yang dikomunikasikan atau disampaikan, pembicara harus mampu mengevaluasi efek komunikasinya dan harus mengetahui prinsip-prinsip yang mendasari segala situasi pembicaraan baik secara umum maupun perorangan (Tarigan, 1981 :15). Tujuan umum berbicara menurut Tarigan 1986 terdiri dari beberapa golongan, yaitu menghibur, menginformasikan, menstimulasi dan menggerakan. Berbicara untuk menghibur yaitu dengan cara pembicara menarik perhatian pendengar dengan berbagai cara seperti humor, spontanitas, mengisahkan kisahkisah jenaka. Suasana pembicaraan biasanya santai dan menyenangkan. Berbicara untuk menginformasikan dilaksanakan apabila seseorang ingin melakukan hal-hal seperti menjelaskan sesuatu proses, menafsirkan sesuatu hal, menyebarkan pengetahuan, menjelaskan hubungan, relasi antara benda, hal atau peristiwa. Tujuan berbicara dalam menstimulasi pendengar jauh lebih kompleks dibandingkan dengan berbicara untuk menghibur dan memberikan informasi. Hal ini disebabkan karena berbicara untuk menstimulasi pembicara merupakan upaya untuk membangkitkan inspirasi, kemamuan atau minat pendengarnya untuk melaksankan sesuatu. Berbicara untuk menggerakkan menuntut pembicara agar
18
bisa membuat pendengar berbuat atau bertindak seperti yang dikehendaki pembicara. 3. Perkembangan Berbicara Anak Menurut Rahmawati dalam Daulay (2009:19) perkembangan berbicara anak menurut usia dibagi dua yaitu berdasarkan kemampuan reseptif dan ekspresif. a. Pada Usia 4-5 Tahun Kemampuan Reseptif 1. Mengerti 1500-2000 kata. 2. Dapat menyelesaikan perintah yang lebih kompleks dengan 2-3 perbuatan. 3. Mengerti kata penghubung : jika, sebab, kapan, dan mengapa. Kemampuan Ekspresif 1. Memiliki pembendaharaan kata hampir 200 kata. 2. Rata-rata panjang kalimat 3-4 kata. 3. Dapat membatasi pemakaian bentuk kata tertentu. 4. Bahasa sudah lengkap, baik bentuk maupun strukturnya. 5. Menggunakan kata penghubung dan mengerti kata depan. 6. Menggunakan kalimat yang lebih panjang dan kompleks. 7. Menjawab pertanyaan sederhana. 8. Dapat memisahkan suatu cerita tentangdirinya atau lingkungannya dengan diberi sedikit rangsangan. 9. Masih ada kesalahan-kesalahan dalam tata bahasa walaupun tidak sering. 10. Artikulasi 80% sudah benar. b. Pada Usia 5-6 Tahun Kemampuan Reseptif 1. Mengerti pembendaharaan kata kurang lebih 2500-2800 kata. 2. Bereaksi dengan benar terhadap kalimat-kalimat yang lebih sulit, tetapi masih bingung mengenal waktu yang tersurat dalam kalimat. 1. 2. 3. 4.
Kemampuan Ekspresif Mampu mengucapkan 2500 kata. Rata-rata panjang kalimat terdiri atas 5-6 kata. Kemampuan artikulasi sudah baik. Menggunakan hamper semua struktur ungkapan-ungkapan dan aturanaturan penambah.
