BAB II KERANGKA TEORI A. Landasan Teori 1. Laba Informasi tentang laba perusahaan, yang diukur dengan akuntansi akrual, biasanya menyediakan dasar lebih baik untuk memperdiksi kinerja dimasa yang akan datang dari pada informasi tentang penerimaan dan pengeluaran kas saat ini. FASB menyatakan bahwa fokus utama dalam pelaporan akuntansi adalah informasi tentang kinerja perusahaan yang diberikan oleh ukuran laba dan komponen di dalamnya. Angka merupakan hal yang penting dalam membentuk opini orangorang. Angka – angka yang dilaporkan memiliki kekuatan yang serupa untuk membangun opini di lingkungan perusahaan. Karena laba bersih yang dilaporkan merupakan angka yang memperoleh perhatian paling banyak, maka angka ini pula yang paling mungkin di manipulasi oleh manajer. Beberapa teori anggaran surplus atau defisit “ekonomi riil”, tetapi berdasarkan surplus atau defisit yang di laporkan. Tekanan untuk menaikan atau menurunkan pajak, untuk
menaikan atau memotong
pengeluaran. Terdapat empat alasan seorang manager untuk memanipulasi laba yang dilaporkan yaitu memenuhi target internal, memenuhi harapan eksternal, meratakan atau memuluskan laba, dan merekayasa laporan keuangan untuk keperluan penawaran saham perdana atau untuk memperoleh pinjaman dari bank.
13
14
Informasi laba memainkan peranan yang signifikan dalam proses pengambilan keputusan oleh pemakai laporan keuangan. Manajer memiliki kepentingan yang sangat kuat dalam pemilihan kebijakan akuntansi dari standar akuntansi yang ada dalam rangka memaksimalkan utilitas mereka dan nilai pasar perusahaan. Teori Efficiency Market Hypothesis (EMH) atau Capital market Efficiency menyebut bahwa laporan keuangan dapat mempengarui pasar saham. Ini berarti menunjukkan betapa pentingnya peranan laporan keuangan. Karena pentingnya peranan laporan keuangan ini di masyarakat barat khususnya, maka mengundang manajemen melakukan hal-hal yang mengubah laporan laba rugi untuk kepentingan pribadinya, seperti mempertahankan jabatan atau mendapatkan bonus yang tinggi. Biasanya laba yang stabil dimana tidak banyak fluktuasi atau variance dari satu periode ke periode lain dinilai sebagai prestasi baik. Upaya menstabilkan laba ini disebut income smoothing.Salah satu fenomena menarik dalam akuntansi yang berkaitan dengan laba adalah kejadian yang berkaitan dengan perataan laba (income smoothing). 2. Agency theory Principal mempercayakan pengambilan keputusan kepada agent, yang berarti kedua belah pihak mempunyai kesepakatan bersama atas tanggung jawab yang diserahkan pada pihak agent tersebut. Akan tetapi timbul, yaitu agent yang menjalankan perusahaan secara langsung memiliki informasi yang lebih banyak (full information) dibandingkan
15
principal
hanya
mengetahui
sebagian
yang
dilaporkan
saja.
Ketidakseimbangan informasi yang didapat ini,dimana agent mempunyai informasi lebih banyak cenderung melakukan tindakan yang sesuai keinginan dan kepentingannya untuk memaksimumkan utilitynya. Dan terkadang menimbulan kebijakan -kebijakan tertentu yang hanya diketahui oleh agen saja tanpa sepengetahuan principal. Teori Agensi
merupakan
suatu
pendekatan
yang
dapat
menjabarkan konsep manajemen laba yang sangat terkait dengan perataan laba yang akan dibahas dalam penelitian ini. Menurut Anthony dan Govindarajan hubungan agensi ada ketika salah satu pihak (prinsipal) dalam hal ini adalah pemegang saham menyewa pihak lain (agen) yaitu manajemen untuk melaksanakan suatu jasa dan, melakukan hal itu, mendelegasikan wewenang untuk membuat keputusan kepada agen tersebut. Prinsipal diasumsikan
hanya tertarik pada pengembalian
keuangan yang diperoleh dari investasi mereka pada perusahaan. Sedangkan agen diasumsikan akan menerima kepuasan tidak hanya dari kompensasi keuangan tetapi juga dari tambahan lain yang terlibat dalam hubungan keagenan.1 Sesuai dengan asumsi tersebut, maka manajer akan mengambil kebijakan yang menguntungkan dirinya sebelum memberikan manfaat kepada pemegang saham. Masalah keagenanan antara pemegang saham dengan manajer potensial terjadi bila manajemen memiliki saham 1
Anthony, R. dan V. Govindarajan. 2005. Sistem Pengendalian Manajemen ; Terjemahan. (Jakarta: Salemba Empat, 2005), hlm. 23.
16
mayoritas perusahaan. Pemegang saham tentu menginginkan manajer bekerja dengan tujuan memaksimumkan kemakmuran pemegang saham. Sebaliknya,
manajer
perusahaan
bisa
saja
bertndak
tidk
untuk
memaksimumkan kemakmuran mereka sendiri. Terjadilah conflik of interest. Untuk menyakinkan bahwa manajer bekerja sungguh-sungguh untuk
kepentingan
pemegang
saham,
pemegang
saham
harus
mengeluarkan biaya yang disebut agency cost yang meliputi (pengeluaran untuk memonitoring kegiatan manajer, pengeluaran untuk membuat suatu struktur organisasi yang meminimalkan tindakan-tindakan manajer yang tidak diinginkan sertya opportunity yang timbul akibat kondisi dimana manajer tidak dapat segera mengambil keputusan tanpa persetujuan pemegang saham.2 Hal ini mendorong pihak manajemen selaku agen untuk berusaha mengolah angka akuntansi menjadi sedemikian rupa melalui cara yang sistematis dengan memilih metode atau kebijakan tertentu sehingga angka akuntansi (laba) yang dilaporkan dari periode ke periode benarbenar dapat mencapai tujuan akhir yang diinginkan.3 3. Perataan laba (income smoothing) Perataan laba hanya merupakan salah satu pola dari menejemen laba. Perataan laba merupakan suatu pengurangan dengan sengaja atas fluktuasi laba yang dilaporkan agar berada pada tingkat yang dianggap normal bagi
2
David Sukartdi Kodrat, Manajemen Keuangan Based on Empirical Reasearch (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), hlm. 14. 3 Muchammad, A. (2001). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tindakan Perataan Laba / Income Smoothing.
