21
KERAGKA PEMIKIRA DA HIPOTESIS Kerangka Pemikiran Hasil penelitian Marwan (2008) dan Sooknanan et al. (2002) menunjukkan bahwa dosen perguruan tinggi merupakan aktor (pengambil keputusan) utama yang sangat berpengaruh terhadap pemanfaatan ICT dalam proses pendidikan. Dosen dalam adopsi inovasi inherent layak dijadikan sebagai aktor utama pengambil keputusan untuk meningkatkan tingkat adopsi inovasi inherent dalam proses pembelajaran. Berdasarkan telaah berbagai hasil penelitian terkait dengan pemanfaatan ICT dalam dunia pendidikan diketahui bahwa keputusan adopsi inovasi oleh individu ditentukan oleh dua faktor, yaitu faktor internal (Marwan 2008, Chitanana et al. 2008) dan eksternal (Teo et al. 2007, Marwan 2008, Godschalk & Lacey 2001). Faktor internal dosen terdiri atas keterampilan komputer dan kesiapan dosen dalam melaksanakan proses pembelajaran berbasis ICT. Faktor eksternal dosen dijelaskan dengan dua kriteria, yaitu karakteristik inovasi dan karakteristik perguruan tinggi. Sesuai tahapan keputusan inovasi yang dikemukakan oleh Rogers (2003), faktor internal dan eksternal pengambil keputusan memiliki hubungan terhadap keputusan inovasi. Tingkat adopsi inovasi inherent dalam proses pembelajaran dijadikan sebagai variabel terikat, sedangkan faktor internal dan eksternal dosen merupakan variabel bebas. Faktor internal yang dijadikan variabel dalam penelitian ini adalah karakteristik dosen yang dibatasi pada dua indikator, yaitu keterampilan komputer dan kesiapan dosen dalam melaksanakan proses pembelajaran berbasis ICT. Faktor eksternal yang dijadikan sebagai variabel penelitian adalah karakteristik inovasi dan karakteristik perguruan tinggi. Variabel karakteristik inovasi dalam penelitian ini adalah lima karakteristik inovasi yang dikemukakan oleh Rogers (2003), yaitu keuntungan relatif, kerumitan, kesesuaian, kemudahan untuk dicoba dan kemudahan untuk dilihat. Variabel karakteristik perguruan tinggi dijelaskan oleh tiga indikator, yaitu dukungan pimpinan, sosialisasi keberadaan inherent, serta dukungan penyediaan sarana dan prasarana, pelatihan dan tenaga teknik. Variabel tingkat adopsi inovasi inherent dalam proses pembelajaran dilihat dari dua indikator, yaitu pemanfaatan fasilitas bahan ajar online dalam proses
22
pembelajaran
dan
pemanfaatan
fasilitas
video-conference
dalam
proses
pembelajaran. Hasil akhir yang diharapkan dari adanya adopsi inovasi inherent dalam proses pembelajaran adalah terwujudnya kegiatan pendidikan tinggi yang berkualitas. Namun demikian, penelitian ini tidak melihat sampai ke dampak akhir tersebut. Penelitian dibatasi atau hanya dilakukan sampai batas diketahuinya tingkat adopsi inovasi inherent dalam proses pembelajaran khususnya di UBL. Hubungan antar variabel dan dampak akhir dari proses adopsi inovasi inherent dalam proses pembelajaran di UBL dapat dilihat pada Gambar 4. Karakteristik Dosen (X1) X1.1. Keterampilan komputer X1.2. Kesiapan melaksanakan proses pembelajaran berbasis ICT
X2.1. X2.2. X2.3. X2.4. X2.5.
Karakteristik Inovasi (X2) Keuntungan relatif Kerumitan Kesesuaian Kemudahan untuk dicoba Kemudahan untuk dilihat
Adopsi Inovasi Inherent (Y) Y1. Pemanfaatan bahan ajar online Y2. Pemanfaatan fasilitas videoconference
H2
Karakteristik Perguruan Tinggi (X3) X3.1. Dukungan pimpinan X3.2. Sosialisasi keberadaan inherent X3.3. Penyediaan sarana dan prasarana X3.4. Pengadaan pelatihan X3.5. Penyediaan tenaga teknik Keterangan:
H1
Pendidikan Tinggi yang Berkualitas
H3
= Batasan penelitian
Gambar 4 Kerangka pemikiran penelitian Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka pemikiran penelitian (Gtambar 4), penelitian ini menguji tiga hipotesis mengenai hubungan antara variabel yang mempengaruhi tingkat adopsi inovasi inherent dalam proses pembelajaran di UBL, yaitu: H1 : Terdapat hubungan nyata positif antara karakteristik dosen dan tingkat adopsi inovasi inherent di UBL. H2 : Terdapat hubungan nyata positif antara karakteristik inovasi inherent dan tingkat adopsi inovasi inherent di UBL. H3 : Terdapat hubungan nyata positif antara karakteristik perguruan tinggi dan tingkat adopsi inovasi inherent di UBL.
