BAB II KERAGKA TEORITIS
2.1
Definisi Perbankan, Kegagalan Transaksi dan Kualitas (Mutu)
2.1.1 Perbankan Bank (cara pengucapan: [Bang]) adalah sebuah lembaga intermediasi keuangan umumnya didirikan dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang, meminjamkan uang dan menerbitkan promes atau yang dikenal sebagai banknote. Kata bank berasal dari bahasa Italia yaitu banca yang berarti tempat penukaran uang (Bouveir, 1856). Sedangkan menurut Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 Tanggal 10 November 1998 tentang perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Sejarah mencatat asal mula dikenalnya kegiatan perbankan adalah pada zaman kerajaan tempo dulu di daratan Eropa dimana dalam perkembangan usaha perbankan mulai dikenal di benua Asia, Afrika dan Amerika pada saat Bangsa Eropa melakukan penjajahan ke negara jajahan. Bila ditelusuri, sejarah dikenalnya perbankan dimulai dari jasa penukaran uang dimana pada masa dahulu penukaran tersebut dilakukan antar kerajaan yang satu dengan kerajaan yang lain. Oleh karena itu dalam sejarah perbankan, awalnya bank lebih dikenal sebagai meja tempat penukaran uang atau sekarang lebih dikenal sebutan nama pedagang valuta asing (Money Changer). Kemudian dalam perkembangan selanjutnya, kegiatan
8 Universitas Sumatera Utara
operasional perbankan berkembang menjadi tempat penitipan uang atau yang disebut sekarang ini kegiatan simpanan. Berikutnya kegiatan perbankan bertambah dengan kegiatan peminjaman uang yaitu uang yang disimpan oleh masyarakat, dipinjamkan kembali kepada masyarakat yang membutuhkannya oleh perbankan. Sejalan dengan perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat yang semakin beragam, maka usaha perbankan melakukan berbagai inovasi dalam memunculkan jasa-jasa perbankan lainnya. 2.1.2 Kegagalan Transaksi Kegagalan transaksi (Ramakrishnan, 2000) adalah ketidakberhasilan dalam menjalankan sekumpulan intruksi yang sebelumnya telah diperintahkan. Untuk menjamin agar integritas dapat tetap terpelihara maka setiap transaksi harus memiliki sifat-sifat sebagai berikut (Bacon, 2003) : 1 Atomik Semua instruksi dalam transaksi dapat dikerjakan seluruhnya atau tidak sama sekali. 2 Konsisten Eksekusi transaksi secara tunggal harus dapat menjamin data tetap konsisten setelah transaksi berakhir. 3 Terisolasi Pada sebuah sistem basis data terdapat sejumlah transaksi yang dilaksanakan secara bersamaan, maka semua transaksi yang dilaksanakan pada saat yang bersamaan tersebut harus dapat dimulai dan bisa berakhir.
9 Universitas Sumatera Utara
4 Bertahan Perubahan data yang terjadi setelah sebuah transaksi berakhir dengan baik, harus dapat bertahan bahkan jika seandainya sistem menjadi mati. Adapun status-status yang dapat dicapai oleh sebuah transaksi sejak mulai dilaksanakan hingga selesai atau batal adalah sebagai berikut: 1 Aktif Merupakan status awal (initial state) sebuah transaksi yang menunjukkan transaksi tersebut masih dieksekusi. 2 Berhasil Sebagian Keadaan yang dicapai transaksi tepat pada saat operasi terakhir dalam transaksi selesai dikerjakan. 3 Gagal Merupakan keadaan dimana sebuah transaksi terhenti pengeksekusiannya sebelum tuntas sama sekali. 4 Batal Keadaan dimana sebuah transaksi dianggap tidak/belum dikerjakan dengan terlebih dahulu diawali dengan mengembalikan semua data yang telah diubah ke nilai-nilai semula. 5
Berhasil Sempurna keadaan dimana transaksi telah dinyatakan berhasil dikerjakan seluruhnya dan basis data telah merefleksikan perubahan-perubahan yang memang diinginkan transaksi.
