9
BAB II KAJIAN TEORITIS
A. Konsep Manajemen 1. Pengertian Manajemen Pengelolaan dapat diartikan kegiatan yang dilakukan bersama dan melalui orang-orang serta kelompok dengan maksud untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi. Berdasarkan pengertian tersebut, pengelolaan itu tidak bisa hanya dilakukan oleh sendiri, tetapi juga menyangkut berbagai pihak yang dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan secara bersama. Sudjana (2004:17) mendefinisikan bahwa pengelolaan atau manajemen adalah kemampuan dan keterampilan khusus untuk melakukan suatu kegiatan baik bersama orang lain atau melalui orang lain dalam mencapai tujuan organisasi. Sedangkan menurut Nickels, McHugh dan McHugh (1997) dalam Tisnamwati dan Saefullah (2009: 6) menjelaskan bahwa : Manajemen adalah sebuah proses yang dilakukan untuk mewujudkan tujuan organisasi melalui rangkaian kegiatan berupa perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian orang-orang serta sumber daya organisasi lainnya. Implementasi dari serangkaian
kegiatan
pengertian diatas merencanakan,
bahwa manajemen merupakan
mengorganisasikan,
menggerakan,
mengendalikan dan mengembangkan terhadap segala upaya dalam mengatur dan mendayagunakan sumber daya manusia, sarana prasarana serta efesien dan efektif untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
10
Dalam pengertian tersebut terdapat tiga dimensi penting menurut Sudjana (2004: 18) dalam pengelolaan suatu program, Dimensi pertama, bahwa dalam manajemen terjadi kegiatan yang dilakukan oleh seorang pengelola (pimpinan, kepala, komandan, ketua, dlsb) bersama orang-orang atau kelompok. Hal ini menunjukkan bahwa betapa pentingnya kemampuan dan keterampilan khusus yang perlu dimiliki oleh pengelola untuk melakukan hubungan kemanusiaan dengan orang lain dan untuk mempengaruhi orang lain, baik melalui hubungan perorangan maupun kelompok. Kemampuan dan keterampilan khusus itu terlihat pada interaksi antara pihak yang memimpin (yang mengelola) dan pihak yang dipimpin (staf atau bawaan), hubungan kemanusiaan ini terjadi apabila pihak yang memimpin dan yang dipimpin itu terdiri atas kelompok. Singkatnya, hubungan kemanusiaan menjadi dimensi utama dalam kegiatan pengelolaan. Dimensi kedua menunjukan bahwa kegiatan yang dilakukan bersama dan melalui orang lain itu mempunyai tujuan yang akan dicapai sesuai dengan kesepakatan bersama. Dimensi ini member makna bahwa kegiatan tersebut diarahkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan atau disepakati bersama. Dan dimensi ketiga ialah bahwa
pengelolaan itu dilakukan dalam
organisasi, sehingga tujuan yang akan dicapai itu merupakan tujuan organisasi. Dengan kata lain, tujuan organisasi dicapai melalui kegiatan yang dilakukan bersama orang lain baik perorangan maupun kelompok. Secara singkat dapat dikemukakan bahwa adanya tiga dimensi diatas yaitu: kegiatan melalui dan/atau bersama orang lain tujuan yang akan dicapai dalam kehidupan organisasi, memerlukan kehadiran pengelola yang memiliki kemampuan dan keterampilan
11
tentang hubungan kemanusiaan untuk mempengaruhi orang-orang lain dalam rangka mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efesien. Harsey dan Blandchard (1980:3) dalam Siswanto (2010: 2) memberikan batasan manajemen sebagai suatu usaha yang dilakukan dengan dan bersama individu atau kelompok untuk mencapai tujuan organisasi. Dalam pengertian tersebut dirumuskan bahwa tidaklah dimaksudkan hanya untuk jenis organisasi saja, tetapi dapat diterapkan pada berbagai jenis organisasi tempat individu atau kelompok tersebut menggambungkan diri untuk mewujudkan tujuan bersama. Dengan demikian individu sebagai pelaksana dalam melaksanakan manajemen disusun berdasarkan landasan-landasan formal, situsional, dan statis dengan tidak mengabaikan fleksibilitas, sebagai proses individu menekankan adanya interaksi dimensi antara individu-individu yang terlibat didalamnya. 2.
Fungsi-fungsi Manajemen Menurut Tisnamwati dan Saefullah (2009: 8) fingsi-fungsi manajmen
adalah serangkaian kegiatan yang dijalankan dalam manajemen berdasarkan fungsinya masing-masing dan mengikuti satu tahapan-tahapan tertentu dalam pelaksanaanya. Pengertian diatas menunjukan bahwa fungsi-fungsi manajemen itu berwujud kegaitan-kegiatan yang berurutan dan berhubungan sehingga satu kegiatan menjadi syarat bagi kegiatan lainya. Kegiatan-kegiatan itu harus dapat dilakukan oleh seseorang dan/ kelompok yang bergabung dalam suatu organisasi. Menurut Siagian (2007: 32) menggolongkan fungsi manajemen kedalam dua bagian utama yaitu fungsi organik dan fungsi penunjang . Fungsi yang
12
tergolong pada jenis fungsi adalah keseluruhan fungsi utama yang mutlak perlu dilakukan oleh para manajer dalam rangka pencapaian tujuan dan berbagai sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Apabila salah satu fungsi tidak dilakukan maka kegiatan dalam berorganisasi akan terhambat atau mungkin akan gagal. Sedangkan yang dimaksud fungsi penunjang adalah berbagai kegiatan yang diselenggarakan oleh orang-orang atau satuan-satuan kerja dalam organisasi dan dimaksudkan
mendukung
semua
fungsi
organik.
antara
lain
kegiatan
berkomunikasi dan memanfaatkan fasilitas pendukung untuk mencapai tujuan berorganisasi. Kedua fungsi ini, fungsi organic dan fungsi penunjang dapat dipersatukan karena fungsi yang disebut kedua dapat diterapkan dalam fungsi yang disebut pertama. Klasifikasi fungsi-fungsi organik manajemen yang digunakan yaitu perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pengawasan, dan penilaian. Sesuai perkembangannya, dalam Sudjana (2004: 50) secara singkat tiga pakar manajemen mengemukakan urutan fungsi manajemen sebagai berikut: 1.
Henri Fayol mengemukakan urutan fungsi manajemen yaitu Planning (perencanaan),
Organizing
(pengorganisasian),
Comanding
(perintah),
Coordinating (pengkoordinasian), dan Controlling (pengawasan). 2.
