BAB II KETENTUAN HUKUM ISLAM TENTANG STATUS ORANG YANG TELAH OPERASI KELAMIN
A. Pengertian dan Dasar Hukum 1. Pengertian Transseksualisme Transseksualisme termasuk dalam golongan gangguan identitas jenis (gender identy disorder). Gambaran utama dari gangguan identitas jenis adalah ketidaksesuaian antara alat kelamin dengan identitas jenis (gender identy).1 Identitas jenis adalah perasaan seseorang tergolong dalam jenis kelamin tertentu, dengan perkataan lain kesadaran bahwa dirinya adalah laki-laki atau perempuan. Identitas jenis adalah suatu penghayatan pribadi dari peran jenis (gender role), dan peran jenis adalah penghayatan terhadap masyarakat dari identitas jenisnya. Peran jenis dapat didefinisikan sebagai segala sesuatu yang dilakukan dan dikatakan oleh seseorang, termasuk gairah seksual, untuk pernyataan pada orang lain atau diri sendiri sampai berapa jauh dirinya itu laki-laki atau perempuan. Adapun mengenai perjalanan tentang transseksual tersebut mempunyai perjalanan dalam beberapa sub tipe yaitu : 1. Aseksual 2. Homoseksual 3. Heteroksesksual dalam arti jenis kelamin anatomic yang berlawanan Dalam aseksual, individu itu melaporkan tidak pernah berhasrat atau bergairah seksual yang kuat. Dalam homoseksual terdapat kecenderungan tertarik pada jenis kelamin yang sama, yang predominan
1
Prof. DR. dr. H. Dadang Hawari, al-Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, PT. Dana Bhakti Prima Yasa, Yogyakarta, 1997, hlm. 402
14
١٥
sebelum timbulnya keadaaan transseksualisme, meskipun seringkali individu itu menyangkal bahwa prilaku seksnya bersifat homoseksual karena ia yakin bahwa dirinya sebenarnya adalah lawan jenisnya. Dalam heteroseksual. Individu itu menyatakan pernah mempunyai kehidupan heteroseksual yang aktif sebelum timbulnya gejala transseksualisme. 2 Adapun mengenai sebab timbulnya seseorang melakukan operasi kelamin (transseksual) tersebut yaitu : a. Kecendrungan jiwa dan kenyataan biologis, dimana seseorang yang lahir dalam keadaan normal jenis kelaminnya, akan tetapi kejiwaannya itu tidak sesuai dengan alat kelaminnya. b. Faktor ipotensi. Mereka tidak bisa menikmati hubungan seks secara normal, laki-laki seperti ini walaupun masih mempunyai kelamin (dzakar), testis dan kelenkar laki-laki, tetapi dengan berbagai penyebab kelaminnya tidak dapat ereksi. Mereka ini tidak atau hanya sedikit merasa kesenangan erotik (enjoyment) dari adanya alat kelamin tersebut ; atau malahan benci mempunyai alat yang tidak fungsional. Karenanya, mereka senantiasa dalam kedaan anksaitis (kecemasan) dan depresi yang terus menerus. Psikotrapi yang telah diterimanya seakan tidak berarti apa-apa, sampai terpenuhi keinginan mereka untuk berganti kelamin.3 Manusia di hadapan Tuhan dan hukum itu sama, kedudukannya dan yang menyebabkan tinggi/ rendahnya kedudukan manusia itu bukanlah karena perbedaan jenis kelamin, ras, bahasa kekayaan, kedudukan dan sebagainya melainkan karena keteguhannya kepada Allah. Oleh karena itu jenis kelamin yang normal yang diberikan kepada seseorang, harus disukuri dengan jalan menerima kodratnya dan menjalankan semua kewajibannya sebagai mahkluk terhadap khaliknya
41
2
Ibid., hlm. 402
3
Majalah Himmah Mengemban Cita Ummah, Bogor, Edisi Januari – Pebruari 1992, hlm.
١٦
sesuai dengan kodratnya tanpa mengubah jenis kelaminnya. Sebagaimana didalam firman Allah surat an-Nisa ayat 119 tentang perubahan ciptaan Allah/ qodrat-Nya.
وﻷﺿﻠﻨﻬﻢ وﻷﻣﻨﻴﻨﻬﻢ وﻵﻣﺮﻧﻬﻢ ﻓﻠﻴﺒﺘﻜﻦ ﺁذان اﻷﻧﻌﺎم وﻵﻣﺮﻧﻬﻢ ﻓﻠﻴﻐﻴﺮن ﺧﻠﻖ اﷲ : )اﻝـﻨـﺴـﺎء.وﻣﻦ ﻱﺘﺨﺬ اﻝﺸﻴﻄﺎن وﻝﻴﺎ ﻣﻦ دون اﷲ ﻓﻘﺪ ﺧﺴﺮ ﺧﺴﺮاﻧﺎ ﻣﺒﻴﻨﺎ (ΠΞΞ Artinya : “Dan saya (setan) benar-benar akan menyesatkan mereka, akan membangkitkan angan-angan kesana pada mereka (memotong telingan-telingan hewan ternak) lalu mereka benar-benar memotongnya dan akan saya suruh mereka (mengubah ciptaan Allah), maka sungguh mereka mengubahnya, barang siapa yang menjadikan setan menjadi pelindung selain dari Allah, maka sesungguhnya ia menderita kerugian yang nyata”.(QS. AnNisa’ : 129)4 Ayat tersebut di atas merupakan ancaman Allah SWT terhadap orang-orang yang merubah ciptaannya. “Beberapa perbuatan manusia yang diharamkan karena termasuk “mengubah ciptaan Tuhan”, seperti mengebiri manusia, homoseksual, menyambung rambut dengan sopak, pangur, membuat tato, mencukur bulu muka (alis), dan takhannus, artinya orang pria berpakaian dan bertingkah laku seperti wanita atau sebaliknya.5 Dalam Tafsir al-Maraghi karangan Ahmad Mustafa al-Maragi, menafsirkan tentang ayat diatas bahwa: yang dimaksud dengan setan menyesatkan orang-orang yang disesatkannya ialah memalingkan mereka dari akidah yang benar dan membuat mereka mengabaikan dalil-dalil yang mengantarkan mereka kepada yang hak. Sedangkan yang dimaksud apa yang mereka perbuat berupa memotong telinga sebagian binatang ternak untuk dipersembahkan kepada berhala-berhala mereka, seperti bahirah (binatang kurban) yang telinganya mereka potong lalu dibiarkan memikul beban. Ini termasuk perbuatan yang menunjukan kelemahan
4
Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahannya, Mahkota, Surabaya, 1989, hlm.