10 Universitas Sumatera Utara
2.1.3 Kualitas (Mutu) Kualitas adalah standar mutu untuk suatu produk yang dihasilkan dari suatu proses produksi yang berada dalam batas-batas toleransi yang diperbolehkan atau diizinkan agar sesuai dengan tuntutan konsumen. Ada pendapat yang menyatakan bahwa bahwa kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan (Goetsch, 2005). Mutu produk dan jasa dapat didefinisikan sebagai keseluruhan gabungan karakteristik produk dan jasa dari pemasaran, rekayasa, pengembangan dan pemeliharaan yang membuat produk dan jasa yang digunakan memenuhi harapanharapan pelanggan. Dalam arti yang luas, mutu adalah sesuatu yang dapat disempurnakan. Mutu bukan saja dihubungkan dengan produk dan jasa tetapi juga dengan cara kerja operator, cara menjalankan mesin, dan cara sistem yang dilaksanakan.
2.2
Quality Control Circle Quality Control Circle atau sering disebut Gugus Kendali Mutu (GKM)
adalah
sekolompok
kecil
orang
yang
secara
sukarela
(Jishuteki)
menyelenggarakan kegiatan kendali mutu di dalam suatu lingkungan kerja (Ishikawa, 1986). GKM yang merupakan pengembangan dari Total Quality Control (TQC) diprakarsai oleh Dr. J.M. Juran dan Dr. E.W. Deming, menjadi salah satu konsep baru untuk meningkatkan mutu dan produktivitas kerja di dunia industri/jasa.
11 Universitas Sumatera Utara
Tujuan GKM ini adalah untuk mendayagunakan seluruh asset yang dimiliki perusahaan/ instansi terutama sumber daya manusianya secara lebih baik, guna meningkatkan mutu dalam arti luas. Objek perbaikan (tema) GKM sangat luas meliputi bahan, proses, produk, lingkungan dan lain-lain yang dapat berasal dari anggota gugus, fasilitator, ketua GKM atau pimpinan perusahaan/ organisasi. Dalam pelaksaanaan kegiatan pengendalian mutu, GKM memutar roda Deming (PDCA) dan melakukan 8 (delapan) langkah dan 7 (tujuh) alat secara berkesinambungan yang sering disebut dengan singkatan Delta, yaitu (Lestari, 2009): 1
Delapan Langkah Delapan langkah yang digunakan meliputi : P berarti “Planning” (perencanaan) meliputi 4 (empat) langkah yaitu : L1
:
Menentukan pokok permasalahan
L2
:
Membahas penyebab
L3
:
Menguji penyebab
L4
:
Menyusun rencana penanggulangan
D berarti “Do” (pelaksanaan) meliputi 1 (satu) langkah yaitu : L5
:
Pelaksanaan penanggulangan
C berarti “Check” (meneliti hasil) meliputi 1 (satu) langkah yaitu : L6
:
Meneliti hasil
A berarti “Action” (tindakan) meliputi 2 (dua) langkah yaitu :
12 Universitas Sumatera Utara
2
L7
:
Standarisasi
L8
:
Langkah berikutnya
Tujuh alat a. Diagram Pareto b. Diagram Tulang Ikan (Diagram Sebab Akibat) c. Stratification d. Check sheets e. Histograms f. Diagram Pencar (Scatter Diagram) g. Run Charts dan Contorol Charts
2.2.1 Diagram Pareto Diagram Pareto dikembangkan oleh Vilfredo Pareto pada akhir abad ke-19 merupakan pendekatan logik dari tahap awal pada proses perbaikan suatu situasi yang digambarkan dalam bentuk histogram yang dikenal sebagai konsep vital few and the trivial many untuk mendapatkan penyebab utama. Diagram Pareto telah digunakan secara luas dalam kegiatan kendali mutu untuk menangani kerangka proyek, proses program, kombinasi pelatihan, proyek dan proses sehingga sangat membantu dan memberikan kemudahan bagi para pekerja dalam meningkatkan mutu pekerjaan. Diagram Pareto merupakan metode standar dalam pengendalian mutu untuk mendapatkan hasil maksimal atau memilih masalah-masalah utama dan dianggap sebagai suatu pendekatan sederhana yang dapat dipahami serta sebagai perangkat pemecahan dalam bidang yang cukup kompleks. Diagram Pareto dibuat berdasarkan data statistik dan prinsip bahwa 20% penyebab bertanggung jawab