Luther M Gullick mengemukakan urutan fungsi manajemen yaitu Planning (perencanaan), Organizing (pengorganisasian), Staffing (penyusunan staf), Directing
(pengarahan),
Coordinating
(pelapor), dan Budgeting (penganggaraan).
(pengkoordinasian),
Reporting
13
3.
George R Terry mengemukakan urutan fungsi manajemen yaitu Planning (perencanaan), Organizing (pengorganisasian), Actuating (pelaksanaan), Controlling (pengawasan). Dari perbedaan klasifikasi hal tersebut disebabkan karena latar belakang
professional para pakar, perbedaan yang dihadapi, variasi pendekatan yang digunakan dalam menerapkan fungsi manajemen, teknologi yang harus dipertimbangkan dalam manajemen, namun pada prinsipnya memiliki persamaan. Hingga penulis mencoba mengambil fungsi-fungsi manajemen diantaranya yaitu: perencanaan, pelaksanaan dan evalausi. tahap dalam fungsi manajemen tersebut tidak dapat dipisahkan dalam setiap kegiatan, mulai dari perencanaan kegiatan tersebut tidak dapat dipisahkan dalam setiap kegiatan, mulai dari perencanaan kegiatan sampai tindak lanjut dari kegiatan yang dilakukan. Sehingga dalam menyelenggarakan program PAUD Holistik Integratif akan lebih berhasil apabila
tahapan-tahapan
yang
sesuai
dengan
fungsi-fungsi
manajemen
sebagaimana yang dikemukakan diatas. 3.
Perencanaan Perencanaan adalah proses yang sistematis dalam pengambilan keputusan
tentang tindakan yang akan dilakukan pada waktu yang datang. Disebut sitematis karena perencanaan itu dilaksanakan dengan menggunakan prinsip-prinsip tertentu. Prinsip tersebut mencakup proses pengambilan keputusan, pengguanaan pengetahuan dan teknik secara ilmiah, serta tindakan atau kegiatan yang terorganisasi .(Sudjana, 2004: 57)
14
Robbins dan Coulter (2002) dalam Tisnamwati dan Saefullah (2009: 96) mendefinisikan : Perencanaan sebagai sebuah proses yang dimulai dari penetapan tujuan organisasi, menentukan strategi untuk mencapai tujuan organisasi tersebut menyeluruh untuk menintegrasikan dan mengkoordinasikan seluruh pekerjaan organisasi sehingga tercapai tujuan yang tercapai. Perencanaan adalah proses dan rangkaian kegiatan untuk menentapkan tujuan terlebih dahulu pada suatu jangka waktu/periode tertentu serta tahapan langkah-langkah yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut. (Siswanto, 2010:3) Dalam proses pencapaian tujuan pendidikan, perencanaan adalah pemilihan dari sejumlah alternatif tentang penetapan prosedur pencapaian, serta perkiraan sumber yang dapat disediakan untuk mencapai kegiatan tersebut. Yang dimaksud sumber meliputi sumber manusia, material, uang dan waktu. Dalam perencanaan mengenal beberapa tahap, yaitu: identifikasi masalah, perumusan masalah, penetapan tujuan, identifikasi alternatif, pemilihan alternatif, dan elaborasi alternatif. (Suryosubroto, 2004:22). Berdasarkan pengertian di atas, perencanaan itu mengandung makna yang lebih luas, yaitu bahwa perencanaan itu dilakukan secara sistematis dalam artian bahwa dalam penyusunan perencanaan dilakukan dengan menggunakan pengetahuan, dan teknik ilmiah serta tindakan secara berorganisasi. Perencanaan dalam pendidikan nonformal menurut Sudjana (2004:58) merupakan kegiatan yang berkaitan dengan pertama, upaya sistematis yang menggambarkan penyusunan rangkaian tindakan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi atau lembaga dengan mempertimbangkan sumber-
15
sumber yang tersedia atau sumber-sumber yang dapat disediakan. Sumber-sumber itu meliputi sumber daya manusia dan sumberdaya nonmanusia. Sumber daya manusia meliputi pamong belajar, fasilitator, tutor, warga belajar, pimpinan lembaga, dan masyarakat. Sumber daya manusia meliputi fasilitas, alat-alat, biaya, alam hayati dan non hayati, sumber daya buatan, lingkungan sosial budaya, dan lain sebagainya. Kedua, perencanaan merupakan kegiatan untuk mengarahkan dan menggunakan sumber-sumber yang terbatas dan efesien dan efektif untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan perencanaan diharapkan dapat dihindari penyimpangan sekecil mungkin dalam penggunaan sumber-sumber tersebut. Sesuai dengan pengertian diatas, perencanaan pendidikan nonformal mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : a.
Perencanaan merupakan model pengambilan keputusan secara rasional dalam memilih dan menetapkan tindakan-tindakan untuk mencapai tujuan.
b.
Perencanaan berorientsi pada perubahan dari keadaan masa sekarang kepada suatu keadaan yang diinginkan dimasa datang sebagaimana dirumuskan dalam tujuan yang akan dicapai.
c.
Perencanaan
melibatkan
orang-orang
kedalam
suatu
proses
untuk
menentukan dan menemukan masa depan yang diinginkan. d.
Perencanaan member arah mengenai bagaimana dan kapan tindakan akan diambil serta siapa pihak yang terlibat dalam tindakan atau kegiatan itu.
e.
Perencanaan melibatkan perkiraan tentang semua kegiatan yang akan dilalui atau akan dilaksanakan. Perkiraan itu meliputi kebutuhan, kemungkinan-
16
kemungkinan keberhasilan, sumber-sumber yang digunakan, faktor-faktor pendukung dan penghambat, serta kemungkinan resiko dari suatu tindakan yang akan dilakukan. f.
Perencanaan berhubungan dengan penentuan prioritas dan urutan tindakan yang akan dilakukan. Prioritas ditetapkan berdasarkan urgensi atau kepentinagannya, relevansi dengan kebutuhan, tujuan yang akan dicapai, sumber-sumber yang tersedia, dan hambatan yang mungkin dihasapi.
g.
Perencanaan sebagai titik awal untuk dan arahan terhadap kegiatan pengorganisasian, pengerakan pembinaan, penilaian dan pengembangan. Ketujuh ciri perencanaan diatas saling berhubungan dan saling menopang
antara satu dengan yang lainnya. Ciri-ciri tersebut perlu dijabarkan dalam rangkaian kegiatan pendidikan nonformal yang akan diselengarakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Siswanto (2010: 42) perencanaan minimum memiliki tiga karakteristik, yaitu: a.
Perencanaan tersebut harus menyangkut masa yang akan datang.
b.
