6
BAB II KAJIAN TEORITIS
2.1.
Hakikat Bimbingan dan Konseling
2.1.1 Pengertian Bimbingan Bimbingan dan Konseling merupakan terjemahan dari istilah guindance dan counselling dalam bahasa Ingris. Kata “guindance” berasal dari kata kerja to guide yang mempunyai arti “menunjukan, membimbing, menuntun, ataupun membantu” (Hallen 2005:2). Sesuai dengan istilahnya maka bimbingan dapat diartikan secara umum sebagai bantuan dan tuntunan, namun tidak semua bantuan diartikan bimbingan. Menurut Lefever dan MCDaniel (dalam Prayitno dan Amti 2004:94) Bimbingan adalah bagian dari proses pendidikan yang teratur dan sistematik guna membantu pertumbuhan anak muda atas kekuatannya dalam menentukan dan mengarahkan kehidupannya sendiri, yang pada akhirnya ia dapat memperoleh pengalaman-pengalaman yang dapat memberikan sumbangan yang berarti pada masyarakat. Menurut Shertzer dan Stone ( dalam Yusuf dan Nuhrisan 2010:6 Pengartikan bimbingan sebagai proses pemberian bantuan kepada individu agar mampu memahami diri dan lingkungannya. Menurut Rochman Natawidjaja (dalam Yusuf dan Nuhrisan 2010:6) mengartikan bimbingan sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya dan dapat bertindak secara
7
wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat, dan kehidupan pada umumnya. Sementara, Winkel (2005:27) mendefenisikan bimbingan: (1) suatu usaha untuk melengkapi individu dengan pengetahuan, pengalaman dan informasi tentang dirinya sendiri, (2) suatu cara untuk memberikan bantuan kepada individu untuk memahami dan mempergunakan secara efisien dan efektif segala kesempatan yang dimiliki untuk perkembangan pribadinya, (3) sejenis pelayanan kepada individu-individu agar mereka dapat menentukan pilihan, menetapkan tujuan dengan tepat dan menyusun rencana yang realistis, sehingga mereka dapat menyesuaikan diri dengan memuaskan diri dalam lingkungan dimana mereka hidup, (4) suatu proses pemberian bantuan atau pertolongan kepada individu dalam hal memahami diri sendiri, menghubungkan pemahaman tentang dirinya sendiri dengan lingkungan, memilih, menentukan dan menyusun rencana sesuai dengan konsep dirinya sendiri. Bimbingan merupakan proses pemberian bantuan (arahan, masukan) terhadap seseorang. Dari beberapa definisi para ahli di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa bimbingan sama dengan pemberian bantuan kepada seseorang yang membutuhkan bantuan untuk membantu seseorang mengatasi masalahnya atau mengungkapkan kemampuan yang dimilikinya. Bimbingin diberikan oleh seorang ahli dibidangnya kepada orang yang membutuhkan bimbingan. Dan bimbingan juga dapat diartikan sebagai upaya pemberian bantuan kepada peserta didik dalam rangka mencapai perkembanganya yang optimal.
8
Bimbingan dapat diberikan kepada seseorang individu atau sekumpulan individu, ini berarti bahwa bimbingan dapat diberikan secara individual dan juga diberikan secara kelompok. Bimbingan diberikan kepada siapa saja yang membutuhkan, tanpa memandang umur sehingga baik anak maupun orang dewasa, dengan demikian bimbingan ini sangat penting bagi sekolah untuk membantu para siswa yang mengalami masalah agar dapat teratasi
secara
optimal, sebab itu dibutuhkan pelayanan yang baik, menyenangkan, menarik, dan profesional. 2.1.2 Pengertian Konseling Pengertian konseling secara etimologis, istilah konseling berasal dari bahasa latin, yaitu “consilium” yang berarti dengan atau bersama yang dirangkai dengan menerima atau memahami. Sedangkan dalam bahasa Anglo-Saxon, istilah konseling berasal dari “sellan” yang berarti “menyerahkan”atau menyampaikan”. Sebelumnya telah dijelaskan pengertian bimbingan selanjutnya akan dijelaskan pengertian konseling. Walgito, (dalam Aqib 2012:29) mengemukakan bahwa konseling adalah bantuan yang diberikan kepada individu dalam memecahkan masalah kehidupannya dengan wawancara, dengan cara-cara yang sesuai dengan keadaan individu yang dihadapi untuk mencapai kesejateraan hidupnya. Menurut McDanial, (dalam Prayitno dan Amti 2004:100) konseling adalah suatu rangkaian pertemuan langsung dengan individu yang ditujuakan pada pemberian bantuan kepadanya untuk dapat menyesuaikan dirinya secara lebih efektif dengan dirinya sendiri dan dengan lingkungannya. Maclean, (dalam
9
Prayitno dan Amti 2004:100) konseling adalah suatu proses yang terjadi dalam hubungan tatap muka antara sesorang individu yang terganggu oleh karena masalah-masalah yang tidak dapat diatasinya sendiri dengan seorang pekerja yang profesional, yaitu orang yang telah terlatih dan berpengalaman membantu orang lain mencapai pemecahan-pemecahan terhadap berbagai jenis kesulitan pribadi. Tolbert, (dalam Prayitno dan Amti 2004:101). Konseling adalah hubungan pribadi yang dilakukan secara tatap muka antara dua orang dalam mana konselor melalui hubungan itu dengan kemampuan-kemampuan khusus yang dimilikinya, menyediakan situasi belajar. Dalam hal ini konseli dibantu untuk memahami diri sendiri, keadaannya sekarang, dan kemungkinan keadaannya masa depan yang dapat ia ciptakan dengan menggunakan potensi yang dimilikinya, demi untuk kesejahteraan pribadi maupun masyarakat. Lebih lanjut konseli dapat belajar bagaimana memecahkan masalah-masalah dan menemukan kebutuhan-kebutuhan yang akan datang. Dengan melihat uraian tentang bimbingan dan konseling di atas, maka dapat dirumuskan tentang pengertian Bimbingan dan Konseling (BK) yaitu Serangkaian kegiatan berupa bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli pada konseling dengan cara tatap muka, baik secara individu atau beberapa orang dengan memberikan pengetahuan tambahan untuk mengatasi permalahan yang dialami oleh konseli, dengan cara terus menerus dan sitematis. Menurut Robinson, M. Surya, (dalam Yusuf dan Nurihsan 2010:7) mengartikan konseling adalah semua bentuk hubungan antara dua orang, di mana yang seorang, yaitu klien dibantu untuk lebih mampu menyesuaikan diri secara
10
