BAB II KONSEP DASAR
A. Pengertian Kanker payudara adalah pertumbuhan yang tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh yang berubah menjadi ganas. ( Harianto, 2005 ) Kanker payudara adalah gangguan dalam pertumbuhan sel normal mammae dimana sel abnormal timbul dari sel – sel normal, berkembang biak dan menginfiltrasi jaringan limfe dan pembuluh darah (Carpenito, 2000). Jadi penulis menyimpulkan kanker payudara adalah kanker yang menakutkan bagi seorang wanita.
B. Anatomi fisiologi Anatomi payudara Jaringan payudara terentang dari sekitar iga kedua sampai keenam. Perluasan kauda ( ekor ) jaringan ke dalam aksila dapat menyebabkan rasa tidak nyaman pada masa lemak dan nifas dini saat jaringan tersebut membengkak. Konstituen utama payudara adalah sel kelenjar disertai duktus terkait serta jaringan lemak dan jaringan ikat dalam jumlah bervariasi. Payudara dibagi menjadi bagian atau lobus oleh septum fibrosa,yang berjalan dari belakang putting payudara kearah otot pektoralis. Septum ini penting untuk melokalisasi infeksi, yang sering terlihat sebagai meradang di permukaan payudara.( dunstall, 2007 )
Secara anatomi fisologi payudara terdiri dari alveolusi, duktus laktiferus, sinus laktiferus, ampulla, pori pailla, dan tepi alveolan. Pengaliran limfa dari payudara kurang lebih 75% ke aksila. Sebagian lagi ke kelenjar parasternal terutama dari bagian yang sentral dan medial dan ada pula pengaliran yang ke kelenjar interpektoralis.setiap payudara terdiri dari 15-20 lobulus dari jaringan kelenjar. Jumlah lobulus tidak berhubungan dengan ukuran payudara. Setiap lobulus terbuat dari ribuan kelenjar kecil yang disebut alveoli. Kelenjar ini bersama-sama
membentuk sejumlah
gumpalan,mirip buah anggur
yang
merambat. Alveoli (alveoli dan acinus singular) menghasilkan susu dan subtansi lainnya selama menyusui . Setiap bola memberikan makanan ke dalam pembuluh darah tunggal lactiferous yang mengalirkannya keluar melalui putting susu. Sebagai hasilnya terdapat 15-20 saluran putting susu, mengakibatkan banyak lubang pada putting susu. Di belakang putting susu pembuluh lactiferous agak membesar sampai membentuk penyimpangan kecil yang di sebut lubang-lubang lactiferous (lactiferous sinuses). Lemak dan jaringan penghubung mengelingi bola-bola jaringan kelenjar.
Gambar 1 lobulus dan duktus Payudara ( Zuiedema, 1999) Keterangan: A. Duktus
pembesaran
B. Lobulus
A. sel-sel normal
C. Bagian duktus yang di latasi untuk menahan susu
B. membrane sel
D. putting susu
C. lumen
E. Jaringan lemak F. Otot pektoralis mayor G. Dinding dada
Sejumlah jaringan lemak tergantung pada banyaknya faktor termasuk usia,persentase lemak tubuh, dan keturunan. Sendi tulang cooper menghubungkan dinding dada pada kulit payudara dan memberikan bentuk payudara dan keelatisannya.( Long, 2000 )
Gambar 2 payudara ( Zuidema, 1999)
Fisiologi payudara Payudara mengalami tiga perubahan yang dipengaruhi hormon. Perubahan pertama ialah mulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas, masa fertilitas, sampai ke klimakterium dan menopause. Sejak pubertas pengaruh ekstrogen dan progesteron yang diproduksi ovarium dan juga hormon hipofise, telah menyebabkan duktus berkembang dan timbulnya asinus. Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur menstruasi. Sekitar hari kedelapan menstruasi payudara jadi lebih besar dan pada beberapa hari sebelum menstruasi berikutnya terjadi pembesaran maksimal. Kadang-kadang timbul benjolan yang nyeri dan tidak rata. Selama beberapa hari menjelang menstruasi payudara menjadi tegang dan nyeri sehingga pemeriksaan fisik, terutama palpasi, tidak mungkin dilakukan. Pada waktu itu pemeriksaan foto mammogram tidak berguna karena kontras kelenjar terlalu besar. Begitu menstruasi mulai semuanya berkurang. Perubahan ketiga terjadi waktu hamil dan menyusui. Pada kehamilan payudara menjadi besar karena epitel duktus lobul dan duktus alveolus berproliferasi, dan tumbuh duktus baru. Sekresi hormon prolaktin dari hipofisis anterior memicu laktasi. Air susu diproduksi oleh sel-sel alveolus, mengisi asinus, kemudian dikeluarkan melalui duktus ke puting susu. (Sjamsuhidajat, 2004)
