35
BAB II LANDASAN TEORI A. Koperasi Jasa Keuangan Syariah (Baitul Maal Wat Tamwil) 1.
Pengertian Menurut keputusan nomor 90/Kep/M.KUKM/IX/2004 pengertian koperasi, KJKS dan UJKS adalah sebagai berikut : Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatanya berdasarkan prisnsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas kekeluargaan. Koperasi jasa keuangan syariah selanjutnya disebut KJKS adalah yang kegiatan usahanya bergerak dibidang pembiayaan, investasi dan simpanan sesuai pola bagi hasil (Syariah). Unit jasa keuangan syariah selanjutnya disebut UJKS adalah unit koperasi yang bergerak dibidang usaha pembiayaan investasi dan simpanan dengan pola bagi hasil (syariah) sebagai bagian dari kegiatan koperasi yang bersangkutan.38 Sedangkan pengertian BMT (Baitul Maal Wat Tamwil) Secara harfiah/lughowi, Baitulmaal berarti rumah dana, dan baitul tamwil berarti rumah usaha. Baitulmaal lebih mengarah pada usaha-usaha pengumpulan dan penyaluran dana yang nonprofit seperti zakat, infak, dan sedekah. Sedangkan
38
Muhammad Sholahuddin dan Lukman Hakim, Lembaga Ekonomi dan Keuangan Syariah Kontemporer, Surakarta, Muhamadiyah University press, 2008. Hal. 179
36
baitultamwil sebagai usaha pengumpulan dan penyaluran dana yang komersial.39 Secara istilah Baitul maal wa tamwil adalah kelompok swadaya masyarakat yang berupaya mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dengan sistem bagi hasil dalam rangka meningkatkan kualitas ekonomi pengusaha kecil dalam pengentasan kemiskinan.40 Pengertian lain bahwa BMT adalah balai usaha mandiri terpadu yang dikembangkan dari konsep Baitul maal wa tamwil. Dari segi baitul maal, BMT menerima titipan bazis dari dana zakat, dan sedekah memanfaatkannya untuk kesejahteraan masyarakat kecil, fakir, miskin. Pada aspek baitul tamwil-BMT mengembangkan usaha-usaha produktif untuk meningkatkan pendapatan pengusaha kecil dan anggota.41 2.
Status Hukum Baitul maal wa tamwil (BMT) Lahirnya BMT di Indonesia karena tumbuhnya kesadaran masyarakat muslim untuk menjalankan Islam secara kaffah (secara utuh) termasuk dalam kegiatan ekonomi. Selain itu, banyaknya masyarakat yang selama ini termarginalkan yang menentukan dana, tetapi tidak memiliki akses ke dunia perbankan. Lembaga BMT berkembang bersamaan dengan pengembangan masyarakat muslim dan perkembangan negara Islam. BMT berbadan hukum koperasi di bawah pembinaan Departemen Koperasi dan
39
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian Nurul Huda dan Mohammad Heykal, Lembaga Keuangan Islam: Tinjauan Teoretis dan Praktis, (Jakarta: Kencana, 2010), hlm 363. 41 Amin Azis, Buku Pedoman Pendirian BMT, (Jakarta: Pinbuk, 2004), hlm 12. 40
37
Usaha Kecil Menengah.42 Landasan hukum yang menetapkan koperasi sebagai badan hukum BMT mengacu pada Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri RI c.q. Dirjen Pembangunan Daerah No. 538/ PKKN/ IV/ 1997 tanggal 14 April 1997 tentang Status Badan Hukum untuk Lembaga Keuangan Syariah. Selain itu juga mengacu pada Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri RI c.q. Direktorat Jenderal Pembangunan Daerah (Bangda) tanggal 14 April 1997 No. 538/ PKK/ IV/ 1997 dan Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1995 tentang usaha simpan pinjam yang dilaksanakan oleh koperasi atau BMT.43