efektif terhadap dirinya sendiri dan lingkungannya. Pietrofesa (dalam Yusuf dan Nurihsan 2010:8) menunjukan sejumlah ciri-ciri konseling profesional sebagai berikut : (a) Konseling merupakan suatu hubungan profesional yang diadakan oleh seorang konselor yang sudah dilatih untuk pekerjaannya itu. (b) Dalam hubungan ynag bersifat profesional itu, klien mempelajarari keterampilan pengambilan keputusan,pemecahan masalah, serta tingkah laku atau sikap-sikap baru. (c) Hubungan profesional itu dibentuk berdasarkan kesukarelaan antara klien dan konselor. Sherrtzer dan Stone (dalam Yusuf dan Nurihsan 2010 : 8) mengelompokan konseling didasarkan pada ranah perilaku yang merupkan kepuduliannya, yaitu yang berorientasi pada ranah perilaku yang merupakan kepuduliannya, yaitu yang berorientasi pada ranah konitif dan ranah afektif. Patterson (dalam Yusuf dan Nurihsan 2010 : 8) secara rinci menglompokan pendekatan konseling menjadi lima kelompok, yaitu: penekatan rasional,teori belajar, psikoanalitik, perseptualpenomenologis, dan eksistensial. Dari uaraian tersebut dapat menggambarkan betapa sulit merumuskan definisi konseling yang komprehensif dan berlaku untuk setiap orang dari berbagai aliran. Konseling merupakan salah satu bentuk hubungan yang bersifat membantu. Makna bantuan disini yaitu sebagai upaya untuk membantu orang lain agar ia mampu tumbuh kearah yang dipilihnya sendiri, mampu memecahkan masalah yang dihadapinya dan mampu menghadapi krisis-krisis yang dialami dalam kehidupannya. Dalam hal ini tugas konselor adalah menciptakan kondisikondisi yang diperlukan bagi pertumbuhan dan perkembangan klien.
11
Dari beberapa rumusan definisi konseling tersebut dapat diperoleh beberapa unsur yang terkandung di dalam definisi konseling sebagai berikut : a. Pembimbing/konseling, yaitu seseorang yang karena keahlian dan kewenangan memberikan bantuan. b. Terbimbing konseling, yaitu seseorang yang karena masalahnya yang diha dapinya dan ketidakmampan dalam menyelesaiakan. c. Masalah, yaitu terjadinya interaksi antara pembimbing/konseli untuk memperoleh penyelesaian yang terbaik. d. Proses, yaitu terjadinya interaksi antara pembimbing/konselor dengan konseli secara tatap muka (langsung berhadapan muka) dalam upaya penyelesaian masalah. e. Tujuan, yaitu sesuatu yang ingin dicapai oleh pembimbing/konseli, dalam arti dapat memberi bantuan dan mencapai hasil yang baik; dalam arti dapat terselesaikan maslanya. Aqib (2012 : 30) Berdasarkan pendapat-pendapat di atas maka dapat di simpulkan, bahwa konseling merupakan serangkaian kegiatan paling pokok dari bimbingan dalam usaha membantu konsele secara tatap muka dengan tujuan agar klien dapat mengambil tanggung jawab sendiri terhadap berbagai persoalan atau masalah khusus, dengan tujuan agar individu dapat memahami dirinya sendiri, dapat memberikan reaksi (tanggapan) terhadap pengaruh-pengaruh lingkungan, dan dapat mengembangkan serta memperjelas tujuan-tujuan hidupnya.
12
2.1.3 Tujuan Bimbingan dan Konseling Bimbingan dan konseling bertujuan membantu peserta didik mencapai tugas-tugas perkembangan secara optimal sebagai makhluk tuhan, sosial, dan pribadi. Lebih lanjut tujuan bimbingan dan konseling adalah membantu individu dalam mencapai : (a) kebahagian hidup pribadi sebagai makhluk tuhan, (b) kehidupan yang produktif dan efektif dalam masyarakat, (c) hidup bersama dengan individu-individu lain, (d) harmoni antara cita-cita mereka dengan kemampuan yang dimilikinya. Wardati dan Jauhar ( 2011:28) Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, mereka harus mendapatkan kesempatan untuk: (1) mengenal dan memahami potensi, kekuatan dan tugastugas perkembangannya, (2) mengenal dan memahami potensi atau peluang yang ada dilingkungannya, (3) mengenal dan menentukan tujuan dan rencana hidupnya serta rencana pencapaian tujuan tersebut, (4) memahami dan mengatasi kesulitankesulitan sendiri (5) menggunakan kemampuannya untuk kepentingan dirinya, kepentingan lembaga tenpat kerja dan masyarakat, (6) menyesuaikan diri dengan keadaan dan tuntutan dari lingkungannya; dan (7) menggunakan segala potensi dan kekuatan yang dimilikinya secara tepat dan teratur secara optimal. Secara khusus bimbingan dan konseling bertujuan membantu peserta didik agar dapat mencapai tujuan-tujuan perkembangannya yang meliputi aspek pribadi, sosial, belajar (akademik), dan karir. (Yusuf dan Nurihsan, 2010:13-14) Tujuan bimbingan dan konseling tersebut diatas memberikan gambaran tentang pelaksanaan bimbingan dan konseling di Sekolah, karena dengan adanya tujuan bimbingan dan konseling, maka pelaksanaan bimbingan dan konseling di Sekolah
13
akan benar-benar memberikan hasil yang positif bagi siswa dan bimbingan dan konseling akan diminati oleh siswa sebagai sasaran layanan karena dalam tujuan bimbingan dan konseling telah dijelaskan apa yang menjadi capaian bimbingan dan konseling pada diri siswa. Menurut (Wardati dan Jauhar 2011:29) tujuan bimbingan dan konseling di sekolah adalah agar peserta didik, dapat : (a) Mengembangkan seluruh potensinya seoptimal mungkin, (b) Mengatasi kesulitan dalam memahami dirinya sendiri (c) Mengatasi kesulitan dalam memahami lingkungannya, yang meliputi lingkungan sekolah, keluarga, pekerjaan, sosioekonomi, dan kebudayaan. (d) Mengatasi kesulitan dalam mengidentifikasi dan memecahkan masalahnya (e) Mengatasi kesulitan dalam menyalurkan kemampuan, minat,dan bakatnya dalam bidang pendidikan dan pekerjaan (f) Memperoleh bantuan secara tepat dari pihak-pihak di luar sekolah untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang tidak dapat dipecahkan di sekolah tersebut. Dari tujuan bimbingan dan konseling di SMA tersebut maka ditarik kesimpulan bahwa bimbingan konseling bertujuan membantu peserta didik agar memiliki kompotensi mengembangkan potensi dirinya seoptimal mungkin atau mewujudkan nilai-nilai yang terkandung dalam tugas-tugas perkembangan yang harus dikuasainya sebaik mungkin.