17
perusahaan. Manajer melakukan perataan laba pada dasarnya ingin mendapatkan berbagai keuntungan ekonomi dan psikologis, yaitu: mengurangi total pajak terutang, meningkatkan kepercayaan diri manajer yang bersangkutan karena laba yang stabil akan mendukung kebijakan deviden yang stabil juga, mempertahankan hubungan antara manajer dengan karyawan karena pelaporan laba yang meningkat tajam akan memberi kemungkinan munculnya tuntutan kenaikan gaji dan siklus peningkatan dan penurunan laba dapat ditandingkan, sehingga gelombang optimisme dan pesimisme dapat diperlunakan.4 Teori Efficiency Market Hypothesis (EMH) atau Capital market Efficiency menyebut bahwa laporan keuangan dapat mempengarui pasar saham. Ini berarti menunjukkan betapa pentingnya peranan laporan keuangan. Karena pentingnya peranan laporan keuangan ini di masyarakat barat khususnya, maka mengundang manajemen melakukan hal-hal yang mengubah laporan laba rugi untuk kepentingan pribadinya, seperti mempertahankan jabatan atau mendapatkan bonus yang tinggi. Biasanya laba yang stabil dimana tidak banyak fluktuasi atau variance dari satu periode ke periode lain dinilai sebagai prestasi baik. Upaya menstabilkan laba ini disebut income smoothing.Salah satu fenomena menarik dalam akuntansi yang berkaitan dengan laba adalah kejadian yang berkaitan dengan perataan laba (income smoothing). 4
Hery, Akuntansi dan Rahasia di Baliknya untuk Para Manajer Non-akuntansi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), hlm. 123.
18
Hal ini mendorong untuk memperbaiki hubungan dengan kreditor, investor dan karyawan. Perataan laba merupakan normalisasi laba yang dilakukan secara sengaja untuk mencapai trend atau level laba tertentu. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio. Tindakan perataan laba diperoleh dengan menggunakan perhitungan indeks eckel yaitu menggunakan Coefficient Variantion (CV) variabel penghasilan atau laba operasi dan penjualan bersih. Adanya praktik perataan laba ditandai dengan indeks eckel yang nilainya kurang dari satu. Adapun indeks perataan laba yang dihitung dengan rumus sebagai berikut : Indeks Eckel =
CVΔI CVΔS
di mana: ΔS = perubahan penjualan dalam satu periode ΔI = perubahan penghasilan atau laba dalam satu periode CV = koefisien variasi dari variabel, yaitu standar deviasi dibagi dengan nilai yang diharapkan. Δx = perubahan laba (I) atau pendapatan (S) antar tahun n dengan n-1 Δx̄ = rata rata perubahan laba atau penjualan
Nilai dari CV ΔI dan CV ΔS dapat dihitung dengan rumus : CV ΔI dan CV ΔS =
∑ Δx − Δx̄ 2 n−1
∶ Δx̄
19
Cara menghitung ΔI dan ΔS5 ∆I =
Laba Operasi n − Laba Operasi n − 1 Laba Operasi n − 1
ΔS =
Laba Operasi n − Laba Operasi n − 1 Laba Operasi n − 1
Contoh perhitungan dengan indeks eckel untuk PT Astra International Tbk perusahaan memiliki perubahan rata-rata laba operasi dari tahun 2008 – 2014 yaitu senilai 0,139, dan nilai standar deviasi perubahan laba operasi sehingga diperoleh hasil CVΔI 2008 sebesar 0,759dan CVΔI 2009 sebesar 0,190. Perusahaan juga memiliki perubahan rata-rata penjualan dari tahun 2008-2014 yaitu senilai 0,171 dan nilai standar deviasi perubahan penjualan diperoleh CVΔS 2008 sebesar 0,506 dan CVΔS 2009 sebesar 0,511. Sehingga diperoleh indeks perataan laba sebagai berikut : Maka status pada perusahaan PT Astra International Tbk selama tahun 2008 tidak melakukan praktik perataan laba karena nilai index lebih dari angka 1 dan
tahun
2009
mengatakan perusahaan melakukan
perataan laba karena nilai index kurang dari angka 1atau CVΔI lebih kecil dari CVΔS. 4. Debt to Equity Ratio Debt to equity ratio menggambarkan kemampuan perusahaan dengan modal sendiri untuk menjamin hutang yang dimiliki dan menunjukkan proporsi pembelanjaan perusahaan yang dibiayai oleh 5
hlm. 35.
Mamduh Hanafi, Manajemen Keuangan Edisi 1, (Yogyakarta: Anggota IKAPI, 2004),
20
pemegang saham (modal sendiri) dan dibiayai dari pinjaman. Perusahaan dengan leverage yang tinggi memiliki risiko menderita kerugian besar karena semakin tinggi rasio leverage berarti semakin besar pula proporsi pendanaan perusahaan yang dibiayai dari hutang sehingga cenderung melanggar pernjanjian hutang ketika mengalami default (tidak dapat melunasi kewajibannya pada saat jatuh tempo) karena kesulitan keuangan. Hal ini menyebabkan investor dan kreditur takut untuk berinvestasi atau meminjamkan dananya kepada perusahaan sehingga menimbulkan keinginan manajemen untuk melakukan praktik perataan laba.6 Dengan melihat komposisi dan proporsi di aktiva atau harta , kewajiban atau hutang dan modal ekuitas dapat diketahui kondisi keuangan perusahaan. Persamaan matematika akuntansi dimuka (aktiva= kewajiban + modal) dalam hal ini membandingkan kewajiban terhadap aktiva (DAR = Debt to Assets Ratio ) atau kewajiban terhadap modal (DER = Debt to Equity Ratio). Dari angka yang tersaji di necara dapat diketahui rasio hutang atas aktiva yang menunjukkan berapa besar hutang perusahaan. Pada perusahan yang mempunyai debt to equity ratio tinggi, manajer perusahaan cenderung menggunakan metode akuntansi yang dapat meningkatkan pendapatan atau laba. Perusahaan dengan debt to equity ratio yang tinggi akan mengalami kesulitan dalam memperoleh 6
Dina Rahmawati, Dul Mulid, “Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Praktik Perataan Laba (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 20072010)”, Jurnal Ekonomi.