B. Bagi Hasil 1.
Pengertian Bagi hasil menurut terminologi asing (Inggris) dikenal dengan profit sharing. Profit sharing dalam kamus ekonomi diartikan pembagian laba. Secara definitif profit sharing diartikan :”distribusi beberapa bagian dari laba pada para pegawai dari suatu perusahaan”. Lebih lanjut dikatakan, bahwa hal itu dapat berbentuk suatu bonus uang tunai tahunan yang didasarkan pada laba yang dapat diperoleh pada tahun-tahun sebelumnya, atau dapat berbentuk pembayaran mingguan atau bulanan.44
42
Abdul Manan, Hukum Ekonomi Syariah dalam Prespektif Kewenangan Peradilan Agama, Jakarta: Kencana, 2012, hlm 355. 43 Abdul Manan, Hukum Ekonomi Syariah dalam Prespektif Kewenangan Peradilan Agama, hlm 360. 44 Muhammad,. Teknik Perhitungan Bagi Hasil di Bank Syariah : UII Press, Yogyakarta, , 2001.
38
Bentuk-bentuk pembagian laba yang tidak langsung mencakup alokasi saham-saham (penyertaan) perusahaan pada pegawai, dibayar melalui laba perusahaan, dan memberikan para pegawai opsi untuk membeli sahamsaham sampai pada jumlah tertentu di masa yang akan datang pada tingkat harga sekarang, sehingga memungkinkan para pegawai memperoleh keuntungan baik dari pembagian deviden maupun setiap pertumbuhan dalam nilai saham yang dihasilkan dari peningkatan dalam kemampuan memperoleh laba. Jika dalam suatu perusahaan, maka perolehan bagian laba sering dianjurkan untuk meningkatkan tanggungjawab pegawai dan dengan demikian meningkatkan produktivitas.45 Distribusi hasil usaha berdasarkan prinsip bagi hasil (reveniu sharing), beberapa yang perlu diperhatikan antara lain : a) Pendapatan Operasi Utama Pendapatan operasi utama lembaga keuangan syariah adalah pendapatan atas penyaluran dana pada investasi yang dibenarkan syariah yang dilakukan dengan prinsip jual beli (murabahah, istishna dan istishna paralel, salam dan salam paralel), prinsip bagi hasil (pembiayaan mudharabah, pembiayaan musyarakah) dan prinsip ujroh (ijarah dan ijarah muntahia bittamlik), serta penyaluran lain sesuai prinsip syariah. Jadi pendapatan operasi utama lembaga keuangan syariah inilah yang akan dibagikan kepada shohibul maal (pemilik dana mudharabah mutlaqoh) atau sebagai unsur dalam perhitungan pembagian hasil usaha.
45
Ibid
39
Besarnya pendapatan yang dibagikan dalam distribusi hasil usaha pada prinsip bagi hasil (revenue sharing) ini, adalah pendapatan (revenue) atas pengelolaan dana (penyaluran) sebesar porsi dari dana mudharabah (investasi tidak terikat) yang dihimpun tanpa adanya pengurangan bebanbeban yang dikeluarkan oleh lembaga keuangan syariah. b) Hak pihak ketiga atas investasi tidak terikat Merupakan porsi pendapatan yang diserahkan kepada pemilik dana mudharabah mutlaqah (investasi tidak terikat). Penentuan besarnya pendapatan yang diserahkan kepada pemilik dana Investasi tidak dilakukan dengan perhitungan pembagian hasil usaha (yang sering disebut dengan profit distribution). Porsi pendapatan yang diserahkan pemilik dana investasi tidak terikat, bukan sebagai beban lembaga keuangan syariah. c) Pendapatan operasi lainya Pendapatan fee administrasi, menjadi milik bank sendiri karena pendapatan tersebut merupakan upah administrasi yang dilakukan oleh bank syariah, sehingga pendapatan tersebut bukan sebagai unsur distribusi hasil usaha. d) Beban operasi Dalam distribusi hasil usaha dengan prinsip bagi hasil (revenue sharing) semua beban yang dikeluarkan oleh bank syariah sebagai mudharib, baik
40
beban yang untuk kepentingan lembaga keuangan syariah sendiri maupun untuk kepentingan pengelolaan dana mudharabah.46 2.
