BAB II KONSEP DASAR A. Konsep Keluarga 1. Pengertian keluarga Keluarga adalah satu atau lebih individu yang tinggal bersama, sehingga mempunyai ikatan emosional dan mengembangkan dalam interelasi sosial, peran dan tugas. ( Spredley dan allender,1996 yang dikutip oleh Setyowati, 2008) Sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan,kelahiran, dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik , mental emosional serta sosial deari tiap anggota keluarga. (Duvall dan logan,1986 yang dikutip oleh Setyowati, 2008) keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan, atau adopsi. Mereka saling berinteraksi satu dengan yang lainnya, mempunyai peran masing – masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya. (Bailon dan Maglaya,1978 yang dikutip oleh Setyowati, 2008)
9
Dari kedua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa karakteristik keluarga adalah ( Setyowati, 2008) : a. Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan perkawinan atau adopsi. b. Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap memperhatikan satu sama lain. c. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing- masing mempunyai peran sosial suami, istri, anak, kakak, adik. d. Mempunyai tujuan ; a) menciptakan dan mempertahankan budaya, b) meningkatkan perkembangan fisik, psikologis, dan sosial anggota. 2. Tipe Keluarga Keluarga yang memperlukan pelayanan kesehatan berasal dari berbagai macam pola kehidupan. Sesuai dengan perkembangan sosial maka tipe keluarga berkembang mengikutinya. Agar dapat mengupayakan peran serta keluarga dalam meningkatkan derajat kesehatan maka perawat perlu mengetahui bebagai tipe keluarga. Berikut ini akan di sampaikan bebagai tipe keluarga : a. Keluarga inti/Nuclear family, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami istri,dan anak ( kandung atau angkat ).
10
b. Keluarga besar/extended family, yaitu keluarga inti ditambah dengan keluarga yang lain Keluarga inti, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami, istri, yang mempunyai hubungan darah, misalnya : kakek,nenek, keponakan, paman bibi. c. Keluarga berantai ( Serial Family) adalah keluaega yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti. d. Keluarga duda/janda (single family) adalah yang terjadi karena perceraian. e. Keluarga
berkomposisi
(Composite)
adalah
keluarga
yang
perkawinannya berpoligamidan hidup secara bersam-sama. f. Keluarga kabitas ( cahabitation) adalah 2 orang yang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi membentuk suatu keluarga. (Murwani, 2007) 3. Fungsi keluarga Friedman (1998) mengidentifikasi lima fungsi dasar keluarga, sebagai berikut : a. Fungsi afektif Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga, yang merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan psiko sosial. Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif tampak pada kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh 11
anggota keluarga. Tiap anggota keluarga saling mempertahankan iklim yang positif. Hal tersebut dapat dipelajari dan dikembangkan melalui interaksi dan hubungan dalam keluarga. Dengan demikian, keluarga yang berhasil melaksanakan fungsi afektif, seluruh anggota keluarga dapat mengembangkan konsep diri positif. Menurut (Murwani,2007) komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam melaksanakan fungsi afektif adalah : 1) Saling mengasuh ; cinta kasih, kehangatan, saling menerima, saling mendukung antar anggota keluarga, mendapatkan kasih sayang dan dukungan dari anggota yang lain. Maka, kemampuan untuk memberikan kasih sayang akan meningkat, yang pada akhirnya tercipta hubungan yang hangat dan saling mendukung. Hubungan intim didalam keluarga merupakan modal besar dalam memberikan hubungan dengan orang lain diluar keluarga / masyarakat 2) Saling menghargai; Bila anggota saling menghargai dan mengakui keberadaan dan setiap hak anggota keluarga serta selalu mempertahankan iklim yang positif, maka fungsi afektif akan tercapai. 3) Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga dimulai sejak pasangan sepakat
memulai
hidup
baru.
Ikatan
anggota
keluarga
dikembangkan melalui proses identifikasi dan penyesuaian pada berbagai aspek kehidupan anggota keluarga. Orang tua harus mengembangkan proses identifikasi yang positif sehingga anak12
anak dapat meniru tingkah laku yang positif dari kedua orang tuanya. Fungsi afektif merupakan “sumber energi“ yang menentukan kebahagiaan keluarga. Keretakan keluarga, kenakalan anak atau masalah keluarga, timbul karena fungsi afektif di dalam keluarga tidak dapat terpenuhi. b. Fungsi sosialisasi. Sosialisasi adalah proses pengembangan dan perubahan yang dilalui individu, yang menghasilkan interaksi social. Sosialisasi dimulai sejak manusia lahir. Keluarga merupakan tempat individu untuk belajar bersosialisasi, misalnya anak yang baru lahir dia akan menatap ayah, ibu, dan orang – orang yang disekitarnya. Kemudian beranjak balita dia mulai belajar bersosialisasi dengan lingkungan sekitar meskipun demikian keluarga tetap berperan penting dalam bersosialisasi. Keberhasilan perkembangan individu dan keluarga dicapai dalam interaksi atau hubungan antar anggota keluarga yang diwujudkan dalam sosialisasi. Anggota keluarga belajar disiplin, belajar normanorma, budaya, dan prilaku melalui hubungan dan interaksi keluarga. c. Fungsi reproduksi Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber daya manusia. Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang sah, selain untuk memenuhi kebutuhan biologis pada pasangan tujuan untuk membentuk keluarga adalah untuk meneruskan keturunan. 13
Dalam hal ini keluarga juga berfungsi untuk memelihara dan membesarkan anak. d. Fungsi ekonomi Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga seperti memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga seperti memenuhi kebutuhan akan makanan, pakaian, dan tempat tinggal. Banyak pasangan sekarang kita lihat dengan penghasilan yang tidak seimbang antara suami dan istri hal ini menjadikan permasalahan yang berujung pada perceraian. e. Fungsi perawatan kesehatan Keluarga juga berperan atau berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan kesehatan, yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan, dan atu merawat anggota keluarga yang sakit. Kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan kesehatan mempengaruhi status kesehatan
keluarga.
Kesanggupan
keluarga
melaksanakan
pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakan. Keluarga yang dapat melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup menyeleseikan masalah kesehatan. Tugas kesehatan keluaraga adalah sebagai berikut : (Friedmann 1998) 1) Mengenal masalah kesehatan Ketidaksanggupan keluarga dalam mengenal masalah pada diabetes mellitus salah satu faktor penyebabnya adalah karena kurang pengetahuan tentang diabetes mellitus. Apabila keluarga 14
tidak mampu mengenal masalah diabetes mellitus,ppenyakit tersebut akan mengakibatkan komplikasi. 2) Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat. Ketidaksanggupan keluarga dalam mengambil keputusan yang tepat dalam melakukan tindakan disebabkan karena tidak memahami tentang sifat,berat,dan luasnya masalah yang dihadapi dan masalah tidak begitu menonjol. Penyakit diabetes mellitus yang tanpa penanganan akan mengakibatkan komplikasi. 3) Memberikan perawatan pada anggota yang sakit. Ketidakmampuan dalam merawat anggota keluarga disebabkan karena tidak mengetahui keadaan penyakit,misalnya keluarga tidak mengetahui tentang pengertian, tanda dan gejala,penyebabnya dan pengelolaan pada diabetes mellitus. 4) Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat. Ketidaksanggupan keluarga dalam memelihara lingkungan yang dapat berpengaruh terhadap kesehatan. Ketidakmampuan ini disebabkan karena sumber-sumber dalam keluarga tidak mencukupi,diantaranya adalah biaya. 5) Mempertahankan hubungan dengan (menggunakan) fasilitas kesehatan masyarakat. Hal ini sangat penting sekali untuk keluarga yang mempunyai masalah diabetes mellitus. Agar penderita dapat memeriksakan kesehatannya secara rutin. 15
4. Dimensi Dasar Struktur Keluarga Menurut ( Friedman, 1998) struktur keluarga terdiri atas : a. Pola dan proses komunikasi Pola interaksi keluarga yang bersifat terbuka dan jujur, Selalu menyeleseikan konflik keluarga berpikiran positif, dan tidak mengulang – ulang isu dan pendapat sendiri. Karakteristik komunikasi keluarga berfungsi untuk : 1) Karakteristik pengirim : a) Yakin dalam mengemukakan sesuatu atau pendapat. b) Apa yang disampaikan jelas dan berkualitas. c) Selalu meminta dan menerima umpan balik. 2)
Karakteristik penerima : a) Siap mendengarkan masukan dan pendapat dari anggota keluarga b) Memberikan umpan balik dari setiap pendapat yang di Kemukakan anggota keluarga. c) Melakukan validasi
b. Struktur Peran Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi social yang di berikan. Yang dimasksud dengan posisi atau status adalah
posisi individu dalam masyarakatmisalnya sebagai
suami, istrri, anak dan sebagainya. Tetapi terkadang peran ini tidak dapat di jalanka oleh masing-masing individu dengan baik. Ada 16
beberapa anak yang terpaksa memenuhi kebutuhan anggota keluarga yang lain sedang orang tua mereka entah kemana atau malah berdiam diri di rumah. c. Strukur Kekuatan Kekuatan merupakan kemampuan (potensial dan aktual) dari individu untuk mengendalikan atau mempengaruhi untuk mengubah periklaku orang lain ke arah positif. Ada beberapa macam tipe kekuatan struktur kekuatan : 1) Legitimate power/kekuasaan/hak untuk mengontrol Wewenang primer yang merujuk pada kepercayaan bersama bahwa dalam suatu keluarga satu orang mempunyai hak untuk mengontrol tingkah laku anggota keluarga yang lain. 2) Referent power/seseorang yang ditiru Kekuasan yang dimilikiorang-orang tertentu terhadap orang lain karena identifikasi positif terhadap mereka,seperti identifikasi positif seorang anak dengan orang tua (role mode). 3) Reward power/kekuasaan penghargaan Pengaruh kekuasaan karena adanya harapan yang akan diterima oleh seseorang dari orang yang mempunyai pengaruh karena kepatuhan seseorang. Seperti ketaatan anak terhadap orang tua.