141. 5
Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah, Jakarta, CV. Haji Masagung, 1993, Cet. IV, hlm. 171
١٧
akal mereka. kemudian mengenai pengubahan ciptaan Allah dan buruknya perbuatan itu mencakup pengubahan secara indrawi, seperti pengebirian, sebagaimana diriwayatkan dari Ibnu Abbas dan Anas bin Malik; dan pengubahan maknawi; sebagaimana diriwayatkan dari Ibnu Abbas dan lain-lain. Atas dasar riwayat ini, maka yang dimaksud dengan Khalqullah ialah agama Allah, karena ia adalah Agama fitrah, yaitu kejadian, sebagaimana Firman-Nya :
ﻓﺄﻗﻢ وﺟﻬﻚ ﻝﻠﺪﻱﻦ ﺣﻨﻴﻔﺎ ﻓﻄﺮة اﷲ اﻝﺘﻲ ﻓﻄﺮ اﻝﻨﺎس ﻋﻠﻴﻬﺎ ﻻ ﺕﺒﺪﻱﻞ ﻝﺨﻠﻖ اﷲ ذﻝﻚ (ΡΨ: )اﻝـﺮوم.اﻝﺪﻱﻦ اﻝﻘﻴﻢ Artinya : “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada Agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah.(itulah) Agama yang lurus”. (QS. Ar-Rum : 30) 6 Adapun yang dimaksud dalam pengubahan fitrah insani dari apa yang telah difitrahkan Allah kepadanya, seperti kecendrungan untuk berfikir, mencari dalil dan menuntut yang haq, serta mendidik dan membiasakan fitrah tersebut dengan berbagai kebatilan, kebinaan dan kemungkaran. Sesungguhnya Allah telah menciptakan segala sesuatu dalam keadaan sangat baik, tetapi mereka merusak apa yang telah diciptakan Allah itu dan akal manusia.7 Adapun transsekssual menurut ahli hadist dan fiqih berbeda-beda dalam memberikan definisi, akan tetapi maksud dan tujuannya sama, disini akan penulis kemukakan beberapa definisi yang berkaitan dengan masalah transseksual tersebut. 1. Menurut Imam Muslim dalam kitabnya Shahih Muslim dijelaskan:
ﺣـﺪﺛـﻨـﺎﻱﺤـﻴﻰ ﺏـﻦ ﻱـﺤﻴﻰ أﺧـﺒـﺮﻧﺎ أﺏـﻮﻣـﻌﺎوﻱـﺔ ﻋـﻦ هـﺸـﺎم ﺏـﻦ ﻋـﺮوة ﻋـﻦ ﻓـﺎﻃـﻤﺔ ﺏـﻨﺖ اﻝـﻤﻨـﺬر ﻋـﻦ أﺱـﻤﺎء ﺏـﻨﺖ أﺏـﻲ ﺏـﻜـﺮ ﻗـﺎﻝﺖ ﺟـﺎﺋـﺖ إﻣـﺮأة إﻝـﻰ اﻝـﻨـﺒـﻲ ﺻـﻠﻰ اﻝﻠـﻪ ﻋـﻠﻴﻪ وﺱـﻠﻢ ﻓـﻘـﺎﻝﺖ ﻱـﺎ رﺱـﻮل اﻝﻠـﻪ إن ﻝـﻲ إﺏـﻨـﺔ ﻋـﺮﻱـﺴـﺎ
6
7
Departemen Agama RI, Op. Cit., hlm. 645
Ahmad Mustafa Al-Maragi Tafsir al-Maragi Juz. 4 5 6, CV. Toha Putra, Semarang, hlm. 266-267
١٨
أﺻـﺎﺏـﺘـﻬﺎﺣﺼـﺒـﺔ ﻓـﺘـﻤـﺮق ﺵـﻌـﺮهﺎ أﻓـﺎﺻـﻠـﻪ ﻓـﻘﺎل ﻝـﻌـﻦ اﻝﻠـﻪ اﻝـﻮاﺻـﻠﺔ واﻝـﻤﺴـﺘـﻮﺻـﻠﺔ واﻝـﻮاﺵـﻤﺔ واﻝـﻤﺴـﺘﻮﺵـﻤﺔ واﻝـﻤﺘـﻨـﺼﻤﺔ واﻝـﻤـﺘﻔـﻠـﺠﺎت ()رواﻩ ﻣـﺴـﻠﻢ...واﻝـﻤـﻐـﻴـﺮات ﺧـﻠـﻖ اﻝﻠـﻪ Artinya : “Telah menceritakan kepadaku Yahya bin Yahya telah menceritakan Abu Mu’awiyah dari Hisyam bin ‘Urwah dari Fatimah binti Mundzar dari Asma binti Abu Bakar ia telah berkata telah datang seorang perempuan kepada Nabi SAW maka ia berkata : Ya Rasulullah, sesungguhnya aku anak dari ‘Uryasa terkena musibah dari musibah mengubah rambutnya dari aslinya, maka Rasulullah SAW bersabda Allah mengutuk para wanita tukang tato, yang meminta ditato, yang menghilangkan bulu muka, yang meminta dihilangkan bulu mukanya, dan para wanita yang memotong (pangur) giginya; yang semuanya itu dikerjakan dengan maksud untuk kecantikan dengan mengubah ciptaan Allah”.(HR. Muslim)8 Hadits di atas menurut Imam as-Suyuthi dalam kitab al-Jami’ alShaghir, telah dijelaskan bahwa hadits ini adalah shahih, dan menurut Ibnu Mas’ud, Ahmad di dalam musnadnya Imam Bukhari dan Imam Muslim dalam shahihnya bahwa hadits ini shahih.9 2. Menurut Abu Dawud dalam kitabnya Sunan Abu Dawud dijelaskan :