Bagi hasil kepada pemilik dana47 Bagi hasil kepada pemilik dana merupakan bagi hasil unutk investasi tidak terikat milik pihak ketiga yang berasal dari anggota dan non anggota yang didasarkan pada prinsip mudharabah mutlaqah atas hasil pengelolaan dana mereka oleh koperasi syariah dengan menggunakan sistem reveniu sharing. Jumlah pendapatan margin dan bagi hasil atas pembiayaan yang diberikan dan dari aktiva produktif lainya yang akan dibagikan kepada anggota/non anggota penyimpan dana dan koperasi syariah yang dipakai dalam pembiayaan yang diberikan dan aktiva produktiv lainya yang disalurkan. Dari jumlah pendapatan margin dan bagi hasil yang tersedia kemudian dibagihasilkan ke anggota/non anggota penabung atau deposan sebagai shohibul maal dan koperasi syariah sebagai mudharib sesuai dengan porsi nisbah bagi hasil yang telah disepakati bersama sebelumnya. Pendapatan margin dan bagi hasil atas pembiayaan yang diberikan dan aktiva produktiv lainya yang memakai dana koperasi syariah, seluruhnya menjasi milik koperasi syariah, termasuk pendapatan dari transaksi koperasi syariah berbasis imbalan.
46
Muhammad Yusuf dan Wiroso, Bisnis syariah Edisi 2, jakarta, mitra wacana media, 2011 , hal, 208-209 47 Nur S. Bukkhori, Koperasi Syariah, Sidoarjo, KDT, 2009, hal.99
41
3. Mekanisme distribusi bagi hasil pada UJKS Koperasi Syariah48 a) Porsi pendapatan pada distribusi bagi hasil Table 2.1 Porsi pendapatan pada distribusi bagi hasil
No.
Penghimpunan Dana
Penyaluran Dana
Pendapatan Penyaluran
Pendapatan yang dibagikan
1
150.000
150.000
325
325
2
150.000
175.000
350.000
312
3
150.000
125.000
275.000
275.000
Keterangan Semua pendapatan penyaluran dibagikan 150.000/175.000=350 sebesar porsi penghimpunan dana saja Semua pendapatn dibagikan Ada dana yang belum disalurkan
b) Tabel distribusi bagi hasil Table 2.2 Tabel distribusi bagi hasil jenis penghimpunan
simp. Wadi'ah simpanan berjangka mudharabah investasi lain Total
sado rata-rata
porsi pendapatan mudharabah
porsi pemilik dana (shahibul maal)
(A) A1
(B) B1
Nisbah (C) 0.00
A2
B2
0.50
D2
0.50
F2
A3 (A)
B3 (B)
0.55 (C)
D3 (D)
0.45 (E)
F3 (F)
c) Keterangan tabel 1. Rata-rata sebulan saldo harian (kolom A) 48
Nur, S. Buchori, Koperasi Syariah. Hal.190-193
jumlah (D) D1
porsi pengelola dana (mudharib) nisbah Jumlah (E) (F) 1.00 F1
42
a. Sumber dari saldo SSR yang bersagkutan (misalnya : saldo akhir tgl 1= a 1, tgl 2 = a 2 dan seterusnya.......tgl 31 = a 31) b. Perhitungannya : a 1 + a 2 + a 3 + ...................................... A 31 Jumlah hari dalam bulan yang bersangkutan
2. Pendapatan kolom B a. Porsi pendapatan pengelolaan dana mudharabah yang akan didistribusikan (sebagai unsur pendapatan) pada distribusi bagi hasil /pendapatan yang berupa : 1) Margin – untuk prinsip jual beli mudharabah, istishna, salam. 2) Pendapatan bagi hasil – untuk prinsip bagi hasil mudharabah dan musyarakah. 3) Pendapatan fee/jasa – ijarah, ijarah multijasa, ijarah muntahia bittamlik, hawalah, wakalah dsb. b. Perhitungannya Pendapatan perproduk (misalnya : simpanan mudharabah kolom B2) adalah: saldo rata-rata simpanan mudharabah (A2) total porsi pend. X total jumlah penghimpunan dana mudharabah (A) Mudharabah (B) 3. Nisbah anggota penyimpan koperasi syariah (pemilik dana/shahibul maaal) (kolom C) Angka pembagian untuk pemilik dana (shahibul maal) yang telah disepakati dari awal.