14
2.1.4 Fungsi Bimbingan dan Konseling Terdapat beberapa ahli yang menjelaskan tentang fungsi dari layanan bimbingan dan konseling, ada ahli yang mengelompokan fungsi bimbingan dan konseling menjadi 5 fungsi, ada juga yang mengelompokan menjadi 7 fungsi. Tetapi dalam hal ini penulis lebih cenderung menggunakan 7 fungsi yang terdapat dalam layanan bimbingan dan konseling yaitu menurut Yusuf dan Nurihsan (2010:16). Fungsi-fungsi tersebut yaitu sebagai berikut: 1. Fungsi Pemahaman Yaitu membantu peserta didik agar memiliki pemahaman atas dirinya (potensinya) dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, dan norma agama). Berdasarkan pemahaman ini, individu diharapkan mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal, dan menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara dinamis dan konstruktif. 2. Preventif Yaitu upaya konselor untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalaha yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh peserta didik. Melaui fungsi ini, konselor memberikan bimbingan kepada siswa tentang cara menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang membahayakan dirinya. Adapun teknik yang dapat digunakan adalah layanan orientasi, informasi dan bimbingan kelompok. Beberapa masalah yang perlu diinformasikan kepada siswa,
dalam
mencegah terjadinya tingkah laku yang tidak diharapkan, diantaranya:
15
bahaya minuman keras, merokok, penyalahgunaan obat-obat terlarang, putus sekolah dan pergaulan bebas. 3. Fungsi Pengembangan Yaitu konselor senantiasa berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, yang memfasilitasi perkembangan siswa. Konselor dan personil sekolah lainnya bekerjasama merumuskan dan melaksanakan program bimbingan secara sistimatis dan berkesinambungan dalam upaya membantu siswa mencapai tugas-tugas perkembangannya. Teknik bimbingan yang dapat digunakan disini adalah adalah layanan informasi, tutorial, diskusi kelompok atau curhat pendapat (brain storming), home room dan karyawisata. 4. Fungsi Perbaikan. Yaitu fungsi bimbingan yang bersifat kuratif. Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada siswa yang telah mengalami masalah, baik menyangkut aspek pribadi, social, belajar dan karir. Teknik yang dapat digunakan adalah konseling dan remedial teaching. 5. Fungsi Penyaluran Yaitu fugsi bimbingan yang membantu individu memilih kegiatan ekstrakulikuler, jurusan atau program studi, dan memantapkan penguasaan karir ata jabatan yang sesuai dengan bakat, minat, keahlian dan cirri-ciri pribadi yang lain. Dalam melaksanakan fungsi ini, konselor perlu bekerjasama dengan pendidik lainnya didalam maupun diluar lembaga pendidikan.
16
6. Fungsi Adaptasi. Yaitu fungsi yang membantu para pelaksana pendidikan khususnya konselor, guru atau dosen untuk mengadaptasikan program pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat dan kemampuan serta kebutuhan individu (siswa). Dengan menggunakan informasi yang memadai, mengenai individu. Pembimbing/konselor dapat membantu para guru dan dosen dalam memperlakukan individu secara tepat, baik dalam memilih metode dan proses pembelajaran maupun mengadaptasikan bahan ajar sesuai dengan kemampuan dan kecepatan individu. 7.
Fungsi Penyesuaian. Yaitu fungsi bimbingsn dalam membantu individu (siswa) agar dapat menyesuaikan diri secara dinamis dan konstruktif terhadap program pendidikan, peraturan sekolah atau norma agama. Berdasarkan uraian tersebut maka jelas bahwa kegiatan bimbingan dan
konseling mempunyai sejumlah fungsi-fungsi bimbingan dan konseling sangat menentukan keberhasilan pelaksanaan program ini. Oleh karenanya pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling harus mengacu sepenuhnya pada setiap fungsi yang ada sehingga pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling dapat berjalan optimal. Setelah mengkaji fungsi bimbingan dan konseling terdapat beberapa prinsip dasar yang dipandang sebagai fondasi atau landasan bagi layanan bimbingan.