أﺧـــﺒــﺮﻧــﺎ ﻱـــﺰﻱـــﺪ ﺏـــﻦ,ﺣــﺪﺛــﻨــﺎﻣـﺤــﻤﺪ ﺏــﻦ ﻋــﺒــﺎد ة اﻝــﻮاﺱــﻄــﻲ ﻋــﻦ ﺛــﻌــﻠــﺒــﺔ ﺏــﻦ, أﻧــﺒـــﺄﻧــﺎ إﺱـــﻤــﺎﻋــﻴــﻞ ﺏـﻦ ﻋــﻴــﺎش,هــﺎرون ﻋــﻦ أﺏـﻲ,ﻣــﺴــﻠــﻢ ﻋــﻦ أﺏــﻲ ﻋــﻤــﺮان اﻷﻧـــﺼــﺎري ﻋــﻦ أم اﻝــﺪرداء إن اﻝﻠــﻪ: ﻗــﺎل رﺱــﻮل اﻝﻠــﻪ ﺻــﻠـﻰ اﻝﻠــﻪ ﻋــﻠـﻴــﻪ وﺱــﻠــﻢ: اﻝــﺪرداء ﻗــﺎل أﻧــﺰل اﻝﺪاء واﻝــﺪواء وﺟــﻌــﻞ ﻝــﻜــﻞ داء دواء ﻓــﺘــﺪووا وﻻ ﺕــﺘــﺪاووا) وﻻ ()رواﻩ أﺏـــﻲ داود....ﺕـــﺘـــﺪاووا( ﺏـــﺤــﺮام Artinya : "Telah menceritakan kepadaku Muhammad bin 'Ubadah alWasithi, telah menceritakan Ismail bin Abbas dari Tsa'labah bin Muslim dari Abi 'Imron al-Anshori dari Ummi Darda' dari Abi Darda'. Ia telah berkata: Bersabda Rasulullah Saw. Sesunnguhnya Allah Swt menurunkan penyakit dan obat serta bagi setiap penyakit dijadikan/
8
Imam Muslim, Shahih Muslim, Dar al-Kutb Ilmiyah, Beirut, Libanon, t. th., hlm. 252-
253 9
Imam Jalaluddin Abdurrahman bin Abi Bakr as-Suyuthi, al-Jami’ al-Shaghir, Juz II, Dar al-Fikr, Beirut, Libanon, 1981, hlm. 408
١٩
ditentukan obatnya, maka berobatlah kamu tetapi janganlah berobat dengan yang haram". ( H.R. Abi Dawud ) 10 3. Menurut Sayid Sabiq dalam kitabnya Fiqih Al-Sunnah jilid 14 mengemukakan sebagai berikut kebiri terhadap manusia lain halnya dari binatang, hukumnya tidak boleh, karena itu dikategorikan sebagai penganiayaan dan merubah ciptaan Allah, memutuskan keturunan, malahan kadang-kadang sampai mencelakakannya. 11 B. Syarat dan Urgensi Orang Yang Dioperasi Kelamin Secara garis besar, operasi kelamin terbagi menjadi dua bagian yaitu : 1. Operasi pengubahan atau penggantian kelamin yaitu operasi yang mengubah dan merekonstruksi alat kelamin luar dari satu jenis menjadi jenis yang berlawanan. Operasi ini biasanya dilakukan oleh para dokter terhadap waria (banci) transseksual yaitu mereka, baik laki-laki atau permpuan yang mempunyai tubuh dan alat kelamin sempurna, akan tetapi jiwanya membenci pada alat kelaminnya. Malah mereka ingin memotong atau mengganti kelaminnya dengan alat kalamin yang sesuai dengan jiwanya. 2. Operasi penegasan kelamin yang dilakukan terhadap waria, Khuntsa Musykil dan Ghairu Musykil, membantu untuk menghindari kesulitankesulitannya yang selalu dihadapi dalam hidupnya, baik dihadapan hukum maupun dihadapan lingkungan sosial. Jika operasi tidak dapat mengfungsikan unsur biologis, maka setidaknya dengan operasi itu si waria telah tertolong dari kesulitan dalam hal ketegasan jenisnya. Dengan operasi penegasan kelamin, jenisnya akan jelas pula, dan dalam kehidupan sosial akan terhidar dari kesulitan-kesulitan yang sebelumnya sering dialmi. Akan lebih bermakna lagi bantuan bagi waria itu jika unsur biologisnya pun tergolong, yaitu bisa memberi keturunan. Oleh karena
10
11
Abi Dawud, Sunan Abi Dawud, Jilid III, Dar al-Fikr, Beirut, Libanon, 1994, hlm. 7 Sayid Sabiq, Fiqih al-Sunnah, Jilid 14, Kalam Mulia, Jakarta, 1991, hlm 179.