43
4. Pendapatan pemilik dana / shahibul maal (kolom D) a. Adalah porsi pendapatan penyimpan dana dalam rupiah (nominal) b. Perhitunganya : D2 = B2 x nisbah untuk shahibul maal c. Perhitungan indikasi rate masing–masing produk adalah : pendapatan penyimpanan dana
365 X
rata-rata sebulan saldo harian
umur bulan ybs
5. Nisbah koperasi syariah (mudharib) kolom – E a. Angka nisbah untuk pengelola dana / koperasi syariah (mudharib) 6. Pendapatan koperasi syariah (mudharib) kolom – F a. Adalah porsi pendapatan koperasi syariah (mudharib) dalam rupiah (nominal) b. Perhitungannya : F 2 + B 2 x nisbah koperasi syariah. Adapun perhitungan bagi hasil untuk individu rekening tabungan dilakukan dengan rumus sebagai berikut :49 1) Mempergunakan rumus biasa denga mempergunakan return Hasil Usaha (pendapatan) pemilik dana (Shahibul maal) dari kelompok dana.
Bagi Hasil =
SRIR x HBH x RHPD 365 x 100
Dimana : SRIR : Saldo Rata-Rata Individu Rekening Tabungan Mudharabah
49
Wiroso, Penghimpunan Dana dan Distribusi Hasil Usaha Bank Syariah, Jakarta : Grasindo, 2005. Hal. 165-179
44
HBH : jumlah Hari Bagi Hasil (pembagian hasil usaha – sama dengan jumlah hari yang dipergunakan dalam perhitungan saldo rata-rata atau perhitungan distribusi hasil usaha) RHPD : return (Indikasi Rate) Hasil Usaha Pemilik Dana (shahibul maal) kelompok dana tabungan mudharabah yang dihasilkan dari perhitungan distribusi hasil usaha bulan yang bersangkutan. 2) Mempergunakan rumus biasa dan mempergunakan return Total Hasil Usaha (pendapatan) kelompok dana (RTKD) atau return porsi hasil usaha (pendapatan) dibagikan (RHUD). Bagi Hasil =
SRIR x HBH x (NIR x RTKD atau RHUD) 365 x 100
Dimana : SRIR : Saldo Rata-Rata dari masing-masing individu rekening tabungan mudharabah HBH : adalah jumlah yang pembagian hasil usaha (sama dengan jumlah hari yang dipergunakan dalam perhitungan saldo rata-rata atau perhitungan distribusi hasil usaha) NIR : nisbah umum individu rekening yang bersangkutan RTKD : return (indikasi rate) dari total hasil usaha (pendapatan) jenis kelompok dana RHUD : Return (indikasi rate) porsi hasil usaha dibagikan Contoh : Pada perhitungan distribusi hasil usaha bulan april 2003 Tuan Abdullah memiliki saldo rata-rata dalam rekeningnya sebesar Rp. 10.000.000 dan
45
nisbah yang disepakati pada awal akad adalah 45% untuk Tuan Abdullah dan 55% untuk bank syariah (mempergunakan nisbah umum) Dari data tersebut bagi hsil yang diberikan kepada Tuan Abdullah adalah sebagai berikut : 1) Perhitungan dengan rumus umum dan return dari kelompok dana adalah Rumus perhitungan bagi hasil :
Bagi Hasil =
SRIR x HBH x RHPD 365 x 100
Jadi, bagi hasil yang menjadi hal Tuan Abdullah adalah Bagi Hasil =
10.000.000 x 30 x 4,10625 365 x 100
= 33.750 2) Perhitungan dengan rumus umum dan Return Total Hasil Usaha masing-masing kelompok dana (RTKD) atau Return hasil usaha (pendapatan) dibagikan (RHUD) Rumus perhitungan bagi hasil adalah : SRIR x HBH x (NIR x RTKD atau RHUD)
Bagi Hasil =
SRIR x HBH x (NIR x RTKD atau RHUD) 365 x 100
Jadi, bagi hasil yang menjadi hak Tuan Abdullah adalah ;
Bagi Hasil =
10.000.000 x 30 x (0,45 x 9,125)
= 33.750
365 x 100
46