19
5. Semua kata ganti dapat digunakan dengan mantap dan benar. 6. Dapat menggunakan kata sifat komperatif, besar, lebih kecil, keras, lebih keras dan lain-lain. 7. Dapat menjawab telepon dan melanjutkannya dengan bercakap-cakap. 8. Dapat menceritakan cerita-cerita khayal. 9. Memberikan informasi, membuat pertanyaan dan bercerita. 10. Pemakaian kata sandang dengan benar. 11. Dapat menggunakan kata depan : di -, ke -, dan me -. 12. Dapat bercerita tentang kisah yang sudah diketahui. 4. Tugas Utama Dalam Belajar Berbicara Belajar berbicara mencangkup tiga proses yang terpisah tetapi saling berhubungan satu sama lain, yakni : belajar mengucapkan kata, membangun kosa kata dan membentuk kalimat. Karena ketiga proses itu saling berkaitan, kegagalan menguasai salah satunya akan membahayakan keseluruhan pola bicara. a. Pengucapan Tugas yang pertama dalam belajar berbicara adalah belajar mengucapkan kata. Pengucapan dipelajarai dengan meniru. Sebenarnya anak hanya mengikuti pengucapan dari orang lain disekitarnya. Keseluruhan pola pengucapan anak akan berubah dengan cepat jika anak ditempatkan dalam lingkungan baru yang orang-orang di lingkungan tersebut mengucapkan kata-kata yang berbeda. Menurut Hurlock (1993) bahwa keluwesan anak meniru bunyi sebagai akibat mekanisme suara dan belum ada kebiasaan pengucapan yang sudah matang, sebagai orang tua dan pendidik mengatakan bahwa awal masa kanak-kanak adalah saat yang tepat untuk mulai mempelajari bahasa asing. Jika anak mempelajari pengucapan tertentu kemudian merasa senang, maka mereka akan dapat berbicara seperti dengan bahasa
20
ibu. Akan tetapi, jika mereka belajar setelah masuk sekolah menengah pertama atau sekolah menengah atas, maka mereka selamanya akan berbicara bahasa asing dengan asal logat yang sebenarnya. Setiap anak berbeda-beda dalam ketepatan pengucapan dan logatnya. Perbedaan dalam ketepatan pengucapan sebagian bergantung pada tingkat perkembangan mekanisme suara tetapi sebagian besar bergantung pada bimbingan yang diterimanya dalam mengkaitkan suara kedalam kata yang berarti.
b. Pengembangan kosa kata Tugas kedua dalam belajar berbicara adalah mengembangkan jumlah kosa kata, anak harus belajar mengaitkan arti dengan bunyi. Karena banyak kata yang memiliki arti yang lebih dari satu dan karena sebagian kata bunyinya hampir sama, tetapi memiliki arti yang yang berbeda maka membangun kosa kata jauh lebih sulit dibandingkan mengucapkannya. Anak-anak lebih dahulu mempelajari arti kata yang sangat dibutuhkannya. Akan tetapi, sebelum kosa kata yang mereka butuhkan memadai jumlahnya, mereka masih terus menggunakan isyarat dengan bahasa pengganti. Pada waktu mereka bertambah besar dan melepaskan prabicara, mereka sering kali menggunakan ucapan popular sebagai penggantinya. Anak mempelajari dua jenis kosa kata yakni kosa kata umum dan kosa kata ganda khusus. Kosa kata umum terdiri atas kata yang dapat
21
digunakan dalam berbagai situasi yang berbeda seperti : manusia, baik dan pergi. Sebaliknya kosa kata khusus terdiri atas kata dengan arti spesifik yang hanya dapat di gunakan dalam situasi tertentu. Kata-kata dalam kosa kata umum paling banyak digunakan, maka kata-kata tersebut dipelajari lebih dulu. Menurut Hurlock (1993) kosa kata pada masa kanak-kanak dibagi atas dua kosa kata umum dan kosa kata khusus diantaranya : 1) Kosa kata umum a) Kata benda. Kata yang pertama yang diperoleh anak adalah kata benda. Umumnya yang bersuku kata satu yang diambil dari bunyi celotehan yang disenangi. b) Kata kerja. Setelah anak mempelajari kata benda yang cukup untuk menyebutkan nama orang dan dalam benda dalam lingkungan yang bersangkutan,
mereka
mulai
mempelajari
kata-kata
baru,
khususnya yang melukiskan tindakan seperti : “beri”, atau “pegang”. c) Kata sifat. Kata sifat muncul dalam kosa kata anak yang berumur 1 ½ tahun. Pada mulanya kata sifat yang paling umum digunakan adalah “baik”, “buruk”, “bagus”, “nakal”, “panas”, “dingin”. Pada prinsipnya, kata-kata tersebut digunakan pada orang, makanan dan minuman. d) Kata keterangan. Kata keterangan digunakan pada umur yang sama untuk kata sifat. Kata keterangan muncul paling awal dalam kosa kata anak, umumnya adalah “disini”dan “dimana”.