13 Universitas Sumatera Utara
terhadap 80% masalah yang muncul atau sebaliknya. Kedua aksioma tersebut menegaskan bahwa lebih mudah mengurangi bagian lajur yang terletak di bagian kiri diagram Pareto daripada mencoba untuk menghilangkan secara sistematik lajur yang terletak di sebelah kanan diagram. Hal ini dapat diartikan bahwa diagram Pareto dapat menghasilkan sedikit sebab penting untuk meningkatkan mutu produk atau jasa. Keberhasilan penggunaan diagram Pareto sangat ditentukan oleh partisipasi personil terhadap situasi yang diamati, dampak keuangan yang terlihat pada proses perbaikan situasi dan penetapan tujuan secara tepat. Faktor lain yang perlu dihindari adalah jangan membuat persoalan terlalu kompleks dan juga jangan terlalu mencari penyederhanaan pemecahan. Dalam pembuatan diagram Pareto, terdapat beberapa tahapan yang harus dilalui yaitu antara lain : 1
Tahap 1 a
Tentukan permasalahan apa yang akan diteliti dan bagaimana cara mengumpulkan data.
b
Tentukan masalah yang akan diteliti, misalnya item rusak, kerugian dalam arti moneter dan kejadian kecelakaan.
c
Tetapkan
data
apa
yang
mengklasifikasikannya, misalnya
diperlukan
dan
bagaimana
rusak berdasarkan tipe, lokasi,
proses, mesin, pekerja dan metode. d
Tetapkan metode pengumpulan data dan periode selama data dikumpulkan.
14 Universitas Sumatera Utara
2
Langkah 2 Rencanakan lembaran catatan data yang mendaftar semua item, dengan menyediakan ruang untuk jumlah total.
3
Langkah 3 Isi lembaran catatan dan hitung jumlah total sehingga akan menghasilkan tabel lembaran data sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Contoh Lembaran Data untuk Diagram Pareto Persentase Total Tipe Cacat ama Total Keseluruhan Cacat Kumulatif Regangan 104 104 52 Goresan 42 146 21 Lubang pen 20 166 10 Retak 10 176 5 Noda 6 182 3 Celah 4 186 2 Total 200 100
4
Persentase Kumulatif 52 73 83 88 91 93 -
Langkah 4 Buat Lembaran data diagram Pareto yang mendaftar semua item masingmasing jumlah total, total kuantitatif, persentase terhadap total seluruhnya dan persentase kumulatif.
5
Langkah 5 Aturan item dalam urutan jumlah dan istilah lembaran data “lain-lain” harus diletakkan pada garis terakhir tanpa mempermasalahkan besarnya. Hal ini disebabkan karena merupakan kelompok item yang masing-masing lebih kecil yang dicatat sebagai individu.
15 Universitas Sumatera Utara
6
Langkah 6 a
Gambar dua sumbu vertikal dan sumbu horizontal
b
Pada sumbu vertikal kiri tandai dengan skala 0 sampai dengan total seluruhnya.
c
Sumbu vertikal kanan tandai dengan skala dari 0% sampai 100%
d
Sumbu horizontal ditandai dengan jumlah interval sampai jumlah item yang diklasifikasikan.
7
Langkah 7 a
Buat diagram balok
b
Gambar kurva kumulatif (kurva Pareto) dengan menandai nilai kumulatif diatas interval kanan dari setiap item dan hubungkanlah titik tersebut dengan garis sebagaimana tertera pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Contoh Diagram Pareto
16 Universitas Sumatera Utara
2.2.2 Diagram Tulang Ikan Diagram tulang ikan adalah diagram yang menunjukkan sebab akibat yang berguna untuk mencari atau menganalisis sebab-sebab timbulnya masalah sehingga
memudahkan
cara
mengatasinya.