Terdapat elemen identifikasi pribadi dan organisasi, yaitu serangkaian tindakan di masa yang akan datang dan akan diambil oleh perencana
c.
Masa yang akan datang, tindakan dan identifikasi pribadi, serta organisasi merupakan unsur yang amat penting dalam setiap perencanaan. Sehingga dapat simpulkan bahwa seseorang perencana harus mempunyai
kemampuan untuk menganalisa, menghitung, mengkalkulasi, menghubunghubungkan berbagai sumebrdaya untuk menunjang berbagai keberhasilan suatu
17
kegiatan. Seringkali terjadi perubahan situasi dan kondisi yang sangat mempengaruhi yang akibatnya dari bidang ekonomi, politik, sosial budaya, oleh karenanya dalam menyusun suatu perencanaan harus memperhitungkan resiko tersebut dengan mengadakan ramalan-ramalan dan perkiraan-perkiraan situasi dan kondisi yang akan datang. 4.
Pelaksanaan dalam Pengelolaan Dalam pelaksanaan pengelolaan terdapat serangkaian kegiatan yang satu
sama
lain
saling
berkaitan
diantaranya
pengorganisasian,
penggerakan
(motivating) , dan pembinaan. Pengorganisasian
adalah
usaha
mengintegrasikan
sumber-sumber
manusiawi dan non manusiawi yang diperlukan ke dalam suatu kesatuan untuk melaksanakan kegiatan sebagaimana telah direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Berdasarkan pengertian tersebut, pada intinya pengorganisasian itu merupakan upaya melibatkan sumber manusia dan non manusia dalam suatu kegiatan. Sumber manusia merupakan sumber yang paling pokok karena sebagai pelaksana yang akan mengelola kegiatan suatu program. Penggerakan
adalah
upaya-upaya
pimpinan
untuk
menggerakkan
seseorang atau kelompok yang dipimpinnya, dengan menumbuhkan dorongan dalam dirinya untuk melaksanakan tugas atau kegiatan yang diberikan kepadanya dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Dalam penggerakan diutamakan penampilan dan partisipasi dari setiap pelaksana dalam mencapai tujuannya,
18
sehingga dari para pelaksana tumbuh rasa percaya diri dan tanggung jawab dalam melaksanakan tugasnya. Pembinaan adalah upaya pengendalian secara profesional terhadap semua unsur organisasi, agar unsur-unsur tersebut berfungsi sehingga tujuan dapat terlaksana secara berdayaguna dan berhasil guna. Pembinaan pada intinya merupakan upaya memelihara sesuatu keadaan yang seharusnya terjadi atau menjaga keadaan sebagaimana mestinya sehingga kegiatan organisasi selalu berada dalam aturan yang sudah direncanakan. Dan dalam tahap pelaksanaan kegiatannya adalah melaksanakan dan memonitoring apa saja yang digariskan dalam rencana sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkaan. 5.
Evaluasi Evalausi dilakukan untuk mendapatkan data tentang sejauhmana
kebrhasilan warga belajar dalam belajar dan keberhasilan instruktur/tutor dalam mengajar. Fungsi manajemen, seperti yang dikemukakan oleh Ngalim (1996:28) adalah sebgai berikut: a.
Untuk mengetahuai tercapainya tujuan pelajaran secara kooferatif yang meliputi aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan.
b.
Sebagai umpan balik yang berguna bagi tindakan berikutnya dimana segi-segi yang merugikan dapat dihindarkan.
c.
Sumber belajar, hasil evaluasi harus dapat dipergunakan untuk mengukur keberhasilan proses belajar mengajar, sehingga dapat diketahui sejauh mana bahan pelajaran dapat dikuasi warga belajar.
19
Fungsi diatas memberikan gambaran bahwa setiap kegiatan Pembelajaran dapat diketahui hasilnya melalui evalausi. Pada umumnya alat evalausi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu tes dan non tes. Tes menekankan pada aspek pengetahuan, sedangkan non tes menekankan sikap dan keterampilan. Evaluasi adalah kegiatan sistematis untuk mengumpulkan, mengolah dan menyajikan data atau informasi yang diperlukan sebagai masukan untuk pengambilan keputusan. Kegiatan evaluasi bukan untuk mencari seseorang atau program, tetapi tekanannya untuk mengetahui tingkat pencapaian tujuan yang telah ditetapkan, proses kegiatan dalam pencapaian tujuan serta masalah-masalah yang dihadapinya. Dari data yang diperoleh tersebut digunakan untuk pengambilan keputusan dalam rangka upaya perbaikan, penyesuaian atau pengembangan. (Sudjana, 2004:251) Mappa, S (1984) menggambarkan aspek-aspek yang dinilai ialah komponen perogam dan penyelenggaraan program. Komponan program meliputi masukan, proses, dan hasil program. Penyelenggaraan program meliputi kelembagaaan, perencanaan, pelaksanaan dan pembinaan, efesiansi, dampak. Dan keseluruhan progam. Sedangkan menurut Arief, A ( 1987) mengklasifikasikan aspek-aspek yang dievaluasi kedalam aspek-aspek pendidikan nonformal yang menyangkut 10 patokan pendidikan masyarakat yang meliputi belajar, kelompok belajar, buku belajar, wajib belajar, panti belajar, sarana belajar, dunia belajar, dlsb. (Sudjana, 2004:260) Selanjutnya menurut Sudjana (2004: 261), aspek-aspek yang dinilai adalah sistem pendidikan nonformal yang dinilai menyangkut masukan lingkungan
20
(environmental input), masukan sarana (instrumenetal input), masukan mentah (raw input), proses, keluaran (output), masukan lain (other input), dan pengaruh (outcome). Masukan lingkungan mencakup lingkungan sosial budaya dan lingkungan alam yang berkaitan dengan system pendidikan nonformal. Lingkungan sosial budaya meliputi kondisi kependudukan sesuai dengan potensinya seperti pendidikan, kebiasaan atau tradisi, agama, kesehatan, mata pencaharian, pendapatan, lapangan kerja, idiologi dan politik, keamanan, kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Serta tingkat perkembangan masyarakat serta masyarakat maju atau berkembang. Lingkungan alam meliputi kondisi alam hayati (biotik) serta flora dan fauna. Alam non-hayati (abiotik) seperti keadaan tanah dan mineral. Lingkungan buatan seperti transportasi, pasar, waduk dan pemukiman. Masukan inilah yang merupakan sumber komponen-komponen lainnya program pendidikan. Masukan sarana mencakup tujuan program, kurikulum, pendidik (sumber belajar),
fasilitas
dan
alat-alat
pendidikan;
pengelolaan dan pembiayaan. Tujuan
organisasi
penyelenggaraan,
program berkaitan dengan tujuan umum