22
e) Kata perangkai dan kata ganti. Ini muncul paling akhir karena paling sulit digunakan “ku”, “Nya”, “kami” dan “mereka”. 2) Kosa kata khusus a) Kosa kata warna. Sebagian besar anak mengetahui nama warna dasar pada usia 4 tahun. Seberapa cepat anak akan mempelajari warna lainnya bergantung pada kesempatan belajar dan minat mereka tentang warna. b) Jumlah kosa kata. Dalam skala intelegensi Stanford-Binet, anak yang berusia lima tahun diharapkan dapat menghitung tiga objek, dan pada usia enam tahun diharapkan cukup baik memahami kata “tiga”, “sembilan”, “sepuluh”, dan “tujuh” untuk menghitung jumlah biji. c) Kosa kata waktu. Biasanya anak yang berusia enam dan tujuh tahun mengetahui arti : pagi, siang, malam, musing panas dan musim hujan. d) Kata uang. Anak yang berumur empat atau lima tahun mulai menamani mata uang logam sesuai dengan ukuran dan warna. e) Kata ucapan popular. Kebanyakan anak yang berusia empat dan delapan tahun khususnya anak laki-laki menggunakan ucapan popular untuk mengungkapkan emosi dan kebersamaan dengan kelompok sebaya.
23
c. Pembentukan kalimat Tugas ketiga dalam belajar berbicara, yaitu menggabungkan kata kedalam kalimat dimana tata bahasanya betul dan dapat dipahami oleh orang lain. Hal tersebut merupakan sesuatu yang paling sulit dari ketiga tugas tersebut. Pada mulanya anak menggunakan kalimat satu kata, yaitu kata benda atau kata kerja, yang kemudian digabungkan dengan isyarat, untuk mengungkapkan satu pikiran utuh. Sebagai satu contoh, dengan mengatakan “beri” sambil mangacu pada sebuah mainan berarti “ berikan saya mainan itu”, anak yang berusia 2 tahun menggabungkan kata kedalam kalimat pendek yang sering kali berupa kalimat yang tidak lengkap yang berisi satu atau dua kata benda, satu kata kerja, kadang-kadang satu kata sifat atau kata keterangan. Mereka menghapuskan kata depan, kata ganti, dan kata sandang. Bentuk kalimatnya adalah : “Pegang boneka”, “pergi tidur”, “selamat jalan”, “ingin minum”. Pada waktu usia 4 tahun, kalimat mereka hampir lengkap, dan setahun kemudian kalimatnya sudah lengkap berisi semua unsur kalimat. Menurut Hurlock (1993) analisis kalimat yang diucapkan anak dibawah 8 tahun mengungkapkan bahwa anak mulai menggunakan kalimat lengkap sejalan dengan bertambah lengkapnya tata bahasanya, sekalipun secara fungsional tidak. Penggunaan kalimat sederhana, kalimat majemuk dan kalimat kompleks, serta kalimat kalimat yang diuraikan terdapat peningkatan kecil tetapi sempurna.
24
Salah satu bentuk kalimat yang paling umum digunakan anak adalah kalimat bertanya. Meyer dan Shane (Hurlock 1993) telah menelaah bentuk dan fungsi pertanyaan anak melaporkan bahwa bentuk kalimat tersebut mengikuti model perkembangan kognitif Piaget. Menurut Mayer dan Shane (Hurlock 1993) adalah : “Perilaku mengajukan pertanyaan mencerminkan logika proses berfikir mereka. Pada tahap oprasionalnya, pertanyaan anak yang menyangkut kausalitas fisik mencerminkan strukutur kognitif yang sebagian besar tidak di beda-bedakan dimana kerisauan anak dengan motivasi dan maksud tidak terpisahkan dari penjelasan kausal. Pada waktu anak bergerak ke dalam tahap oprasional yang kongkret, perilaku bertanyanya mencerminkan tingkat deferensial yang lebih tinggi, dengan demikian pertanyaan tersebut memisahkan antara kausalitas fisik dengan kausalitas psikologis. Perilaku anak mengajukan pertanyaan pada tingkat “oprasional kongkret” pada mulanya menyangkut kausalitas fisik dan kemudian berubah menjadi sejumlah penggolongan yang berbeda”. Pada setiap tingkatan umur, anak memperlihatkan perbedaan individual yang menonjol dalam pembentukan kalimat baik mengenal panjang maupun mengenal pola. Anak yang cerdas dan berasal dari kelompok sosial ekonomi lebih tinggi biasanya menggunakan kalimat yang lebih panjang dan lebih lengkap dari pada anak yang biasa saja. Pada waktu bermain dengan anak sebaya, mungkin berbicara dengan ungkapan dari pada berbicara dengan kalimat lengkap. Pada waktu berbicara dengan orang dewasa, mereka sedikit memanjangkan kalimatnya tetapi dalam situasi kelas yang terdapat guru dan anak-anak, mereka akan lebih memperpanjang kalimat.
