BAB II KAJIAN TEORITIS
1.1
Eksistensi Guru dalamMengajar Kompetensi mengajar adalah kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh semua
tenaga pengajar. Berbagai konsep dikemukakan untuk mengungkap apa dan bagaimana kemampuan yang harus dikuasai oleh tenaga pengajar di berbagai tingkatan sekolah. Misalnya, Gagne (dalam Poerwanti, 2010:1) mengemukakan bahwa dalam kegiatan belajar mengajar, terdapat tiga kemampuan pokok yang dituntut dari seorang guru yakni: kemampuan dalam merencanakan materi dan kegiatan belajar mengajar, kemampuan melaksanakan dan mengelola kegiatan belajar mengajar, serta menilai hasil belajar siswa. Memang tiga hal pokok tersebut menjadi tanggungjawab guru selama menjadi tenaga pengajar, dan sertiap guru memiliki dan mengamalkan hal tersebut sesuai dengan tuntutan tuju pembelajaran. Namun, sejauh ini dalam implementasinya masih mengalami kendala, bahkan sulit untuk dicapai dengan tujuan pembelajaran sebagaimana di amanatkan dalam UU Pendidikan. Karena beberapa alas an itu, sehingga itu muncul berbagai macam alternatif pembelajaran yang diciptakan dengan berbagai macam eksperiman, dan hasilnya banyak model pembelajaran dan metode yang bisa digunakan dalam menunjang kinerja pendidik dalam hal ini guru. Misalnya saja, variasi dalam proses belajar mengajar, ini sebetulnya telah dimiliki oleh setiap individu guru, namun belum diolah dengan maksimal. 1.2
Variasi Mengajar Guru Sebagai pembuka dalam tulisan ini, ilustrasi pola hidup yang akan digambarkan
di bawah ini akan menimbulkan hal psikis bagi seseorang dalam aktivitas keseharian.
Berikut iluastrasi yang dikemukakan oleh Djamarah dan Zain 2010:160) bahwa variasi sebagai sesuatu yang membuat tidak membosankan. Pada dasarnya semua orang tidak menghendaki adanya kebosanan dalam hidupnya. Sesuatu yang membosankan adalah sesuatu yang tidak menyenangkan. Merasakan makanan yang sama secara terus-menerus akan menimbulkan kebosanan; melihat film yang sama dua kali saja orang sudah tidak mau, juga karena bosan. Orang akan lebih suka bila hidup itu diisi dengan penuh variasi dalam arti yang positif.
Makan makanan yang bervariasi
(bermacam – macam) akan merangsang untuk makan. Mendengarkan lagu – lagu baru lebih menyenangkan daripada lagu – lagu yang tiap hari didengar. Reaksi pada dasarnya juga mengurangi kebosanan pandangan di tempat asallnya. Mengatur alat rumah tangga sering berganti, akan membuat orang lebih senang di rumah daripada pergi. demikian juga dalam proses belajar mengajar bila tidak menggunakan variasi maka akan menimbulkan kebosasanan bagi siswa, perhatian siswa berkurang, mengantuk, dan akibatnya tujuan belajar tidak tecapai, oleh karena itu penting variasi bagi guru. Kegiatan belajar mengajar dalam Syaiful dan Zain (2006) adalah suatu kondisi yang dengan sengaja diciptakan. Gurulah yang menciptakannya guna membelajarkan anak didik. Sebagai guru sudah menyadari apa yang sebaiknya dilakukan untuk menciptakan kondisi belajar mengajar yang dapat mengantarkan anak didik ke tujuan. Suasana belajar yang tidak menyenangkan bagi anak didik biasanya lebih banyak mendatangkan kegiatan belajar mengajar yang kurang harmonis. Anak didik gelisah duduk berlama-lama dikursi mereka masing-masing. Kondisi ini tentu menjadi kendala yang serius bagi tercapainya tujuan pengajaran. Semua kendala yang terjadi dan dapat
menghambat jalannya proses belajar mengajar, baik yang berpangkal dari perilaku anak didik maupun yang bersumber dari luar diri anak didik harus guru hilangkan. Karena keberhasilan belajar mengajar lebih banyak ditentukan oleh guru dalam mengelola kelas. Gejala adanya anak didik yang kurang senang menerima pelajaran dari guru tidak harus terjadi, karena hal itu akan menghambat proses belajar mengajar. Disinilah diperlukan peranan guru, bagaimana upaya menciptakan lingkungan belajar yang mampu mendorong anak didik untuk senang dan bergairah belajar. Untuk hal ini, cara akurat yang mesti guru lakukan adalah mengembangkan variasi dalam gaya mengajar, dalam penggunaan media, dan dalam interaksi guru dengan anak didik. Ketiga komponen variasi mengajar menyeret kegiatan belajar anak didik kedalam berbagai pengalaman yang menarik pada berbagai tingkat kognitif. Anak didik bergairah belajar. Sardiman (2009) menyatakan dalam belajar sangat diperlukan adanya motivasi. “Motivation is an essential condition of learning”. Hasil belajar akan menjadi optimal, kalau ada motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan, akan makin berhasil pula pengajaran itu. Jadi motivasi senantiasa menentukan intensitas usaha belajar bagi para siswa. Dalam R. Ibrahim dan Nana Syaodih (2003) menyatakan upaya-upaya yang dapat dilakukan guru untuk meningkatkan motivasi belajar siswa berhubungan dengan komponen keterampilan mengajar guru dalam mengadakan variasi yang meliputi gaya mengajar, penggunaan media dan interaksi yang bervariasi.
1.2.1
Definisi Fariasi Mengajar Guru
Kemampuan mengajar adalah kemampuan essensial yang harus dimiliki olehguru, tidak lain karena tugas guru yang paling utama adalah mengajar. Yang dihadapi oleh guru adalah para siswa yang dinamis, baik sebagai akibat dari dinamika internal yang berasal dari diri siswa maupun sebagai akibat dari dinamika lingkungan yangsedikit banyak berpengaruh terhadap siswa. Oleh karena itu, kemampuan mengajar guruharuslah dinamis juga, sebagai akibat dari tuntutan-tuntutan dinamika siswa yang tak terelakkan.Variasi mengajar adalah suatu kegiatan guru dalam konteks proses interaksibelajar-mengajar yang ditujukan untuk mengatasi kebosanan siswa sehingga, dalamsituasi belajar-mengajar, siswa senantiasa menunjukkan ketekunan, antusiasme, sertapenuh partisipasi (Wardani, 2005).Keterampilan mengadakan variasi dalam proses belajar mengajar meliputi tigaaspek, yaitu variasi dalam gaya mengajar, variasi dalam menggunakan media dan bahanpengajaran, dan variasi dalam interaksi antara guru dengan siswa.