dan tujuan khusus, tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek. Tujuan berfungsi untuk memenuhi kebutuhan pendidikan dan atau kebutuhan belajar. Kurikulum, menurut Tyler (1950) dalam Sudjana (2004:261), menyangkut tujuan belajar, metode dan teknik serta media, bahan belajar prosedur pembelajaran, kelas penilaian hasil belajar. Penilaian kurikulum diarahkan terhadap materi
21
pembelajaran,
media
pembelajaran,
organisasi
bahan
belajar,
strategi
pembelajaran, pengelolaan kegiatan belajar, dan peranan pendidikan. Pendidik, sebagai unsur masukan sarana, berkaitan dengan kemampuan dalam pengelolaan pembelajaran. Aspek-aspek pendidik yang dievaluasi adalah keterlibatannya dalam program dan penampilannya dalam pembelajaran. Fasilitas dan alat dievaluasi mengenai ketersediaannya, kuantitas dan kesulitannya, kecocokan dengan program, pengembangan program dan pemeliharaannya. Organisasi penyelenggaraan berkaitan dengan tipe dan status oraganisasi, daya dukung, dan hubungan dengan pihak luar. Evaluasi tentang pembiyaan berkaitan dengan sumber-sumber yang tersedia atau yang dapat disediakan dan pengelolaannya. Masukan mentah ialah peserta didik dengan karakteristik internal dan eksternalnya. Karakteristik internal ialah atribut fisik, psikis, dan fungsional peserta didik. Atribut fisik seperti usia, tinggi dan berat badan, serta kondisi panca indra, artibrut psikis adalah motivsai belajar, kebutuhan, harapan, keinginan, minat, tujuan, dan masa kritis. Atribut psikis ini mencakup pula kesiapan belajar (readiness), persepsi, struktur kognisi, dan kemampuan mental (mental ability). Atribut fungsional meliputi pekerjaan, pendidikan, kesehatan, dan status sosial ekonomi. Karakteristik eksternal berkaitan dengan lingkungan kehidupan peserta didik seperti lingkungan keluarga, teman bergaul, pekerjaan, kebiasaan dan sarana belajar yang terdapat dimasyarakat dan daerah. Evaluasi terhadap masukan mentah ini adalah untuk menjawab pertanyaan tentang karakteristik mana yang
22
mendorong peserta didik untuk belajar dan bagaimana pengaruhnya terhadap proses, hasil dan dampak pembelajaran. Proses yang dievaluasi ialah interaksi edukasi antara peserta didik dengan pendidik. Proses ini menyangkut pembelajaran, bimbingan dan atau latihan. Dalam pembelajaran perlu diketahui pendekatan dan metode yang digunakan oleh pendidik dan teknik kegaitan belajar oleh peserta didik. Pendekatan pembelajaran meliputi pedagogi, andragogi, dan atau gerogogi. Metode pembelajaran terdiri atas metode untuk pembelajaran individual dengan teknik magang, modul, kerjakan sendiri, dan tutorial; metode pembelajaran kelompok seperti kuliah, ceramah, diskusi, dan tugas kelompok. Adapun teknik belajar yang digunakan oleh peserta didik antara lain teknik kegaitan belajar partisifatif serta sadap pendapat, pemecahan masalah teknis, situasi hipnotis, dan respon terinci. Bimbingan yang dievalausi ialah pendekatan (bimbingan individual atau kelomok),
teknik bimbingan, dan pengaruh bimbingan peserta didik. Dalam
evaluasi kegiatan ini perlu diidentifikasi tentang efesiensi dan efektivitas pembelajaran. Keluaran yang dievaluasi adalah kuantitas dan kualitas peserta didik setelah mengalami proses pembelajaran. Kuantitas adalah Jumlah peserta didik yang telah berhasil menyelesaikan proses pembelajaraan dalam program pendidikan. kualitas adalah perubahan tingkah laku peserta didik yang meliputi ranah afeksi, kognisi, dan psikomotor. Ranah afeksi mencakup sikap, aspirasi, perasaan, dorongan, nilai, dan sebagai sebagainya. Ranah kognisi mencakup pengetahuan, penguasaan, dan pemahaman. Ranah psikomotor meliputi skill yang
23
berkenaan dengan keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, artistik, manjerial, intelek, emosi, dan spiritual. Ketiga ranah tersebut berkaitan dengan materi yang telah dipelajari dan kebrmaknaaannya dalam kehidupan peserta didik. Masukan lain adalah daya dukung lain yang memungkinkan peserta didik dapat menerapkan hasil belajar dalam kehidupannya. Masukan lain meliputi lapangan kerja atau lapangan usaha, permodalam, bahan buku, pemasaran, berbagai informasi yang diperlukan, latihan lanjutan, koprasi, paguyuban peserta didik atau lulusan, dan daya dukung lainnya. Masukan lain perlu dipelajari dengan proses pembelajaran. Pengaruh adalah dampak yang dialami peserta didik dan lulusan setelah memperoleh dukungan dari masukan lain. Pengaruh ini dapat diukur terutama dalam ketiga aspek kehidupan yaitu pertama, peningkatan taraf atau kesejahteraan hidup dengan indikator pemilikan pekerjaan atau usaha, pendapatan, keshatan, dan lain sebagainya. Kedua, upaya membelajarkan orang lain baik secara individual dan kelompok. Ketiga, keikutsertaan dalam kegiatan sosial atau pembangunan masyarakat seperti partisipasi buah pikiran, tenaga, keterampilan, dan/atau harta benda. Dengan demikian pendidikan nonformal baru dikaitkan lengkap apabila program dan evaluasinya menyangkut semua unsur system pendidikan yaitu masukan lingkungan, masukan sarana, masukan mentah, proses, keluaran, masukan lain, dan pengaruh. Evalausi dalam pengelolaan program, dilakukan terhadap fungsi-fungsi perencanaan,
pengorganisasian,
penggerakan,
pengembangan program pendidikan nonformal.
pembinaan,
penilaian,
dan
24
B. Konsep Kelompok Bermain Sebagai bagian dari PAUD Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian
rangsangan
pendidikan
untuk
membantu
pertumbuhan
dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal. Menurut Undang-undang (UU) Nomor 20 Tahun 2003 tentang system Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa: Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah “suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmanai dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut”. (pasal 1, butir 14) Sedangkan menurut Aqib, Z (2011: 13) pendidikan anak usia dini adalah proses pembinaan tumbuh kembang anak sejak lahir hingga enam tahun secara menyeluruh, yang mencakup aspek fisik dan nonfisik dengan memberikan rangsangan bagi perkembangan jasmani, rohani (moral dan spiritual), motorik, akal pikiran, emosional, dan sosial yang tepat dan benar agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Adapun upaya yang dilakukan mencakup stimulasi intelektual, pemeliharaan kesehatan, pemberian nutrisi, dan penyediaan kesempatan-kesempatan yang luas untuk mengeksplorasi dan belajar secara aktif.