17
4) Coercive power/kekuasan paksaan/dominasi Sumber kekuasaan mempunyai kemampuan untuk menghukum dengan paksaan,ancaman, atau kekerasan bila mereka tidak mau taat. 5) Affective power/kekuasaan afektif kekuasaan yang diberikan melalui manipulasi dengan memberikan atau tidak memberikan afeksi atau kehangatan, cinta kasih misalnya hubungan seksual pasangan suami istri. d. Nilai-Nilai Keluarga Nilai merupakan suatu system sikap dan kepercayaan yangt secara sadar atau tidak mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya. Nilai keluarga juga merupakan suatu perkembangan norma dan peraturan. Norma adalah pola perilaku yang baik, menurut masyarakat berdasarkan system dalam keluarga. Budaya adalah kumpulan dari pola perilaku yang dapat dipelajari, dibagi, dan di tularkan dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah. 5. Peran perawat keluarga Dari 5 fungsi keluarga diantaranya adalah fungsi perawat kesehatan dimana perawat kesehatan bersama perawat menyelesaikan masalah kesehatan.
18
Perawat kesehatan keluarga adalah pelayanan kesehatan yang ditujukan keluarga sebagai unit pelayanan untuk mewujudkan keluarga yang sehat. Fungsi perawat adalah membantu keluarga untuk menyelesaikan
masalah
keluarga
dengan
cara
meningkatkan
kesanggupan keluarga melakukan fungsi dan tugas perawatan kesehatan keluarga. Ada
banyak
peran
perawat
dalam membantu
keluarga
dalam
menylesaikan masalah atau melakukan perawatan kesehata keluarga, diantaranya sebagai berikut : a. Pendidik Perawat perlu memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga dengan tujuan sebagai berikut : (a)keluarga dapat melakukan program asuhan kesehatan keluarga secara mandiri dan (b) bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan keluarga. Dengan diberikan pendidikan/ penyuluhan diharapkan keluarga mampu mengatasi dan bertanggung jawab terhadap masalah kesehatannya. b. Koordinator Koordinasi diperlukan pada perawatan berkelanjutan agar pelayanan yang komperhensif dapat tercapai. Koordinasi juga diperlukan untuk mengatur program kegiatan atau terapi dari berbagai disiplin ilmu agar tidak terjadi tumpang tindih dan pengulangan.
19
c. Pelaksana Perawawat yang bekerja dengan klien dan keluarga baik di rumah, klinik, maupun di rumah sakit bertanggung jawab dalam memberikan perawatan langsung. Kontak pertama perawat kepada keluarga melalui anggota keluarga yang sakit. Perawat dapat mendemonstrasikan kepada keluarga asuhan keperawatan yang diberikan dengan harapan keluarga nanti dapat memberikan asuhan langsung kepada anggota keluarga yang sakit. d. Pengawas Kesehatan Sebagai pengawas kesehatan perawat harus melakukan home visit atau kunjungan rumah yang teratur untuk mengidentifikasi atau melakukan pengkajian tentang kesehatan keluarga. Perawat tidak hanya melakukan kunjungan tetapi diharapkan ada tindak lanjut dari kunjungan ini. e. Konsultan Perawat sebagai nara sumber bagi keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan. Agar keluarga mau memint nasehat pada perawat maka hubungan antara keluarga dan perarawat harus dibina dengan baik, perawatan harus terbuka dan dapat dipercaya. Maka dengan demikian, harus ada Bina Hubungan Saling Percaya (BHSP) antara perawat dan keluarga.
20
f. Kolaborasi Sebagai perawat di komunitas juga harus bekerja sama dengan pelayanan rumah sakit, puskesmas dan anggota tim kesehatan yang lain untuk mencapai tahap kesehatan keluarga yang optimal. Kolaborasi tidak hanya dilakukan sebagai perawat di rumah sakit tetapi di keluarga dan komunitas pun juga dapat di laksanakan. g. Fasilitator Peran perawat komunitas disini adalah membantu keluarga dalam menghadapi kendala untuk meningkatkan derajat kesehatan yang optimal. Kendala yang sering di alami keluarga keraguan didalam menggunakan pelayanan kesehatan, masalah ekonomi dan sosial budaya. Agar dapat melaksanakan peran fasilitator dengan baik, maka perawat komunitas harus mengetahui sistem pelayanan kesehatan, misalnya sistem rujukan dan dana sehat. h. Penemu Kasus Peran perawat komunitas yang juga sangat penting adalah mengidentifikasi kesehatan secara dini (Case Finding), sehingga tidak terjadi ledakan atau kejadian luar biasa (KLB). i. Modifikasi Lingkungan Perawat komunitas juga harus dapat memodifikasi lingkungan, baik lingkungan rumah, masyarakat, dan lingkungan sekitarnya agar dapat tercipta lingkungan yang sehat. Lingkungan yang baik untuk diabetes
21
mellitus adalah dengan penataan perabot rumah yang rapi, pencahayaan yang terang,lantai bersih dan tidak licin.(Murwani, 2007) 6. Tahap - Tahap Perkembangan Keluarga Tiap tahap perkembangan membutuhkan tugas atau fungsi keluarga agar dapat melalui tahap tersebut dengan sukses.(Setyowati,2008) a. Tahap perkembangan Pasangan Baru meliputi: 1) Membina hubungan intim dengan pasangan 2) Membina hubungan dengan Keluargalain, teman
kelompok
sosial 3) Mendiskusikan rencana memiliki anak b. Tahap perkembangan Keluatrga Child bearing ( kelahiran anak pertama ) meliputi : 1) Persiapan menjadi orang tua 2) Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga: peran, interaksi, hubungan seksual, dan kegiatan. 3) Mempertahankan hubungan intim dengan pasangan. c. Tahap perkembangan keluarga dengan Anak Prasekolah 1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti kebutuhan tempat tinggal, privasi dan rasa aman. 2) Membantu anak untuk bersosialisasi 3) Beradaptasi dengan anak yang baru lahir sementar kebutuhan anak yang lain juga terpenuhi
22
4) Mempertahankan hubungan yang sehatbaik didalam maupun di luar keluarga 5) Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak. 6) Pembagian tanggung jawab keluarga 7) Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh kembang anak d. Tahap Perkembangan Keluarga dengan Anak Usia Sekolah 1) Membantu sosialisasi anak, tetangga, sekolah, dan lingkungan 2) Mempertahankan keintiman dengan pasangan 3) Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin meningkat, termasuk kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarga e. Tahap Perkembangan Keluarga dengan anak Remaja 1) Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab mengingat remaja yang sudah bertambah dewasa. 2) Mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga. 3) Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua,hindari perdebatan 4) Perubahan sistem peran dan peraturan ntuk tumbuh kembang keluarga f. Tahap Perkembangan Keluarga dengan Anak Dewasa 1) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar. 2) Mempertahankan hubungan yang intim dengan pasangan
23
3) Membantu orang tua suami/istri yang sedang sakit dan memasuki masa tua 4) Membantu anak untuk mandiri di masyarakat 5) Pemantauan kembali peran dan kkegiatan rumah tangga g. Tahap Perkembangan Pra Lansia 1) Mempertahankan kesehatan 2) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya dan anak – anak 3) Meningkatkan keakraban pasangan h. Tahap Perkembangan Usia Lanjut 1) Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan 2) Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik, dan pendapatan 3) Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat 4) Melakukan live review B. Konsep Lansia 1.
Pengertian Menurut Constantinides (1994) dalam Nugroho (2000) mengatakan bahwa menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita.
24
Menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4), UU No. 13 Tahun 1998 tentang kesehatan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam dkk, 2008). 2.
Batasan-Batasan Usia Lanjut Ada beberapa pendapat tentang batasan-batasan usia lanjut yaitu: a. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) lanjut usia meliputi: 1)
Usia pertengahan (middle age), yaitu kelompok usia 45-59 tahun
2)
Lanjut usia (elderly), yaitu kelompok usia 60-74 tahun
3)
Lanjut usia tua (old), yaitu kelompok usia 75-90 tahun
4)
Usia saat tua (very old), yaitu kelompok usia di atas 90 tahun
b. Menurut Dra. Ny. Jos Masdani (Psikolog UI) Mengatakan bahwa lansia merupakan kelanjutan dari usia dewasa. Kedewasaan dibagi 4 bagian: 1)
Fase Inventus: antara umur 25-40 tahun
2)
Fase verilitas: antara umur 40-50 tahun
3)
Fase praesenium: antara umur 55-65 tahun
4)
Fase senium: umur antara 65 tahun hingga tutup usia
c. Menurut Prof. Dr. Koesoemato Setyonegoro Pengelompokan usi lanjut adalah sebagai berikut: 1)
Usia Dewasa Muda (elderly adulhood): umur 18 atau 20-25 tahun
2) Usia Deawasa Penuh (middle years) atau maturitas: umur 25-60 atau 65 tahun 3)
Lanjut usia (geriatric age): umur 65 atau 70 tahun 25
3.