1.2.2 Hakikat Belajar Mengajar Belajar merupakan suatu aktivitas mental yang berlangsung dalam interaksidengan lingkungannya yang menghasilkan perubahan yang bersifat relatif konstan. Belajar pada hakikatnya adalah ”perubahan” yang terjadi di dalam diri seseorang yang terjadi di dalam diri seseorang setelah berakhirnya melakukan akivitas belajar. Namun, tidak semua perubahan termasuk kategori belajar seperti perubahan fisik,mabuk, gila, dan sebagainya.Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secarakeseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Proses belajar mengajarmerupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atasdasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapaitujuan tertentu.Proses belajar mengajar mempunyai pengertian dan makna yang berbeda denganmengajar. Dalam proses belajar mengajar terdapat tersirat adanya satu kesatuan
kegiatanyang tak terpisahkan antara siswa yang belajar dan guru yang mengajar. Antara keduakegiatan ini terjalin interaksi yang saling menunjang.
1.2.3 Tujuan Variasi Mengajar Penggunaan variasi terutama ditujukan terhadap perhatian siswa, motivasi, danbelajar siswa. Tujuan mengadakan variasi mengajarmenurut Djamarah dan Zain (2010 : 165) adalah: 1. Meningkatkan dan memelihara perhatian siswa terhadap relevansi proses belajarmengajar. Dalam proses pembelajaran perhatian siswa terhadap materi pelajaran yangdiajarkan sangat dituntut. Tidak diharapkan sedikitpun terdapat siswa yang tidak atau kurang memperhatikan penjelasan yang diberikan guru, karena hal tersebutakan membuat siswa tidak memahami akan bahan yang diajarkan oleh guru.Dalam jumlah siswa yang besar sering ditemukan kesulitan untuk mempertahankan agar perhatian siswa tetap pada materi pelajaran yang diberikan.Banyak faktor yang mempengaruhi hal tersebut. Misalnya faktor penjelasan guruyang kurang mengenai sasaran, situasi di luar kelas yang lebih menarik dibandingkan dengan materi pelajaran yang diberikan guru, siswa yang kurangmenyenangi materi pelajaran yang diberikan guru.Fokus permasalahan pentingnya perhatian ini dalam proses belajar mengajar,karena dengan perhatian yang diberikan siswa terhadap materi pelajaran yang guru jelaskan, akan mendukung tercapainya tujuan pembelajaran tersebut bila setiapsiswa mencapai penguasaan terhadap materi yang diberikan dalam suatu pertemuankelas.
Indiktor
penguasaan
siswa
terhadap
materi
pelajaran
adalah
terjadinyaperubahan dalam diri siswa. Jadi, perhatian adalah masalah yang tidak bisadikesampingkan dalam konteks percapaian tujuan pembelajaran.Karena itu, guru selalu memperhatikan variasi mengajarnya apakah sudahdapat meningkatkan dan memelihara perhatian siswa terhadap materi yangdijelaskan atau belum.
2. Memberikan kesempatan kemungkinan berfungsinya motivasi. Motivasi memegang peran penting dalam belajar. Seorang siswa tidak akandapat belajar dengan baik dan tekun jika tidak ada motivasi di dalam dirinya. Bahkan tanpa motivasi, seorang siswa tidak akan melakukan kegiatan belajar makadari itu, guru siswa tidak adak melakukan kegiatan belajar. Maka dari itu, guruselalu memperhatikan masalah motivasi ini dan berusaha agar tetap tergejolak dalam diri setiap siswa selama pengajaran berlangsung. Dalam proses belajar mengajar di kelas, tidak setiap siswa mempunyai motivasi yang sama terhadap suatu bahan pelajaran. Untuk bahan tertentu mungkinseorang siswa menyenanginya, tetapi untuk bahan yang lain boleh jadi siswa tersebut tidak menyenanginya. Ini merupakan masalah bagi guru dalam setiap kalimengadakan pertemuan. Guru selalu dihadapkan pada masalah motivasi. Guru selalu ingin memberikan motivasi terhadap siswanya yang kurang memperhatikan materi pelajaran yang diberikan. Bagi siswa yang selalu memperhatikan materi pelajaran yang diberikan, bukanlah masalah bagi guru. Dalam diri siswa yang seperti ini sudah tertanam motivasi untuk belajar yang disebut motivasi intrinsik. Siswa yang demikian biasanya dengan sendirinya memperhatikan penjelasan guru. Rasa ingin tahunyalebih tinggi terhadap materi pelajaran yang diberikan. Lain halnya bagi siswa yang tidak ada motivasi di dalam dirinya. Untuk siswa yang seperti ini motivasi ekstrinsik yang merupakan dorongan dari luar dirinya mutlak dibutuhkan. Disini peran guru lebih diinginkan untuk memerankan fungsi guru sebagai motivator, yaitu memotivasi sebagai alat yang mendorong manusia untuk berbuat, motivasi sebagai alat yang menentukan arah perbuatan, danmotivasi sebagai alat untuk menyeleksi perbuatan (Hamalik, 2006). 3. Membentuk sikap positif terhadap guru dan sekolah. Masih sering dijumpai disetiap sekolah terdapat siswa tertentu yang kurangsenang terhadap seorang guru. Konsekuensinya bidang studi yang dipegang olehguru tersebut juga menjadi tidak disenangi. Kecuekan selalu ditunjukkan lewat
sikap dan perbuatan ketika guru tersebut sedang memberikan materi pelajaran dikelas.Kurang senangnya seorang siswa terhadap guru bisa jadi disebabkan gayamengajar guru yang monoton tidak bervariasi atau guru kurang datap menguasai kelas. Kegaduhan biasanya sering terjadi pada sudut-sudut kelas. Akibatnya jalannya proses pembelajaran tidak efektif. Guru gagal menciptakan suasana belajar yang menbangkitkan kreativitas dan kegairahan belajar siswa. 4. Memberi kemungkinan pilihan dan fasilitas belajar individual. Sebagai seorang guru yang profesional dituntut mempunyai keterampilan-keterampilan yang mendukung tugasnya dalam proses pembelajaran. Penguasaan metode mengajar yang dituntut kepada guru tidak hanya satu atau dua metode, tetapi lebih banyak dari itu. Penguasaan terhadap berbagai penggunaan media merupakan keterampilan lain yang harus dimiliki bagi guru. Fasilitas merupakan kelengkapan balajar yanag harus ada di sekolah yangberguna sebagai alat bantu pengajaran. Lengkap tidaknya fasilitas belajar mempengaruhi pemilihan yang harus guru lakukan. Sangat terbatasnya fasilitas belajar cenderung lebih sedikit alternatif yang tersedia untuk melakukan pemilihan. 5. Mendorong siswa untuk belajar. Membuat suasana belajar yang nyaman adalah tugas guru. Kewajiban belajaradalah tugas siswa. Kedua kegiatan ini menyatu dalam sebuah interaksi pengajaran yang disebut interaksi edukatif. Lingkungan pembelajaran yang kondusif adalah lingkungan yang mampu mendorong siswa untuk selalu belajar.Gejala adanya siswa yang kurang senang menerima pelajaran dari guru tidak semestinya terjadi, karena hal ini akan menghambat proses pembelajaran. Disinilah diperlukan peranan guru, bagaimana upaya menciptakan lingkungan belajar yang mampu mendorong siswa untuk senang dan bergairah belajar.Untuk hal ini cara yang tepat yang mesti dilakukan oleh guru adalah mengembangkan
varisai mengajar, baik dalam gaya mengajar, dalam menggunakan media dan bahan pengajaran maupun dalam interaksi guru dengan siswa.