25
1.
Pengertian Kelompok Bermain Kelompok Bermain adalah salah satu bentuk PAUD pada jalur pendidikan
non-formal yang menyelenggarakan program pendidikan sekaligus program kesejahteraan bagi anak sejak lahir sampai dengan enam tahun (dengan prioritas anak usia dua sampai empat tahun) (Direktorat PAUD 2009 : 2). Kelompok Bermain (KB), memberikan layanan bagi anak usia 3–6 tahun. Hanya sebagian kecil dari KB yang diselenggarakan oleh pemerintah. KB dibina oleh Depsos pada aspek kesejahteraan dan Depdiknas untuk aspek pendidikan. 2.
Prinsip Pendidikan Pada Kelompok Bermain Kelompok bermain merupakan salah satu bentuk pendidikan anak usia dini
pada jalur pendidikan non formal dengan mengutamakan kegiatan bermain sambil belajar. Prinsip-prinsip pendidikan dalam kelompok bermain sambil (Aqib, 2011: 10) adalah : a.
Setiap anak itu unik. Mereka tumbuh dan berkembang dari kemampuan, kebutuhan, keinginan, pengalaman dan latar belakang keluarga yang berbeda.
b. Anak usia 2-6 tahun adalah anak yang sennag bermain. Bagi mereka bermain adalah cara mereka belajar. Untuk itu, kegiatan bermain harus dapat memfasilitasi keberagaman cara belajar dalam suasanan senang, sukarela dan kasih saying dengan memanfaatkan kondisi lingkungan sekitar. c. Tenaga pendidik yang bertugas dalam kegiatan bermain adalah pendidik yang memiliki kemauan dan kemampuan mendidik, memahami anak, penuh kasih saying dan keghangatan serta bersedia bermain dengan anak.
26
3.
Prinsip –prinsip Pendekatan Pembelajaran
a.
Berorientasi pada prinsip perkembangan anak yaitu:
1) anak belajar dengan baik bila kebutuhan fisiknya terpenuhi serta merasakan aman dan tentram secara psikologis 2) siklus belajar anak selalu berulang 3) anak belajar melalui interaksi social dengan orang dewasa dan anak lainya b.
Berorientasi pada kebutuhan anak sehingga berbagai jenis kegiatan harus dianalisis sesuai kebutuhan anak.
c.
Belajar sambil bermain ,untuk itu upaya pendidikan yang diberikan hendaknya dilakukan dalam situasi yang menyenangkan.
d.
Menggunakan pendekatan tematik, dengan maksud agar anak mampu mengenal berbagai konsep dengan mudah dan jelas
e.
Kreatif dan inovatif dapat dilakukan melalui kegiatan yang menarik anak,memetivasi anak berpikir kritis dan menemukan hal-hal baru.
f.
Lingkungan
kondusif,harus
diciptakan
sedemikian
menarik
dan
menyenangkan sehingga anak selalu betah didalam maupun diluar ruangan . g.
Mengembangkan kecakapan hidup,dengan tujuan untuk mengembangkan kemampuan menolong diri sendiri,disiplin dan sosialisasi serta memperoleh ketrampilan dasar yang berguna untuk kelangsungan hidupnya.
27
D. Konsep PAUD Holistik Integratif untuk Meningkatkan Pengetahuan Orang Tua 1.
Pengertian PAUD Holistik Integratif Secara harfiah holistik artinya menyeluruh. Pengembangan anak usia dini
(PAUD) secara holistik dimaknai bahwa layanan kepada anak dilakukan menyeluruh meliputi aspek : perawatan, perlindungan, pengasuhan, dan pendidikan. Sedangkan integratif artinya terpadu. Pelaksanaan kegiatan layanan kepada anak dilakukan secara terpadu antara fungsi perawatan, pengasuhan, perlindungan, dan pendidikan. Menurut Wijaya, A (2010) pengembangan anak usia dini (PAUD) HolistikIntegratif adalah pengembangan anak usia dini yang dilakukan berdasarkan pemahaman untuk memenuhi kebutuhan esensial anak yang beragam dan saling berkait secara simultan dan sistematis, yang meliputi berbagai aspek pengembangan fisik dan non fisik, agar anak dapat tumbuh kembang sebagai anak yang sehat, kuat, cerdas, ceria, dan berbudi luhur. Pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini secara fisik, mental, emosional, dan sosial dipengaruhi oleh pemeliharaan kesehatan, pemenuhan gizi, pendidikan, stimulasi mental, dan psikososial (Bappenas). Pengembangan
anak
usia
dini
(PAUD)
Holistik-Integratif
harus
melibatkan orang tua. Orang tua sebagai pengasuh utama dan pertama di keluarganya. Penegrtian orang tua menurut Suparyanto (2010) menyatakan bahwa : Orang tua adalah komponen keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu, dan merupakan hasil dari sebuah ikatan perkawinan yang sah yang dapat
28
membentuk sebuah keluarga. Orang tua memiliki tanggung jawab untuk mendidik, mengasuh dan membimbing anak-anaknya untuk mencapai tahapan tertentu yang menghantarkan anak untuk siap dalam kehidupan bermasyarakat. Dari pengertian diatas bahwa orang tua sebagai pengasuh utama dan pertama di keluarganya. Peran orang tua terutama ibu sangat berpengaruh dalam mewujudkan pilar utama tersebut sehingga akan memberikan pengaruh yang membekas pada proses pertumbuhan dan perkembangan seorang anak selanjutnya. Namun, secara empiris pengetahuan dan kemampuan orang tua terhadap hal di atas masih belum terarah baik dalam memilih dan memberi makan, kebersihan diri dan lingkungan, kasih sayang dan bimbingannya. Keterbatasan itu dipengaruhi oleh berbagai faktor internal maupun eksternal, diantaranya tingkat pendidikan yang masih rendah dan pola layanan program yang dilakukan selama ini masih parsial. Untuk itu
diperlukan
penguatan pengetahuan dan kemampuan orangtua dalam mendidik anaknya melalui penerampilan pola mengasuh-mengasah-mengasih secara terpadu. Menurut Notoatmodjo (2003 :18) pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh intelegensi, pendidikan, pengalaman, informasi, kepercayaan, umur, sosial budaya, status sosial ekonomi. Adapun penegrtian pengetahuan yaitu : Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari oleh seseorang. Pengetahuan termasuk, tetapi tidak dibatasi pada deskripsi, hipotesis, konsep, teori, prinsip dan prosedur yang secara Probabilitas Bayesian adalah benar atau berguna. (Wikipedia, 2011). Adapun kegiatan untuk penguatan pengetahuan orang tua anak usia dini yang dilakukan dalam PAUD Holistik Integrtaif (Depdiknas, 2010:14), yaitu :
29
a.