C. Etiologi Etiologi kanker payudara tidak diketahui dengan pasti. Namun beberapa faktor resiko pada pasien diduga berhubungan dengan kejadian kanker payudara (Erik ,2005) yaitu : 1. Tinggi melebihi 170 cm Wanita yang tingginya 170 cm mempunyai resiko terkena kanker payudara karena pertumbuhan lebih cepat saat usia anak dan remaja membuat adanya perubahan struktur genetik (DNA) pada sel tubuh yang diantaranya berubah ke arah sel ganas. 2. Usia Usia dibawah 20 tahun jarang dijumpai kanker payudara, angka kejadiannya meningkat sejalan dengan bertambahnya usia 3. Wanita yang belum mempunyai anak Wanita yang belum mempunyai anak lebih lama terpapar dengan hormon estrogen relatif lebih lama dibandingkan wanita yang sudah punya anak. 4. Ibu yang menyusui Ibu yang menyusui dapat mengurangi bahaya terkena kanker payudara karena semakin lama ibu menyusui anaknya semakin kecil terkena kanker payudara,saat menyusui terdapat perubahan hormonal salah satunya yaitu penurunan esterogen. 5. Kelamin Kelamin laki-laki hanya 1 % angka kejadian kanker payudara. 6. Faktor genetik
Faktor genetik kemungkinan untuk menderita kanker payudara 2 – 3 x lebih besar pada wanita yang ibunya atau saudara kandungnya menderita kanker payudara. Dan secara umum juga riwayat keluarga sangat berperan dalam terjadinya kanker payudara
D. Patofisiologi Proses terjadinya kanker payudara dan masing-masing etiologi antara lain obesitas, radiasi, hiperplasia, optik, riwayat keluarga dengan mengkonsumsi zat-zat karsinogen sehingga
merangsang pertumbuhan epitel payudara
dan dapat
menyebabkan kanker payudara . Kanker payudara berasal dari jaringan epithelial, dan paling sering terjadi pada sistem duktal. Mula-mula terjadi hiperplasia sel-sel dengan perkembangan sel-sel atipik. Sel-sel ini akan berlanjut menjadi karsinoma in situ dan menginvasi stroma. Kanker membutuhkan waktu 7 tahun untuk bertumbuh dari sebuah sel tunggal sampai menjadi massa yang cukup besar untuk dapat diraba ( kirakira berdiameter 1 cm ). Pada ukuran itu, kira- kira seperempat dari kanker payudara telah bermetastase. Kebanyakan dari kanker ditemukan jika sudah teraba, biasanya oleh wanita itu sendiri. Gejala kedua yang paling sering terjadi adalah cairan yang keluar dari muara duktus satu payudara, dan mungkin berdarah. Jika penyakit telah berkembang lanjut, dapat pecahnya benjolan-benjolan pada kulit ulserasi (Price, 2006 ) Karsinoma inflamasi, adalah tumor yang tumbuh dengan cepat terjadi kirakira 1-2% wanita dengan kanker payudara gejala-gejalanya mirip dengan infeksi payudara akut. Kulit menjadi merah, panas, edematoda, dan nyeri. Karsinoma ini
menginfasi kulit dan jaringan limfe. Tempat yang paling sering untuk metastase jauh adalah paru, pleura, dan tulang ( Price, 2006 ). Karsinoma payudara bermetastase dengan penyebaran langsung kejaringan sekitarnya, dan juga melalui saluran limfe dan aliran darah. Bedah dapat mendatangkan stress karena terdapat ancaman terhadap tubuh, integritas dan terhadap jiwa seseorang. Rasa nyeri sering menyertai upaya tersebut pengalaman operatif di bagi dalam tiga tahap yaitu preoperatif, intra operatif dan pos operatif. Operasi ini merupakan stressor kepada tubuh dan memicu respon neuron endokrine respon terdiri dari system saraf simpati yang bertugas melindungi tubuh dari ancaman cidera. Bila stress terhadap sistem cukup gawat atau kehilangan banyak darah, maka mekanisme kompensasi dari tubuh terlalu banyak beban dan syock akan terjadi. Anestesi tertentu yang di pakai dapat menimbulkan terjadinya syock. Respon metabolisme juga terjadi. Karbohidrat dan lemak di metabolisme untuk memproduksi energi. Protein tubuh pecah untuk menyajikan suplai asam amino yang di pakai untuk membangun jaringan baru. Intake protein yang di perlukan guna mengisi kebutuhan protein untuk keperluan penyembuhan dan mengisi kebutuhan untuk fungsi yang optimal. Kanker payudara tersebut menimbulkan metastase dapat ke organ yang deket maupun yang jauh antara lain limfogen yang menjalar ke kelenjar limfe aksilasis dan terjadi benjolan, dari sel epidermis penting menjadi invasi timbul krusta pada organ pulmo mengakibatkan ekspansi paru tidak optimal.