1.2.4 Prinsip Penggunaan Variasi Mengajar Dalam proses belajar mengajar kegiatan siswa adalah yang menjadi fokusperhatian. Apapun kegiatan yang guru lakukan tidak lain adalah suatu upaya bagaimana lingkungan ang tercipta itu menyenangkan hati semua siswa dan dapat menggairahkanbelajar siswa. Itu berarti tidak ada seorang guru pun yang ingin agar siswanya tidak senang dan tidak bergairah dalam belajar, maka akan mengganggu kelancaran kegiatanpengajaran. Apalagi jika sebagian besar siswanya tidak mau memperhatikan penjelasan yang diberikan guru, atau tidak mau mengerjakan tugas yang diberikan guru untuk materi tertentu. Agar kegiatan pengajaran dapat merangsang siswa untuk aktif dan kreatif belajar,tentu saja diperlukan lingkungan belajar yang kondusif. Salah satu upaya ke arah ituadalah dengan cara memperhatikan beberapa prinsip penggunaan variasi dalammengajar. Menurut Djamarah dan Zain (2010 : 160) beberapa prinsip penggunaan ini sangat penting untuk diperhatikan dan betul-betul harus dihayati guna mendukung pelaksanaan tugas mengajar di kelas. Prinsip-prinsip penggunaan variasi mengajar itu adalah seagai berikut: 1. Dalam menggunakan keterampilan variasi sebaiknya semua jenis variasidigunakan, selain juga harus ada variasi penggunaan komponen untuk tiap jenis variasi. Semua itu untuk mencapai tujuan belajar. 2. Menggunakan variasi secara lancar dan berkesinambungan, sehingga momenproses belajar mengajar yang utuh tidak rusak, perhatian siswa dan proses tidak terganggu. 3. Penggunaan komponen variasi harus benar-benar terstruktrur dan direncanakan oleh guru. Karena itu memerlukan penggunaan yang luwes sesuai dengan umpanbalik yang diterima dari siswa.
1.2.5 Komponen-komponen Variasi Mengajar a. Variasi gaya mengajar Variasi gaya mengajar pada dasarnya meliputi variasi suara, variasi anggota badan, dan variasi perpindahan posisi guru dalam kelas. Bagi siswa variasi tersebutdilihat sebagai sesuatu yang energik, antusias, bersemangat, dan semuanya memilikirelevensi dengan hasil belajar. Perilaku guru seperti itu dalam proses belajarmengajar akan menjadi dinamis dan mempertinggi komunikasi antara guru dansiswa, menarik perhatian siswa, menolong penerimaan bahan pelajaran, danmemberi stimulasi. Variasi gaya mengajar ini menurut Djamarah dan Zain (2010 : 167) adalah sebagai berikut: a. Variasi suara. Suara guru dapat bervariasi dalam intonasi, nada, volume, dan kecepatan.Guru dapat mendramatisasi suatu perstiwa, menunjukkan hal-hal yangdianggap penting, berbicara secara pelan dengan seorang siswa, atauberbicara secara tajam dengan siswa yang kurang perhatian, dan seterusnya. b. Penekanan (ocusing).Untuk memfokuskan perhatian siswa pada suatu aspek yang penting atau aspek
kunci,
guru
dapat
menggunakan
”penekanan
secara
verbal”;
misalnya,”Perhatikan baik -baik. Nah, ini yang penting. Ini adalah bagian yang sukar,dengarkan baik-baik!” penekanan seperti itu biasanya dikombinasikan dengan gerakan anggota badan yang dapat menunjukkan dengan jari ataumemberi tanda pada papan tulis. c. Pemberian waktu (pausing) Untuk menarik perhatian siswa, dapat dilakukan dengan mengubah yangbersuara mejadi sepi, dari akhir bagian pelajaran ke bagian berikutnya. d. Dalam keterampilan bertanya, pemberian waktu dapat diberikan setelah guru mengajukan beberapa pertanyaan, untuk mengubahnya menjadi pertanyaan yang lebih tinggi tingkatannya
setelah keadaan memungkinkan. Bagi siswa, pemberian waktu dipakai untuk mengorganisasi jawaban agar menjadi lengkap. e. Kontak pandang. Bila guru berbicara atau berinteraksi dengan siswa, sebaiknya mengarahkan pandangannya ke seluruh kelas, menatap mata setiap siswa untuk dapat membentuk hubungan yang positif dan menghindari hilangnya kepribadian. Guru dapat membantu siswa dengan menggunakan matanya menyampaikan informasi, dan dengan pandangannya dapat menarik perhatian siswa. f. Gerakan anggota badan (gesturing).Variasi dalam mimik, gerakan kepala atau badan merupakan bagian yangpenting dalam komunikasi. Tidak hanya untuk menarik perhatian saja, tetapi juga menolong dalam menyampaikman arti pembicaraan. g. Perpindahan posisi guru (teachers movement).Perpindahan posisi guru dalam ruang kelas dapat membantu menarik perhatian siswa, dapat meningkatkan kepribadian guru. Perhatian posisi dapat dilakukan dari muka ke bagian belakang, dari sisi kiri kesisi kanan, atau diantara siswa dari belakang ke samping siswa. Dapat juga dilakukan dengan posisi berdiri kemudian berubah menjadi posisi duduk. Yang penting dalam perubahan posisi ialah harus ada tujuannya, dan tidak sekedar mondar-mandir. Guru yang kaku adalah tidak menarik dan mejemukan, dan bilabervariasi dilakuhan secara berlebikan akan mengganggu.