25
5. Ukuran Kemampuan Berbicara Anak Menurut Dhieni (2005 :3.5) terdapat beberapa faktor yang dapat dijadikan ukuran kemampuan berbicara seseorang yang terdiri dari dua aspek kebahasaan diantaranya adalah : a. Aspek kebahasaan, meliputi : 1. Ketepatan ucapan 2. Penempatan tekanan, nada, sendi dan durasi yang sesuai 3. Pilihan kata 4. Ketepatan sasaran pembicaraan b. Aspek non kebahasaan , meliputi : 1. Sikap tubuh, pandangan, bahasa tubuh dan mimik yang tepat 2. Kesediaan menghargai pembicaraan maupun gagasan orang lain 3. Kenyaringan suara dan kelancaran berbicara 4. Relevansi, penalaran dan penguasaan terhadap topik tertentu Hurlock dalam Dhieni (Cahyaningsih, 2006) mengemukakan dua kriteria untuk mengukur tingkat kemampuan berbicara anak, apakah anak berbicara benar atau hanya sekedar membeo, yaitu : a. Anak
mengetahui
arti
kata
yang
digunakan
dan
mampu
menghubungkannya dengan yang diwakilinya. b. Anak mampu melafalkan kata-kata yang dapat dipahami orang lain dengan mudah.
26
c. Anak memahami kata-kata tersebut bukan karena telah seering mendengar atau menduga-duga.
6. Hambatan-Hambatan Berbicara Anak Beberapa hambatan yang ditemukan ketika akan berbicara adalah : a. Keberanian, percaya diri Dale Carnigie (1995:380), mengungkapkan bahwa hampir semua orang mampu berbicara dengan cara yang bisa diterima oleh publik, jika dia memiliki rasa percaya diri dan sebuah ide yang ada di dalam dirinya. Cara mengembangkan rasa percaya diri adalah dengan mengerjakan halhal yang ditakutkan dan memperoleh satu catatan dari pengalaman orangorang yang sukses. Hambatan berbicara dapat diminimalisir dengan cara latihan yang dilakukan terus menerus. Sehingga keberanian dan rasa percaya diri akan muncul pada saat berbicara. b. Rasa gugup Perasaan gugup umum dialami olah sebagian besar pembicara. Tetapi sebenarnya hal tersebut dapat dihindari melalui persiapan yang matang dan banyak latihan. Abernathy dan Reardon (2004:100) menyebutkan bahwa, lima belas peresen dengan menarik napas panjang, dan sisanya sepuluh persen melalui persiapan mental.
27
c. Gejala-gejala tertekan 1. Gelaja fisik Ciri-cirinya yaitu detak jantung yang semakin cepat, lutut gemetar atau sulit berdiri tenang di muka pendengar, suara yang bergetar, gelombang hawa nafsu atau perasaan seperti akan pingsan, hiperventilasi yaitu termasuk kesulitan untuk bernafas, mata berair dan hidung berlendir. 2. Gejala mental Gejala mental ditunjukkan dengan perilaku mengulang kata, kalimat atau pesan, hilang ingatan termasuk ketidakmampuan pembicara untuk mengingat angka atau fakta secara tepat dan melakukan hal-hal yang sangat penting serta bentuk-bentuk kekacauan yang lain.
B. Media Pembelajaran VCD Interaktif
1. Konsep Media Pembelajaran Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya teknologi informasi, sangat berpengaruh terhadap penyusunan dan implementasi strategi pembelajaran. Melalui kemajuan tersebut para guru dapat menggunakan berbagai media sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pembelajaran. Menggunakan media komunikasi bukan saja dapat mempermudah dan mengefektifkan proses pembelajaran, akan tetapi bisa membuat proses pembelajaran lebih menarik (Sanjaya 2007).