Pembelajaran orang tua Melalui kegiatan ini diharapkan para orangtua mengetahui, memahami dan
menyadari bagaimana cara mendidik (asah-asih) dan mengasuh anak secara baik dan benar. Dengan demikian diharapkan terjadi keselarasan antara pendidik di lembaga PAUD dengan orangtua di rumah dalam memberi stimulasi kepada anakanak. Kegiatan pembelajaran orangtua dilakukan untuk memberikan ketrampilan bagaimana memberikan stimulasi pendidikan dan pengasuhan kepada anak usia dini. b.
Pemeriksaan Kesehatan Anak Pemeriksaan kesehatan anak harus dilakukan oleh orang tua untuk
mengetahui sedini mungkin tingkat kesehatan anak-anaknya. Pemeriksaan kesehatan umum dapat dilakukan setiap 1 bulan sekali, sedang untuk pemeriksaan kesehatan gigi dapat dilakukan setiap 6 bulan sekali. Selain pemeriksaan kesehatan, pemberian vitamin, dan vaksinasi juga sangat penting untuk dilakukan agar anak-anak senantiasa terjaga kesehatannya. Dalam pelaksanaannya dapat bekerja sama dengan dinas kesehatan (puskesmas) atau dokter terdekat. c.
Pendeteksian Dini Tumbuh Kembang Anak (DDTK). Deteksi tumbuh kembang anak harus dilakukan oleh orang tua agar dapat
diketahui sedini mungkin penyimpangan pertumbuhan dan perkembangan anak, sehingga lebih mudah untuk diintervensi, mengingat usia 0-6 tahun merupakan masa kritis bagi anak. Jika penyimpangan-penyimpangan diketahui lewat usia 6 tahun, maka intervensi yang dilakukan lebih sulit yang pada gilirannya anak akan
30
mengalami penyimpangan permanen. Kegiatan yang dilakukan dalam deteksi dini meliputi: pengukuran berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, deteksi perkembangan anak, emosi anak, dan bila ada gejala ada kecurigaan dapat dilakukan deteksi autis, gangguan perhatian dan hiperaktif. d.
Pembimbingan Pembuatan Makanan untuk Asupan Gizi Seimbang Asupan gizi seimbang sebaiknya diberikan secara berkala kepada anak
dalam bentuk pemberian makanan tambahan, minimal sebulan sekali. Makanan atau minuman untuk pemberian asupan gizi seimbang diusahakan dibuat oleh orang tua diharapkan dapat dijadikan sebagai wahana untuk meningkatkan keterampilan orangtua dan membantu orangtua dalam menjaga kebugaran tubuh anak. Menu yang diberikan sebaiknya bervariasi dan disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing anak. Dalam pemberian asupan gizi seimbang lembaga PAUD dapat bekerja sama dengan orangtua anak perihal frekuensi pemberian sumber dana, menu makanan, dan teknis pelaksanaannya. e.
Penanaman Pembiasaan Hidup Bersih dan Sehat Penanaman dan Pembiasaan hidup bersih dan sehat bagi diri, anak,
keluarga, dan lingkungannya memerlukan pendekatan yang khusus dipelajari dalam kegiatan pembelajaran PAUD Holistik Integratif. f.
Pembimbingan Pembuatan APE Bersumber dari Lingkungan Sekitar Alat permainan edukatif sangat menunjang terhadap proses asuh-asah-asih
anak usia dini yang dilakukan oleh orangtua. Oleh karena itu APE mutlak adanya. Namun untuk pengadaannya dirasakan masih menjadi penghambat, karena terbatasnya keuangan keluarga. Padahal kita tahu bahwa APE yang diperlukan
31
bukan terletak pada mahalnya fungsinya.
harga atau bagusnya barang, melainkan oleh
Untuk itu sebagai upaya memenuhi kebutuhan
dalam proses
pembelajaran kepada orangtua, dilakukan kegiatan pembuatan APE yang bersumber dari lingkungan sekitar. g.
Penyuluhan Perlindungan Hak Anak Dalam
penyelenggaraan
PAUD
holistik-integratif
bagi
keluarga
hendaknya mensosialisasikan tentang hak-hak anak. Perlindungan hak anak tertuang dalam undang-undang nomor 4 tahun 1979 tentang kesejahteraan anak dan undang-undang nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak perlu diberikan kepada orangtua. Pengenalan ini penting, karena anak pada dasarnya mempunyai hak yang sama dengan orang dewasa yang harus dilindungi hakhaknya agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. h.
Penanaman Budi Pekerti dan Budaya Luhur Berbicara, bertutur kata, berpakaian dan bergaul yang sopan dan santun
merupakan hal yang perlu ditanamkan sejak dini oleh orangtua/keluarga pada anaknya. Pola penanaman yang baik adalah melalui keteladanan di rumah, karena pada dasarnya keluarga memiliki fungsi sosialisasi bagi anak-anaknya. Penumbuhan budaya kerja bagi anak merupakan pembangunan
mental
berwirausaha sehingga anak menjadi mandiri dan mampu bersaing di kehidupannya kelak. 2.
Dasar perlunya PAUD Holistik-Integratif Menurut Wijaya, A (2010) hal-hal yang mendasari perlunya PAUD
Holistik-Integratif adalah:
32
a.
Memenuhi kebutuhan esensial anak secara utuh dan menyeluruh.
b.
Memenuhi pelayanan kepada anak yang sistematik dan terencana.
c.