b. Variasi media dan bahan ajaran Setiap siswa mempunyai kemampuan indra yang tidak sama, baik pendengaran maupun penglihatannya, demikian juga kemampuan berbicara. Adayang lebih enak atau senang membaca, ada yang lebih suka mendengarkan dulu baru membaca, dan sebaliknya. Dengan variasi menggunaan media, kelemahan indra yang dimiliki tiap siswa misalnya, guru dapat memulai dengan berbicara terlebih dahulu kemudian menulis di papan tulis, dilanjutkan dengan melihat contoh konkret.
Dengan variasi seperti itu dapat memberi stimulasi terhadapa indra siswa.Ada tiga komponen dalam variasi penggunaan media, yaitu media pandang,media dengar, dan media taktil. Bila guru dalam menggunakan media bervariasi dari satu ke yang lain, atau variasi bahan ajaran dalam satu komponen media akan banyak sekali memerlukan penyesuaian indra siswa, membuat perhatian siswa menjadi lebih meningkatkan kemampuan belajar. a. Variasi media pandang. Penggunaan media pandang dapat diartikan sebagai penggubaan alat danbahan ajaran khusus untuk komunikasi seperti buku, majalah, globe, peta,majalah dinding, film, film strip. televisi, radio, recorder, gambar grafik,model, demonstrasi, dan lain-lain. Penggunaan yang lebih luas dari alat-alattersebut memiliki keuntungan: 1) Membantu secara konkret konsep berpikir, dan mengurangi respon yangkurang bermanfaat. 2) Memiliki secara potensial perhatian siswa pada tingkat yang tinggi. 3) Dapat membuat hasil belajar yang riil yang akan mendorong kegiatan mandiri anak didik. 4) Mengembangkan cara berpikir dan berkesinambungan, seperti halnya dalam film. 5) Mememberi pengalaman yang tidak mudah dicapai oleh alat lain. 6) Menambah frekuensi kerja, lebih dalam, dan variasi belajar. b. Variasi media dengarPada umumnya dalam proses belajar mengajar di kelas suara guru adalah alatutama dalam komunikasi. Variasi dalam penggunaaan media denganmemerlukan sekali saling bergantian atau berkombinasi dengan mediapandang dengan media taktil. Sudah barang tentu ada sejumlah media dengaryang dapat dipakai untuk itu diantaranya ialah pembicaraan siswa, rekamanbunyi dan suara, rekaman musik, rekaman drama, wawancara, bahkanrekaman suara ikan lumba-lumba, yang semuanya itu dapat memilikirelevansi dengan pelajaran. c. Variasi Media Taktil.Komponen terakhir dari keterampilan variasi media dan bahan ajar adalahpenggunaan media yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyentuh dan
memanipulasi benda atau bahan ajaran. Dalam hal ini akanmelibatkan siswa dalam kegiatan penyusunan atau pembuatan model, yanghasilnya dapat disebutkan sebagai media taktil. Kegiatan tersebut dapatdilakukan secara individu ataupun kelompok kecil. Contohnya dalam bidangstudi sejarah dapat membuat maket desa zaman Majapahit, dalam bidangstudi geografi dapat membuat model lapisan tanah; megumpulkan berbagai jenis mata uang logam contoh untuk bidang studi ekonomi. c. Variasi Interaktif Variasi dalam pola interaksi antara guru dengan siswanya memilikirentangaan yang bergerak dari dua kutub, yaitu: Siswa bekerja atau belajar secara bebas tanpa campur tangan dari guru.Siswa mendengarkan dengan pasif. Situasi didominasi oleh guru, di managuru berbicara kepada siswa. Diantara kedua kutub itu hanya memungkinkan dapat terjadi. Misalnya, guru berbicara dengan sekelompok kecil siswa melalui mengajukan beberapa pertanyaanatau guru berbincang dengan siswa secara individual, atau guru menciptakan situasi sedemikian rupa sehingga antar siswa dapat saling tukar menukar pendapat melalui penampilan diri, demonstrasi, atau diskusi. Bila guru yang berbicara, dapat melalui beberapa kategori: Filling persetujuan, penghargaan atau peningkatan, menggunakan pendapat siswa, bertanya, ceramah, memberi petunjuk, dan mengeritik. Sebaliknya siswa dapat berbicara melalui pemberian respons dan pengambilan prakarsa. Bila guru mengajukan pertanyaan dapat juga divariasi sesuai dengan domain kognitif dari Bloom (dalam Murni, 2010) pertanyaan dapat diajukan ke seluruh kelas atau ditujukan kepada siswa, maka dapat berbentuk: mendengarkan ceramah guru, mengajukan pendapat pada diskusi kelompok kecil. Bekerja individual atau kerja kelompok, membaca secara keras atau secara pelan, melihat film, bekerja di laboraturium, baik bahasa maupun alam, bekerja atau belajar bebas, atau dapat juga menciptakan kegiatan sendiri.
1.3
Motivasi Belajar
1.3.1 Definisi Belajar Banyak pakar yang telah memberikan definisi tentang belajar. Menurut burton (dalam Wardani, 2005: 69) Mengemukakan bahwa belajar adalah suatu perubahan diri individu sebagai hasil interaksinya dengan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan dan menjadikannya lebih mampu melestarikan lingkungan secara memadai.Selanjutnya Traves (dalam Wardani, 2005: 71) Mengemukakan bahwa belajar sebagai cakupan perubahan yang relatif permanen dalam tingkah laku sebagai akibat penyikapan dalam terhadap kondisi dalam lingkungan. Menurut Sardiman (2006:22) belajar sebagai suatu proses interaksi antara diri manusia (id-ego-super ego) dengan lingkungannya, yang mungkin berwujud pribadi, fakta, konsep ataupun teori. Dalam hal ini, terkandung suatu maksud bahwa proses interaksi tersebut meliputi proses internalisasi dari sesuatu kedalam diri yang belajar serta dilakukan secara aktif dengan segenap panca indera turut berperan. Menurut Hamalik (2005:27) belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan
melalui
pengalaman.
