BAB II KAJIAN TEORITIS
2.1 Hasil Belajar Menurut Dimyati dkk (2006 : 7) belajar merupakan tindakan dan perilaku yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar mengajar. Proses belajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar. Hamalik (2001:36) belajar merupakan modifikasi atau memperteguh pengetahuan kelakuan melalui pengalaman. Menurut pengertian ini belajar merupakan suatu proses kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar juga bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari pada itu yakni
mengalami,
sedangkan hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan perubahan kelakuan. Menurut pendapat lain juga dikatakan bahwa, orang atau siswa dikatakan belajar bila terjadi perubahan tingkah laku pada dirinya. Perubahan yang mana dapat dilihat berdasarkan pengamatan tertentu, perubahan tingkah laku tersebut dapat berkenaan: (a) Kognitif, penguasaan pengetahuan baru atau penambahan pengetahuan yang telah ada sebelumnya; (b) Afektif, Pengembangan sikap dan minat baru atau penyempurnaan ketrampilan yang telah dimiliki; (c) Psikomotorik, Penguasaan ketrampilan sebelumnya.
baru atau penyempurnaan ketrampilan yang telah ada dikuasai
Setelah mempelajari beberapa pengertian menurut beberapa teori di atas, maka jelaslah bahwa belajar merupakan keseluruhan proses perubahan yang menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotorik yang diperoleh melalui pengalaman dan latihan secara sadar dalam waktu yang lama. Hasil Belajar menurut Sudjana (1989 : 2) adalah kegiatan penilaian untuk mengetahui keefektifan pengalaman belajar dalam mencapai hasil belajar yang optimal. Dimyati (2006 : 250) hasil belajar merupakan hasil proses belajar. Sudjana (1990:22) hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu: (1) Faktor dari dalam diri siswa, meliputi kemampuan yang dimilikinya, motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis; dan (2) Faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan, terutama kualitas pengajaran. Hasil belajar siswa menurut Sudjana (1990:56), melalui proses belajar mengajar yang optimal ditunjukkan dengan ciri-ciri sebagai berikut: (1) Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar intrinsik pada diri siswa. Siswa tidak mengeluh dengan prestasi yang rendah dan ia akan berjuang lebih keras untuk memperbaikinya atau setidaknya mempertahankan apa yang telah dicapai; (2) Menambah keyakinan dan kemampuan dirinya, artinya ia tahu kemampuan dirinya dan percaya bahwa ia mempunyai potensi yang tidak kalah dari orang lain apabila ia berusaha sebagaimana mestinya; (3) Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya, seperti akan tahan lama diingat, membentuk perilaku, bermanfaat untuk mempelajari aspek lain, kemauan dan kemampuan untuk belajar sendiri dan
mengembangkan kreativitasnya; (4) Hasil belajar yang diperoleh siswa secara menyeluruh (komprehensif), yakni mencakup ranah kognitif, pengetahuan atau wawasan, ranah afektif (sikap) dan ranah psikomotorik, ketrampilan atau perilaku; dan (5) Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan diri terutama dalam menilai hasil yang dicapainya maupun menilai dan mengendalikan proses dan usaha belajarnya. Hasil belajar menurut Anni (2004:4) merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Leo sutrisno (2008:25) mengemukakan “hasil belajar merupakan gambaran tingkat penguasaan siswa terhadap sasaran belajar pada topik bahasan yang dieksperimenkan, yang diukur dengan berdasarkan jumlah skor dan jawaban benar pada soal yang disusun sesuai dengan sasaran belajar “. Sementara itu, Arikunto (1990:133) mengatakan bahwa hasil belajar adalah hasil akhir setelah mengalami proses belajar, perubahan itu tampak dalam perbuatan yang dapat diamati, dan dapat diukur”. Nasution (1995 : 25) mengemukakan bahwa hasil
belajar adalah suatu perubahan pada diri individu.