17
2.1.5 Prinsip Bimbingan dan Konseling Prinsip-prinsip
ini
berasal
dari
konsep-konsep
filosofis
tentang
kemanusian yang menjadi dasar bagi pemberian layanan bantuan atau bimbingan, baik disekolah maupun di luar sekolah. Menurut Prayitno, dkk (dalam Wagito, 2008:59) mengemukakan ada 4 prinsip Bimbingan dan Konseling yaitu: (a) prinsip berkenaan dengan sasaran layanan, (b) pinsip yang berkenaan dengan permasalahan individu, (c) prinsip yang berkenaaan dengan program layanan, (d) prinsip berkenaan dengan tujuan dan pelaksanaan pelayanan. Prinsip-prinsip BK tersebut akan diuraikan sebagai berikut. a. Prinsip yang berkenaan dengan sasaran layanan 1. Bimbingan dan konseling melayani semua individu tanpa memandang umur, jenis kelamin, suku, agama dan status sosial ekonomi. 2. Bimbingan dan konseling berurusan dengan pribadi dan tingkah laku individu yang unik dan dinamis. 3. Bimbingan dan konseling memperhatikan sepenuhnya tahap dan bernagai aspek perkembangan individu. 4. Bimbingan dan konseling memberikan perhatian utama kepada perbedaan individual yang menjadi orientasi pokok pelayanan. b. Prinsip yang berkenaan dengan permasalahan individu. 1. BK berurusan dengan hal-hal yang menyangkut pengaruh kondisi mental atau fisik individu terhadap penyesuaian dirinya dirumah, disekolah serta dalam kaitannya dengan kontak sosial dan pekerjaan,
18
dan sebaliknya pengaruh lingkungan terhadap kondisi mental dan fisik individu. 2. Kesenjangan sosial, ekonomi dan kebudayaan merupakan faktor timbulnya masalah pada individu yang kesemuanya menjadi perhatian utama pelayanan BK. c. Prinsip yang berkenaan dengan program layanan Adapun prinsip-prinsip yang berkenaan dengan program pelayanan layanan BK itu adalah sebgaai berikut : 1. BK merupakan bagian integrasi dari proses pendidikan dan pengembangan, oleh karena itu BK harus diselaraskan dan dipadukan dengan program pendidikan serta pengembangan peserta didik 2. Program BK harus fleksibel disesuaikan dengan kebutuhan individu, masyarakat dan kondisi lembaga dan 3. Program bimbingan dan konseling disusun secara berkelanjutan dari jenjang pendidikan terendah sampai tertinggi. d. Prinsip berkenaan dengan tujuan dan pelaksanaan layanan Pelaksanaan pelayanan BK baik yang bersifat insidental maupun terprogram, dimulai dengan pemahaman tentang tujuan layanan, dan tujuan ini akan diwujudkan melalui proses tertentu yang dilaksanakan oleh tenaga ahli dalam bidangnya, yaitu konselor profesional. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan hal tersebut adalah:
19
1. BK harus diarahkan untuk pengembangan individu yang akhirnya mampu membimbing diri sendiri dalm menghadapi permasalahannya. 2. Dalam proses BK keputusan yang diambil dan akan dilakukan oleh individu hendaknya atas kemauan individu itu sendiri bukan karena kemauan atau desakan dari pihak lain. 3. Permasalahan individu harus ditangani oleh tenaga ahli dalam bidang yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi. 4. Kerja sama antara guru pembimbing, guru-guru lain dan orang tua anak amat menentukan hasil pelayanan bimbingan serta. 5. Pengembangan program pelayanan BK ditempuh melalui pemanfaatan yang maksimal dari hasil pengukuran dan penilaian terhadap individu yang terlibat dalam proses pelayanan dan program bimbingan dan konseling itu sendiri. Prinsip bimbingan dan Konseling menguraikan tentang pokok-pokok dasar pemikiran yang dapat dijadikan pedoman program pelaksanaan atau aturan yang harus diikuti dalam pelaksanaan program pelayanan bimbingan dan konseling dapat juga dijadikan sebagai seperangkat landasan praktis atau aturan yang harus diikuti dalam pelaksanaan program pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah agar pelaksanaan layanan BK di Sekolah dapat terlaksana secara maksimal dan memiliki daya tarik terhadap siswa.
20
2.1.6
Asas Bimbingan dan Konseling Pelayanan Bimbingan dan Konseling adalah pekerjaan profesional.
Pekerjaan yang profesional itu harus dilaksanakan dangan mengikuti kaidahkaidah yang menjamin efisien dan efektivitas proses layanan Bimbingan dan konseling. Dalam penyelanggraan pelayanan bimbingan dan konseling kaidahkaidah tersebut dikenal dengan asas-asas bimbingan dan konseling. Asas- asas yang dimaksud adalah asas kerahasiaan, kesukarelaan, keterbukaan, kekinian, kemandirian, kegiatan, kedinamisan, keterpaduan, kenormatofan, keahlian, alih tangan kasus dan tutwurihandayani (Prayitno dan Amti, 2004:115) 1. Asas kerahasiaan Segala sesuatu yang dibicarakan klien kepada konselor tidak boleh disampaikan kepada orang lain, atau lebih-lebih hal atau keterangan yang tidak boleh atau tidak layak diketahui oleh orang lain. Asas kerahasiaan ini merupakan asas kunci dalam usaha bimbingan dan konseling. Jika asas ini benar-benar dilaksanakan, maka penyelenggra atau pemberi layanan akan mendapatkan kepercayaan dari semua pihak terutama klien sehingga mereka akan mau memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling dengan sebaik-baiknya. Sebaliknya, jika guru Bk tidak dapat memegang asas kerahasiaan dengan baik, maka hilanglah kepercayaan klien, hingga akibatnya pelayanan bimbingan dan konseling tidak diminati oleh para siswa.