Dari
pengertian
tersebut,
Humalik
(2005:27)
Menegaskan bahwa belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan perubahan kelakuan. Menurut Sudjana (2009:28) belajar adalah proses yang diarahkan kepada tujuan, proses berbuat melalui pengalaman. Belajar adalah proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu.Hakim, (dalam Faturrohman, dkk, 2007:6) Mengemukakan belajar merupakan suatu proses perubahan-perubahan didalam kepribadian manusia, dan
perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tinggkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, ketrampilan, daya pikir dan lain-lain kemampuannya. Menurut Winkel (2005;59) Belajar adalah suatu aktivitas mental dan psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, dan nilai sikap. Perubahan itu relatif konstan dan berbekas. Dari beberapa rumusan dan definisi belajar trsebut diatas, istilah yang terdapat pada semua definisi adalah perubahan dan pengalaman. Dengan demikian, belajar adalah suatu proses yang menimbulkan atau merubah perilaku, pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap melalui latihan atau pengalaman.Pada dasarnya
motivasi adalah
suatu
usaha yang
disadari untuk
menggerakkan,
menggarahkan dan menjaga tingkah laku seseorang agar ia terdorong untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu. Menurut
Alderfer(dalam
Nashar,
2004:42)
Motivasi
belajar
adalah
kecenderungan siswa dalam melakukan kegiatan belajar yang didorong oleh hasrat untuk mencapai prestasi atau hasil belajar sebaik mungkin.Motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar. Dalam motivasi terkandung adanya keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan dan mengarahkan sikap serta perilaku pada individu belajar (Koeswara, 1989 ; Siagia, 1989 ; Sehein, 1991 ; Biggs dan Tefler, 1987 dalam Dimyati dan Mudjiono, 2006)
Untuk peningkatan motivasi belajar menurut Syamsudin (1996) yang dapat kita lakukan adalah mengidentifikasi beberapa indikatoryna dalam tahap-tahap tertentu. Indikator motivasi antara lain: 1) Durasi kegiatan, 2) Frekuensi kegiatan, 3) Presistensinya pada tujuan kegiatan, 4) Ketabahan, keuletan dan kemampuannya dalam menghadapi kegiatan dan kesulitan untuk mencapai tujuan, 5) Pengabdian dan pengorbanan untuk mencapai tujuan, 6) Tingkatan aspirasi yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan, 7) Tingkat kualifikasi prestasi, 8) Arah sikapnya terhadap sasaran kegiatan.
1.3.2 Definis Motivasi Motivasi merupakan suatu kondisi dalam diri individu atau peserta didik yang mendorong atau menggerakkan individu atau peserta didik melakukan kegiatan mencapai sesuatu tujuan (Sukmadinata, 2007: 381). Menurut Hamalik (2005: 158) motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Dalam hal belajar motivasi diartikan sebagai keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa untuk melakukan serangkaian kegiatan belajar guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Mc. Donald motivation is an energy change within the person characterized by affective arousal and anticipatory goal reaction (Hamalik, 2005: 158). Didalam perumusan ini terdapat tiga unsur yang saling berkaitan, yaitu : 1) Motivasi dimulai dari adanya perubahan energi dalam pribadi.
Perubahan-perubahan dalam motivasi timbul dari perubahan tertentu didalam sistem neuropisiologis dalam organisme manusia, misalnya terjadi perubahan dalam sisem pencernaan maka timbul motif lapar. 2) Motivasi ditandai dengan timbulnya perasaan (affective arousal). Mula-mula merupakan ketegangan psikologis, lalu merupakan suasana emosi. Suasana emosi ini menimbulkan kelakuan yang bermotif. 3) Motivasi ditandai dengan reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan. Pribadi yang bermotivasi mengadakan respon-respon yang tertuju ke arah suatu tujuan. Respon-respon itu berfungsi mengurangi ketegangan yang disebabkan oleh perubahan energi dalam dirinya. Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan motivasi merupakan daya penggerak seseorang untuk melakukan suatu kegiatan dimana ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.
1.3.3 Motivasi Belajar Seperti diuraikan dimuka bahwa motivasi merupakan daya penggerak seseorang untuk melakukan suatu kegiatan dimana ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang relatif menetap pada individu sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya dimana perubahan itu dapat berupa perubahanperubahan dalam kebiasaan (habit), kecakapan-kecakapan (skills) atau dalam ketiga aspek yakni pengetahuan (kognitif), sikap (affektif), dan ketrampilan (psikomotor). IPS adalah ilmu tentang konsep fenomena, interaksi social, budaya bahkan sampai persoalan ilmu penetahuan.
Berdasarkan ketiga pengertian tersebut maka motivasi belajar dapat diartikan sebagai daya penggerak individu untuk melakukan suatu proses mengembangkan cara berfikir yang berhubungan dengan bentuk aktivitas social serta kehidupan social yang ditandai dengan perubahan tingkah laku yang relatif menetap pada individu sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya; perubahan itu dapat berupa perubahan-perubahan dalam kebiasaan (habit), kecakapan-kecakapan (skills) atau dalam ketiga aspek yakni pengetahuan (kognitif), sikap (affektif), dan ketrampilan (psikomotor); dimana ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan belajar.
1.3.4 Fungsi Motivasi Belajar Motivasi memiliki dua aspek fungsi (Sukmadinata, 2007: 382), yaitu: 1) Mengarahkan (directional function) Dalam mengarahkan kegiatan, motivasi berperan mendekatkan atau menjauhkan individu dari sasaran yang akan dicapai. Apabila suatu sasaran atau tujuan merupakan sesuatu yang diinginkan, maka motivasi berperan mendekatkan (approach motivation), dan bila sasaran atau tujuan tidak diinginkan oleh individu, maka motivasi berperan menjauhi sasaran (avoidance motivation). 2) Mengaktifkan atau meningkatkan kegiatan (activating and energizing function) Perbuatan atau kegiatan belajar yang tidak bermotif atau motifnya sangat lemah akan dilakukan tidak dengan sungguh-sungguh, tidak terarah dan kemungkinan besar tidak akan membawa hasil. Sebaliknya apabila motivasi belajarnya besar atau kuat, maka akan dilakukan dengan sungguh-sungguh, terarah, penuh semangat, sehingga kemungkinan keberhasilannya akan lebih besar.
