HAK KEWARISAN BAGI AHLI WARIS YANG MELAKUKAN OPERASI PENYESUAIAN KELAMIN GANDA (KHUNTSA) DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM Wiwit Widya Wirawati dan Abdullah Kelib
ABSTRAK Allah SWT telah menetapkan aturan mengenai masalah kewarisan secara jelas dan tegas dalam Al-Quran Surat An-Nisa ayat 11. Dimana dijelaskan tentang pembagian warisan berdasarkan jenis kelamin laki-laki dan perempuan yaitu 2:1 (Das Sollen). Namun ternyata terdapat sekelompok orang yang disebut Khuntsa (berkelamin ganda). Baik dalam Al-Quran dan Hadist tidak dijelaskan ketentuan mawaris bagi ahli waris khuntsa dan jumlah besar bagian yang mereka terima (Das Sein). Perumusan masalah dalam penulisan ini adalah bagaimana kewarisan bagi ahli waris yang melakukan operasi kelamin ganda (khuntsa) sesuai KHI dan bagaimana hak yang seharusnya diberikan kepada ahli waris yang melakukan operasi penyesuaian kelamin ganda (khuntsa) sesuai dengan Hukum Islam. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan yuridis normatif dengan spesifikasi penelitian secara deskriptif analitis. Sumber dan jenis data adalah data sekunder yang diperoleh dari norma-norma hukum Islam tentang kewarisan dan khuntsa yang diperoleh dari Al-Quran, Hadist, KHI, serta pendapat fuqaha dan ahli dalam berbagai literatur tentang kewarisan dan khuntsa. Berdasarkan hasil penelitian, hak kewarisan khuntsa secara tegas tidak diatur dalam KHI. Sehingga apabila khuntsa melakukan operasi penyesuaian kelamin, dan diperoleh kejelasan status hukumnya maka hak kewarisannya sesuai dengan yang ditentukan dalam Pasal 176 KHI. Ketentuan mawaris bagi ahli waris khuntsa dalam Hukum Islam adalah khuntsa terlebih dahulu diperkirakan sebagai laki-laki kemudian perempuan. Khuntsa dan ahli waris lain mendapat bagian atas perkiraan yang terkecil dan meyakinkan, sedang sisanya yang masih diragukan ditahan sampai status hukum khuntsa menjadi jelas. Apabila persoalan khuntsa jelas, penerimaan semua ahli waris disempurnakan dengan menambahkan bagian kepada mereka yang berkurang menurut penerimaan yang seharusnya mereka terima. Kedepannya formulasi KHI harus mengatur mengenai hak kewarisan khuntsa beserta besarnya bagian waris yang diterima. Kata kunci : warisan khuntsa, operasi kelamin, hukum islam.
63
THE RIGHTS OF INHERITANCE FOR HEIRS CONDUCTING DOUBLE GENITAL ADJUSTMENT SURGERY (KHUNTSA) IN ISLAMIC LAW REVIEW Wiwit Widya Wirawati and Abdullah Kelib ABSTRACT Allah SWT has set the rules on the issue of inheritance clearly and firmly in Al-Qur'an Surah An-Nisa article 11. It explains about the division of inheritance based on male and female sex, that is 2:1 (Das Sollen). But in fact there is a group of people called Khuntsa (double sex). Neither in Al-Qur‘an nor Hadist explains the provisions of inheritance for khuntsa heirs and the large number of parts they receive (Das Sein). The formulation of the problem in this study is how inheritance for the heirs who perform double genital surgery (khuntsa) according to KHI and how the right should be given to the heirs who perform double genital adjustment surgery (khuntsa) in accordance with Islamic Law. This research uses juridical normative approach method with analytical descriptive research specification. Sources and types of data are secondary data obtained from Islamic legal norms on inheritance and khuntsa obtained from Al-Quran, Hadist, KHI, and fuqaha and experts opinions in various literature on inheritance and khuntsa. Based on the research result, khuntsa inheritance right is not regulated in KHI. Theredore if khuntsa conducts genital adjustment surgery, and get the clarity of its legal status hence its right of inheritance is as specified in Article 176 KHI. The provision of inheritance for khuntsa heirs in Islamic Law is khuntsa first predicted as male then female. Khuntsa and other heirs share the smallest and most convincing estimates, while the remaining doubts are held until the status of the khuntsa law is clear. If the khuntsa matter is clear, the acceptance of all the heirs is perfected by adding share to those who are reduced according to the acceptance they should receive. In the future, the formulation of KHI should regulate the right of khuntsa inheritance along with the amount of the inheritance received.