Perubahan yang dimaksud tidak halnya perubahan pengetahuan, tetapi juga meliputi perubahan kecakapan, sikap, pengertian, dan penghargaan diri pada individu tersebut. Hasil belajar yang dicapai siswa melalui proses belajar mengajar yang optimal cenderung menunjukan hasil yang berciri sebagai berikut: (1) Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi pada diri siswa, menambah keyakinan akan kemampuan dirinya; (2) Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya seperti akan tahan lama diingatannya, membentuk prilakunya, bermanfaat
untuk mempelajari aspek lain, dapat digunakan sebagai alat untuk memperoleh informasi dan pengetahuan yang lainya; serta (3) Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan dirinya terutama adalah menilai hasil yang dicapainya maupun menilai dan mengendalikan proses dan usaha belajarnya. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Individu yang belajar akan memperoleh hasil dari apa yang telah dipelajari selama proses belajar itu. Hasil belajar yaitu suatu perubahan yang terjadi pada individu yang belajar, bukan hanya perubahan mengenai pengetahuan, tetapi juga untuk membentuk kecakapan, kebiasaan, pengertian, penguasaan, dan penghargaan dalam diri seseorang yang belajar. Menurut Bloom klarifikasi hasil belajar dapat dibagi atas tiga ranah antara lain: (1) Ranah kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi; (2) Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi dan internalisasi; dan (3) Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar ketrampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris yakni gerakan reflex, ketrampilan gerakan dasar, kemampuan perceptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan ketrampilan kompleks dan gerakan eksprensif dan interpretative. Selain itu juga, menurut Sagala dalam bukunya Asri (2005:33) klarifikasi
hasil belajar secara garis besar dapat dibagi dalam tiga domain yaitu: (1) Domain kognitif, mencakup kemampuan intelektual mengenal lingkungan yang terdiri atas enam kemampuan yang herarkis dari yang paling sederhana sampai yang paling kompleks yaitu: pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisys, sintesis dan penilaian; (2) Domain afektif, mencakup kemampuan-kemampuan emosional dalam mengalami dan menghayati sesuatu hal yang meliputi kemauan emosional disusun secara hirarkis yaitu: kesadaran, partisipasi, penghayatan nilai, pengorganisasian nilai dan karakterisasi diri; serta (3) Domain psikomotoris, kemampuan-kemampuan motorik dan mengkoordinasikan gerakan terdiri dari gerakan refleks, kemampuan perceptual, gerakan dasar, kemampuan jasmani, gerakan-gerakan terlatih dan komunikasi nondikursif. Menurut Gagne mengungkapkan ada lima kategori hasil belajar, yakni: (1) Informasi verbal adalah kapabilitas untuk mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis; (2) Ketrampilan intelektual adalah kecakapan yang berfungsi untuk berhubungan dengan lingkungan hidup serta mempresentasikan konsep dan lambang. Ketrampilan intelek ini terdiri dari diskriminasi jamak, konsep konkret dan terdevinisi dan prinsip; (3) Strategi kognitif adalah kemampuan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memcahkan masalah; (4) Ketrampilan motorik adalah kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani; serta (5) Sikap adalah
kemampuan menerima atau menolak obyek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Hasil penillaian ini pada dasarnya adalah hasil belajar yang diukur. Hasil penilaian dan evaluasi ini merupakan umpan balik untuk mengetahui sampai dimana proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan. Berdasarkan uraian
di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa perubahan
tingkah laku yang diperoleh sebagai hasil dari belajar menurut Gagne sebagai berikut: (1) Perubahan yang terjadi secara sadar, artinya bahwa individu menyadari dan merasakan telah terjadi adanya perubahan pada dirinya; (2) Perubahan yang terjadi relatif lama artinya perubahan yang terjadi akibat belajar atau hasil belajar bersifat menetap atau permanen; serta (3) Perubahan yang terjadi mencakup seluruh aspek tingkah laku. Perubahan yang diperoleh individu dari hasil belajar adalah meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku baik dalam sikap kebiasaan, keterampilan dan pengetahuan. Pengertian-pengertian dari beberapa teori di atas, peneliti dapat menarik sebuah kesimpulan bahwa perubahan tingkah laku yang diperoleh sebagai hasil dari belajar yaitu siswa sudah mampu menyelesaikan tiga ranah yakni kognitif, afektif dan psikomotor dengan bagus, tiga ranah tersebut dapat dalam bentuk perubahan perilaku dan pola pikir pelajar yang berlangsung secara terus menerus sampai memperoleh pengetahuan, ketrampilan, dan sikap terhadap hal-hal yang dianggap baru dan bermanfaat sehingganya siswa mampu mengaplikasikan setiap teori yang didapatkan dalam proses pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari dengan baik.