٢٠
operasi penegasan kelamin merupakan perbuatan menolong untuk dapat memberikan kejelasan jenis kelamin, maka operasi penegasan kelamin dapat dipandang dan kategorikan sebagi amal saleh, perbuatan terpuji. Lebih-lebih jika sampai mengfungsikan unsur biologisnya.12 Adapun mengenai syarat dan urgensi orang yang dioperasi kelamin itu dapat di lihat dalam berbagai aspek13 yaitu: 1)
Aspek Biologik Dalam masalah alat kelamin terdapat tiga hal yaitu: − Alat kelamin sempurna laki-laki atau perempuan − Alat kelamin tidak sempurna ; dan dengan kata lain alat kelamin baik laki-laki atau perempuan tidak berkembang dengan sempurna − Alat kelamin ganda atau hemaprodite Pada (1) jenis kelamin jelas; pada (2) jenis kelamin mulai tidak jelas dalam arti pada status identitas diri (misalnya KTP) masih bisa di sebutkan sebagai laki-laki atau perempuan, tetapi pada (3) status jenis kelamin benar-benar meragukan apakah seseorang itu berjenis kelamin laki-laki atau perempuan.
2)
Aspek Psikologik Sebagaimana dikemukakan di atas bahwa yang di maksudkan dengan transseksualisme adalah adanya perasaan tidak senang dan tidak sesuai dengan alat kelaminnya. Bagi kalangan transseksual, sebagian dari mereka sebenarnya tidak mempunyai masalah anatomik maupun fsikologik, mereka umumnya memiliki kelenjer prostat normal, testis normal dan penis yang normal pula. Mereka juga dapat melakukan senggama, seperti layaknya laki-laki normal. Jadi individu itu tidak merasa senang dengan jenis kelaminnya sendiri atau dengan kata lain terdapat ketidaksesuaian antara
12
KH. Ahmad Azhar Basyir, MA. Refleksi atas Persoalan Keislaman, PT. Mizan Khazanah Ilmu-ilmu Islam, Bandung, hlm. 161 13
Prof. Dr. dr. H. Dadang Hawari, Op. Cit., hlm. 405 – 406
٢١
perasaannya/ kejiwaan dengan alat kelaminnya. Konsekuensinya dari ketidaksesuaian antara kejiwaan dan biologik ini menimbulkan keinginan untuk menghilangkan alat kelamin yang di anggap tidak sesuai itu dan di ganti dengan alat kelamin yang di inginkannya. Mereka datang ke dokter (ahli bedah plastik) untuk di ganti alat kelaminnya atau istilah yang lebih tepat "disesuaikan" di sebut operasi penyesuaian alat kelamin. Faktor Psikologik banyak ditunding sebagai penyebanya, mereka tidak saja menginginkan agar alat kelaminnya diganti dengan jenis kelamin lain, tetapi juga sangat yakin bahwa jenis alat kelamin yang dibawanya sejak lahir itu merupakan kesalahan. Kenyataan menunjukan bahwa ada sebagian penderita transseksual yang tak segan-segan memotong penisnya sendiri untuk mendukung keinnginannya bahkan tak sedikit dari mereka yang mencoba melakukan bunuh diri. Secara logika bila penyebabnya adalah masalah psikologis maka pengobatannya sudah barang tentu dengan pengobatan psikologis pula, tetapi pada kenyataannya masalah pengobatan ini tidak semudah apa yang diduga oleh semua orang. Untuk menyembuhkan kelainan ini, yang sangat menentukan kelainan ini, yang sangat menentukan adalah motivasi atau kemauan dari si penderita itu sendiri untuk di sembuhkan. Inilah keunikan dari penyakit psikis yang berlainan dengan penyakit fisik, dimana sering si penderita tidak ingin disembuhkan. Alternatif lain yang mungkin dan banyak diminati oleh penderita transseksual adalah operasi penggantian atau pengubahan kelamin. tentu saja dengan persyaratan yang sangat ketat. 3)
Aspek Sosial Mereka
yang
mempunyai
gangguan
identitas
jenis,
transseksualisme secara sosial akan mengalami konflik psikososial/ stres. Bila mereka termasuk dalam tipe Aseksual, mereka tidak mempunyai hasrat seksual sehingga kemungkinan besar tidak akan menikah; ataupun jika menikah akan membuat pasangannya menderita
٢٢
karena tidak di gauli. Apabila mereka termasuk pada homoseksual, masalah psikososial pun akan muncul; karena ia secara psikologik orientasi
seksualnya
adalah
"heteroseksual".
Sedangkan
kontak
badannya dalam bentuk "homoseksual". Sedangkan bila isteri termasuk tipe heteroseksual, pada mulanya tidak ada masalah; tetapi dalam perkembangan selanjutnya di mana transseksualismenya itu muncul maka konflik psikososialnya akan muncul karena ia tidak senang dengan alat kelaminnya sendiri. 4)
Aspek spiritual atau agama Kondisi lebih menyulitkan lagi karena katakanlah ia secara biologis alat kelaminnya adalah alat kelamin pria, tetapi secara kejiwaan/ psikologis merasa dirinya sebagai wanita. Kedudukan secara "hukum" cukup menyulitkan, misalnya dalam KTP, peribadatan, perkawinan, warisan dan lain sebagainya; yang pada gilirannya bisa timbul konflik psikoreligius. Adapun syarat bagi mereka yang meminta operasi penyesuaian kelamin, harus menempuh prosedur yang telah dibakukan, antara lain14 : 1.