Keywords: khuntsa heritage, genital surgery, Islamic law.
menetapkan aturannya secara terang,
A. Latar Belakang Kewarisan
hukum
jelas dan tegas dalam AL-Quran Surat
Islam merupakan hal yang essensial,
An-Nisa ayat 11 bahwa bagian anak
karena menyangkut segala sesuatu yang
laki-laki dibandingkan anak perempuan
ditinggalkan
adalah
oleh
dalam
seseorang
yang
2:1
(dua
berbanding
satu
meninggal dunia, baik berupa harta
bagian). Penetapan ini bertujuan untuk
benda maupun hak-hak kebendaan.1
memberikan kepastian hukum terhadap
Mengingat
hak milik seseorang dengan cara yang
kewarisan
essensialnya ini,
maka
masalah
Allah
SWT
seadil-adilnya. Al-Qur`an menetapkan hak kewarisan seseorang berdasarkan
1
Amir Syarifuddin, Hukum Kewarisan Islam, (Jakarta : Prenada Media, 2005), hlm. 5-6.
jenis kelamin yang dimilikinya, apakah 64
laki-laki atau perempuan. Akan tetapi
menjelaskan bagian seorang khuntsa.5
tidak dijelaskan secara rinci apa yang
Khuntsa menurut Ulama Fiqih di bagi
dimaksud
atau
menjadi dua golongan yakni golongan
dalam
khuntsa musykil dan khuntsa ghairu
dengan
perempuan
laki-laki
2
itu.
Tetapi
musykil.6
kenyataannya, terdapat seseorang yang tidak memiliki status yang jelas, bukan
Salah satu penemuan dalam
laki-laki dan bukan perempuan. Mereka
ilmu pengetahuan khususnya dalam
adalah makhluk Allah yang disebut
bidang kedokteran yang berdampak
khuntsa. Khuntsa adalah ―orang dengan
pada hak waris bagi manusia adalah
alat kelamin ganda‖ atau ―orang dengan
operasi penyesuaian kelamin. Operasi
ketidakjelasan alat kelamin‖.3
penyesuaian
Khuntsa
termasuk
dalam
dimaksudkan
warisan ahli waris yang statusnya
tindakan
diragukan/
penyempurnaan
kasus
tertentu.
kelamin
Yang
disini
yang merupakan
perbaikan kelamin
atau untuk
dimaksud ―ahli waris yang statusnya
mengoptimalkan fungsi alat kelamin
diragukan‖ adalah ahli waris yang pada
yang lebih dominan dari orang yang
saat harta warisan terbuka (pada saat si
berkelamin ganda itu sendiri.. Pelaku
pewaris
pergantian kelamin lebih didominasi
meninggal
dunia)
status
oleh khunsa atau mukhannats.7
hukumnya sebagai ―subjek hukum‖ atau ―sebagai pendukung hak dan
Berdasarkan latar belakang
4
kewajiban‖ masih diragukan. Al-Quran
tersebut, maka perumusan
menetapkan hak kewarisan seseorang
dalam penelitian ini adalah sebagai
berdasarkan
jenis
yang
berikut :
dimilikinya,
apakah
atau
1. Bagaimana hak kewarisan bagi ahli
kelamin laki-laki
perempuan. Allah telah menjelaskan
waris
pula
penyesuaian
pusaka
orang
laki-laki
dan
yang
masalah
melakukan
operasi
kelamin
ganda
perempuan sejelas-jelasnya di dalam
(khuntsa) sesuai dengan Kompilasi
Al-Quran. Tetapi ayat tersebut tidak
Hukum Islam ?
2
Muchit A. Karim, Problematika Hukum Kewarisan Islam Kontemporer di Indonesia, (Jakarta : Puslitbang Kehidupan Keagamaan, 2012), hlm. 374. 3 Fatchur Rahman, Ilmu Waris, (Bandung :Alma‘rif 1971), hlm. 482. 4 Surahwa K. Lubis dan Komis Simanjutak, Hukum Waris Islam (Jakarta :Sinar Grafika, 2004). hlm. 60.
5
Fatchur Rahman, Opcit., hlm. 484. Ibid., hlm. 482. 7 Syamsul Mahmudin, Hak Waris Waria dalam Keluarga, (Online), (http://majalahforum.com/hukum.php?tid=112/, diakses pada tanggal 25 januari 2016). 6
65
2. Bagaimana hak yang seharusnya
Hasil
penelitian
ini
diberikan kepada ahli waris yang
diharapkan dapat memberikan jalan
melakukan
keluar dari permasalahan yang
kelamin
operasi
ganda
penyesuaian
(khuntsa)
sesuai
dihadapi khususnya terhadap kajian
dengan Hukum Islam ?