4)
Young old: umur 70-75 tahun
5)
Old: umur 75-80 yahun
6)
Very old: umur lebih dari 80 tahun
Teori-Teori Proses Penuaan Menurut Stanley dan Patricia (2002) beberapa teori tentang penuaan dikelompokkan menjadi 2 kelompok besar yaitu: a. Teori Biologis, yaitu teori yang mencoba untuk menjelaskan proses fisik penuaan, termasuk perubahan fungsi dan struktur, pengembangan, panjang usia dan kematian.perubahan-perubahan dalam tubuh termasuk perubahan molekular dan seluler dalam sistem organ utama dan kemampuan untuk berfungsi secara adekuat dan melawan penyakit. 1)
Teori Genetika Teori sebab akibat menjelaskan bahwa penuaan terutama dipengaruhi oleh pembentukan gen dan dampak lingkunagan pada pembentukan kode etik. Penuaan adalah suatu proses yang secara tidak sadar di wariskan yang berjalan dari waktu mengubah sel atau struktur jaringan. Dengan kata lain, perubahan rentang hidup dan panjang usia telah ditentukan sebelumnya.
2) Teori dipakai dan rusak Teori ini mengusulkan bahwa akumulasi sampah metabolik atau zat nutrisi dapat merusak sintesis DNA, sehingga mendorong malfungsi molekular dan akhirnya malfungsi organ tubuh.
26
Pendukung teori ini percaya bahwa tubuh akan mengalami kerusakan berdasarkan suatu jadwal. 3)
Riwayat Lingkungan Menurut teori ini, faktor-faktor di dalam lingkungan (misalnya, karsinogen dari industri cahaya matahari, trauma dan infeksi) dapat membawa perubahan dalam proses penuaan. Walaupun faktor-faktor ini diketahui dapat mempercepat penuaan, dampak dari lingkungan lebih merupakan dampak sekunder dan bukan merupakan faktor utama dalam penuaan.
4) Teori Imunitas Teori ini menggambarkan suatu kemunduran dalam sistem imun yang berhubungan dengan penuaan. Ketika orang bartamdah tua,pertahanan mereka lebih rentan untuk menderita berbagai penyakit seperti kanker dan infeksi. Seiring dengan berkurangnya fungsi imun, terjadilah peningkatan dalam respon autoimun tubuh. 5)
Teori Neuroendokrin Teori-teori biologi penuaan, berhubungan dengan hal-hal seperti yang telah terjadi pad struktur dan sel,
b. Teori Psikologis, teori ini memusatkan perhatian pada perubahan sikap dan perilaku yang menyertai peningkatan usia, sebagai lawan dari implikasi biologi pad kerusakan anatomis. Perubahan sosiologis dikombinasikan dengan perubahan psikologis.
27
1) Teori Kepribadian Kepribadian manusia adalah suatu wilayah pertumbuhan yang subur dalam tahun-tahun akhir kehidupannya dan telah merangsang penelitian yang pantas di pertimbangkan. Teori kepribadian menyebutkan aspek-aspek pertumbuhan psikologis tanpa menggambarakn harapan atau tugas spesifik lansia. 2) Teori Tugas perkembangan Erickson menguraikan tugas utama lansia adalah mampu melihat kehidupan seseorang senagai kehidupan yang di jalani dengan integritas. Dengan kondisi tidak adanya pencapaian pada perasaan bahwa ia telah menikmati kehidupan yang baik, maka lansia tersebut beresiko untuk disibukkan denagn rasa penyesalan atau putus asa. 3)
Teori Disengagement (Teori Pembebasan) Yaitu suatu proses yang menggambarkan penarikan diri oleh lansia dari peran bermasyarakat dan tanggung jawabnya.
4)
Teori Aktifitas Lawan langsung dari teori pembebasan adalah teori aktifitas penuaan, yang berpandapat bahwa jalan menuju panuaan yang sukses adalah dengan cara tetap aktif.
5)
Teori Kontinuitas Teori ini juga dikenal dengan teori perkembangan. Teori ini menekankan pada kemampuan koping individu sebelumnya dan 28
kepribadian sebagai dasar untuk memprediksi bagaimana seseorang akan dapat menyesuaikan diri terhadap penuaan. 4.
Perubahan-Perubahan yang Terjadi pada Lansia a. Perubahan Fisik Perubahan fisik yang terjadi pada lansia meliputi perubahan dari tingkat sel sampai sistem organ tubuh yaitu sistem persyarafan, pendengaran,
penglihatan,
kardiovaskuler,
sistem
pengaturan
temperatur tubuh, respirasi, gastrointestinal, genitourinaria, endokrin, integumuen, muskuluskeletal. b. Perubahan Mental Pada umumnya lansia mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikomotor. Faktor yang mempengaruhi perubahan mental yaitu: perubahan fisik, kesehatah umum, tingkat pendidikan, keturunan, lingkungan. Dari segi mental emosional lansia sering muncul perasaan pesimis, timbulnya perasaan tidak aman dan cemas, adanya kekacauan mental akut, merasa terancam akan timbulnya suatu penyakit atau takut di terlantarkan karena tidak berguna lagi. c. Perubahan Psikososial Masalah-masalah ini serta reaksi individu terhadapnya akan sangat beragam, tergantung kepada kepribadian individu yang bersangkutan. Masalah yang akan muncul adalah pensiun. Apabila seseorang telah mengalami pensiun, maka ia akan kehilangan teman, pekerjaan, dan
29
status. Lansia merasakan atau sadar akan kematiannya, sehingga lansia menimbulkan perasaan cemas. 5.
Permasalahan yang Terjadi pada Lansia Menurut Maryam dkk (2008) masalah kesehatan jiwa yang sering timbul pada lansia adalah: a. Kecemasan, dengan gejala: perasaan khawatir atau takut yang tidak rasional akan kejadian yang akan terjadi, sulit tidur sepanjang malam, rasa tegang dan cepat marah, sering mengeluh akan gejala yang ringan atau takut terhadap penyakit yang berat misalnya; kankaer dan penyakit jantung yang sebenarnya tidak dideritanya, sering memebayangkan halhal yang menakutkan, rasa panik terhadap masalah yang ringan. b. Depresi, ini merupakan masalah kesehatan jiwa yang sering didapatkan pada lansia. c. Insomnia, kebiasaan atau pola tidur lansia dapat berubah, yang terkadang dapat mengganggu kenyamanan anggota keluarga lain yang tinggal yang tinggal serumah. Perubahan pola tidur dapat berupa d. Paranoid, lansia terkadang merasa bahwa ada orangyang mengancam mereka, membicarakan, serta berkomplot ingin melukai aatu mencuri barang miliknya. Bila kondisi ini berlangsung lam dan tidak ada dasarnya, ini merupakan kondisi yang disebut paranoid. e. Demensia, demensia senilis merupakan gangguan mental yang berlangsung progresif, lambat, dan serius yang disebabkan oleh kerusakan organik jaringan otak. 30
C. Konsep Diabetes Mellitus 1. Pengertian Masjoer (1999) menyatakan bahwa DM adalah keadaan hipergklemi kronik yang disertai dengan berbagai kelainan metabolic akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah, desertai lesi pada membran besalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron. Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit metabolic yang kebanyakan herediter, demham tanda-tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau tidak adanya gejala klinik akut maupun kronik, sebagai akiobat kurangnya insulin efektif didalam tubuh, gangguan priemer terletak pada metabolisme karbohidrat yang biasanya disertai juga gangguan metabolisme lemak dan protein. (Askandar, 2000). Sedangkan tapan (2006) menjelaskan bahwa DM adalah penyakit kronis yang disebabkan oleh keturunan atau didapat. Konsentrasi glukosa yang berlebih pada darah dapt menyebabkan kerusakan sel tubuh. Long (1996) menjelasakan bahwa DM metupakan penyakit kronik yang kompleks yang melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak dan berkembangnya komplikasi makrovaskuler dan mikrovaskuler dan neurologis.