21
2. Asas kesukarelaan Proses bimbingan dan konseling harus berlangsung atas dasar kesukarelaan, baik dari guru BK maupun siswa. Siswa diharapakan secara suka dan rela tanpa ragu-ragu ataupun merasa terpaksa, menyampaikan masalah yang dihadapinya, serta mengungkapkan segrnap fakta, data, dan seluk beluk berkenaan dengan masalahnya itu kepada guru BK dan guru BK juga hendaknya dapat memberikan bantuan dengan tidak terpaksa, atau dengan kata lain guru BK memberikan bantuan dengan ikhlas. 3. Asas keterbukaan Dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling sangat diperlukan suasana keterbukaan, baik keterbukaan dari guru BK maupun siswa. Keterbukaan ini bukan hanya sekedar bersedia menerima saran-saran dari luar justru lebih dari itu, diharapkan masing-masing pihak yang bersangkutan bersedia membuka diri untuk kepentingan pencegahan masalah. Siwa yang membutuhkan bimbingan dan konseling daiharapkan dapat berbicara dengan sejujur mungkin dan berterus terang tentang dirinya sehinnga dengan keterbukaan ini penelaahan serta pengkajian berbagai kekuatan dan kelemahan siswa dapat dilaksanakan. 4. Asas kekinian Masalah individu yang ditanggulangi adalah masalah-masalah yang sedang dirasakan sekarang bukan masalah yang sudah lampau, dan juga bukan masalah yang mungkin akan dialami dimasa akan datang. Asas kekinian juga mengandung pengertian bahwa guru BK tidak boleh
22
menunda-nunda pemberian bantuan. Jika diminta bantuan oleh klien atau terlihat jelas-jelas bahwa siswa membutuhkan bantuan guru BK dapat segera membantunya misalnya adanya siswa yang mengalami masalah dan harus mendapatkan peneganan segara maka guru BK hendaklah segera memberikan bantuan. 5. Asas Kemandirian Pelayanan bimbingan dan konseling bertujuan menjadikan siswa dapat berdiri sendiri, tiadak tergantung pada diri orang lain atau Guru BK. Siswa yang telah mendapatkan bimbingan diharapkan dapat mandiri dan mampu: (a) Mengenal diri sendiri dan lingkungan sebagaimana adanya (b) Menerima diri sendiri dan lingkungan secara positif dan dinamis (c) Mengambil keputusan untuk dan oleh diri sendiri (d) Mengarahkan diri sesuai dengan keputusan (e) Mewujudkan diri secara optimal sesuai dengan potensi, minat dan bakat yang dimilikinya. 6. Asas Kegiatan Usaha bimbingan dan konseling tidak akan memberikan hasil yang berarti bila siswa tidak melakukan sendiri kegiatan dalam mencapai tujuan bimbingan dan konseling. Hasil usaha bimbingan dan knseling tidak akan tercapai dengan sendirinya, melainkan harus dengan kerja giat dari siswa sendiri. Guru BK hendaklah membangkitkan semangat klien sehinnga ia mampu dan mau melaksanakan kegiatan yang diperlukan dalam penyelesaian masalah yang menjadi pokok pembicaraan dalam konseling.
23
7. Asas kedinamisan Usaha pelayanan bimbingan dan konseling menghendaki terjadinya perubahan pada diri klien, yaitu perubahan tingkah laku kearah yang lebih baik. Perubahan itu tidaklah sekedar mengulang hal yang lama, yang bersifat menoton, melainkan perubahan yang selalu menuju kesuatu pembaruan sesuatu yang lebih maju, dinamis sesuai dengan arah perkembangan siswa yang dikehendaki. 8. Asas keterpaduan Pelayanan bimbingan dan konseling berusaha meamadukan bebagai aspek kepribadian siswa. Jika aspek kepribadian ini tidak dapat dipadukan maka akan menimbulkan masalah. Selain keterpaduan dari diri klien konselor juga dapat memadukan isi dan proses layanan yang diberikan. Hal ini menghindari ketidak serasian anatara aspek yang satu dengan aspek yang lain. 9. Asas kenormatifan Usaha bimbingan dan konseling tidak boleh bertentangan dengan norma-norma yang berlaku, baik ditinjau dari norma agama, norma adat, norma hukum / negara, norma ilmu, maupun kebiasaan sehari-hari. Asas kenormatifan ini diterapkan terhadap isi maupun proses penyelenggaraan layanan bimbngan dan konseling seluruh isi harus sesuai dengan normanorma yang ada.
24
10. Asas Keahlian Usaha bimbingan dan konseling perlu dilakukan melalui asas keahlian secara teratur dan sistematik dengan menggunakan prosedur, teknik dan alat (instrumentasi bimbingan dan konseling) yang memadai. Untuk itu para guru BK pelu memdapat latihan yang cukup, sehingga dengan itu akan dapat dicapai keberhasilan usaha pemberian layanan. 11. Asas Alih Tangan Dalam pemberian layanan bimbingan dan konseling, asas alih tangan dapat diterapkan jika guru BK sudah mengerahkan segenap kemampuan untuk membantu siswa, namun siswa yang bersangkutan belum mendapat bantuan sebagaimana
yang
diharapakan,
maka
guru
BK dapat
mengalihkan masalah yang dihadapi siswa tersebut kepada petugas atau seseorang yang lebih ahli. 12. Asas Tutwuri Handayani Asas tutwuri handayani dapat menunjukan suasana umum yang hendaknya tercipta dalam hubungan keseluruhan antara guru BK dan siswa. Lebih-lebih di lingkungan Sekolah, asas ini makin dirasakan keperluannya dan bahkan perlu dilengkapi dengan “ ing ngarso sung tulodo, ing madya mangun karso” dan tutwuri handayani. Asas ini menuntut agar pelayanan bimbingan dan konseling tidak hanya dirasakan pada waktu siswa mengalami masalah dan menghadap pada guru BK saja, namun di luar hubungan proses bantuan bimbingan dan
25