Hukum
Islam
mengenai
hak
kewarisan bagi ahli waris yang melakukan
B. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan yang diharapkan dari hasil
kelamin
penelitian ini adalah :
pihak-pihak
hak kewarisan bagi ahli waris yang
kelamin
operasi
ganda
ganda
penyesuaian
(khuntsa)
dan
merupakan bahan masukan bagi
1. Untuk mengetahui dan menganalisis
melakukan
operasi
dalam
memutuskan suatu kebijakan.
penyesuaian
(khuntsa)
tertentu
C. Metode Penelitian
sesuai
1. Metode Pendekatan
dengan Kompilasi Hukum Islam.
Metode pendekatan yang
2. Untuk mengetahui dan menganalisis
dipergunakan
dalam
penelitian
diberikan
tentang ―Hak Kewarisan Bagi Ahli
kepada ahli waris yang melakukan
Waris Yang Melakukan Operasi
operasi penyesuaian kelamin ganda
Penyesuaian
(khuntsa) sesuai dengan Hukum
(Khuntsa) Dalam Tinjauan Hukum
Islam.
Islam‖ adalah yuridis normatif,
hak
yang
seharusnya
Beranjak
dari
Kelamin
Ganda
tujuan
yaitu suatu penelitian yang bersifat
sebagaimana tersebut diatas, maka
doktrinal, dimana peninjauannya
diharapkan
ditekankan
penelitian
ini
akan
dari
segi
yuridis.
memberikan manfaat sebagai berikut :
Penulis akan menggunakan data-
a. Secara Teoritis :
data
Hasil
penelitian
ini
sekunder
inventarisasi
dengan
jalan
pendapat-pendapat
diharapkan dapat sebagai bahan
ahli, artikel-artikel, tulisan-tulisan
masukan dan sumbangan pemikiran
ilmiah dan referensi lainnya yang
baik
pembendaharaan
relevan
dengan
konsep, metode preposisi, maupun
diteliti.
Dari
pengembangan teori-teori dalam
terhimpun selanjutnya akan dibahas
bidang ilmu hukum khususnya
secara lebih mendalam dari segi
mengenai Hukum Waris.
hukumnya.
berupa
b. Secara Praktis : 66
masalah
yang
data-data
yang
penulis gunakan dalam bahan
2. Spesifikasi Penelitian Spesifikasi yang
dipergunakan
penyusunan
tesis
penelitian secara
penelitian
ini
dengan
deskriptif
hukum primer adalah:
dalam
a. Al- Quran dan Al-Hadist
adalah
b. Ijtihad
penguraian analitis
para
ulama
yang
terdiri dari Ijma dan Qiyas,
yaitu
merupakan sumber hukum
memaparkan, menggambarkan atau
tambahan
mengungkapkan
waris
data-data
dalam
hukum
Islam
untuk
mempunyai relevansi, khususnya
menjelaskan suatu peristiwa
dalam hak waris bagi ahli waris
atau keadaan yang kurang
yang
jelas atau tidak diatur dalam
melakukan
penyesuaian
operasi
kelamin
Al-Qur‘an dan Hadist.
ganda
(khuntsa) dalam tinjauan hukum Islam.
Hal
Hukum
Islam
kemudian
yang terdapat dalam Instruksi
dibahas atau dianalisis menurut
Presiden RI No. 1 Tahun
ilmu dan teori-teori atau pendapat
1991 tanggal 10 Juni 1991
peneliti
tersebut
c. Kompilasi
sendiri
dan
terakhir
d. Kitab
menyimpulkannya.
Undang-undang
Hukum Perdata e. UU No.7 Tahun 1989 jo. UU
3. Sumber dan Jenis Data Berkaitan dengan jenis
No. 3 Tahun 2006 jo. UU No.
penelitian yang dilakukan penulis
50
yang
Pengadilan Agama
merupakan
penelitian
Tahun
2009
tentang
normatif, maka jenis data yang
f. Keputusan Menteri Agama
digunakan di dalam penelitian ini
RI No. 154 Tahun 1991
adalah
tentang Pelaksanaan Instruksi
data
sekunder.
Data
sekunder ini diperoleh dari bahan hukum
primer,
bahan
Presiden No. 1 Tahun 1991
hukum
sekunder dan bahan hukum tersier yang meliputi :
2. Bahan Hukum Sekunder
1. Bahan Hukum Primer
Bahan
Bahan hukum primer adalah
bahan
hukum
sekunder
yang
berupa
hukum semua
publikasi tentang hukum yang
mempunyai kekuatan mengikat
bukan
secara yuridis, adapun yang
dokumen 67
merupakan resmi.
dokumenPublikasi
tentang hukum meliputi buku-
dipaparkan,
buku
kemudian
teks,
kamus-kamus
disistemisasi, dianalisis
untuk
hukum, jurnal-jurnal hukum dan
menginterprestasikan hukum yang
komentar-komentar atas putusan
berlaku.
pengadilan.