(Mansjoer , 2000)
E. Manifestasi Klinik Pada stadium awal tadak ada keluhan sama sekali hanya seperti fribroadenoma atau penyakit fribrokistik yang kecil saja,bentuk tidak teratur, batas tidak tegas, permukaan tidak rata, konsistensi pada keras. Kanker payudara dapat terjadi di bagian mana saja dalam payudara, tetapi mayoritas terjadi pada kuadran atas terluar dimana sebagian besar jaringan payudara terdapat kanker payudara umum terjadi pada payudara sebelah kiri. Umumnya lesi tidak terasa nyeri, terfiksasi dan keras dengan batas yang tidak teratur, keluhan nyeri yang menyebar pada payudara dan nyeri tekan yang terjadi pada saat menstruasi biasanya berhubungan dengan penyakit payudara jinak. Namun nyeri yang jelas pada bagian yang ditunjuk dapat berhubungan dengan kanker payudara pada kasus yang lebih lanjut. Meningkatnya penggunaan mammografi lebih banyak wanitayang mencari bantuan medis pada penyakit tahap awal. Wanita – wanita ini bisa saja tidak mempunyai gejala dengan tidak mempunyai benjolan yang dapat diraba, tetapi lesi abnormal dapat terdeteksi pada pemeriksaan mammografi. Banyak wanita dengan penyakit lanjut mencari bantuan medis setelah mengabaikan gejala yang dirasakan, sebagai contoh mereka baru mencari bantuan medis setelah tampak dimpling pada kulit payudara yaitu kondisi yang disebabkan oleh obstruksi sirkulasi limfotik pada dinding dada dapat juga merupakan bukti. Metastasis di kulit dapat dimanifestasikan oleh lesi yang mengalami ulserasi dan berjamur. Tanda – tanda dan gejala klasik ini jelas mencirikan adanya kanker payudara pada tahap lanjut. Namun indek kecurigaan yang tinggi harus dipertahankan pada setiap abnormalitas payudara dan evaluasi segera harus dilakukan
( Smeltzer & Bare, 2002 ) Adapun stadium dan klasifikasi kanker payudara adalah sebagai berikut : 1. Stadium I (stadium dini) Besarnya tumor tidak lebih dari 2 - 2,25 cm, dan tidak terdapat penyebaran (metastase) pada kelenjar getah bening ketiak. Pada stadium I ini, kemungkinan penyembuhan secara sempurna adalah 70 %. Untuk memeriksa ada atau tidak metastase ke bagian tubuh yang lain, harus diperiksa di laboratorium. 2. Stadium II Tumor sudah lebih besar dari 2,25 cm dan sudah terjadi metastase pada kelenjar getah bening di ketiak. Pada stadium ini, kemungkinan untuk sembuh hanya 30 40 % tergantung dari luasnya penyebaran sel kanker. Pada stadium I dan II biasanya dilakukan operasi untuk mengangkat sel-sel kanker yang ada pada seluruh bagian penyebaran, dan setelah operasi dilakukan penyinaran untuk memastikan tidak ada lagi sel-sel kanker yang tertinggal. 3. Stadium III Tumor sudah cukup besar, sel kanker telah menyebar ke seluruh tubuh, dan kemungkinan untuk sembuh tinggal sedikit. Pengobatan payudara sudah tidak ada artinya lagi. Biasanya pengobatan hanya dilakukan penyinaran dan kemoterapi (pemberian obat yang dapat membunuh sel kanker). Kadang-kadang juga dilakukan operasi untuk mengangkat bagian payudara yang sudah parah. Usaha ini hanya untuk menghambat proses perkembangan sel kanker dalam tubuh serta untuk meringankan penderitaan penderita semaksimal mungkin. ( Smeltzer &Bare,2002 )