Selanjutnya menurut Hamalik (2005: 159), motivasi memiliki dua komponen, yakni komponen dalam (inner component) dan komponen luar (outer component). Komponen dalam ialah perubahan dalam diri seseorang, keadaan merasa tidak puas, dan ketegangan psikologis. Komponen luar ialah apa yang diinginkan seseorang, tujuan yang menjadi arah kelakuannya. Jadi, komponen dalam ialah kebutuhan-kebutuhan yang ingin dipuaskan, sedangkan komponen luar ialah tujuan yang hendak dicapai.
1.3.5 Tipe Motivasi Motivasi belajar siswa dapat timbul dari dalam diri individu (motivasi intrinsik) dan dapat timbul dari luar diri siswa (motivasi ekstrinsik). Terdapat dua tipe motivasi (Sardiman, 2006: 89-91) yaitu : 1) Motivasi Intrinsik Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Jika dilihat dari segi tujuan kegiatan yang dilakukannya (kegiatan belajar), maka yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah ingin mencapai tujuan yang terkandung didalam perbuatan belajar itu sendiri. Seorang siswa belajar karena betul-betul ingin mendapat pengetahuan, nilai atau ketrampilan agar dapat berubah tingkah lakunya secara kostruktif, tidak karena tujuan yang lain-lain. Intrinsic motivations are inherent in the learning situations and meet pupil-needs and purposes. Itulah sebabnya motivasi intrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang didalamnya aktivitas belajarnya dimulai dan diteruskan berdasarkan suatu dorongan dari dalam diri dan secara mutlak berkait dengan aktivitas
belajarnya. Siswa yang memiliki motivasi intrinsik akan memiliki tujuan menjadi orang yang terdidik, yang berpengetahuan, yang ahli dalam bidang studi tertentu. 2) Ekstrinsik Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Motivasi intrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang didalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar. Kemungkinan besar keadaan siswa itu dinamis, berubah-ubah, dan juga mungkin komponen-komponen lain dalam proses belajar mengajar ada yang kurang menarik bagi siswa, sehingga diperlukan motivasi ekstrinsik. Berdasarkan tipe motivasi di atas maka dikatakan bahwa timbulnya motivasi yang menyebabkan seseorang menggerakkan tingkah lakunya dipengaruhi adanya motivasi dari dalam dirinya. Motivasi ini lebih dipengaruhi oleh upaya untuk memenuhi kebutuhannya. Di samping itu juga karena adanya dorongan dan tuntutan serta pengaruh dari lingkungan luar untuk melakukan tindakan yang sesuai dengan perkembangan yang terjadi.
1.3.6 Usaha dalam Membangkitkan Motivasi Guru merupakan salah satu komponen penting dalam pendidikan dan proses belajar mengajar. Oleh karena itu, guru tersebut harus berperan aktif dan mampu menempatkan kedudukannya secara profesional dan tepat sesuai dengan soko guru Ki Hajar Dewantoro yaitu : ing ngarso sung tulodho, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani (Usman, 2002:8). Ing ngarso sung tulodho diartikan bahwa pemimpin dalam
hal ini guru harus memberikan teladan dan arahan yang baik bagi siswanya. Ing madyo mangun karso berarti dalam pembelajaran guru berusaha membangkitkan ide siswa dengan aktivitas sehingga siswa lebih memaknai konsep yang akan dipelajari. Guru memberi kesempatan siswa untuk mengkonstruksi sendiri konsep yang akan dipelajarinya sehingga siswa tidak lagi menerima paket-paket konsep atau aturan yang telah dikemas oleh guru, melainkan siswa sendiri yang dibimbing untuk mengemasnya. Mungkin saja kemasannya tidak akurat karena perbedaan pemahaman antara siswa yang satu dengan siswa lainnya, atau mungkin terjadi kesalahan pemahaman. Akan tetapi kesalahan siswa tersebut harus tetap dihargai karena hal itu merupakan bagian dari belajar. Dari kesalahan tersebut, guru memberikan bantuan dan arahan serta dukungan sebagai fasilitator dan pembimbing. Hal tersebut sesuai dengan prinsip terakhir yaitu tut wuri handayani yang diartikan bahwa peran guru dalam pembelajaran adalah sebagai fasilitator aktivitas siswa dalam mengembangkan kemampuan mereka guna mencapai kompetensi yang diharapkan. Berdasarkan makna yang terkandung dalam soko guru Ki Hajar Dewantoro tersebut seorang guru dalam membangkitkan motivasi belajar siswa dapat melakukan tindakan
berupa
mengarahkan,
mengaktifkan/
meningkatkan
kegiatan,
serta
memberikan bantuan dan dukungan. Usaha guru dalam membangkitkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk menggerakkan atau memacu para siswanya agar timbul keinginan dan kemauan untuk meningkatkan belajar IPS.
Guru
dapat
menggunakan
berbagai
cara
untuk
menggerakkan
atau
membangkitkan motivasi belajar siswanya (Hamalik, 2005: 166-168), antara lain sebagai berikut : a. Memberi angka Umumnya setiap siswa ingin mengetahui hasil pekerjaannya, yakni berupa angka yang diberikan oleh guru. Siswa yang mendapat angka baik, akan mendorong motivasi belajarnya menjadi lebih besar, sebaliknya siswa yang mendapat angka kurang mungkin menimbulkan frustasi atau dapat juga menjadi pendorong agar belajar lebih baik.
b. Pujian Pemberian pujian kepada siswa atas hal-hal yang telah dilakukan dengan berhasil besar manfaatnya sebagai pendorong belajar. Pujian menimbulkan rasa puas dan senang. c. Hadiah Cara ini dapat dilakukan oleh guru dalam batas-batas tertentu, misalnya pemberian hadiah pada akhir tahun kepada para siswa yang mendapat atau menunjukkan hasil belajar yang baik. d. Kerja kelompok Kerjasama dalam belajar menimbulkan perasaan untuk mempertahankan nama baik kelompok, hal ini menjadi pendorong yang kuat dalam belajar. e. Persaingan
Baik kerja kelompok maupun persaingan memberikan motif-motif sosial kepada siswa. Hanya saja persaingan individual akan menimbulkan pengaruh yang tidak baik, seperti rusaknya hubungan persahabatan, perkelahian, pertentangan, persaingan antar kelompok belajar. f. Tujuan dan level of aspiration. Dari keluarga akan mendorong kegiatan siswa. g. Sarkasme. Ialah dengan jalan mengajak para siswa yang mendapat hasil belajar yang kurang. Dalam batas-batas tertentu sarkasme dapat mendorong kegiatan belajar demi nama baiknya, tetapi dipihak lain dapat menimbulkan sebaliknya, karena siswa merasa dirinya dihina, sehingga memungkinkan timbulnya konflik antara siswa dan guru. h. Penilaian. Penilaian secara kontinu akan mendorong siswa dalam belajar, oleh karena setiap anak memiliki kecenderungan untuk memperoleh hasil yang baik.Disamping itu, para siswa selalu mendapat tantangan dan masalah yang harus dihadapi dan dipecahkan, sehingga mendorongnya belajar lebih teliti dan seksama. i.