28
Proses pembelajaran merupakan proses komunikasi. Proses komunikasi selalu melibatkan tiga komponen pokok, yaitu komponen pengirim pesan (guru), komponen penerima pesan (siswa), dan komponen pesan itu sendiri yang biasanya berupa materi pembelajaran. Proses pembelajaran terkadang terjadi kegagalan komunikasi. Artinya, materi pelajaran atau pesan yang disampaikan guru tidak dapat diterima oleh siswa dengan optimal, yang lebih menghawatirkan bila siswa sebagai penerima pesan salah menangkap isi pesan yang disampaikan, untuk menghindari semua itu, maka guru dapat menyusun strategi pembelajaran dengan memanfaatkan berbagai media dan sumber belajar (Sanjaya 2007). a. Pengertian media pembelajaran Kata media pembelajaran berasal dari kata medium yang secara harfiah artinya perantara atau pengantar. Banyak pakar tentang media pembelajaran yang memberikan batasan tentang pengertian media. Menurut Rohani (1997:2) ” Media adalah segala bentuk yang dipergunakan untuk proses penyaluran informasi ”. Sedangkan pengertian media menurut Djamarah (1995 : 136) ” media adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan pembelajaran ”. Ditegaskan oleh Purnamawati dan Eldarni ( 2001 : 4 ) yaitu: ” media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa sedemikian rupa sehingga terjadi proses belajar”.
29
Menurut Gerlach media meliputi orang, bahan, perlatan, atau kegiatan
yang
menciptakan
kondisi
yang
memungkinkan
siswa
memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap. AECT
(Association
for
Education
and
Communicatian
Technology) memberi batasan tentang media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi. NEA (National Education Association) memaknai media sebagai segala benda yang dapat dimanipulasi, dilihat, didengar, dibaca, atau dibincangkan beserta instrumen yang digunakan untuk kegiatan tersebut. Menurut Gagne dan Bringgs (1975) secara implisit mengatakan bahwa media pembelajaran
meliputi alat yang secara fisik digunakan
untuk menyampaikan isi materi pengajaran, yang terdiri dari buku, tape recorder, kaset, video, camera, video recorder, film, slide (gambar bingkai), foto, gambar, grafik, televisi dan komputer. Rossi dan Breidle (1966:3) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk mencapai tujuan pendidikan seperti radio, televisi, buku, koran, majalah dan sebagainya. Pernyataan diatas dapat disimpulkan media adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar.
30
b. Jenis media pembelajaran Masruroh, S (2000), berbagai ragam dan bentuk dari media pengajaran, pengelompokan atas media dan sumber belajar dapat juga ditinjau dari jenisnya, yaitu dibedakan menjadi media audio, media visual, media audio-visual dan media serba aneka. 1. Media Audio Media audio merupakan media yang mengandung pesan dalam membentuk auditif (hanya dapat didengar), yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan anak untuk mempelajari isi tema. Contoh : Radio, piringan hitam, pita audio, tape recorder, dan telepon. 2. Media Visual Media visual adalah media yang hanya dapat dilihat. Jenis media ini menyampaikan isi dari tema yang akan disampaikan a. Media visual diam : foto, buku, ansiklopedia, majalah, surat kabar, buku referensi dan barang hasil cetakan lain, gambar, ilustrasi, kliping, film bingkai/slide, film rangkai (film stip) , transparansi, mikrofis, overhead proyektor, grafik, bagan, diagram, sketsa, poster, gambar kartun, peta, dan globe. b. Media visual gerak : film bisu. 3. Media Audio-visual. Media ini merupakan kombinasi dari media audio dan media visual. Dengan menggunakan media ini maka penyajian pesan-pesan sesuai
31
dengan tema kegiatan kepada anak akan semakin lengkap dan optimal. Contoh : a. Media audiovisual diam : televisi diam, slide dan suara, film rangkai dan suara , buku dan suara. b. Media audio visual gerak : video, CD, film rangkai dan suara, televisi, gambar dan suara. 4. Media Serba aneka : a. Papan dan display: papan tulis, papan pamer/pengumuman/majalah dinding, papan magnetik, white board, mesin pangganda. b. Media tiga dimensi : realia, sampel, artifact, model, diorama, display. c. Media teknik dramatisasi : drama, pantomim, bermain peran, demonstrasi,
pawai/karnaval,
pedalangan/panggung
boneka,
simulasi. d. Sumber belajar pada masyarakat : kerja lapangan, studi wisata, perkemahan.