21
dana tambahan dari pihak kreditur bahkan perusahaan terancam melanggar perjanjian utang.7 Besarnya menunjukkan
kemampuan besarnya
perusahaan
kemampuan
untuk
menciptakan
perusahaan
untuk
laba
membayar
kewajibannya. Dalam kondisi seperti ini, penambahan dana dengan menggunakan hutang akan mampu meningkatkan laba per lembar saham bagi para pemegang saham. Hutang dapat memberikan keuntungan kepada pemiliknya, jika hutang dimanfaatkan dengan efektif dan laba yang didapat cukup untuk membayar biaya bunga secara periodik. Dengan DER yang tinggi perusahaan menanggung risiko kerugian yang tinggi tetapi juga berkesempatan untuk memperoleh laba yang meningkat. Jadi DER yang tinggi berdampak pada peningkatan laba bersih, berarti memberikan efek bahwa perusahaan akan melakukan perataan laba. Dari sudut pandang pemegang saham, utang adalah sumber pendanaan eksternal yang lebih disukai karena dua alasan:8 1.
Bunga atas sebagian besar utang jumlahnya tetap, dan jika bunga lebih kecil daripada pengembalian atas asset operasi bersih, selisis pengembalian atas asset operasi bersih, selisis pengembalia tersebut akan menjadikan keungungan bagi investor ekuitas.
2.
Bunga merupakan beban yang dapat mengurangi pajak, sedangkan deviden tidak.
7
Dhiar Ratnasari,”Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perataan Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2007-2010” jurnal akuntansi & keuangan, (Mei 2012) hlm. 17 8 Subramanyam dan John J. Wild, Analisis laporan Keuangan Buku Dua Terjemahan, (Jakarta: Salemba Empat, 2010), hlm. 265.
22
Penggunaan utang yang terlalu tinggi akan membahayakan perusahaan karena perusahaan akan masuk dalm kategori extreme leverage (utang extreme) yaitu perusahaan terjebak dalam tingkat utang yang tinggi dan sulit melepaskan beban utang tersebut. 9 Debt to Equity Ratio (DER) juga menunjukkan tingkat hutang perusahaan, perusahaan dengan hutang yang besar mempunyai biaya hutang yang besar pula. Hal tersebut menjadi beban bagi perusahaan yang dapat menurunkan tingkat kepercayaan investor. Para investor cenderung menghindari saham-saham yang memiliki Debt to Equity Ratio (DER) yang tinggi.10 Adapun rumus Debt to Equity Ratio adalah: 𝐷𝑒𝑏𝑡 𝑡𝑜 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =
Total Hutang Total Modal
Contoh perhitungan Debt Equity Ratio pada perusahaan Astra International Tbk pada tahun 2008 total hutangnya Rp 40.163.000.000 dan total ekuitasnya Rp 40.577.000.000 Maka Debt Equity Ratio nya pada perusahaan Indocement Tunggal Prakasa Tbk pada tahun 2008 adalah 0,99. Semakin tinggi tingkat rasio DER berarti manajemen semakin melakukan praktik perataan laba. karena perusahaan dengan hutang yang besar mempunyai biaya hutang yang besar pula. Hal tersebut menjadi beban bagi perusahaan yang dapat menurunkan tingkat kepercayaan investor. Dalam hal ini perusahaan dapat meminimumkan tingkat utang
9
Irham Fahmi, Analisis Laporan Keuangan, (Bandung: Alfabeta, 2014), hlm. 127. Anisa Ika Hanani, “Analisis Pengaruh Earnings Per Share (EPS), Return On Equity (ROE),dan Debt To Equity Ratio (DER) terhadap Return Saham pada Perusahaan – Perusaaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Center (JII) Periode Tahun 2005-2007” Jurnal Ekonomi (Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta, 2009), hlm.14. 10
23
yang diterima untuk kegiatan perusahaan sehingga investor akan tertarik menanamkan sahamnya.11 5. Profitabilitas (ROA) Profitabilitas adalah kemampuan yang dimiliki oleh perusahaan dalam memperoleh laba. Rasio profitabilitas adalah sekelompok rasio yang menunjukkan pengaruh gabungan dari likuiditas, pengelolaan aktiva, dan pengelolaan utang terhadap hasil-hasil operasi suatu perusahaan dapat di ukur dengan rasio return on asset (ROA). Return on asets adalah rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan manajemen dalam memperoleh keuntungan atas sumbersumber dana yang dimiliki perusahaan Semakin besar ROA yang dimiliki oleh sebuah perusahaan maka semakin efisien penggunaan aktiva sehingga akan memperbesar laba. Tingkat pengambilan ROA mengukur keberhasilan perusahaan dalam menggunakan aset untuk menghasilkan laba. Kreditor telah meminjamkan uang, dan bunga yang mereka terima merupakan pengambilan atas investasinya. Para pemegang saham membeli saham perusahaan, dan laba bersih merupakan bentuk pengambilanya.12 Perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang rendah memiliki kecenderungan lebih besar untuk melakukan tindakan perataan laba. Profitabilitas yang rendah dianggap tidak menarik perhatian pihak investor, untuk mengimbanginya maka perusahaan melakukan kebijakan 11
Tjiptono Darmadji dan Hendy M Fakhrudin, Pasar Modal Indonesia: Pendekatan Tanya Jawab, (Jakarta :Salemba Empat, 2012), hlm.158. 12 Walte r t.horison.jr, Akutansi Keuangan ; Edisi 8, (Jakarta : Erlangga, 2011), hlm. 265.
24
perataan laba agar nilai perusahaan meningkat. Tindakan tersebut dilakukan untuk menunjukkan bahwa walaupun perusahaan memiliki tingkat profitabilitas rendah, namun memiliki laba yang stabil dan memiliki risiko yang rendah. Hal ini didukung oleh Ashari et al. (1994) yang menemukan bukti bahwa perusahaan dengan tingkat profitabilitas rendah mempunyai kecenderungan lebih besar untuk melakukan perataan laba. Berikut ini rumus yang digunakan :13 𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 𝑜𝑛 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠 =
Total Laba Bersih Total 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎
Contoh perhitungan Return on Assets pada perusahaan Astra International Tbk pada tahun 2008 total laba bersihnya Rp 9.191.000.000 dan total aktivanya Rp 80.740.000.000 Maka Return on Assets nya 2008 adalah 0,11. 6. Ukuran Perusahaan (Size) Salah satu faktor yang dianggap mempengaruhi perataan laba dalam penelitian ini adalah ukuran perusahaan dimana ukuran perusahaan merupakan suatu skala yang dapat diklasifikasikan besar kecil perusahaan menurut berbagai cara, antara lain total aktiva, log size, nila pasar saham dan lain-lain. Pada dasarnya ukuran perusahaan hanya terbagi 3 kategori yaitu perusahaan besar, perusahaan menengah, dan perusahaan kecil. Penentuan ukuran perusahaan ini didasarkan kepada total asset perusahaan.