Sedangkan contoh perhitungan bagi hasil deposito, pembayaran bagi hasil yang dibayar setiap akhir bulan dengan nisbah normal Pada tanggal 24 juni 2003 Tuan Rizal menginvestasikan uangnya dalam bentuk deposito mudharabah sebesar Rp. 5.000.000 untuk jangka waktu satu bulan dengan nisbah 65 untuk nasabah dan 35 untuk bank syariah (nisbah normal). Bank syariah mengambil kebijakan untuk membayarkan bagi hasil kepada deposan setiap akhir bulan sesuai jumlah hari investasinya. 1) Dengan rumus umum dengan return kelompok dana a. Return kelompok dana deposito satu bulan akhir juni : 5,93125 b. Hari Bagi Hasil : 24 Juni – 30 Juni = 6 Hari c. Nisbah normal : 65 untuk nasabah dan 35 untuk bank Rumus perhitungan bagi hasil untuk rekening individu berdasarkan return kelompok dana : Rumus perhitungan bagi hasil : Bagi Hasil =
SRIR x HBH x RHPD 365 x 100
Jadi, bagi hasil yang menjadi hal Tuan Rizal adalah Bagi Hasil =
5.000.000 x 6 x 5,93125 365 x 100
= 4.875 2) Dengan rumus umum dan return total pendapatan a) Return kelompok dana deposito satu bulan akhir juni : 9,125 b) Hari Bagi Hasil : 24 Juni – 30 Juni = 6 Hari c) Nisbah normal : 65 untuk nasabah dan 35 untuk bank Rumus perhitungan bagi hasil adalah :
47
Bagi Hasil =
SRIR x HBH x (NIR x RTKD atau RHUD) 365 x 100
Jadi, bagi hasil yang menjadi hak Tuan Abdullah adalah ; Bagi Hasil =
5.000.000 x 6 x (0,65 x 9,125) 365 x 100
= 4,875
C. Sumber Lembaga Keuangan Syariah 1.
Sumber lembaga keuangan syariah terdiri dari50 : a) Modal Modal adalah dana yang diserahkan oleh para pemilik (owner). Pada akhir periode tahun buku, setelah dihitung keuntungan yang didapat pada tahun tersebut, pemilik modal akan memperoleh bagian dari hasil usaha yang dikenal dengan deviden. b) Titipan Salah satu prinsip yang digunakan lembaga keuangan syariah dalam memobilisasi dana adalah dengan menggunakan prinsip titipan. Adapun akad yang sesuai dengan prinsip ini adalah al-wadi’ah.Al-wadi’ah merupakan titipan murni yang stiap saat dapat diambil jika pemiliknya menghendaki. c) Investasi Prinsip lain yang digunakan adalah prinsip investasi. Akad yang sesuai dengan prinsip ini adalah mudharabah. Tujuan dari mudharabah adalah kerjasama antara pemilik dana (shahibul maal) dan pengelola dana 50
Muhammad Syafi’I Antonio, 2001. Bank Syariah, Dari teori ke Praktik : Gema Insani, Jakarta. Hal.147
48
(mudahrib), dalam hal ini adalah lembaga keuangan. Karena BMT berbadan hukum koperasi, maka kegiatan BMT sama dengan kegiatan koperasi yaitu seperti yang telah dijelaskan diatas. d) Dana Koperasi Dana koperasi sama dengan dana BMT yaitu berasal dari anggota dan masyarakat baik dalam bentuk simpanan, deposito maupun bentukbentuk utang lain. Koperasi ada yang berprinsip syariah dan non syariah. Yang berbentuk syariah biasanya sama dengan BMT yaitu menggunakan dua prinsip yaitu prinsip Wadi’ah dan Mudharabah. a.
Prinsip Wadi’ah 51 Wadi’ah berarti titipan, sedangkan prinsip wadi’ah dalam produk BMT merupakan produk penitipan dari anggota kepada BMT. Pengembangan prinsip wadi’ah menjadi dua bagian yaitu : 1.
Wadi’ah Amanah, yaitu penitipan barang atau uang dimana BMT tidak memiliki kewenangan untuk memanfaatkan barang tersebut.
2.
Wadi’ah Yad Dhamanah, yaitu penitipan barang atau uang dimana BMT berwenang untuk mengelola dana tersebut.
b.