konseling pun hendaknya dirasakan adanya dan manfaatnya pelayanan bimbingan dan konseling itu. Selain asas-asas tersebut terkai antara satu dan lainnya, segenap asas itu perlu diselenggarakan secara terpadu dan tepat waktu, yang satu tidak perlu didahulukan atau dikemudiankan dari yang lain. Begitu pentingnya asas-asas tersebut, sehingga dapat dikatakan bahwa asas-asas itu merupakan jiwa dan nafas dari seluruh proses kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling. Apabila asas-asas itu tidak dijalankan dengan baik penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling akan tersendatsendat atau terhenti sama sekali. 2.1.7 Bidang-Bidang Bimbingan dan Konseling Dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling terdapat tiga bidang yang harus dilaksanakan oleh guru BK. Tiga bidang tersebut yaitu: a) bidang bimbingan pribadi, b) bidang bimbingan sosial, c) bidang bimbingan belajar d) bidang bimbingan karir, e) bidang bimbingan penembengan kehidupan berkeluarga dan f) bidang pengembengan kehidupan berkeluarga. (Tohirin 2007 : 123) a. Bidang bimbingan pribadi Bidang bimbingan pribadi adalah bantuan yang diberikan kepada siswa agar siswa dapat mencapai tujuan dan tugas perkembangan pribadi. Menurut Surya, (dalam Tohorin, 2007: 125) bidang bimbingan pribadi merupakan bidang bimbingan dalam menghadapi dan memecahkan masalah pribadi. Selanjutnya Winkel, (dalam Tohorin, 2007: 125) menyatakan bahwa bidang
26
bimbingan pribadi merupakan proses bantuan yang menyangkut keadaan batinya sendiri dan kejasmaniaanya sendiri. Berdasarkan pengertian dari kedua ahli tersebut, maka yang dimaksud dengan bimbingan pribadi adalah bimbingan untuk membantu individu mengatasi masalah-masalah yang bersifat pribadi yang bertujuan agar siswa dapat mampu mengatasi sendiri, mengambil sikap atau memecahkan masalah sendiri yang menyangkut keadaan batinya sendiri. b. Bidang bimbingan Sosial Bidang bimbingan sosial adalah bidang bimbingan yang membantu individu untuk memecahkan masalah-masalah sosial, seperti pergaulan dan menyesuaikan diri dengan lingkungan yang bertujuan agar siswa mampu bersosialisasi dan mudah menyelesaikan diri dengan lingkungan secara baik. Sehingga Djumhur& Surya, (dalam, Tohirin 2007 : 127) menyatakan bidang bimbingan sosial merupakan Bidang bimbingan yang bertujuan untuk membantu individu dalam memecahkan dan mengatasi kesulitan-kesulitan dalam masalah soial, sehingga individu mampu menyesuaikan diri secra baik dan wajar dalam lingkungan sosialnya. c. Bidang Bimbingan Belajar Bidang bimbingan belajar adalah salah satu bidang bimbingan yang diberikan oleh guru BK kepada siswa dalam hal menemukan cara belajar yang tepat, dan dalam mengatasi kesukaran-kesukaran yang timbul berkaitan dengan tuntutan belajar di institusi pendidikan. Winkel, (dalam Tohirin 2007:130)
27
Berdasarkan pendapat tersebut bidang bimbingan belajar bermakna suatu bantuan dari guru BK kepada siswa dalam menghadapi dan memecahkan masalah sosial. d. Bidang Bimbingan Karier Menurut Winkel, (dalam Tohirin, 2007 : 133) bahwa bidang bimbingan kaier merupakan bantuan dalam mempersiapkan diri menghadapi dunia pekerjaan, pemilihan lapangan pekerjaan atau jabatan ( profesi ) tertentu serta membekali dirinya agar siap memangku jabatan tersebut dan dalam menyesuaikan diri dengan tuntutan-tuntutan dari lapangan pekerjaan yang telah dimasuki. Berdasarkan pendapat tersebut Bidang bimbingan karir dapat bermakna bantuan yang diberikan oleh guru BK kepada siswa agar siswa akan lebig siap unuk memasuki dunia kerja serta ma pu untuk mengambil keputusan dalm menentukan karier. e. Bidang Bimbingan Pengembagan Kehidupan Berkeluarga Bidang bimbingan berkeluarga merupakan suatu bimbingan yang diberikan oleh guru BK kepada siswa dalam memecahkan masalah kehidupan berkeluarga. Melalui bimbingan ini individu diberikan bantuan untuk mencarikan alternatif bagi pemecahan masalah yang berkenaan dengan kehidupan berkeluarga. f. Bidang Bimbingan Pengembagan Kehidupan Beragama Bidang bimbingan pengembagan kehidupan berkelurga adalah bidang bimbingan yang membantu siswa agar mampu menghadapi dan memecahkan
28
masalah-masalah yang berkenaan dengan kehidupan beragama agar para siswa dapat menemukan alternatif bagi pemecahan masalah-masalah yang berkenaan dngan kehidupan beragama. 2.1.8 Jenis-jenis Layanan Bimbingan dan Konseling Layanan bimbingan dan konseling merupakan kegiatan utama yang harus dilaksanakan oleh guru BK. Karena layanan bimbingan dan konseling dapat dijadikan program layanan BK di Sekolah baik itu program tahunan maupun program harian yang merupakan wujud dari kegiatan bimbingan dan konseling di Sekolah sehigga dapat menarik perhatian siswa. Dalam kegiatan Bimbingan dan Konseling ada sembilan layanan yang dapat dilaksanakan oleh guru BK. Sembilan layanan itu meliputi layanan Orientasi, layanan informasi, layanan penempatan dan penyaluran, layanan penguasaan konten, layanan konseling perorangan, layanan bimbingan kelompok, layanan konseling kelompok, layanan konsultasi dan layanan mediasi. (Tohirin, 2007 : 141) . 1. Layanan Orientasi Layanan orientasi yaitu layanan yang membantu siswa memahami lingkungan baru, terutama lingkungan Sekolah dan obyek-obyek yang dipelajari,
untuk
menyesuaikan
diri
serta
mempermudah
dan
memperlancar peran siswa di lingkungan yang baru. 2. Layanan Informasi Layanan informasi yaitu layanan yang membantu siswa menerima dan memahami berbagai informasi diri, sosial, belajar, karir / jabatan dan pendidikan lanjutan
29
3. Layanan penempatan dan penyaluran penempatan yaitu penempatan dan penyaluran siswa disekolah dapat berupa (a) penempatan siswa di dalam kelas, (b) penempatan dan penyaluran ke dalam kelompok-kelompok belajar, (c) ke dalam kefiatan koekstra kurikuler, dan (d) ke dalam jurusan/program studi yang sesuai. 4. Layanan penguasaan konten Layanan penguasaan konten yaitu layanan yang membantu peserta didik menguasai kompetensi tertentu, misalnya kompetensi yang dapat berguna dalam kehidupan di sekolah, keluarga, dan masyarakat. 5. Layanan konseling perorangan, layanan konseling ini dimaksudkan sebagai pelayanan khusus dalam hubungan langsung tatap muka antara konselor dan klien. Dalam hubungan itu masalah klien dicermati dan diupayakan pengentasannya, sedapat-dapatnya dengan kekuatan klien sendiri. 6. Layanan bimbingan kelompok ini adalah layanan bimbingan yang diberikan dalam suasana kelompok menurut Gazda (dalam Prayitno dan Amti 2004:309) mengemukakan bahwa bimbingan kelompok di sekolah merupakan kegiatan informasi kepada kelompok siswa untuk membantu mereka menyusun rencana dan keputusan yang tepat. Misalnya membantu siswa dalam pengembangan pribadi, kemampuan hubungan sosial, kegiatan belajar, karir atau jabatan. 7. Layanan konseling kelompok adalah layanan konseling perorangan dilaksanakan di dalam suasana kelompok