Pertama
kali
diagram
ini
diperkenalkan oleh seorang ilmuwan jepang pada tahun 1960-an bernama Dr. Kaoru Ishikawa, ilmuwan kelahiran 1915 di Tokyo Jepang yang juga alumni teknik kimia Universitas Tokyo. Karena bentuknya menyerupai tulang ikan yang bagian moncong kepalanya menghadap ke kanan, diagram ini akan menunjukkan sebuah dampak atau akibat dari sebuah permasalahan, dengan berbagai penyebabnya. Efek atau akibat dituliskan sebagai moncong kepala. Sedangkan tulang ikan diisi oleh sebab-sebab sesuai dengan pendekatan permasalahannya. Umumnya penggunaan diagram tulang ikan atau sering disebut fishbone adalah untuk desain produk dan mencegah kualitas produk yang jelek (defect). Mekanisme penggunaan metoda diagram tulang ikan ini adalah melalui pengklasifikasian sesuai dengan sebabakibat. Adapun langkah-langkah penyusunan diagram tulang ikan adalah sebagai berikut : 1 Langkah 1 Gambarlah sebuah garis horizontal dengan suatu tanda panah pada ujung sebelah kanan dan suatu kotak didepannya. Akibat atau masalah yang ingin dianalisis ditempatkan dalam kotak.
17 Universitas Sumatera Utara
2 Langkah 2 Tulislah penyebab utama (manusia, bahan, mesin dan metoda) dalam kotak yang ditempatkan sejajar dan agak jauh dari garis panah utama. Hubungan kotak tersebut dengan garis panah yang miring ke arah garis panah utama. Kadang-kadang mungkin, atau mungkin diperlukan untuk menambahkan lebih dari empat macam penyebab utama. 3 Langkah 3 Tulislah penyebab kecil pada diagram tersebut di sekitar penyebab utama, yang penyebab kecil tersebut mempunyai pengaruh terhadap penyebab utama. Hubungkan penyebab kecil tersebut dengan sebuah garis panah dari penyebab utama yang bersangkutan sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 2.2.
Gambar 2.2 Contoh Bentuk Diagram Tulang Ikan
2.3
Peranan Teknologi Informasi di Dunia Perbankan Turbulensi ekonomi yang terjadi satu dekade lalu telah membuat sebagian
pelaku bisnis berpikir dan bekerja keras agar bisnisnya menjadi lebih efektif dan efisien. Cara yang ditempuh sangat beragam, mulai dari ekstrim seperti
18 Universitas Sumatera Utara
meresionalisasi karyawan, menyusun kembali road map bisnis hingga berupaya mentransformasikan bisnisnya melalui berbagai perangkat. Teknologi Informasi (TI) adalah salah satu alat utama yang kerap dipilih perusahaan selain untuk membuat proses bisnis yang dijalankan semakin efektif dan efisien juga untuk meningkatkan produktivitas sehingga dampaknya saat ini banyak
perusahaan
di
berbagai
sektor
industri
mengalami
percepatan
pertumbuhan bisnisnya. Perbankan adalah salah satu sektor industri yang menempatkan implementasi TI sebagai garda terdepan dimana TI telah menjadi bagian yang tidak
dapat
dipisahkan
dalam
operasional
perbankan.