Dan klasifikasi penyebaran TNM menurut Price, 2006 adalah : T : tumor primer TX : tumor primer tidak dapat di tentukan T0 : tidak ada bukti adanya tumor primer T1 : tumor < 2 cm T2 : tumor 2-5 cm T3 : tumor > 5 cm T4 : tumor dengan penyebaran langsung ke dinding toraks atau ke kulit dengan tanda odem,
N : kelenjar getah bening regional NX : kelenjar regional tidak dapat di tentukan N0 : tidak teraba kelenjar aksila N1 : teraba kelenjar aksila N2 : teraba kelenjar aksila homolateral yang melekat satu sama lain atau melekat pada jaringan sekitarnya N3 : terdapat kelenjar mamaria interna homolateral M : metastase jauh MX : tidak dapat di tentukan metastasis jauh M0 : tidak ada metastasis jauh M1 : terdapat metastasis jauh
PROGNOSIS DAN TINGKAT PENYEBARAN TUMOR Tingkat penyebaran secara klinik
Ketahanan hidup lima tahun ( % )
1
85
T1 N0 M0
(kecil terbatas pada mamma) 11
T2 N1 M0
(tumor
65
lebih
terhinggapi
besar,kelenjar
tetapi
bebas
dari
sekitarnya) 111 T0 – 2 N2 M0
40
T3 N1 – 2 M0 (kanker lanjut dan penyebaran ke kelenjar
lanjut,
tetapi
semuanya
terbatas di lokoregional ) IV
T (semua) N (semua) M1
10
Lokoregional di maksudkan untuk daerah yang meliputi struktur dan organ tumor primer, serta pembuluh limfe, daetrah saluran limfe dan kelenjar limfe dari struktur atau organ yang bersangkutan.
F. Penatalaksanaan Menurut (Smeltzer dan Bare, 2002) penatalaksanaan kanker payudara adalah 1. Pengobatan lokal kanker payudara Tujuan utama terapi lokal adalah menyingkirkan adanya kanker lokal: a. Mastektomi radiasi yang modifikasi b. Bedah dengan menyelamatkan payudara, adalah : mastektomi, limfektomi (pengangkatan jaringan kanker dan sejumlah kecil jaringan sekitarnya dengan kulit lapisan atas tetap di tempatnya) 1. Mastektomi Mastektomi merupakan pengangkatan ke seluruh tubuh payudara dan beberapa nodus limfe Tujuannya : untuk menghilangkan tumor payudara dengan membuang payudara dan jaringan yang mendasari. 2. Terapi radiasi Terapi radiasi Biasanya di lakukan sel infuse massa tumor untuk mengurangi kecenderungan kambuh dan menyingkirkan kanker resudial 3. Rekontruksi / pembedahan Rekontruksi/ pembedahan ini dilakukan tindakan pembedahan tergantung pada stadium 1 dan 11 lakukan mastektomi radikal, bila ada metastasis dilanjutkan dengan radiasi regional dan kemoterapi ajuvan. Dapat juga dilakukan mastektomi simplek yang harus di ikuti radisi tumor bed.Untuk setiap tumor yang terletak pada kuadran sentral 4. Terapi Hormonal
Tujuan dari terapi hormonal adalah untuk menekan sekresi hormon esterogen 5. Tranplantasi sumsum tulang Tranplantasi sumsung tulang pada tahap ini prosedur yang di lakukan adalah pengangkatan sumsum tulang dan memberikan kemoterapi dosis tinggi, sumsum tulang pasien yang di pisahkan dari efek samping kemoterapi, kemudian infuskan ke IV.