30
8. layanan konsultasi Layanan konsultasi yaitu layanan yang membantu siswa dan atau pihak lain dengan adanya pihak ketiga dalam memperoleh wawasan, pemahaman, dan cara-cara yang perlu dilaksanakan dalam menangani kondisi dan atau masalah peserta didik. 9. Sedangkan layanan mediasi layanan yang membantu siswa menyelesaikan permasalahan dan memperbaiki hubungan antar mereka. Seperti perbedaan pendapat antara kedua belah pihak atau percecokan. 2.2 Perlunya Bimbingan dan Konseling di sekolah Menurut Wardati dan Djauhar (2011:132) jika ditinjau secara mendalam, setidaknya ada tiga hal utama yang melatar belakangi perlunya bimbingan yakni ditinjau secara umum, sosio-kultural dan aspek psikologis. Secara umum latar belakang perlunya bimbingan berhubungan erat dengan pencapaian tujuan pendidikan nasional, yaitu meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, bertanggung jawab, mandiri, cerdas dan terampil serta sehat jasmani dan rohani. Bila dicermati dari sudut sosio-kultural, yang melatar belakangi perlunya proses bimbingan adalah adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat sehingga berdampak di setiap dimensi kehidupan. Hal tersebut semakin diperparah dengan laju pertumuhan penduduk yang tinggi, sementara laju lapangan pekerjaan relatif menetap. Terdapat lima hal yang melatar belakangi perlunya layanan bimbingan di sekolah yakni : (1) masalah perkembangan
31
individu, (2) masalah perbedaan individual, (3) masalah kebutuhan individu, (4) masalah peneyesuaian diri dan kelaianan tingkah laku, dan (5) masalah belajar. Menurut Prayitno dan Amti (2004:29-30) pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah di Indonesia sebenarnya telah dirintis sejak tahun 1960-an. Mulai Tahun 1975 pelayanan bimbingan dan konseling telah secara resmi memasuki sekolah-sekolah, yaitu dengan dicantumkannya pelayanan tersebut pada kurikulum 1975 yang berlaku di sekolah-sekolah seluruh Indonesia, pada jenjang SD, SLTP, dan SLTA. Pada Kurikulum 1984 keberadaan bimbingan dan konseling lebih dimantapkan lagi. Keberadaan pelayanan bimbingan dan penyuluhan di sekolah dipertegas lagi oleh Peraturan Pemerintah No 28 tahun 1990 (tentang Pendidikan Dasar) dan No. 29 tahun 1990 (tentang Pendidikan Menengah) dalam kedua peraturan pemerintah itu disebutkan dalam Bab X, bahwa : (1) Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan (2) Bimbingan diberikan oleh guru pembimbing. Dalam penjelasannya Peraturan Pemerintah No.
29 Tahun 1990
menyebutkan bahwa : (1) Bimbingan dalam rangka menemukan pribadi siswa, dimaksudkan untuk membantu siswa menegnal kelebihan dan kekurangan yang ada pada dirinya (2) Bimbingan dalam rangka mengenal lingkungan, dimaksudkan untuk membantu siswa menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial, ekonomi, budaya serta alam yang ada (3) Bimbingan dalam rangka merencanakan masa depan, mempersiapkan diri untuk langkah yang dipilihnya setelah tamat pada sekolah menengah serta kariernya di masa depan.
32
Peraturan perundangan tersebut di atas memberikan legalisasi yang cukup mantap tentang keberadaan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah. Boleh dikatakan pekerjaan bimbingan dan konseling tidak dapat diganggu gugat lagi keberadaannya. Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulkan bahwa pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah telah diterima dan menjadi suatu pekerjaan yang tugas dan ruang lingkupnya jelas. Lebih jauh, mengingat bahwa sumber permasalahan anak-anak, remaja dan pemuda sebagian besar berada di luar sekolah, dan mengingat pula bahwa permasalahan yang dialami manuasia tidak hanya terdapat di sekolah, maka pelayanan bimbingan dan konseling perlu menjangkau daerahdaerah yang lebih luas di luar sekolah. Anak-anak, para remaja, dan pemuda bahkan orang-orang dewasa di dalam keluarga, di dalam lembaga-lembaga kerja, dan di dalam organisasi serta lembaga-lembaga kemasyarakatan pada umumnya menghadapi masalah dalam kehidupan dan perkembangannya. Maka perlunya layanan bimbingan dan konseling sangat penting bagi sekolah untuk membantu para siswa yang mengalami masalah agar dapat teratasi secara optimal, oleh sebab itu dibutuhkan pelayanan yang baik, menyenangkan, menarik dan profesional. 2.3 Faktor-Faktor Mempengaruhi Keberhasilan Layanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah Keberhasilan proses konseling dalam pelaksanaannya ditentukan oleh banyak faktor. Dalam hal ini, menurut Glading (dalam Lubis Lumongga 2011:69) menjelaskan ada lima faktor yang mempengaruhi konseling yaitu struktur, inisiatif, tatanan, (setting), fisik, kualiatas klien dan kualitas konselor.
33
a.
Struktur Struktur menurut Willis (dalam (dalam Lubis Lumongga 2011:69-71)
adalah susunan proses konseling yang dilakukan konselor secara sistematis, sementara Gladding mengartikan struktur sebagai konsep mengenai karakteristik, kondisi, prosedur, dan parameter konseling yang dipakai oleh konselor dan lien. Struktur digunakan untuk memperjelas hubungan antara konselor-klien, melindungi hak masing-masing, menunjukan arah, dan memjamin konseling berhasil. Apabila konseling tidak memiliki struktur yang jelas, maka klien tidak dapat memahami konseling sepenuhnya. Hal ini membuatnya tidak aman, bingung, takut, dan tidak mau berbagi tanggung jawab untuk keberhasilan konseling. b.