Pemilihan setiap jenis media mempunyai karakteristik atau sifat-sifat khas tersendiri. Artinya mempunyai kelebihan dan kekurangan satu terhadap yang lain. Sifat-sifat yang biasanya dipakai untuk menentukan kesesuaian penggunaan atau pemilihan media ialah jangkauan seperti : beberapa media tertentu lebih sesuai untuk pengajaran individual misalnya buku teks, modul, program rekaman interaktif (audio, video, dan program komputer). Jenis yang lain lebih sesuai untuk pengajaran kelompok di kelas, misalnya media proyeksi (OHT, Slide, Film)
32
dan juga program rekaman (audio dan video). Ada juga yang lebih sesuai untuk pengajaran masal , misalnya program siaran ( radio, televisi, dan konferensi jarak jauh dengan audio).
2. Media Pembelajaran VCD Interaktif Media pembelajaran saat ini sudah semakin beragam, mulai dari media konvensional seperti buku dan alat peraga tradisional sampai dengan media modern audio visual berupa kaset tape, VCD (Video Compact Disk), maupun alat peraga modern lainnya. Ragamnya media tersebut menjadikan maka suatu sistem pembelajaran yang dapat menghadirkan suasana menyenangkan. Oleh karena itu tidak salah jika VCD interaktif merupakan salah satu alternatif media yang dapat menjawab kebutuhan tersebut. Media ini disebut VCD Multimedia Interaktif, karena media ini memiliki unsur audio-visual (termasuk animasi) yang mana bahan-bahan audio dapat memberikan banyak manfaat asalkan guru berperan aktif dalam proses pembelajaran (Dale, 2002:24). a. Definisi VCD Interaktif Vidio compact disk berasal dari bahasa Inggris kata “Discuse”. Video compact disk merupakan kaset optik yang dapat memuat data berupa musik, teks, dan gambar. VCD interaktif mulai berkembang sejak tahun 1986 yang di buat oleh Philip dan Sony. Vidio compact disk interaktif merupakan salah satu bentuk pembelajaran berbasis komputer dalam bentuk multimedia. Compact disk interaktif ini menyajikan pesan yang menggabungkan teks, musik, foto, serta animasi, sehingga tampilan
33
lebih menarik. VCD pembelajaran interaktif ini termasuk salah satu jenis multimedia dalam pembelajaran. Jonassen (artikel multimedia pembelajaran, 2006) berpendapat bahwa tampilan VCD interaktif multimedia adalah lebih menarik perhatian karena melibatkan rangsangan lebih dari pada satu objek pada waktu yang sama. Menurut Johassen (artikel multimedia pembelajaran, 2006) kajian tentang kesan multimedia pembelajaran menunjukkan bahwa peningkatan pembelajaran terjadi apabila saluran media yang berlainan menyediakan isi yang lengkap melengkapi antara satu sama lain. VCD interaktif merupakan sebuah media yang menegaskan sebuah format multimedia dapat dikemas dalam sebuah CD (Compact Disk) dengan tujuan aplikasi interaktif di dalamnya. CD ROM (Read Only Memory) merupakan satu-satunya dari beberapa kemungkinan yang dapat menyatukan suara, video, teks, dan program dalam CD (Tim Medikomp, 1994). Kemudian dalam program talk show e-Lifestyle disebutkan bahwa VCD interaktif adalah sebuah CD yang berisi menu-menu yang dapat diklik untuk menampilkan sebuah informasi tertentu. Dari sini jelas bahwa sistem interaktif yang dipakai VCD interaktif sama persis dengan sistem navigasi pada internet, hanya yang berbeda di sini adalah media yang dipakai keduanya. VCD interaktif memakai media off line berupa VCD sementara internet memakai media on line.
34
b. Jenis VCD Inetraktif Saat ini di Indonesia banyak sekali dijual VCD interaktif. VCD tersebut ada yang buatan asing dan ada pula yang buatan lokal (dalam negeri). Terdapat VCD interaktif untuk anak-anak balita, yang tujuannya merangsang aspek kognitif anak. Ada juga untuk pelajar SD, yang isinya antara lain mengenal huruf, belajar membaca dan berhitung, dan yang berisi aneka gambar. Sedangkan untuk sekolah menengah ada VCD interaktif berbagai mata pelajaran, seperti mengenal organ tubuh manusia (Tim Metro TV, 2004: 22) Terdapat
dalam
http://www.ialf.edu/kipbipa/papers/OudaTeda
Ena.doc disebutkan bahwa Propinsi Bali telah menggunakan VCD interaktif dalam mempromosikan pariwisatanya. Perusahaan, baik pemerintah maupun swasta telah banyak memakai media ini untuk menginformasikan profilnya pada calon-calon investor. Jenis VCD interaktif dengan asumsi menurut tujuannya dapat dibagi menjadi: 1) Komersial, seperti VCD interaktif tutorial maupun pembelajaran untuk anak-anak. 2) Non-Komersial, seperti VCD interaktif profil pemerintahan, wisata, kota, maupun profil perusahaan.