Harus menjalani konsuling terlebih dagulu, untuk mengetahui motivasi, konsekuwensi bahwa permintaannya kemungkinan tidak dapat dikabulkan, dan sebagainya.
2.
Menjalani pemeriksaan psikiatrik, antara lain untuk mengetahui profil kepribadian, apakah benar yang bersangkutan itu mengalami gangguan kuentitas jenis transseksualisme.
3.
Menjalani pemeriksaan andrologi, antara lain pemeriksaan hormon dan kromosom, dan hal-hal lain yang terkait.
4.
Menjalani pemeriksaan fisik/biologi untuk menentukan sempurna atau tidak, lengkap atau tidak alat kelamin yang bersangkutan itu.
14
Ibid., hlm. 407
٢٣
5.
Menjalani konseling psikireligius ; pertimbangan dari surat agama yang bersangkutan ini penting bagi dikabulkan atau tidak permintaan yang bersangkutan itu. Dari berbagai penjelasan di atas mengenai syarat dan urgensi.
Orang yang telah operasi kelamin, maka Islam mempunyai batasanbatasan tentang transseksual tersebut. Karena hukum Islam bersifat universal, mengatur seluruh kehidupan rumah tangga baik dalam hubungannya dengan manusia dan alam. Dalam prakteknya, hukum Islam senantiasa memperhatikan kemaslahatan manusia, dengan mengajak pengikutnya untuk mematuhi perintah dan larangan-Nya. Hukum Islam akan menindak tegas kepada para pelaku yang melanggar ketentuan dan ketetapan-Nya sebagai mana yang telah dijelaskan dalam Al-Quran dan hadist.15 C. Perbedaan Jenis Kelamin dan Konsekuensi Terhadap Manusia Sebagai Subyek Hukum Menurut Hukum Islam. Manusia yang lahir dalam keadaan normal jenis kelaminnya sebagai pria atau wanita karena mempunyai alat kelamin satu berupa dzakar (penis) atau farj (Vagina) yang normal karena sesuai dengan organ kelamin dalam, tidak diperkenankan oleh hukum Islam melakukan operasi Transseksual tersebut. Al-Quran sebagai rujukan prinsip masyarakat Islam, pada dasarnya mengakui bahwa kedudukan laki-laki dan perempuan adalah sama. Keduanya diciptakan dari satu nafs, di mana yang satu tidak memiliki keunggulan terhadap yang lain. Al-Quran menjelaskan secara tegas bahwa Hawa diciptakan dari tulang rusuk nabi Adam, sehingga kedudukan dan statusnya lebih rendah, atas dasar itu, prinsip al-Quran terhadap kaum laki-laki danperempuan adalah sama dimana hak istri diakui sederajat dengan hak
15
M. Ali Hasan, Masail Fiqhiyah al-Hadisah, Srigunting, PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta, 1995, hlm 63.
٢٤
suami. Dengan kata lain, laki-laki memiliki hak dan kewajiban terhadap perempuan dan sebaliknya perempuan juga memiliki hak dan kewajiban terhadap laiki-laki apalagi jika dikaitkan dengan konteks masyarakat pra Islam yang ditrasformasikannya.16 Sebagaimana dijelaskan dalam ayat lain tentang penciptaan manusia, surat al-Hujarat ayat 13.
ﻱﺎ أﻱﻬﺎ اﻝﻨﺎس إﻧﺎ ﺧﻠﻘﻨﺎآﻢ ﻣﻦ ذآﺮ وأﻧﺜﻰ وﺟﻌﻠﻨﺎآﻢ ﺵﻌﻮﺏﺎ وﻗﺒﺎﺋﻞ ﻝﺘﻌﺎرﻓﻮا إن أآﺮﻣﻜﻢ (ΠΡ : )اﻝـﺤـﺠـﺮات.ﻋﻨﺪ اﷲ أﺕﻘﺎآﻢ إن اﷲ ﻋﻠﻴﻢ ﺧﺒﻴﺮ Artinya : “Hai manusia,sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang pria dan wanita menjadikan kamu berbangga-bangga dan bersukusuku supaya kamusaling kenal mengenal, sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah, ialah orang yang paling berguna diantara kamu sesungguhnya Allah maha mengetahui lagi maha mengenal”. (QS. Al-Hujurat : 13) 17 Ayat diatas mengajarkan prinsip equality before god and low, artinya manusia dihadapan Tuhan dan hukum sama kedudukannya. Oleh karena itu harus di syukuri dengan jalan menerima kodrat apa yang telah diberikan Allah kepada manusia, tanpa harus mengubah jenis kelaminnya.18 Pada dasarnya perbedaan antara laki-laki dan perempuan juga dapat diwakili oleh dua konsep, yaitu jenis kelamin dan gender, perbedaan jenis kelamin mengacu pada perbedaan fisik, terutama pada perbedaan fungsi reproduksi. Sementara itu gender merupakan interpretasi kultural atas perbedaan jenis kelamin, bagaimanapun gender memang berkaitan dengan perbedaan jenis kelamin, akan tetapi tidak selalu berhubungan dengan perbedaan fisiologis seperti yang selama ini banyak dijumpai dalam masyarakat. Gender membagi atribut dan pekerjaan menjadi "maskulin" dan "feminim". Gender yang berlaku dalam suatu masyarakat ditentukan oleh