2.2 Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match Menurut Roger, dkk (1992:29-33), pembelajaran kooperatif merupakan aktivitas pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi secara sosial diantara kelompok-kelompok pembelajar yang di dalamanya setiap pembelajar bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan anggotaanggota yang lain. Pembelajaran kooperatif mengacu pada metode pengajaran dimana siswa bekerja dalam kelompok kecil saling membantu dalam belajar. Parker (1994) mendefinisikan kelompok kecil kooperatif sebagai suasana pembelajaran di mana para siswa saling berinteraksi dalam kelompok-kelompok kecil untuk mengerjakan tugas akademik demi mnecapai tujuan bersama. Davidson (1995) mendefinisikan pembelajaran
kooperatif
secara
terminologis
dengan
perbedaannya
dengan
pembelajaran koolaboratif. Menurutnya pembelajaran kooperatif merupakan suatu konsep yang sebenarnya sudah ada sejak dulu dalam kehidupan sehari-hari. Konsep ini memang dikenal sangat penting untuk meningkatkan kinerja kelompok, organisasi dan perkumpulan manusia. Johnson dan Johnson (1989) menjelaskan secara singkat kooperatif adalah bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Dalam suasana kooperatif, setiap anggota sama-sama berusaha mencapai hasil yang nantinya bisa dirasakan oleh semua anggota kelompok. Dalam konteks pengajaran, pembelajaran kooperatif didefinisikan sebagai pembentukan kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari siswa-siswa yang dituntut untuk bekerja saama dan saling meningkatkan pembelajaran dan pembelajaran siswa-
siswa yang lain. Artz dan Newman (1990) mendefinisikan pembelajaran kooperatif merupakan kelompok kecil pembelajar/siswa yang bekerja sama dalam satu tim untuk mengatasi suatu masalah, menyelesaikan sebuah tugas atau mencapai suatu tujan bersama. Dengan demikian pembelajaran kooperatif bergantung pada efektivitas kelompok-kelompok siswa tersebut. Dalam pembelajaran ini, guru diharapkan mampu membentuk kelompok-kelompok kooperatif dengan berhati-hati agar semua anggotanya data bekerja sama-sama untuk memaksimalkan pembelajarannya sendiri dan pembelajaran teman-temannya satu kelompok. Masing-masing anggota kelompok bertanggung jawab mempelajari apa yang disajikan dan membantu temanteman satu anggota untuk mempelajarinya juga. Singkatnya pembelajaran kooperatif mengacu pada metode pembelajaran dimana siswa bekerja sama dalam kelompok kecil dan saling membantu dalam belajar. Pembelajaran kooperatif pada umumnya melibatkan kelompok yang terdiri dari 4 siswa dengan kemampuan yang berbeda dan ada pula yang menggunakan kelompok dengan ukuran yang berbeda. Konsekuensi positif dari pembelajaran ini adalah siswa diberi kebebasan untuk terlibat secara aktif dalam kelompok mereka. Dalam lingkugan pembelajaran kooperatif, siswa harus menjadi partisipan aktif dan melalui kelompoknya, siswa dapat membangun komunitas pembelajaran (learning community) yang saling membantu antara satu dengan yang lain. Menurut Suherman, dkk (2003:260), ada beberapa hal yang harus dipenuhi agar pembelajaran kooperatif data berjalan dengan baik dan siswa bekerja lebih kooperatif. Hal-hal tersebut antara lain: (1) Para siswa
yang tergabung dalam
kelompok harus merasa bahwa mereka merupakan bagian dari kelompok yang mempunyai tujuan bersama yang harus dicapai; (2) Para siswa yang tergabung dalam kelompok harus menyadari bahwa masalah yang mereka hadapi adalah masalah kelompok, dan berhasil atau tidaknya kelompok itu akan menjadi tanggung jawab bersama oleh seluruh anggota kelompok itu; (3) Untuk mencapai hasil maksimum, para siswa yang tergabung dalam kelompok itu harus berbicara atau berinteraksi dalam mendiskusikan mengenai masalah yang dihadapi; serta (4) Para siswa yang tergabung dalam kelompok harus menyadari setiap pekerjaan siswa
mempunyai
akibat langsung pada keberhasilan kelompoknya. Peranan guru dalam pembelajaran kelompok adalah membentuk kelompok, merencanakan tugas kelompok, memotivasi memberikan bimbingan pada setiap kelompok dan memberikan evaluasi. Kooperatif tipe make a match atau mencari pasangan merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan kepada siswa. Penerapan metode ini dimulai dari teknik yaitu siswa diminta mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas waktunya, siswa yang dapat mencocokan kartunya dengan tepat dan benar diberi point. Teknik mencari pasangan yang dimaksud adalah siswa mencari pasangan yang merupakan pasangan antara soal dan jawaban dalam satu kelompok belajar, setiap siswa dapat berpartisipasi dalam penyelesaian soal dan jawaban secara bersama-sama. Siswa yang dapat mencocokan soal dan jawaban sebelum batas waktu diberi poin.