Seiring
dengan
perkembangan TI, inovasi dan kreativitas yang diciptakan kalangan perbankan dalam jasa layanan perbankan yang berbasis teknologi tersebut terus berkembang mengikuti pola kebutuhan nasabah bank. Transaksi perbankan berbasis elektronik merupakan bentuk perkembangan penyedia jasa layanan bank yang memberikan peluang usaha baru bagi bank yang berdampak pada perubahan strategi usaha perbankan, dari yang berbasis manusia (tradisional) menjadi berbasis teknologi informasi yang lebih efisien dan praktis. Membangun perangkat TI di industri perbankan yang mampu memenuhi kebutuhan internal dan eksternal tidaklah gampang. Dibutuhkan 5 (lima) elemen penting dalam pengembangan TI yaitu : 1 Ketersediaan dana yang cukup 2 Strategi yang tepat 3 Proses 4 Perangkat TI
19 Universitas Sumatera Utara
5 Sumber Daya Manusia (SDM) Keterpaduan dan keseimbangan kelima elemen tersebut akan menciptakan sinergi yang bermanfaat bagi bank. Idealnya, aplikasi TI akan investasi TI yang efektif akan meningkatkan keunggulan daya saing dalam jangka panjang. Disamping itu, ada beberapa tahap yang harus dipersiapkan secara matang oleh perbankan dalam mengembangkan TI yaitu : 1 Menentukan visi/arah yang jelas yaitu dibutuhkan komitmen dan konsistensi yang tinggi dari manajemen perbankan dalam mengembangan TI secara intensif (intensifikasi teknologi). 2 Persepsi yang terdapat dilingkungan internal dimana penggunaan TI bukan sekadar merupakan supporter namun sudah menjadi enabler. Dengan perubahan peran tersebut maka TI akan menjadi salah satu alat bagi perusahaan untuk meningkatkan keunggulan kompetitifnya atau sering disebut dengan istilah Strategi Information System (SIM) as competitive weapons. 3 Perencanaan TI yang selaras dengan visi/arah dari perusahaan sehingga investasi yang dikeluarkan dapat menjadi nilai tambah (value added) 4 Perawatan perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software) TI. 5 Tahap uji coba perangkat teknologi untuk menyelaraskan antara software dengan hardware. Tahap ini merupakan tahap transisi yang paling krusial bagi bank karena melalui tahap ini dapat diketahui apakah sistem teknologi yang akan digunakan telah sesuai dengan harapan serta tahap ini merupakan gerbang pintu sebelum sistem teknologi tersebut release ke sistem production suatu bank.
20 Universitas Sumatera Utara
Penggunaan Layanan ATM merupakan salah satu contoh inovasi yang menggunakan teknologi informasi dan merupakan proses desintermediasi dalam kontek “debirokratisasi” sistem dan prosedur serta pendelegasian kepada teknologi dalam membantu pelayanan yang tepat dan cepat. Dengan teknologi informasi, selain terjadi proses otomasi dan disentermediasi, juga terjadi proses integrasi baik dalam piranti software dan hardware, masukan (database) dan keluar (informasi), proses (antara penggunaan database dan sarana telekomunikasi meliputi data teks dan suara melalui jaringan komunikasi digital).
2.4
Sejarah Penggunaan ATM di dunia Perbankan
2.4.1 Asal Mula ATM Diciptakan Pada mulanya mesin pintar ini ditemukan oleh Don Wetzel, Vice President of Product Planning pada perusahaan Docutel. Konsep ATM pertama kali lahir pada tahun 1968 dimana prototipenya baru muncul setahun kemudian. Ide awal pengembangan mesin ATM, berasal dari Wetzel yang merasa waktunya sering habis untuk mengantri di Bank untuk mendapatkan satu layanan sebagai nasabah bank. Atas dasar tersebut, Wetzel bersama Tom Barnes dan George Chastian menciptakan mesin ATM yang di Indonesia dikenal dengan istilah Anjungan Tunai Mandiri dengan dana yang dihabiskan oleh ketiga penemu tersebut untuk membangun sebuah mesin ATM pertama kali sekitar lima juta dollar. Akhirnya, Ducotel mendaftarkan mesin ATM tersebut pada kantor paten pada tahun 1973. Berdasarkan catatan Wetzel, bank yang pertama kali menggunakan mesin ATM dalam layanan perbankannya adalah Chemical Bank )ew York. ATM pertama ini tidak diletakkan di lobi bank, melainkan di dinding luar bank yang
21 Universitas Sumatera Utara
menghadap ke jalan raya. Dan untuk melindungi mesin dari hujan dan sinar matahari bank menggunakan kanopi. Dan saat ini, perkembangan ATM telah merambah ke seluruh dunia termasuk Indonesia dalam melakukan berbagai transaksi perbankan. Secara umum mesin ATM terdiri dari box ATM, tombol angka sebagai keyboard yang dilengkapi tombol cancel, enter dan exit, kemudian sebuah layar atau monitor dan kamera (optional) yang biasa terlihat dari luar bilik ATM. Sementara di dalam ATM itu sendiri terdiri dari sebuah Central Processing Unit (CPU), keyboard, modem, kotak uang, printer mini dan card reader. 2.4.2 Perkembangan ATM di Indonesia Penggunaan mesin ATM di dunia usaha perbankan Indonesia mulai digunakan sejak tahun 1987. Sebagai salah satu inovasi mutakhir saat itu, banyak bank besar berlomba-lomba berinvestasi menyediakan ATM sebagai salah satu bentuk pelayanan kepada nasabah walaupun nilai investasi untuk mengadakan dan mengoperasionalkan ATM tersebut tergolong besar. Biaya yang dikeluarkan bank untuk investasi ATM tidak hanya dari sisi mesin ATM tetapi juga perawatan dan infrastruktur jaringan.