Bahan
hukum
5.
Teknik Analis Data
sekunder yang digunakan dalam
Teknik
analisis
data
penulisan hukum ini antara lain
merupakan cara menganalisis data
buku-buku yang terkait dalam
penelitian,
penelitian ini, karya ilmiah,
statistik
makalah,
digunakan dalam penelitian. Dalam
artikel
sebagainya dengan
dan
yang
lain
berkaitan
permasalahan
termasuk yang
penelitian
yang
alat-alat
relevan
hukum
untuk
ini,
penulis
menggunakan teknik analisis data
diteliti.
kualitatif.
3. Bahan Hukum Tersier Bahan hukum yang memberikan penjelasan
petunjuk terhadap
D. Hasil Penelitian Dan Pembahasan
atau
1. Hak Kewarisan Bagi Ahli Waris
bahan
Yang
Melakukan
Operasi
hukum primer dan bahan hukum
Penyesuaian
Kelamin
sekunder, dalam hal ini berupa
(Khuntsa)
Sesuai
kamus hukum maupun media
Kompilasi Hukum Islam
internet yang relevan dengan
SWT dalam QS. An Nisa ayat 7,
Teknik Pengumpulan
dimana
Data
setiap
Teknik
Dengan
Berdasarkan firman Allah
penelitian ini. 4.
Ganda
dijelaskan orang
berhak
bahwasanya menerima
pengumpulan
warisan dari harta peninggalan Bapa,
data adalah dengan pengumpulan
Ibu dan kerabat menurut bagian yang
bahan hukum primer, bahan hukum
telah ditetapkan. Di dalam Al-Quran,
sekunder, dan bahan hukum tersier,
dalam
serta
disebutkan
bahwa
dikecualikan
dalam
bagaimana
tersebut
bahan hukum
diinventarisasi
dan
ayat-ayat
mawaris,
tidak
khuntsa pembagian
diklarifikasi dengan menyesuaikan
warisan. Penjelasan mengenai QS.
terhadap masalah yang dibahas.
An-Nisa ayat 7 tersebut secara secara
Bahan hukum yang berhubungan
tidak langsung dengan menyebutkan
dengan
bahwa setiap orang berhak menerima
masalah
yang
dibahas 68
harta
warisan
tanpa
terkecuali
kelamin
dengan
tujuan
untuk
bahkan termasuk di dalamnya adalah
menyempurnakan/
seorang
identitasnya sebagai manusia dan
khuntsa
pengertian
memberikan
mengenai
penegakan
subyek hukum
mempertegas
baik dalam
keadilan bagi semua orang dimana
perkawinan
keadilan merupakan salah satu ajaran
Setelah melalui serangkaian tindakan
pokok dalam Islam yang bersifat
medis yang berkaitan dengan operasi
universal.
kelamin, maka wajib bagi seorang Penetapan
kewarisan
Khuntsa
maupun
hal
yang
kewarisan.
sudah
orang khuntsa menurut cara/jalan
kejelasan
kencingnya adalah telah menjadi
meminta penetapan dari Pengadilan
kesepakatan atau ijmak para fuqaha
Negeri dan/atau Pengadilan Agama
dan juga faradliyun. Apabila tanda-
sebagai
tanda di atas bisa diketemukan
menetapkan status hukumnya pasca
dengan mudah, maka jelaslah status
operasi
khuntsa
lelaki atau perempuan agar ada
tersebut
(laki-laki
atau
jenis
memiliki
dasar
kelamin
hukum
untuk
untuk
kelamin apakah sebagai
perempuan), ini disebut khuntsa
kepastian
ghoirul
apabila
menghindari sifat mendua dalam
setelah diteliti tanda-tanda tersebut
pergaulan dan jenis kelamin yang
masih meragukan, maka ia di sebut
sudah jelas ini kemudian ditegaskan
musykil.
khuntsa musykil.
Tetapi
8
kelamin
yang
pada
seorang
yang
mengalami
dan
dalam kartu identitas seperti KTP,
Operasi dilakukan
hukumnya
kelainan
SIM, ATM, dan sebagainya. 9 Menurut penulis, operasi
kelamin
penyesuaian
kelamin
(misalnya berkelamin ganda) dengan
jalan
tujuan tashih atau takmil (perbaikan
keragu-raguan akan kepastian hukum
atau penyempurnaan) dan sesuai
status khuntsa. Operasi penyesuaian
dengan
kelamin
hukum
akan
membuat
keluar
dari
merupakan permasalahan
diperlukan
bahkan
identitas dan status hukum orang
dianjurkan bagi seorang khuntsa
tersebut menjadi jelas. Bagi seorang
guna mendapatkan kepastian hukum
Khuntsa
akan status kelaminnya apakah laki-
melakukan
wajib
baginya
operasi
untuk
penyesuaian
9
Bagus Prasetyo Purnomo Putro, Tinjauan Yuridis Perkawinan Al-Khuntsa (Kelamin Ganda) Menurut Hukum Islam, (Jember : Universitas Jember, 2013), hlm. 8.