Teknik mencari pasangan dikembangkan oleh Lorna Curron dalam bukunya Huda (1994 :135) yang berpendapat bahwa dalam teknik ini siswa mencari pasangan sambil mempelajari suatu konsep atau topik tertentu dalam suasana yang menyenangkan dan technik ini bisa diterapkan untuk semua mata pelajaran dan tingkatan kelas. Kelebihan dan kelemahan dari pembelajaran kooperatif tipe make a match adalah: (1) Kelebihan kooperatif make a match antara lain: (a) Dapat memberi kesempatan kepada para siswa untuk mengembangkan rasa menghargai dan menghormati pribadi temannya, menghargai pendapat orang lain: hal mana mereka telah saling membantu kelompok dalam usahanya mencapai tujuan bersama; (b) Dapat memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan siswa sebagai individu serta kebutuhannya belajar; (c) Melatih siswa teliti dalam mencocokan jawaban dan soal; (d) Melatih ketepatan serta kecepatan
siswa dalam berpikir; dan (e) Melatih
kecermatan siswa. (2) Kelemahan kooperatif make a match antara lain: (a) Menuntut pengaturan tempat duduk yang berbeda-beda dan gaya mengajar yang berbeda-beda pula; (b) Keberhasilan strategi kerja kelompok ini tergantung kepada kemampuan siswa memimpin kelompok atau untuk bekerja sendiri. Miftahul (2011:135) Langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif tipe make a match adalah sebagai berikut: (1) Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok; (2) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa topik yang mungkin cocok untuk sesi review yang satunya kartu soal dan bagian yang lain kartu jawaban; (3) Setiap siswa mendapatkan satu kartu; (4) Setiap siswa mencari pasangan
yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya; (5) Setiap siswa yang dapat mencocokan kartunya sebelum batas waktu yang ditentukan diberi poin; (6) Setiap siswa juga bisa bergabung dengan dua atau tiga siswa lain yang memegang kartu yang cocok; (7) Kesimpulan; dan (8) Penutup. Berikut ini merupakan hasil pengembangan peneliti mengenai langkahlangkah model pembelajaran kooperatif tipe make a match sebagai berikut: (1) Guru membagi siswa dalam empat kelompok; (2) Guru menyiapkan beberapa kartu sesuai dengan jumlah siswa, yang berisi mengenai materi hidrosfer yang satunya kartu pernyataan dan yang lainnya kartu jawaban; (3) Kemudian guru membagikan kartu tersebut dan masing-masing siswa mendapatkan satu buah kartu; (4) Setiap siswa diminta untuk mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya; (5) Siswa yang dapat mencocokan kartunya sebelum batas waktu yang ditentukan akan diberi point dan siswa yang tidak dapat mencocokan kartunya akan diberi hukuman sesuai dengan kesepakatan bersama; (6) Setiap siswa juga bisa bergabung dengan siswa lain yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya; (7) Siswa diminta untuk menyimpulkan materi yang telah dipelajari bersama-sama; dan (8) Penutup. 2.3 Metode Diskusi Metode berasal dari bahasa Inggris “method” yang artinya cara. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia metode ialah “cara yang telah teratur dan terpikir baik untuk mencapai suatu maksud (dalam ilmu pengetahuan dan sebagainya)”. Metode