Saat itu, untuk mengadakan satu unit terminal ATM
dibutuhkan investasi sebesar $13.000 - $20.000 dengan biaya perawatannya mencapai $125 - $150 perbulan. Seiring dengan perkembangan dunia perbankan, saat ini penggunaan ATM menjadi kebutuhan vital masyarakat dalam bertransaksi. Menurut data Marketing Research Indonesia (MRI), volume perputaran dana melalui transaksi ATM selama setahun mencapai Rp. 541,83 trilyun. Frekuensi masyarakat menggunakan ATM rata-rata lima kali dalam sebulan per nasabah dan total jumlah transaksi
22 Universitas Sumatera Utara
transaksi menggunakan ATM mencapai 95 juta transaksi per bulan (intra dan antarbank). 2.4.3 Interkoneksi ATM di Indonesia Dengan semakin pesatnya perkembangan ATM dan untuk meningkatkan pemanfaatan ATM oleh masyarakat, maka Bank Indonesia mengimbau agar perbankan melakukan interkoneksi ATM dengan tujuan agar kartu ATM yang diterbitkan oleh bank manapun dapat dilayani oleh seluruh ATM yang ada di Indonesia. Selain memudahkan nasabah, langkah tersebut juga sangat efisien dalam pengembangan jaringan ATM. Interkoneksi ATM merupakan salah satu contoh implementasi aliansi strategis yang ada di dunia perbankan. Saat ini, terdapat empat kelompok besar ATM yang menawarkan jasa untuk menerapkan aliansi strategis
yaitu ATM
Prima yang dikelola oleh BCA, ATM Bersama yang dikelola oleh Artajasa, ATM Alto yang dikelola oleh PT. Daya Network Lestari dan ATM Link yang dikelola bersama oleh Bank Mandiri, BNI dan BRI. Berdasarkan ketentuan yang terdapat pada Lampiran Surat Keputusan Direksi PT. Bank Sumut Nomor. 338/DIR/DTS-PPJ/SK/04, ATM Bersama adalah kumpulan ATM - ATM milik beberapa bank yang terhubung ke Pusat Komputer Penyelenggara (Artajasa) dimana setiap pemegang kartu ATM dari bank – bank tersebut dapat melakukan transaksi di seluruh ATM milik Banknya maupun ATM milik Bank lain. Didalam layanan ATM Bersama, dikenal 2 (dua) istilah yaitu antara lain :
23 Universitas Sumatera Utara
1 Issuer Bank Bank sebagai penerbit kartu ATM, dimana nasabah issuer bank dapat melakukan transaksi diseluruh ATM dari acquirer bank yang tergabung dalam ATM Bersama. 2 Acquirer Bank Bank pemilik mesin ATM, dimana sebagai acquirer bank yang tergabung dalam ATM Bersama mendapatkan manfaat atas penggunaan mesin ATMnya dari nasabah pemegang kartu ATM yang tergabung dalam ATM Bersama.
24 Universitas Sumatera Utara