Karyawisata dan ekskursi Cara ini dapat membangkitkan motivasi belajar, karena dalam kegiatan ini akan mendapat pengalaman langsung dan bermakna baginya. Selain itu, karena objek yang dikunjungi adalah objek yang menarik minatnya. Suasana bebas, lepas dari keterikatan ruangan kelas besar manfaatnya untuk menghilangkan keteganganketegangan
yang
menyenangkan. j.
Film pendidikan
ada,
sehingga
kegiatan
belajar
dapat
dilakukan
lebih
Setiap siswa merasa senang menonton film. Gambaran dan isi cerita film lebih menarik perhatian dan minat siswa dalam belajar. Para siswa mendapat pengalaman baru yang merupakan suatu unit cerita yang bermakna. k. Belajar melalui radio Mendengarkan radio lebih menghasilkan daripada mendengarkan ceramah guru. Radio adalah alat yang penting untuk mendorong motivasi belajar murid. Kendatipun demikian, radio tidak mungkin dapat menggantikan kedudukan guru dalam mengajar. Yang lebih penting ialah motivasi yang timbul dari dalam diri siswa sendiri seperti dorongan kebutuhan, kesadaran akan tujuan, dan juga pribadi guru sendiri merupakan contoh yang dapat merangsang motivasi mereka. Sukmadinata (2007: 408) mengemukakan bahwa guru dengan status guru pembimbing, wali kelas, guru kelas, guru bidang studi ataupun guru pembina kegiatan ekstrakurikuler, dapat melakukan beberapa upaya membangkitkan motivasi belajar meliputi : a. Menjelaskan manfaat dan tujuan dari pelajaran yang diberikan. Tujuan yang jelas dan manfaat yang betul-betul dirasakan oleh peserta didik akan membangkitkan motivasi belajar. b. Memilih materi atau bahan pelajaran yang betul-betul dibutuhkan oleh siswa. Sesuatu yang dibutuhkan akan menarik minat siswa, dan minat merupakan salah satu bentuk motivasi. c. Memilih cara penyajian yang bervariasi, sesuai dengan kemampuan peserta didik dan banyak memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mencoba dan berpartisipasi.
Banyak berbuat dalam belajar akan lebih membangkitkan semangat dibandingkan dengan hanya mendengarkan. Oleh karena itu, guru perlu mencipakan berbagai kegiatan peserta didik di dalam kelas. d. Memberikan sasaran dan kegiatan-kegiatan antara. Sasaran akhir dari kegiatan belajar peserta didik adalah lupus dari ujian akhir. Menempuh ujian akhir ini, bagi peserta didik yang baru masuk merupakan kegiatan yang terlalu lama, oleh karena itu perlu diciptakan sasaran dan kegiatan antara seperti ujian semester. Ujian semester pun masih terlalu jauh sebab akan dilakukan empat atau lima bulan kemudian. Untuk itu diperlukan kegiatan-kegiatan yang lebih dekat, seperti ujian bulanan atau ujian mingguan. e. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk sukses. Sukses yang dicapai oleh peserta didik akan membangkitkan motivasi belajar, dan sebaliknya kegagalan yang beruntun dapat menghilangkan motivasi. f. Memberikan kemudahan dan bantuan dalam belajar. Tugas guru atau pendidik di sekolah adalah membantu perkembangan siswa. Apabila peserta didik mengalami kesulitan atau hambatan dalam belajar, berikanlah bantuan, baik langsung oleh guru maupun tidak langsung. g. Memberikan pujian, ganjaran, atau pun hadiah. Guru-guru dapat memberikan pujian, ganjaran, bahkan hadiah agar dapat membangkitkan motivasi peserta didik. Menurut Sardiman (2006: 92-95) ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah, antara lain : a. Memberi angka
Angka-angka yang baik bagi para siswa merupakan motivasi yang sangat kuat. Guru harus menempuh bagaimana cara memberikan angka-angka yang dapat dikaitkan dengan values yang terkandung didalam setiap pengetahuan yang diajarkan kepada para siswa sehingga tidak hanya sekedar kognitif tetapi juga ketrampilan dan afeksinya. b. Hadiah Hadiah dapat dikatakan sebagai motivasi, tetapi tidak selalu demikian. Hadiah untuk suatu pekerjaan , mungkin tidak akan menarik bagi seseorang yang tidak senang dan tidak berbakat untuk suatu pekerjaan tersebut. c. Saingan/kompetisi Persaingan, baik persaingan individual maupun persaingan kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. d. Ego-involvement Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangansehingga bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri adalah sebagai salah satu bentuk motivasi yang cukup penting. Seseorang akan berusaha dengan segenap tenaga untuk mencapai prestasi yang baik dengan menjaga harga dirinya. Penyelesaian tugas dengan baik adalah simbol kebanggaan dan harga diri, begitu juga untuk siswa si subjek belajar. Para siswa akan belajar dengan keras bisa jadi karena harga dirinya. e. Memberi ulangan Siswa akan menjadi giat belajar kalau mengetahui akan ada ulangan. Oleh karena itu, memberi ulangan merupakan sarana motivasi. Dalam hal ini guru harus terbuka, jika akan ulangan harus diberitahukan kepada siswanya. Biasanya anak didik akan
giat belajar ketika diketahuinya akan dilaksanakan ulangan. Ulangan dapat bermanfaat untuk membangkitkan perhatian anak didik terhadap bahan yang diberikan di kelas. f. Mengetahui hasil Dengan mengetahui hasil pekerjaan, akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar. Semakin mengetahui bahwa grafik hasil belajar meningkat, maka ada motivasi pada diri siswa untuk terus belajar, dengan suatu harapan hasilnya terus meningkat. Setiap tugas yang telah diselesaikan oleh anak didik dan telah diberi nilai sebaiknya guru bagikan kepadasetiap anak didik agar mereka dapat mengetahui prestasi kerjanya. Kebenaran kerja yang dilakukan oleh anak didik dapat dipertahankan, sedangkan kesalahan kerja yang dilakukan anak didik diperbaiki. Kesalahan diperbaiki dengan bantuan dan bimbingan dari guru. g. Pujian Pujian adalah bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus merupakan motivasi yang baik. Dengan pujian yang tepat akan memupuk suasana yang menyenangkan dan mempertinggi gairah belajar sekaligus akan membangkitkan harga diri. h. Hukuman Hukuman sebagai reinforcement yang negatif tetapi kalau diberikan secara tepat dan bijaksana bisa menjadi alat motivasi. Guru harus memahami prinsip-prinsip pemberian hukuman. i.