31
Price dan Wilson (1995) menambahkan bahwa DM merupakan gangguan metabolisme yang dimanifestasikan dengan hilang toleransi karbohidrat yang terjadi secara genetis maupun didapat. Diabetes mellitus merupakan sekolompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa alam darah atau hiperglikemi. Glokusa secara normal bersirkulasi dalam jumlah tertentu dalam darah. Glukosa dibentuk dihati dari makanan yang dikonsumsi (Brunner dan Suddarth, 2002). Dari berbagai definisi diatas tentang DM diatas dapat diambil kesimpulan bahwa DM adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh gangguan hormonal (dalam hal ini adalah hormon insulin yang dihasilkan oleh pancreas) dan melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat dimana seorang tidak dapat memproduksi cukup insulin atau tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi dengan baik, karena proses autoimmune, dipengaruhi secara genetik dengan gejala yang pada akhirnya menuju tahap perusakan imunologi sel-sel yang memperoduksi insulin. Klasifikasi Klasifikasi yang ditentukan oleh National Diabetes Data Group of The National Institute of Health, sebagai berikut :
32
1. Diabetes mellitus tipe I atau IDDM (Insulin Dependent Diabetes Melitus) atau tipe juvenil. Yaitu ditandai dengan kerusakan insuln dan ketergantungan pada terapi insulin untuk untuk mempertahankan hidup. Diabetes mellitus tipe I juga disebut juvenile onset, karena kebanyakan terjadi sebelum umur 20 tahun. Pada tipe ini terjadi destruksi sel bata pancreas dan menjurus ke definisi insulin absolute. Mereka cenderung mengalami
komplikasi
metabolik
akut
berupa
ketosis
dan
ketoasidosis. 2. Diabetes mellitus tipe II atau NIDDM (Non Insulin Dependent Diabetes Melitus) Dikenal dengan maturity concept, dimana tidak terjadi definisi insulin secara absolute melainkan relative olh karena gangguan sekresi insulin bersama resistensi insulin. Terjadi pada semua umur, lebih sering pada usia dewasa dan ada kecenderungan familiar. NIDDM dapat berhubungan dengan tingginya kadar insulin yang beredar dalam darah namun tetap memiliki reseptor yang tidak efektif. 3. Gestational Diabetes Disebut juga DMG atau diabetes mellitus gestational. Yaitu intoleransi
glukosa
yang
timbul
selama
kehamilan,
dimana
meningkatnya hormon - hormon pertumbuhan dan meningkatkan 33
suplai asam amino dan glukosa pada janin yang mengurangi keefektifitasan insulin. 4. Intoleransi glukosa Berhubungan dengan keadaan atau sindroma tertentu, yaitu hiperglikemi yang terjadi karena penyakit lain. Penyakit pankreas, obat – obatan, dan bahan kimia. Kelainan reseptor insulin dan syndrome
genetik
tertentu.
Umumnya
obat
–
obatan
yang
mencetuskan terjadinya hiperglikemia antara lain : diuretic furosemid (lasik), dan thiazide, glukotikoid, epinefrin, dilantin, dan asam nikotinat (Long, 1996). 2.
Anatomi dan Fisiologi pankreas merupakan sekumpulan kelenjar yang panjangnya kirakira 15 cm, lebar 5 cm, mulai dari duodenum sampai ke limpa dan beratnya rata-rata 60-90 gram. Terbentang pada vertebrata lumbalis 1 dan 2 di belakang lumbung. pankreas merupakan kelenjar endokrin terbesar yang terdapat di dalam tubuh baik hewan maupun manusia. bagian depan (kepala) kelenjar pankreas terletak pada lekukan yang dibentuk oleh duodenum dan bagian pilorus dari lambung. bagian badan yang merupakan bagian utama dari organ ini merntang kearah limpa dengan bagian ekornya menyentuh atau terletak pada alat ini. dari segi perkembangan
34
embriologis, kelenjar pancreas terbentuk ari epitel yang berasal dari lapisan epitel yang membentuk usus. Pankreas terdiri dari dua jaringan utama, yaitu : (1). Asini sekresi getah pencemaran kedalam duodenum. (2). pulau langerhans yang tidak mengeluarkan skretnya keluar, tetapi menyekresi insulin dan glukagon langsung ke darah. Pulau-pulau langerhans yang menjadi system endokrinologis dari pankreas terbesar dari seluruh pankreas dengan berat hanya 1-3 % dari berat total pankreas. pulau langerhans berbentuk ovoid dengan besar masing-masing pulau berbeda. besar plau langerhans yang terkecil aalah 50μ, sedangkan yang terbesar 300μ, terbanyak adalah yang besarnya 100-225μ. jumlah semua pulau langerhans di pankreas diperkirakan antara 1-2 juta. Pulau langerhans manusia, mengandung tiga jenis sel utama, yaitu: (1). Sel-sel A (alpha), jumlahnya sekitar 20-40 % ; memproduksi glikagon yang menjadi faktor hiperglikemik, suatu hormone yang mempunyai “anti insulin like activity”. (2). Sel-sel B (betha), jumlahnya sekitar 60-80 %, membuat insulin. (3). Sel-sel D (delta), jumlanya sekitar 5-15 %, membuat samatostatin. Masing-masing sel tersebut, dapat dibedakan berdasarkan struktur dan sifat pewarnaan. di bawah mikroskop pulau-pulau langerhans ini nampak berwarna pucat dan banyak mengandung 35
pembuluh darah kapiler. pada penderita DM, sel beha sering ada tetapi berbeda dengan sel beta yang normal dimana sel beta tidak menunjukan reaksi pewarnaan untuk insulin sehingga dianggap tidak berfungsi. Insulin merupakan protein kecil dengan berat molekul 5808 untuk insulin manusia. molekul insulin terdiri dari dua rantai polipeptida yang tidak sama, yaitu rantai A dan B. kedua rantai ini dihubungkan oleh dua jembatan (perangkai), yang terdiri dari disulfida. rantai A terdiri dari 21 asam amino dan rantai B terdiri dari 30 asam amino. insulin dapat larut pada pH 4-7 dengan titik isoelektrik pada 5,3. sebelum insulin dapat berfungsi, ia harus berikatan dengan protein reseptor yang besar didalam membrane sel. Insulin di sintesis sel beta pankreas dari proinsulin dan di simpan dalam butiran berselaput yang berasal dari kompleks Golgi. Pengaturan sekresi insulin dipengaruhi efek umpan balik kadar glukosa darah pada pankreas. Bila kadar glukosa darah meningkat diatas 100mg/100ml darah, sekresi insulin meningkat cepat. Bila kadar glukosa normal atau rendah, produksi insulin akan menurun. Selain kadar glukosa darah, faktor lain selain asam amino, asam lemak, dan hormon gastrointestinal merangsang sekresi insulin dalam derajat berbeda-beda. Fungsi metabolisme utama insulin untuk
36
meningkatkan kecepatan transport glukosa melalui membrane sel ke jaringan terutama sel-sel otot, fiubroblas dan sel lemak. 3. Etiologi dan Predisposisi DM dapat disebabkan oleh banyak faktor. Noer (1996) menyebutkan bahwa da 4 penyebab terjadinya DM, yaitu faktor keturunan, fungsi sel pankreas, dan sekresi insulin yang berkurang, kegemukan atau obesitas, perubahan karena usia lanjut berhubungan dengan resistensi insulin. Faktor keturunan dapat menjadi penyebab yang mengambil peranan paling penting dalam terjadinya DM karena pola familial yang kuat (keturunan) mengakibatkan terjadinya kerusakan sel sel beta pankreas yang memperoduksi insulin. Sehingga terjadi kelainan dalam sekresi insulin maupun kerja insulin (Long, 1996). Fungsi sel pankreas dan sekresi insulin yang berkurang dapat terjadi karena insulin diperlukan untuk transport glukosa, asam amino, kalium dan fosfat yang melintasi membran sel untuk metabolosme intraseluler. Jika terjadi kekurangan insulin akibat kerusakan fungsi sel pankreas akan menyebabkan gangguan dalam metabolisme karbohidrat, asam amino, kalium dan fosfat (Long, 1996). Kegemukan atau obesitas dapat sebagai pencetus terjadinya DM karena insiden DM menurun pada populasi dengan suplai yang rendah dan meningkat pada mereka yang mengalami perubahan makanan secara 37
berlebihan. Obesitas merupakan faktor resiko tinggi DM karena jumlah reseptor insulin menurun pada obesitas mengakibatkan intoleransi glukosa dan hiperglikema (Price dan Wilson, 1995). Perubahan karena usia lanjut berhubungan dengan resistensi insulin dapat mendukung terjadinya DM karena toleransi glukosa secara berangsur-angsur akan menurun bersamaan dengan berjalannya usia seseorang mengakibatkan kadar glukosa darah yang lebih tinggi dan lebih lamanya keadaan hiperglikema pada usia lanjut. Hal ini berkaitan dengan berkurangnya pelepasan insulin dan penurunan sensitifitas perifer terhadap insulin (Long, 1996). Etiologi pada DM telah dijabarkan oleh para ahli, yaitu berkaitan dengan fungsi organ dan berbagai faktor resiko yang mendahului. Mansjoer (1996 : 588) menyatakan bahwa Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM), atau DM yang tergantung pada insulin (tipe I) disebabkan oleh destruksi sel pita pulau langerhans akibat proses autoimmune sedangkan Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) atau tipe II disebabkan kegagalan relatif sel beta dan resistensi insulin. Resistensi insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati.sel beta tiddak mampu mengimbangi resistensi insulin ini sepenuhnya (terjadi defisiensi relatif insulin). 38
Faktor yang meningkatkan resiko terjadinya DM, diantaranya : a. Faktor genetik (herediter) Resiko terkena DM meningkat apabila ada anggota yang terkena atau menderita DM, yaitu pada kembar monozigote dan autosomonal dominan. Insulin Dependen Melitus : < 50% dan Non insulin Dependent Melitus : 90-100 % (long , 1996) b. Faktor ras dan etnik tertentu. NIDDM biasanya dialami oleh non kulit putih, pada masyarakat amerika angka kejadian adalah 1:3, sedangkan pada populasi umum adalah 1:2000 (long, 1996). c. Faktor autoimmune Sel-sel beta pangkreas dihancurkan oleh proses autoimmune. d. Proses radang atau infeksi Pada kasus prangkeastitis akan terjadi hambatan sekresi insulin e. Faktor obesitas Jumlah reseptor insulin menurun pada orang yang kegemukan (long, 1996) f. Pada keadaan tertentu Misalnya pada wanita masa kehamilan atau karena efek dari obatobatan tertentu (long, 1996).