G. Komplikasi Menurut Sjamsuhidayat ( 2004 ), komplikasi kanker payudara adalah : 1. Gangguan Neurovaskuler 2. Metastasis : otak, paru, hati, tulang tengkorak, vertebra, iga, tulang panjang. 3. Fraktur patologi 4. Fibrosis payudara 5. Kematian
H. Pengkajian Fokus Data fokus yang perlu dikaji menurut Doenges, (1999) adalah : 1. Demografi a. Biodata Umur
: Biasanya terjadi pada usia > 35 tahun
Jenis kelamin
: wanita > laki-laki
b. Riwayat kesehatan 1) Keluhan utama
Nyeri pada payudara, terdapat benjolan dan kesulitan untuk bernafas. 2) Riwayat kesehatan sekarang Sejak pasien mengeluh nyeri dan ada benjolan pada payudara sampai kerumah sakit. 3) Riwayat kesehatan dahulu Riwayat menarche, menopause. 4) Riwayat kesehatan keluarga Adanya anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama. 2. Aktivitas / istirahat a. Aktivitas / istirahat Gejala : kerja, aktivitas yang melibatkan banyak gerakan tangan. Pola tidur (tidur tengkurap b. Sirkulasi Tanda : Kongestif unilateral pada lengan yang terkena (sistem limfe). c. Makanan / cairan Gejala : kehilangan nafsu makan, adanya penurunan berat badan. d. Integritas ego Gejala : Stresor konstan dalam pekerjaan/pola di rumah. Stress akut tentang diagnosa, prognosis, harapan yang akan datang. e. Nyeri/kenyamanan Gejala : nyeri pada penyakit yang luas. (nyeri lokal jarang terjadi pada keganasan dini). Beberapa pengalaman ketidaknyamanan pada
jaringan payudara. Payudara berat, nyeri sebelum menstruasi biasanya mengindikasikan penyakit fibrokistik. f. Keamanan Tanda : massa Nodul aksila Edema, eritema pada kulit sekitar. g. Seksualitas Gejala : adanya benjolan payudara, perubahan pada ukuran dan kesimetrisan payudara. Perubahan pada warna kulit payudara atau suhu, raba puting, gatal, rasa terbakar atau puting meregang. Riwayat menarke dini (lebih muda dari usia 12 tahun). Menopause lambat (setelah 50 tahun). Kehamilan pertama lambat (setelah usia 35 tahun). Masalah tentang seksualitas atau keintiman. Tanda : perubahan pada postur / massa payudara, asimetris. Kulit cekung, berkerut, perubahan pada warna tekstur kulit, pembengkakan, kemerahan atau panas pada payudara. h. Penyuluhan/pembelajaran Gajala : riwayat kanker dalam keluarga (ibu,saudara wanita, bibi dari ibu, dan nenek). Kanker unilateral sebelumnya kanker endometrial atau ovarium. Pertimbangan DRC menunjukkan rata lama dirawat : 4,0 hari 1 rencana pemulangan : membutuhkan bantuan dalam pengobatan, keputusan, aktifitas perawatan diri, pemeliharaan rumah
3. Data Penunjang a. Biopsi payudara (jarum atau eksisi) Biopsy ini memberikan diagnosa definitife terhadap massa dan berguna untuk klasifikasi histologi pentahapan, dan selaksi terapi yang tepat. b. Foto thoraks Foto thorak dilakukan untuk mengkaji adanya metastase. c. CT scan dan MRI CT scan dan MRI teknik scan yang dapat mendeteksi penyakit payudara, khususnya massa yang lebih besar, atau tumor kecil, payudara mengeras yang sulit diperiksa dengan mammografi d. Ultrasonografi (USG) Ultrasonografi dapat membantu dalam membedakan antara massa padat dan kista dan pada wanita yang jaringan payudaranya keras; hasil komplemen dari mammografi. e. Mammografi Mammografi memperlihatkan struktur internal payudara, dapat untuk mendeteksi kanker yang tak teraba atau tumor yang terjadi pada tahap awal. ( Doenges, 1999 )
J. Diagnos a Keperawatan 1. Gangguan
rasa
nyaman
nyeri
berhubungan
dengan
pembedahan,
trauma jaringan traum a jarin gan, penek anan syara f, ditandai dengan keluhan otot. kel uha n kek aku an,
beb as pad a are a dad a,
nye ri bah u/ len gan ,
perub ahan (tonu s otot , lokus pada diri sendi ri dan distr aksi/ melin dungi bagian yang nyeri. 2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan keterbatasan ruang gerak ditandai menolak upaya untuk bergerak 3. Gang guan harg a diri berh ubun gan dengan peru baha n bent uk dan fungsi payudara prosedur bedah yang mengubah gambaran tubuh, psik osos ial; masa lah tent ang kete rtar ika n seks ual ditanda i deng an perubahan aktual pada struktur/ kontur tubuh, menyatakan ketakutan penolakan oleh orang lain, perubahan dalam lingkungan sosial, perasaan negatif tentang tubuh, selalu memikirkan perubahan atau kehilangan, tidak mau melihat tubuh, tidak berpartisipasi dalam terapi. 4. Cemas berhubungan dengan krisis situasi ditandai dengan peningkatan ketegangan, gemetar dan gelisah 5. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi adanya edema, drainase, perubahan pada elastisitas kulit. 6. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan nutrisi yang masuk ke tubuh tidak bisa digunakan secara optimal oleh tubuh ditandai dengan mual( kemoterapi ). 7. Gangguan harga diri berhubungan dengan kecacatan bedah,efek kemoterapi atau
radiologi misal, kehilangan rambut 8. Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan ekspansi paru, anestesi ditandai dengan peningkatan jumlah lendir, kering, lengket
K . Fokus Intervens i Menurut Doenges, (1999) dan Carpenito, (2000) fokus intervensi adalah: 1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan prosedur pembedahan; trauma jarin gan, penek anan syara f, ditand ai denga n keluha n oto t. kel uha n kek aku an, beb as pad a are a dad a, nye ri bah u/ len gan , perub ahan (ton us otot , lokus pada diri send iri dan dist raksi / melin dungi bagian yang nyeri a. Tujuan
: Nyeri menjadi berkurang atau hilang.