8
Muslih Maruzi, Pokok-Pokok Ilmu Waris, (Semarang : Mujahidin, 1981), hlm. 1.
69
laki atau perempuan. Dikarenakan
operasi penyesuaian kelamin, apabila
keadaan khuntsa yang mempunyai
menjadi jelas statusnya sebagai laki-
kelamin ganda, maka dalam hal
laki maka dia memperoleh 2 (dua)
kewarisan terdapat keragu-raguan
bagian
dalam penetapan hak waris dan
Sebaliknya
bagian pusakanya. Sehingga, demi
penyesuaian
kemaslahatan bersama semua pihak
perempuan
dilakukan
operasi
penyesuaian
memperoleh 1 (bagian) dalam hak
kelamin
demi
diperolehnya
kewarisannya.
dari
harta
jika
warisan.
setelah
kelamin statusnya
operasi menjadi
maka
dia
kepastian hukum. Apabila khuntsa
Hal tersebut didasarkan
telah melakukan operasi penyesuaian
pada Pasal 174 KHI, penentuan hak
kelamin dan diperoleh kejelasan
kewarisan ditentukan berdasarkan
status
golongan jenis kelamin sebagai laki-
kelaminnya,
maka
sudah
terjaminlah kepastian hukum si ahli
laki
waris khuntsa baik mengenai jenis
sehingga ahli waris khuntsa yang
kelaminnya yang sudah pasti di mata
sebelum
hukum dimana akan berdampak pada
penyesuaian
banyak aspek kehidupan seperti
kelaminnya masih diragukan apakah
perkawinan dan kewarisannya.
laki-laki
Apabila diperhatikan, dari keseluruhan
pasal-pasal
dan
sebagai
perempuan,
melakukan
operasi
kelamin,
atau
jenis
perempuan,
maka
setelah operasi penyesuaian kelamin
yang
statusnya menjadi jelas dan sah di
mengatur mengenai ahli waris dan
mata
bagiannya dalam Kompilasi Hukum
mendapatkan
Islam, tidak ada satupun pasal yang
Pengadilan
menyebutkan
Agama mengenai status hukumnya.
ataupun
membahas
hukum
terlebih
setelah
penetapan Negeri/
Pengadilan
mengenai ketentuan hukum waris
Bila
bagi khuntsa. Hal ini menjadikan
hukumnya
pengaturan waris khuntsa dalam
lelaki
hukum positif Indonesia belum pasti
berlakulah
akan tetapi merunut pada fakta pasca
perempuan baginya dalam segala
terjadinya
hal,
operasi
penyesuaian
khuntsa
di
telah
berarti
atau
seperti
jelas ia
hukumnya
perempuan, hukum
lelaki
auratnya,
perkawinannya,
untuk
pergaulannya dan sebagainya.
memperjelas
status
hukumnya. Maka setelah menjalani 70
maka atau
shalatnya,
kelamin oleh khuntsa yang mana lebih
status
kewarisannya,
Oleh karena itu, besarnya
perhitungan
waris
bagi
khuntsa
bagian ahli waris khuntsa pasca
musykil para ulama‘ ahli faroi‘d
operasi
ikhtilaf
penyesuaian
kelamin
(mencari
jalan
keluar)
disesuaikan dengan besarnya bagian
dengan mengidentifikasi perkiraan
dalam hak kewarisan sebagaimana
sebagai
yang diatur dalam Pasal 176 KHI,
perempuan. Tapi kemudian mereka
dimana anak perempuan bila hanya
berselisih
seorang ia mendapat separoh bagian,
menerimakan
bila dua orang atau lebih mereka
musykil setelah di ketahui dua
bersama-sama mendapat dua pertiga
pekiraan.
laki-laki
bagian, dan apabila anak perempuan
dan
sebagai
pendapat
dalam
bagian
khuntsa
Penulis
sendiri
lebih
bersama-sama dengan anak laki-laki,
sepakat dengan ketentuan kadar
maka bagian anak laki-laki dua
penghitungan waris bagi khuntsa
berbanding
musykil dalam kalangan madzhab
satu
dengan
anak
Syafi‘iyah yaitu bagian setiap ahli
perempuan.
waris dan khuntsa diberikan dalam jumlah yang paling sedikit. Karena
2. Hak Yang Seharusnya Diberikan Kepada
Ahli
Waris
pembagian
Yang
seperti
ini
lebih
Melakukan Operasi Penyesuaian
meyakinkan bagi tiap-tiap ahli waris.