23
METODE PEELITIA Desain Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk menguji hipotesis tentang hubungan tiga variabel (karakteristik dosen, karakteristik inovasi dan karakteristik perguruan tinggi) dengan tingkat adopsi inovasi inherent dalam proses pembelajaran di UBL. Ruslan (2008) menyatakan bahwa penelitian deskriptif dapat dilakukan guna meneliti gejala atau hubungan antara dua gejala atau lebih. Artherton dan Klemmack (1982) dalam Ruslan (2008) mengatakan bahwa penelitian deskriptif dengan menggunakan metode survei dapat dilakukan untuk mencari hubungan dua variabel atau lebih. Nasution (2003) mengatakan bahwa penelitian survei dapat digunakan dalam penelitian yang bersifat eksploratif, deskriptif maupun eksplanatori. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka penelitian didesain sebagai survei deskriptif eksplanatori. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan sejak September 2009 yang dimulai dari tahap penyusunan proposal. Pengambilan dan analisis data dilakukan selama dua bulan, yaitu pada Bulan Mei hingga Juni 2010. Pengambilan data penelitian dilaksanakan di UBL. Populasi dan Sampel Populasi adalah kumpulan semua hal (orang, perusahaan dan sebagainya) yang dipertimbangkan dengan baik. Karakteristik penting dari populasi adalah berisi semua elemen yang menarik perhatian. Populasi dapat dibatasi atau tidak dalam hal ukuran (Ashenfelter et al. 2003). Berdasarkan pengertian ini, maka populasi penelitian ini dibatasi pada dosen tetap Universitas Bandar Lampung yang mengajar pada jenjang pendidikan strata satu dan pernah memanfaatkan inovasi inherent. Berdasarkan data Laporan Evaluasi Diri Berbasis Program Studi (EPSBED) yang dimuat dalam situs http://www.evaluasi.or.id diketahui bahwa jumlah dosen tetap yang mengajar di Program Studi Jenjang S1 UBL adalah sebanyak 103 orang yang mengajar pada 12 program studi jenjang S1. Dua program studi jenjang S1 UBL meliputi Program Studi Manajemen, Program
24
Studi Akuntansi, Program Studi Teknik Sipil, Program Studi Teknik Mesin, Program Studi Teknik Arsitektur, Program Studi Ilmu Hukum, Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Program Studi Ilmu Administrasi Niaga, Program Studi Teknik Informatika, Program Studi Sistem Informasi, Program Studi Ilmu Komunikasi dan Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris (Perencanaan dan Pengembangan Pengembangan UBL 2010). Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 103 orang. Sampel adalah sebagian dari populasi yang dipilih untuk dianalisis. Pemilihan sampel ini merupakan suatu hal yang sangat penting. Berbagai metode pengambilan sampel tersedia namun hal kunci yang harus diingat bahwa sampel dari sebuah populasi dapat menggambarkan tentang populasi tersebut (Ashenfelter et al. 2003). Berdasarkan hal ini, maka sampel penelitian adalah sebagian dari dosen tetap Universitas Bandar Lampung yang mengajar pada jenjang pendidikan strata satu dan pernah memanfaatkan inovasi inherent. Penarikan sampel dilakukan secara acak sederhana dan ditentukan sebesar 50 persen dari populasi sehingga jumlah sampel yang diambil adalah sebanyak 52 orang. Pengambilan sampel dilakukan sebesar 50 persen dengan maksud agar diperoleh data yang mendekati dengan kondisi yang sebenarnya. Data dan Instrumentasi Berdasarkan cara perolehannya, data yang diperlukan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder, yaitu: 1. Data primer, yaitu berupa pendapat dosen mengenai variabel penelitian yang diduga memiliki hubungan dengan adopsi inovasi inherent dalam proses pembelajaran, termasuk data mengenai adopsi inovasi inherent dalam proses pembelajaran seperti yang tersaji pada Gambar 4. Data primer yang dikumpulkan dalam penelitian ini dibuat dalam instrumen penelitian yang berbentuk kuesioner (Lampiran 1). 2. Data sekunder, yaitu berupa profil UBL dan data lain yang relevan dengan penelitian. Data sekunder ini akan diambil dari dokumen yang dikeluarkan oleh UBL maupun instansi lainnya yang relevan.