39
4. Patofisiologi Insulin
dan
glukagon
diproduksi
dalam pankreas,
yang
merupakan kelenjar eksokrin yang lebih dari sejuta kumpulan pulaupulau sel terletak alpha yang memproduksi glukagon ; sel beta, yang mensekresi insulin, sel delta yang mensekresi gastrin dan sumatostatin pankreas. Mekanisme kerja insulin adalah hipoglikemik dan anabolitik. Dalam keadaan normal jika terdapat insulin, asupan glukosa yang melebihi kebutuhan kalori akan disimpan sebagai glikogen dalam sel-sel hati dan otot yang disebut proses glikogenesis. Proses ini mencegah terjadinya
hiperglikemik.
Jika
terjadi
kekurangan
insulin
maka
menyebabkan perubahan metabolisme yang menyebabkan hiperglikemi, antara lain: a. Transpor gula yang melewati membran sel berkurang b. Glukogenesis berkurang, dan tetap terdapat kelebihan glukosa dalam darah c. Glikogenesis meningkat sehingga cadangan glikogen berkurang dan glukosa hati akan dicurahkan secara terus-menerus d. Glukogenesis meningkat sehingga glukosa dalam darah meningkat dari hasil pemecahan asam amino dan lemak. Ketosis menyebabkan asidosis dan terjadi koma.Hiperglikemia meningkatkan osmolaritas darah.jika konsentrasi kerja dalam darah meningkat dan melebihi ambang ginjal, maka pada penyaringan di 40
glomerulus dan reabsorpsi glukosa pada tubulus pun berkurang sehingga terjadi glukosurya.karena glukosa dalam larutan, maka pengeluaran urinepun
banyak
sebanding
dengan
pengeluaran
glukosa.hal
ini
dinamakan poliuri.Banyak garam mineral tubuhpun ikut keluar bersama urine sehingga menyebabkan kekurangan kadar garam dan terjadi penarikan cairan dari intra seluler dan extra seluler dan merangsang rasa haus berkepanjangan (polidipsi), starvasi seluler dan kehilangan kalori akan merangsang rasa lapar yang berkepanjangan (polifagi).( Price dan Wilson, 2004) 5. Manifestasi Klinis a. Gejala klasik pada DM ( Brunner & Suddarth, 2002) adalah : 1) Poliuri (banyak buang air kecil), frekuensi buang air kecil meningkat termasuk pada malam hari 2) Polidipsi (banyak minum), rasa haus meningkat 3) Polifagi(banyak makan), rasa makan meningkat b. Gejala lain yang dirasakan penderita 1) Kelemahan atau rasa lemah sepanjang hari 2) Keletihan 3) Penglihatan/pandangan kabur 4) Pada keadaan ketoasidosis akan menyebabkan mual, muntah, dan penurunan kesadaran c. Tanda yang bisa diamati pada penderita DM adalah : 1) Kehilangan berat badan 41
2) Luka, goresan lama sembuh 3) Kaki kesemutan, mati rasa 4) Infeksi kulit 6. Penatalaksanaan a. Penatalaksanaan Medis 1) Obat Hipoglikemik oral a) Golongan sulfonilurea / sulfonyl Ureas Obat ini paling banyak digunakan dan dapat dikombinasikan obat golongan lain, yaitu biguanid, inhibitor alfa glukosidase atau insulin.Obat golongan ini mempunyai efek utam ameningkatkan produksi insulin oleh sel-sel betapankreas, karena itu menjadi pilihan utama para penderita DM type 2 dengan berat badan yang berlebihan. Obat-obat yang beredar dari kelompok ini adalah; Glibenklomida (5mg/tablet) Glibenklomida micronized (5mg/tablet) Glikasida (80mg/tablet) Glukoidon (30mg/tablet) b) Golongan biguanet/Metformin Obat ini mempunyai efek utama mengurangi glukosa hati, memperbaiki ambilan glukosa dari jaringan (glukosa perifer.) dianjurkan sebagai obat tunggal pada pasien dengan kelebihan berat badan. 42
c) Golongan inhibitor Alfa Glukosidase Mempunyai efek utama menghambat penyerapan gula di saluran pencernaan sehingga dapat menurunkan kadar gula sesudah makan. Bermanfaat untuk pasien kadar gula puasa yang masih normal. 2) Insulin a) Indikasi insulin Pada DM tipe I yang tergantung pada insulin biasanya digunakan humanm monocommonent insulin (40 UI dan 100UI/ml injeksi), yang beredar adalah actrapid. Injeksi insulin juga diberikan kepada penderita DM tipe II yang kehilangan berat badan secara drastis. Yang tidak berhasil dengan penggunaan obat-obatan anti DM dengan dosis maksimal, atau mengalami kontra indikasi dengan obatobatan tersebut, bila mengalami ketoasidosis, hiperosmolar, dana sidosis laktet, stres berat karena infeksi sistemik, pasien operasi berat, wanita hamil dengan gejala DM gestasional yang tidak dapat dikontrol dengan pengendalian diet. b) Jenis insulin (1). Insulin kerja cepat Jenis-jenisnya adalah reguler insulin, critalin zink, dan semilente 43
(2). Insulin kerja sedang Jenis-jenisnya adalah NPH (Netral Protamin Hagerdon). (3). Insulin kerja lambat Jenis-jenisnya adalah PZI (Protamin Zink Insulin) b. Penatalaksanaan secara keperawatan 1) Diet Salah satu pilar utama pengelolaan DM adalah perencanaan makan. Walaupun telah mendapat tentang penyuluhan perencanaan makanan, lebih dari 50% pasien tidak melaksanakannya. Penderita DM sebaiknya mempertahankan menu diet seimbang, dengan komposi idealnya sekitar 68% karbohidrat, 20 % lemak dan 12% protein,Diet disesuaikan dengan keadaan penderitaPrinsip umum : diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar dari penatalaksanaan diabetes. Penatalaksanaan nutrisi pada penderita diabetes diarahkan untuk mencapai tujuan berikut ini: a). Memberikan semua unsur makanan esensial ( misal : vitamin dan mineral) b). Mencapai dan mempertahankan berat badan yang sesuai c). Memenuhi kebutuhan energi
44
d). Mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap harinya dengan mengupanyakan
kadar glukosa darah mendekati normal
melalui cara – cara yang aman dan praktis. e). Menurunkan makan pada penderita DM Perencanaan makan pada penderita DM 1) Kebutuhan kalori Tujuan yang paling penting adalah pengendalian asupan kalori total untuk mencapai atau mempertahankan berat badan yang sesuai dan pengendalian kadar glukosa darah. Rencana makan bagi penyandang diabetes juga memfokuskan presentase kalori yang berasal dari karbohidrat, protein dan lemak Ada 2 tipe karbohidrat yang utama, yaitu : a) Karbohidrat kompleks (seperti : roti, sereal, nasi dan pasta) b) Karbohidrat sederhana (seperti : buah yang manis dan gula) Jumlah kalori diperhitungkan sebagai berikut :BB ideal = (TB cm – 100) kg – 10 % . pada waktu istirahat, diperlukan 25 kkal/kg BB ideal Kemudian diperhitungkan pula Aktivitas, kerja ringan : ditambah 10 – 20 %, kerja sedang ditambah 30 %, kerja berat ditambah 50 % dan kerja berat sekali ditambah 20 – 30 %) Stress : ditambah 20 – 30 %, hamil trimester 2 – 3 ditambah 400 kal dan laktasi ditambah 600 kal 45
2) Karbohidrat Tujuan diet ini adalah meningkatkan konsumsi karbohidrat kompleks (khususnya yang berserat tinggi) seperti roti, gandum utuh, nasi beras tumbuk, sereal dan pasta / mie yang berasal dari gandum yang masih mengandung bekatul. Karbohidrat sederhana tetap harus dikonsumsi dalam jumlah yang tidak berlebihan dan lebih baik jika dicampur ke dalam sayuran atau makanan lain daripada dikonsumsi secara terpisah 3) Lemak Pembatasan asupan total kolesterol dari makanan hingga < 300 mg/hr untuk membantu mengurangi faktor resiko, seperti kenaikan kadar kolesterol serum
yang berhubungan dengan proses
terjadinya penyakit koroner yang menyebabkan kematian pada penderita diabetes. 4) Protein Makanan sumber protein nabati (misal : kacang-kacangan dan bijibijian yang utuh) dapat membantu mengurangi asupan kolesterol serta lemak jenuh. (Brunner & Suddarth, 2002)
46
MACAM DIET UNTUK PENDERITA DM Macam
I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
diet Energi