16
DR. Mansaur Fakih, Analisis Gender dan Transformasi Sosial, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, Cet II, 1996, hlm 129 – 130 17
Departemen Agama RI, Op. Cit., hlm. 847
18
Prof. Drs. H. Masjfuk Zuhdi, Masail Fighiyah, Op Cit., hlm 170
٢٥
pandangan masyarakat tentang hubungan antara laki-laki dan kelaki-lakian dan antara perempuan dan keperempuanan, pada umumnya jenis kelamin laki-laki berhubungan dengan gender maskulin, sementara jenis kelamin perempuan berkaitan dengan gender feminim. Akan tetapi hubungan itu bukan merupakan korelasi absolut.19 Untuk memahami lebih dalam lagi tentang masalah gender maka konsep gender harus dibedakan antara kata gender dengan kata seks (jenis kelamin). Pengertian jenis kelamin merupakan pensifatan atau pembagian dua jenis kelamin manusia yang ditentukan secara biologis yang melekat pada jenis kelamin tertentu. Misalnya, pada janin (embrio) terdapat dua macam kromosom jenis kelamn. Kromosom yang berada di dalam telur perempuan selalu dari jenis yang disebut “X”. sedangkan sperma laki-laki sebagian mengandung kromosom jenis “X” dan sebagian lainnya mengandung
kromosom jenis “Y”. kedu-duanya dalam jumlah sangat
banyak bercampur dan berada didalam satu tabung pemuntah sperma. Jika telur dibuahi oleh bagian sperma yang mengandung kromosom jenis “X” maka akan menghasilkan kromosom jenis “XX” pada embrio, Itu adalah embrio perempuan. Jika tidak maka kromosom yang berada pada embrio adalah jenis “YX”, itu embrio laki-laki.20 Oleh karena itu bahwa manusia jenis laki-laki adalah manusia yang memiliki penis, memiliki jakala dan memroduksi sperma. Sedangkan perempuan memiliki alat reproduksi seperti rahim dan saluran untuk melahirkan, memproduksi telur, memilki vagina, dan mempunyai alat menyusui. Alat-alat tersebut secara biologis melekat pada manusia jenis perempuan dan laki-laki selamanya. Artinya secara biologis alat-alat tersebut tidak bisa dipertukarkan antara alat biologis yang melekat pada manusia laki-laki dan perempuan. Secara permanen tidak
19
Editor: fauzi Ridzal, Lusi Margiyani, Agus Fahri Husain, Dinamika Gerakan Perempuan di Indonesia, PT. Tiara Wacana, Yogyakarta, 1993, hlm. 30 20
Dr. Yusuf Qardhawi, Fatwa-Fatwa Mutakhir, Penerjemah. H.M.H. al-Hamid alHusaini, Cet.I, Yayasan al-Hamidiy, Jakarta, 2002, hlm. 709
٢٦
berubah dan merupakan ketentuan biologis atau sering dikatakan sebagai ketentuan Tuhan atau kodrat.21 D. Fungsi Jenis Kelamin Menurut Hukum Islam Pada dasarnya Islam membagi jenis kelamin menjadi dua jenis yaitu : Ada jenis kelamin laki-laki dan ada jenis kelamin perempuan, yang mana keduanya saling membutuhkan satu sama lainnya. Berbeda pada binatang yang kebutuhannya hanya bersifat biologis belaka, pada manusia selain biologis juga kebutuhan rohani, intelektual, sosial, dan akhlak. Oleh sebab itulah ketika menciptakan Adam selaku bapak manusia, Allah tidak membiarkannya sendiri tinggal di surga. Allah menjadikan pasangan untuknya agar ia merasa tenang, damai dan terhibur oleh kehadirannya. Pada masing-masing jenis laki-laki dan perempuan Allah menciptakan kecenderungan yang bersifat fitrah terhadap pasangannya, supaya keduanya saling bertemu dan bergaul lalu menghasilkan keturunan. Sebagaimana Allah telah berfirman dalam al-Qur'an sebagai berikut :