25
Definisi Operasional Jogiyanto
(2008)
mengatakan
bahwa
variabel
penelitian
harus
didefinisikan agar jelas makna dan pengukurannya. Definisi operasional dan indikator pengukuran dari variabel penelitian ini disajikan pada Tabel 4. Tabel 4 Variabel Keterampilan komputer
Definisi operasional penelitian
dan
Definisi Operasional 1.
Kesiapan melaksanakan pembelajaran berbasis ICT
Tingkat kesiapan dosen UBL dalam melaksanakan proses pembelajaran yang berbasis ICT dengan memanfaatkan inovasi inherent
1.
Keuntungan relatif
Tingkat inovasi inherent dirasakan lebih baik dibandingkan dengan ide lain yang digantikannya
1.
2.
2.
2. 3. 4.
Tingkat kerumitan inovasi inherent untuk dipahami dan digunakan dibandingkan dengan teknologi yang digantikannya
1. 2.
3.
Kesesuaian
Kemudahan untuk dicoba
Tingkat inovasi inherent dirasakan sebagai sesuatu yang konsisten dengan nilai– nilai yang berlaku di UBL, pengalaman-pengalaman terakhir dan kebutuhan adopter Tingkat kemudahan inovasi inherent untuk dicoba pada keadaan sumberdaya yang terbatas
pengukuran
variabel
Indikator Pengukuran
Tingkat keterampilan dosen UBL menggunakan komputer untuk proses pembelajaran
Kerumitan
indikator
1.
2.
1.
2.
Kemampuan dosen menggunakan komputer dasar (Chitanana et al. 2008) Kemampuan dosen menggunakan internet (Chitanana et al. 2008) Keperluan dosen mengikuti pelatihan pemanfaatan inovasi inherent Keperluan dosen terhadap dukungan tenaga teknik untuk memanfaatkan inovasi inherent Peningkatan mutu proses pembelajaran (Premkumar dan Roberts 1999 dalam Teo et al. 2007) Kemudahan pelaksanaan proses pembelajaran (Teo et al. 2007) Peningkatan efektivitas proses pembelajaran (Teo et al. 2007) Pengurangan biaya operasional proses pembelajaran (Teo et al. 2007) Kerumitan penggunaan (Grover 1993 dalam Teo et al. 2007) Kerumitan pengembangan (Parthasarathy & Bhattacherjee 1998 dalam Teo et al. 2007) Kerumitan untuk dipelajari (Parthasarathy & Bhattacherjee 1998 dalam Teo et al. 2007) Nilai dan kepercayaan organisasi (Premkumar & Ramamurthy 1995 dalam Teo et al. 2007) Infrastruktur teknologi informasi yang telah tersedia (Teo & Wong 1997 dalam Teo et al. 2007) Kemudahan inovasi inherent dicoba dengan menggunakan peralatan teknologi informasi yang telah tersedia di UBL Keperluan peralatan tambahan untuk mencoba inovasi inherent
26
Tabel 4 Lanjutan Variabel Kemudahan untuk dilihat
Dukungan pimpinan
Definisi operasional
Indikator Pengukuran
Tingkat kemudahan inovasi inherent untuk dilihat dan disaksikan hasilnya oleh orang lain.
1.
Tingkat dukungan pimpinan puncak (top management) perguruan tinggi dalam pemanfaatan inherent untuk kepentingan proses pembelajaran
1.
2.
2.
3.
Sosialisasi keberadaan inherent
Tingkat sosialisasi keberadaan inovasi inherent di UBL
1. 2.
3.