1100
1300
1500
1700
1900
2100
2300
2500
65
70
80
85
90
40
45
50
55
65
65
225
260
300
325
350
(kal) Protein
50
55
30
35
60
(gr) Lemak (gr) Hidrataran
160
195
390
(gr) Sumber : Persagi, 1999 Diet I s/d III : diberikan kepada penderita yang terlalu gemuk Diet IV s/d V : diberikan kepada penderita yang mempunyai berat badan normal Diet VI s/d VIII : diberikan kepada penderita yang kurus, diabetes remaja atau juvenille diabetes serta diabetes dengan komplikasi. 2) Olah raga Olah raga selain dapat mengontrol kadar gula darah karena membuat insulin bekerja lebih efektif
juga
dapat membantu
menurunkan berat badan, memperkuat jantung, dan mengurangi stres. Bagi pasien DM melakukan olahraga dengan teratur akan 47
lebih baik, tetapi jangan melakukan olahraga yang berat-berat. Olah raga yang dipilih sebaiknya olah raga yang disenangi dan yang mungkin dilakukan untuk penderita diabetes. Penderita diabetes sebaiknya berolahraga dengan berjalan,joging, berenang dan bersepeda. Olah raga sebaiknya dilakukan secara teratur 3-5 kali perminggu dan dengan waktu sekitar 30-60 menit. 7. Komplikasi Komplikasi diabetes mellitus terbagi menjadi 2 yaitu komplikasi akut dan komplikasi kronik (Carpenito, 2001). a. Komplikasi akut, ada 3 komplikasi akut pada diabetes mellitus yang penting dan berhubungan dengan keseimbangan kadar glukosa dalam darah jangka pendek, ketiga komlikasi tersebut adalah (Smeltzer,2002:1285) 1) Diabetic ketoasedosis (DKA) Ketoasedosis diabetic merupakan defisiensi insulin berat dan akut dari suatu perjalanan penyakit diabetes mellitus. Diabetic ketoasidosis disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah insulin yang nyata (Smeltzer,2002:1285) 2) Koma hiperosmolar nonketotik(KHHN). Koma hiperosmolar nonketotik merupakan keadaan yang didominasi oleh hiperosmolaritas dan hiperglikemia dan disertai perubahan tingkat kesadaran.salah satu perbedaan 48
utama KHHN dengan DKA adalah tidak terdapatnya ketosis dan asidosis pada KHHN (Smeltzer,2002:1285). 3) Hypoglikemia Hypoglikemia (kadar gula darah abnormal yang rendah) terjadi kalau kadar glukosa dalam darah turun dibawah 50 hingga 60 mg/DL keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian preparat insulin atau pereparat oral yang berlebihan, komnsumsi
makanan
yang
terlalu
sedikit
(Smeltzer,2002:1285) b. Komplikasi kronik diabetes mellitus pada dasarnya terjadi pada semua pembuluh darah diseluruh bagian tubuh(angiopati diabetic). angiopati diabetic dibagi menjadi 2 yaitu (long 1996) 1) Mikrovaskuler a) Penyakit ginjal Salah satu akibat utama dari perubahan-perubahan mikrovaskuler adalah perubahan struktural dan fungsi ginjal.Bila
kadar
glukosa
darah
meningkat
maka
mekanisme filtrasi ginjal akan mengalami stress yang menyebabkan kebocoran protein darah dalam urine. (Smeltzer,2002:1272)
49
b) Penyakit mata (katarak) Penderita diabetes mellitus akan mengalami gejala penglihatan sampai kebutaan, keluhan penglihatan kabur tidak selalu disebabkan retinopati (Sjaifoellah, 2996:588) Katarak
disebabkan
karena
hiperglikemia
yang
berkepanjangan yang menyebabkan pembekakan lensa dan kerusakan lensa (Long 1996:16) c) Neuropati Diabetes dapat mempengaruhi saraf-saraf perifer,sistem saraf otonom,medulla spinalis, atau sistem saraf pusat. Akumulasi sorbital dan perubahan-perubahan metabolik lain dalam sintesa atau fungsi myelin yang dikaitkan dengan hiperglikemia dapat menimbulkan perubahan kondisi saraf (Long, 1996 : 17) 2) Makrovaskuler a) Penyakit Jantung Koroner Akibat kelainan fungsi pada jantung akibat diabetus mellitus maka terjadi penurunan kerja jantung untuk memompakan darahnya keseluruh tubuh sehingga tekanan darah akan naik atau hipertensi. Lemak yang menumpuk dalam pembuluh darah menyebabkan mengerasnya arteri
50
(arteriosclerosis) dengan resiko penderita penyakit jantung koroner atau stroke b) Pembuluh darah kaki Timbul karena adanya anesthesia fungsi saraf-saraf sensorik, keadaan ini berperan dalam terjadinya trauma minor dan tidak terdeteksinya infeksi yang menyebabkan gangren. Infeksi dimulai dari celah-celah kulit yang mengalami hipertropi, pada sel-sel kuku yang tertanam pada bagian kaki, bagian kulit kaki yang menebal, dan halus, demikian juga pada daerah-daerah yang terkena trauma (Long, 1996 :17) c) Pembuluh darah otak Pada pembuluh darah otak dapat terjadi penyumbatan sehingga suplai darah ke otak menurun (Long, 1996 : 1) D. PENGKAJIAN FOKUS ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Pengkajian keperawatan adalah metode ilmiah yang digunakan secara sistematis untuk mengkaji dan menentukan masalah kesehatan dan keperawatan
keluarga,
merencanakan
asuhan
keperawatan
dan
melaksanakan intervensi keperawatan terhadap keluarga sesuai rencana yang telah di susun dan mengevaluasi mutu hasil asuhan keperawatan yang dilaksanakan terhadap keluaraga.proses keperawatan merupakan kerangka kerja dalam melaksanakan tindakan yang di gunakan agar proses 51
asuhan keprawatan dan kesehatan terhadap keluarga menjadi lebih sistematis ( Effendy, 1998:46 ). 1. Pengkajian Keluarga Friedman ( 1998 ) membagi proses pengkajian keperawatan keluarga kedalam tahap - tahap meliputi mengidetifikasi data, tahap dan riwayat perkembangan , data linkungan, struktur keluarga, fungsi keluarga dan koping keluarga. a. Mengidetifikasi data Data- data dasar yang digunakan oleh perawat untuk mengukur keadaan pasien dengan memakai norma kesehatan keluaraga maupun social yang merupakan system integritas dan kesanggupan untuk mengatasinya ( Friedman, 1998 ). Pengumpulan data dengan Diabetes Mellitus difkuska pada komponen-komponen yang berkatan dengan Diabetes Mellitus. b. Data Identifikasi 1)
Umur Umumnya manusia mengalami perubahan fisiologis yang secara drastic menurun dengan cepat setelah usia 40 tahun. Diabetes sering muncul setelah seseorangmemesuki usia rawan tersebut, terutama mereka yang berat badannya berlebih karena tubuh tidak peka terhadap insulin, semakin bertambah usia semakin tinggi resiko diabetes(setiono,2005:24). 52
2)
Jenis Kelamin Wanita pada umumnya cenderung mudah terserang Diabetes Mellitus bila dibandingkan dengan pria, hal ini dikarenakan wanita lebih banyak mempunyai factor yang mendorong terjadinya DM seperti obesitas saat kehamilan, stees, kelelahan, serta makanan yaag tidak terkontrol.
3)
Pekerjaan Penghasilan
yang
tidak
seimbang
mempengaruhi
keluarga dalam melakukan perawatan dan pengobatan pada anggota kluarga yang menderita Diabetes Mellitus. Salah satu penyebab ketidakmampuan keluarga dalam melaksanakan tugas kesehatan dan perawatan adalah tidak seimbangnya sumbersumber
yang
ada
dalan
keluarga,
misalnya
keuangan(Effendy,1998). 4)
Pendidikan Tingkat pendidikan mempengaruhi fungsai kognitif karena dengan pendidikan yang rendah, daya ingat klien, afektif dan psikomotorik dalam pengelolaan penderita Diabetes Mellitus dan akibatnya serta pentingnya fasilitas pelayanan kesehatan.
53
5)
Hubungan (genogram) Resiko terkena diabetes meningkat apabila ada anggota keluaraga yang menderita dabetes. Resiko juga meningkat pada keadaan kembar monozigot dan autosomal dminan.
6)
Tipe atau Bentuk keluarga Bentuk keluarga extendedfamily yang mempunyai riwayat penyakit DM lebih cenderung menderita DM dari pada keluarga yang ukurannya lebih kecil dan tidak mempunayai riwayat DM.