Prinsip Mudharabah Mudharabah berasal dari kata dharaba yang berarti memukul. Orang yang bekerja keras disamakan dengan orang yang memukulkan tangannya untuk mencari karunia Allah. Yang dimaksud mudharabah dalam produk BMT adalah bagi hasil antara pemilik dana (Shahibul
51
84.
Neni Sri Ismaniyati, Aspek-aspek Hukum BMT, (Bandung: PT Citra Aditya, 2010), hlm
49
maal) dengan pengusaha (mudharib). Mudharabah secara umum dibagi menjadi dua yakni mudharabah mutlaqah dan muqayyadah. 1.
mudharabah mutlaqah (umum/bebas), yaitu akad penyimpanan dari anggota kepada BMT dengan sistem bagi hasil, dimana BMT tidak mendapat pembatasan apa pun dalam penggunaan dananya.
2.
Mudharabah muqayadah (terikat), yaitu penyimpanan dari anggota kepada BMT dengan sistem bagi hasil, dimana BMT dibatasi dalam penggunaan dananya. Penggunaan dana koperasi atau BMT dapat dikelompokkan
sebagai berikut:52 1. Penggunaan yang bersifat produktif, seperti pembiayaan dan investasi. 2. Penggunaan yang bersifat tidak produktif, seperti biaya-biaya operasional dan pengadaan barang. 3. Penggunaan dana pembinaan kelompok dan lingkungan, seperti dana pelatihan, dana sosial kematian dan kesehatan. 4. Penggunaan dana untuk menanggulangi resiko, seperti penyisihan penghapusan pembiayaan macet, penambahan dana cadangan umum, dan penyisihan laba ditahan. 2.
Mudharabah dalam Sistem Perbankan Islam Kontrak mudharabah umumnya telah dioperasionalkan dalam sistem perbankan Islam di Timur Tengah dewasa ini. Kontrak ini dalam bank Islam 52
Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil, (Yogyakarta: UII Press, 2004), hlm 159.
50
kebanyakan digunakan unutk tujuan perdagangan jangka pendek (short-tern commercial) dan jenis usaha tertentu (specific venture). Kontrak tersebut memberikan wewenang terhadap segala macam yang menyangkut pembelian (buying)
dan
penjualan
(selling)
barang,
yang
indikasinya
untuk
merealisasikan tujuan utama dari perdagangan yang didasarkan pada kontrak. Terdapat 2 produk simpanan di BMT yang menggunakan prinsip mudharabah diantaranya : a. Simpanan mudharabah Simpanan yang akan dimanfaatkan secara produktif untuk pembiayaan kepada pengusaha kecil. Dan umumnya simpanan ini juga bisa diambil sewaktu-waktu pada jam kerja. b. Simpanan mudharabah berjangka (deposito) Simpanan berdasarkan kaidah mudharabah mutlaqah, di mana mudharib memberikan kepercayaan kepada BMT untuk memanfaatkan dana yang dapat digunakan dalam bentuk pembiayaan produktif, yang dapat memberikan manfaat pada anggota lain secara halal dan profesioanal.53
D. Profitabilitas Analisis laporan keuangan perbankan maupun perusahaan pada dasarnya merupakan penghitungan rasio-rasio untuk menilai keadaan keuangan perusahaan dimasa lalu dan masa yang akan datang. Ada beberapa cara untuk menganalisis keadaan keuangan perbankan maupun perusahaan. Analisis rasio keuangan Bank 53
Awalil Rizky, BMT Fakta dan Prospek Baitul Maal wat Tamwil,Yogyakarta : UCY Press, 2007. Hal.139
51
Konvensional dan Bank Syariah dilakukan dengan menganalisis posisi neraca dan laporan laba rugi. Analisis rasio keuangan Bank Syariah masih menggunakan peraturan yang berlaku di Bank Konvensional. Rasio
profitabilitas
merupakan
rasio
untuk
menilai
kemampuan
perusahaan dalam mencari keuntugan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektifitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi.54 Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Profitabilitas yang tinggi akan menggambarkan efektivitas manajemen dalam mengelola perusahaan dalam menghasilkan laba. Apabila efektivitas dan efisiensi penggunaan modal dapat dicapai, maka terdapat kemungkinan perusahaan menghasilkan laba yang besar.55 Profitabilitas
merupakan
kemampuan
suatu
perusahaan
dalam