Kemudahan inovasi inherent dilihat dan diakses di seluruh ruang kampus Kemudahan inovasi inherent dilihat dan diakses di luar kampus Antusias pimpinan puncak dalam pemanfaatan inovasi inherent (Premkumar & Roberts 1999 dalam Teo et al. 2007) Kesadaran pimpinan puncak akan keuntungan dari inovasi inherent (Teo et al. 2007) Ketersediaan peraturan pemanfaatan inovasi inherent yang dibuat oleh pimpinan puncak Sosialisasi inovasi inherent oleh pimpinan puncak Sosialisasi inovasi inherent oleh pengelola inherent di UBL (Pusat Komputer) Sosialisasi inovasi inherent oleh dosen
Penyediaan sarana dan prasarana
Tingkat penyediaan sarana dan prasarana yang dilakukan perguruan tinggi untuk mendukung pemanfaatan inovasi inherent
Ketersediaan sarana dan prasarana untuk mendukung pemanfaatan inovasi inherent
Pengadaan pelatihan
Tingkat pengadaan pelatihan yang diselenggarakan UBL untuk mendukung pemanfaatan inovasi inherent dalam proses pembelajaran
Ketersediaan pelatihan bagi dosen untuk memanfaatkan inovasi inherent
Penyediaan tenaga teknik
Tingkat penyediaan tenaga teknik yang dilakukan oleh perguruan tinggi untuk mendukung pemanfaatan inovasi inherent
Ketersediaan tenaga teknik untuk membantu dosen dalam pemanfaatan inovasi inherent
Pemanfaatan bahan ajar online
Tingkat pemanfaatan fasilitas bahan ajar online inovasi inherent oleh dosen UBL dalam proses pembelajaran
1. 2. 3.
Pemanfaatan fasilitas videoconference
Tingkat pemanfaatan fasilitas video-conference inovasi inherent oleh dosen UBL dalam proses pembelajaran
1.
2.
Frekwensi dosen UBL mencari ide pembuatan bahan ajar Frekwensi dosen UBL men-download bahan ajar Frekwensi dosen UBL mengunggah bahan ajar Frekwensi dosen UBL mengikuti kuliah umum melalui fasilitas videoconference inovasi inherent Frekwensi dosen UBL mengikuti seminar melalui fasilitas videoconference inovasi inherent
27
Pengukuran variabel penelitian yang disajikan pada Tabel 4 dilakukan dengan menggunakan skala ordinal. Variabel keterampilan komputer, kesiapan dosen melaksanakan proses pembelajaran berbasis ICT, keuntungan relatif, kerumitan, kesesuaian, kemudahan untuk dicoba, kemudahan untuk dilihat, dukungan pimpinan, sosialisasi keberadaan inherent, penyediaan sarana dan prasarana, pengadaan pelatihan serta penyediaan tenaga teknik diukur dengan menggunakan empat alternatif jawaban, yaitu skor 1 = sangat tidak setuju, skor 2 = tidak setuju, skor 3 = setuju dan skor 4 = sangat setuju. Variabel pemanfaatan bahan ajar online dan pemanfaatan fasilitas video-conference inovasi inherent diukur dengan menggunakan empat alternatif jawaban, yaitu skor 1 = tidak pernah, skor 2 = kadang-kadang, skor 3 = sering dan skor 4 = selalu. Kategori pengukuran variabel penelitian ini terdiri dari empat kategori, yaitu sangat rendah, rendah, tinggi dan sangat tinggi. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Nasution (2003) mengatakan bahwa alat ukur atau kuesioner penelitian pada umumnya harus memenuhi dua syarat utama, yaitu alat ukur tersebut harus valid (sahih) dan harus reliable (dapat dipercaya). Suatu alat pengukur dikatakan valid jika alat itu mengukur apa yang harus diukur oleh alat itu. Alat pengukur dikatakan reliable jika alat itu dalam mengukur suatu gejala pada waktu yang berlainan senantiasa menunjukkan hasil yang sama. Jadi alat yang reliable secara konsisten akan memberikan hasil ukuran yang sama. Salah satu ukuran validitas untuk sebuah kuesioner adalah apa yang disebut sebagai validitas konstruk (construct validity). Kuesioner yang berisi beberapa pertanyaan untuk mengukur suatu hal, dikatakan valid jika setiap butir pertanyaan yang menyusun kuesioner tersebut memiliki keterkaitan yang tinggi. Ukuran keterkaitan antar butir pertanyaan ini umumnya dicerminkan oleh keajegan korelasi jawaban antar pertanyaan. Pertanyaan yang memiliki korelasi rendah dengan butir pertanyaan yang lain, dinyatakan sebagai pertanyaan yang tidak valid. Metode yang sering digunakan untuk memberikan penilaian terhadap validitas kuesioner adalah korelasi produk momen (moment product correlation, Pearson correlation) antara skor setiap butir pertanyaan dengan skor total, sehingga sering disebut sebagai inter item-total correlation. Formula yang