Inisiatif Inisiatif dipandang sebagai motivasi untuk berubah. Klien yang
memiliki inisiatif untuk memepercepat kesembuhannya dalam proses konseling akan memudahkan konselor dalam menangani permasalahan yang dihadapinya. Inisiatif biasanya lahir dari klien yang menyadari bahwa ia harus keluar dari masalahnya dan memiliki keyakinan yang kuat bahwa konseling
akan
berhasil.
Sementara
klien
yang
masih
enggan
mengungkapkan permasalahannya, maka konselor harus berinisiatif mengambil tindakan nyata agar dapat menggali akar konflik klien.
34
c.
Tatanan (setting) fisik Tatanan fisik turut membantu terciptanya klien yang kondusif. Hal yang
perlu dilakukan oleh konselor adalah bagaimana membuat ruang klien nyaman dan memberikan ketenangan pada klien.
Konselor
yang
professional diharapkan meiliki keterampilan untuk menyiapkan ruangan, klien yang memungkinkan klien merasa aman, tenang, relaks, dan tenang. d.
Kualitas klien yang termasuk dalam kualitas klien adalah karakteristik klien dan kesiapannya menjalani proses konseling.
e.
Kualitas konselor adalah pihak yang paling memahami akan dibawa ke mana arah konseling dan mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan konseling.
Untuk itulah, seorang konselor harus memenuhi karakteristik khusus yang harus dipenuhi untuk menangani klien. Menurut Achmad Nurihsan Juntika (2007:57) kriteria atau patokan yang dipakai untuk menilai keberhasilan layanan bimbingan dan konseling di sekolah adalah mengacu pada terpenuhi atau tidak terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan peserta didik dan pihak-pihak yang terlibat baik langsung maupun tidak langsung berperan membantu peserta didik memperoleh perubahan perilaku dan pribadi kearah yang lebih baik. Dalam keseluruhan kegiatan layanan bimbingan dan konseling, penilaian diperlukan untuk memperoleh umpan balik terhadap keefektifan layanan bimbingan dan konseling yang telah dilaksanakan. Dengan informasi ini dapat diketahui sampai sejauh mana derajat keberhasilan kegiatan layanan bimbingan
35
dan konseling. Penilaian merupakan langkah penting dalam manajemen program bimbingan, tanpa penilaian tidak mungkin kita dapat mengetahui dan mengidentifikasi keberhasilan layanan bimbingan dan konseling yang telah direncanakan. Penilain program bimbingan merupakan usaha untuk menilai sejauh mana pelaksanaan program itu mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan kata lain bahwa keberhasilan layanan merupakan suatu kondisi yang hendak dilihat lewat kegiatan penilain. Hendaknya pembimbing senantiasa memperhatikan faktor-faktor yang dapat memudahkan dalam melaksanakan proses konseling sehingga proses konseling berjalan lancar dan hendaknya konselor dapat menciptakan suasana konseling dengan aman dan nyaman, agar pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di sekolah dapat berjalan secara teratur. 2.4 Pemanfaatan Layanan Bimbingan dan Konseling oleh Siswa Pemanfaatan dikonseptualisasikan sebagai suatu perilaku atau tindakan menggunakan, menerima atau mengikuti layanan bimbingan dan konseling yang diberikan oleh konselor. Menurut Sofyan dan Willis (2009 : 116) Siswa yang merasa
mengalami
kesulitan diharapkan
punya
kesadaaran diri
untuk
memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling dengan sukarela. Namun walaupun siswa datang dengan sukarela jika pembimbing kurang terampil, kurang bersahabat, maka siswa tersebut tetap akan kecewa, Untuk menghadapi klien terpaksa, pembimbing tidak boleh memaksa untuk memberi bantuan salah satu strategi adalah menjelaskan secara bijak apa yang dimaksud dengan konseling. Sebab kebanyakan siswa enggan atau tidak mau mendatanngi konseling karena
36
nama baik bimbingan dan konseling telah tercemar akibat ulah pembimbing di lapangan yang tidak profesional. Mereka memandang bahwa konseling adalah : (1) proses nasehat supaya klien menjadi baik, (2) konseling hanya bagi kasus-kasus orang yang mengalami masalah atau kesulitan penyesuaian diri misalnya orang gila. seorang siswa nakal, mencuri, memukul teman, maka anak itu harus diberi bimbingan. namun jika ada anak yang berprestasi dalam seni, belajar, olahraga, dan sebagainya, mereka tidak perlu dibimbing. Padahal bimbingan dan konseling harus diberikan kepada semua orang untuk perkembangan potensinya, jadi bukan hanya bagi yang bermasalah. Namun masalah yang besar adalah kemampuan konselor menghadapi klien bermusuhan. Untuk memahami seberapa jauh pemanfaatan layanan bimbingan konseling di sekolah yakni, ada perbedaan antara siswa yang memanfaatkan dan yang tidak memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling di sekolah. Perbedaan itu tampak berkaitan dengan persepsi siswa terhadap cara konselor menampilkan dirinya dihadapan siswa. Siswa yang memanfaatkan layanan bimbingan umumnya menyatakan bahwa konselor merupakan orang yang ramah, menyenangkan, bersahabat, penuh pengertian, menghargai, terbuka, dan bisa dipercaya. Sedangkan siswa yang tidak memanfaatkan menyatakan bahwa mereka takut dengan konselor dengan alasan konselor sering menghukum, tidak ramah, sering marah, tidak menghargai, dan tidak bersahabat.
37
Untuk memaksimalkan peran program layanan bimbingan dan konseling tentunya juga harus diiringi dengan pemanfaatan layanan bimbingan dan konseling yang maksimal pula. Pemanfaatan layanan bimbingan dan konseling sendiri diartikan sebagai perilaku menggunakan, menerima, atau mengikuti layanan bimbingan dan konseling yang diberikan oleh pembimbing, dengan cara berpartisipasi dalam berbagai komponen program layanan bimbingan dan konseling. Tentunya kata pemanfaatan disini menuntut siswa juga berperan aktif dalam memanfaatkan layanan tersebut, bukannya pasif menunggu program layanan yang di berikan oleh pembimbing.