Hasrat untuk belajar Hasrat untuk belajar, bararti ada unsur kesengajaan, ada maksud untuk belajar. Hal ini akan lebih baik, bila dibandingkan segala sesuatu kegiatan yang tanpa maksud.
Hasrat untuk belajar berarti pada diri anak didik itu memang ada motivasi untuk belajar, sehingga hasilnya akan lebih baik. j.
Minat Motivasi muncul karena ada kebutuhan, begitu juga minat merupakan alat motivasi yang pokok. Proses belajar akan berjalan lancar jika disertai dengan minat. Minat dapat dibangkitkan dengan cara membangkitkan adanya suatu kebutuhan, menghubungkan
dengan
persoalan
pengalaman
yang
lampau,
memberi
kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik, serta menggunakan berbagai macam bentuk mengajar. k. Tujuan yang diakui Rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh siswa merupakan alat motivasi yang sangat penting, sebab dengan memahami tujuan yang harus dicapai, karena dirasa sangat berguna dan menguntungkan, maka akan timbul gairah untuk terus belajar. Dari
beberapa
pendapat
tersebut
dapat
disimpulkan
bahwa
dalam
membangkitkan motivasi belajar IPS guru dapat melakukan tindakan berupa mengarahkan, mengaktifkan/meningkatkan kegiatan, serta memberikan bantuan dan dukungan. Mengarahkan dalam hal ini meliputi menjelaskan manfaat dan tujuan dari mata pelajaran yang diberikan, memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memperoleh sukses. Mengaktifkan/meningkatkan kegiatan meliputi menggunakan cara penyajian yang bervariasi memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mencoba dan berpartisipasi, memberikan sasaran dan kegiatan-kegiatan antara yaitu : memberikan soal latihan, tugas, pekerjaan rumah, kuis, dan ulangan. Memberikan
bantuan dan dukungan meliputi memberikan kemudahan dan bantuan dalam belajar; memberikan pujian, penguatan, penghargaan, sanksi, dan teguran. Bagi guru yang terpenting dengan adanya macam-macam motivasi itu dapat dikembangkan dan diarahkan untuk melahirkan hasil belajar yang bermakna. Pada mulanya, karena ada sesuatu (bentuk motivasi) siswa itu rajin belajar, tetapi guru harus mampu melanjutkan dari tahap rajin belajar diarahkan menjadi kegiatan belajar yang bermakna, sehingga hasilnya akan bermakna bagi kehidupan subjek belajar. 1.4
Kerangka Berfikir Pembelajaran merupakan kegiatan pokok dari keseluruhan proses pendidikan.
Berhasil tidaknya tujuan pendidikan yang dicapai tergantung dari berhasil tidaknya proses pembelajaran yang dialami oleh peserta didik. Akan tetapi hal tersebut tidak terlepas dari faktor pendukungnya, yaitu guru, siswa, strategi pengajaran serta fasilitas penunjang lainnya. Dari beberapa faktor tersebut, guru dalam kegiatan proses pembelajaran di sekolah menempati kedudukan yang sangat penting dan tanpa mengabaikan faktor penunjang yang lain, guru sebagai subjek pendidikan sangat menentukan keberhasilan pendidikan itu sendiri. Meskipun fasilitas pendidikannya lengkap dan canggih, namun bila tidak ditunjang oleh keberadaan guru yang berkualitas sehingga dapat membangkitkan motivasi belajar siswa, maka tidak akan menimbulkan proses pembelajaran yang maksimal. IPS merupakan pelajaran yang membutuhkan pemahaman konsep-konsep sosial. Oleh karena itu diperlukan berbagai macam usaha yang harus dilakukan guru untuk membangkitkan motivasi belajar IPS. Usaha guru dalam membangkitkan motivasi belajar IPS adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk menggerakkan atau
memacu para siswanya agar timbul keinginan dan kemauan untuk meningkatkan motivasi belajar. Dalam usaha membangkitkan motivasi belajar tidak cukup hanya mengandalkan kesadaran dari siswa itu sendiri, melainkan dari usaha seorang guru yang memiliki keinginan yang kuat untuk membangkitkan motivasi belajar. Hal ini bertujuan untuk membantu siswa dalam belajar sehingga mencapai hasil yang memuaskan, karena motivasi merupakan komponen penting dalam pembelajaran. Variasi mengajar guru menjadi bagian penting untuk meningkatkan motivasi belajar siswa, tanpa disadari variasi mengajar akan banyak menimbulkan persepsi bagi peserta didik atau dalam hal ini siswa, karena lebih fokus pada sikap pribadi. Banyak hal yang secara simultan terjadi ketika guru menggunakan variasi mengajar, misalnya penampilan guru, sikap yang empatik, rasa simpati, penggunaan bahasa, peraga, motivasi dan menguasai hati siswa. Sebetulnya hal-hal tersebut secara tidak disengaja dalam kegiatan pembelajaran telah diterapkan, tetapi tidak terstruktur dengan biak, untuk itu dalam penelitian ini mencoba menguji pengaruh variasimengajar guru terhadap motivasi belajar siswa khususnya dalam kegiatan pembelajaran IPS di SMA Negeri Prasetya Kota Gorontalo. Variasi Gaya Mengajar -
Variasi suara; Penekanan (ocusing); Pemberian waktu (pausing); Kontak pandang; Gerakan anggota badan (gesturing); Perpindahan posisi guru (teachers movement) (Djamarah dan Zain, 2010:163)
Motivasi Belajar -
Saingan/kompetisi Hasrat untuk belajar Minat Tujuan yang diakui Mengetahui hasil Sardiman (2006: 92-95)
1.5
Hipotesis Berdasarkan permasalahan penelitian dan kajian teori, maka dikemukakan hipotesis penelitian sebagai berikut: Gaya mengajar guru berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa pada mata Pelajaran IPS di SMA Prasetya Kota Gorontalo.