merupakan cara melakukan, menyajikan, menguraikan, memberi contoh dan memberi latihan isi pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu. Pengertian lain mengatakan bahwa metode adalah suatu cara yang sistematis dalam menyampaikan pengetahuan dan fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan. Menurut Trianto (2009:121) diskusi merupakan interaksi antara siswa dan siswa atau siswa dan guru untuk menganalisis, memecahkan masalah, menggali atau memperdebatkan topik atau permasalahan tertentu. Arends (1997), mendefinisikan diskusi sebagai komunikasi seseorang berbicara satu dengan yang lain, saling berbagi gagasan dan pendapat. Sedangkan menurut Suryosubroto (1997), diskusi adalah suatu percakapan ilmiah oleh beberapa yang tergabung dalam satu kelompok, untuk saling bertukar pendapat tentang suatu masalah atau bersama-sama mencarai pemecahan mendapatkan jawaban dan kebenaran atas suatu masalah. Dari beberapa pengertian di atas peneliti dapat menarik sebuah kesimpulan bahawa metode diskusi adalah suatu cara mempelajari materi pelajaran dengan memperdebatkan masalah yang timbul dan saling mengadu argumentasi secara rasional dan objektif. Cara ini menimbulkan perhatian dan perubahan tingkah laku anak dalam belajar. Metode diskusi juga dimaksudkan untuk dapat merangsang siswa dalam belajar dan berfikir secara kritis dan mengeluarkan pendapatnya secara rasional dan objektif dalam pemecahan suatu masalah. Setiap jenis pembelajaran mempunyai ciri tersendiri dan mempunyai
kelebihan dan kelemahan. Demikian juga dengan pembelajaran metode diskusi, yaitu : (1) Kelebihan metode diskusi antara lain : (a) Diskusi melibatkan semua siswa secara langsung dalam KBM; (b) Dikusi dapat menumbuhkan dan mengembangkan cara berpikir dan sikap ilmiah; (c) Dengan mengajukan dan mempertahankan pendapatnya dalam diskusi diharapkan para siswa akan memperoleh kepercayaan akan kemampuan diri sendiri; dan (d) Diskusi dapat menunjang usaha-usaha pengembangan sikap sosial dan sikap demokratis para siswa. (2) Kelemahan metode diskusi antara lain: (a) Suatu diskusi dapat diramalkan sebelumnya mengenai bagaimana hasilnya sebab tergantung kepada kepemimpinan dan partisispasi angotaanggotanya; (b) Jalannya diskusi dapat dikuasai (didominasi) oleh beberapa siswa yang menonjol; (c) Diskusi yang mendalam memerlukan waktu yang banyak; (d) Apabila suasana diskusi hangat dan siswa sudah berani mengemukakan buah pikiran mereka, maka biasanya sulit untuk membatasi pokok masalah; serta (e) Jumlah siswa yang
terlalu
besar
akan
mempengaruhi
kesempatan
setiap
siswa
untuk
mengemukakan pendapatnya. Langkah-langkah pembelajaran dalam metode diskusi yaitu sebagai berikut :(1) Pemilihan topik yang akan didiskusikan; (2) Di bentuk kelompok-kelompok diskusi; dan (3) Para siswa melakukan diskusi dalam kelompok masing-masing. Berikut ini merupakan hasil pengembangan peneliti mengenai langkahlangkah metode diskusi sebagai berikut: (1) Pemilihan topik yang akan didiskusikan; (2) Guru membagi siswa dalam dua kelompok sesuai dengan banyaknya materi yang
akan didiskusikan; (3) Memberikan sedikit waktu kepada masing-masing kelompok untuk mempelajari materinya; (4) Setelah waktu yang diberikan selesai, guru meminta kelompok pertama memaparkan hasil diskusinya di depan kelas dan kelompok lain diminta untuk mendengarkan dan menanggapi; (5) Setelah kelompok yang satu selesai dilanjutkan dengan kelompok lain dan seterusnya; (6) Menyimpulkan materi; dan (7) Penutup. 2.4 Materi Hidrosfer 2.4.1
Siklus Hidrologi
Hidrosfer berasal dari kata hidros = air dan sphere = daerah atau bulatan. Hidrosfer dapat diartikan daerah perairan yang mengikuti bentuk bumi yang bulat. Hidrosfer juga dapat diartikan sebagai wilayah perairan yang mengelilingi bumi.
Gambar 1. Proses terjadinya siklus hidrologi Hidrosfer merupakan lapisan air yang menutupi sekitar 71 % muka bumi. Air di alam terbagi menjadi tiga, sebagai berikut : a. Air di permukaan bumi, meliputi laut, sungai, danau, rawa, salju, es, dan gletser. b. Air di udara, meliputi uap air, kabut, dan berbagai macam awan.
c.