28
digunakan untuk menghitung korelasi produk momen tersebut adalah sebagai berikut:
ri=
∑nj=1xij- x i tj - t
2 ∑n t - t 2 ∑nj=1xij- x i j=1 j
keterangan: ri = korelasi antara butir pertanyaan ke-i dengan total skor xij = skor responden ke-j pada butir pertanyaan i xi = rata-rata skor butir pertanyaan i tj = total skor seluruh pertanyaan untuk responden ke-j t = rata-rata total skor
Berdasarkan hasil uji kuesioner terhadap 10 orang, diketahui bahwa korelasi antar butir pertanyaan dengan skor total dari masing-masing variabel penelitian bernilai lebih besar dari 0,5 (Lampiran 2) sehingga instrumen penelitian ini dinyatakan sudah valid. Jogiyanto (2008) mengatakan bahwa reliabilitas suatu alat ukur (kuesioner) menunjukkan akurasi dan ketepatan dari pengukurnya. Reliabilitas berhubungan dengan akurasi (accurately) dari pengukurnya. Suatu pengukur dikatakan reliabel jika dapat dipercaya. Supaya dapat dipercaya, maka hasil dari pengukuran harus akurat, presisi dan konsisten. Dikatakan konsisten jika beberapa pengukuran terhadap subyek yang sama diperoleh hasil yang tidak berbeda. Besarnya tingkat reliabilitas dalam hal ini ditunjukkan oleh nilai koefisien reliabilitas. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengukur koefisien reliabilitas dari suatu alat ukur adalah melalui pendekatan koefisien konsistensi internal (coeficient of internal consistency) dari alat ukur. Koefisien korelasi yang tinggi menunjukkan konsistensi internal item-item di alat ukur. Ukuran koefisien konsistensi internal diukur dengan menggunakan koefisien Cronbach alpha. Formula untuk menghitung koefisien Cronbach alpha adalah sebagai berikut: ∑ki=1 Si2 k r= 1
k-1 ST2
keterangan: r = koefisien Cronbach alpha k = banyaknya butir pertanyaan Si2 = ragam skor butir pertanyaan ke-i ST2 = ragam skor total
29
Berdasarkan hasil uji kuesioner terhadap 10 orang responden contoh diketahui bahwa nilai Cronbach alpha dari setiap variabel penelitian menunjukkan nilai Cronbach alpha berada pada kisaran 0,708 sampai dengan 0,821 (Tabel 5). Mengingat nilai Cronbach alpha kuesioner penelitian bernilai lebih besar dari 0,666 maka dapat dikatakan bahwa kuesioner penelitian ini adalah reliabel. Tabel 5 Koefisien Cronbach alpha hasil uji coba kuesioner Variabel Penelitian Karakteristik Dosen (X1): X1.1. Keterampilan komputer X1.2. Kesiapan melaksanakan proses pembelajaran berbasis ICT
Koefisien Cronbach Alpha 0,778 0,809
Karakteristik Inovasi (X2) X2.1. Keuntungan relatif X2.2. Kerumitan X2.3. Kesesuaian X2.4. Kemudahan untuk dicoba X2.5. Kemudahan untuk dilihat
0,785 0,821 0,806 0,803 0,842
Karakteristik Perguruan Tinggi (X3) X3.1. Dukungan pimpinan X3.2. Sosialisasi keberadaan inherent X3.3. Penyediaan sarana dan prasarana X3.4. Pengadaan pelatihan X3.5. Penyediaan tenaga teknik
0,763 0,818 0,763 0,812 0,708
Adopsi Inovasi inherent dalam proses pembelajaran (Y): Y1. Pemanfaatan bahan ajar online Y2. Pemanfaatan fasilitas video-conference
0,784 0,776
Pengumpulan Data Pengumpulan data primer dalam penelitian ini dilakukan melalui observasi langsung di lapangan, wawancara
dan pengisian kuesioner. Data sekunder
dikumpulkan dengan pengambilan basis data khususnya di UBL dan instansi lain yang relevan.
30
Analisis Data Data primer penelitian dianalisis dengan menggunakan analisis statistik deskriptif dan inferensial. Analisis deskriptif menggunakan nilai rata-rata skor jawaban responden yang dikonsultasikan dengan nilai interval atau rentang skor sesuai dengan jumlah alternatif jawaban dari kuesioner, sedangkan alat analisis inferensial yang digunakan adalah uji korelasi rank Spearman. Formula untuk menghitung korelasi rank Spearman adalah sebagai berikut: 6 ∑ d2 rs = 1 n (n2 -1)
keterangan: rs = Nilai korelasi rank Spearman d2 = Selisih setiap pasangan rank n = Jumlah pasangan rank untuk Spearman