Kelamin Ganda (Khuntsa) Sesuai
Sedangkan sisanya (dari harta waris
Dengan Hukum Islam
yang ada) untuk sementara tidak
Al-Quran menetapkan hak kewarisan jenis
seseorang
kelamin
apakah
dibagikan
berdasarkan
ahli
yang dimilikinya,
hingga
telah
nyata
keadaan yang semestinya. Apabila persoalan khuntsa
perempuan. Allah telah menjelaskan
jelas, penerimaan semua ahli waris
pula pusaka orang laki-laki dan
disempurnakan
perempuan sejelas-jelasnya di dalam
menambahkan
Al-Quran. Tetapi tidak menjelaskan
mereka yang berkurang menurut
bagian
Dasar
penerimaan yang seharusnya mereka
kewarisan anak laki-laki dan dan
terima. Bila sampai waktu cukup tapi
perempuan adalah firman
status khuntsa belum jelas maka
seorang
surat
Mengenai
laki-laki
waris
masing-masing
atau
dalam
sebagai
kepada
khuntsa.
An-Nisa ketentuan
ayat
Allah 11.
semua
kadar
ahli
dengan bagian
waris
kepada
mengadakan
perundingan damai (islah) untuk 71
saling memberikan terhadap sisa
waris, sampai jelas status khuntsa
yang
tanpa
tersebut laki-laki atau perempuan
perundingan tidak ada jalan/cara
kemudian dibagikan terhadap ahli
yang
mengesahkan/
waris yang berhak. Apabila status
perundingan
khuntsa tetap tidak menjadi jelas
ditahan.
Sebab
dapat
menghalalkan.
Dan
semacam ini adalah boleh/ sah,
agar
kendatipun menurut syarat hibah itu
bersama,
harus diketahuinya secara yakin
perjanjian
sesuatu
menghibahkan)
yang
dihibahkan,
mencapai maka
harus
diadakan
tawahub para
ahli
Bila khuntsa diperkirakan dengan
mencerminkan rasa keadilan tanpa
salah
saling merugikan satu sama lain.
perkiraan
menjadi
menerima
warisan
Ada
hal
itu
waris,
menurut
satu
penulis
(saling
berdasarkan kebutuhan atau darurat.
terhalang, maka khuntsa itu dilarang
sedikit
lebih
catatan
(mahrum
kaitannya dengan konsep al ahliyah
/mahjub). Dan bila salah satu ahli
al-wujub dalam bagian waris 2:1
waris
antara laki-laki dengan perempuan.
terhalang
oleh
perkiraan
khuntsa lelaki atau perempuan, maka
Konsep
khuntsa tetap terhalang.10
dengan kondisi sosial masyarakat
Jika dikaitkan dengan teori kepastian
hukum,
maka
ini
perlu
dintergrasikan
kita sekarang. Dalam Kompilasi
dalam
Hukum Islam, konsep bagian waris
menetapkan suatu hukum haruslah
2:1
meyakinkan dan jauh dari keragu-
perempuan masih berlaku, terutama
raguan. Yang pada dasarnya kehati-
Pasal 176-180. Ketentuan pembagian
hatian itu lebih meyakinkan demi
waris sama rata (1:1) antara laki-laki
kemaslahatan, dengan alasan yang
dengan perempuan dapat berlaku
tepat, menurut penulis penerapan
hanya
kadar
kasusistik.
penghitungan
waris
bagi
antara
dalam
laki-laki
hal
dengan
yang bersifat
Ketentuan
ini
dapat
khuntsa untuk membagikan harta
digunakan oleh Hakim-Hakim dalam
yang terkecil kepada khuntsa dan
ringkup
ahli waris dengan menangguhkan
berhadapan
sisa harta pembagian tersebut lebih
permasalahan-permasalahan
yang
meyakinkan
beraneka
pada
kepada
setiap
ahli
Peradilan
masyarakat. 10
kemaslahatan
Fatchur Rahman, Opcit., hlm. 488.
72
Agama
langsung
ragam
terjadi
yang dengan
Tidak tercantumnya pasal
keputusan
mempunyai
pengaruh
yang mengatur mengenai hak waris
yang mendasar terhadap kehidupan
dan besaran waris khuntsa dalam
muslim secara individual maupun
KHI
dengan
sosial. Walaupun hak kewarisan
jelas
prinsip Keadilan
bertentangan
keadilan
dalam
Islam.
khuntsa dalam Al-Quran maupun
dalam
hukum
Islam
Hadist
tidak
dijelaskan
secara
digantungkan pada keadilan yang
gamblang, akan tetapi para ulama
telah ditentukan oleh Allah Swt,
telah berijtihad untuk menentukan
karena
manusia
hak kewarisan bagi khuntsa dengan
mengetahui keadilan itu secara benar
berpedoman pada Al-Quran dan
dan tepat. Dalam hukum Islam,
Hadist.