13
Mamduh Hanafi, Manajemen Keuangan edisi 1, (Yogyakarta: Anggota IKAPI, 2004), hlm. 42
25
Moses menemukan bukti bahwa perusahaan-perusahaan yang lebih besar memiliki dorongan yang lebih besar pula untuk melakukan perataan laba dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan yang lebih kecil karena perusahan-perusahaan yang lebih besar menjadi subjek pemeriksaan (pengawasan yang lebih ketat dari pemerintahan dan masyarakat umum atau general public).14 Dengan adanya pemeriksaan dari pemerintah perusahaan tidak ingin menampilkan laba yang berfluktuasi terlalu tinggi, sehingga dilakukan perataan laba. Ukuran perusahaan dapat dinilai dari total aktiva. Total aktiva adalah segala sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan diharapkan akan memberi manfaat ekonomi bagi perusahaan di masa yang akan datang. Ukuran perusahaan dapat dirumuskan sebagai berikut: Ukuran Perusahaan = log (Total Asset) Contoh perhitungan ukuran perusahaan pada perusahaan Astra International Tbk pada tahun 2008 total aktivanya Rp 80.740.000.000 Maka Size nya adalah 10,91 pada Perusahaan Indocement Tunggal Prakasa Tbk pada tahun 2008. 7. Kepemilikan Institusional Kepemilikan institusional adalah proporsi saham yang dimiliki oleh pihak institusi pada akhir tahun yang diukur dalam persentase jumlah
14
Endang Dwi Hastuti, “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba (Income Smoothing) pada Perusahaan yang Masuk dalam Jakarta Islamic Index Periode 2004 -2007”, Simposium Nasional Akuntansi, vol. VIII, (Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yoygakarta)
26
kepemilikan institusional terhadap jumlah saham secara keseluruhan.15 Sedangkan menurut Jensen dan Meckling dalam Permanasari (2010) menyatakan bahwa kepemilikan institusional memiliki peranan yang sangat penting dalam meminimalisasi konflik keagenan yang terjadi antara manajer dan pemegang saham. Keberadaan investor institusional dianggap mampu menjadi mekanisme monitoring yang
efektif dalam
setiap keputusan yang diambil oleh manajer. Hal ini disebabkan investor institusional terlibat dalam pengambilan yang strategis sehingga tidak mudah percaya terhadap tindakan manipulasi laba. Budiono
(2005)
dalam
Makaryanawati
dan
Milani
(2008)
menemukan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap perataan laba bahwa kepemilikan institusional akan membuat manajer merasa terikat untuk memenuhi target laba dari investor sehingga mereka akan cenderung terlibat dalam praktik perataan laba.16 Kepemilikan institusional memiliki arti penting dalam memonitor manajemen perusahaan karena dengan adanya kepemilikan oleh institusional akan mendorong
peningkatan
optimal. Monitoring tersebut tentunya untuk
pemegang saham
pengawasan
akan menjamin
yang
lebih
kemakmuran
karena pengaruh kepemilikan institusional
sebagai agen pengawas ditekan melalui investasi mereka yang cukup 15
Ratih Kartika Dewi, 2011. ― “Analisa Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perataan Laba (Income Smoothing) pada Perusahaan Manufaktur dan Keuangan yang Terdaftar di BEI (2006-2009)”. 16 Eko Budi Santoso, “Pengaruh Profitabilitas, Financial Leverage, Dividen, Ukuran Perusahaan, Kepemilikan Institusional, Dan Kelompok Usaha Terhadap Perataan Laba Studi Kasus Pada Perusahaan Non-Finansial Yang Terdafta Bei, 2012. Conference In Business, Accounting and Management (CBAM). Vol. 1 No. 1 hal 185
27
besar dalam pasar modal. Tingkat kepemilikan yang tinggi oleh institusi dalam suatu perusahaan akan menimbulkan usaha pengawasan yang lebih besar yang dilakukan oleh investor institusional sehingga akan dapat mengontrol manajer untuk tidak melakukan perbuatan yang tidak sejalan dengan kepentingan pemegang saham yang pada akhirnya akan mengurangi agency cost. Kepemilikan institusional memiliki beberapa kelebihan antara lain:
Memiliki profesionalisme dalam sehingga
menganalisis informasi
dapat menguji keandalan informasi dari suatu
perusahaan.
Memiliki motivasi yang kuat untuk melaksanakan pengawasan lebih ketat atas aktivitas yang terjadi di dalam suatu perusahaan.
Rumus kepemilikan institusional yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Kepemilikan Institusi =
Saham 𝐼nstitusi Saham Beredar
Contoh perhitungan ukuran perusahaan pada perusahaan Astra International Tbk pada tahun 2008 total saham institusi Rp 2.028.825.504 dan total saham Rp 4.048.355.314 Maka kepemilikan institusinya 2008 adalah 0,50. B. Tinjuan pustaka Perataan
laba
dapat
dipengaruhi
oleh
beberapa
faktor
yang
mendorongmanajer untuk melakukannya. Menurut Prasetio dkk. (2002), faktor-faktor yang mendorong praktik perataan laba merupakan cerminan dari
28
upaya manajemen untuk menghindari konflik dengan pihak-pihak lain yang berkepetingan. Faktor-faktor tersebut terdiri dari: a. Faktor konsekuensi ekonomi dari pilihan akuntansi Merupakan kondisi yang terpengaruh oleh angka-angka akuntansi, sehingga perubahan akuntansi yang mempengaruhi angka-angka akuntansi akan mempengaruhi kondisi itu; seperti: pembayaran bonus dan harga saham. b. Faktor-faktor laba Merupakan angka-angka yang dengan sendirinya ikut mendorong perilaku perataan laba, seperti: perbedaan yang signifikan antara laba yang diharapkan dengan laba yang sesungguhnya. Banyak penelitian empiris terdahulu yang telah menguji faktorfaktor tersebut dan menunjukkan simpulan yang belum sepakat, karena untuk beberapa faktor masih disimpulkan berpengaruh dan tidak berpengaruh terhadap perataan laba. Berikut ini disajikan penelitianpenelitian
empiris
mempengaruhi sebelumnya
dan
terdahulu tidak
mendapatkan
yang
meneliti
mempengaruhi hasil
yang
faktor-faktor
perataan
laba
bermacam-macam
yang Peneliti dalam
menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perataan laba. Penelitian mengenai perataan laba pernah dilakukan oleh: 1.