b. Kriteria hasil : Mengek presi kan penurunan nyeri/ ketidaknyam anan; tampak rileks, mampu tidur/ istirahat dengan tenang. c. Intervensi 1) Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi, lamanya dan intensitas (skala 0 10), perhatikan petunjuk verbal dan non verbal Ras io nal
:
mem ban tu ketidaknyamanan
dal am dan
men gid ent if ik asi kebutuhan
de ra ja t
untuk/keefektifan
analgesik 2) Diskusi kan sensasi masih adanya payudara normal Rasional : memberikan keyakinan bahwa sensasi bukan imajinasi dan penghilangann ya dapat dilakukan. 3) Bantu pasien menemukan posisi yang nyaman
Rasional
: peninggian mempen garuhi
lengan,
ukuran
kemampu an
baju, dan adanya pasien
untuk
rileks
drain dan
tidur/istirahat secara efektif 4) Berikan pasien menemukan posisi nyaman Rasional : meningkatkan relaksasi 5) Berik an obat nyeri yang tepa t pada jadwal terat ur sebel um nyeri berat dan aktivi tas dijad walka n, kolab oras i pembe ria n narko tik/analgesik sesuai indikasi. Rasional : mempertahankan tingakat kenyamanan dan meningkatnya pasien untuk latihan lengan dan untuk ambulasi tanpa rasa nyeri. 2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan keterbatasan ruang gerak ditandai menolak upaya untuk bergerak a. Tujuan : pasien dapat melakukan aktivitas sesuai kemampuan yang dilakukan. b. Kriteria hasil : pasien mampu menunjukkan teknik yang memampukan melakukan aktivitas c
Intervensi : 1) Tinggikan lengan yang sakit sesuai indikasi, mulai melakukan rentang gerak pasif (untunk fleksi/ekstansi siku, promosi/suspensi pergelangan, menekuk, ekstensi jadi) segera mungkin Rasional : meningkatkan aliran balik vena, mengurangi kemungkinan. 2) Biarkan pasien menggerakan jari, perhatikan sensasi dan warna tangan yang sakit
Rasional : kurang gerakan dapat menunjukan masalah saraf brakial Interkostal dan perubahan warna dapat mengidentifikasi gangguan sirkulasi. 3) Dorong pasien untuk menggunakan lengan untuk kebersihan diri, contoh makan, menyisir rambut, mencuci muka. Rasional : Peningkatan sirkulasi, membantu meminimalkan edema, dan mempertahankan kekuatan dan fungsi lengan dan tangan 4) Bantu dalam aktivitas perawatan diri Rasional : menghemat energi pasien, mencegah kelelahan 5) Bantu ambulasi dan dorong memperbaiki postur Rasional : Pasien akan merasa tak seimbang dan dapat memerlukan bantuan sampai terbiasa terhadap perubahan
3 Perubahan konsep diri, harga diri rendah berhubun gan dengan gangguan body image / gangguan citra diri biofisikal ; prosedur bedah yang mengubah gambaran tubuh, psi koso sial ; masa lah ten tang kete rtar ikan seks ual ditanda i dengan perubahan aktual pada struktur /kontur tubuh, menyataka n ketakutan penolakan oleh orang lain, perubahan dalam lingkungan sosial, perasaan negatif tentang tubuh, selalu memikirkan perubahan atau kehilangan, tidak mau melihat tubuh, tidak berpartisipasi dalam terapi. a. Tujuan : Menumbuhkan konsep diri yang positif. b. Kriteri a hasil : Menunjukkan gerakan ke arah peneri maan diri dalam situasi , pengenal an dan ketidakt epatan perubahan dalam konsep diri,