واﻝﻠـﻪ ﺟـﻌـﻞ ﻝـﻜـﻢ ﻣـﻦ أﻧـﻔـﺴـﻜـﻢ أزواﺟـﺎ وﺟـﻌـﻞ ﻝـﻜـﻢ ﻣـﻦ أزواﺟـﻜـﻢ ﺏـﻨـﻴـﻦ وﺣـﻔـﺪة ورزﻗـﻜـﻢ ﻣـﻦ اﻝـﻄـﻴـﺒـﺎت أﻓـﺒـﺎﻝـﺒـﺎﻃـﻞ ﻱـﺆﻣـﻨـﻮن وﺏـﻨـﻌـﻤـﺔ اﻝﻠـﻪ هـﻢ (ςΘ : )اﻝـﻨـﺤﻞ.ﻱـﻜـﻔـﺮون Artinya : " Dan Allah menjadikan sebagian dari kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan sebagian dari kamu isteri-isterimu itu, anak-anak dan cucu-cucu dan memberimu rizqi dari yang baikbaik. Maka maka mengapakah mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari bikmat Allah ". ( QS. al-Nahl : 72) 22 Kecenderungan yang bersifat fitrah pada laki-laki dan perempuan inilah yang menimbulkan kehidupan rumah tangga. Sebagai buah hasilnya muncul yang namanya ibu, ayah, anak dan saudara yang kemudian terciptalah kisah-kisah cinta serta kerinduan yang banyak dinyanyikan oleh
21
DR. Mansur Fakih, Op Cit., hlm. 8
22
Deparetemen Agama RI., Op. Cit., hlm. 412
٢٧
para penyair dan para sastrawan di segenap penjuru dunia sepanjang zaman.23 Sesungguhnya Allah menciptakan manusia berpasang-pasangan itu, oleh karena Allah memberikan dari masing-masing manusia sebuah potensi yang sangat khusus sebagai sarana untuk melaksanakan tugas-tugas dalam kehidupannya. Dan tugas yang paling signifikan adalah merupakan tugas sebagai bapak bagi seorang laki-laki dan sebagai ibu bagi seorang perempuan, dan ini tidak boleh diganggu gugat, sebab hal ini merupakan hak preogatif dari sang Khaliq (pencipta). Dalam buku Dinamika Gerakan Perempuan di Indonesia dijelaskan mengenai pembedaan dan fungsi gender yaitu : laki-laki berbeda dengan perempuan. Pernyataan ini dapat dikatakan berlaku universal. Perbedaan antara laki-laki dan perempuan tida saja terbatas pada perbedaan biologis. Perempuan misalnya, sering digambarkan sebagai sosok yang lembut, tidak agresif, dan cenderung mengalah. Sebaliknya laki-laki lebih sering ditampilkan sebagai seseorang yang besar, esertif dan dominan. Dikotomi laki-laki da perempuan juga tercermin dalam pengkotak-kotakan "pekerjaan laki-laki" dan "pekerjaan perempuan" yang dikenal dengan istilah pembagian kerja secara seksual. Jelaslah di sini bahwa pembedaan dan tugas laki-laki dan perempuan tidak saja di tentukan oleh faktor biologis, melainkan juga oleh faktor sosial, dan budaya.24 E. Pandangan Islam Tentang Status Gender Bagi Orang yang Telah Operasi Kelamin Mengenai permasalahan tentang status gender bagi orang yang telah operasi kelamin, para ulama berbeda didalam memberikan penjelasan mengenai masalah ini, namun mempunyai perspektif yang sama. 1.
Menurut Hadits Nabi yang diriwayatkan Oleh Imam Bukhari dan abu Dawud memberikan pandangan mengenai masalah wanita yang
23
Dr. Yusuf Qardhawi, Op. Cit., hlm. 310
24
Fauzie Ridjal, Lusi Margiyani, Agus Fahri Husain, Op. Cit., hlm. 29
٢٨
menyerupai
laki-laki
dan
laki-laki
yang
menyerupai
wanita.
Sebagaimana hadits yang diriwayatkannya :
ﻝـﻌﻦ اﻝﻠـﻪ اﻝﻤـﺘﺸـﺒﻬﺎت ﻣـﻦ اﻝﻨﺴـﺎء ﺏﺎﻝﺮﺟـﺎل واﻝـﻤﺘﺸـﺒﻬﻴﻦ ﻣﻦ اﻝـﺮﺟـﺎل ﺏﺎﻝﻨﺴـﺎء ()رواﻩ اﻝﺒﺨـﺎري واﺏﻮداود Artinya : “Allah mengutuk pria-pria yang menyerupai wanita-wanita dan wanita-wanita yang menyerupai pria-pria”. (HR.Bukhari dan Abu Dawud). 25 Hadits ini menurut Imam as-Suyuthi dalam kitabnya al-Jami’ alShaghir, bahwa hadits ini adalah shahih, dan menurut Ibnu Abbas, Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Majjah dalam musnadnya juga telah disebutkan bahwa hadits ini shahih.26 Hadits ini juga menunjukan bahwa seorang pria atau wanita yang normal jenis kelaminnya dilarang oleh islam mengubah jenis kelaminnnya, karena menubah ciptaan Allah tanpa alasan yang hak yang dibenarkan oleh Islam. Demikian pula seorang pria atau wanita yang lahir normal jenis kelaminnya, tetapi karena lingkungannya menderita kalainan semacam kecendrungan seksnya yang mendorongnya lahiriah "banci" dengan berpakaian dan bertingkah laku yang berlawanan dengan jenis kelamin yang sebenarnya. Maka dalam hal ini ia juga diharamkan oleh agama mengubah jenis kelaminnya, sekalipun ia menderita kelainan seks. Sebab pada hakikatnya jenis/organ kelaminnya normal, tetapi psikisnya tidak normal. Karena itu, upaya kesehatan mentalnya ditempuh melalui pendekatan keagamaan dan kejiwaan (Relegius and Psychological Therapy)27 2.