Penelitian Widya Ars’Siyanti Akbar (2013) menyatakan dengan judul penelitan “Faktor – Faktor Penentu dalam Perataan Laba Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
29
Indonesia”. Penelitian yang digunakan adalah metode analisis regresi berganda. Dengan hasil uji t, bahwa variabel umur perusahaan positif dan signifikan terhadap perataan laba. Sedangkan variabel siklus operasi
perusahaan,
leverage,
kepemilikan
manajerial,
dan
profitabilitas berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap perataan laba. Ukuran perusahaan, likuiditas dan kepemilikan institusional tidak berpengaruh signifikan terhadap perataan laba. Hasil secara simultan dengan uji F menunjukkan bahwa semua variabel independen berpengaruh signifikan terhadap perataan laba.17 2.
Penelitian Misni Yuniarti (2013) menyatakan dengan judul penelitian “Faktor – Faktor yang mempengaruhi praktik Perataan Laba yang dilakukan oleh perusahaan perusahaan di Indonesia studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efak Indonesia”. Penelitian yang digunakan adalah metode analisis regresi berganda. Dengan hasil uji t, bahwa variabel return on assets positif dan signifikan terhadap perataan laba. Sedangkan variabel net profit margin dan umur perusahaan berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap perataan laba. leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap perataan laba. Hasil secara simultan dengan uji F menunjukkan
17
Widya Ars’siyanti Akbar, “Faktor – Faktor Penentu dalam Perataan Laba Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia”, (Pekalongan : Universitas Pekalongan, 2013), hlm. 7.
30
bahwa semua variabel independen berpengaruh signifikan terhadap perataan laba.18 3.
Penelitian Achmad Zakki Saffudin, menyatakan bahwa skripsi dengan judul: Analisis Pengaruh Kepemilikan Institusional, Kualitas Audit, Ukuran Perusahaan, Dan Leverage Terhadap Praktik Manajemen Laba Dan Konsekuensi Manajemen Laba Terhadap Kinerja Keuangan (Studi pada Perusahaan yang Terdaftar di Jakarta Islamic Index Periode 2005-2009). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa (1) kepemilikan institusional tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba, (2) kualitas audit tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba, (3) ukuran perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap manajemen laba, (4) leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba, (5) secara bersama-sama pengaruh kepemilikan institusional, kualitas audit, ukuran perusahaan, dan leverage terhadap manajemen laba adalah sebesar R square (r2) yaitu 0,357, (6) manajemen laba berpengaruh negatif signifikan terhadap kinerja keuangan,
18
Achmad Zakki Saffudin, “Analisis Pengaruh Kepemilikan Institusional, Kualitas Audit, Ukuran Perusahaan, Dan Leverage Terhadap Praktik Manajemen Laba Dan Konsekuensi Manajemen Laba Terhadap Kinerja Keuangan (Studi pada Perusahaan yang Terdaftar di Jakarta Islamic Index Periode 2005-2009”. (Semarang : Universitas Diponegoro, 2011), skripsi
31
dan (7) pengaruh manajemen laba terhadap kinerja keuangan adalah sebesar R square (r2) yaitu 0,27036.19 4.
Dhiar Ratna Sari 2012
melakukan penelitian dengan judul
“Analisis faktor- faktor yang mempengaruhi perataan laba pada perusahaan manufaktur yang tercatat di BEI periode 2007-2010. Variabel yang digunakan meliputi: DER, ROA, Ukuran Perusahaan dan Leverage Operasi. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa profitabilitas, ukuran perusahaan, dan leverage operasi mempengaruhi kemungkinan terjadinya praktik perataan
laba.
Sedangkan
debt
to
equity
ratio
tidak
mempengaruhi praktik perataan laba.20 5.
Olivya Pramono tahun 2013 melakukan penelitian dengan judul Analisis Pengaruh ROA,NPM,DER,SIZE terhadap praktik perataan laba (Studi kasus pada perusahaan manufaktur di BEI 2007-2011). Variabel yang digunakan meliputi: ROA, NPM, DER dan Size. Hasil pengujian menunjukan bahwa ROA, NPM, DER, Size badan usaha tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadaap praktik perataan laba. Pada tahun 2011 mengalami pertumbuhan ekonomi yang baik serta diberikan berbagai kemudahan untuk perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI
19
Misni Yuniarti , “Faktor – Faktor yang mempengaruhi praktik Perataan Laba yang dilakukan oleh perusahaan perusahaan di Indonesia studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efak Indonesia” (Pekalongan : Universitas Pekalongan, 2013) 20 Dhiar Ratnasari, “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perataan Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Tercatat Di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2007-2010” (Semarang: Ekonomi dan Bisnis: Skripsi Universitas Diponegoro, 2013)hlm 76
32
sehingga mempengaruhi manajemen untuk tidak melakukan perataan laba.21 6.
Andreas Dwi Setiawan tahun 2011 Faktor –faktor yang mempengaruhi
perataan
Laba
(Income
Smooting)
pada
perusahaan keungan yang terdaftar di BEI Periode 2007-2010. Variabel yang digunakan meliputi: besaran perusahaan, financial leverage dan NPM. Melalui analisis regresi linear berganda diketahui bahwa variabel Net Profit Margin (NPM) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap terjadinya praktik perataan laba. Hal ini ditunjukkan dengan adanya hubungan regresional antara variabel dependen dengan beberapa variabel independen dan nilai signifikansi yang lebih kecil dari 0,05. Sedangkan variabel besaran perusahaan dan financial leverage tidak berpengaruh terhadap praktik perataan laba karena memiliki nilai signifikans yang lebih besar dari 0,05.22 7.
Muhammad Ary Irsyad tahun 2008 melakukan penelitian dengan
judul
Analisis
Pengaruh
Ukuran
Perusahaan,
Profitabilitas, Risiko Perusahaan dan Leverage Laba terhadap Praktik Perataan Laba pada Perusahaan yang Terdaftar di Jakarta Islamic Index. Hasil perhitungan indeks Eeckel 21
Olivya Pramono, “Analisis Pengaruh ROA, NPM, DER, Size Terhadap Praktik Perataan Laba (Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2007-2011” (Surabaya: Ekonomi dan Bisnis: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya, Vol 2. No.2. 2013)hlm 80 22 Andreas D. Setiawan, “Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Perataan Laba (Income Smoothing) Pada Perusahaan Keuangan Yang Terdaftar di BEI” (Jember: Fakultas Ekonomi Akuntansi: Universitas Jember, 2011)hlm 80
33
menunjukan bahwa praktik perataan laba juga di lakukan oleh perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index. Hasil pengujian regresi menunjukan bahwa
variabel ukuran
perusahaan berpengaruh signifikan terhadap praktik perataan laba, sehingga dapat disimpulkan bahwa dari empat variabel bebas yang diuji , hanya variabel ukuran perusahaan yang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kemungkinan perusahaan melakukan perataan laba.23 8.