Apabila
hak
keimanan mendahului pengertian,
khuntsa
tersebut
berangkat
karena telah ditetapkan bahwa segala
pedoman
yang ditetapkan Allah Swt pasti adil.
mengapa tidak terdapat pengaturan
Sedangkan keadilan dalam hukum
mengenai hak kewarisan dan besaran
positif
waris khuntsa di dalam KHI, padahal
tidak
mungkin
sepenuhnya
digantungkan
Al-Quran
kewarisan
dan
Hadist
pada penalaran manusia. Oleh karena
dibentuknya
itu masuk dalam ranah filsafat
berdasarkan/berpedoman pada Al-
hukum,
Quran dan Hadist. Jelas ketiadaan
dan
karena
itu
pula
KHI
dari
mengenai
juga
pengertian keadilan selalu berubah
pengaturan
hak
waris
dari masyarakat satu ke masyarakat
khuntsa dalam KHI merupakan suatu
yang lain, tergantung pada aliran
bentuk ketidakadilan bagi seorang
filsafat hukum yang dianut oleh
khuntsa, padahal seorang khuntsa
masyarakat tersebut.11
juga merupakan makhluk ciptaan
Menurut penulis, sebuah
Tuhan, walau belum didapat jelas
keputusan hukum dikatakan adil jika
kepastian jenis kelaminnya namun
berangkat dari pedoman Al-Qur‗an
dia tetaplah seorang manusia yang
dan Hadits serta tidak bertentangan
dijamin hak-hak-nya tanpa dibeda-
dengan
secara
bedakan sebagai makhluk ciptaan
umum, karena keterikatan muslim
Tuhan baik dalam Al-Quran, Hadist
dengan pedoman dasar pengambilan
maupun dalam UUD RI 1945 Pasal
prinsip
keadilan
28. 11
Keadilan
Bustanul Arifin, Pelembagaan Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: Gema Insani Press,1996), hlm. 45-46.
bagi
seorang
khuntsa baru didapatkan pasca dia 73
melakukan
operasi
kelamin.
penyesuaian
sebelum
setelah
kelamin
Karena
operasi juga
penyesuaian
harus
diatur
dilakukannya operasi penyesuaian
ditetapkan
kelamin tersebut barulah didapatkan
keadilan yang seadil-adilnya di mata
kejelasan mengenai status kelamin si
hukum
khuntsa apakah sebagai laki-laki atau
Quran, Hadist dan juga Ijtihad para
sebagai
Dikarenakan
ulama.
dalam KHI, hanya dimuat pasal
E. Simpulan
perempuan.
mengenai
pembagian
waris
sehingga
dan
berdasarkan
diperoleh
dengan
Al-
Bagi seorang Khuntsa wajib
berdasarkan golongan jenis kelamin,
baginya
maka setelah operasi penyesuaian
penyesuaian kelamin dengan tujuan
kelamin si khuntsa baru mendapat
untuk
keadilan dengan disesuaikan hak
sebagai manusia dan subyek hukum.
kewarisannya sesuai dengan yang
Hak kewarisan khuntsa tidak diatur
diatur dalam KHI.
secara tegas di dalam KHI. Akan tetapi
Akan
tetapi
menurut
untuk
melakukan
mempertegas
operasi
identitasnya
merunut pada fakta pasca terjadinya
hemat penulis, hal tersebut dirasa
operasi
penyesuaian
kelamin
oleh
belum terjadi keadilan terutama bagi
khuntsa
yang
untuk
lebih
khuntsa sebelum dia melakukan
memperjelas
status
hukumnya
dan
operasi
kelamin.
diperoleh
ketetapan
hukum
akan
Menurut penulis, alangkah baiknya
statusnya
sebagai
laki-laki
atau
pengaturan mengenai hak kewarisan
perempuan. Berdasarkan Pasal 174
dan juga bagian waris khuntsa
KHI,
sebelum
operasi
ditentukan berdasarkan golongan jenis
penyesuaian kelamin juga diatur di
kelamin sebagai laki-laki dan sebagai
dalam KHI dengan menggunakan
perempuan. Kemudian besarnya bagian
salah satu madzab yang diyakini
dalam hak kewarisan sesuai Pasal 176
dalam ketentuan pembagian waris
KHI, dimana anak perempuan bila
khuntsa. Sehingga, tidak hanya ada
hanya seorang ia mendapat ½ bagian,
pengaturan
waris
bila dua orang atau lebih mereka
seseorang yang normal kelaminnya
bersama-sama mendapat 2/3 bagian,
dimana di dalamnya dalam kasus
dan apabila anak perempuan bersama-
khuntsa pasca operasi juga termasuk.