Beradasarkan keputusan Majlis Ulama Indonesia pada tanggal 7 April 1981 mengenai masalah pengebirian manusia memutuskan :
25
Abdurrahman Jalaluddin Al-Suyuti, Al-Jami al-Shagir, Jilid II, Dar al-Fikr, Bairut, Libanon, 1981, hlm. 408 26
Ibid, hlm. 407
27
Prof. Drs. H. Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah, Op Cit., hlm 172
٢٩
- Pemandulan dengan melalui jalan Vasectomi/ pemotongan penutupan saluran air mani laki-laki dan pemandulan malalui jalan tubectumi (yaitu pemotongan/penutupan saluran pada wanita) adalah perbuatan yang bertentangan dengan ajaran agama Islam. Tubectomi dapat dilakukan berdasarkan pertimbangan medis teknis dari dokter yang bersangkutan, bahwa apabila wanita yang bersangkutan itu hamil/ melahirkan akan membahayakan jiwa dan atau anaknya.28 Penjelasan Majelis Ulama Indonesia di atas memberikan suatu peraturan yang mana pengebirian manusia diharamkan oleh ajaran Islam karena disamping mempunyai efek yang sangat jelek oleh si korban, juga mempunyai dampak yang negatif pula bagi lingkungan sekitarnya. Di sisi lain pemotongan atau pengebirian manusia itu sama halnya merubah kodrat Allah, karena telah merubah apa yang telah di fitrahkan oleh Allah. Menurut Prof. K.H. Ibrahim Hosen, seorang intelektual Islam berpendapat bahwa penggantian kelamin adalah haram, karena mengubah ciptaan Allah. Keharamannya, kata beliau didasarkan pada surat An-Nisa'ayat 119 dan sebuah hadits shahih yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari yang didalamnya terdapat kutukan dari Allah SWT terhadap orang-orang yang mengubah ciptaan-Nya (wawancara MI. aly Mansur, BA dan Noer Iskandar Al-Barsany dengan Ibrahim Hosen pada tanggal 28 September 1978).29 Pendapat ini bisa diterima bila ada unsur kesengajaan baik lakilaki maupun perempuan yang bukan waria (homoseksual dan transseksual) untuk menggantikan alat kelaminnya. Akan tetapi, dalil ini tidak tepat bila digunakan oleh kaum waria hermaprodite, yakni yang diluarnya mempunyai penis (dzakar) dan testis kelenjar kelamin yang
28
Sayid Sabiq, Fikih Sunnah, OP Cit., hlm. 179
29
Majalah Himmah,Op Cit, hlm. 48
٣٠
terletak dalam kantong (scrotum) sekaligus mempunyai alat kelamin perempuan luar yang dinamai vulva. Atau waria pseudohermaprodite yang alat kelamin luarnya perempuan, tetapi ia tidak mempunyai vagina, rahim, ovarium, dan ia mempunyai kelenjar laki-laki dan sebagainya. Manusia semacam ini status kelaminnya belum jelas, maka diadakanlah operasi penggantian kelamin untuk mengetahui apakah ia laki-laki atau perempuan. Sunnatullah telah menyatakan bahwa manusia itu terdiri dari dua jenis kelamin saja, yakni perempuan dan laki-laki. Oleh karena itu, operasi penggantian kelamin dalam hal ini-tidaklah dilakukan untuk mengubah ciptaan Allah SWT, malah untuk mengubah manusia wariayang status kelaminnya tidak jelas-menjadi jelas : laki-laki atau perempuan. Sehingga orang tersebut dapat menjadi manusia biasa seperti (manusia) ciptaan allah lainnya. 3.
Imam Baidlowi, dalam tafsirnya juz II halaman 117-118 mengemukakan mengenai orang yang di operasi kelamin itu dengan batasan-batasan tertentu, dan mengambil rujukan dari surat an-Nisa ayat 119, Ia mengatakan : " Dan benar-benar aku (syaithan) akan memerintahkan mereka (untuk merubah), lalu mereka benar-benar merubah ciptaan Allah, dari mukanya, bentuknya dan sifatnya. Dan termasuk didalamnya apa yang dikatakannya, mencukil mata penjaga, mengebiri budak laki-laki, membuat tatto, pangur, homoseksual, lesbian, dan lainnya; menyembah matahari dan bulan, merubah fitrah Allah ta'ala, yaitu agama Islam, dan menggunakan anggota-anggota badan dan kekuatan-kekuatan dalam hal-hal yang tidak mengembalikan kesempurnaan pada diri dan tidak dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT”.30
4.
Imam al-Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim karangan Imam AnNawawi XIII, hlm. 107 menjelaskan : “al-Wasyimah” adalah wanita yang mentato, yaitu melukis punggung telapak tangan, pergelangan tangan, bibir atau anggota tubuh lainnya dengan jarum atau sejenisnya hingga mengeluarkan darah lalu di bubuhi dengan tinta untuk di warnai. Perbuatan tersebut haram hukumnya bagi yang mentato ataupun yang minta
30
Majalah Himmah, Ibid, hlm. 49
٣١
ditatokan. Sementara an-Naamishah adalah wanita yang menghilangkan atau mencukur bulu wajah. Adapun almutanammishah adalah wanita yang minta dicukurkan. Perbuatan ini juga haram hukumnya, kecuali jika tumbuh jenggot atau kumis pada wajah wanita tersebut, dalam kasus ini ia boleh mencukurnya. Sementara al-mutafallijat adalah wanita yang menjarangkan giginya, biasa dilakukan oleh wanita-wanita tua atau dewasa supaya kelihatan muda dan lebih indah. Karena jarak renggang antara gigi-gigi tersebut biasa terdapat pada gadis-gadis kecil. Apabila seorang wanita sudah beranjak tua giginya akan membesar, sehingga ia menggunakan kikir untuk mengecilkan bentuk giginya supaya lebih muda. 31 Perbuatan tersebut jelas haram hukumnya baik yang mengikir ataupun yang dikikirkan giginya berdasarkan hadits diatas tentang pengubahan ciptaan Allah tersebut di atas dan tindakan itu juga termasuk merubah ciptaan Allah, pemalsuan dan penipuan. Adapun sabda Nabi SAW yang artinya sebagai berikut : “Yang mengikir giginya supaya kelihatan cantik”. Maksud dari kalimat tersebut bahwa yang mengikir giginya supaya kelihatan cantik adalah yang melakukan hal itu untuk mempercantik diri. Sabda Nabi tersebut secara implisit menunjukkann bahwa yang diharamkan adalah yang meminta hal itu dilakukan atas dirinya dengan tujuan untuk mempercantik diri.
31
Muletin Remaja Islami, el-Fata, Edisi 06/ III/ 2003, hlm. 11