Endang Dwi Hastuti melakukan penelitian dengan judul Analisis Faktor – faktor yang mempengaruhi praktik perataan Laba (Income Smoothing yang masuk dalam Jakarta Islamic Index periode 2004 – 2007. Variabel yang digunakan Besaran Perusahaan, ROA, Debt to Aset Rasio. Hasil penelitian secara simultan berpengarug signifikan terhadap perataan laba. Sedangkan uji T hanya besaran perusahaan yang berpengaruh signifikan terhadap perataan laba.24
9.
Yogi Subhekti melakukan penelitian Faktor-faktor yang mempengaruhi Perataan Laba (income smoothing) dan bukan perataan laba (non-income smoothing) studi pada perusahaan yang terdaftar di bursa efek Indonesia tahun 2002-2006. Hasil
23
Muhammad Ary Irsyad, “Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Perataan Laba (Income Smoothing) Pada Perusahaan Keuangan Yang Terdaftar di BEI” (Jember: Fakultas Ekonomi Akuntansi: Universitas Jember, 2011)hlm 80 24 Endang Dwi Hastuti, “Analisis Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba (Income Smoothing) Pada Perusahaan yang Masuk dalamm Jakarta Islamic Index” (Yogyakarta: Skripsi Fakultas Syariah Ekonomi Islam: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2009)hlm 80
34
perhitungan indeks Eckel (1981) menunjukkan bahwa praktik perataan laba juga dilakukan oleh sebagian perusahaan yang terdaftar di BEI. Hasil pengujian univariate menunjukkan bahwa variabel ukuran perusahaan, profitabilitas, financial leverage, dummy sektor industri, dan winner/losser stock mempunyai perbedaan yang signifikan antara perusahaan perata laba dan perusahaan bukan perata laba. Hasil pengujian multivariate menunjukkan bahwa ukuran perusahaan, profitabilitas, financial leverage, dummy sektor industri, dan status winner/losser stock secara serentak berpengaruh signifikan terhadap praktik perataan laba. Hasil pengujian secara parsial menunjukkan bahwa hanya variabel profitabilitas dan financial leverage yang berpengaruh signifikan terhadap praktik perataan laba; sedangkan variabel yang lainnya tidak berpengaruh secara signifikan.25 Peneliti merujuk pada penelitian Endang Dwi Hastuti dengan mengambil variabel ROA ,Leverage dan Size. Leverage rumus yang digunakan penelitiaan ini menggunakan DER. Penambahan variabel Kepemilikan Institusional dan Objek yang digunakan ( dalam penelitian ini objek diambil dari JII).
25
Yogi Subhkti, “Faktor-faktor yang mempengaruhi perataa Laba (income smoothing) dan bukan perataan laba (non-income smoothing) (studi pada perusahaan yang terdaftar di bursa efek Indonesia tahun 2002-2006)” (Surakarta: Tesis Magister Manajemen: Universitas Sebelas Maret , 2008)hlm 95
35
Tabel 2.1 Tabel Penelitian Terdahulu No 1
Judul Penelitian Faktor – Faktor Penentu dalam Perataan Laba Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Variabel Penelitian Dependen :
(2013)
Analisis
Hasil Penelitian variabel umur perusahaan positif dan
Perataan laba
Regresi
signifikan terhadap perataan laba.
menggunakan Indeks
Berganda
Sedangkan variabel siklus operasi
Eckel Independen : Siklus Operasi
Widya Ars’Siyanti Akbar
Metode Analisa
Perusahaan
perusahaan, leverage, kepemilikan manajerial,
dan
berpengaruh
negatif
profitabilitas dan
tidak
signifikan terhadap perataan laba.
Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan, likuiditas dan
Umur Perusahaan
kepemilikan
institusional
Laverage Operasi
berpengaruh
signifikan
Likuiditas
perataan laba. Hasil secara simultan
Kepemilikan Manajerial
dengan uji F menunjukkan bahwa
Kepemilikan
semua
Institusional
variabel
berpengaruh perataan laba
signifikan
tidak terhadap
independen terhadap
36
2
Faktor – Faktor yang mempengaruhi praktik Perataan Laba yang dilakukan oleh perusahaan perusahaan di Indonesia
Dependen :
Analisis
variabel return on assets positif dan
Perataan laba
Regresi
signifikan terhadap perataan laba.
menggunakan Indeks
Berganda
Sedangkan variabel net profit margin
Eckel Independen :
dan umur perusahaan berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap
studi Empiris pada
Return on Assets
perataan
Perusahaan Manufaktur
Net Profit Margin
berpengaruh
yang terdaftar di Bursa
Leverage
perataan laba. Hasil secara simultan
Umur Perusahaan
dengan uji F menunjukkan bahwa
Efak Indonesia Misni Yuniarti (2013)
laba.
semua
leverage
signifikan
variabel
berpengaruh
tidak terhadap
independen
signifikan
terhadap
perataan laba 3
Analisis Pengaruh Kepemilikan Institusional, Kualitas Audit,
Dependen : Manajemen laba Independen :
kepemilikan
institusional
berpengaruh
signifikan
tidak terhadap
manajemen laba, (2) kualitas audit
UkuranPerusahaan, Dan
Kepemilikan
Leverage Terhadap Praktik
Institusional
manajemen
laba,
(3)
ukuran
ManajemenLaba Dan
Kualitas Audit
perusahaan
berpengaruh
negatif
Konsekuensi Manajemen
tidak berpengaruh signifikan terhadap
signifikan terhadap manajemen laba,
37
Laba Terhadap Kinerja
Ukuran Perusahaan
(4)
Keuangan (Studi pada
Leverage
signifikan terhadap manajemen laba,
Perusahaan yang Terdaftar
leverage
tidak
berpengaruh
(5) secara bersama-sama pengaruh
di Jakarta Islamic
kepemilikan
IndexPeriode
audit,
2005-2009)
institusional,
ukuran
kualitas
perusahaan,
dan
leverage terhadap manajemen laba
Achmad Zakki Saffudin 4
Analisis faktor- faktor yang mempengaruhi perataan laba pada perusahaan manufaktur yang tercatat di BEI periode 2007-2010
(Dhiar Ratna Sari 2012)
5
Analisis Pengaruh
Dependen : Perataan laba
Regresi Linier Adanya praktik perataan laba yang Berganda
dilakukan
menggunakan Indeks
BEI,
Eckel
Leverage
Independen :
oleh perusahaan publik di
profit,
ukuran
Operasi
perusahaan,
mempengaruhi
kemungkinan terjadi praktik perataan
DER,
laba,
Profitabilitas (ROA)
praktik perataan laba.