Air di dalam tanah, meliputi air tanah, air kapiler, geiser, dan artois. (Danang Endarto, 2009 : 159) 2.4.2
Jenis-Jenis siklus hidrologi
Berdasarkan lama perputaran air, siklus hidrologi dapat dibedakan menjadi tiga yaitu : a. Siklus pendek, air laut mengalami evaporasi (penguapan) karena adanya panas dari sinar matahari. Uap air air dari evaporasi naik ke atas sampai pada ketinggian tertentu dan mengalami kondensasi sehingga terbentuk awan. Awan semakin lama semakin besar, turunlah hujan di atas laut. b. Siklus sedang, air laut mengalami evaporasi ke atmotsfer karena panas sinar matahari. Angin yang bertiup membawa uap air laut ke arah daratan. Pada ketinggian tertentu, uapa air yang berasal dari evaporasi laut, sungai dan danau terkumpul makin banyak di udara. Pada saat tertentu uapa air menjadi jenuh dan mengalami kondensasi kemudian menjadi hujan. Air hujan yang jatuh didaratan selanjutnya mengalir ke parit, selokan, sungai, danau dan menuju laut lagi. c. Siklus panjang, panas sinar matahari menyebabkan evaporasi air laut. Angin membawa uap air ke arah daratan bergabung dengan uap air yang berasal dari danau, sungai dan tubuh peraiaran lainnya serta uapa air hasil transpirasi dari tumbuhan. Uap air berubah menjadi awan dan turun sebagai hujan. Air hujan yang jatuh, sebagaian meresap ke dalam tanah (infiltrasi) menjadi air tanah, baik yang berupa air tanah dangkal atau air tanah dalam. Sebagian lagi diserap
oleh tumbuhan serta sebagian lagi mengalir ke permukaan tanah menuju parit dll. 2.4.3. Komponen Siklus Hidrologi Komponen utama siklus hidrologi ada lima yaitu sebagai berikut : a. Evaporasi. Evaporasi adalah proses penguapan dari tubuh-tubuh perairan. Air di permukaan bumi, baik di daratan mauun di laut dipanasi oleh sinr matahari. Air berubah menjadi uap air yang tidak terlihat di atmotsfer. Uap air juga dikeluarkan dari daun-daun tanaman melalui sebuah proses yang dinamakan dengan transpirasi. Penguapan dari daratan, danau, sungai lahan yang basah, dan danau tanaman disebut evapotranspirasi. b. Kondensasi Kondensasi adalah proses pembentukan titik-titik air di awan. Uap air naik ke lapisan atmotsfer yang lebih tinggi akan mengalami pendinginan. Melalui proses kondensasi uap air berubah menjadi embun, titik-titik air, salju dan es. Kumpulan embun, titik air, salju dan es merupakan bahan pembentuk kabut dan awan. c. Presipitasi. Presipitasi adalah titik air yang turun menjadi hujan. Ketika titik-titik air, salju dan es ukurannya semakin besar dan menjadi berat, mereka akan menjadi hujan. Presipitasi pada pembentukan hujan, salju dan hujan batu (hail) berasal dari kumpulan awan.
d. Infiltrasi dan perkolasi. Infiltrasi adalah meresapnya air di dalam tanah. Air hujan yang jatuh ke permukaan bumi khususnya daratan, kemudian meresap ke dalam tanah yang disebut infiltrasi. Air tersebut selanjutnya mengalir melalui celah-celah dan pori-pori tanah dan batuan yang disebut dengan perkolasi. Air tersebut mengalir hingga mencapai muka air tanah (water table) yang kemudian menjadi air bawah tanah. e. Surface Run Off (aliran permukaan). Air dapat bergerak akibat aksi kapiler atau air dapat bergerak secara vertical atau horizontal di bawah permukaan tanah hingga air tersebut memasuki kembali system air permukaan. Air permukaan, baik yang mengalir maupun yang tergenang (danau, waduk, rawa) dan sebagian air bawah permukaan, akan terkumpul dan mengalir, membentuk sunai dan berakhir ke laut. 2.4.4. Perairan Darat Perairan darat adalah semua bentuk air yang terdapat di daratan. Air dapat berupa benda cair atau benda padat (es dan salju), sedangkan yang banyak di manfaatkan oleh manusia berwujud cair yaitu berupa air, baik air permukaan dll. 1. Sungai Menurut Danang Endarto dkk (2009 : 161) sungai adalah air tawar dari sumber alamiah yang mengalir dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah dan menuju atau bermuara ke laut, danau atau sungai yang lebih besar. Arus
air di bagian hulu sungai (umumnya terletak di daerah pegunungan) biasanya lebih deras dibandingkan dengan arus sungai di bagian hilir.
Gambar 2. Aliran sungai Antesedden http://geografisic.blogspot.com/2009/01/macam-sungai.html
a. Jenis-jenis sungai Menurut Danang Endarto dkk (2009:162) sungai dapat dibedakan menjadi beberapa jenis. Pembsedaan ini antara lain, berdasarkan struktur lapisan batuan yang dilalui, sungai dibedakan Berdasarkan struktur lapisan batuan yang dilalui yaitu sebagai berikut : 1. Sungai anteseden, yaitu sungai yang kekuatan erosi ke dalamnya mampu mengimbangi pengangkatan daerah yang dilaluinya. Jadi, setiap terjadi pengangkatan, lapisan batuan, air sungai yang mengikisnya sehingga alirannya bertahan seperti semula. Contohnya kali madiun di jawa timur.