7)
Latar Belakang atau Kebiasaan Keluarga a) Kebiasan Makan Pola makan keluarga telah tergeser dari pola makan tradisional yang mengandung banyak karbohidrat dan serat dari sayuran ke pola makan dengan komposisi makan yang terlalu banyak mengndung protein, gula, lemak, garam, dan mengandung sedikit serat. Pola makan seperti inilah yang beresiko terjadinya penyakit diabetes mellitus(Noer, 1998). b) Pemanfaatan Fasilitas Kesehatan Pemanfaatan fasilitas kesehatan merupakan factor penting dalam pengelolaan pasien dengan Diabetes Mellitus. Effendy (998) menyatakan bahwa fasilitas kesehatan yang terjangkau memberikan pengaruh yang besar terhadap perawatan dan pengobatan pada keluarga 54
yang anggota keluarganya menderita diabetes Mellitus. Bila keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan, maka dengan rajin mereka akn melakukan Kontrol dan memeriksalkan dirinya secara teratr apabila ada keluhan lemas-lemas ke tempat pelayanan kesehatan terdekat. Pad kewluarga yang kurang mampu memanfaatkan pelayanan fasilitas kesehatan, maka keluarga hanya memeriksakan kesehatan apabila sakit saja, termasuk ketika merasakan adanya gejala-gejala yang terkait dengan Diabetes Mellitus. c) Pengobatan Tradisional Cara-cara yang lazim digunakan adalah meminum jamu tradisional. Namun perlu diprhatikan dalam melakukan pengobatan
tersebut
harus
kontrol
teratur
agar
pengobatannya berhasil. Namun mayoritas penderita Diabetes Mellitus telah memanfaatkan pengobatan modern untuk mengatasi gejala dn keluhan Diabetes Milltus. Pengobatan
tradisional
dapat
dilakukan
dengan
menggunakan: buah mengkudu yang telah masak 2 buah, dicuci diparut, lalu diberi air garam 1 sendok makan. Campuran ini diperas dan disaring. Minumlah sesudah makan 2-3 kali sehari 2 sendok makan. Cara yang kedua daun lidah buaya 2 pelepah, durinya dibuang, dicuci bersih, dan dipotong-potong seperlunya lalu direbus dalam air 3 55
gelas. Setelah dingin, air rebusan disaring lalu diminum sehabis makan 2-3 kali sehari ½ gelas. 8)
Status sosial Ekonomi Diabetes Militus sering terjadi pada keluarga yang mempunyai status ekonomi menengah keatas. Karena factor lingkungan dan gaya hidup yang sehat, seperti makan berlebihan, berlemak, kurang aktivitas fisik,dan strees berperan penting sebagai pemicu diabetes.
c. Riwayat dan Tahapan Perkembangan Keluarga 1)
Tahap Perkembangan Keluarga Tahap perkembangan keluarga yang beresiko mengalami masalah Diabetes Millitus adalah tahap perkembngan keluarga dengan usia pertengahan dan lansia. Karena pada tahap ini terjadi proses degenerative yaitu suatu kemunduran fungsi system organ tubuh, termasuk penurunan fungsi dari sel beta pankreas.
2)
Riwayat Kesehatan Keluarga Diabetes Millitus berkaitan erat dengan penyakit yang lain misalnya riwayat keluarga dengan Diabetes Millitus,Hipertensi, penyakit ginjal, Stroke dan lain-lain.
d. Data Lingkup 1)
Karakteristik Rumah
56
Penataan perabot rumah yang tidak teratur,penerangan atau pencahayaan
yang
kurang,
keadaan
lantai
yang
licin,
merupakan factor yang meningkatkan resiko injury karena pada penderita Diabetes Millitus yang lanjut akan mengalami gangguan pada system persepsi sensori terutama visual seperti adanya keluhan pandangan kabur. 2) Karakteristik tetangga dan komunitasnya, menjelaskan tentang karakteristik dari tetangga dan komunitas setempat a) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh mana keluarga berinteraksi dengan masyarakat setempat. b) Fasilitas pelayanan kesehatan Adanya pemulihan
pelayanan kesehatan,
kesehatan
sangat
pencegahan
menentukan
penyakit
serta
pengobatan. Tapi jalan yang rusak,lokasi tempat pelayanan kesehatan yang jauh dari rumah dan tidak adanya
alat
transfortasi menuju tempat pelayanan kesehatan akan menghambat keluarga menuju tempat pelayanan kesehatan.
57
c) Fasilitas transportasi Trasportasi yang memadai sangat berpengaruh terhadap kemampuan keluarga untuk menjangkau fasilitas pelayanan kesehatan. d) System pendukung Pengelolaan pasien yang menderita Diabetes Millitus di keluarga sangat membutuhkan peran aktif seluruh anggota keluarga, petugas dari pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat. Semuanya berperan dalam pemberian edukasi, motivasi dan monitor atau mengontrol perkembangan kesehatan anggota keluarga yang menderita Diabetes Millitus. e) Struktur keluarga Pola komunikasi Interaksi antar anggota keluarga yang positif akan menimbulkan saling pengertian satu sama lain dalam menumbuhkan
keharmonisan
dalam
keluarga
dan
merupakan tugas anggota keluarga yang dapat menurunkan tingkat stress yang menjadi pemicu terjadinya suatu masalah kesehatan ( Effendy,1998 ) Struktur kekuasaan Pada
masyarakat
Indonesia
kebanyakan
pemegang
kekuasaan yang lebih dominant adalah patrikal yaitu 58
pemegang kekuasaan yang tertinggi di pihak ayah (Effendy, 1998 ) Struktur peran Friedman ( 1986 ), menyatakan peran atau status seseorang dalam keluarga dan masyarakat mempengaruhi gaya hidupnya, peran dalam keluarga terbagi dalam peran sebagai suami, ayah,istri,ibu,anak,kaka,adik,cucu,dan lainlain Nilai – nilai dalam keluarga Kebiasaan dan nilai-nilai yang berlaku dalam keluarga adalah yang bertentangan dengan masalah DM seperti halnya pergi ke dukun dan bukan pada petugas fasilitas kesehatan ( Effendy, 1998 ) f)
Fungsi keluarga Fungsi Afektif Bagaimana keluarga ,merasakan hal-hal yang dibutuhkan oleh individu lain dalam keluarga tersebut. Keluarga yang kurang memparhatikan keluarga yang menderita DM akan menimbulkan komplikasi lebih lanjut ( Noer, 1996 ) Fungsi sosialisasi Keluarga yang memberikan kebebasan kepada anggota keluarga yang menderita DM untuk berinteraksi dengan lingkungan akan mengurangi tingkat stress keluarga. 59
Biasanya penderita DM akan kehilangan semangat oleh karena meras jenuh dengan pengobatan yang berlaku seumur hidup. Fungsi perawatan kesehatan Pengetahuan keluarga tentang penyakit dan penanganan masalah Diabetes Millitus : a) Mengenal masalah kesehatan keluarga Ketidak sanggupan keluarga mengenal masalah pada DM ( Effendy, 998). Apabila keluarga tidak mampu mengenal masalah Diabetes Millitus, penyakit tersebut akan mengakibatkan komplikasi. b) Mengambil keputusan bagi anggota keluarga yang sakit ketidak
sanggupan
keluarga
dalam
mengambil
keputusan yang tepat dalam melakukan tindakan disebabkan karena tidak memahami tentang sifat,berat, dan luasnya masalah yang di hadapi dan masalah tidak begitu menonjol. Penyakit Diabetes Millitus yang tanpa pananganan akan mengakibatkan komplikasi. c) Merawat anggota keluarga yang sakit Ketidak
mampuan
ini
disebabkan
karena
tidak
mengetahui keadaan penyakit, tanda dan gejala, penyebab dan pengelolaan pada Diabetes Millitus ( Effendy, 1998 ). 60
d) Ketidak
sanggupan
lingkungan
yang
keluarga dapat
dalam
mempelihara
mempengaruhi
terhadap
kesehatan. Ketidak mampuan ini disebabkan karena sumber- sumber dalam keluarga tidak mencukupi, diantaranya adalah biaya ( Effendy, 998 ) e) Ketidakmampuan keluarga dalam menggunakan fasilitas kesehatan. Hal ini sangat penting sekali untuk keluarga yang mempunyai masalah Diabetes Millitus. Agar penderita dapat memeriksakan kesehatan secara rutin dan sebagai tempat jika ada keluhan ( Effendy, 1998 ) g) Koping keluarga Apabila terdapat stressor yang muncul dalam anggota keluarga, sedangkan koping keluarga tidak efektif, maka ini akan menjadi stress pada anggota keluarga yang menderita diabetes, karena salah satu cara mengatasi kekambuhan yaitu dengan menjaga diit yang teratur, dan mengurangi stress. 2. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan adalah pernyataan tentang factor-factor yang mempertahankan respon atau tanggapan yang tidak sehat dan menghalangi perubahan yang di harapkan ( Effendy, 1998 ).
61
Diagnosa adalah yang mungkin timbul pada keluarga dengan diabetes mellitus antara lain ( Doengoes,2000:51 ): a. Kekurangan
volume
cairan,
kemungkinan
dibuktikan
oleh
peningkatan pengeluaran urine, urine encer, kelemahan, haus, penurunan berat badan, kulit atau membrane mukosa kering, turgor kulit buruk, hipotensi, takikardia,pelambatan pengisian kapiler. Berhubungan dengan 1) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan mengenai kekurangan volume cairan. 2)
Ketidakmampuan keliarga mengambil keputusan yang tepat.
3)
Ketidakmapuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.
4) Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang menunjang kesehatan. 5) Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada. b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, kemungkinan dibutuhkan oleh masukan makanan yang tidak adekuat, kurang minat pada makanan, penurunan berat badan 10-20% atau lebih dari yang diharapkan, kelemahan, tonus otot buruk, diare berhubungan dengan 1)
Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan.
2)
Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat.