Ukuran perusahaan,
(Dhiar Ratna Sari 2012) (Olivya
Laverage Operasi,
Pramono 2013)
Dependen:
Regresi Linier
DER
tidak
mempengaruh
DER tidak berpengaruh pada praktik
38
ROA,NPM,DER,SIZE terhadap praktik perataan laba (Studi kasus pada perusahaan manufaktur di BEI 2007-2011) (Olivya Pramono 2013)
Membedakan perusahaan
Berganda
perataan laba dikarenakan
pada
manufaktur yang melakukan
kondisi ekonomi meningkat membuat
income smoothing
perusahaan
Independen :
kesulitan
Profitabilitas (ROA),
pinjaman.
NPM (Net Profit Margin)
kelangsungan
perusahaan
Debt to Equity Ratio
lebih
karena
peningkatan
tersebut
sehingga
Ukuran Badan Usaha
mengalami
dalam
melakukan
Dampak NPM membuat
baik
ekonomi
(DER)
tidak
menjadi
manajemen tidak perlu melakukan praktik perataan laba.
6
Faktor –faktor yang
Dependen :
Regresi Linier
Adanya praktik perataan laba yang
mempengaruhi perataan
Perataan Laba
Berganda
dilakukan oleh sebagian perusahaan
Laba (Income Smooting)
Independen :
keuangan yang terdaftar di Bursa
pada perusahaan keungan
Besaran Perusahaan,
Efek Indonesia, menurut uji T , hanya
yang terdaftar di BEI
Financial Leverage,
NPM saja yang berpengaruh dengan
Net Profit Margin (NPM),
perataan
Periode 2007-2010 (Andreas Dwi Setiawan tahun 2011)
laba
sedang
besaran
perusahaan dan financial leverage .
39
7
Analisis Pengaruh Ukuran
Dependen :
Metode goodness
Bahwa variabel besaran perusahaan,
Perusahaan, Profitabilitas,
Perataan Laba
of fit dan Hosmer
fianancial leverage berpengaruh
Risiko Perusahaan dan
Independen :
and Lemeshow
dengan perataan laba
Leverage Laba terhadap
Besaran Perusahaan,
Praktik Perataan Laba pada
Financial Leverage,
Perusahaan yang Terdaftar
Risiko Perusahaan (NPM),
Dependen :
Regresi Linier
Bahwa variabel besaran perusahaan,
Perataan Laba
Berganda
fianancial leverage berpengaruh
di Jakarta Islamic Index. Muhammad Ary Irsyad tahun 2008 8
Analisis Faktor – faktor yang mempengaruhi praktik perataan Laba (Income
Variabel Independen yang
dengan perataan laba namun ROA
Smoothing yang masuk
digunakan Besaran
tidak memberikan pengaruh
Perusahaan, ROA, Debt to
signifikan terhadap perataan laba
dalam Jakarta Islamic Index periode 2004 – 2007.
Aset Rasio.
Endang Dwi Hastuti 9
Faktor-faktor yang mempengaruhi
Dependen :
Regresi logistik
Secara simultan signifikan
Perataan Laba dan bukan
berpengaruh dengan perataan laba
perataan laba
secara persial ROA dan FL
40
PerataanLaba (income
Independen :
berpengaruh dengan tindakan
smoothing) dan bukan
Besaran Perusahaan,
perataan laba dan yang Size,DSI tidak
perataan laba (non-income ROA, smoothing) studi pada perusahaan yang terdaftar di bursa efek Indonesia tahun 2002-2006. Yogi Subhekti
Financial Leverage, Dumy Sektor Industri.
berpengaruh
41
C. KerangkaBerfikir Topik perataan laba (income smoothing) terkait erat dengan konsep manajemen laba (earning management). Penjelasan konsep manajemen laba menggunakan pendekatan teori keagenan (agency theory) yang menyatakan bahwa praktik manajemen laba dipegaruhi oleh konflik kepentingan antara manajemen dan pemilik yang timbul ketika setiap pihakberusaha untuk mencapai atau mempertahankan tingkat kemakmuran yang dikehendakinya. Income Smoothing adalah bentuk manajemen pendapatan yang merefleksikan akibat atau hasil ekonomi, bukan karena hasil-hasil tersebut, melainkan karena manajemen menghasilkan kualitas laba atau keuntungan yang lebih rendah, karena pendekatan ini.menggambarkan kinerja ekonomi suatu bisnis selama periode tertentu.Income Smoothingini tidak tergantung pada kecurangan dan distorsi atau perubahan, melainkan pada peluang yang muncul dalam alternatif prinsip-prinsip akuntansi transaksi yang diterima dan penyebarannya. Roychowdury (2006) mengatakan bahwa manajemen laba melalui manipulasi aktivitas riil adalah berpindahnya pengelolaan laba dari praktik operasi normal ke praktik operasi tidak normal, yang dimotivasi oleh keinginan manajer untuk menipu beberapa stakeholders agar percaya terhadap laporan keuangan yang dibuat atas dasar operasi normal. Perpindahan dari praktik operasi normal ke tidak normal tidak memberikan kontribusi terhadap nilai perusahaan walaupun manajer mencapai sasaran pelaporan.Manajer yang terlibat manajemen laba mementingkan keuntungan
42
pribadi untuk mencapai sasaran pelaporan karena mereka bertindak sebagai agen.Contohnya, manajemenlaba dilakukan untuk menghindari kerugian, dan menghindari pelanggaran perjanjian utang, untuk menghindari intervensi pemerintah, serta untuk meningkatkan bonus. Di Indonesia, penelitian tentang manipulasi aktivitas riil telah dilakukan oleh Andayani (2008). Hasilnya adalah perusahaan manufaktur melakukan over produksi, memberi diskon, dan kelonggaran kredit sebagai indikasi adanya manajemen laba, yang menyebabkan biaya produksi menjadi tinggi. Dari uraian di atas berikut disajikan kerangka pemikiran yang dituangkan gambar berikut: Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis
Debt to Equity Ratio (DER) H1 Profitabilitas (ROA)
Ukuran Perusahaan
H2 H3 H4
Kepemilikan Institusional
H5
Perataan Laba (Income Smooting)
43
1. HubunganDebt to Equity Ratio Terhadap Perataan Laba Syafriont By (2008) menemukan bukti bahwa Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh terhadap praktik perataan laba. Debt to Equty Ratio merupakan proporsi penggunaan hutang yang diberikan kreditur pada perusahaan terhadap modal yang dimiliki. Semakin tinggi rasionya makin besar
resiko
yang ditanggung