2. Sungai epigenesa, yaitu sungai yang terus-menerus mengikis batuan yang dilaluinya sehingga dapat mencapai daerah batuan induk. Misalkan sungai Colorado mengikis batuan selama jutaan mencapai batuan induk. Menurut Danang dkk (2009 : 144) berdasarkan pola alirannya sungai dapat dibedakan sebagai berikut : a) Pola dendritik ialah pola aliran sungai yang anak-anak sungainya bermuara pada sungai induk secara tidak teratur. Pola aliran ini terdapat di daerah yang batuannya homogen dan lerengnya tidak begitu terjal. b) Pola trellis ialah suatu pola aliran sungai yang sungai-sungai induknya hampir sejajar dan anak-anak sungainya. Anak-anak sungai ini hampir membentuk sudut 90° dengan sungai induknya. c) Pola rectangular ialah suatu pola aliran sungai yang terdapat di daerah yang berstruktur patahan. Pola aliran air membentuk sudut siku-siku. d) Pola radial sentrifugal ialah suatu pola aliran sungai yang arahnya menyebar. Pola aliran ini terdapat di kerucut gunung berapi atau dome yang berstadium muda, pola alirannya menuruni lereng-lereng pegunungan. e) Pola radial sentripetal ialah pola aliran sungai yang arah alirannya menuju ke pusat. Pola aliran ini terdapat di daerah-daerah cekungan. f) Pola paralel ialah pola aliran sungai yang arah alirannya hampir sejajar antara sungai yang satu dengan sungai yang lain. Pola aliran ini terdapat di daerah perbukitan dengan lereng yang terjal membentuk sudut lancip.
(a)
(b)
(d)
(c)
(e)
(f)
Gambar 3. Beberapa contoh Pola aliran sungai: (a) Pola Rektangular, (b) Pola Dendritik, (c) Pola Radial Sentripugal, (d) Pola Paralel (e) Pola Trellis, dan (f)Pola Radial Sentripental
b. Meander Meander adalah aliran sungai yang membelok-belok secara teratur dengan arah pembelokkan kurang lebih dari 1800. Meander terbentuk di bagian tengah dan hilir sungai. Meander terbentuk karena adanya erosi. Erosi ke samping menyebabkan lembah bertambah lebar dan membentuk kelokkan-kelokkan. 2. Rawa
Menurut danang endarto (2009:172) rawa
merupakan tanah basah yang
sering digenangi air karena letaknya yang relatif rendah.
Daerah rawa sering
ditumbuhi banyak tanaman yang akarnya tahan terendam air.
Gambar 4. Sala satu jenis rawa swamp http://smartgeosmanida.blogspot.com/2012/04/perairan-darat.html
Rawa dapat dibedakan menjadi empat jenis berdarkan keadaan air dan tumbuhan yang hidup yaitu a) Swamp adalah lahan basah yang selalu digenangi air dengan jenis tumbuhan yang hidup seperti lumut, rumput-rumputan, semak-semak dan tumbuhan jenis pohon. b) Marsh seperti swamp, tetapi tumbuhannya didominasi oleh jenis lumutlumutan, rumput-rumputan dan alang-alang. c) Bog adalah lahan basah yang permukaan tanahnya relatif kering sedangkan tanah bersifat basah dan jenuh air. d) Rawa pasang surut adalah rawa yang sumber airnya berasal dari pasang surut air laut.
3. Danau Menurut Danang Endarto (2009:169) danau adalah cekungan yang merupakan genangan air yang sangat luas di daratan
Gambar 5. Danau yang terbentuk karena peristiwa techtonik dan vulkanik http://arisudev.wordpress.com/2011/12/17/berbagai-jenis-danau/
Menurut Danang Endarto (2009:170) danau dapat dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu dapat dilihat seperti di bawah ini: a. Danau techtonik Danau tektonik terbentuk dari proses perubahan bentuk (deformasi) kulit bumi, misalkan lipatan, patahan, dan gerakan kulit bumi sehingga menjadi penurunan. Contohnya danau singkarak, danau kerinci danau poso dan danau towili. b. Danau vulkanik Danau vulkanik terbentuk dari hasil kegiatan gunung api, kawah atau kepundan gunung api yang masih aktif ataupun yang sudah mati apabila terisi air membentk danau. Contohnya danau telaga.