Tumbuh kembang anak dipengaruhi oleh sistem interaksi yang kompleks dengan berbagai tingkatan lingkungan sekitarnya yang disebut 'Ekologi tumbuh kembang anak usia dini. Lingkungan yang dimaksud meliputi sistem mikro, meso, exo dan makro. 1) Sistem Mikro adalah lingkungan yang paling dekat dengan anak dalam kegiatan dan interaksinya sehari-hari, yaitu interaksi dengan orang tua, kakak, adik, dan teman sebaya. Interaksi dengan lingkungan terdekat akan berakibat langsung terhadap anak, pada saat yang sama juga terdapat hubungan timbal balik (2 arah) yaitu anak mempengaruhi lingkungan dan lingkungan mempengaruhi anak. Lingkungan ini mempunyai dampak terbesar dan mendalam pada perkembangan anak karena berlangsung dalam jangka waktu yang panjang dan intensif pada anak usia dini. 2) Sistem Meso adalah interaksi antar komponen dalam sistem mikro, misalnya hubungan antara keluarga dengan sekolah. Bila terjadi hubungan yang kuat dan saling mengisi antar komponen ini maka semakin besar pengaruh baiknya bagi perkembangan anak. 3) Sistem Exo merupakan sistem sosial yang lebih besar dimana anak tidak langsung berperan di dalamnya. Contoh: lingkungan kerja orang tua. Kebijakan dan keputusan pada tataran ini secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap perkembangan anak.
33
4) Sistem Makro merupakan lingkungan terluar anak seperti nilai-nilai budaya, hukum, adat, peraturan perundang-undangan, dll yang juga berpengaruh tidak langsung terhadap perkembangan anak d.
Adanya masa emas (golden period) pada tumbuh kembang anak, yaitu sejak janin sampai usia 5 atau 6 tahun.
3.
Manfaat Pendekatan PAUD Holistik-Integratif
a.
Manfaat secara sosial Meliputi perkembangan kemampuan berbahasa, intelegensia, kepribadian,
perilaku sosial, ketahanan mental dan psikososial serta prestasi akademik. Hasil studi mengungkapkan bahwa investasi yang diberikan pada kelompok usia dini akan dipetik hasilnya pada tahap-tahap selanjutnya dari siklus hidupnya. Contohnya: perkembangan kemampuan berbahasa anak sangat dipengaruhi oleh intensitas interaksi orang tua untuk berbicara dengan anak. Jumlah kata-kata yang dikuasai anak secara dini sangat berpengaruh pada kemampuan berbahasa mereka yang selanjutnya akan mempengaruhi kinerja kognitif anak. Tingginya kemampuan berbahasa, intelegensia, kepribadian, perilaku sosial, ketahanan mental dan psikososial serta prestasi akademik akan dipetik hasilnya ketika anak sudah dapat mengekspresikan dan mengimplementasikan karya-karyanya yaitu pada umumnya ketika anak sudah mulai beranjak dewasa. 2) Manfaat secara ekonomi Secara ekonomi, maka PAUD Holistik-Integratif bermanfaat untuk: Menghasilkan economic return yang lebih dan menurunkan social costs di masa yang akan datang, Meningkatkan efisiensi investasi pada sektor lain, misal:
34
dengan melakukan intervensi program gizi, kesehatan dan pendidikan sejak dini maka akan menurunkan biaya yang diakibatkan masalah-masalah kesehatan dan masalah sosial dimasa depan, Mencapai pemerataan sosial-ekonomi masyarakat termasuk mengatasi kesenjangan antar gender, dan memutus siklus kemiskinan antar generasi. E. Konsep Keluarga a.
Pengertian Keluarga Keluarga berasal dari bahasa Sansekerta "kulawarga". Kata kula berarti
"ras" dan warga yang berarti "anggota". Keluarga adalah lingkungan di mana terdapat beberapa orang yang masih memiliki hubungan darah. Keluarga sebagai kelompok sosial terdiri dari sejumlah individu, memiliki hubungan antar individu, terdapat ikatan, kewajiban, tanggung jawab di antara individu tersebut. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Sedangkan menurut Menurut Salvicion dan Celis (1989) : Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidupnya dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan didalam perannya masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan. Sejalan dengan pengertian di atas departemen kesehatan RI (1998) mendefinisikan keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
35
Dari semua pengertian di atas menurut Soelaeman (1994:6) keluarga ada yang dikaitkan dengan hubungan darah dan dikaitkan dengan hubungan sosial. Arti keluarga dalam hubungan sosial ada yang berkaitan dengan letak geografis, pengaitan dengan silsilah dan golongan masyarakat yang berkaitan dengan lingkungan kerja. Sedangkan dikaitkan dengan hubungan darah keluarga diartikan sebagai keluarga besar atau extended family yang disamping ayah-ibu-anak termasuk pula kedalamnya paman, bibi, kakek, nenek, cucu, mertua, ipar keponakan dan sebagainya yang desebut dengan istilah kerabat. Dalam arti sempit keluarga terdiri atas ayah-ibu-anak dijuluki dengan istilah keluarga inti. Hubungan darah antara ketiganya tidak dapat terhapuskan karena terhubung oleh ikatan biologis yang dijuluki dengan segitiga nan abadi atau eternal triangle. Istilah “segitiga” digambarkan oleh bagan
yang didapatkan manakala
hubungan antara ayah-ibu-anak yang divisualisasikan dengan sebuah garis penghubung. IBU
AYAH
ANAK
Gambar 2.1 Segitiga Nan Abadi Dari Keluarga Biologis Sumber : M. I. Soelaeman (1994:7)
36
Sekaitan dengan keluarga inti yang dilukiskan sebagai “segitiga nan abadi” dan mendapatkan julukan keluarga biologis atau keluarga prokreasi itu, Maciver dan Page dalam Soelaiman menyebutkan lima ciri khas keluarga yaitu: Adanya hubungan berpasangan antara kedua jenis (pria dan wanita), dikukuhkan oleh suatu pernikahan, adanya pengakuan terhadap keturunan (anak) yang dilahirkan dalam rangka hubungan tersebut, adanya kehidupan ekonomis yang diselenggarakan bersama, dan Diselenggarakan kehidupan berumahtangga. Ciri keluarga di atas, dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah hubungan pasangan suami istri yang dikukuhkan oleh suatu pernikahan. Dan dari hasil pernikahan maka dilahirkan anak sebagai keturunan biologis yang di selenggarakan bersama. Menurut Ihat Hatimah (2000:51)
dalam pendidikan anak menyatakan