35
3. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran VCD Interaktif Media memiliki fungsi yang jelas yaitu memperjelas, memudahkan dan membuat menarik pesan kurikulum yang akan disampaikan oleh guru kepada peserta didik sehingga dapat memotivasi belajarnya dan mengefisienkan proses belajar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan belajar mengajar akan lebih efektif dan mudah bila dibantu dengan sarana visual, di mana 11% dari yang dipelajari terjadi lewat indera pendengaran, sedangkan 83% lewat indera penglihatan. Di samping itu dikemukakan bahwa kita hanya dapat mengingat 20% dari apa yang kita dengar, namun dapat mengingat 50% dari apa yang dilihat dan didengar. Hal tersebut dipertegas oleh pendapat Edgar Dale, bahwa semakin konkret peserta didik mempelajari bahan pengajaran, contohnya melalui pengalaman langsung, peserta didik semakin bertambah pengalaman yang diperoleh. Sebaliknya semakin abstrak siswa memperoleh pengalaman, contohnya hanya mengandalkan bahasa verbal, maka semakin sedikit pengalaman yang akan diperoleh siswa. Mengingat pentingnya media pembelajaran bagi anak Sanjaya (2007:167168) mengungkapkan fungsi media pembelajaran diantaranya : a. Menangkap suatu objek atau peristiwa-perisiwa tertentu Peristiwa-peristiwa penting atau objek yang langka dapat di abadikan dengan foto, film, atau rekaman melalui video atau audio, kemudian peristiwa itu dapat disimpan dan dapat digunakan manakala diperlukan, seperti gerhana
36
matahari, proses metamorphosis kupu-kupu, proses bayi dalam rahim dari mulai sel telur hingga menjadi embrio dan berkembang menjadi bayi dll. b. Memanipulasi keadaan, peristiwa atau objek tertentu Media pembelajaran dapat menyajikan bahan pelajaran yang bersifat abstrak menjadi konkret sehingga mudah dipahami dan dapat menghilangkan verbalisme. Selain itu media pmebelajaran juga bisa mambantu menampilkan objek yang terlalu besar yang tidak mungkin dapat ditampilkan di dalam kelas, atau menampilkan objek yang terlalu kecil yang sulit dilihat dengan menggunakan mata secara langsung. Misalnya : berbagai binatang buas, benda-benda langit (tata surya), bakteri, jamur virus dan sebagainya. c. Menambah gairah dan motivasi belajar siswa Penggunaan media dapat menambah motivasi belajar siswa sehingga perhatian peserta didik terhadap materi pembelajaran dapat lebih meningkat. Sebagai contoh sebelum menjelaskan materi pelajaran tentang populasi, untuk dapat menarik perhatian peserta didik terhadap topic tersebut maka guru memutar film terlebih dahulu tentang banjir atau tentang kotoran limbah industri. Manfaat VCD interaktif (artikel cd interaktif sebagai wadah penyampaian ilmu oleh prop. Madya dr. noriab Mohamed) sebagai berikut : 1. Menyediakan keberbagaian pembelajaran. 2. Menyediakan penyampaian, penerimaan yang konsisten dan penilaian. 3. Pembelajaran sendiri. 4. Mengurangi masa pencarian sesuatu informasi. 5. Mengatasi ketiadaan bahan ajar.