menyusu n tujuan yang realist ik dan secara aktif berpart isipasi dalam program terapi. c. Intervensi 1) Dorong pertanyaan tentang situasi saat ini dan harapan yang akan datang, berikan dukungan emosional bila balutan tidak diangkat Rasio nal : kehilangan
payud ara menye babka n reaks i, terma suk
perasaan perubahan gambaran diri,tak ut jaringan parut, dan takut pasangan terhadap perubahan tubuh 2) Id e n t i f i k a s i masalah peran sebagai wanita, istri, ibu, wanita karir dan sebagainya Rasio nal : dapat menya tak an bagai mana panda ngan diri pasie n lelah berubah 3) Dorong pasien untuk mengekspresikan perasaan Rasional : kehilangan bagian tubuh, menerima kehilangan hasrat sek sual men amb ah
pro ses
keh ila nga n
yan g
membut uhkan
peneri maan sehingga pasien dapat membuat rencana untuk masa depan 4) Diskusikan tanda/gejala depresi dengan pasien/oran g terdekat Rasional : reaksi umum terhadap tipe prosedur dan kebutuhan ini dikenali dan diukur 5) Yakinka n perasaa n/masal ah pasangan sehubu ngan dengan aspek seksual dan memberikan informasi dan dukungan
Rasi onal : resp on neg ativ e yang diar ahka n pada pas ien dapa t seca ra aktua l menyat akan masa lah pasan gan tenta ng rasa sedih pasien. 4 Cemas berhubungan dengan krisis situasi ditandai dengan peningkatan ketegangan, gemetar dan gelisah. a. Tujuan: 1) Peningkatan
tegangan,
ketakutan,
perasaan
tak
berdaya/tak
adekuat 2) Penurunan keyakinan diri 3) Mengekspresikan
masalah
sehubungan
dengan
perasaan
hidup
potensial/uktual b. Kriteria hasil: 1)Mengakui dan mendiskusikan masalah 2) Menunjukkan rentang perasaan yang tepat 3) Mel apo rkan tak ut dan ans iet as menuru n samp ai tin gkat dap at ditangani c. Intervensi: 1) Yakinkan informasi pasien tentang diagnosis
harapan intervensi
pembed ahan dan terapi yang akan datan g, perha tikan adanya penolakan atau ansietas ekstrim Rasio nal : membe rikan dasa r pengct ahuan peraw at untuk mengu atkan kebu tuhan
info rmasi
dan
memba ntu
untuk
mengidentifika si
pasien
dengan
ansietas
tinggi
dan
kebutuhan akan perhatian khusus 2) Jelaskan tujuan dan persiapan untuk tes diagnostik Rasional : pemahaman jelas akan prosedur dan apa yang terjadi meni ngka tkan pera saan kont rol dan meng uran gi ansietas 3) Berika n lingku ngan perhat ian. keterb ukaan dan peneri maan juga pri vas i unt uk pas ien /or ang ter dek at. Anj urk an bah wa ora ng terdekat ada kapanpun diinginkan. Rasi onal : waktu dan priv asi dipe rluka n untu k memb erik an dukungan, diskusikan perasaan tentang antisipasi kehilangan dan masalah lain, komunikasi terapeutik, pertanyaan terbuka, mendengarkan dan sebagainya, memudahkan proses ini. 4) Dorong pertanyaan
dan
berikan waktu
untuk
mengekspresikan
takut. beritah u pasien bahwa stress sehubun gan dengan kanker payudara dapat menetap selama beberapa bulan dan perlu mencari bantuan / dukungan Rasional
:
memberi
kesempatan
untuk
mengident ifikasi
dan
memperjelas kesalahan konsep dan menawarkan dukungan emosi 5 Resi ko perub ahan nutri si kuran g dari kebut uhan berhu bunga n denga n nutri si yang masuk ke tubuh tidak bisa diguna kan optima l oleh tubuh , ditandai dengan mual (kemoterapi). a. Tujuan : Tidak terjadi gangguan nutrisi.