perusahaan
karena
akan
keagenan
untuk
mempengaruhi kebijakan keuangan perusahaan. Teori
akuntansi
positif
menggunakan
teori
menjelaskan dan memprediksi pilihan kebijakan akuntansi oleh manajer yaitu teori The Debt Covenant Hypothesis, dimana perusahaan yang teracam melanggar accounting-based debt covenant cenderunng untuk memilih prosedur akuntansi yang menggeser report earnings dari future period ke curret period (menaikan laba yang dilaporkan sekarang) cateris paribus.26 Menurut Sartono (2004) financial
leveragemenunjukkan proporsi
penggunaan utang untuk membiayai investasinya. Semakin besar utang perusahaan maka semakin besar pula risiko yang dihadapi investor sehingga investor akan meminta tingkat keuntungan yang semakin tinggi. Akibat kondisi tersebut perusahaan cenderung untuk melakukan praktik perataan laba.27
26
Rahmawati, Teori Akuntansi Keuangan, (Yogyakarta: Graha ilmu, 2012), hlm. 116. Ratih, kartika Dewi.“Analisa Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba (Income Smoothing) pada Perusahaan Manufaktur dan Keuangan yang Terdaftar di BEI periode 2006-2009”. Jurnal Universitas Diponegoro Semarang. 27
44
2. Hubungan Profitabilitas Terhadap Perataan Laba Yusuf dan Soraya (2004) yang melakukan penelitian pada perusahaan asing dan non asing menemukan bahwa profitablitias tidak berpengaruh terhadap perataan laba. Hasil yang lain ditemukan oleh Purwanto
(2004),
dalam penelitiannya profitabilitas berpengaruh pada
praktik perataan laba. Profitabilitas biasa digunakan untuk menilai kinerja manajemen pada suatu periode
tertentu.
Perusahaan
berupaya
agar
investor banyak yang menanamkan modal pada usahanya. Sehingga praktik perataan laba terkadang digunakan supaya laba yang dilaporkan di laporan keuangan terlihat stabil, tidak berfluktuasi. Laba yang tidak berfluktuasi tersebut juga akan dinilai bahwa manajer melakukan kinerja yang bagus selama satu periode tersebut oleh para pemegang saham. Laba yang berfluktuasi dinilai mengkhawatirkan oleh pihak manajemen, karena apabila investor menilai kinerja manajemen dari segi laba maka mereka dinilai kurang optimal kinerjanya, yang berpotensi adanya pergantian manajemen. Sehingga semakin rendah profitabilitas makin terindikasi perusahaan melakukan perataan laba. 3. Hubungan Ukuran Perusahaan terhadap perataan laba Ukuran perusahaan adalah suatu skaladimanadapat diklasifikasikan besar kecil perusahaan menurut berbagai cara, antara lain: total aktiva, log size,
nilai pasar
saham
dan
lain-lain. Besar
kecilnya assets suatu
perusahaan akan mempengaruhi kemampuannya dalam menanggung risiko
45
yang mungkin akan timbul akibat berbagai situasi yang dihadapi perusahaan yang berkaitan dengan operasinya, Ismail (2004). Ukuranperusahaan dipandang sebagai salah satu faktor pendorong perataan laba. Beberapa penelitian sebelumnya berhasil membuktikan bahwa semakin besar perusahaan, maka semakin besar pula indeks perataan labanya. 4. Hubungan Kepemilikan Institusional terhadap perataan laba Kepemilikan mengendalikan pihak
institusional manajemen
memiliki melalui
kemampuan
proses
monitoring
untuk yang
dilakukan secara efektif sehingga dapat mengurangi manajemen laba. Persentase saham tertentu yang dimiliki oleh institusi dapat mempengaruhi proses penyusunan laporan keuangan yang tidak menutup kemungkinan terdapat akrualisasi sesuai dengan kepentingan pihak manajemen.28 Penelitian yang dilakukan oleh Widyastuti (2009) dan Suryani (2010) menunjukkan bahwa tindakan pengawasan yang dilakukan oleh pihak investor insitusional dapat membatasi perilaku para manajer dalam melakukan manajemen laba. Tindakan
pengawasan
perusahaan yang
dilakukan oleh pihak investor institusional dapat mendorong manajer untuk lebih memfokuskan perhatiannya terhadap kinerja perusahaan sehingga akan mengurangi perilaku opportunistic atau mementingkan diri sendiri.
28
Muh Arief Ujiantho dan Bambang Agus Pramuka “Mekanisme Corporate Governance, Manajemen laba dan Kinerja Keuangan (Studi Perusahaan Go Publik Sektor Manufaktur)”Jurnal Ekonomi
46
D. Hipotesis Hipotesis merupakan proposisi yang akan di uji keberlakuannya, atau merupakan jawaban sementara atas pertanyaan penelitian.29Berdasarkan kerangka berpikir di atas, penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut: a. H1: Terdapat pengaruh DER terhadap praktik perataan laba (income smothing) pada perusahaan-perusahaanyang terdaftar di Jakarta Islamic Index selama periode 2008 - 2014. b. H2 : Terdapat pengaruh profitabilitas (ROA) terhadap praktik Perataan laba (income smoothing) pada Perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index selama periode 2008 - 2014. c. H3 : Terdapat pengaruh ukuran perusahaan (size) terhadap praktik perataan laba (income smoothing) pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index selama periode 2008 - 2014. d. H4: Terdapat pengaruh kepemilikan institusional terhadap praktik perataan laba (income smoothing)pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index selama periode 2008 - 2014 e. H5 : Terdapat pengaruh secara simultan antara DER, profitabilitas (ROA), ukuran
perusahaan
(Size),
dan
kepemilikan
institusional
terhadap
praktikperataan laba (income smoothing) pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index selama periode 2008 – 2014.
29
Bambang Prasetyo dan Lina Mitahul Jannah, Metode Penelitian Kuantitatif: Teori dan Aplikasi. (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), hlm. 76