memperoleh keuntungan dalam periode tertentu. Profitabilitas mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Profitabilitas merupakan faktor yang mendapat perhatian penting karena untuk kelangsungan hidup jangka panjang suatu perusahaan harus berada dalam keadaan yang menguntungkan. Tanpa adanya keuntungan maka akan sulit bagi perusahaan untuk menarik modal dari investor. Pada umumnya perusahaan yang dipilih para investor untuk berinvestasi adalah perusahaan yang memiliki kemampuan 54
Kasmir, Pengantar Manajemen Keuangan, hlm. 115 Erma Risdo Tohonan Manurung, Gusnardi dan Rina Selva Johan, "Pengaruh likuiditas dan solvabilitas terhadap profitabilitas (study kasus pada perusahaan real estate dan property bursa efek Indonesia tahun 2005-2012)" (Riau : Jurnal Pendidikan Ekonomi, FKIP – Universitas Riau, 2012). 55
52
menghasilkan laba yang tinggi. Baik buruknya suatu perusahaan dilihat dari rasio profitabilitasnya. Bagi suatu perusahaan masalah profitabilitas lebih penting dari pada masalah laba, karena laba yang jumlahnya besar belum tentu merupakan ukuran bahwa perusahaan tersebut telah bekerja secara efisien. Dengan demikian yang harus diperhatikan oleh perusahaan tidak hanya mendapatkan laba yang besar, melainkan usaha untuk meningkatkan profitabilitas yang tinggi. Dengan profitabilitas yang tinggi maka akan memperlihatkan kualitas kinerja yang baik sehingga akan menarik investor dan memberikan kepuasan terhadap nasabah. Adapun jenis-jenis rasio profitabilitas sebagai berikut:56 1) Return on Asset (ROA) Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan. Semakin besar ROA semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dari segi penggunaan asset. Rumus : Operating Income ROA =
X 100% Total Asset
56
Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan, (Bogor:Ghalia Indonesia, 2005), hlm. 118
53
2) Return on Equity (ROE) ROE adalah perbandingan antara laba bersih bank dengan ROE modal sendiri. Rasio ini banyak diamati oleh para pemegang saham bank, serta para investor di pasar modal yang ingin membeli saham bank yang bersangkutan. Rumus : Net Income ROE =
X 100% Equity Capital
3) Rasio Biaya Operasional Rasio biaya operasional adalah perbandingan antara biaya operasional dan pendapatan operasional. Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. 4) Net Profit Margin Net Profit Margin adalah rasio yang menggambarkan tingkat keuntungan yang diperoleh bank dibandingkan dengan pendapatan yang diterima dari kegiatan operasionalnya. Rasio Net Profit Margin (NPM) mengacu pada pendapatan operasionalbank yang terutama berasal dari kegiatan pemberian kredit yang dalam praktiknya memiliki berbagai risiko. Profitabilitas merupakan indikator yang paling penting untuk mengukur kinerja suatu bank. Untuk mengukur profitabilitas bank
54
biasanya mengunakan rasio profitabilitas, karena rasio profitabilitas sudah mencakup rasio utang maupun rasio likuiditas, yang terdiri dari ROE (Return on equity) yaitu rasio yang menggambarkan besarnya kembalian atas modal untuk menghasilkan keuntungan. ROA (Return on asset) yaitu rasio yang menunjukkan kemampuan dari seluruh asset yang ada dan digunakan untuk menghasilkan keuntungan. Dalam penentuan kesehatan suatu bank, Bank Indonesia lebih mementingakan penilaian ROA dari pada ROE, karena Bank Indonesia lebih mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang diukur dengan asset yang dananya sebagian besar berasal dari masyarakat sehingga ROA lebih mewakili dalam mengukur tingkat profitabilitas perbankan.57
57
Defri, "Pengaruh Capital Adequacy Ratio (ROA), Likuiditas dan Efisiensi Operasional Terhadap Profitabilitas Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI", (Padang: Jurnal Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang, 2012).