b. Kriteria hasil : Mendemonstrasi kan berat badan stabil, penamba han berat
badan
progresif
kearah
tujuan
dengan
nonnalisasi
nilai
laboratorium dan bebas dari tanda mal nutrisi. c. Intervensi 1) Kaji
abdome n,
cat at
ada nya/kar akt er bis ing
usu s,
dis tens i
abdomen dan keluhan mual Rasio nal
:
dist ensi
abdo men
dan
atomi
usus
seri ng
terj adi
mengakibatkan penularan/t idak adanya bising usus 2) Berikan perawatan oral Rasional : menurunkan rangsangan muntah dan inflamasi/iritasi me mbr an mu kos a ker in g seh ub un gan den gan dehidrasi dan bernafas dengan mulut bila NGT dipasang 3) Bantu
pasien dalam pemilih an makanan /cairan
yang memenuh i
kebutuhan nutrisi dan pembatasan bila diet dimulai Rasional : kebiasaan diet sebelumnya mungkin tidak memuaskan pada pemenuhan kebutuhan saat ini untuk regensasi jarin gan dan pen yemb uha n pen ggun aan sti mula n gaster 4) Catat tanda peningkatan haus dan berkemih atau perubahan mental dan ketajaman visual Rasional : mewaspadai terjadinya hipoglekemia. 6 Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan terputusnya kontuinitas karena detruksi oleh masa tumor. a. Tujuan : mempercepat waktu menyembuhkan luka
jaringan
b. Kriteria
hasil
:
menunjukan
perilaku/tehnik
untuk
meningkatkan
penyembuhan/mencegah komplikasi, bebas draines purulen atau eritema. c. Intervensi : 1) Kaji balutan/luka untuk karakteristik drainese, awasi jumlah edema, kemerahan dan nyeri pada insisi dan lengan, awasi suhu. Rasional : Penggunaan balutan tergantung dari tipe penutupan luka (balutan penekatan biasanya dipakai pada awal dan diperkuat, tidak diganti). Drainese terjadi karena trauma prosedur dan manipulasi banyak pembuluh darah dan limfatik pada area tersebut. Pengenalan dan terjadinya infeksi dapat memampukan pengobatan dengan cepat. 2) Tempat kan pada posisi semi fowler pada punggu ng atau sisi yang tak sakit dengan lengan tinggi dan disokong dengan bantal. Rasional : membantu drainase cairan melalui gravitasi 3) Jangan melaku kan pengu kuran tekanan darah , mengin jeksi obat, atau memasukkan intravena pada lengan yang sakit. Rasional : meningkatkan potensial konstriksi, infeksi 4) Kosongkan
drain
luka
secara
periodik,
catat
jumlah
dan
karakteristik drainase Rasio nal
:
akumu lasi
caira n
meni ngka tkan
drain ase
(cont oh,
pen yemb uhan
dan
linf c,
darah
menu runk an
keselamatan terhadap infeksi. Alat penghisap (contoh : hemovac,
Jackson
Pratt)
saling
dimasukkan
selama
pembedahan untuk mempertahanka n tekanan negatif pada luka, selang biasanya diangkat sekitar hari ketiga atau bila drainase terhenti. 5) Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi. Rasional : diberikan secara profilaksis atau untuk mengobati inspeksi dan meningkatkan penyembuhan. 7. Gangguan harga diri berhubungan dengan kecacatan bedah, efek kemoterapi atau radiologi misal, kehilangan rambut. a. Tujuan : mengungkapkan perubahan dalam gaya hidup tentang tubuh. a. Kriteria
hasil
:
mengungkapkan
pemahaman
tentang
perubahan
tubuh,penerimaan diri dalam situasi. b. Intervensi : 1) Berikan dukungan yang ada dan di gunakan oleh pasien/ orang terdekat selama fase pengobatan. Rasional : meskipun beberapa pasien beradaptasi menyesuaikan diri dengan efek kanker atau efek kemoterapi harus banyak dukungan. 2) Gunakan sentuhan selama interaksi dan mempertahankan kontak mata Rasional : penerimaan penting dalam menurunkan perasaan pasien tentang keraguan diri 3)
Evaluasi struktur pendukung yang ada dan di gunakan oleh pasien Rasional : membantu merencanakan perawatan saat di rumah sakit serta setelah pulang
4) Kolaborasi rujuk pasien atau orang terdekat pada program kelompok pendukung. Rasional : kelompok mendukung biasanya sangat menguntungkan baik pasien ataupun orang terdekat. 8. Tidak efektifnya pola napas berhubungan dengan anestesi di tandai dengan peningkatan jumlah lendir, kering dan lengket a. tujuan : pola napas efektif b. kriteria hasil : mempertahankan pola napas normal c. intervensi : a) Tinggikan kepala tempat tidur, letakan pada posisi duduk tinggi atau semi Fowler Rasional : merangsang fungsi pernapasan atau ekspansi paru b) Tekankan menahan dada dengan bantal selama napas panjang Rasional : menurunkan tegangan pada insisi, meningkatkan ekspansi paru maksimal dan meningkatkan upaya batuk efektif c)
Pantau frekuensi irama, kedalaman pernapasan. Catat ketidakteraturan pernapasan Rasional : menandakan lokasi atau luasnya keterlibatan otak. Pernafasan lambat, periode apnea dapat menandakan perlunya ventilasi mekanis.
d) Kolaborasi pemberian oksigen Rasional : Memaksimalkan oksigen pada darah arteri dan membantu dalam pencegahan hipoksia. Jika pusat pernafasan tertekan, mungkin diperlukan ventilasi mekanik.