c. Danau tektovulkanik Danau tehtovulkanik merupakan jenis danau yang terbentuk akibat dari gabungan tektonik dan vulkanik. Pada saat terjadi erupsi guinung api, sebagian badan gunung api patah dan merosot menutup lubang kepunda. Contohnya danau toba. d. Danau karts Danau karts terbentuk dari pelarutan batuan kapur air hujan di daerah kapur. Pelarutan kapur tersebut menghasilkan suatu bentuk cekungan. Apabila cekungan ini terisi air hujan, terbentuk danau yang disebut dengan dolina. e. Danau erosi Danau erosi terbentuk dari pengikisan dasr lembab oleh gletser (massa es yang besar) pada musim panas atau musim gugur, gletser yang mencair mengisi cekungan sehingga membentuk danau. Contohnya danau great di New York. f. Danau tapal kuda Danau tapal kuda terbentuk dari materal hasi erosi yang terendapkan pada waktu kecepatan aliran sungai menurun. Pengendapan ini menutup aliran sungai pada meander sehingga meander sungai terpisah dengan aliran sungai yang baru. Meander sungai yang terpisah dan terisi air membentuk suatu danau tapal kuda (oxbow lake) atau kali mati. Contohnya danau tapal kuda di daerah muara sungai di kalimantan. g. Danau bendungan/buatan Danau yang terbentuk dari pembendungan aliran sungai. Pembendungan sungai terjadi karena dua seba, yaitu karena longsoran (proses alami) dan
direncanakan (bersifat buatan manusia). Waduk merupakan bentuk danau bendungan yang direncanakan untuk tujuan tertentu.
2.5 Kajian Penelitian yang Relevan Riska Arianti tahun 2010 dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match Pada Mata Pelajaran Matematika” Suatu penelitian di kelas VII SMPN 1 Porong. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu sebagai berikut : (a) Materi yang digunakan berbeda yakni pada penelitian ini menggunakan materi hidrosfer dan pada penelitian sebelumnya menggunakan mata pelajaran matematika pada materi Aritmetika Social. (b) Pendekatan dan jenis penelitian sebelumya menggunakan pendekatan kualitatif dan jenis penelitian bersifat deskriptif, sedangkan pada penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan jenis penelitan bersifat eksperimen. (c) Pengumpulan data pada penelitian sebelumnya menggunakan lembar observasi yang digunakan untuk mengetahui aktivitas siswa, angket digunakan untuk mengetahui respon siswa dan tes yang digunakan untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa dan analisis datanya menggunakan teknik kualitatif untuk aktivitas, respon dan ketuntasan belajar siswa. Sedangkan pada penelitian ini pengumpulan datanya menggunakan uji validitas dan realibilitas tes hasil belajar siswa dan analisis data dalam
penelitian ini menggunakan beberapa uji persyaratan yakni uji normalitas data, uji homogenitas varians dan uji hipotesis.
Penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini juga yaitu Setriana Dewi tahun 2011 dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match Pada Pembelajaran Biologi Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Hasil Belajar” Suatu penelitian di kelas VII SMPN 18 Kota Bengkulu. Dari hasil pengujian hipotesis dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match (mencari pasangan) dapat meningkatkan hasil belajar Biologi siswa kelas VII SMP Negeri 18 Kota Bengkulu. Penelitian lain yang menunjukan pembelajaran kooperatif tipe make a match yaitu Yessi Afriani Utama tahun 2011 dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match Dengan Metode Demonstrasi Pada Konsep Kalor Sebagai Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa” Suatu penelitian di kelas X MAN Model Kota Bengkulu (Classroom Action Research). Dari hasil pengujian hipotesis dapat disimpulkan bahwa bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match (mencari pasangan) dengan metode demonstrasi pada konsep kalor dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Perbedaan penelitian ini dengan ke dua penelitian sebelumnya di atas yaitu sebagai berikut : (a) Tujuan penelitian sebelumya yaitu ingin melihat peningkatan aktivitas guru dan siswa sedangkan pada penelitian ini ingin melihat perbedaan
hasil belajar siswa pada kedua kelas yang diberikan perlakuan yang berbeda. (b) Perbedaan yang sangat menonjol yaitu pada penelitian sebelumnya merupakan penelitian tindakan kelas (PTK), sedangkan pada penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. (c) Materi yang digunakan pada penelitian sebelumnya yaitu materi biologi dan konsep kalor, sedangkan pada penelitian ini menggunakan materi hidrosfer.
2.6 Hipotesis Penelitian Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa pada kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dengan kelas yang tidak menggunakan pembelajaran kooperatif tipe make a match.