bahwa: keluarga merupakan unit kesatuan terkecil yang memiliki peranan sentral dalam membina anggota-anggotanya. Keluarga memiliki fungsi merawat dan melatih anak, menjaga dan mendidik anak, sehingga pembinaan anak dalam keluarga merupakan refleksi dari tanggung jawab dan peran orang tua sebagai pendidik pertama dan utama. b. Keluarga Sebagai Fungsi Edukasi Menurut Soelaiman (1994:84) fungsi edukasi adalah fungsi keluarga yang berkaitan dengan pendidikan anak khususnya pendidikan anak khususnya dan pendidikan serta pembinaan anggota keluarga pada umumnya. Fungsi edukasi ini tak sekedar menyangkut pelaksanaannya, melainkan menyangkut penentuan dan pengukuhan landasan yang mendasari upaya pendidikan itu, pengarahan dan perumusan tujuan pendidikan, perencanaan dan pengelolaannya, penyediaan dana
37
dan sasarannya, pengayaan wawasannya dan lain sebgainya yang dengan upaya pendidikan. Pelaksanaan fungsi edukasi keluarga merupakan salah satu tanggung jawab yang dipikul orang tua. Sebagai salah satu momen dari tri pusat pendidikan Ki Hajar
Dewantara dalam Soelaeman (1994: 85) , keluarga merupakan
lingkungan pendidikan yang pertama dan utama bagi anak. Dalam kedudukan ini wajarlah apabila kehidupan keluarga sehari-hari, pada saat-saat tertentu, beralih menjadi situasi kehidupan keluarga yang dihayati si terdidik sebagai iklim pendidikan, yang mengundangnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang mengarah kepada tujuan pendidikan. Apabila dalam menghayati iklim itu anak dapat melihat isi pendidikan terpancar pada diri pendidik dengan perkataan lain pendidik itu merealisasikan norma-norma yang diakuinya dan dengan demikian member contoh dan teladan mengenai apa yang hendaknya dilakukan dalam upaya mencapai tujuan pendidikan, sehingga mengundang anak untuk menghayati tujuannya, disertai penaataan iklim keluarga fisik, sosial maupun psikologis yang memadai, maka besarlah harapan bahwa anak akan tergugah untuk bersungguh-sungguh dalam menerima pendidikan itu. Van Dijk dalam Soelaeman (1994:86) menunjukan, bahwa dahulu pendidikan berpusat pada keluarga dan keluarga merupakan pula pusat pendidikan bagi anal dalam segala bidang. Ditinjau secara historis, keluar memang merupakan lembaga pendidikan yang pertama ada dalam masyarakat, sebab anak
38
memang dilahirkan dalam keluarga, dan keluargalah yang pertama kali memberikan bantuan dan bimbingan kepada anak sejak lahir. Akan tetapi keluarga hidup tidak sendirian melainkan merupakan bagian dan mengambil bagian dari kehidupan masyarakat. maka masuklah norma-norma masyarakat kedalam kehidupan dan mereka pun turut serta. Langsung atau tak langsung dalam pendidikan dan bimbingan anak, lebih-lebih dalam masyarakat yang serba sama. Misalnya melalui tradisi
kepercayaan dan norma-norma
masyarakat. Disaat orang makin sadar pentingnya pendidikan dan disaat kehidupan makin kompleks dan sulit. Maka dirasakan perlu adanya lembaga yang secara khusus menangani aspek-aspek tertentu dari pendidikan, maka lahirlah sekolah. Demikianlah dapat dipahami dari kosep tri pusat pendidikan dari Ki Hajar Dewantara tadi dan dapat pula kita pahami mengapa dinyatakan bahwa tanggung jawab edukatif diemban oleh keluarga, masyarakat, dan lembaga. c.
Peranan Anggota Keluarga Terhadap Pendidikan Anak-anak Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal,
sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat. Berbagai peranan anggota keluarga terhadap pendidikan anak-anak menurut Ngalim (2007: 82) adalah sebagai berikut: 1) Peranan ibu Pada kebanyakan keluarga, ibulah yang memegang peranan yang terpenting terhadap anak-anaknya. Sejak anak itu dilahirkan, ibulah yang selalu
39
disampingnya. Ibulah yang member makan dan minum, memelihara,dan selalu bercampul gaul dengan anak-anak. Itulah sebabnya kebanyakan akan lebih cinta kepada ibunya daripada anggota keluarga lainnya. Pendidikan seorang ibu terhadap anaknya merupakan pendidikan dasar yang tidak dapat diabaikan sama sekali. Maka dari itu, seorang ibu hendaklah seorang yang bijaksana dan pandai mendidik anak-anaknya sebagian orang mengatakan kaum ibu adalah sebagai pendidik bangsa. Nyatalah betapa berat tugas seorang ibu sebagai pendidik dan pengatur rumah tangga. Baik-buruknya pendidikan ibu terhadap anaknya akan berpengaruh besar terhadap perkembangan dan watak anaknya dikemudian hari. Seorang ibu yang selalu khawatir dan selalu menurutkan keinginan anak-anaknya. Akan berakibat kurang baik. Demikian pula tidak baik seorang ibu berlebih-lebihan mencurhakan perhatian kepada anaknya. Asalkan segala pernyataan disertai kasih sayang yang terkandung dalam hati ibunya, anak itu dengan mudah akan tunduk kepada pimpinannya. Sesuai dengan fungsi serta tanggung jawabnya sebagai anggota keluarga, dapat disimpulkan bahwa peranan ibu dalam pendidikan anakanaknya adalah sebagai : a)
Sumber pemberian kasih sayang
b) Pengasuh dan pemelihara c)
Tempat mencurahkan isi hati
d) Pengatur kehidupan dalam rumah tangga e)
Pembimbing hubungan pribadi
f)
Pendidik dalam segi emosional
40
2) Peranan ayah Di samping ibu, seorang ayah pun memegang peranan yang penting pula. Anak memandang ayahnya sebagai seorang yang memegang tinggi gengsinya atau prienstinya. Kegiatan seorang ayah terhadap pekerjaannya sehari-hari sungguh besar pengaruhnya kepada anak-anaknya, lebih-lebih anak yang telah agak besar. Meskipun demikian, dibeberapa keluarga masih dapat kita lihat kesalahankesalahan pendidikan yang diakibatkan oleh tindakan seorang ayah. Karena sibuknya bekerja mencari nafkah, si ayah tidak ada waktu untuk bergaul untuk bergaul mendekati anak-anaknya. Lebih celaka lagi seorang ayah yang sengaja tidak mau berurusan dengan pendidikan anak-anaknya. Ia mencari kesenangan dirinya sendiri saja. Segala kekurangan dan kesalahan yang terdapat didalam rumah tangga mengenai pendidikan anak-anaknya dibebankan kepada istrinya, dituduhnya dan dimaki-maki istrinya. Tanpa bermaksud mendeskripsikan tugas dan tanggung jawab ayah dan ibu di dalam keluarga, di tinjau dari fungsi tugasnya sebgai ayah, dapat dikemukakan tugas ayah sebgai berikut: a) Sumber kekuasaaan dalam keluarga b) Penghubung intern keluarga dengan masyarakat atau dunia luar c) Pemberi perasaan aman bagi seluruh anggota keluarga d) Pelindungan terhadap ancaman dari luar e) Hakim atau yang mengadili jika terjadi perselisihan, f) Pendidikan dalam segi-segi rasional.