sama dengan anak laki-laki, maka
Namun
penyesuaian
melakukan
mengenai
juga
hak
mengenai
khuntsa 74
mana
penentuan
hak
kewarisan
bagian anak laki-laki dua berbanding
menetapkan peraturan mengenai hak
satu dengan anak perempuan.
kewarisan dan bagian harta pusaka
Al-Quran menetapkan hak
kepada khuntsa musykil ke dalam
kewarisan seseorang berdasarkan jenis
perundang-undangan hukum waris di
kelamin
yang
apakah
Indonesia terutama dalam Kompilasi
sebagai
laki-laki
perempuan.
Hukum Islam (KHI) sesuai dengan
dimilikinya, atau
Dasar kewarisan anak laki-laki dan dan
ketentuan
perempuan adalah firman Allah dalam
ditentukan.
surat An-Nisa ayat 11 yaitu bagian anak laki-laki
madzab
yang
telah
2. Bagi aparat penegak hukum dalam
sama dengan bagian dua
perspektif memberikan putusan hak
orang anak perempuan. Seorang ahli
waris diutamakan melihat pada asas
waris khuntsa apabila telah melakukan
dan aspek kepastian hukum sesuai
operasi penyesuaian kelamin dan telah
dengan
mendapat kejelasan mengenai status
diperoleh keadilan bagi ahli waris
kelaminnya
sebagai
khuntsa dalam mendapatkan hak
perempuan,
maka
laki-laki sesuai
atau
dengan
waris
ketentuan yang disebutkan dalam Al-
konstitusi.
dapat
Sehingga
diberikan
secara
proporsional.
Quran, ahli waris tersebut berhak untuk
3. Bagi masyarakat, sudah sepatutnya
mendapatkan bagian warisannya secara
mengetahui
penuh sesuai dengan ketentuan atau
khuntsa ini dan bisa menerima
dengan kata lain, bagian waris yang
mereka dengan sepatutnya tanpa ada
sebelumnya ditangguhkan saat masih
diskriminasi
seorang
Karena
khuntsa,
setelah
diperoleh
pada
tentang
keberadaan
terhadap dasarnya,
mereka. mereka
kepastian statusnya hak waris yang
memang ada di tengah-tengah kita,
ditangguhkan tersebut diberikan secara
dan mereka juga mempunyai hak
penuh sesuai dengan ketentuan.
yang sama dengan kita. Mereka mempunyai status yang jelas dan diakui oleh Islam, sehingga mereka
F. Saran
yang
Berdasarkan hasil penelitian
juga
dilakukan.
mendapatkan hak mereka dalam
Saran
yang
direkomendasikan sebagai berikut : 1. Bagi
pemerintah,
segala hal.
sekiranya
pemerintah perlu membuat langkahlangkah
terkait
khuntsa,
mempunyai
seperti 75
peran
dalam
http://majalahforum.com/hukum.php ?tid=112/.
DAFTAR PUSTAKA Buku : Muchit A. Karim, 2012, Problematika Hukum Kewarisan Islam Kontemporer di Indonesia, Jakarta : Puslitbang Kehidupan Keagamaan. Surahwa K. Lubis dan Komis Simanjutak, 2004, Hukum Waris Islam, Jakarta :Sinar Grafika. Fatchur Rahman, 1975, Alma‘rif : Bandung.
Ilmu Waris,
Ahmad Rofik, 1998, Fiqih Mawaris, Jakarta : Raja Grafindo Persada. Muslih Maruzi, 1981, Pokok-Pokok Ilmu Waris, Semarang : Mujahidin. Bustanul Arifin, 1996, Pelembagaan Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: Gema Insani Press. Syarifuddin, Amir, 2008, Hukum Kewarisan Islam, Kencana Prenada Media, Jakarta. Jurnal : Bagus Prasetyo Purnomo Putro, 2013, Tinjauan Yuridis Perkawinan AlKhuntsa (Kelamin Ganda) Menurut Hukum Islam, Jember : Universitas Jember. Bambang Widhiatmoko & Edy Suyanto, 2013, Legalitas Perubahan Jenis Kelamin Pada Penderita Ambiguous Genetalia di Indonesia, Jurnal Kedokteran Forensik Indonesia, Vol. 15 No. 1 Maret 2013, Surabaya : Universitas Airlangga. Internet : Syamsul Mahmudin : Hak Waris Waria dalam Keluarga. Diunduh pada 25 Januari 2016 jam 14.00 WIB dari situs
76