62
3) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit. 4) Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang menunjang kesehatan. 5) Ketidakmampuan
keluarga menggunakan fsilitas kesehatan
yang ada. c. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan : 1) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan. 2) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat. 3) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang skit. 4) Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang menunjang kesehatan. 5) Ketidakmampuan menggunakan fasilitas kesehatan yang ada. d. Resiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori,dapat diterapkan adanya tanda-tanda dan gejala-gejala untuk membuat diagnosa actual berhubungan 1) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan. 2) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat. 3) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang skit. 4) Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang menunjang kesehatan. 5) Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada. 63
e. Kelelahan,kelemahan 1)
Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
2) Ketidakmapuan keluarga mengambil keputusan yang tepat 3) Ketidak mampuan keluarga meerawat anggota keluarga yang sakit 4) Ketidakmapuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang menunjang kesehatan 5) Ketidakmapuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang menunjang kesehatan 3. Rencana Keperawatan a. Menyusun Prioritas Setelah menentukan diagnosis keperawatan selanjutnya adalah melakukan prioritas masalah kesehatan. Hal-hal yang perlu diperhatikan ( Effendy,1998 ): 1) Masalah-masalah kesehatan dan keperawatan yang ditemukan dalam keluarga tidak dapat diatasi sekaligus. 2) Mempertimbangkan masalah yang dapat mengancm kesehatan. 3) Respon dan perhatian keluarga terhadap asuhan keperawatan Pyang diberikan. 4) Keterlibatan keluarga dalam memecahkan masalah yang mereka hadapi. 5) Sumber daya keluarga yang menunjang masalah kesehatan keluarga atau keperawatan keluarga. 6) Pengetahuan dan kebudayaan keluarga. 64
b. Criteria prioritas masalah ( Effendy, 1998: 52 ) : 1) Criteria masalah, dikelompokkan menjadi ancaman kesehatan, keadaan sakit atau kurang sehat, dan situasi krisis. Bobot terbesar adalah kurang sehat kemudian ancaman kesehatan dan yang ke tiga adalah krisis. 2) Kemungkinan masalah diabetes mellitus dapat diubah, hal-hal yang harus diperhatikan : a) Pengetahuan, teknologi, dan tindakan untuk menangani diabetes mellitus. b) Sumber daya keluarga, diantaranya keuangan, tenaga, sarana dan prasarana. c) Sumber daya keperawatan, diantaranya adalah pengetahuan tentang diabetes mellitus,ketrampilan dalam perawatan. d) Sumber
daya
masyarakat,
dapat
dalam
bentuk
fasilitas,organisasi seperti posyandu, polindes dan sebagainya. 3) Potensi masalah untuk di cegah adalah sifat dan beratnya masalah yang akan timbul dan dapat dikurangi/ di cegah melalui tindakan keperawatan
dan
kesehatan
misalnya
dengan
memberikan
informasi tentang diabetes milletus, cara mencegah dan merawat, serta menganjurkan keluarga untuk memeriksakan
kesehatan
anggota keluarga dengan diabetes milletus ke pelayanan kesehatan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melihat potensi pencegahan masalah diabetes milletus: 65
a) Kesulitan masalah diabetes milletus yang menunjukkan kepada prognosa DM (diabetes milletus) b) Lamanya masalah berhubungan dengan terjadinya masalah diabetes mellitus, dan kemungkinan masalah diabetes mellitus dapat di cegah. c) Tindakan yang sudah dan sedang dilakukan untuk mencegah dan memperbaiki masalah diabetes mellitus dalam rangka meningkatkan status kesehatan keluarga. d) Adanya kelompok resiko tinggi dalam keluarga atau kelompok yang sangat peka menambah potensi untuk mencegah masalah. 4) Masalah yang menonjol adalah cara keluarga melihat dan menilai masalah diabetes mellitus dalam hal beratnya dan mendesak untuk diatasi melalui intervensi keperawatan ( Effendy, 1998:49). c. Penyusunan tujuan Perencanaan meliputi perumusan tujuan yang berorientasi pada klien, penyusunan tujuan bersama tersebut terdiri atas kemungkinan sumber-sumber,
menggambarkan
pendekatan
alternative
untuk
memenuhi tujuan, menyeleksi intervensi keperawatan yang spesifik dan mengoprasionalkan perencanaan ( menyusun prioritas dan menulis bagaimana rencana tersebut dilaksanakan dalam fasenya ). 1) Tujuan umum Setelah diberikan informasi kepada keluarga mengenai diabetes mellitus, maka keluarga mampu mengenal masalah 66
diabetes mellitus, mampumengambil tindakan yang tepat bagi anggota keluarga yang mengalami diabetes mellitus. 2) Tujuan khusus Masalh tentang diabetes mellitus dalam keluarga dapat teratasi atau tidak tambah buruk keadaanya. a) Menentukan criteria evaluasi kriteria yang akan dicapai adalah : Respon verbal kognitif, keluarga dapat menyebutkan tentang masalah kesehatan diabetes mellitus, yaitu pengertian penyebab, tipe, tanda dan gejala, dan perawatan diabetes mellitus. Respon afektif dari keluarga, mampu mengungkapkan secara verbal akan mengmbil tindakan yang tepat bagi anggota keluarga yang menderita diabetes mellitus. Respon motorik keluarga dan evaluasi prilaku yaitu keluarga mampu melakukan perawatan diabetes mellitus dan mencegah terjadinya komplikasi diabetes mellitus. b) Menentukan standart evaluasi: Pengertian
tipe-tipe,
penyebab,
tanda
dan
gejala,
perawatan diabetes mellitus. d. Focus Intervensi 1) Kekurangan volume cairan Afektif / pengetahuan 67
Berikan informasi kepada keluarga dank lien tentang manifestasi klinik kekurangan cairan sebagai tanda memberatnya penyakit diabetes mellitus. Berikan pendidikan kesehatan kepada klien dan keluarga tentang cara mengatasi kekurangan volume cairan. a) Kognitif / sikap Anjurkan kepada klien untuk selalu memonitoring keluaran urine. Motivasi klien untuk menimbang berat badannya ke pelayanan kesehatan terdekat. b) Psikomotor / ketrampilan Anjurkan kepada keluarga untuk membawa klien ke pelayanan kesehatan Motivasi klien untuk patuh atau kooperktif dalam regimen pengobatan. 2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh a) Afektif / pengetahuan Berikan pendidikan kesehatan kepada keluarga klien tentang pengertian pentingnya gizi bagi penderita Diabetes Mellitus. Berikan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara diit yang benar bagi penderita Diabetes Mellitus.
68
b) Kognitif / sikap Berikan informasi pada klien dan keluarga tentang adanya resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pda penderita Diabetes Mellitus. Demonstrasikan cara diit yang benar bagi klien dan kelurga. c) Psikomotor / ketrampilan Motivasi keluarga untuk mendemonstrasikan kembali cara diit yang benar bagi penderita Diabetes Mellitus. Motivasi klien untuk melakukan cara diit yang benar bagi penderita Diabetes Mellitus. 3) Resiko infeksi a) Afektif / pengetahuan Berikan pendididkan kesehatan pada klien dan keluarga tentang adanya resiko tinggi infeksi pada luka penderita Diabetes Mellitus. Ajarkan pada klien cara mencegah infeksi pada luka penderita Diabetes Mellitus. b) Kognitif / sikap Ajarkan cara perawatan luka yang benar pada klien dan keluarga agar terhindar dari infeksi. Motivasi klien dan keluarga untuk mendemonstrasikan cara perawatan luka yang benar.
69
c) Psikomotor / ketrampilan Anjurkan keluarga untuk membawa klien ke pelayanan kesehatan agar mendapatkan perawatan luka yang benar. Rujuk ke pelayanan kesehatan 4) Resiko gangguan persepsi sensori a) Afektif / pengetahuan Berikan pendidikan kesehatan kepada klien dan keluarga tentang ganguan persepsi sensori visual ( pandangan kabur ) sebagai manifestasi penyakit Diabetes Mellitus. Anjurkan klien untuk memeriksakan kesehatan matanya ke pelayanan terdekat. b) Kognitif / sikap Berikan informasi kepada klien dan keluarga tentang adanya penurunan ketajaman penglihatan sebagai manifestasi dari terjadinya komplikasi Diabetes Mellitus yang lanjut. Anjurkan kepada klien untuk menggunakan alat bantu penglihatan jika terjadi gangguaan penglihat. c) Psikomotor / ketrampilan Anjurkan keluarga untuk membawa klien ke pelayanan kesehatan untuk pemeriksaan lanjutan, pengguna kacamata dan penggunaan obat. Motivasi klien untuk patuh dalam pengobatan.
70
5) Kelelahan, kelemahan a) Afektif / pengetahuan Berikan pendidikan kesehatan kepada keluarga klien tentang pengertian pentingnya gizi bagi penderita Diabetes Mellitus. Berikan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara diit yang benar bagi penderita Diabetes Mellitus. b) Kognitif / sikap Motivasi keluarga untuk mendemonstrasikan kembali cara diit yang benar bagi penderita Diabetes Melletus. Demonstrasikan cara diit yang benar bagi klien dan keluarga. c) Psikomotor / ketrampilan Motivasi keluarga untuk mendemonstrasikan kembali cara diit yang benar bagi penderita Diabetes Mellitus. Motivasi klien untuk melakukan cara diit yang benar bagi penderita Diabetes Mellitus.
71