37
6. Mengatasi masalah penyampaian pembelajaran.
4. Kelebihan dan Kekurangan VCD Interaktif sebagai Media Pembelajaran Media pembelajaran saat ini sudah semakin beragam, mulai dari media konvensional seperti buku dan alat peraga tradisional samapi dengan media modern audio visual berupa kaset tape, VCD (Video Compact Disk), maupun alat peraga modern lainnya. Beragamnya media tersebut menjadikan sistem pembelajaran yang dapat menghadirkan suasana menyenangkan. Oleh karena itu tidak salah jika VCD interaktif merupakan salah satu alternatif media yang dapat menjawab kebutuhan tersebut. Menurut praktisi media Augus Savara (2003), kelebihan dan kekurang VCD ineraktif antara lain : 1. Penggunaannya bisa berinteraksi dengan program komputer. 2. Menambah pengetahuan. Pengetahuan yang dimaksud pelajaran yang disajikan VCD interaktif. 3. Tampilan audio visual yang menarik. Kelebihan pertama yang menyebutkan bahwa penggunaannya bisa berinteraksi dengan komputer adalah bahwa dalam VCD interaktif terdapat menumenu khusus yang dapat diklik oleh user untuk memunculkan informasi berupa audio, visual maupun fitur lain yang diinginkan oleh pengguna. Kelebihan kedua adalah menambah pengetahuan. Pengetahuan disini adalah materi pembelajaran yang dirancang kemudahannyaa dalam VCD interaktif bagi pengguna. Kelebihan ke tiga adalah tampilan audio visual yang menarik. Menarik disini tentu saja jika
38
dibandingkan dengan media konvensional seperti buku atau media dua dimensi lainnya. Kemenarikan disini utamanya karena system interaksi yang tidak dimiliki oleh media cetak (buku) maupun media elektronik lain (film, TV, audio). Adapun kekurangan VCD interaktif antara lain : 1. Medium yang digunakan hanya komputer 2. Membatasi target audience karena hanya pemakai computer saja yang dapat mengaksesnya. 3. Pemeliharannya harus lebih hati-hatidaripada buku (tidak boleh terkena panas, tergores berat atau pecah). Beberapa keunggulan VCD interaktif, diketahui bahwa “VCD interaktif dapat membantu mempertajam pesan yang disampaikan dengan kelebihannya menarik indera dan menarik minat, karena merupakan gabungan antara pandangan, suara dan gerakan (Suyanto,2003:18)”.
5. Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran VCD Interaktif untuk Anak TK Media pembelajaran VCD interaktif yang baik untuk anak usia TK diperlukan kriteria-kriteria agar VCD tersebut dapat digunakan dengan tepat untuk pembelajaran di Taman Kanak-kanak sebagaimana yang dikemukakan oleh Edmund Fasion dalam Juwita (2009 :54). Kriteria tersebut diantaranya : a. Memiliki niali edukatif, disesuaikan dengan materi atau tema yang akan diberikan di Taman Kanak-kanak b. Memiliki gambar yang menarik bagi anak c. Sederhana dan mudah diamati oleh anak
39
d. Bersifat realistik. Cerita dan tokoh disesuaikan dengan dunia anak
C. Hubungan Penggunaan Media Pembelajaran VCD Interaktif terhadap Kemampuan Berbicara Anak Taman Kanak-Kanak Pesatnya perkembangan dunia pendidikan, menuntut kita sebagai pendidik untuk bisa lebih berinovasi dalam hal menyediakan media pembelajaran yang lebih menarik dan efektif untuk digunakan. Ragam media pembelajaran saat ini sudah banyak sekali ditemukan di lingkungan sekitar kita, salah satunya yaitu dengan pemanfaatan media Audio visual. Media audio visual sudah tidak asing lagi digunakan baik untuk kepentingan hiburan, perusahaan maupun pendidikan seperti : televisi, slide, film animasi, media pembelajaran VCD interaktif dan lainlain. Media pembelajaran VCD interaktif adalah media pembelajaran berbasis komputer (audio visual) dimana di dalamnya berisi gabungan teks, gambar, musik, suara, dan animasi, dimana hal tersebut bisa membantu proses pembelajaran terhadap kemampuan berbicara pada anak. Hal ini mengacu pada penelitian yang dilakukan Siti Masruroh (2009), bahwa siswa dapat menyerap ilmu melalui indra penglihatannya sebanyak 83 %, melalui indra pendengarannya 11 % dan melalui indra yang lainnya 6 %. Berarti dengan menggunakan media audio visual gerak (LCD), anak dapat menyerap ilmu sebanyak 94 % dari materi yang ditampilkan dengan perincian 83 % melalui indra penglihatannya dan 11 % melalui indra pendengarannya. Hal ini menunjukkan
40
bahwa media audio visual gerak seperti LCD sangat baik digunakan sebagai media pembelajaran di sekolah. Hasil penelitian diatas dapat diuraikan bahwa media pembelajaran VCD interaktif berpengaruh signifikan terhadap peningkatan kemampuan belajar siswa. Namun penelitian media pembelajaran VCD interaktif untuk meningkatkan kemampuan berbicara anak belum ada penelitian lebih lanjut, untuk itu perlu digali informasinya lebih lanjut.